Disusun Oleh :
Apriliani Karyawati
Dwi Susanti
Eika Didit Taufiqur Rahman
M. Samsul Efendi
Santi Lutfiana
Tutur Iswantono Hadi
Yuni Endarwati
Segala puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktek klinik dengan judul Asuhan keperawatan pada klien Nn. R dengan diagnosa
medis “DHF”.
Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, tak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada :
1. Kepala Prodi Keperawatan Sutopo Surabaya.
2. Bapak / Ibu pembimbing ruangan yang telah tulus, ikhlas dan sabar
membimbing kami.
3. Bapak / Ibu Direktur RSAD Surabaya.
4. Kakak-kakak DM praktek di RSAD Surabaya.
5. Semua tekan, pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan
laporan ini.
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah sebagai masyarakat
Praktek Keperawatan Klinik II.
Dalam penyusunan makalah ini pasti dapat kekurangan, untuk itu segala saran
dan kritik yang membangun, akan penulis terima dengan senang hati. Dan penulis
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
DHF
A. Pengertian
Dengue Haemorhage Faver (DHF) suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Virus Dengue tipe I-IV disertai demam 5-7 hari dan gejala-gejala
perdarahan, dan bila timbul renjatan, angka kematiannya cukup tinggi. DHF
dibagi menjadi beberapa derajat antara lain :
a. Derajat ringan (derajat I)
Demam disertai dengan gejala tidak hanya terdapat manifestasi
pendarahan.
b. Derajat sedang (derajat II)
Seperti derajat 1 disertai pendarahan spontan di kulit dan perdarahan
lain yaitu : epitotesis, perdarahan gusi, hematenisis dan atau melena.
c. Derajat berat (derajat III)
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun (kurang dari 20 mmHg atau hypotensi disertai
kulit yang dingin dan lembab serta pasien gelisah).
d. Derajat shock (derajat IV)
B. Etiologi
Infeksi dengue disebabkan oleh virus dari kelompok agravirus B yang
memiliki tempat sensitif (1-4) yang sampai saat ini hanya dikenal satu host yaitu
manusia, meskipun pernah terdengar pula terdapat pada kera. Penyebab adalah
nyamuk dari family Aedes Aeghpty vektor yang klasik adalah yang terbiak di
tempat-tempat penampungan air bersih di dalam rumah atau sekitar tempat
tinggal. Nyamuk lebih dari seratus meter, karena itu penyebabnya terbatas pada
daerah yang mempunyai kepadatan penduduk tinggi. Masa tuntas berkisar 3-15
hari, pada umumnya 5-8 hari.
C. Patofisiologi
Virus Dengue
Ruam
Sistem Retikuloendotelial
+
Pembesaran getah Pembesaran Pembesaran
bening hati limpa
F. Diagnosa Banding
- Belum / tanpa renjatan
Campak
Infeksi bakteri/virus lain
- Dengan renjatan
Demam tifoid
Renjatan septik oleh kuman gram negatif lain
- Dengan perdarahan
ITP-STP (virus lain)
Leukemia
Anemia aplastik
- Dengan kejang
Meningitis
Ensefalitis
G. Penatalaksanaan
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :
- Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau
kejang-kejang
- Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji “tourniquet”
positif/negatif, kesan sakit keras, HB dan PCV meningkat
- Panas disertai perdarahan-perdarahan
- Panas disertai renjatan
Belum / tanpa renjatan
- Lihat BAB DDK
Dengan Renjatan :
- Timbang berat badan anak, ambil contoh darah, isi formulir PMI (darah 20
ml/kg, plasma 40 ml/kg)
- Beri zat asam 2l/menit dengan “nose-prong”
- Segera pasang infus :
Larutan laktat ringer 20-40 ml/kg dalam 1-2 jam
Bila nadi masih cepat, kecil atau tidak teraba, tekanan darah rendah atau
tidak terukur, beri plasma 20-40 ml/kg dalam 1-2 jam
Bila terpaksa, pakai plasma golongan AB/donor universal
Setelah renjatan teratasi, beri dekstrosa 5% dalam 0,9% NaCl 100-150
ml/kg/hari. Bila nadi telah mencapai 80/menit, ganti dengan dektrosa 5%-
0,45% NaCl atau dektrosa 5%-0,22% NaCl disesuaikan dengan umur
penderita
Observasi ketat selama 24-48 jam. Bila timbul renjatan lagi, ulangi
prosedur di atas
Bila dengan tindakan-tindakan di atas renjatan belum dapat teratasi, perlu
dipertimbangkan pemasangan kateter untuk mengukur tekanan vena
sentral, dan pemberian obat-obatan vasoaktif
Kadang-kadang diperlukan pemberian transfusi trombosit setiap unit akan
meningkatkan trombosit 10.000/mm3
Pada renjatan yang berat, dapat dipertimbangkan pemberian
kortikosteroid:
Hidrokortison : 3-4 x 50-100 mg/hari IV, selama 24-48 jam, atau
Deksametason : 3-4 x 4-8 mg/hari IV, selama 24-48 jam
Hepanin dipakai pada keadaan koagulasi intravaskuler menyeluruh (DIC)
yang disertai gejala trombosis
Antibiotika diberikan bila ada infeksi sekunder
Ampisilin : 50-100 mg/kg/24 jam IV
Gentamisin : 5 mg/kg/24 jam IM
H. Komplikasi
- Perdarahan otak
- Sindroma Distres napas Dewasa (ARDS)
- Infeksi Nosokomial seperti pneumonia, tromboflebitis, sepsis, renajtan septik
I. Pencegahan
1. Memelihara lingkungan agar tetap bersih dan cukup sinar matahari.
2. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan cara:
Menutup dan menguras tempat penampungan air setiap minggu agar bebas
dari jentik nyamuk
Mengubur atau membakar kaleng bekas, botol-botol, tempurung kelapa
dan sampah lain sehingga tidak menjadi tempat perindukan nyamuk aedes
aegepty
Rapikan halaman dan jangan biarkan semak-semak di halaman tidak
terurus
Bersihkan selokan agar air dapat mengalir dengan lancar
Tidak membiarkan kain/baju-baju tergantung
Lakukan penyemprotan nyamuk (bila memang diperlukan)
DAFTAR PUSTAKA
B. KELUHAN
1. Alasan masuk Rumah Sakit
Kx mengeluh badannya panas dingin 3 hari yang disertai mual.
2. Keluhan utama saat pengkajian
Kx mengeluh badannya panas dingin.
H. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesadaran umum : lemah
Kesadaran : compos mentis, dengan GCS 4-5-6
TB / BB : 162 / 49
2. Tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg N : 86 x/menit
S : 38oC RR : 20 x/menit
3. Pengkajian persistem
A. a. Sistem integumen
Turgor baik dan warna kulit putih
Rambut panjang, warna hitam bersih dan rapi
Kuku pendek dan bersih
b. Sistem muskuloskeletal
Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas, keempat
ekstermitas simetris, kekuatan otot baik
B. Penginderaan
1. Mata : Tidak ada gangguan gerak bola mata
2. Hidung : Simetris dan tidak ada gangguan pernapasan
3. Telinga : Tidak ada gangguan pendengaran
4. Mulut : Mukosa bibir kering, perasa normal
5. Leher : Normal, tidak ada gangguan, seperti pembesaran
kelenjaran tyroid
C. Pernafasan
- Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada gangguan nafas
- Palpasi : Tidak ada benjolan
- Perkusi : Terdengar bunyi resonan
- Auskultasi : Tidak ada ronchi dan wheziing
D. Kardiovaskuler
- Pola nadi reguler N = 86 x/menit
- Tekanan darah = 130/90 mmHg
- Detak jantung terasa jelas, irama teratur
E. Sistem Pencernaan
- Inspeksi : Bentuk simetris
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada perut
- Perkusi : Perut tidak kembung
- Auskultasi : Terdengar suara bising usus 18x/menit
F. Sistem Reproduksi
- Px berjenis kelamin perempuan
- Px belum menikah
- Px tidak menderita penyakit kelamin
G. Sistem Persyarafan
- GCS : 4-5-6
- Reflek : normal
- Tingkat kesadaran : compos mentis
H. Sistem Pegerakkan tubuh
Extermitas atas dan bawah tidak ada masalah, nyeri sendi tidak ada,
tangan kiri terpasang infus 5 5
5 5
I. Sistem Perkemihan
Selama di RS px tidak ada masalah BAK
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 4 Desember 2005
Darah lengkap Normal
HB 10,1 11,4-15,1
Lekosit 2,500 4,30-11,300
Hematokrit (PCV) 30,2 38-42%
Trombosit 66,000 150,000-400,000
Luidal :
S. Typhi O - Negatif ( - Negatif)
S. Typhi H - Negatif ( - Negatif)
S. para typhi A-H - Negatif ( - Negatif)
S. para typhi B-H - Negatif ( - Negatif)
2. Terapi Medis
4 Desember 2005
- Inf. RL 24 tetes/menit
- Inj. Amoxilin 3 x 1 gram
- Inj. Vit. K 3 x 1 ampul
ANALISA DATA
V. Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2. Resiko defisi volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
3. Resiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan menurun.
4. Resiko syok Hypo volemik berhubungan dengan pendarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstra vaskuler.
5. Resiko terjadi pendarahan yang berhubungan dengan penurunan faktor-faktor
pembekuan darah.
VI. Perencanaan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
Tujuan : Suhu tubh kembali normal
Kriteria : TTV khususnya suhu dalam batas normal (36o – 37o)
Membran mukosa basah tidak ada nyeri.
Rencana Intervensi :
1. Observasi TV setiap 1 jam
Rasional : Menentukan intervensi lanjutan bila terjadi perubahan.
2. Berikan kompres air biasa / kran
Rasional : Kompres akan memberikan pengeluaran panas secara induksi.
3. Anjurkan klien untuk banyak minum 1500 – 2000 ml.
Rasional : Mengganti cairan tubuh yang keluar karena panas dan memacu
pengeluaran urine guna pembuangan panas lewat urine di
kamar mandi.
4. Anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan menyengat keringat.
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan memperbesar penguapan panas.
5. Observasi intake dan out put.
Rasional : Deteksi terjadinya kekuarangan volume cairan tubuh.
6. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik.
Rasional : Antipretik berguna bagi berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria : TD 100/70 mmHg, N : 80-120x/mnt
Pusasi kuat
Akral hangat
Rencana Intervensi :
1. Oservasi vital sign setiap jam atau lebih.
Rasional : Mengetahui kondisi dan mengidentifikasi fluktuasi cairan intra
vaskuler.
2. Observasi capillary refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer.
3. Observasi intake dan output, catat jumlah, warna / konsentrasi urine.
Rasional : Penurunan haluaran urine / urine yang pekat dengan
peningkatan BJ diduga dehidrasi.
4. Anjurkan anak untuk banyak minum 1500 – 2000 ml.
Rasional : Untuk pemenuhan kebutuhan cairan tubuh.
5. Kolaborasi pemberian cairan intra vena atau plasma atau darah.
Rasional : Meningkatkan jumlah cairan tubuh untuk mencegah terjadinya
hipovolemik syok.
3. Resiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan yang
menurun.
Tujuan : Nutrisi terpenuhi
Kriteria : Nafsu makan menigkat
Porsi makan dihabiskan.
Rencana Intervensi :
1. Kaji keluhan mual, muntah atau penurunan nafsu makan.
Rasional : Menentukan intervensi selanjutnya.
2. Berikan makanan yang mudah ditelan mudah cerna
Rasional : Mengurangi kelelahan klien dan mencegah perdarahan
gastrointestinal.
3. Berikan makanan porsi kecil tapi sering.
Rasional : Menghindari mual dan muntah.
4. Hindari makanan yang merangsang pedas, asam.
Rasional : Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat
menstimulasi muntah.
5. Beri makanan kesukaan klien.
Rasional : Menungkinkan pemasukan yang lebih banyak.
6. Kolaborasi pemberian cairan parental ada
Rasional : Nutrisi parenteral sangat diperlukan jika intake peroral sangat
kurang.
4. Resiko syok hypovolemik behubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal
Rencana Intervensi :
1. Monitor keadaan umum pasien
Rasional : Untuk memonitor kondisi selama perawatan terutama saat
terjadi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda
presyok / syok.
2. Observasi vital sign setiap 3 jam atua lebih.
Rasional : Perawat perlu terus mengobservasi vital sign untuk memastikan
tidak terjadi presyok / syok.
3. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan
jika terjadi perdarahan.
Rasional : Dengan melibatkan pasien dan keluarga maka tanda-tanda
perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat
dan tepat dapat segera diberikan.
4. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan
tubuh secara hebat.
VII. Implementasi
Merupakan pelaksanaan dan intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi
diagnosa keperawatan yang ada.
VIII. Evaluasi
1. Apakah suhu tubuh px sudah menurun ?.
2. Apakah volume cairan tubuh px sudah terpenuhi ?
3. Apakah kebuthan nutrisi px sudah terpenuhi ?
4. Apakah perdarahan pada px sudah mulai berkurang ?
5. Apakah proses pembekuan darah sudah teratasi ?