Anda di halaman 1dari 13

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Pegertian
Panyakit dengue adalah infeksi yang disebabkan oleh arbovirus
(Arthropod born virus) dan diturunkan melalui gigitan nyamuk aedes
(aedes albodictus da aedes agypty). (Perawatan Anak Sakit :
Ngastiyah2002 : 341
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat
pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang
tergolong arbo virus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty (betina) (Soeparman, 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan
beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya
dengan cepat menyebar secara efidemik (Sir, Patrick Manson, 2001).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang
disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty
(Soeparman, 1996).

2. Etiologi
Penyebab penyakit dengue haemoragic fever adalah virus dengue
yang sampai sekarang dikenal dengan 4 tipe (I, II, III, 1V) termasuk grup
B atrotipe borne viruses, keempat virus ini dapat ditemukan di indonesia
panyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes albovitas antara lain

a) Aedes agypti
 Paling sering ditemukan
 Nyamuk yang hidup didaerah tropis terutama yang hidup
dan berkembang biak di dalam rumah yaitu di tempat
penampungan air jernih atau ditempat penampungan air
disekitar rumah
 Nyamuk ini tampak seperti bintik-bintik putih
 Biasanya menggit pada siang hari.
 Jarak terbang 100 m.
b) Aedes Albovitas
 Tempat habitatnya ditampat air yang jernih biasanya disekitar
rumah atau pohon-pohon dimana tertampung air hujan yang
bersih, misalnya pohon pisang, kaleng bekas dll.
 Menggit pada siang hari
 arak terbang 50 m.

4 derajat DHF menurut WHO, yaitu :


Derajat I : Demam mendadak 2-7 hari serta gejala tidak khas dan salah
satunya manifestasi perdarahan yaitu uji turniket positif
Derajat II : Gejala I disertai perdarahan spontan dikulit atai
perdarahan lain
Derajat III: Gejala derajat II ditambah kegagalan sirkulasi ringan yaitu
nadi cepat dan lama, tekanan darah menurun dan disertai
kulit yang dingin dan lembab dan penderita gelisah.
Derajat IV: Gejala derajat III disertai dengan shock dengan tekanan
darah yang tidak beratur, nadi tidak terasa dan disertai
dengan penurunan kesadaran, soanosis dan sidosis.

5. TANDA DAN GEJALA


Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat BHV
dengan masa inkubasi antara 3 – 5 biasanya mengalami :
a. Demam tinggi
b. Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, konstipasi.
c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,
hematoma.
d. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment dan ulu hati.
f. Sakit kepala.
g. Pembengkakan sekitar mata.
h. Pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening.
i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah).

6. KOMPLIKASI
DHF biasanya mengalami perdarahan pada seluruh organ tubuh
disertai perdarahan ginjal, jantung, paru-paru, limpa dan hati karena
pembuluh darah rusak dan bocor sehingga tubuh kehabisan darah serta
menyebabkan kematian.
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah yang lainya yaitu :
a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effuse pleura.
d. Penurunan kesadaran.

8. PENATALAKSANAAN
 Tirah baring
 Makan lunak
 Bila belum ada nafsu makan dianjurkan minum sebanyak 1,5 – 2
liter dalam 24 jam
 Pengobatan bersifat sistomatik golongan analgetik
 Terapi cairan diberikan bila ada tanda-tanda shock yaitu keadaan
umum yang makin memburuk maka perdarahan yang menunjang
tromasitopemia maka klien harus pasang infuse dan dimonitor
tanda-tanda vital Hb, Ht tiap 6 jam perhari pertama.
 Transfuse darah
 Diberikan apabila terdapat gejala yang membahayakan seperti
hematemasis melena, penurunan kadar Hb dan peningkatan Ht.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

I. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat kesehatan
1) RKD
Biasanya klien suka tidur siang dan digigit nyamuk aedes agypti
2) RKS
Biasanya klien mengeluh sakit perut, demam tinggi mendadak, nyeri
otot dan sendi, sakit kepala dan nafsu makan menurun, perdarahan
pada gusi dan hidung, hematemesir, bintik-bintik merah pada kulit,
kulit teraba dingin dan lembab serta ujung jari dan hidung dingin.
3) RKK
Biasanya penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk.
4) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya terjadi pada lingkungan yang airnya tergenang, nyamuk
berkembang pada lingkungan yang bersih.

c. Pemeriksaan Fisik
Data diperoleh dengan pemeriksaan seperti inspeksi palpasi, perkusi dan
diperoleh auskultasi, biasanya data yang muncul pada lien dengan DHF
adalah :
1. Kesadaran
Compos mentis kooperatif
2. Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis
3. Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinga , tidak ada serumen pada
telinga
4. Hidung
Biasanya hidung lengkap kiri dan kanan dan biasanya terdapat
perdarahan pada hidung (epistaksis)

5. Mulut
Biasanya terdapat perdarahan pada gusi, bibir dan lidah kotor, mulut
dan bibir kering
6. Leher
Biasanya terjadi pembesaran kelenjar getah bening terasa nyeri saat
menelan.
7. Abdomen
Biasanya nyeri tekan pada episgastrium, mual dan muntah , serta klien
mengeluh tidak ada nafsu makan, berat badan menurun, peristaltik
usus meningkat.
8. Kulit
Biasanya pada kulit terdapat bintik-bintik merah (pteki), kulit teraba
dingin dan lembab
9. Genita urinaria
Biasanya tidak ada kelainan
10. Anus
biasanya terjadi melena
11. Ekstremitas Biasanya lengkap kiri dan
kanan terasa dingin dan lembab pada ujung-ujung jari tangan dan
terasa nyeri pada sendi dan otot

d. Pemeriksaan Tumbuh Kembang


Ada kalanya penderita / klien DHF akan mengalami tumbuh kembang,
baik perkembangan motorik halus tidak bergairah maupun perkembangan
proses berfikir

b. Data Psikologis
1) Psikologis anak selama dirumah sakit akan merasa tersiksa karena
lingkungannya yang asing bagi dirinya dan baru, serta takut dengan
tindakan pengobatan.
2) Psikologis orang tua selama anaknya dirawat sakit orang tua kien
biasanya cemas dan takut serta sering menanyakan tentang keadaan
anaknya.

c. Data Sosial Ekonomi


Penyakit DHF dapat mengenai semua tingkat ekonomi dan lapisan
masyarakat baik tua maupun anak-anak. Data social yakni : jarak
menguras bak mandi, membuang kaleng-kaleng bekas disembarangan
tempat, kain ergantung tungkat pendidikanyang rendah.

d. Data Laboratorium
Data laboratorium pada penderita DHF meliputi pemeriksaan darah yang
menunjukkan :
1) Trombositopenia / trombosit menurun
2) Nilai hematokrit meningkat
3) Hiponatemia
4) Hipoprotein
5) PH darah meningkat
6) Haemoglobin meningkat.
7) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3.
8) Protein darah rendah.
9) Ureum PH bisa meningkat.
10) NA dan CL rendah.

Pemeriksaan Serology : HI (hemaglutination inhibition test).


1) Rontgen thorax : Efusi pleura.
2) Uji test tourniket (+)

e. Data penunjang
pemeriksaan USG terdapatnya hipotomegali dan spenomegali

g. Penatalaksanaan
1). Tirah baring
2). Pemberian makanan lunak.
3). Pemberian cairan melalui infus.
4). Pemberian obat-obatan : antiobiotic, antiperik.
5). Anti konvulsi jika terjadi kejang.
6). Monitor tanda-tanda vital (T,S,N.RR).
7). Monitor adanya tanda-tanda renjatan.
8). Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9). Periksa HB,HT dan Trombosit setiap hari.

2. KEMUNGKINAN DIAGNOSA
a. Resiko terjadinya shock hipovolemik b/d peningkatan permeabilitas
pembuluh darah (Eristantie effendi, S.Kp, 1995)
b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake yang tidak
adekuat (Maryline, Doengoes, 2000)
c. Gangguan rasa nyaman gelisah b/d peningkatan suhu tubuh (Marylne,
Doengoes, 2000)
d. Resiko trjadinya perdarahan intra abdominal b/d penurunan jumlah
trombosit
e. Kecemasan orang tua tingkat sedang b/d kurangnya pengetahuan tentang
penyakit anaknya.(DHF) (mijakin,1994)

3. INTERVENSI
A. Resiko terjadinya shock hipovolemik b/d peningkatan permeabilitas
pembuluh darah.
Tujuan : Hipovolemik tidak terjadi
Intervensi :
1) Kaji keadaan umum klien, monitor TTV
Rasional: Diharapkan dapat mengetahui keadaan umum dan
perkembangan klien
2) Kolaborsi dengan tim medis dalam pemberian terapi oksigen
Rasional: Dengan pemberian oksigen diharapkan dapat membantu
oksigenisasi jaringan karena dengan terjadinya shock
hipovolemik suplay oksigen ke jaringan terganggu.
3) Kolaborasi dengan pemberian cairan intravena sesuain dengan order
dokter.
Rasional : Pemberian cairan intravena sangat iperlukan untuk
mengatasi cairan yang cepat wsehingga shock tidak
terjadi.
4) Cek HB dan HT setiap 6 jam
Rasional : Diharapkan dapat mengetahui tingkat kebocoran pembuluh
darah yang jadi patokan darah melakukan tindakan
selanjutnya.
5) Kolaborasi dalam pemberian transfuse darah atau trombosit
Rasional ; Diharapkan dipemberian trasusi darah kekurangan darah
atau plasma darah karena shock hipovolemik dapat
terpenuhi sedangkan dalam pemberian tombosit
diharapkan trombosit tidak menurun lagi.
6) Monitor adanya tanda-tanda perdarahan
Rasional : Adanya perdarahan lebih lanjut dapat membesar kehilangan
cairan yang dapat memperoleh shock.
7) Monitor intake output
Rasional : Diharapkan dapat mengetahui keseimbangan cairan yang
dialami klien

B. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake yang tidak adekuat
Tujuan : Kebutuhan nutrisi kien terpenuhi
Intervensi
1) kaji keluhan mual dan muntah serta sakit menelan yang sesuai yang
dialami klien
Rasional : Penurun nafsu makan yang dialami oleh klien akibat rasa
mual dan muntah dan sakit menelan yang dialami klien
sehingga dapat ditentukan tindakan untuk mengatasinya.
2) kolaborasi dengan tim keseharan lain : Ahli gizi dalam pemberian diit.
Rasional : Ahli gisi dapat menentukan diit yang diberikan sehingga
kebutuhan klien akan nutrisi dapat terpenuhi.
3) Berikan klien makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : Makan dalam porsi kecil dan sering dapat mengurangi
rangsangan muntah.
4) Hindari makan yang dapat merangsang mual dan muntah.
Rasional : Makanan yang dapat merangsang muasl dan muntah dapat
merangsang peristaltic usus.
5) Catat jumlah atau porsi makanan yang dihabiskan klien setiap hari
Rasional : Untuk mengetahui seberapa jauh pemenuhan nutrisi klien.
6) Timbang BB klien setiap hari bila memungkinkan.
Rasional : Untuk mengetahui status gisi klien sehingga dapat ditentukan
tindakan selanjutnya.

C. Gangguan rasa nyaman gelisah b/d peningkatan suhu tubuh


Tujuan : gangguan rasa nyaman gelisah teratasi
Intervensi
1) Istirahatkan klien
Rasional : Aktifitas yang tidak terkontol dapat menimbulkan perdarahan.
2) Monitor penurunan trombosit dan hemoglobin
Rasional : Dapat diketahuai adanya perdarahan dini sehingga dapat
diambil tindakan segera.
3) Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga untuk segera
melaporkan terjadinya tanda-tanda perdarahan lebih lanjut seperti
malena,epitaksis dan hematemasis.
Rasional : Keterlibatan keluarga dengan segera melaporkan terjadinya
perdarahan akan membantu pasien mendapatkan
penanganan swedini mungkin.
4) Hindari tindakan infasis melalui rectal seperti clisma, rectal temperature.
Rasional : Diharapkan dapat mencegah perlukaan pada klien yang dapat
menimbulkan perdarahan.

D. Kecemasan orang tua klien b/d kurangnya pengetahuan tentang


penyakit anaknya(DHF)
Tujuan : Kecemasan orang tua klien berkurang atau hilang.
1) Melakukan perawatan pada klien secara intensif
Rasional : Membantu pemulihan keadaan klien dan mengetahui
perkembangan klien.
2) Berikan dorongan dan kesempatan pada orang tua klien untuk
mengungkapkan perasaannya
Rasional : Adanya perasaan terpendam akan meningkatkan kecemasan
dan stress pada orang tua klien.
3) Bantu orang tua untuk mengidentifikasikan masalah yang timbul
saat ini.
Rasional : Diharapkan orang tua klien mampu memahami situasi dan
masalah yang timbul sehingga akan membentuk pola koping
yang sesuai mengurangi kecemasan
4) Pelihara sikap empati dan ingin menolong klien
Rasional : Sikap empati akan membantu klien dan keluarga merasa
diperhatikan sehingga mengurangi kecemasan

5) Libatkan orang tua dalam perawatan


Rasional ; Diharapkan keluarga lebih kooperatif dalam pengobatan dan
memberikan kesempatan pada keluarga untuk merawat
klien dan dapat memberikan kepuasan bagi keluarga.
4. IMPLEMENTASI
Implemtasi dilaksanakan setelah direncanakan guna memenuhi bobot
secara optimal, pelaksanaan ini dapat dilakukan secara langsung dalam
melakukan keperawatan dan mengawasi, mendiskusikan serta memberi tahu
klien tentang tindakan yang akan dilakkukan .

5. EVALUASI
Evaluasi merupakan kegiatan akhir dari asuhan keperawatan
dimana perawat melihat sejauh mana ia mampu menerapkan asuhan
keperawatan dan mencapai kriteria yang telah ditetapkan dalam tujuan.

Anda mungkin juga menyukai