Anda di halaman 1dari 17

PNEUMOTHORAK

I. Defenisi
 Pneumutorak adalah adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura (Silvia.
A Price, 1999)
 Pneumotorak adalah keluarnya udara dari paru yang cedera kedalam rongga pleural
(Dieane C Baughman, 2000)

II. Klasifikasi Dan Etiologi


Berdasarkan penyebabnya pnemutorak dapat dibagi atas :
a. Pneumotorak Traumatik
Pneumutorak trsumstik yaitu pneumotorak yang y\terjadi akibat penetrasi kedalam
rongga pleura karena luka tembus, luka tusuk, leka tembak atau tusukan jarum.
Pneumaotorak traumatik dibagi 2 jenis yaitu :
1. Pneumotorak traumatik bukan latrogenik
Pneumotorak traumatik bukan latrogenik adalah pneumotorak yang terjadi karena
jejas kecelakaan misalnya : jejas dada terbuka/tertutup, barotrauma.
2. Pneumatorak traumatik Iatrogenik
Pneumotorak yang terjadi akibat tindakan oleh tenaga medis.
 Pneumotorak traumatik Iatrogenik aksidrntal
Pneumotorak yang terjadi pada tindakan medis karena kesalahan/komplikasi
tindakan tersebut,misalnya pada tindakan biopsi pleural, biopsi transbronkial
biopsi/aspirasi paru perkutaneus, barotrauma.
 Pneumatorak traumatik Iatrogenik artifisial (deciberate)
Peumotorak yang sengaja dikerjakan dengan cara mengisi udara kedalam
pleura melalui jarum dengan suatu alat Maxuell Box biasanya untuk terapi
tuberkulosis (sebelum era antibiotik) atau untuk menilai permukaan paru.
b. Pneumotorak Spontan
Pneumotorak spontan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
pneumotorak yang terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga atau tanpa penyakit paru-
paru yang mendasarinya, penumotorak spontan ini dapat menjadi 2 yaitu :
1. Pneumotorak spontan primer
Pneumotorak spontan primer adalah suatu pneumotorak yang terjadi adanya
penyakit paru yang mendasari sebelumnya umumnya pada individu sehat, dewasa
muda, tidak berhubungan dengan aktivitas belum diketahui penyebabnya.
2. Pneumotorak spontan sekunder
Pneumotorak spontan sekunder adalah suatu pneumotorak yang terjadi adanya
riwayat penyakit paru yang mendasarinya (pneumotorak, asma bronkial, TB paru,
tumor paru dll). Pada klien pneumotorak spontan sekunder bilateral, dengan
resetasi torakoskopi dijumpai metastasis paru yang primernya berasal dari sarkoma
jaringan lunak du luar paru.
(Silvia A Price, 1995)

III. Manifestasi Klinis


o Dispnea (jika luas)
o Nyeri pleuritik hebat
o Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami pneumotorak
o Takikardia
o Sianosis (jika luas)
o Pergerakan ada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena
o Perkusi hipersonor diatas pneumotorak
o Perkusi meredup diatas paru-paru yang kollaps
o Suara napas berkurang pada sisi yang terkena
o Premitus vokal dan raba berkurang
(Silvia A Price, 1995)
IV. Patofisiolagi
Pleura secara anatomis merupakan satu lapis mesoteral, ditunjung oleh jaringan ikat,
pembuluh-pembuluh dara kapiler dan pembuluh getah bening, rongga pleura dibatasi oleh
2 lapisan tipis sel mesotelial, terdiri atas pleura parietalis yang melapisi otot-otot dinding
dada, tulang dan kartilago, diapragma dan menyusup kedalam pleura dan tidak sensitif
terhadap nyeri. Rongga pleura individu sehat terisi cairan (10-20ml) dan berfungsi sebagai
pelumas diantara kedua lapisan pleura.

Patogenesis pneumotorak spontan sampai sekarang belum jelas


a. Pneumotorak Spontan Primer
Pneumotorak spontan primer tejadi karena robeknya suatu kantong udara dekat
pleura viseralis. Penelitian secara patologis membuktikan bahwa pasien pneumotorak
spontan yang parunya dipesersi tampak adanya satu atau dua ruang berisi udara dalam
bentuk blab dab bulla.
Bulla merupakan suatu kantong yang dibatasi sebagian oleh pleura fibrotik yang
menebal sebagian oleh jaringan fibrosa paru sendiri dan sebagian lagi oleh jaringan
paru emfisematus. Blab terbentuk dari sautu alveoli yang pecah melalui suatu jaringan
intertisial kedalam lapisan fibrosa tipis pleura viseralis yang kemudian berkumpul
dalam bentuk kista. Mekanisme pembentukan bulla/blab belum jelas, banyak pendapat
mengatakan terjadinya kerusakan bagian apeks paru akibat tekanan pleura yang lebih
negatif. Pada pnueumotorak spontan terjadi apa bila dilihat secara patologis dan
radiologis terdapat bulla di apeks paru. Observasi klinik yang dilakukan pada pasien
pneumotorak spontan primer ternyata mendapatkan pneumotorak lebih banyak
dijumpai pada pasien pria berbadan kurus dan tinggi. Kelainan intrinsik jaringan
konektif mempunyai kecenderungan terbentuknya blab atau bulla yang meningkat.
Bleb atau bulla yang pecah masihbelum jelas hubungan dengan aktivitas yang
berlebihan, karena pada orang-orang yang tanpa aktivitas (istirahat) juga dapat terjadi
pneumotorak. Pecahnya alveoli juga dikatakan berhubungan dengan obstruksi check-
valve pada salurana napas dapat diakibatkan oleh beberapa sebab antara lain: infeksi
atau infeksi tidak nyata yang menimbulkan suatu penumpukan mukus dalam bronkial.
b. Pneumotorak Spontan Sekunder
Disebutkan bahwa terjadinya pneumotorak ini adalah akibat pecahnya bleb
viseralis atau bulla pneumotorak dan sering berhubungan dengan penyakit paru yhang
mendasarinya. Patogenesis pneumotorak ini umumnya terjadi akibat komplikasi asma,
fibrsosis kistik, TB paru, penyakit-penyakit paru infiltra lainnya (misalnya
pneumotorak supuratif, pneumonia carinci).
Pneumotorak spontan sekunder lebih serius keadaanya karena adanya penyakit
yang mendasarinya.

V. Komplikasi
Timbulnya infeksi sekunder pada fungsi toraks darurat maupun secara akibat pemasangan
WSD sangat ditakutkan. Infeksi dapat berupa empiema ataupun abses paru (Halim
Danusantoso, 2000)

VI. Prognosis
Pneumotorak pada orang dewasa muda prognosisnya sangat baik. Hal ini
diakibatkan karena jaringan parunya sendiri masih cukup baik, kecuali daerah tempat
terjadinya kebocoran dengan terapi yang tepat, kesembuhan yang dicapai selalu sempurna
dan kemungkinan kambuh prkatis kecil sekali, tgerkecuali bila penderita kemudian hari
menjadi seorang perokok, juga bila terapi terhadap penyakit dasarnya (TB) tidak
sempurna.
Sebaliknya pneumotorak pada orang dewasa setengah tua atau memang sudah tua,
apabila kalau dia seorang peroko, maka pada sudah ada emfisema paru dengan tekanan
udara intrapulmonal yang tinggi, maka pada keadaan sedemikian kesembuhan dapat
disusul dengan suatu kekambuhan yang bahkan dapat sampai berkali-kali.
(Halim Danusantoso, 2000)
VII. Penatalaksanaan
1. Berikan oksigen konsentrasi tinggi untuk mengatasi hipoksi
2. Ubah menjadi pneumotorak sederhana dengan memasukkan jarum berdasarkan
besar kedalam rongga pleura untuk menghilangkan tekanan.
3. Selang dada dimasukkan untuk membuang udara dan cairan yang tersisa.
(Diane C Baughman, 2000)
4. wsd
5. torakoskopy/torakostomi
6. terapi obat skleroing
ASKEP KLIEN DENGAN PNUEMOTORAK

A. Pengkajian Data Dasar


 Aktivitas / Istirahat
Gejala : Dispnea dengan aktivitas atau istirahat
 Sirkulasi
Tanda : - Takikardi
- Frekuensi TAK teratur /disritmia
- irama gallop (gagal jantung sekunder terhadap efusi)
- Nadi apikal berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal
(dengan tegangan pneumotorak).
TD : Hipotensi atau hipertensi
- DVJ
 Integritas EGO
Tanda ketakutan, kegelisahan
 Makanan atau cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena Sentral atau infus tekanan
 Nyeri atau kenyamanan
Gejala : - Nyeri dada unilateral \, meningkat karena pernapasan, batuk
- Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan pneumotorak
spontan, tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam,
kemungkinan menyebabkan keleher, bahu, abdomen (efusi pleura)
Tanda : - Berhati-hati pada area yang sakit
- Prilaku distraksi
- Mengkerutkan wajah
 Pernapasan
Gejala : - Kesulitan bernafas
- Batuk, riwayat bedah dada atau trauma, infeksi paru, Ca
- Pneumotorak sebelumnya, ruptur episematus bulla spontan, bleb sub
pleural
Tanda : - Pernapasan, peningkatan frekuensi (takipnea)
- Peningkatan kerja napas, pengunaan otot aksesori pernapasan pada dada
leher, retraksi interkostal, ekspirasi abdominal kuat
- Bunyi napas menurun atau tidak ada
- Premitus menurun (sisi yang terlibat)
- Perkusi pada ; Hiperresonan diatas area bersih udara.
- Observasi dan palpasi dada ; gerakan dada tidak sama (pardoksik) bila
trauma atau kempes, penurunan pengembangan toraks
- Kulit ; pusat, cianosis, berkeringat, krepitas sub kutan
- Mental ; ansietas, gelisah, bingung, pengsan
 Kemanan
Gejala : - Adanya trauma dada
- Radiasi atau kemoterapi untuk keganasan
(Marillyn E Doenges, 2000)

B. Pemeriksaan Diagnostik
 GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi,
gangguan mekanisme pernapasan dan kemampuan mengkompesasi.
P4 Co2 mungkin normal atau menurun, saturasi O2 biasanya
menurun
 Sinar X dada : Menyatakan akumulasi udara atau cairan pada area pleura, dapat
menunjukan penyimpanan struktur mediatinal (jantung)
 Torasentesis : Menyatakan darah atau cairan sero anguinora (hemotorak)
 HB : Mungkin menurun, menunjujjan kehilangan darah
 EKG
(Marillyn E Doenges, 2000)
C. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara), gangguan
muskuloskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi
2. Resiko truma / penghentisn napas b/d penyakit / proses cedera, sistem drainase dada,
kurang pendidikan, keamanan, pencegahan
3. kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan b/d kurang terpajan pada
informasi
4. Gangguan istirahat tidur b/d penurunan ekspansi paru
5. Gangguan nurrisi b/d penurunan curah jantung

REFERENSI
 Diane C Baughman (2000) Keperawatan medikal bedah, Jakarta ; EGC
 Halim Dabusantoso (2000) Ilmu penyakit paru, jakarta ; Hipocrates
 Marilly E Doenges (2000) Rencana asuhan keperawatan, Jakarta ; EGC
 Sylvia A Price (1995) Patofisologi, jakarta; EGC
Tugas keperawatan medikal bedah Asuhan
keperawatan dengan klien Pneumotorak

Oleh :

Helman Pelani amd kep


07122014

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

PRODI S1 KEPERAWATAN
2008
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
1 2 3 4 5 6
1 Pola napas tidak efektif b/d Menunjukkan pola - GDA dalam batas Mandiri :
penurunan ekspansi paru pernapsan efektif / normal 1. Mengidentifikasi etiologi atau faktor 1. Pemahaman penyebab kollaps paru perlu
(akumulasi udara), normal - Bebas sianosis pencetus, Co kollaps spontan, trauma, untuk pemasangan selang dada yang tepat
gangguan muskuloskeletal, - Bebas dari tanda dan keganasan, infeksi, komplikasi ventilasi dan memilih tindakan terapeutik lain.
nyeri/ansietas, proses gejala hipoksia mekanik
inflamasi - Tidak ada 2. Evaluasi fungsi pernapasan, cattat 2. Distress pernapasan dan perubahan pada
penggunaan otot kecepatan atau pernapasan sewrak, tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress
aksesoris pernapasan dispnea, keluhan Lapar Udara terjadinya fisiologis dan nyeri atau dapat menunjukkan
sianosis, perubahan tanda vital. terjadinya syok sehubungan dengan
hipoksia/perdarahan
3. Auskultasi bunyi napas 3. Bunyi napas dapat menurun/tak ada pada
lobus, segmen paru/seluruh area paru
(Unilateral)
4. Catat pengembangan dada dan posisi 4. Pengembangan dada sama dengan ekspansi
trakea paru, deviasi trakea dari area sisi yang sakit
pada tegangan pneumotorak
5. Kaji Fremitus 5. Suara dan tatil premitus (vebrasi) menurun
pada jaringan yang terisi cairan atau
konsolidasi
6. Kaji pasien terhadap nyeri tekan bila batuk 6. Sokongan terhadap dada dan otot abdominal
napas dalam membuat batuk lebih efektif atau mengurangi
trauma
7. pertahankan posisi nyaman, biasanya 7. Meningkatkan inspirasi maksimal,
dengan peninggian kepala tempat tidur. meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi
Baik ke sisi yang sakit untuk kontrol pada sisi yang tidak sakit
pasien untuk sebanyak mungkin
8. pertahankan prilaku tenang, bantu pasien 8. Membantu pasien mengalami efek fisiolagis
untuk kontrol diri dengan menggunakan hipoxia yang dapat dimanifestasikan sebagai
pewrnapasan lebih lambat atau dalam ansietas atau takut
9. bila selang di pasang :
- Observasi gelembung udara botol - Gelembung udara selama ekspirasi
penampung menunjukkan lubang angin dari pneumotorak
(kerja yang diharapkan) gelembung biasanya
menurun seiring dengan expansi paru dimana
area pleural menurun
- Evaluasi ketidak normalan atau - Dengan bekerjanya penghisapan,
kontinuitas gelembung botol penampung menunjukka kebocoran udara menetap yang
mungkin berasal dari pneumotorak besar
pada sisi pemasangan selang dada (berpusat
pada pasie) atau unit drainase dada (berpusat
pada sistem)
- Tentukan lokasi kebocoran udara dengan - Bila gelembung berhenti saat kateter diklem
mengklem kateter thorak pada hanya pada sisi pemasangan, kebocoran terjadi pada
bagian distal sampai keluar dai dada pasien (pada sisi pemasukan/dalam tubuh
pasien)
- Berikan kassa berminyak dan atau bahan - Biasanya memperbaiki kebocoan pada sisi
lain yang tepat disekitar sisi pemasangan insersi
sesuai indikasi
- Klem selang pada bagian bawah unit - Mengisolasi lokasi kebocoran udara pusat
dreinase bila sistem
- Posisikan sistem drainase selang untuk - Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan
fungsi optimal contoh koil selang ekstra bekuan/cairan pada selang mengubah tekanan
di tempat tidur, yakinkan selang tidak negatif yang diinginkan dan membuat
terlipat/mengantung dibawah saluran udara/cairan
masuknya kewadah drainase, alirkan
akumulasi drainase bila perlu
- Catat karakter/jumlah drainase selang - Berguna dalam mengevaluasi perbaikan
dada kondisi/terjadinya komplikasi./perdarahan
yang memerlukan upaya intervensi
Kolaborasi
1. Kaji seri foto thorak 1. Mengawasi kemajuan perbaikan hemotorak
atau pneumotorak dan ekspansi paru,
mengidentifikasi kesalahan posisi selang
endotrakeal mempengaruhi inflasi paru
2. awasi/gambarkan seri AGD dan nadi 2. Menjadi status pertukaran gas dan ventilasi
oksimetri. Kaji kapasitas vital atau ukuran perlu untuk kelanjutan atau gangguan dalam
volume tidal terapi
3. berikan O2 tambahan melalui 3. alat dalam menurunkan kerja napas,
kanule/masker sesuai indikasi meningkatkan penghilangan disytress
respirasi dan sianosis, sehubungan dengan
hopoksia
2 Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan Mengenal kebutuhan Mandiri : 1. Imformasi tentang bagaimana sistem bekerja
trauma/penghentian jalan intervensi keperawatan atau mencari bantuan 1. kaji dengan pasien tujuan atau pungsi unit memberikan keyakinan menurunkan ansietas
napas b/d penyakit saat selama 3x24 jam untuk mencegah drainase dada, catat gambaran keamanan pasien
ini/proses cidera, tergantung diharapkan komplikasi 2. pasangan kateter thorak kedinding dada 2. mencegah terlepasnya kateter dad/selang
pada alat dari luar (sistem trauma/penghentian dan berikan panjang selang ekstra sebelum terlipat dan menurunkan
dranase dada) kurang jalan napas tidak terjadi memindahkan./mengubah psosisi pasien nyeri/ketidaknyamanan sehubungan dengan
pendidikan keamanan / penarikan/mengerakkan selang
pencegahan - Amankan sisi sambung selang - Mencegah terlepasnya selang
- Berikan bantalan pada sisi dengan - Melindungi kulit dari iritasi/tekanan
plester/kassa
3. Amankan unit drainase pada sangkutan 3. mempertahankan posisi duduk tinggi dan
tempat tertentu area dengan lalu lintas menurunkan risiko kecelakaan jatuh/unit
rendah pecah
4. Berikan transportasi aman bila pasien 4. meningkatkan kontinuitas evakuasi oftimal
dikirim unit batas tujuan diagnosik. cairan/udara selama pemindahan. Bila pasien
Sebelumnya memindakan periksa botol mengeluarkan banyak jumlah cairan/udara
untuk batasan cairan yang tepat, dada, selang harus tidak diklem atau
ada/tidaknya gelembung adanya diklem penghisapan dihentikan karena risiko
atau lepaskan dari sumber penghisap. akulumasi ulang
5. Awasi sisi luabng pemasangan selang, 5. Memberikan pengenalan dini dan mengobati
catat, adanya/karakteristik drainase dari adanya erosi / infeksi kulit
sekitar kateter. Ganti/pasang ulang kassa
penutup steril sesuai kebutuhan
6. Anjurkan klien untuk menghindari 6. menurunkan resiko obstruksi/terlepasnya
berbaring /menarik selang selang
7. Identifikasi perubahan/situasi yang 7. Intervensi tepat waktu dapat mencegah
dilaporkan pada perawat, contoh komplikasi serius
perubahan bunyi gelembung, lapar udara
tiba-tiba dan nyeri dada, lepaskan alat
8. Obserbvasi tanda distress pernapasan bila 8. pneumotorak dapat terulang /memburuk
kateter thorak lepas/tercabut karena mempengaruhi fungsi pernapasan dan
memerlukan intervensi darurat
3 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan - Mengidentifikasi Mandiri :
mengenai kondisi, aturan intervensi keperawatan tanda/gejala yang 1. Kaji patologi masalah individu 1. Informasi menurkan takut karena
pengobatan b/d kurang 3x24 jam klien memerlukan ketidaktahuan memberikan pengetahuan
terpajan pada informasi mengetahui mengenai evaluasi medik dasar untuk pemahaman kondisi dinamik dan
kondisi aturan - Mengikuti program pentingnya intervensi terapeutik
pengobatan pengobatan 2. Identifikasi kemungkinan 2. Penyekit paru yang ada seperti PPOM berat
- Menunjukkan kambuh/komplikasi jangka panjang dan keganasan dapat meningkatkan insiden
perubahan pola kambuh. Selain itu pasien sehat yang
hidup yang perlu menderita pneumotorak spontan, insiden
untuk mencegah kambuh 10 %-15%. Orang yang mempunyai
terulangnya masalah episode spontan kedua berisiko untuk insidek
ketiga (60%)
3. kaji ulang tanda/gejala yang memerlukan 3. Berulangnya pneumotorak /hemothorak
eveluasi medik cepat, contoh nyeri dada memerlukan intervensi medik untuk
tiba-tiba, dispnea, distress pernapasan mencegah/nenurunkan potensial komplikasi
lanjut
4. Kaji ulang praktek kesehatan yang baik 4. Mempertahankan kesehatan umum,
contok ; nutrisi baik, istirahat, latihan meningkatkan penyembuhan dan dapat
mencegah kekambuhan.

WOC PNEUMOTORAK
Artifisial : untuk pengobatan Trauma Spontan Primer Spontan Sekunder
TB paru, Diagnosis (luka tusuk, robek) (asma, TBC)
Ca paru, batuk
Perembuan menstruasi
Paru sengaja di buat Selaput pleura Robekan alveoli
Kollaps Robek

Pengumpalan udara Udara masuk Intertisial Paru Masuknya udara di


Dirongga pleura Robek Celah patologi paru

(udara masasuk ke rongga pleura)


PNEUMOTORAK

Perlengketan selaput pleura (penekanan pada rangga thorak ) penekanan pada paru

Sesak Napas
Ekspansi paru terganggu MK: Gangguan Pola Napas

Njeri saat bernafas Dispnea

Penurunan fungsi pernapsan


MK : Gangguan Rasa Nyaman Pleura Gangguan istirahat tidur

Peningkatan paru dan rongga dada Hipoxemia arterial

Usaha napas meningkat


Tension pneumotorak
Mk : Gg pertukaran gas Penurunan curah jantung

Pergerakan udara kealveoli mediastinum


Tachicardia
Trakea dan mediastinum
Terdorang kontralateral
Komplikasi lanjut pneumotorak

Diafragma terdorang ke bawah

Anda mungkin juga menyukai