Anda di halaman 1dari 9

STANDAR PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGUE HEMORRAGIC FEVER

KOMITE KEPERAWATAN
RUMAH SAKIT UMUM BUNDA GORONTALO
TAHUN 2019
ASKEP DHF
A. Pengertian
Demam dengue/DHF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemoragic fever/DHF)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diastesis
haemoragic (Suhendro, dkk, 2007 : 1709).
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh 4 tipe serotipe
virus dengue dan ditandai dengan 4 gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manisfestasi
perdarahan, hepatomegali dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya rejatan (sindrom
rejatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian (Abdul
Rohim, dkk, 2002 : 45).
B. Etiologi
1. Virus dengue
Deman dengue dan demamm berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk
dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 mm
terdiri dari asam aribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 10 6. Terdapat 4 serotipe
virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam
dengue dan demam berdarah dengue. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3
merupakan serotip terbanyak (Suhendro, 2007 : 1709).
Virus Dengue merupakan keluarga flaviviridae dengan empat serotip (DEN 1, 2, 3, 4). Terdiri dari
genom RNA stranded yang dikelilingi oleh nukleokapsid. Virus Dengue memerlukan asam
nukleat untuk bereplikasi, sehingga mengganggu sintesis protein sel pejamu. Kapasitas virus
untuk mengakibatkan penyakit pada pejamu disebut virulensi. Virulensi virus berperan melalui
kemampuan virus untuk :
a. Menginfeksi lebih banyak sel,
b. Membentuk virus progenik,
c. Menyebabkan reaksi inflamasi hebat,
d. Menghindari respon imun mekanisme efektor
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti,
nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang
kurang berperan berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur
hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang
lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus dengue dari
penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor
penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut
berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang
terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di
luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air
bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah
korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan
imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus
dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF)
akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang
mendapat infeksi virus dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap
dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).
C. Klasifikasi DHF
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet
positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie,
ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3. Derajat II
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat ( >120x/mnt )
tekanan nadi sempit (  120 mmHg ), tekanan darah menurun, ( 120/80  120/100  120/110
 90/70  80/70  80/0  0/0 )
4. Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung  140x/mnt ) anggota gerak
teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
Secara Minis
1. Kasus DBD
 Demam akut 2-7 hari, bersifat bifasik.
 Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa
a) uji tourniquet positif
b) petekia, ekimosis, atau purpura
c) Perdarahan mukosa, saluran cerna, dan tempat bekas suntikan
d) Hematemesis atau melena
 Trombositopenia < 100.00/pl
 Kebocoran plasma yang ditandai dengan
 Peningkatan nilai hematrokrit >_ 20 % dari nilai baku sesuai umur danjenis kelamin.
 Penurunan nilai hematokrit >_ 20 % setelah pemberian cairan yangadekuat Nilai Ht
normal diasumsikan sesuai nilai setelah pemberiancairan.
 Efusi pleura, asites, hipoproteinemi.
2. SSD
Definisi kasus DBD ditambah gangguan sirkulasi yang ditandai dengan :
 Nadi cepat, lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, perfusi perifer menurun
 Hipotensi, kulit dingin-lembab, dan anak tampak gelisah.
D.    Tanda Dan Gejala
1. Demam : demam tinggi timbul mendadak, terus menerus, berlangsung dua sampai tujuh hari turun
secara cepatmenuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala
– gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan
persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.
2. Perdarahan : perdarahan disini terjadi akibat berkurangnya trombosit (trombositopeni) serta
gangguan fungsi dari trombosit sendiri akibat metamorfosis trombosit. Perdarahan dapat terjadi di
semua organ yang berupa:
a) Uji torniquet positif
b) Ptekie, purpura, echymosis dan perdarahan konjungtiva
c) Epistaksis dan perdarahan gusi
d) Hematemesis, melena
e) Hematuri
3. Hepatomegali :
a) Biasanya dijumpai pada awal penyakit
b) Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit
c) Nyeri tekan pada daerah ulu hati
d) Tanpa diikuti dengan ikterus
e) Pembesaran ini diduga berkaitan dengan strain serotipe virus dengue
4. Syok : Yang dikenal dengan DSS , disebabkan oleh karena : Perdarahan dan kebocoran plasma
didaerah intravaskuler melalui kapiler yang rusak. Sedangkan tanda-tanda syok adalah:
a) Kulit dingin, lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki
b) Gelisah dan Sianosis disekitar mulut
c) Nadi cepat, lemah , kecil sampai tidak teraba
d) Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang dari 80
mmHg)
e) Tekanan nadi menurun (sampai 20mmHg atau kurang)
5. Trombositopeni: Jumlah trombosit dibawah 150.000 /mm3 yang biasanya terjadi pada hari ke tiga
sampai ke tujuh.
6. Hemokonsentrasi : Meningkatnya nilai hematokrit merupakan indikator kemungkinan terjadinya
syok.
7. Gejala-gejala lain :
a) Anoreksi , mual muntah, sakit perut, diare atau konstipasi serta kejang.
b) Penurunan kesadaran
E.     Pemeriksaan Dan Dignosis
1. Uji Torniquet
Tes tourniquet (Rumpel-Lende)/ tes kerapuhan kapiler merupakan metode diagnostik klinis untuk
menentukan kecenderungan perdarahan pada pasien. Penilaian kerapuhan dinding kapiler
digunakan untuk mengidentifikasi trombositopinia. Metode ini merupakan syarat diagnosis DBD
menurut WHO. Langkah tes torniquet :
a. Pra Analitik
 Persiapan pasien : tidak memerlukan persiapan khusus
 Prinsip : Membuat kapiler anoksia dengan membendung daerah vena. Dengan
terjadinya anoksia dan penambahan tekanan internal akan terlihat kemampuan kapiler
bertahan. Jika ketahanan kapiler turun akan timbul petechie dikulit
 Alat bahan : tensimeter, stetoskop, timer, spidol
b. Analitik
 Pasang manset tensimeter pada lengan atas. Tentukan tekanan sistolik (TS) dan tekanan
diastolik (TD)
 Buat lingkaran pada volar lengan bawah dengan radius 3cm,
 Pasang lagi tensimeter dan buatlah tekanan sebesar ½ x (TS+TD), pertahankan tekanan
ini selama 5 menit.
 Longgarkan manset lalu perhatikan ada tidaknya petechie dalam lingkaran yang dibuat
c. Post Analitik
 < 10 : normal/negatif
 10-20 : dubia (ragu-ragu)
 >20 : abnormal (positif)
2. Labolatorium
a. Hb dan PCV meningkat (  20% )
b. Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )
c. Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder
d. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam apabila
sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin
serum.
e. Hemokonsentrasi yaitu terjadi peningkatan nilai hematokrit > 20 %. Meningginya hematokrit
sangat berhubungan dengan beratnya renjatan. Hemokonsentrasi selalu mendahului perubahan
tekanan darah dan nadi, oleh kerena itu pemeriksan hematokrit secara berkala dapat
menentukan sat yang tepat penghentian pemberian cairan atau darah.
f. Trombositopenia, akan terjadi penurunan trombosit sampai dibawah 100.000 mm 3
g. Sediaan hapusan darah tepi, terdapat fragmentosit, yang menandakan terjadinya hemolisis
h. Sumsum tulang, terdapatnya hipoplasi sistem eritropoetik disertai hiperplasi sistem RE dan
terdapatnya makrofag dengan fagositosis dari bermacam jenis sel
i. Elektrolit, : hiponatremi (135 mEq/l). terjadi hiponatremi karena adanya kebocoran
plasma,anoreksia, keluarnya keringat, muntah dan intake yang kurang
j. Hiperkalemi , asidosis metabolic
k. Tekanan onkotik koloid menurun, protein plasma menurun,Serum transaminasi meningkat.
F.     Penatalaksanaan
1. Indikasi rawat tinggal
a. Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang ) atau kejang-kejang.
b. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif / negatif, kesan sakit
keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV meningkat.
c. Panas disertai perdarahan
d. Panas disertai renjatan.
2. Fase Demam
Hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak, inguinal. Bila cairan oral tidak dapat
diberikan karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan, maka cairan intravena
rumatan perlu diberikan. Antipiretik kadang-kadang diperlukan, namun antipiretik tidak dapat
mengurangi lama demam pada DBD.Penggantian Volume Plasma
3. Dasar patogenesis DBD adalah perembesan plasma, yang terjadi pada fasepenurunan suhu (fase a-
febris, fase krisis, fase syok) maka dasarpengobatannya adalah penggantian volume plasma yang
hilang. Penggantian volume cairan harus adekuat, seminimal mungkin mencukupi kebocoran
plasma. Secara umum volume yang dibutuhkan adalah jumlah cairan rumatan ditambah 5-
8%.Cairan intravena diperlukan, apabila (1) Anak terus menerus muntah, tidak mau minum, demam
tinggi sehingga tidak rnungkin diberikan minum per oral, ditakutkan terjadinya dehidrasi sehingga
mempercepat terjadinya syok. (2) Nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala.
Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan
cairan glukosa 5% di dalam larutan NaCl 0,45%. Bila terdapat asidosis, diberikan natrium
bikarbonat 7,46% 1-2 ml/kgBB intravena bolus perlahan-lahan. Apabila terdapat hemokonsentrasi
20% atau lebih maka komposisi jenis cairan yang diberikan harus sama dengan plasma. Volume
dankomposisi cairan yang diperlukan sesuai cairan untuk dehidrasi pada diare ringan sampai
sedang, yaitu cairan rumatan + defisit 6% (5 sampai 8%), seperti tertera pada tabel dibawah ini :
G. Komplikasi
Demam berdarah yang tidak tertangani dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti dengue shock
syndrome (DSS). Selain menampakkan gejala demam berdarah, DSS juga memunculkan gejala
seperti:
 Tekanan darah menurun.
 Pelebaran pupil.
 Napas tidak beraturan.
 Mulut kering.
 Kulit basah dan terasa dingin.
 Denyut nadi lemah.
 Jumlah urine menurun.
Tingkat kematian DSS yang segera ditangani adalah sekitar 1-2%.Namun sebaliknya, bila tidak
cepat mendapat penanganan, tingkat kematian DSS bisa mencapai 40%.Karena itu, penting untuk
segera mencari pertolongan medis, bila Anda mengalami gejala demam berdarah.
Kebutuhan cairan pada dehidrasi sedang (defisit cairan 5 – 8 %)
Berat Badan waktu masuk RS ( kg ) Jumlah cairan ml/kg berat badan per hari
<7 220
7 - 11 165
12-18 132
>18 88

Kebutuhan cairan Rumatan


Berat Badan ( kg ) Jumlah cairan ml
10 100 per kg BB
10 - 20 1000 + 50 x kg (diatas 10 kg)
>20 1500 + 20 x kg (diatas 20 kg)

Jenis Cairan (rekomendasi WHO)


a.       Kristaloid
·         Larutan ringer laktat (RL)
·         Larutan ringer asetat (RA)
·         Larutan garam faali (GF)
·         Dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL)
·         Dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA)
·         Dekstrosa 5% dalam 1/2 larutan garam faali (D5/1/2LGF)
·         (Catatan:Untuk resusitasi syok dipergunakan larutan RL atau RA tidak boleh larutan yang mengandung
dekstran)
b.      Koloid
·         Dkstran 40
·         Plasma
·         Albumin

4)      Syok Sindrom Dengue


a.       Penggantian volume segera
·         Pengobatan awal cairan intravena larutan ringer laktat > 20 ml/kg BB. Tetesan diberikan secepat mungkin
maksimal 30 menit. Pada anak dengan berat badan lebih, diberi cairan sesuai berat BB ideal danumur 10
mm/kg BB/jam.
·         Bila tidak ada perbaikan pemberian cairan kristoloid ditambah cairan koloid. Apabila syok belum dapat
teratasi setelah 60 menit beri cairan kristaloid dengan tetesan 10 ml/kg BB/jam.
·         Bila tidak ada perbaikan stop pemberian kristaloid danberi cairan koloid (dekstran 40 atau plasma) 10
ml/kg BB/jam. Pada umumnya pemberian koloid tidak melebihi 30 ml/kg BB. Maksimal pemberian koloid
1500 ml/hari, sebaiknya tidak diberikan pada saat perdarahan.
·         Setelah pemberian cairan resusitasi kristaloid dan koloid syok masih menetap sedangkan kadar hematokrit
turun, diduga sudah terjadi perdarahan; maka dianjurkan pemberian transfusi darah segar.
·         Apabila kadar hematokrit tetap > tinggi, maka berikan darah dalam volume kecil (10 ml/kg BB/jam) dapat
diulang sampai 30 ml/kgBB/ 24 jam.
·         Setelah keadaan klinis membaik, tetesan infus dikurangi bertahap sesuai keadaan klinis dankadar
hematokrit.
Pemeriksaan Hematokrit untuk Memantau Penggantian Volume Plasma Pemberian cairan harus tetap
diberikan walaupun tanda vital telah membaik dankadar hematokrit turun. Tetesan cairan segera diturunkan
menjadi 10 ml/kg BB/jam dankemudian disesuaikan tergantung dari kehilangan plasma yang terjadi selama
24-48 jam.

b.    Koreksi Gangguan Metabolik dan Elektrolit


Hiponatremia danasidosis metabolik sering menyertai pasien DBD/SSD, maka analisis gas darah dankadar
elektrolit harus selalu diperiksa pada DBD berat.
ASUHAN KEPERAWATAN DHF

No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan


1 Gangguan keseimbangan cairan tubuh: Tujuan: 1. Observasi warna kulit,membran mukosa dan turgor
Kurang dari kebutuhan dengan Gangguan keseimbangan dapat diatasi. kulit.
peningkatan permeabilitas dinding 2. Observasi tanda-tanda vital setiap 1-2 jam
pembuluh darah yang mengakibatkan Kriteria: 3. Observasi tanda-tanda syok lainnya (keringat dingin,
keluarnya plasma dari pembuluh darah.  Turgor baik. pucat, penurunan kesadaran).
Data penunjang:  Rasa haus hilang. 4. Awasi ketat jumlah cairan yang masuk dan keluar.
 Tekanan darah menurun ,nadi a. Trombosit 200.000- 5. Anjurkan pasien untuk mintim 2-2.51/hari.
meningkat 300.000/mm3. 6. Observasi adanya tanda-tanda perdarahan pada gusi,
 Trombositopenia <100.000/mm b. Tekanan darah normal. epitaksis petechie dan echymosis.
 Ht meningkat 20% c. Nadi 60-100 x permenit. 7. Kerjasama dengan tim kesehatan dalam:
 Turgor jelek d. Pernafasan `16-24 x a. Pemberian cairan RL parenteral.
 Pasien mengeluh haus. permenit b. Pemeriksaan Hb, Ht, trombosit setiap 3-4 jam.
e. Produksi urine 30-50cc/jam c. Pemeriksaan hemostats bila terjadi perdaraham.
2 Hipertermi berhubungan dengan proses Tujuan: 1. Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh
infeksi virus dengue. Hipertermi dapat teratasi 2. Berikan kompres hangat pada daerah dahi dan ketiak
Data penunjang : Kriteria: 3. Ganti pakaian yang telah basah oleh keringat
 Pasien mengatakan badannya panas  Pasien menyatakan demam turun 4. Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang
 Suhu tubuh diataas normal > 37,5  Suhu tubuh normal (36 – 37,5 ºC) dapat menyerap keringat seperti terbuat dari katun.
ºC 5. Anjurkan keluarga untuk memberikan minum
 Kulit warna kemerahan banyak kurang lebih 1500 – 2000 cc per hari
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi,
obat penurun panas.
3 Resiko Perubahan nutrisi kurang dari Tujuan : 1. Kaji intake nutrisi klien dan perubahan yang terjadi
kebutuhan tubuh berhubungan dengan Gangguan Pemenuhan nutrisi dapat 2. Timbang berat badan klien tiap hari
intake oral tidak adekuat teratasi 3. Berikan klien makan dalam keadaan hangat dan
Data penunjang : Kriteria : dengan porsi sedikit tapi sering
 Pasien mengatakan mual, muntah,  Tidak adanya mual / muntah 4. Beri minum air hangat bila klien mengeluh mual
tidak ada nafsu makan  Porsi makan dihabiskan 5. Lakukan pemeriksaan fisik Abdomen (auskultasi,
 Porsi makan tidak dihabiskan  BB ideal / normal perkusi, dan palpasi).
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi
anti emetik.
7. Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet.

4 Resiko terjadinya perdarahan Tujuan : 1. Kaji adanya perdarahan


berhubungan dengan trobositopenia Perdarahan tidak terjadi 2. Observasi tanda-tanda vital (S.N.RR)
Data penunjang hasil pemeriksaan Kriteria : 3. Antisipasi terjadinya perlukaan / perdarahan.
trombosit dibawah normal < 100 Trombosit dalam batas normal (100 – 4. Anjurkan keluarga klien untuk lebih banyak
(10*3/uL) 300 10*3/uL) mengistirahatkan klien
5. Monitor hasil laboratorium darah, Trombosit, dll
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi,
pemberian cairan intra vena

Gorontalo, Oktober 2019


Direktur Rumah Sakit Umum Bunda Gorontalo

dr. Rudolf Anglimala

Anda mungkin juga menyukai