Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF)
Oleh :
Fera Wahyuni
G1B221006
Pengertian
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah
penyakit yg menyerang anak dan orang dewasa yg disebabkan oleh virus yg ditularkan oleh
nyamuk Aedes Aegypti dgn manifestasi berupa demam akut, perdarahan, nyeri otot dan
sendi. Pada DHF terjadi perembesan plasma yg ditandai dgn hemokosentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh.
Etiologi
Kegagalan
sirkulasi Efusi pleura
Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Anak dgn DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah dan tidak nafsu makan. Apabila kondisi berlanjut dapat mengalami
penurunan BB sehingga status gizinya berkurang.
Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yg padat penduduknya dan lingkungan yg kurang bersih
Pola Kebiasaan
Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, nafsu makan berkurang dan menurun.
Eliminasi (BAB): kadang anak yg mengalami diare/konstipasi. Sementara DHF pada
grade IV sering terjadi hematuria.
Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit
/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas & kualitas tidur maupun istirahatnya
berkurang
Kebersihan: upaya keluarga u/ menjaga kebersihan diri & lingkungan cenderung
kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk Aedes aegypty.
Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
Pengkajian
Sistem Integumen
1) Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul
keringat dingin, dan lembab.
2) Kuku sianosis atau tidak
3) Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan
karena demam, mata anemis, hidung kadang mengalami
perdarahan/ epitaksis pada grade II,III,IV. Pada mulut didapatkan
bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri
telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan
terjadi perdarahan ditelinga (pada grade II,III,IV).
4) Dada : bentuk simetris dan kadang terasa sesak. Pada poto thorak
terdapat cairan yg tertimbun pd paru sebelah kanan (efusi pleura),
rales +, ronchi +, yg biasanya terdapat pada grade III dan IV.
5) Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati atau
hepatomegaly dan asites
6) Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.
Pengkajian
Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1) HB dan PVC meningkat (≥20%)
2) Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
3) Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
4) Ig. D dengue positif
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan
hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia
6) Ureum dan pH darah mungkin meningkat
7) Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3
rendah
8) SGOT /SGPT mungkin meningkat.
Diagnosis
keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan jalan nafas
terganggu akibat spasme otot-otot penafasan, nyeri, hipoventilasi
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual
dan nafsu makan yang menurun.
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penekanan
intra abdomen).
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
kebocoran plasma darah
7. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopeni
8. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Intervensi
No. Diagnosis Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh klien minimal 2
berhubungan keperawatan selama 1 x 2 jam jam sekali
dengan proses diharapkan masalah berkurang 2. Monitor TTV dan warna kulit
infeksi virus dengue atau teratasi dengan kriteria 3. Monitor WBC, Hb, dan Hct
hasil : 4. Monitor penurunan tingkat kesadaran
1) Suhu tubuh pasien dalam 5. Berikan kompres hangat pada lipatan
batas normal (36 – 37 c). paha dan aksila
2) Nadi dan RR pasien dalam 6. Anjurkan klien untuk banyak minum
rentang normal. air putih
3) Tidak ada perubahan warna 7. Anjurkan klien untuk memperbanyak
kulit dan tidak ada pusing. istirahat atau istirahat yg cukup
8. Kolaborasi pemberian cairan
intravena
9. Berikan obat antipiretik ( hindari
aspirin atau obat anti koagulan )
10. Ketika anak demam anjurkan tidak
memakai pakaian dan selimut yg tebal
Intervensi
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital
pola napas keperawatan selama 1 x 24 2. Pertahankan jalan napas yang
berhubungan jam diharapkan masalah paten
dengan jalan nafas berkurang atau teratasi 3. Posisikan pasien untuk
terganggu akibat dengan kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi dengan
spasme otot-otot 1) Menunjukkan jalan napas posisi semi fowler.
penafasan, nyeri, yang paten (klien tidak 4. Berikan oksigen tambahan
hipoventilasi merasa tercekik, irama 5. Monitor aliran oksigen
nafas, frekuensi nafas 6. Monitor pernapasan dan status O2
dalam batas normal, 7. Auskultasi suara nafas, catat
tidak ada suara nafas adanya suara nafas tambahan
abnormal) 8. Observasi adanya tanda-tanda
2) TTV dalam batas normal hipoventilasi
(pernafasan, tekanan 9. Atur intake untuk cairan
darah, dan nadi) mengoptimalkan keseimbangan
Intervensi
3. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan catatan intake dan
cairan berhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam output yang akurat
dengan pindahnya diharapkan masalah berkurang 2. Monitor status hidrasi (misalnya
cairan intravaskuler atau teratasi dengan kriteria membrane mukosa lembab,
ke ekstravaskuler hasil : denyut nadi adekuat, dan
1) Tekanan darah, nadi dan tekanan darah ortostatik) jika
suhu dalam batas normal diperlukan
2) Keseimbangan intake dan 3. Monitor vital sign
output normal 4. Monitor masukan atau cairan
3) Hematokrit dalam batas dan hitung intake kalori harian
normal 5. Monitor status nutrisi
4) Tidak ada tanda-tanda 6. Dorong pasien untuk menambah
dehidrasi, elastisitas turgor asupan oral
kulit baik, membran 7. Tawarkan makanan
mukosa lembab, tidak ada ringan(misalnya minuman ringan
rasa haus yang berlebihan dan buahan segar/ jus buah)
8. Kolaborasi pemberian cairan IV
9. Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
Intervensi
4. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari keperawatan selama 1 x 24 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan tubuh jam diharapkan masalah menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
berhubungan berkurang atau teratasi dibutuhkan pasien
dengan intake dengan kriteria hasil : 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
nutrisi yang tidak 1) Adanya peningkatan intake FE, protein dan vitamin C
adekuat akibat mual berat badan pasien 4. Berikan makanan yang terpilih (sudah
dan nafsu makan sesuai dengan tujuan dikonsultasikan dengan ahli gizi
yang menurun. 2) Berat badan pasien 5. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
ideal sesuai dengan kalori
tinggi badan 6. Berikan informasi tentang kebutuhan
3) Pasien mampu nutrisi
mengidentifikasi 7. Monitor adanya penurunan berat badan
kebutuhan nutrisi 8. Monitor turgor kulit
4) Tidak ada tanda-tanda 9. Monitor mual dan muntah
malnutrisi 10. Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
5) Tidak terjadi penurunan dan kadar Ht
berat badan yang berarti 11. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
12. Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan
jaringan konjungtiva
Intervensi
5. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
berhubunga tindakan keperawatan termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas
n dengan selama 1 x 24 jam dan faktor presipitasi
agen cedera diharapkan masalah 2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
biologis berkurang atau teratasi 3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
(penekanan dengan kriteria hasil : seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
intra 1) Tidak ada nyeri 4. Kurangi faktor presipitasi nyeri
abdomen). yang dilaporkan 5. Tingkatkan istirahat
2) Tidak ada 6. Kaji type dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ekspresi wajah 7. Berikan analgetik tepat waktu untuk mengurangi nyeri
nyeri seperti terutama saat nyeri hebat
meringis/ 8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
mengerang, analgesic pertama kali
ketegangan otot 9. Ajarkan keluarga tentang teknik non farmakologi
dan menangis 10. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
3) Tidak ada tindakan nyeri tidak berhasil
penurunan nafsu 11. Evaluasi kontrol nyeri dan efektivitas analgesik, tanda
makan dan gejala
Intervensi
6. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor status hemodinamik, meliputi nadi, tekanan
perfusi jaringan keperawatan selama 1 x 24 darah, MAP, CVP, PAP, CO.
perifer jam diharapkan masalah 2. Monitor adanya tanda tanda dehidrasi (misalnya.,
berhubungan berkurang atau teratasi turgor kulit buruk, capillary refill terlambat, nadi
dengan dengan kriteria hasil : lemah, sangat haus, membrane mukosa kering, dan
kebocoran 1) Tekanan sistole dan penurunan urin output
plasma darah diastole dalam rentang 3. Monitor adanya sumber-sumber kehilangan cairan
yang diharapkan (misalnya perdarahan, muntah, diare, keringat yang
2) Tidak ada ortostatik berlebihan, dan takpnea)
hipertensi 4. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status
3) Tidak ada tanda-tanda pernapasan
peningkatan tekanan 5. Inisiasi dan pertahankan pemantauan suhu tubuh
intrakranial secara terus menerus dengan tepat
4) Tingkat kesadaran 6. Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban
membaik, tidak ada 7. Monitor sianosis sentral dan perifer
gerakan involunter 8. Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan
tanda vital
Intervensi
7. Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan
perdarahan keperawatan selama 1 x 24 jam 2. Catat nilai Hb dan Ht sebelum dan
berhubungan diharapkan masalah berkurang sesudah terjadinya perdarahan
dengan atau teratasi dengan kriteria hasil : 3. Monitor nilai lab (koagulasi) yang
trombositopenia 1) Tidak ada hematuria dan meliputi PT, PTT, Trombosit
hematemesis 4. Monitor TTV ortostatik
2) Tidak ada kehilangan darah 5. Monitor status cairan yang meliputi
yang terlihat intake dan ouput
3) Tekanan darah dalam batas 6. Observasi adanya darah dalam sekresi
normal sistol dan diastole cairan tubuh
4) Tidak ada perdarahan 7. Instruksikan pasien untuk meningkatkan
pervagina dan distensi makanan yang kaya vitamin K
abdominal 8. Instruksikan keluarga untuk memonitor
5) Hemoglobin dan hematokrit tanda-tanda perdarahan dan mengambil
dalam batas normal tindakan yang tepat jika terjadi
6) Plasma, PT, PTT dalam batas perdarahan (misalnya: lapor kepada
normal perawat)
Intervensi
8. Resiko syok Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor status hemidinamik, meliputi nadi, tekanan darah.
berhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam 2. Monitor adanya tandatanda dehidrasi (misalnya: turgor kulit
dengan diharapkan masalah berkurang buruk, capillary refill terlambat, nadi lemah, membrane mukosa
perdarahan atau teratasi dengan kriteria kering, dan penurunan urin output)
yang hasil : 3. Monitor adanya sumbe-rsumber perdarahan (misalnya:
berlebihan, 1) Nadi, irama jantung, perdarahan, muntah, keringat yang berlebihan)
pindahnya frekuensi pernafasan, dan 4. Monitor adanya bukti laboratorium terkait dengan kehilangan
cairan irama pernafasan dalam darah (misalnya: hemoglonin, hematoktrit,trombosit)
intravaskuler ke batas normal 5. Dukung asupan cairan oral (misalnya: berikan cairan lebih dari
ekstravaskuler. 2) Natrium serum, kalium 24 jam dan berikan cairan dengan makanan), jika tidak ada
serum, klorida serum, kontraindikasi
kalsium serum, 6. Berikan cairan IV isotonic (misalnya cairan normal saline atau
magnesium serum, Ph Ringer Laktat) untuk rehidrasi ekstraseluler dengan tetesan
darah serum dalam batas aliran yang tepat
normal 7. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan
3) Mata cekung dan demam 8. Inisiasi dan pertahankan pemantauan suhu tubuh secara
tidak ditemukan terusmenerus dengan tepat
4) Tekanan darah dan 9. Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban
hematokrit dalam batas 10. Monitor sianosis sentral dan perifer
normal 11. Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda
vital
Implementasi & Evaluasi
Keperawatan
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses
keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk
dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah,
mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons yang
ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan.
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah. Evaluasi keperawatan terdiri dari
dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai
dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan
SOAP.
Thank
You