PADA ANAK
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
1. NURUL KHOTIFAH
2. KARTINI MATONDANG
3. ELSA PEBRIANTI SINAGA
4. MUHAMMAD ARIF SYABANA
5. ASTRI MELINDA SARAGIH
6. OSANYA BATUBARAt
7. SAADAH KARLAH
8. KHAIRANI DALILAH
9. MAHRA ELITA SIREGAR
10. EVELINE
1. Defenisi DHF
DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam
tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat menyerang semua orang
dan dapat mengakibatkan kematian, terutama anak serta sering menimbulkan wabah.
(Suriadi, 2006:
Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
(Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides albopictus dan
Aedes Aegepty) (Ngastiyah, 2005).
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam
manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Arief Mansjoer, 2000).
Dengue hemoragic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai leukopenia, dengan /
tanpa ruam (rash) dan limfadenopati. Thrombocytopenia ringan dan bintik-bintik
perdarahan (Noer Syaifullah, 2000).
Jadi demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue
2. Etiologi
1. Demam
2. Sakit kepala,
3. Mual,
4. Muntah,
5. Nyeri otot,
6. Pegal di seluruh tubuh,
7. Nafsu makan berkurang dan sakit perut,
8. Bintik-bintik merah pada kulit.
9. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti pembesaran
kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa.
10. Anaphylaxia
4 . Patofisiologi
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya
mengalami serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.
ASUHAN KEPERAWATAN DHF PADA
ANAK
1. Pengkajian
Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak
adalah :
a. Kesadaran : Apatis
b. Vital sign : TD : 110/70 mmHg00
c. Kepala : Bentuk mesochepal
d. Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata anemis
e. Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran
f. Hidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis
g. Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.
h. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada, nyeri telan
i. Dada
Inspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan
Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
Perkusi : Sonor
Palpasi : taktil fremitus normal
j. Abdomen :
Inspeksi : bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)
Auskultasi : bising usus 8x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas
k. Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi tulang
l. Genetalia : bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang kateter.
ASUHAN KEPERAWATAN DHF PADA
ANAK
2. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan intraseluler ke ekstraseluler (kebocoran
plasma dari endotel)
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga paru (effusi pleura)
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen dalam jaringan menurun.
4. Hipertermi berhubungan viremia
5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubunggan dengan proses patologis (viremia)
6. Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia
7. Resik perdarahan berhubungan dengan penurunan kadar trombosit dalam darah
ASUHAN KEPERAWATAN DHF PADA
3. Intervensi ANAK
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan dirongga paru (effusi pleura)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas menjadi efektif atau normal.
KH: Menunjukkan pola nafas efektif dan paru jelas dan bersih.
Rencana tindakan:
a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
Rasional : Kecepatan biasanya meningkat, dispnea dan terjadi peningkatan kerja nafas.
b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas ronchi
Rasional : Ronchi menyertai obstruksi jalan nafas atau kegagalan pernafasan.
c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional : Duduk tinggi memungkinkan pengembangan paru dan memudahkan pernafasan diafragma,
pengubahan posisi meningkatkan pengisian udara segmen paru.
d. Bantu pasien mengatasi takut atau ansietas.
Rasional : Perasaan takut dan ansietas berat berhubungan dengan ketidakmampuan bernafas atau terjadinya
hipoksemia
ASUHAN KEPERAWATAN DHF PADA
3. Intervensi ANAK
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigin dalam jaringan menurun.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suplai oksigen ke jaringan adekuat.
KH : Menunjukkan peningkatan perfusi secara individual misalnya tidak ada sianosis dan kulit hangat.
Rencana tindakan:
a. Auskultasi frekuensi dan irama jantung cacat adanya bunyi jantung ekstra.
Rasional : Tachicardia sebagai akibat hipoksemia kompensasi upaya peningkatan aliran darah dan perfusi
jaringan,gangguan irama berhubungan dengan hipoksemia, ketidakseimbangan elektrolit. Adanya bunyi
jantung tambahan terlihat sebagai peningkatan kerja jantung.
b. Observasi perubahan status metal
Rasional : Gelisah bingung disorientasi dapat menunjukkan gangguan aliran darah serta hipoksia.
c. Observasi warna dan suhu kulit atau membrane mukosa.
Rasional : Kulit pucat atau sianosis, kuku membran bibir atau lidah dingin menunjukkan vasokonstriksi prifer
(syok) atau gangguan aliran darah perifer.
d. Ukur haluaran urine dan catat berat jeuis urine
Rasional : Syok lanjut atau penurunan curah jantung menimbulkan penurunan perfusi ginjal dimanifestasi
oleh penurunan haluaran urine dengan berat jenis normal atau meningkat
ASUHAN KEPERAWATAN DHF PADA
3. Intervensi ANAK
6. Intake nutrisi kurang dari, kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah , anoreksia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
KH : Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang dibutuhkan atau diberikan .
Rencana tindakan:
a. Kaji keluhan mual dan muntah yang dialami oleh pasien
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah
c. Jelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit.
Rasional : Meningkatkan Pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi pasien untuk makan
meningkat.
d. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan dihidangkan saat masih hangat.
Rasional : membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan.
e. Catat jumlah dan porsi makanan yang dihabiskan
Rasional : untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.
f. Ukur berat badan pasien setiap hari.
Rasional : untuk mengetahui status gizi pasien
Thanks for watching
Guys