Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DHF

A. Pengertian

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri
demam manifestasi perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Mansjoer, Arif 2008)

Dengue hemoragic fever (DHF) atau demam berdarah dengue adalah


penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Susilaningrum dkk, 2013)

B. Penyebab

Penyebab dengue hemorhagic fever (DHF) dinamakan virus dengue tipe 1,


tipe 2, tipe 3,tipe 4. Vektor dari DHF adalah Aedes aegypti, aedes albopictus, aedes
aobae, aedes cooki, aedes hakanssoni, aedes polynesis, aedes pseudoscutellaris,
aedes rotumae (Sumarmo, 2005).

Virus dengue termasuk Flavivirus secara serologi terdapat 4 tipe yaitu tipe1,
tipe 2, tipe 3, tipe 4. Dikenal 3 macam arbovirus Chikungunyam Onyong-nyong dari
genus Togavirus dan West Nile Fever dari genus Flavivirus, yang mengakibatkan gejala
demam dan ruam yang mirip DB (Widagdo, 2011).

C. Klasifikasi

1. Derajat I :

Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.

2. Derajat II :

Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit
seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.

3. Derajat III :
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan
system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang
lembab, dingin dan penderita gelisah.

4. Derajat IV :

Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi
renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.

D. Patofisiologi

Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody.
Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan
dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan
merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh
darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.

Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor


koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan
hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding


pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan
diathesis hemorrhagic, renjatan terjadi secara akut.

Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel


dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik.
Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian.

E. Komplikasi

Dalam penyakit DHF atau demam berdarah jika tidak segera di tangani akan
menimbulkan kompikisi adalah sebagai berikut :

1. Perdarahan

Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan jumlah


trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan koagulopati, trombositopenia,
dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan
pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet
positif, petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan
melena.

2. Kegagalan sirkulasi

DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 – 7, disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan
serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan
hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous return),
prelod, miokardium volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi
atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.

DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan aktivity dan integritas
system kardiovaskur, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah
terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan
irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien meninggal dalam 12-24
jam.

3. Hepatomegali

Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan nekrosis


karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel kapiler. Terkadang tampak
sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi
atau kompleks virus antibodi.

4. Efusi pleura

Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasasi aliran
intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga
pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak napas.

F. Pengkajian Keperawatan
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status
kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan
penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.

1. Identitas klien : Meliputi nama,alamat,umur

2. Keluhan utama : Alasan klien masuk ke rumah sakit

3. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan Dahulu

Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah ibu pernah mengalami trauma pada
kehamilan Trimester I. bagaimana pemenuhan nutrisi ibu saat hamil, obat-obat
yang pernah dikonsumsi oleh ibu dan apakah ibu pernah stress saat hamil.
Kemudian apakah anak sebelumnya pernah mengalami DBD juga atau tidak atau
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain

b) Alasan Masuk Rumah Sakit

Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke rumah sakit adalah
panas tinggi dan pasien lemah.

c) Riwayat Kesehatan Sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan saat
demam kesadaran kompos mentis. Panas turun terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan
anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian,
nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis. Riwayat
Kesehatan Keluarga

4. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.

5. Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor predisposisinya. Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah,dan nafsu akan menurun.
Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi,
maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi
kurang.

6. Kondisi lingkungan

Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang kurang
bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di kamar).

7. Pola kebiasaan

Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan
nafsu makan menurun.

Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara DHF
grade III-IV bisa terjadi melena.

Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit atau
tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.

Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit atau
nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahatnya
kurang.

Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung
kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.

Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upa untuk menjaga kesehatan.

8. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :

a. Kesadaran : Apatis

b. Vital sign : TD : 110/70 mmHg

c. Kepala : Bentuk mesochepal

d. Mata : Simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata anemis

e. Telinga : Simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan

Pendengaran

f. Hidung : Ada perdarahan hidung / epsitaksis

g. Mulut : Mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan pada
rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.

h. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada,
nyeri telan

i. Dada :

Inspeksi : Simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan

Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan

Perkusi : Sonor

Palpasi : Taktil fremitus normal

j. Abdomen :

Inspeksi : Bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)

Auskultasi : Bising usus 8x/menit

Perkusi : Tympani

Palpasi : Turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas

k. Ekstrimitas: Sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi tulang
l. Genetalia : Bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang kateter

9. Sistem integumen

Adanya petekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan
lembab. Kuku sianosis atau tidak.

a. Kepala dan leher Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam
(flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade
II,III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan
gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan
terjadi perdarahan telingga (grade II, III, IV).

b. Dada

Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax terdapat adanya cairan
yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi pleura), rales, ronchi, yang biasanya
terdapat pada grade III dan IV.

c. Abdomen

Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites. Ekstremitas :


akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

10. Pemeriksaan Penunjang

a. Uji rumple leed / tourniquet positif

Darah, akan ditemukan adanya trombositopenia, hemokonsentrasi, masa


perdarahan memanjang, hiponatremia, hipoproteinemia.Air seni, mungkin
ditemukan albuminuria ringan

b. Serologi

Dikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai untuk menentukan adanya
infeksi virus dengue antara lain : uji IgG Elisa dan uji IgM Elisa

c. Isolasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body technique test secara
langsung / tidak langsung menggunakan conjugate (pengaturan atau
penggabungan)

d. Identifikasi virus

Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body tehnique test secara
langsung atau tidak langsung dengan menggunakan conjugate

e. Radiologi

Pada fhoto thorax selalu didapatkan efusi pleura terutama disebelah hemi thorax
kanan

G. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme
otot-otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi.

2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

3. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perpindahan cairan


intravaskuler ke ekstravaskuler.

4. Risiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit.

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,


muntah, anoreksia.

6. Risiko tinggi terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang


berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

H. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus.

Tujuan: Suhu tubuh dapat kembali normal selama 2-3 hari berturut-turut.

Rencana tindakan :
a. Observasi suhu tiap 3 jam.

b. Beri kompres hangat dan dingin bila suhu > 38oC

c. Berikan minum 2-2,5 liter/24 jam bila tanpa kontraindikasi.

d. Anjurkan menggunakan pakaian tipis.

e. Anjurkan klien untuk membatasi aktivitas.

f. Kolaborasi medik untuk pemberian antipiretik

2. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perpindahan cairan


intravaskuler ke ekstravaskuler.

Tujuan: Cairan dan elektrolit dapat terpenuhi selama perawatan.

Rencana tindakan :

a. Observasi keadaan umum (turgor kulit, palpebrae)

b. Kaji TTV (suhu, nadi, TD) tiap 4 jam.

c. Hitung balance cairan.

d. Berikan minum 2-2,5 liter/24 jam.

e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapi cairan dan cek serum
elektrolit.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,


muntah, anoreksia.

Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi ditandai dengan BB tidak turun, mual,


muntah, tidak ada selama 3-5 hari perawatan.

Rencana tindakan :

a. Observasi keadaan umum (mual, muntah, anoreksia).

b. Berikan makan porsi kecil tiap 3 jam.

c. Hidangkan makanan hangat dan menarik.


d. Libatkan keluarga untuk mensupport klien.

e. Ajarkan teknik relaksasi.

f. Kolaborasi medik untuk pemberian anti muntah

4. Risiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit.

Tujuan: Tidak terjadi perdarahan dan jumlah trombosit meningkat selama


5 hari perawatan.

Rencana tindakan :

a. Observasi TTV dan keadaan umum.

b. Observasi tanda-tanda perdarahan (epistaksis, hematemesis, melena).

c. Anjurkan membatasi aktivitas.

d. Jauhkan dari risiko trauma (berikan sikat gigi yang lembut, gunting kuku).

e. Perhatikan asupan nutrisi.

f. Kolaborasi dokter untuk pemberian cairan infus anti perdarahan dan cek
lab.

5. Risiko tinggi terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat.

Tujuan: Tidak terjadi syok hipovolemik yang ditandai dengan TTV dalam batas
normal, keadaan umum baik, selama 5 hari perawatan.

Rencana tindakan :

a. Kaji keadaan umum.

b. Kaji tanda-tanda vital tiap 2 jam

c. Kaji tanda-tanda perdarahan.


d. Catat intake dan output.

e. Berikan transfusi sesuai dengan program dokter.

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC

Susilaningrum, R. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan anak untuk Perawat dan
Bidan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Widagdo. 2011. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta:
Sagung Seto.

http://sitinurmiasya.blogspot.com/2015/11/laporan-pendahuluan-dan-asuhan.html

http://repository.ump.ac.id/1097/3/LITA%20KRESTI%20NOVALIANA%20BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai