Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PLENO

SCENARIO 4 BLOK SS
1. RISKA PUTRI SORAYA 1618011109 10. RILIANDA ABELIRA 1618011118

2. YOVANI TRI A 1618011110 11. A. HAYDAR 1618011144

3. NIMA NABILA P 1618011111 12. ANNIZA A 1618011011

4. ISNAMURTI CIPTANINGRUM 1618011112 13. YUNISA ARINI 1618011022

5. M. CAESARIO 1618011113 14. WANDA LISTIYANTO1658011055

6. GEDE ARDI 1618011114 15. ISMALIA QANIT 1658011051

7. ASRI PANDIANGAN 1618011115

8. RIZKI ARISANDI 1618011116

9. YUSTISYA KHOIRUNNISA 1618011117


LEARNING OBJECTIVES

Anatomi dan fisiologi lensa

Etiologi s.d. tatalaksana katarak

Etiologi s.d. tatalaksana glaukoma

Farmakoterapi katarak dan


glaukoma
ANATOMI LENSA MATA

• Struktur bikonveks, avaskular,


tak berwarna, transparan
• 65% air, 34% protein, 1%
mineral
• Terletak diantara segmen
anterior dan posterior mata
• Digantung oleh zonula zinii
(360◦) yang menghubungkan
dengan corpus cilliare
• Lapisan : capsul, epitel, ccortex,
nukleus
FISIOLOGI LENSA

• Fungsi
utama : fokuskan M. cilliaris
bayangan pada retina kontraksi

tegangan zonula
• Kemampuan lensa zinii turun
mengubah bentuknya 
aktivitas m. cilliaris 
lensa lebih bulat
tegangan zonula zinii 
daya akomodasi
daya dioptri lebih
•elastisitas lensa berkurang kuat
 daya akomodasi
fokus objek yang
berkurang  faktor usia dekat
1. KATARAK

Definisi : keadaan kekeruhan lensa akibat hidrasi, denaturasi protein lensa,


atau keduanya.
ETIOLOGI KATARAK

Etiologi Keterangan

Herediter Gen yang diturunkan

Radikal bebas Radikal bebas menurunkan jumlah glutation  oksidasi


meningkat  keruh

Radiasi Ultraviolet UVB  ubah pigmen lensa mata


UVA  tingkatkan radikal bebas

Faktor Makanan Kekurangan zat gizi tertentu

Krisis dehidrasi Mempercepat maturasi katarak

Merokok hydroxykynurinine dan


Akumulasi
chromphores  kekeruhan lensa
STADIUM KATARAK

Stadium INSIPIEN IMATUR MATUR HIPERMATUR

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif


Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
(air masuk) (air + masa lensa
keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopos


Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
glaukoma
KLASIFIKASI KATARAK

Berdasarkan Umur Berdasarkan Penyebab

 Kongenital  lahir s.d. 1  Katarak Terkait-Usia


tahun
 Katarak Toksik
 Juvenile  1 s.d. 20 tahun
 Katarak Traumatik
 Presenilis  20-40 tahun
 Katarak penyakit sistemik
 Senilis  >40 tahun
STADIUM KATARAK
Menurut Burato

Grade I II III IV V

Reflek fundus + + - - -

Visus >6/12 6/12–6/30 6/30–3/60 3/60-1/300 <1/300

Nukleus Lunak Sedikit Agak keras, Keras, Sangat


keras, kekuningan kuning keras,
kekuningan kecoklatan brunescent/
black
Gambaran Sedikit keruh, Subkapsular Korteks abu- Putih Putih
keputihan posterior abu
Usia <50 th - - >65 th >65 th
KATARAK TERKAIT-USIA

Katarak sklerotik nuklear


• Proses kondensasi normal dalam nukleus lensa  sklerosis
nuklear setelah usia pertengahan
Katarak kortikal
• Perubahan hidrasi serat lensa  celah-celah dalam pola
radial di sekeliling daerah ekuator
• Katarak cenderung bilateral, tetapi sering asimetrik
Katarak subkapsular posterior
• akibat trauma, penggunaan kortikosteroid (topikal atau
sistemik), peradangan, atau pajanan radiasi pengion
KATARAK TERKAIT-USIA

Katarak Kortikal tipe korona Katarak Kortikal tipe kuneiformis

Katarak sklerotik nuklear Katarak subkapsular posterior


KATARAK ANAK-ANAK
Kedua tipe tersebut dapat unilateral atau bilateral.
Katarak kongenital
Katarak didapat Terapi
(infantilis)
• Terdapat sejak lahir • Berkaitan dengan • Terapi bedah 
atau segera sebab-sebab spesifik katarak infantilis
sesudahnya • Penilaian bedah • Katarak pada masa
• 2 tipe; didasarkan kanak-kanak awal 
• Katarak infantilis • lokasi ekstraksi lensa
unilateral  • ukuran
ambliopia deprivasi • kepadatan katarak,
permanen
• uji ketajaman
• Katarak bilateral penglihatan
simetrik  subjektif
ambliopia deprivasi
bilateral
KATARAK TRAUMATIK
Etiologi:
trauma benda asing pada lensa atau
trauma tumpul pada bola mata,
pajanan berlebih terhadap panas ("glassblower's cataract")
radiasi pengion

Patofisiologi:
Masuknya benda asing  adanya lubang atau
celah pada kapsul lensa humor aqueus dan
kadang-kadang vitreus masuk ke dalam struktur
lensa  Lensa menjadi putih
KATARAK AKIBAT PENYAKIT
SISTEMIK
• Katarak bilateral dapat terjadi
karena gangguan sistemik
berikut ini:
• diabetes mellitus,
• hipokalsemia (oleh sebab
apapun),
• distrofi miotonik,
• dermatitis atopik,
• galaktosemia,
• sindroma Lowe, Wetner, serta
Down
KATARAK TERINDUKSI OBAT

Kortikosteroid yang
diberikan dalam Contoh;
waktu yang lama, baik • Phenotiazine,
secara sistemik • Amiodarone,
maupun dalam • Obat tetes miotik
bentuk obat tetes  kuat, seperti
phospholine iodide
kekeruhan lensa
DIAGNOSIS
Anamnesis ditemukan : Pemeriksaan Fisik :

 Penglihatan berkabut, menurun progresif  Pemeriksaan visus : menurun, tergantung


stadium
 Terlihat bercak putih tak bergerak di
mata  Refleks pupil : melambat

Diplopia monocular  Funduskopi : opasitas hitam

 Stadium awal : miopi  Tes Iris Shadow : jernih atau benar-


benar buram  negatif. Katarak imatur
Fotopobia : sensitif terhadap cahaya  positif

Pemeriksaan Penunjang :

 USG A-scan : mengukur sumbu aksial bola mata dan kelengkungan kornea
 USG B-scan : evaluasi dislokasi parsial atau total lensa
JENIS PEMBEDAHAN
• Intra capsular cataract extraktion
(ICCE)
• membuang lensa dan kapsul secara
keseluruhan
• Indikasi:
• Tidak dijumpai fasilitas yang lengkap
• kondisi katarak yang tidak stabil, mengembung,
hipermatur, dan terluksasi.

 Extra-Capsular Cataract Extraction (ECCE)


◦ mengeluarkan isi lensa (korteks dan nukleus) melalui kapsul
anterior yang dirobek (kapsulotomi anterior) dengan
meninggalkan kapsul posterior.
◦ tehnik operasi untuk katarak Imatur/matur yang nukleus atau
intinya keras
Extracapsular cataract extraction
1. Anterior 2. Completion of
capsulotomy incision

3. Expression of
nucleus 4. Cortical cleanup

5. Care not to
aspirate
posterior
capsul
accidentally 6. Polishing of posterior
capsule, if appropriate
Extracapsular cataract extraction ( cont. )
8. Grasping of IOL and
7. Injection of coating with viscoelastic
viscoelastic substance
substance

9. Insertion 10. Insertion of superior


of inferior haptic
haptic and
optic

11. Placement
of haptics into
capsular bag
and not into 12. Dialling of IOL into
ciliary horizontal position
sulcus
 Small Incision  Fakoemulsifikasi
Cataract Surgery ◦ menggunakan suatu
(SICS) alat yang disebut
◦ Langkah: “tip” yang
 insisi, dikendalikan secara
 kapsulotomi, ultrasonik untuk
 hidrodiseksi, memecahkan
 fragmentasi nukleus, nukleus dan
 pengambilan korteks mengaspirasi lensa,
dan epinukleus
 implantasi IOL.
Phacoemulsification
2. Hydrodissection
1. Capsulorrhexis

4. Cracking of nucleus
3. Sculpting of nucleus

6. Cortical cleanup and


5. Emulsification of insertion of IOL
each quadrant
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
PEMBEDAHAN
Jenis tehnik bedah
Keuntungan Kerugian
katarak
Intra capsular  Semua komponen lensa diangkat  Incisi lebih besar
cataract extraction  tidak diperlukan operasi tambahan karena  Edema cistoid pada makula
(EKIK) membuang seluruh lensa dan kapsul tanpa  Komplikasi pada vitreus
meninggalkan sisa,  Sulit pada usia < 40 tahun
 memerlukan peralatan yang relatif sederhana  Endopthalmitis
 Lebih mudah dilakukan  penyembuhan luka yang lama karena
 pemulihan penglihatan segera setelah operasi besarnya irisan yang dilakukan,
menggunakan kacamata +10 dioptri  pemulihan penglihatan yang lama,
 merupakan pencetus astigmatisma,
 dapat menimbulkan iris dan viterus
inkaserata.

Extra capsular  Incisi kecil  Kekeruhan pada kapsul posterior


cataract extraction  Tidak ada komplikasi vitreus
(EKEK)  Kejadian endophtalmodonesis lebih sedikit
 Edema sistoid makula lebih jarang
 Trauma terhadap endotelium kornea lebih
sedikit
 Retinal detachment lebih sedikit
 Luka lebih stabil dan aman
Small Incision  Insisi lebih kecil  Dibutuhkan teknik pembelajaran
Cataract Surgery  Kadang tidak membutuhkan jahitan pada luka
(SICS) insisi
 Dapat dilakukan dengan anestesi topikal
 Penyembuhan relatif cepat
 Resiko astigmatisma kecil
 Dimungkinkan kapsulotomi can opener
 Instrumen lebih sederhana daripada
fakoemulsifikasi
 Alternatif utama bila fakoemulsifikasi gagal
 Waktu pembedahan singkat\
 Resiko komplikasi lebih rendah daripada
fakoemulsifikasi

Fakoemulsifikasi  Incisi paling kecil  Memerlukan dilatasi pupil yang baik


 Astigmatisma jarang terjadi  Pelebaran luka jika ada IOL
 Pendarahan lebih sedikit  Dibutuhkan waktu pembelajaran yang lebih
 Teknik paling cepat lama
 Penyembuhan cepat  Biaya tinggi\
 Perbaikan penglihatan lebih baik  Komplikasi saat operasi bisa lebih serius
KOMPLIKASI KATARAK
• edema kornea, BMD Glaukoma
dangkal, ruptur kapsul sekunder
Intra posterior, pendarahan atau
op efusi suprakoroid,
pendarahan suprakoroid  Pasca operasi
ekspulsif, disrupsi vitreus
◦ Ablasio
• BMD dangkal retina,
Pasca ◦ astigmatisma,
• Ruptur kapsul posterior
op • Prolaps iris ◦ uveitis,
(dini) • Pendarahan ◦ endoftalmitis,
◦ glaukoma,
Pasca • Ablasio retina ◦ perdarahan
op • Endoftalmitis kronik
(lanjut • uveitis
) • glaukoma
GLAUKOMA
• Penyakit kronik progresif dengan trias glaukoma, yaitu:
• Penurunan lapang pandang
• Retinopati N. II
• Peningkatan Tekanan Intra Okuler (IOP)

• Normal IOP: 10-22 mmHg.

• Faktor yang mempengaruhi IOP:

- kecepatan pembentukan aqueous humor dari prosessus siliar

- daya tahan anyaman trabekula dan system canalis schlemm


terhadap pengeluaran aqueous humor

- derajat tekanan dari venous episklera


Dibandingkan dengan Komposisi: askorbat,
plasma, tekanan piruvat, laktat,
osmotiknya sedikit protein, urea, dan
Aqueous humor adalah cairan jernih lebih tinggi glukosa
yang dihasilkan oleh corpus cilliaris yang
mengisi camera oculi posterior (COP)
dan camera oculi anterior (COA) Volume normal: 250
Tekanan normal 10- miro liter
21 mmHg Produksi normal: 1,5-
2 mikro liter/menit
• A. Glaukoma sudut terbuka
• 1. Membran pratrabeklar : Semua
kelainan ini dapat berkembag menjadi c. Glukoma kongenital
glaukoma sudut tertutup akibat kontraksi
d. Glaukoma akibat steroid
membran pretabekular.
e. Sindrom eksfoliasi
• a.Glaukoma neovaskular
f. Hifema
• b.Pertumbuhan epitel kebawah
g. Konstutio atau resesi sudut
• c.Sindrom ICE
h. Iridosiklitis (uveitis)
• 2. Kelainan trabekular
i. Glaukoma fakolitik
a. Glaukoma sudut terbuka primer
3. Kelainan pasca trabekular
b. Glaukoma pigmentasi
a. Peningkatan tekanan Episklera
• B. Glaukoma sudut
tertutup
• 1. Sumbatan pupil (iris bombe)
b. Intumesensi lensa
• a.Glaukoma sudut tertutup primer
c. Midriasis untuk pemeriksaan fundus
• b.Seklusio pupilae
4. Sinekia Anterior Perifer
• c.Intumesensi lensa
a. Penyempitan sudut kronik
• 2. Pergeseran lensa ke anterior
b. Akibat bilik mata depan yang datar
a. Glaukoma sumbatan siliaris
c. Akibat iris bombe
b. Oklusi vena centralis retinae
d. Kontraksi membrann pratrabekular
c. Skleritis posterior

d. Pasca bedah ablatio retinae

3. Pendesakan sudut

a. Iris plateu
MANIFESTASI KLINIS

• Glaukoma sudut terbuka:


▫ Kehilangan penglihatan perifer secara bertahap (umum:
bilateral)
▫ Stadium lanjut  Tunnel vision
• Glaukoma sudut tertutup:
▫ Sakit atau nyeri pada mata
▫ Mual dan muntah
▫ Gangguan visual mendadak (umum: dalam cahaya
rendah/redup)
▫ Penglihatan kabur
▫ Halo sekitar cahaya
▫ Mata merah
Produksi aqueous Pengeluaran disudut Aliran aqueous humor di
humor berlebih balik mata terganggu celah pupil terhambat

Menekan nervus optik dan seluruh serabut sel saraf dan sel-sel penglihatan

Kematian sel

Hilangnya penglihatan secra permanen (kebutaan)


DIAGNOSIS

 Tonometri  TIO meningkat.


• Pada glaukoma kronis, jarang terjadi gangg.
penglihatan  Oftalmoskopi  discus opticus merah
• Kecuali kerusakan pada tahap lanjut dan bengkak.
 Gonioskopi  dangkal.
• Riwayat penyakit mata sebelumnya, trauma dan
peradangan mata
 Kampimetri  lapangan pandang
• Riwayat penggunaan obat-obatan (steroid & beta berkurang karena peningkatan TIO
bloker oral untuk menurunkan IOP) dapat merusak papil saraf optik.
 Visus mata atau uji tajam penglihatan
• Riwayat keluarga  visus sangat menurun.
• Glaukoma, diabetes, dan hipertensi intraokular
 Tes provokasi (tes minum air dan tes
kamar gelap).
DIAGNIOSIS
• Pemeriksaan Penunjang

- Tonometri Schiotz (Normal TIO : 10-21 mmHg), meningkat


- Opthalmoskop : melihat discus opticus merah dan bengkak,
rasio CDR 0,5 menunjukkan TIO meningkat signifikan.
- Gonioskop : sudut bilik mata depan : dangkal.
- Perimetri : lapang pandang ↓ karena peningkatan TIO  papil
saraf opticus rusak
- Slit-lamp biomikroskopi, dapat melihat hiperemis siliar
karena injeksi pembuluh darah konjunctiva, edema kornea,
bilik mata depan dangkal, pupil oval vertikal, tidak ada reaksi
terhadap cahaya.
TATALAKSANA
• Non-Farmakologi

Bedah drainase Tindakan


Iridektomi Trabeculoplasti
glaukoma siklodestruktif
• Eksisi iris • Trabekulotomi • Laser • Destruksi
• Mmebuat jalur : pengangkatan membuat luka proc/corpus
langsung COA jar. Trabecular bakar cilliaris
dan COP  langsung ke trabecular menggunakan
• Eksisi dengan subkonjungtiva mesh. laser
laser • Membuka pori neodinium
neodinium • Aliran ke
canalis
schlemm ↑
FARMAKOLOGI OBAT GLAUKOMA

ᵝ1- adrenergic inhoibitor α12- adrenergic agonist

Mekanisme aksi Contoh obat Mekanisme aksi Contoh obat

↓ kontraksi jantung  O2 Timolol maleate, ↓ kontraksi otot cilliar  Apraknolidin, dipivefrin


menurun  ↓ produksi levobunolol ↓ produksi Aq. Humor
Aq. Humor

Carbonate anhydrase inhibitor

Mekanisme aksi Contoh obat

Hambat enzim carbonate Asetazolamide,


anhydrase  ↓ H2CO3  ↓ diklorfenamide
produksi Aq. Humor
3. PERESEPAN UNTUK TN. ABDUL

Klinik dr. Rizki Arisandi


SIP. 1618011116
Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1, B.Lampung
No. Telp. 082372408551

B. Lampung, 28 Desember 2017


R/ Asetazolamide 250 mg tab No. IV
ʃ 4 dd tab 1 p.c.

R/ Timolol 0,5% eye drops fl. No. I


ʃ 2 dd gtt 1 ODS

Pro : Ny. Mina


Umur : 60 tahun
Klinik Mata dr. Aris
SIP. 1618011116
Jl.Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro, Bandar Lampung
No. Hp 08xxxxxxxxxx

RESEP KACAMATA
 Monofokus
 Bifokus
Sph Cyl Axis Prism Add RD
O.D.
O.S. -3.0

Pro: Abdul (35 thn) Bandar Lampung, 27 Desember 2017


Alamat: Rajabasa

dr. Rizki Arisandi


DAFTAR PUSTAKA

Bowling, Brad. 2016. Kanki’s Clinical Ophtalmology. 8th edition. Sydney : Elsevier

Cassel, Gerry H., Billig, Michael D., Randall, Harry G. 2000. The Eye Book : A Complete Guide
to Eye Disorder and Health. London : The John Hopkins University Press

Ilyas, Sidharta. 2011. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit: FKUI

Katzung, Bertram G., Trevor, Anthony J. 2015. Basic and Clinical Pharmacology. 13th Edition.
New York : McGrawl-Hill Education

Vaughan, DG, Asbury, T, Riordan-Eva, P. 2010. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai