Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

DHF
KELOMPOK 2
NAMA KELOMPOK

● Putu Yudiarta C1118070


● Desak Putu Muliani Purnama Dewi C1118081
● Ni Putu Ayuk Chandra Verghinia C1118084
● Ni Luh Putu Rustiningsih C1118094
● Kadek Desi Fajar Yanti C1116146
Pengertian

Menurut World Health Organization (WHO), Dengue Hemmorhagic Fever (DHF)


atau Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik (WHO, 2011).
Etiologic
Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD
ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
yang terinfeksi virus dengue. Virus Dengue penyebab
Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue
(DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk
dalam kelompok B Arthropod virus Arbovirosis yang
sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili
Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu :
DEN-1, DEN- 2, DEN-3, DEN-4 (Depkes RI, 2016).
Epidemiologi
Jumlah kasus DBD tidak pernah menurun di beberapa daerah tropik dan
subtropik bahkan cenderung terus meningkatdan banyak menimbulkan
kematian pada anak 90% di antaranya menyerang anak di bawah 15
tahun.13 Di Indonesia, setiap tahunnya selalu terjadi KLB di beberapa
provinsi, yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah
penderita 79.480 orang dengan kematian sebanyak 800 orang lebih. Pada
tahun-tahun berikutnya jumlah kasus terus naik tapi jumlah kematian turun
secara bermakna dibandingkan tahun 2004. Misalnya jumlah kasus tahun
2008 sebanyak 137.469 orang dengan kematian 1.187 orang atau case
fatality rate (CFR) 0,86% serta kasus tahun 2009 sebanyak 154.855 orang
dengan kematian 1.384 orang atau CFR 0,89%.
Pantofisiologi
Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus dengue
berkembang biak dalam sel retikuloendotelial yang
selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung
5-7 hari. Akibat infeksi ini, muncul respon imun
baik humoral maupun selular, antara lain anti
netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti komplemen.
Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG
dan IgM, pada infeksi dengue primer antibodi mulai
terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar antibodi
yang telah ada jadi meningkat.
LANJUTAN

Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar


demam hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan ketiga,
dan menghilang setelah 60-90 hari. Kinetik kadar IgG berbeda dengan
kinetik kadar antibodi IgM, oleh karena itu kinetik antibodi IgG harus
dibedakan antara infeksi primer dan sekunder. Pada infeksi primer antibodi
IgG meningkat sekitar demam hari ke-14 sedang pada infeksi sekunder
antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Oleh karena itu diagnosa dini
infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM
setelah hari sakit kelima, diagnosis.
Tanda dan gejala atau manifestasi klinis

1. Demam atau riwayat demam akut antar 2-7 hari.

2. Keluhan pada saluran pencernaan, mual, muntah,


anoreksia, diare, konstipasi.

3. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala,


nyeri pada otot, tulang dan sendi, nyeri ulu hati, dan lain-
lain.
Klasifikasi

Derajat I Derajat II
Demam disertai gejala konstitutional Manifestsi klinis pada derajat
yang tidak khas, manifestasi disertai perdarahan spontan, dapat
pendarahan hanya uji torniquet berupa perdarahan di kulit seperti
positif dan perdarahan lainnya. ptekie dan perdarahan lainya

Derajat III Derajat IV


Manifestasi klinis pada derajat III di Manifestasi klinis pada penderita
tambah dengan ditemukan derajat III di tambah dengan di
manifestasi kegagalan sistem temukan manifetasi renjatan yang
sirkulasi berupa nadi yang cepat berat dengan ditandai tekanan darah
dan lemah, hipotensi dengan kulit dan nadi tidak teratur, DBD derajat
yang lembab,dingin dan penderita II dan IV digolongkan Dengue Shok
gelisah . Syindrom (DSS)
Peneriksaan penunjang

1. Hb dan PCV meningkat ( ≥ 20 %).


2. Trombositopenia ( ≤ 100.000 / ml ).
3. Leukopenia ( mungkin normal atau leukositosis ).
4. Isolasi virus.
5. Serologi ( Uji H) : respon antibody sekunder
6. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang
kali( setiap jam atau 4-6 jam apabila sudah
menunjukkan tanda perbaikan),Faal hemostatis, FDP,
EKG, Foto dada, BUN.
Penatalaksanaan
1. Tirah baring atau istirahat baring
2. Diet makan lunak
3. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat
berupa : susu,teh manis, sirup dan beri
penderita sedikit oralit, pemberian cairan
merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer
laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang
paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi,
tensi, pernafasan) jika kondisi pasien
memburuk, observasi ketat tiap jam
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Identitas Penderita, Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
pernikahan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama, Panas atau demam.
3. Riwayat Kesehatan, Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan
kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin
lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot,
serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit
4. Riwayat Kesehatan Dahulu, Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami
serangan ulang DHF
5. Riwayat Kesehatan Keluarga, Apakah keluarga pernah mengalami riwayat penyakit DHF sebelumnya.
6. Riwatat Psikososial, Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
7. Kondisi lingkungan, sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih ( seperti air yang menggenang dan gantungan baju dikamar ).
Pemeriksaan fisik
Status Kesehatan Umum
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai berikut :
1. Grade I: Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda – tanda vital dan nadi
lemah.
2. Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan
petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
3. Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen, nadi lemah, kecil, dan
tidak teratur serta tensi menurun.
4. Grade IV : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur,
pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin berkeringat dan kulit tampak sianosis
LANJUTAN
1. Kepala dan leher
- Wajah: Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan fotobia, pergerakan bola
mata nyeri.
- Mulut: Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, (kadang-kadang) sianosis.
- Hidung: Epitaksis
- Tenggorokan : Hiperemia
- Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang daerah servikal posterior
2. Dada (Thorax), Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
- Pada Stadium IV : Palpasi : Vocal – fremitus kurang bergetar.
- Perkusi : Suara paru pekak.Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.
3. Abdomen (Perut).
- Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi turgor kulit dapat menurun.
4. Pemeriksaan laboratorium
- Hasil dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb dan PCV meningkat ( ≥20%), Trambositopenia
(≤100.000/ml), Leukopenia. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia, Urium dan Ph darah mungkin meningkat, Asidosis metabolic :
Pco2<35-40 mmHg, SGOT/SGPT mungkin meningkat
Penegakan masalah keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
(penekanan intra abdomen)
3. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan
dengan penurunan konsentrasi haemoglobin
4. Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan
koagulasi.
5. Risiko syok hypovolemia berhubungan dengan
kehilangan cairan secara aktif
6. Cemas berhubungan dengan perpisahan
Rencana tindakan keperawatan
No Diagnose keperawatan Tujuan dan kritria hasil Intervensi

1 Hipertermi berhubungan dengan proses Setelah dilakukan tindakan 2x…. jam di Pengobatan demam
penyakit ditandai dengan suhu tubuh Diatas harapkan suhu tubuh pasien Kembali normal 1. Monitor suhu sesering
normal,kulit merah, takikardi, kulit terasa dengan kriteria hasil : mungkin
hangat 1. Suhu tubuh dalam rentang normal 2. Berikan anti piretik
2. Nadi dan RR dalam rentang normal 3. Kompres pada lipatan paha
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan dan aksila
tidak ada pusing 4. Kolaborasi pemberian cairan intravena
2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 2x… jam di Manajemen nyeri
berhubungan harapkan nyeri pasien sudah berkurang 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
dengan agen cidera dengan kriteria hasil : (P,Q,R,S,T).
biologis (penekanan 1. Klien mampu mengontrol nyeri (tahu 2. Observasi reaksi nonverbal dari
intra abdomen) penyebab nyeri,mampu menggunakan ketidaknyamanan.
ditandai dengan teknik non farmakologi untuk mengurangi 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
Perubahan selera nyeri,mencari bantuan ). mengetahui pengalaman nyeri pasien.
makan, Perubahan 2. klien dapat melaporkan 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
frekuensi bahwa nyeri berkurang dengan 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
pernapasan, terlihat menggunakan manajemen nyeri 6. Kontrol lingkungan yang dapat
meringis skala 0-2. mempengaruhi nyeri (suhu ruangan,
3. Klien mampu mengenali nyeri (skala, pencahayaan dan kebsingan).
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri). 7. Kurangi factor prespitasi nyeri.
4. klien dapat menyatakan rasa nyaman 8. Ajarkan teknik nonfarmakologi (relaksasi
setelah nyeri berkurang. napas dalam).
9. Kolaborasi pemberian analgetik
3 Perfusi jaringan perifer tidak Setelah dilakukan tindakan selama Manajemen sensasi perifer
efektif berhubungan dengan 2x … jam di harapkan pasien 1. Monitor adanya daerah tertentu
penurunan konsentrasi Status sirkulasi yang hanya peka terhadap
haemoglobin ditandai dengan Tissue perfusion cerebral panas/dingin/tajam/t umpul
akral teraba dingin, warna Kriteria hasil : 2. Monitor adanya paratese
kulit pucat. 1. Tekanan systole dan diastole 3. Instruksikan keluarga untuk
dalam rentang normal mengobservasi kulit jika ada
2. Tidak ada ortostatik hipertensi lesi atau laserasi
3. Tidak ada tanda-tanda 4. Batasi gerakan pada kepala,
peningkatan tekanan leher, dan punggung
intracranial (tidak lebih dari 15 5. Kolaborasi pemberian
mmHg) analgetik
6. Monitor adanya tromboplebitis
4 Risiko perdarahan berhubungan Setelah di lakukan tindakan 2x… Tindakan pencegahan
dengan gangguan koagulasi jam di harapkan pasien tidak pendarahan
ditandai dengan trombositopeni mengalami pendarahan dengan 1. Monitor ketat tanda- tanda
kriteria hasil : perdarahan
1. Tidak ada hematuria dan 2. Catat nilai Hb dan Ht sebelum
hematemesis dan sesudah terjadinya
2. Kehilangan darah yang terlihat perdarahan
3. Tekanan darah dalam batas 3. Monitor nilai lab yang meliputi
normal systole dan diastole PT, PTT, trombosit
4. Haemoglobin dan hematokrit 4. Pertahankan bed rest selama
dalam batas normal perdarahan
5. Monitor status cairan yang
meliputi intake dan output
5 Risiko syok hypovolemia Setelah dilakukan tindakan 2x… jam di Pencegahan syok
berhubungan dengan kehilangan harapkan pasien tidak mengalami syok 1. Monitor status
caira secara aktif ditandai dengan dengan kriteria hasil : sirkulasi blood
perdarahan 1. Nadi dalam batas yang normal preasure, warna kulit, suhu, heart
2. Irama jantung dalam batas yang rate, dan ritme nadi perifer dan
diharapkan capillary refile time
3. Frekuensi nafas dalam batas yang 2. Monitor suhu dan pernafsan
diharapkan 3. Monitor tanda dan gejala asites
4. Pantau nilai lab : Hb, Ht, AGD, dan
elektrolit
Syok management
5. Monitor fungsi neurologis
6. Monitor tekanan nadi
7. Monitor status cairan input output
8. Monitor EKG sesuai kebutuhan
6 Cemas berhubungan dengan Setelah dilakikan tindakan 2x Pengurangan kecemasan
perpisahan dengan orang … jam di harapkan pasien 1. Pertahankan sikap yang
tua, lingkungan yang asing, tidak merasa cemas dengan tenang dan meyakinkan
ketidaknyamanan kriteria hasil : 2. Jelaskan prosedur dan
1. Anak istirahat dengan aktivitas lain sebelum
tenang memulai
2. Anak mendiskusikan 3. Jawab pertanyaan dan
prosedur dan aktivitas jelaskan tujuan aktivitas
tanpa bukti kecemasan 4. Anjurkan orang terdekat
bagi anak untuk tetap
bersama anak sebanyak
mungkin
5. Memenuhi kebutuhan
bermain
Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari
dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi
selama proses keperawatan berlangsung atau menilai dari respon
klien disebut evaluasi proses dan kegiatan melakukan evaluasi
dengan target tujuan yang diharapkan disebut evaluasi hasil.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai