LAPORAN PENDAHULUAN
REUMATIC HEART DISEASE
1. Definisi:
RHD adalah penyakit radang yang timbul setelah infeksi streptococcus gol beta hemolitik group A
Masalah kesehatan
3. Ansietas.
4. Intoleransi aktifitas.
5. Kurang pengetahuan
keluarga.
Pemeriksaan Diagnostik
7. NADase, anti NADase, dan anti anti DNAase B meningkat bila ada anti bodi streptococcu
8. Streptozim sebuah uji antibodi streptococcus dapat dilakukan sebagai ganti titer ASO
2. Diagnosa Keperawatan:
3. Perubahan emosi/ psikososial behubungan dengan imobilisasi fisik ( tirah baring) dan pelaks
7. Resiko tinggi terjadi komplikasi: gagal jantung berhubungan dengan kerusajkan katub mene
3. Intervensi Keperawatan.
Intervensi :
1. berikan alas yang lunak ( bantal yang lembek atau handuk yang berlipat-lipat ) pada daerah
2. Hindari sentuhan pada daerah yang sakit.
3. Letakkan tempat tidur klien di pinggir/ di pojok ruangan untuk menghindari tersenggol orang
9. Kolaborasi analgesik.
Intervensi :
5. Beri diet lunak, rendah garam di tambah sayuran yang berserat pada pasien dengan gagal j
6. Beri penjelasan pada pasien pentingnya makanan untuk kesembuhannya.
7. Timbang berat badan klien 1 x seminggu, dan setiap hari pada pasien gagal jantung.
8. Beritahukan dokter bila beberapa kali ditimbang berat badan klien tidak meningkat.
Intervensi :
5. Berikan kesibukan pada klien, kesibukan yang tidak membahayakan jantungnya seperti: me
6. Anjurkan klien untuk berbagi rasa tidak berdaya, malu dan ketakutan yang berkaitan dengan
korea, karditis dan kelemahan otot)
10. Ajaklah klien untuk ikut terlibat dalam pelaksanaan tindakan, seperti perlihatkan kenaikan air
tekanan darah.
Pertahankan tirah baring sampai hasil laboratorium dan status klinis membaik.
Sejalan dengan semakin baiknya keadaan, pantau peningkatan bertahap pada tingkat aktivi
Intervensi :
3. Beri informasi kepada keluarga tentang perlunya anak meminum obat antibiotik yang diberik
4. Beri informasi tentang carta perawatan anak selama di rumah meliputi cukup gizi, cukup istir
5. Jelaskan pada keluarga bahwa RHD memerlukan pengobatan yang lama dan perlu kontrol t
Intervensi :
3. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan masukan cairan yang adekwat sesuai kondisi.
7. Diagnosa keperawatan 7: Resiko tinggi terjadi komplikasi: gagal jantung berhubungan denga
Intervensi :
Daftar Pustaka
Carpenito L.J, 1997, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6, Jakarta: EGC
Fakultas Kedokteran UI, 2000, Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid 2, Jakarta: Medi Aesculap
Mayer M, dkk, 1995, Pediatric Nursing, Singapure, McGraw – Hill Clinical Care Plans.
Staf pengajar IKA FK UI, 2001, Ilmu Kesehatan Anak bagian 3, Jakarta: Bagian IKA FK UI
Tucker, dkk, 1998, Standar Perawatan Pasien edisi V volume 4, Jakarta: EGC
Tags: jovan
0 comments share
Osteogenik
BAB I
PENDAHULUAN
I.latar belakang
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung. Mereka secara umum dibagi keda
jaringan lunak. Sarkoma tulang tidak begitu umum sekitar 0,2 % dari semua jenis tumor malignasi d
2- 100 kasus terdiagnosa setiap tahunnya. Insiden tersebut lebih tinggi terjadi pada orang kulit puti
Ada empat tipe utama dari sarkoma tulang ini, antara lain randro sarkoma, sarkoma ewing, fibrosar
makalah ini akan dibahas tentang osteosarkoma, karena osteosarkoma merupakan jenis malignasi
% dari semua kasus. Osteosarkoma merupakan derajad yang tinggi dimana tumor sel berkas malig
Osteosarkoma lebih umum terjadi pada pria dan orang- orang dengan usia antara 10- 25 tahun.
II. Tujuan
1. tujuan umum
2. tujuan khusus
OSTEOGENIK SARKOMA
1. Pengertian
Tumor yang berasal dari sel mesenkim yang ditandai dengan differensiasi osteobalstik dari s
Kummar.458.1995 )
Jenis malignasi terbanyak dari tumor tulang yang berjumlah kira- kira 20 % dari semua kasu
2. Etiologi
Etiologi dari osteosarkoma masih belum diketahui tetapi radiasi dan virus onkogenik yang telah
serta faktor genetik.
3. Patofisiologi
Kebanyakan osteosarkoma dijumpai pada kelompok usia muda antara 10- 25 tahun. Kemudian
metafisis tulang panjang seperti :
Tumor
Mengganti jaringan metafisis
Nyeri dada
Batuk
Demam
Malaise
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi tulang
Metode radigrafi dapat digunakan untuk menilai tumor tulang malignan yang meliputi radigra
tomografi, fluoroscopi, MRI.
Biopsi merupakan hal yang vital dalam menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi t
lesi- lesi yang dicurigai.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan pe
pembuangan tumor, pengahindaran amputasi kalau memungkinkan, pemeliharaan fungsi secar
ekstremitas yang sakit. Penatalaksaan meliputi : pembedahan, kemoterapi, radioterapi, bioterap
7. Prognosa
Dahulu prognosa dari osteosarkoma jelek yaitu dengan kelangsungan hidup selama 5 tahun se
Sedangkan pada saat ini prognosa dengan metastase adalah 40 % kehidupan selama 5 tahun.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
1. Pengakajian
Nyeri diatas area yang sakit dari ekstremitas, khususnya pada malam hari.
Anoreksia
Penurunan berat badan
Kelelahan
Peningkatan suhu
2. Diagnosa keperawatan
1.Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosis kanker dan prognosa yang tidak p
Kriteria hasil
Ansitas, kekuatiran dan kelemahan menurun pada tingkat yang dapat mendemonstrasikan k
aktivitas dan proses pengambilan keputusan.
Intervensi keperawatan
1. gunakan pendekatan yang tenang dan berikan suatu suasana lingkungan yang dapat diterim
2. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pengobatan kemoterapi berkaitan dengan des
hematopoetik normal yang mengakibatkan immunosupresi.
Kriteria hasil
Intervensi keperawatan
2. pantau tanda- tanda vital setiap 4 jam dan lebih sering jika diperlukan
R/ demam atau hipotermia mungkin mengindikasikan munculnya infeksi pada pasien gra
3. kaji semua daerah prosedur invasif terhadap kemungkinan adanya tanda infeksi
R/ kulit dan membran mukosa memberikan jalan pertama dari pertahanan terhadap mikr
R/ peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan jumlah sel darah putih yang rendah mu
pasien.
6. mulai terapi antibotik dengan segera setelah diperoleh kultur yang perlu.
R/ pasien dapat mengalami sepsis dalam12 jam demam tinggi jika tidak diobati dengan a
7. bantu pasien mengenai kebersihan diri meliputi mandi, kebersihan mulut dan perawatan per
3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, munta
kriteria hasil
Intervensi keperawatan
d. timbang berat badan pasien saat masuk dan setiap minggu dengan menggunakan timban
f. instruksikan untuk menelam obat antiemetik sebelum makan jika ada mual atau muntah
8. anjurkan pasien untuk mencoba makanan yang berbeda jika ada perubahan rasa kecap.
4.Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan efek samping kemoterapi yang dapat me
tosisitas renal.
Krietria hasil
Kriteria hasil
Intervensi keperawatan
1. pantau eliminasi urine yang meliputi warna, jumlah, adanya sel darah merah. Ureum, keratin
3. instruksikan pasien untuk minum paling sedikit 8- 12 gelas perhari sebelum atau sesudah ke
4. Instruksikan pasien untuk berkemih setiap dua sampai tiga jam sebelum tidur dan ketika ban
5. Beritahu mengenai rasioanal untuk masukan cairan adekuat dan sering berkemih.
Intervensi keperawatan
1. tentukan letak nyeri, karakteristik, kualitas dan beratnya sebelum pasien mendapatkan peng
2. Cek pesanan medis terhadap obat, dosis dan frekuensi pemberian analgetik
4. Pilih analgesik yang sesuai jika lebih dari satu yang diresepkan.
5. Pantau tanda- tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgetik narkotik untuk dosis pe
umummohon dicatat.
6. kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penuruana kekuatan otot, nyeri karena pemb
yang terkena, interupsi pembedahan atau pengangkatan otot – otot ,kartilago dan ligamen.
Kriteria hasil
Intervensi keperawatan
4. Posisikan anggota badan yang sakit pada kesejajaran tubuh yang tepat
BAB IV
Kesimpulan :
Osteogenik sarkoma adalah jenis malignansi terbanyak dari tumor tulang yang berjumlah kira-kira 2
penyebabnya belum diketahui. Tetapi radiasi dan virus osteogenik yang telah terlibat dalam terjadin
Osteogenik sarkoma dijumpai pada kelompok usia muda antara 10 sampai 25 tahun dan menyeran
panjang. Manifestasi klinis penyakit ini adalah:- timbul rasa nyeri tumpul dalam dan perasaan sepe
1. koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosis kanker dan prognisis yang tidak
2. resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pengobatan kemoterapi
3. perubahan nutrisi kuranga dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia, mual/munta
Saran
Hendaknya petugas kesehatan khususnya dokter dan perawat menjelaskan upaya upaya perawata
mungkin sehingga metastase dari penyakit ini
lebih cepat dicegah. Dan meningkakan pengetahuan komunitas tentang penyakit ini sehingga dari
adanya penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. CHARLOTTE AND GALE.2000. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ONKOLOGI. EGC. J
2. TUCKER ET ALL.1999. STANDAR PERAWATAN PASIEN 4. EGC. JAKARTA
1. AGUNG JOKO P
2. CITRA PUSPITASARI
3. DINA AYUSFI MS
4. DWI AGUSTIN R
5. FUJI ASTUTIK
6. GOGOT WAHYU U
7. TEGUH ARDIANSYAH
8. WIWIK ANDAYANI
ASUHAN KEPERAWATAN
OSTEOGENIK SARKOMA
TUGAS 320
MUSKULO SKELETAL
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
2003
Tags: jovan
0 comments share
MOLA HIDATIDOSA
LAPORAN PENDAHULUAN
Sumber Bacaan:
Tags: jovan
1 comment share
TUBERKOLOSIS PARU
TUBERKOLOSIS PARU
A. PENGERTIAN :
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang disebabkan oleh Mycobak
B. ETIOLOGI :
Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar kuman berup
asam dan lebih tahan terhadap kimia , fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah yang bany
daerah yang tinggi kandunagn oksiginnya yaitu. daerah apikal paru, daerah ini yang menjadi prediksi pada penyakit
C. PATOFISIOLOGI :
Penyakit ini dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel efektor (makrofag), sedangkan limphosit (sel T
biasanya melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokin, respon ini disebut sebaga
yang mencapai permukaan alveolus akan diinhalasi sebagai suatu unit (1-3 basil), gumpalan basil yang lebih besar
cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Yang berada dialveolus dibagian bawah lobus atas paru b
Leukosit polimorfonuklear nampak pada tempay tersebut dan mempagosit, namun tidak membunuh basil. H
makrofag, alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumoni akut. Pneumoni selluler ini dap
berjalan terus, dan basil terus dipagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar g
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (
bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju (nekrosis kaseosa) . Daerah yang men
dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi akan lebih fibroblas me
suatu kapsul yang dikelilingi tuberkel..
Keluhan dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan, yang terbanyak adalah :
3. Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
4. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pl
5. Malaise : ditemukan beripa anorexia, nafsu makan menurun, BB menurun, sakir kepala, nyeri otot, keringat diw
Pada Atelektasis terdapat gejala manifestasi klinik yaitu: Sianosis, Sesak nafas, Kolaps. Bagian dada pasien tidak b
terdorong kesisi yang sakit. Pada Foto Torax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diagfragma menonjo
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK:
1. Pemeriksaan fisik :
3. Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara umforik.
5. Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
2. Pemeriksaan Radiologi :
1. Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas.
2. Pada kavitas bayangan berupa cincin.
3. Bronchografi :
Merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.
4. Laboratorium :
F. PENATALAKSANAAN :
1. Penyuluhan
2. Pencegahan
3. Pemberian obat-obatan :
2. Bronchodilatator
3. Expektoran
4. OBH
5. Vitamin
TINJAUAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Fatique, Aktivitas berat timbul sesak (nafas pendek), Sulit tidur, Berkeringat pada malam hari
2. Pola Nutrisi :
4. Riwayat Keluarga :
Biasanya keluarga penderita ada yang mempunyai kesulitan yang sama (penyakit yang sama)
5. Riwayat lingkungan :
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggauta ke
6. Aspek Psikososial :
1. Merasa dikucilkan
4. Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang
4. Edema Bronchial.
4. Malnutrisi
Kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dyspnoe, anorexia, penurunan finansial /biaya.
Sekresi yang kental, lengket dan berdarah, lelah dan usaha batuk yang kurang, Edema trachea/larink.
5. Kurangnya pengetahuan (kebutuhan Hygiene), tentang kondisi, pengobatan, pencegahan, sehubungan denga
Tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang salah, terbatas pengetahuan/kognisi, tidak akurat, tidak lengkap
Pengobatan:
Dosis : 1 x 400 mg
Farmakokinetik:
1. Diabsorbsi : dari saluran pencernaan, makanan mengurangi kecepatan dan tingkat absorbsi
2. Puncak : 1 - 2 jam
3. Distribusi : Keseluruh jaringan tubuh dan cairan termasuk CNS, melewati plasenta
5. Eliminasi : waktu paruh 1 - 4 jam, 75 - 96% diekresikan dalam urin dalam 24 jam, diekskresikan dalam air susu
1. CNS : parestesias, perifeal neuropaty, nyeri kepala, kelemahan, tinitus, pusing, vertigo, ataxia, somnol
perubahan tingkah laku, depresi, kerusakan memori, hyperpireksia, halusinasi, konvulsi, otot kejang, m
5. Hepatotoksisitas : panas dingin, kulit yang melepuh (mosbiliform, macula papular, purpura, urticaria) lim
6. Metabolik endokrin : Penurunan absorbsi vitamin B12, defisiensi pridoksin (vitamin B6), pellagra, gyne
hyperkalemia, hipophosphathemia, hipokalsemia, acetonia, asidosis metabolik, proteinemia
7. Lain-lain : dyspnea, retensi urine, demam yangdisebabkan obat-obat, rematik, lupus erythromatosus s
Implikasi Perawatan :
Pengelolaan :
1. Obat oral INH lebih baik diberikan sebelum makan 1 - 2 jam sebelum makanan diabsorbsi, jika terjadi iritasi GI
2. Isoniazid dalam bentuk larutan disimpan dalam bentuk kristal dan disimpan dalam temperatur yang rendah. Jik
hangat atau dalam temperatur ruangan.
3. Nyeri lokal sementara setelah injeksi IM, massage daerah injeksi dengan cara memutar daerah injeksi
4. Obat disimpan harus ditutup rapat, temperatur 15 - 30 C kecuali diberikan secara sebaliknya
1. Tes adanya kelemahan yang tepat, sebelum pemberian therapy untuk mendeteksi kemungkinan bakte
2. Efek therapetik biasanya menjadi jelas dalam 2 - 3 minggu pertama pemberian therapi. Lebih dari 90%
sputum yang berkurang setelah 6 bulan
3. Pemeriksaan mata
5. Pasien seharusnya secara hati-hati dengan interview dan diperiksa dalam interval bulanan untuk mend
hepatotoksisitas
6. Therapi INH yang kontinyu setelah onset dari disfungsi hepatik meningkatkan resiko kerusakan hati ya
7. Isoniazid hepatitis (kadang-kadang fatal) biasanya berkembang selama 3 - 6 bulan pertama, tetapi mu
therapi, hal ini lebih banyak frekwensinya pada pasien dengan umur 35 tahun atau lebih atau terutama
9. Pasien DM seharusnya diabsorbsi untuk hilangnya kontrol diabetes antara glikosuria yang nyata dan t
10. Neuritis peripheral lebih banyak menimbulkan afek toksik seringkali didahului oleh parestesikaki dan ta
(termasuk) alkoholik atau pasien denga penyakit liver, malnutrisi, diabetik, inaktivator lambat, wanita ha
2. Instruksi pasien untuk melapor kepada medis bila ada tanda dan gejala dari perkembangan hepatotok
3. Memperingatkan pasien terhadap makanan yang mengandung histamin (ikan tuna) yang bisa menjadi
obat (nyeri kepala, hipotensi,palpitasi,berkeringat, diare)
4. Umumnya therapi INH diberikan 6 bulan - 2 tahun untuk pengobatan TBC yang aktif, bila digunakan un
Dosis: Dewasa 15 mg/kgBB (oral), untuk pengobatan ulang mulai dengan 25 mg kg/BB/hari atau 60 hari, kemudi
Farmakokinetik :
3. Distribusi: diodistribusi ke seluruh jaringan tubuh, konsentrasi tertinggi dalam eritrosit, ginjal, paru-paru, saliva,
5. Eliminasi : waktu paruh 3 - 4 jam, 50% diekresikan dalam urin selama 24 jam, 20 - 22 % dikeluarkan dalam fes
6. Efek samping :
1. CNS : Nyeri kepala , pening/pusing, kebingungan, halusinasi, parestesia, neuritis peripheral, nyeri tula
bawah
2. Mata : Toksisitas bola mata : neuritis retrabulbar optik, kemungkinan neuritis anterior optik dengan pen
menyempitnya luas lapang pandang, kebutaan pada warna merah-hijau, skotoma pada bagian pusat d
dan edema retina.
5. Hyperuresemia, demam , malaise, leukopenia (jarang), sputum yang mengandung darah, gangguan s
hepatotoksisitas), nefrotoksisitas, gout artritis akut, abnormalitas EKG, pengeluaran keringat
Implikasi Perawatan
1. Ethambutol mungkin diberikan setelah makan jika iritasi saluran pencernaan terjadi. Absorpsi tidak begitu dipe
2. Lindungi ethambutol dari cahaya, kelembaman dan panas. Letakan dalam kemasan yang tertutup rapat-rapat
langsung .
2. Toksisitas okuli secara umum kelihatan dalam 1 - 7 bulan setelah dimulainya tyerapi. Gejala biasanya
beberapa bulan setelah obat tidak dilanjutkan
3. Uji opthalmoskopik meliputi tes luas lapang pandang , tes untuk ketajaman penglihatan menggunakan
diskriminasi warna seharusnya ditentukan lebih dulu untuk memulai therapi dan dalam interval bulanan
terpisah sama baiknya secara bersama-sama
4. Monitor rasio input dan output pada pasien dengan kerusakan ginjal . Laporkan adanya oliguria atau p
laporan laboratorium tentang fungsi ginjal. Akumulasi sistemik dengan toksisitas dapat dihasilkan dari
5. Tes fungsi ginjal dan hepatik, hitung sel darah dan determinan serum asam urat seharusnya ditentukan
menyeluruh.
2. Jika pasien hamil, selama pengobatan sarankan untuk melaporkan pada dokter dengan segera . Obat
3. Sarankan pasien untuk melaporkan dengan tepat pada dokter tentang kejadian mengaburnya pandang
luas lapang pandang , beberapa gejala penglihatan lainnya. Pasien seharusnya secara periodik ditany
4. Jika dideteksi secara dini, defek visual secara umum tidak kelihatan lebih dari beberapa minggu samp
(jarang), pemulihan mungkin lambat. Selama setahun atau lebih atau defek mungkin irreversibel.
Dosis : 1 x 450 mg
Farmakokinetik:
3. Distribusi : didistribusikan kemana-mana meliputi CSF, melalui plasenta, didistribusikan ke dalam air susu
4. Metabolisme: Dimetabolisme dalam liver untuk metabolisme aktif dan inaktif siklus enterohepatik
5. Eliminasi : Waktu paruh 3 jam. Sampai 30 % diekresikan dalam urin 60% - 65% dalam feses
6. Efek samping :
1. CNS: fatigue, drowsiness, nyeri kepala, ataxia, kebingungan, pusing, ketidak mampuan berkonsentras
ekstremitas, kelemahan otot, gangguan penglihatan , konjungtivitis, hilangnya pendengaran frekuensi
2. GI : heart burn, distress epigastrium, mual, muntah, anoreksia, flaturens, kram, diare, kolitis pseudome
4. Hypersensitivitas : panas, pruritis, urtikaria, erupsi kulit, rasa sakit pada mulut dan lidah, eosinophilia, h
6. Lain-lain: hemoptisis, light-chain proteinuria, sindrom “flulike”, gangguan menstruasi, sindroma hepator
sementara pada tes fungsi hati (bilirubin, BSP, alkaline fosfatase,ALT,AST), pankreatitis
7. Overdosis: Gejala GI, meningkatnya lethargi, pembesaran liver dan pengerasan, jaundice, berkeringat
Implikasi Perawatan
1. Kapsul bisa dibuka diisi dan diminum/diteguk dengan air atau dicampur dengan makanan
2. Suspensi oral dapat disiapkan dari kapsul untuk digunakan pada pasien pediatri
3. Berikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. Puncak dari tingkat serum diperlambat dan mungkin agak re
4. Pengawetan seharusnya dijaga dalam kapsul yang dikemas dalam botol , dapat menjadi tidak stabil dalam kea
1. Tes serologi dan kerentanan seharusnya ditentukan paling utama selama dan dalam keadaan / waktu
2. Disarankan tes fungsi hepatik secara periodik . Pasien dengan penyakit hepar harus dimonitor secara
3. Jika pasien juga mendapat anti koagulan , waktu protrombin seharusnya ditentukan secara harian atau
aktifitas antikoagulan
1. Informasikan kepada pasien bahwa obat bisa memberi warna pada urin merah -oranye, feces, sputum, keringa
kontak lensa atau kaca berwarna lainnya yang permanent.
2. Pasien dengan kontrasepsi oral, seharusnya mempertimbangkan alternatif metode-metode kontrasepsi. Hal-ha
kontrasepsi oral menurunkan keefektifan dari kontrasepsi dan untuk gangguan menstruasi (spotting, perdaraha
3. Perhatikan pasien agar menjaga obat dari jangkauan anak-anak
Dosis : 2 x 500 mg
Farmakokinetik :
6. Efek samping :
Astralgia, aktif gout, kesulitan dalam kencing, nyeri kepala, fotosensitif, urtikaria, skin rash (jarang), anemia
hemoptisis, peptik ulser, uric asid dalam serum, hepatotoksik, tes fungsi ginjal yang abnormal, penurunan pl
Implikasi perawatan
1. Pengelolaan :
1. Obat seharusnya tidak dilanjutkan jika ada reaksi hepar (jaundice,pruritis, sklera ikterik, yellow skin) at
3. Efek obat
5. Pasien harus diperiksa secara teratur , dan kemungkinan adanya tanda toksik: pembesaran hepar, jau
ptekie, perdarahan abnormal)
6. Reaksi hepar lebih sering terjadi pada pasien yang diberikan dosis tinggi
7. Tes fungsi liver (AST, ALT, serum bilirubin) harus diperiksa 2-4 minggu selama terapi
2. Pasien seharusnya berkeinginan untuk intake cairan 2000 ml/hari jika memungkinkan
3. Pasien dengan diabetes melitus seharusnya terbuka untuk memonitor dan meminta saran terhadap ke
Dosis : 2 x 100 mg
Farmakokinetik :
6. Eliminasi : Waktu paruh : 1,3 - 2,4 Jam parent kompound, 18 - 32 jam dimetabolisme, 40 - 57% di ekskresikan
7. Efek samping :
5. Lain-lain: Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (hiperkalemia, hiponatremia), peningkatan BUN, asi
sympatectomi) , hiperurecemia, Gout.
Implikasi Perawatan :
1. Pengelolaan :
1. Berikan dengan makanan untuk mempertinggi absorbsi makanan.
2. Haluskan tablet sebelum diberikan dengan cairan yang dipilih oleh pasien.
3. Obat disimpan dalam tempat tertutup, dalam kemasan tahan cahaya, dalam bentuk suspensi lebih tah
6. Serum elektrolit harus dimonitor, terutama selama permulaan terapi dan siapkan bila ada tanda-tanda
7. Monitor intake dan output setiap hari dan cek adanya edema, laporkan kekurangan respon diuretik ata
8. Laporkan bila ada efek perubahan mental, letargi, stupor pada pasien dengan penyakit hati.
9. Reaksi yang merugikan, terjadi reversibel yang umum dengan tidak dilanjutkan obat. Ginekomastik ya
Ini semua dilakukan walaupun obat telah dihentikan.
1. Informasikan pada pasien dan keluarga efek obat deuretik yang maksimal mungkin tidak terjadi sampa
untuk 2-3 hari setelah obat dihentikan.
2. Intruksikan pasien untuk melaporkan tanda dari hiponatremi, yang lebih sering terjadi pada pasien den
3. Umumnya pasien harus menghindarkan intake yang belebihan dari makanan yang tinggi potasium dan
DAFTAR PUSTAKA
1. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987.
2. Donna D, Marilyn. V. Medical Sugical Nursing, WB Sounders, Philadelpia 1991.
3. Doenges E Marilynn.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. F.A Davis Company. Philadelphia Edition 3 , 1989
Tags: jovan
0 comments share
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFINISI
Kejang adalah gangguan lepas muatan listrik yang berlebihan dari sinkrom pada sekelompok sel neuron ota
o Tetanus
o Kejang demam
Encephalitis
Meningoencephalitis
Abses otak
3. Epilepsi
AKIBAT KEJANG
Kematian
Kepayahan
Hipertensi
ETIOLOGI
I. Intrakranial
1. Gangguan metabolik
Hiperglikemi
Hipokalsemia
Hipomagnesium
Gangguan elektrolit
2. Toksik
Intoksikasi anastesi
2. Kelainan diturunkan
gangguan metabolisme
kekurangan peridoxin
2. Kernikterus
II. Ekstrakanial
1. Asfiksia
2. Trauma ( perdarahan )
3. Infeksi
1. Kelainan
II. Idiopatik
kejang yang terjadi 48 jam pertama yaitu asfiksia, trauma lahir dan hipoglikemi
2. PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan hidup sel atau organ otak diperlikan energi yasm didapat dari metabolisme.bahan baku un
glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru- paru dan diteruskan keotak melalui siste
Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidas
oleh membran yang teridri dari permukaan membran yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan n
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya,kecuali ion klorida (
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jeni
maka terdapat keadaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimb
dan bantuan en zim Na-K ATP- ase yang terdapat pada permukaan sel.
Pada seoarang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubnuh dibandingkan deng
itu, kenaikansuhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang s
natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatn listrik ini dem
sel maupun kemembran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadi kej
2. DIAGNOSTIK
I. Anamnese
1. Banngkitan kejang
I. Pemeriksaan fisik
Bentuk kejang
Kesadaran
Kelainan neurologi
I. Pemeriksaan laboratorium
Pungsi lumbal
2. PENATALAKSANAAN
Luminal 8 – 10 mg/KgBB
3. Terapi penyebab
Antibiotik
Tindakan operasi
Kompres
5. Terapi supportif
Infus
Cairan elektrolit
Roborantia
O2
TINJAUAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Kaji RR
Kaji laporan orang tua tentang kejang tonik/klonik selama 1 tahun
Kaji riwayat kehamilan orang tua adakah toksemia selama akhir pertengahan kahamilan.
Kaji tentang tunbuh kembang anak : adakah penurunan DTRs, kaji tingkat kesadaran, kaji tentang r eaksi terha
Pemeriksaaan Neurologis
1. Perilaku dan statua mental : mengukur kemampuan ank untuk brhubungan dengan orang lain, tingkat kemamp
hipoaktivitas.
2. Pemeriksaan motorik
4. Gerakan involunter
3. Pemeriksaan sensorik
2. Gerakan mata
1. Resiko tinggi terhadap inefektif bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan relaksaasi lidah dan re
intervensi otot.
Kriteria Hasil:
2. Status pernafasan selama kejang 1,2. gerakan tonik atau klonik selama kejang dapat menyebabkan lidah turun
Intervensi Rasional
8. Penurunan kesadaran
Intervensi Rasional
2. Resiko tinggi terhadap isolasi sosial yang berhubungan dengan rasa malu sekundr terhadap mengalam
Intervensi Rasional
Bantu klien mengenali kebutuhuan
sosialisasi Klien yang cenderung kejang dapat
memisahkan dari keluarga, teman
dan kontak sosial lain.
Intervensi Rasional
MASALAH KOLABORATIF
Tujuan Keperawatan : Perawat akan menngatasi dan meminimalkan komplikasi status epileptikus.
Intervensi Rasional
3. Beriakn O2 melalui
kateter nasal
HALUSINASI
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
1. Definisi
Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra sesorang pasien
bangun, dasarnya mungkin organik, psikotik ataupun histerik (Maramis, 1994).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarny
Halusinasi adalah suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimuli ekstern; pe
>Emosi konsisten dgn pengalaman >Reaksi emosi >> atau < >Sulit berespon
emosi
disorganisasi
3. Jenis-jenis halusinasi
Karakteristik
Jenis Prosentase
Halusinasi
Penghidu
(olfactory)
Merasa mengecap rasa seperti rasa
darah, urine atau feces.
Cenesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri
tanpa bergerak
Kinesthetic
4. Fase-fase halisinasi
5. Pohon masalah
PSP : Halusinasi……
Pertemuan 1
1. Proses keperawatan
1. Kondisi Klien
Menyendiri, bingung, lambat, kontak mata kurang, pembicaraan lambat dan diulang-ulang.
2. Diagnosa keperawatan
3. TUK
1. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
1. Salam terapeutik
“ Selamat pagi mbak ? boleh kenalan ngaak ? nama saya suster Yenny, panggil saya mbak Y
Unibraw Malang, saya yang akan merawat mbak selama 2 minggu ini, mulai tanggal 27 s/d
2. Evaluasi/ validasi
3. Kontrak
“ Mbak nanti kita cerita-cerita kenapa mbak sampai dibawa kesini ? bersedia khan ? nggak la
bersedia khan ?
2. Kerja
“ Mbak namanya siapa ? asalnya dari mana ? biasa dipanggil apa ? gimana perasaaanya hari in
bingung ? Mbak sekarang dimana ? dirumah ada siapa saja ? anaknya dengan siapa ?
3. Terminasi
1. Evaluasi subyektif
2. Evaluasi obyektif
“ Coba masih ingat nama saya ? terus coba sebutkan lagi kenapa mbak dibawa kesini ? bag
“ Baiklah mbak karena waktu kita sudah habis kita sudahi sampai disini ya, besok kita nomon
4. Kontrak
“ Besok kita ketemu lagi disini jam 08.00 WIB kita akan nobrol tentang mengapa mbak dibaw
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan 2
Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
2. Diagnosa keperawatan
3. TUK
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Strategi Komunikasi
1. Orientasi
1. Salam terapeutik
“ Selamat pagi mbak ? masih ingat saya ? nama mbak Winarti khan ? sebenarnya mbak Win
2. Evaluasi/validasi
3. Kontrak
“ Mbak Win, pagi ini sesuai dengan janji kita, kita akan ngobrol-ngobrol ya khan ? saya harap
kepada saya, bagaimana ? tidak lama koq, 15 menit saja ?
2. Kerja
“ Mbak Win coba sih ceritakan kenapa mbak Win bisa sampai dibawa kesini ?, mbak Win tahu t
“ Bagaimana perasaan mbak Win selama disini ?’.
3. Terminasi
1. Evaluasi subyektif
2. Evaluasi obyektif
Coba mbak Win sebutkan lagi kenapa mbak win dibawa kesini ? ya ada lagi ?”.
“ Baiklah mbak Win waktu kita sudah habis, besok kita ngobrol-ngobrol lagi tentang apa yang
terdengar suara-suara itu !’.
4. Kontrak
“ Besok jam 08.00 WIB kita ketemu lagi ya ?, kita ngobrol dimana ? jangan lupa ya ?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan 3
1. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Kontak mata baik, tertawa dan tersenyum, mengerti alur pembicaraan, mau menyapa.
2. Diagnosa Keperawatan
3. TUK
2. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi/validasi
3. Kontrak
“ Mbak Win …..kita pagi ini ngobrol disini saja ya ?, jam 08.15 WIB s/d 09.00 WIB ya ?”.
2. Kerja
“ Mbak Win selama ini apa sih yang mbak Win rasakan, mbak dengar suara-suara ya ? suara-su
muncul dalam satu hari ? kapan suara-suara itu muncul ? lalu apa yang mbak rasakan sewaktu
3. Terminasi
1. Evaluasi subyektif
“ Bagaimana perasaan mbak Win sekarang setelah tadi kita berbincang-bincang ?”.
2. Evaluasi obyektif
“ Coba mbak Win sebutkan lagi suara-suara yang mbak dengar ?, jadi berapa kali ?”. Bagus
“ Iya…mbak Win sudah bagus hari ini karena sudah bisa menceritakan kepada saya, Nanti k
diingat lagi mungkin ada yang terlupa !”.
4. Kontrak
Pertemuan 4
1. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Mau diajak bicara, stimulus dari perawat dulu, kontak mata baik, sering bengong
2. Diagnosa Keperawatan
3. TUK
2. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
1. Salam terapeutik
b. Evaluasi/validasi
2. Kontrak
“ Mbak Win …..kita ngobrol disini saja ya ?, tidak lama koq 15 menit cukup, bersedia ?”.
2. Kerja
“ Mbak Win masih dengar suara-suara ya ? suara-suaranya mbak kenal nggak ? apa sih bunyin
itu muncul dalam satu hari ? kapan suara-suara itu muncul ? lalu apa yang mbak rasakan sewa
3. Terminasi
1. Evaluasi subyektif
“ Bagaimana perasaan mbak Win sekarang setelah tadi kita berbincang-bincang ?”.
2. Evaluasi obyektif
“ Coba mbak Win sebutkan lagi suara-suara yang mbak dengar ?, Bagus sekali !”.
4. Kontrak
“ Besok jam 10.00 WIB kita ketemu lagi ya ?” di ruang televisi ya ?”.
Tags: jovan
0 comments share
Kehamilan Fisiologis
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Serviks: mengeluarkan mucus yang kental/operculum menghambat masuknya bakteri kedalam uterus.
2. Uterus: hegars/pembesaran uterus
3. Vagina: tanda Chadwick’s (keunguan), leukorrhea/sekresi berwarna putih meningkat, meningginya derajat ransan
Sistem Integumen
3. Wajah: pigmentasi
4. Perspirasi dan sekresi kelenjar lemak: kelenjar keringat/sebasea menjadi lebih aktif
Sistem Endokrin
4. Pankreas: menghasilkan insulin yang lebih banyak, wanita hamil cenderung kurang mampu mengatasi jumlah gu
sehingga mengeluarkan gula kedalam urine membutuhkan pengawasan medis yang berkelanjutan.
Sistem Kardiovaskuler
1. Estrogen meransang kelenjar aldrenal menghasiklkan alddosteron menyebabkan retensi garam dan air
2. Uterus yang membesar menekan vena-vena yang mengaliri darah kedaerah pelvikdan ekstremitas bawah sehingga tekan
syndrome pucat sementara, pusing dan klamines
3. Psedoanemia (anemia fisiologis) karena meningkatnya volume plasma menyebabkan hemodilusi. Sedangkan eritrosit men
Sistem Muskuloskeletal
1. Gigi, tulang dan persendian: membutuhkan kalsium dan fosfor lebih banyak terpenuhi dengan dengan diit seimba
2. Karies gigi disebabkan karena saliva yang asam sehingga membantu aktivitas penghancuran bakteri.
3. Otot: Kram otot dan tungkai karena metabolisme kalsium dan fosfor, kurangnya drainasi sisa metabolisme otot, p
Sistem pernafasan
1. Paru-paru dan pernafasan: bentuk rongga dada berubah karena diafragma terdorong oleh pertumbuhan
2. Membran mukosa: bengkak seperti alergi pada memberan mukusa. Gejala: serak, hidung tersumbat, dis
penciuman menurun
7. Hemeroid
Sistem perkemahan
1. Sering BAK
2. Diolonepritis karena dilatasi ginjal dan ureter, peristaltic uretra menurun sehingga gerakan urine ke kandung kemih lambat
Sistem pernafasan
Kaku lengan, tangan, 1 jari ~ merupakan masalah mekanis dapat dihilangkan dengan meyokong bahu dengan bantal pada malam
siang hari
Masalah Keperawatan Masalah Kolaborasi
1. Konstipasi
2. Gatal
3. Badan berbau
4. Kram
5. Leukorrhea berlebihan
6. BAK sering
1. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urine lengkap
2. USG
2. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi sehubungan dengan menurunnya peristaltic usus karena tingginya kadar progesterone.
2. Gangguan rasa nyaman pembesaran payudara sehubungan dengan peningkatan sirkulasi darah oleh ho
3. Gangguan rasa nyaman gatal pada abdomen sehubungan dengan peregangan dinding abdomen.
4. Gangguan bau badan sehubungan dengan peningkatan produksi kelenjar keringat/ sebasea.
3. Intervensi
1. Dx 1: Konstipasi sehubungan dengan menurunnya peristaltic usus karena tingginya kadar progesterone.
2. Menjelaskan bahwa penyebab konstipasi pad ibu hamil adalah menurunnya peristaltic usus karena tingginya kad
4. Menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat dan cairan yang seimbang.
1. Mengkaji keadaan payudara: pembesarnnya, putting (apakah menonjol atau tidak), ariola (apakah hyperpigmenta
3. Dx 3: Gangguan rasa nyaman gatal pada abdomen sehubungan dengan peregangan dinding abdomen.
2. Menganjurkan agar tidak menggarut derah abdomen, cukup dengan mengusap-usap permukaan abdom
3. Menganjurkan untuk menjaga personel higien karena selama kehamilan keringat berlebihan, berminyak
4. Menganjurkan pemberian lotion agar memperlicin permukaan perut saat pengusapan sehingga mengura
1. Jelaskan kepada klien bahwa selama kehamilan terjadi peningkatan kelenjar keringat dan berminyak.
2. Jelaskan bahwa selama kehamilan sirkulasi darah vagina meningkat sehingga terjadi peningkatan sekre
3. Menganjurkan untuk memelihara kebersihan tubuh terutama daerah vagina
2. Kaji keadaan BAK klien meliputi; frekuensi, jumlah, warna dan baunya.
3. Jelaskan bahwa selama kehamilan terjadi peningkatan frekuensi BAK karena penekanan kandung kenc
Buku sumber:
Cohen, Susan M, (1991) Maternal, Neonatal, and Women’s Health Nursing, Springhouse Corporation, Pennsylvania.
Kim, Mi Ja, et al, (1995) Diagnosa Keperawatan (Pocket Guide to Nursing Diagnoses), EGC, Jakarta.
Tags: jovan
0 comments share
LAPORAN PENDAHULUAN
Definisi: Merupakan suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terb
Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar (dikaitkan dengan patologi, insiden dan diagnosis penyakit)
1. IUD menimbulkan reaksi radang setempat ditandai bertambahnya sel darah putih pada permukaan dinding rah
dihancurkan (diphagocytose) oleh darah putih.
2. IUD menimbulkan halangan mekanik dalam uterus. Makin luas permukaan IUD, makin tinggi kemanjurannya.
3. Tembaga (Cu) yang terdapat dalam IUD mencegah kehamilan sehingga mempengaruhi reaksi biokimia di dala
4. IUD dalam uterus menyebabkan perubahan endometrium sehingga telur yang sudah dibuahi dan masak sanga
5. IUD menyebabkan meningkatnya prostaglandin dalam rahim yang akan merangsang kontraksi uterus.
3. Tidak ada kontra indikasi: kehamilan, infeksi alat kandungan, perdarahan abnormal, kelainan organic alat kand
Efek Samping
3. Keputihan.
4. Infeksi panggul.
5. Perforasi.
6. Ekspulsi.
7. Kehamilan.
Cara Menanggulangi
Keuntungan AKDR
3. Ekonomis
4. Praktis
Intervensi Keperawatan
2. Jelaskan bahwa penyebab nyeri adalah karena kontraksi uterus akibata dari pada pemasangan IUD
4. Mengalihkan perhatian klien terjadap hal-hal yang menyenangkan misalnya mendengarkan musik den
nyeri karena pelepasan endorfin
2. Jelaskan kepada pasangan (suami/istri) nyeri coitus/disparenia disebabkan oleh erosiporsio karena be
3. Menganjurkan untuk memeriksa diri sesegera mungkin apabila nyeri sexual bertambah berat
1. Menyediakan waktu yang cukup sehingga klien menjadi senang untuk membagi perasaan, perhatian dan kekh
3. Mempelajari latar belakang keluarga dan latar belakang agama serta efeknya pada pilihan kontrasepsi.
Buku sumber:
Cohen, Susan M, (1991) Maternal, Neonatal, and Women’s Health Nursing, Springhouse Corporation, Pennsylvania.
Kim, Mi Ja, et al, (1995) Diagnosa Keperawatan (Pocket Guide to Nursing Diagnoses), EGC, Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN
Definisi: Merupakan suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya bemacam-macam, terbu
Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar (dikaitkan dengan patologi, insiden dan diagnosis penyakit)
3. Tembaga (Cu) yang terdapat dalam IUD mencegah kehamilan sehingga mempengaruhi reaksi biokimia di dala
4. IUD dalam uterus menyebabkan perubahan endometrium sehingga telur yang sudah dibuahi dan masak sanga
5. IUD menyebabkan meningkatnya prostaglandin dalam rahim yang akan merangsang kontraksi uterus.
3. Tidak ada kontra indikasi: kehamilan, infeksi alat kandungan, perdarahan abnormal, kelainan organic alat kand
Efek Samping
3. Keputihan.
4. Infeksi panggul.
5. Perforasi.
6. Ekspulsi.
7. Kehamilan.
Cara Menanggulangi
Keuntungan AKDR
3. Ekonomis
4. Praktis
* Spotting - Khawatir - -
- Infeksi - - -
- Nyeri - - -
- Ekspulsi - - -
- Perforasi - - -
Masalah Keperawatan
1. Klien mengatakan bahwa ia memakai alat kontrasepsi karena tidak ingin hamil.
2. Klien kelihatan gelisah dan cemas
3. Klien membutuhkan kontrasepsi yang cocok untuk mencegah kehamilan. Klien sangat membutuhkan informas
Tujuan
Intervensi Keperawatan
1. Menyediakan tempat tersendiri untuk mendiskusikan alasan-alasan untuk kunjungan ini. Yakinkan klien bahwa
2. Menyediakan waktu yang cukup sehingga klien menjadi senang untuk membagi perasaan, perhatian dan kekh
4. Mempelajari latar belakang keluarga dan latar belakang agama serta efeknya pada pilihan kontrasepsi.
6. Memberi catatan informasi mengenai metoda kontrasepsi pada klien untuk pertimbangan
Rasionalnya:
1. Klien akan merasa aman di tempat yang tersendiri dan tidak ada gangguan.
2. Melindungi klien dari perasaan buru-buru dan dapat mengambil keputusan dari pertimbangannya.
4. Kelak akan menyenangkan dengan keputusannya, klien ingin mengerti sekarang. Itu dipengaruhi oleh keluarga
Buku sumber:
M. (1991) Maternal, Neonatal, and Women’s Health Nursing, Springhouse Corporation, Pennsylvania.
Tags: jovan
0 comments share
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
INSUFISIENSI AORTA
I. Pengertian
Suatu keadaan dimana terjadi refluk (aliran balik) darah dari aorta kedalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi
II. Etiologi
1. Rheumatic Heart Disease ( RHD )
2. Non RHD :
Endokarditis infeksi
Kelainan congenital
Hipertensi
1. Rasa lelah
3. Palpitasi
6. Radiogram dada :
7. Elektrokardiogram :
8. Auskultasi :
- Bising diastolic
- Bising austinflint yang khas
9. Temuan hemodinamik :
- Tekanan nadi melebar disertai peningkatan tekanan sistemik dan penurunan tekanan diastolic
- Ventrikel kiri tampak opag selama penyuntikan bahan kontras kedalam pangkal aorta
IV. Patofisiologi
V. Pengkajian
Riwayat Keperawatan
1. Keluhan
- Insomnia
- Sesak nafas saat beraktivitas
4. Posture, gelisah,cemas
V. Pemeriksaan Penunjang
1. Gambaran ECG yang menunjukkan adanya hipertropi ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang menunjukkan stri
2. Aortography
A. Pengkajian
Riwayat Keperawatan
1. Keluhan
- Insomnia
2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan Perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan cardiac output sekunder
2. Resiko tinggi terhadap ketidakseimbangan volume cairan (kelebihan) berhubungan dengan peningkatan retens
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidaksimbangan supplay oksigen dan kebutuhan oksigen jaringan
C. Intervensi
Dx. I :
Data Penunjang
Mengeluh sesak nafas, badan panas, cepat lelah, pusing, mual, nyeri dada, palpitasiO : BP menurun, MAP abnormal, t
pulsus paradoks, JVP > 3 cm H2O, Cyanosis
Kriteria Hasil
Keluhan hilang, ABG normal, pola EKG, isoelektrik, Vital sign dan cardiac isoenzim dalam batas normal , tanda pulsus
Intervensi :
3. Observasi tanda dan gejala yang mungkin merupakan indikasi berkembangnya kegagalan
4. Observasi tanda – tanda toxicitas digitalis
6. Bila muncul tanda – tanda tamponade,maka letakkan klien dalam posisi fowler damn observasi tanda
4. Pericardiocentesis
Dx II
Data Penunjang :
Kriteria Hasil :
Keseimbangan output dan input cairan, berat badan stabil, tanda vital dalam rentang normal, dan tid
Intervensi :
1. Pantau masukan dan pengeluaran, catat keseimbangan cairan, timbang berat badan tiap hari.
2. Auskultasi bunyi nafas dan jantung
Dx. III
Data Penunjang :
Intervensi :
1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut : Nadi 20 per menit diatas frekuensi is
kelelahan berat, berkeringat, pusing dan pingsan
2. Kaji kesiapan pasien untuk meningkatkan aktivitas
4. Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi
Dx IV
Data Penunjang :
Intervensi :
3. Koordinasikan waktu istirahat dan aktivitas saat senggang tepat untuk kondisi
4. Dorong ventilasi perasaan tentang penyakit efeknya terhadap pola hidup dan status kesehatan akan dating
Daftar Pustaka
Dongoes dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Merencanakan dan Pendokumentasian Perawa
Jakarta
Hudak, Gallo. 1997. Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik.Ed.VI. Vol.I. EGC : Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN NY Z. DENGAN GI P0000 A
OLEH :
HARDITYO FAJARSIWI
DEFI ANDRIANTO
SITI JUWARIYAH
NAILIL BAROROH
ELY NUFRIYANTI
TAHUN 2004
Tags: jovan
0 comments share
Konsep Bermain
BAB I
PENDAHUAN
1. Latar Belakang
Dunia anak-anak identik dengan masa bermain. Dalam aktifitas bermain anak menemukan medra pembelajaran
pekerjaan dari anak-anak (Wong, 1992 hal 131) sedangkan menurut millor Bf dan keare CB, 1983 bermain adalah cara
konflik.
Bermain tidak sekerdar mengisi waktu tapi juga merupakan kebutuhan. Anak merupakan bagian variasi permainan unt
emosi, dari aktivitas bemain anak melatih otot-otot serta kepekaan indera, mereka juga menggunakan seluruh emosi, p
Begitu konfeksnya bermain bagi anak hingga orang tua dan kita para tenaga kepera. Watan perlu mengfasilitasi
permaianan yang tapat dan mendidik, untuk itulah muncul istilah anak permainan indukatif (APE) yang dia artikan seba
perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat perkembangannya. Kita perlu menyeleksi alat-alat permainan yan
kembang menjadi optimal.
Alat permaian indukatif sangat di butuhkan dalam masa infant, terutama jika kita melihat banyak sekali perubaha
indukatif dapat mengoptimalkan untuk memfasilitasi masa tubuh kembang infant.
2. Tujuan
1. Tujuuan Umum.
Mengetahui, menjelaskan dan mengaplikasikan APE bagi anak dalam masa infant.
2. Tujuan Khusus.
C. Batasan Masalah
Makalah ini membahas alat permainan edukatif bagi anak dalam masa infant.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Konsep Bermain.
1. Pengertian bermaian.
Bermain adalah cara alamiah untuk mengukapkan konflik dalam diri yang tidak di sadari.
Bermaian adalah kegiatan yang di lakuakan atas keinginan sendiri untuk peroleh kesenangan.
2. Construction play.
3. Dramatic play.
2. Bermaian pasif.
Dalam hai ini bermaian pasif hanya mengandung unsur melihat dan mendengar. Bermaian pasif ideal di te
bermain aktif dan sudah bosan.
Contoh : permaian pasif adalah menonton TV, mendengar musik, melihat gambar, dsb.
3. Perkembangan sosial.
4. Membangun kreaktifitas.
6. Menjalankan therapy.
7. Membentuk moral.
4. Keuntungan bermain menurut Soetjiningsih 1995 dalam buku tumbuh kembang anak.
1. Perkembangan infont.
Melihat secara visual pada jarak dekat dan peka terhadap warna-warna yang mencolok. Mengenal dan mende
tersebut, peka terhadap sentuhan dan belajar panas dan dingin.
TINJAUAN KASUS
Agnes seorang anak masa infont (11 bulan) di belikan mainan oleh ayahnya seperangkat boneka bebek lengkap
ekor anaknya. Mainan itu terbuat dari kaet lunak dan berwarna kuning, bila di pencet luarnya bebunyi.
Setrap bermainan agnes memanut-manut dan kadang menggigit mainan itu, kelihatannya ia senang dengan ma
BAB IV
PEMBAHASAN
Bermaian boneka bebek bagi infont di anggap sebagai kerja dan menggali kesenangan serta mengekspresikan p
boneka bebek termasuk dalam eksploratif play di mana pada permainan itu di rangsang perkembangan sensori, motar
diri. Bermain boneka bebek mengfasilitasi perkembangan sensor motorinya ketika si anak mampu menangkap visual a
mencolok karena konstan berwarna kuning atau mencolok. Sentuhan di rangsang dengan teksturnya yang lunak dan a
merangsang fungsi pendengaran anak.
Anak dapat menyalurkannya kesenangannya sembari memanfaatkan extra energi. Perkembangan si anak juga d
dan benda-benda di sekitarnya.
Emosi si anak juga di latih untuk di kendalikan ketika ia sudah bosan atau ketika ia harus berbagi dengan teman
pengembangan intelektual. Dengan perangsangan indra penglihatan, pendengaran dan sentuhan. Anak di motivasi un
terus-menerus maka kreaktivitas anak juga akan tereksplorosi.
BAB V
PENUTUP
1. kesimpulan
1. Bermain adalah bekerja dalam dunia anak, dari dalamnya terdapat upaya untuk mencari kese
2. Infont mengalami perkembangan visual, pendengaran dan taktil yang masih sederhana.
3. Fungsi bermaian pada masa infant adalah mengoptimalkan aspek visual, taktil dan pendengar
2. Saran
1. Orang tua hendaknya memfasilitasi perkembangan otak dan menyesuaikan alat permainannya.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth, 1994. Psikologi Perkembangan, Sijabod, Rrdwan (Ed). PT. Gelora Aksara Pratama. Jakarta.
Monks, Fj. 1991. Psikologi Perkembangan. Gajah Mada Press. Jogyakarta.
Scetjiningsih. 1995. Tubuh Kembang Anak, Ranah, Gde IBN (Ed). EGC. Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN
1. Proses keperawatan.
1. Kondisi klien.
2. Diagnosa Klien.
Lying (berbohong).
1. Tujuan khusus.
1. Klien dapat menerima keadaan status sosialnya.
2. Tindakan keperawatan.
1. Mengucapkan salam dengan ramah.
2. Memperkenalkan diri.
Orientasi
1. Salam feraptutik.
“Slamat siang mbak, nama saya novi dan ini teman saya susy, ibu namanya siapa ?”
2. Evaluasi.
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keadaan mbak, sekarang, nggak lama, paling 10 menit saja.
Kerja
Terminasi
“Pak, bu, sebenarnya keluarga sangat berperan dalam hai ini. Karena anak bapak {ibu malu dengan status sos
butukkan untuk kesembuhan/agar anak ibu dapat menerima keadaan yang sebenarnya.
“Besuk mbak bertemu jam berapa ? bagaimana kalau ketemu jam 9 pagi.?”
Prolog
Andri adalah seorang mahasiswa. Dia di diagnosa menderita Typhus dan telah di rawat di Rs X selama 5 hari. K
cenderung memiliki ideal diri yang tinggi. Di tidak mau mengakui kenyataan kehidupan keluarganya, di mana ayahnya
dalam pergaulannya dan di hargai orang lain, di sengaja berbohong latar belakang keluarganya.
Karena hal itu dia berada pada suatu dilema antara mengakui setatus keluarganya secara jujur namun di tolak o
tidak jujur sehingga dapat di akui dalam pergaulan di hormati orang lain namun merasa bersalah kerena berbohong.
Suatu hari datang 2 orang perawat ke kamarnya di ruang perawat IBD kelas II Rs X
Perawat I : Novi.
Perawat II : Susy.
Ayah : Rianto.
Dokter : Lukman.
Kakak : Rima.
Pasien : Andri.
Protog
Peawat 1 : “Nama saya Novi, dan ini teman saya susy kami mahasiswi akper depkes tingkat II malang. Nama mas siap
Perawat I : “Gimana kalau kita ngobrol bentar sekarang ? gak lama kok paling 10 menit saja. Oke !”
Perawat II : “Kenapa sih, kok murung ? kayaknya lagi ada masalah berat, lagi berantem ?”
Pasien : “Nggak kok sus, Cuma lagi gak enak badan aja.”
Pasien : “Mmm…. (meririk perawat yang ragu) ayah ada meting dan mama ada arisan di kompleks rumah kami.”
Klien tidak menyadari bahwa orang tuanya sedang menunggu diluar atas instruksi perawat.
Perawat : “Oh…. Gitu. Y udahlah di maklumi aja. Toh itu semua juga buat mas, hari ini sampe segini aja dulu ya. Besuk
dulu , biar cepat sehat.”
Di luar kamar, ortu andri menyimak dengan baik pembicaraan anak mereka dengan perawat-perawat tersebut. Setelah
mengikuti mereka dan melakukan konsul di ruang perawat.
Perawat I : “Pak, bu, sebenarnya keluarga sangat berperan dalan hal ini. Kerena anak bapak dan ibu malu dengan set
sangat di butuhkan untuk kesembuhan atau agar anak ibu dapat menerima keadaan yang seb
Dokter : “Penyakitnya sudah bisa diatasi, haya saja masih butuh perawatan untuk mengembalikan tenaga saudara.”
Dokter : “Insya allah 2 atau 3 hari. Semua itu tergantung bagaimana anda mematuhi aturan dokter dan perawat di sini.
Pasien : “Ya dong dok ! udah gak betah di sini, sumpek sih..”
Dokter : “Insya allah … jangan mikir macam-macam y.. kalo stres khan jadi sulit sembuhnya.”
Dokter : Yak… ! ok saya permisi karena masih memeriksa pasien yang lain.
Tepat jam 9 pagi, novi + sisy menemui pasien dari kamarnya. Tanpak p sedang bercengkrama dengan kakaknya.
Kakak : “Dia sudah mau makan banyak sus. Tadi pagi aja udah di abisin.”
Kakak : “Ok ! kayaknya saya meski balik ke kantor lagi sekarang, suster, tolong, saya titip adik saya … kalau nakal cub
Pasien : “Mendingan sus…. Saya baru sadar kalau selama ini sudut pandang saya salah. Saya berbohong sama suste
Pasien : “Sebenarnya ayah saya haya supir taksi dan ibu haya ibu rumah tangga. Rumah kami pun di perkampungan k
Suster I : “Y…. sudah gak papa. Yang penting kamu udah berjiwa besar untuk mengaku salah dan lebih bisa menerima
Suster II : “Semua pasti ada hikmahnya … karena bagai mana pun keadaan kita tidak membatasi peluang untuk menja
Pasien : “Iya sus…. Suster benar !! ha… perasaan saya jadi lebih lega sekarang terima kasih suster.”
Tags: jovan
0 comments share
HIRSCHSPRUNG
MASALAH KESEHATAN :
PENYAKIT HIRSCHSPRUNG : MEGAKOLON AGANGLIONIK
Definisi :
Adalah tidak adanya sel-sel ganglion dalam rectum atau bagian rectosigmoid kolon.
Skema :
MASALAH KEPERAWATAN
1. Kurangnya volume cairan dan elektrolit.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.
4. Kurang pengetahuan.
MASALAH KOLABORASI
1. Resiko tinggi terjadi komplikasi hipokalemi, hiponatremia, hipo proteinemia.
2. Resiko tinggi terjadi gagal tumbuh.
.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Foto abdomen ( terlentang, tegak, telungkup, dekubitus lateral ) diagnostik.
2. Enema barium : retensi barium dan tampak adanya dilatasi kolon proximal dan penyempitan segmen
5. Pemeriksaan rectum : sfinkter internal menutup ketat dengan eksplosif, cairan feces berbau busuk.
DIAGNOSA PERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya pembatasan diet yang ditentuka
pembuatan kolostomi.
2. Kurangnya volume cairan dan elektrolit behubungan dengan output yang berlebihan.
3. Perubahan eleminasi usus : konstipasi atau diare berhubungan dengan perubahan evakuasi usus melal
6. Resiko tinggi terjadi komplikasi ; Enterokolitis berubungan invasi mukosa dengan patogen enterik.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kurangnya volume cairan dan elektrolit.
Intervensi :
o Timbang berat badan setiap hari. Kehilangan berat badan 2 % - 4% menunjukkan dehidrasi rin
menunjukkan dehidrasi sedang, lebih dari 9% dehidrasi berat.
o Pantau kadar elektrolit darah, nitrogen urea darah, urine dan serum, osmolalitas, kreatinin, hem
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.
Intervensi :
o Irigasi selang nasogastrik tiap 2 jam dan perawatan untuk menjamin kepatenan.
o Catat warna, jumlah, dan karakteristik caiaran selang nasogastrik yang keluar.
o Kaji abdomen :
Intervensi :
o Amati cairan yang keluar melaui rectal ; munkin ada mukus dan feses, khusunya jika dilakuka
o Amati pengaruh diet tehadap pola defekasi dan hindari hal-hal yang dapt mengakibatkan peng
4. Kurangnya Pengetahuan.
Intervensi :
o Ajarkan hal-hal yang perlu diamati dari cairan kolostomi yang keluar.
Distensi abdomen.
Demam.
Nyeri abdomen.
Peka rangsang.
Dipsnea
o Ajarkan orang tua cara melakukan enema dengan cairan salin normal.
o Ajarkan nama obat laksatif, cara, dosis, waktu pemberian, efek samping.
Intervensi :
Intervensi :
o Hitung kebutuhan kalori dan cairan melaui kolaborasi dengan ahli gizi.
Intervensi :
o Puasa pada awal 7 - 10 hari kemudian melanjutkan jadwal pemberian makan perlahan.
Betz, Cecily and Linda A . Sowden, 2002, Buku Saku Keperawatan Pediatri; Edisi 3. Jakarta, EGC.
Donna, L. Wong. 1998. Nursing Care Plan Of Infant And Children; Louis, missouri : MOSBY.
Dongoes, Marilyn E.. 2000. Asuhan Keperawatan Bayi / Maternal. Jakarta : EGC.
Staf pengajar IKA-FKUI, 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika.
Suriadi, Skp dan Rita Yuliani, Skp 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : PT Fajar Interpratama.
Tucker S.M, dkk, Standar Perawatan Pasien, Proses Keperawatan, Diagnosis, Evaluasi, Volume 4, Jakarta
Tags: jovan
0 comments share
HIPERBILIRUBINEMIA
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERBILIRUBINEMIA
1. Definisi:
Keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru lahir, yang dimaksud dengan ikterus yang terjadi p
kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga terjadi perubahaan warna menjadi ku
dan alat tubuh lainnya.
3. Pemeriksaan Diagnostik
1. Bilirubin serum
Direct : > 1 mg / dl
Inkompabilitas ABO – Rh
5. Hitung IDL dan urine ( mikroskopis dan biakan urine) indikasi infeksi.
4. Diagnosa Keperawatan:
5. Potensial perubahana peran orang tua berhubungan dengan gangguan interaksi orang tua –
6. Potensial komplikasi : kern icterus berhubungan dengan peningkatan bilirubin serum efek da
8. Potensial komplikasi : dehidrasi berhubungan dengan IWL dan defekasi yang meningkat efe
Intervensi :
3. Berikan minuman per sonde jika minuman tidak bisa diberikan melalui sendok.
2. Diagnosa Keperawatan 2 : Resiko gangguan tumbuh kembang sehubungan dengan fase lan
Intervensi :
Intervensi :
Jawab pertanyaan yang dlontarkan oleh orang tua bayi sesuai dengan konsep.
Klarifikasi miskonsepsi.
4. Diagnosa kepearawatan 4 : Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek fotot
Intervensi :
1. observasi keadaan kulit tiap 15 menit, catat dan laporkan bila ada rash.
2. Gunakan sabun yang lembut untuk membersihkan dan hindari penggunaan cairan yang ber
4. Berikan perlindungan pada daerah genetalia selama terapi, dan jaga supaya tetap bersih da
5. Diagnosa Keperawatan 5 : Potensial perubahan peran orang tua berhubungan dengan gang
tindakan fototerapi.
Intervensi :
1. pertahankan kontak antara anak dengan orang tua, dengan cara libatkan keluarga dalam pe
waktu yang telah di tentukan).
2. Beri penguatan penjelasan fototerapi, alasan intervensi dan rencana keperawatan.
3. Tunjukkan batasan tugas orang tua dalam perawatan anak sakit dengan hiperbilirubinemia.
4. Matikan lampu terapi dan lepaskan pelindung mata bayi bila orang tua berkunjung sesuai pe
dokter.
Jika bayi telah terlihat kuning, lakukan kontak dengan sinar matahari pagi selama 15- 30 me
Periksa/ monitor kadar bilirubin darah.
Laporkan kepada dokter hasil pemeriksaan bilirubin darah, jika hasilnya 7 mg % atau lebih.
Intervensi :
Intervensi :
4. Lakukan penimbangan berat badan bayi tiap hari tanpa pakaian pada waktu dan timbangan
5. Berikan cairan melalui intra vena jika berat badan turun, suhu naik, defekasi naik.
Intervensi :
3. Kolaborasi antibiotika.
Buku Sumber:
Carpenito L.J, 1997, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6, Jakarta: EGC
Fakultas Kedokteran UI, 2000, Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid 2, Jakarta: Medi Aesculap
Mayer M, dkk, 1995, Pediatric Nursing, Singapure, McGraw – Hill Clinical Care Plans.
Staf pengajar IKA FK UI, 2001, Ilmu Kesehatan Anak bagian 3, Jakarta: Bagian IKA FK UI
Tucker, dkk, 1998, Standar Perawatan Pasien edisi V volume 4, Jakarta: EGC
Tags: jovan
0 comments share
hidro cepalus
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Keperawatan pada Anak CH. dengan Hidrosefalus ec Tumor Fossa Posterior“ tepat pada waktunya.
Dalam menyusun laporan ini, kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terim
4. Ibu Maria Kristiana , AMK selaku kepala ruangan 15 RSSA Malang dan penguji lahan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Hidrosefalus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya akumulasi cairan serebro sp
ruang subarakhnoid atau ruang subdural. Penyakit ini ditandai dengan peningkatan yang abnormal
intrakranial dan pembesaran kepala abnormal pada masa bayi. Pada umumnya penyebab hidrosef
oleh beberapa faktor antara lain adanya kelainan bawaan , infeksi , neoplasma , perdarahan tetapi
masyarakat karena adanya kelainan bawaan ( kongenital ).
Hidrosefalus terjadi pada kira –kira 3 sampai 4 kasus per 1000 kelahiran yang berhubungan denga
hidrosefalus meninggal. Kompikasinya meliputi kejang yang berhenti tiba-tiba karena mekanisme a
( TIK ) yang persisten , herniasi otak dan kelambatan perkembangan.
2. TUJUAN
Tujuan umum :
Seelah melakuakn praktek laboratorium di ruang 15 RSSA Malang , mahasiswa diharapkan dapat m
klien dengan Hidrosefalus.
Tujuan khusus :
3. BATASAN MASALAH
Dalam makalah ini , penulis membatasi masalah pada pemberian asuhan keperawatan pada anak
RSSA Malang.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. DEFINISI
Hidrosefalus adalah akumulasi CSS dalam ventrikel serebral , ruang subarachnoid atau ruang subd
Suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya CSS dengan atau pernah denga
terdapat pelebaran ruang tempat mengalirnya CSS ( Ngastiyah , 1997 ).
Hidrosefalus dicirikan dengan peningkatan abnormal volume CSS didalam rongga intrakranial dan
Tekanan akibat volume yang meningkat dapat merusak jaringan otak.
2. ETIOLOGI
1. Hidrosefalus non komunikans / non menular, yaitu yang terjadi akibat adanya obstruksi aliran
disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim ( mis ; Malformasi Arnold - Chiari )
infeksi , trauma , perdarahan intrakranial spontan dan neoplasma.
2. Hidrosefalus komunikans / menular , yaitu yang terjadi karena adanya kesalahan penyerapa
meningeal atau produksi CSS yang berlebihan karena tumor atau penyebab lain yang tidak
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara tempat p
ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subarachnoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruang
tersumbat dan terdapat dalam klinis adalah foramen Monroe , foramen Luschka-Magendie , sistern
Hidrosefalus juga dapt terjadi setelah koreksi bedah dari spina bifida dengan meningocele akibat b
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah kelaina bawaan , infeks
1. Kelainan bawaan
Merupakan penyebab yang terbanak pada hidrosefalus bayi dan anak-anak ( 60-90 %). Aqu
buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala hidrose
dengan cepat pada bulan –bulan pertama sejak lahir.
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya berhubungan denga sindrom Arnold – Chiari akibat
medula oblongata dan serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen Magnum seh
sebagian.
3. Sindrom Dandy-Walker
4. Kista arachnoid
Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma
2. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan subarach
akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen
Basalis. Lebih banyak hidrosefalus terdapat pad pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjad
bulan sesudah sembuh dari meningitis.
3. Neoplasma
Hidrosefalus yang terajdi akibat obstruksi mekanis dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pengo
penyebab dan bila tumor tidak diangkat maka dapat dilakukan tindakan paliatiff dengan mengalirka
4. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak , dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen te
penyumbatan yang terjadi akibat akumulasi dari darah itu sendiri.
3. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang nampak berupa gejala akibat TIK yang meninggi. Pada bayi biasanya disertai pembes
meninggi ini terjadi sebelum sutura menutup. Gejala TIK yang meninggi dapat berupa muntah , nye
besar mungkin terdapat edema papil saraf otak II pada pemeriksaan funduskopi.
Kepala terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh. Hal ini dipastikan dengan mengukur lig
dibandingkan dengan lingkar dada dan angka normal pada usia yang sama. pEngukuran lingkar ke
pembesaran kepala yang progresif dan lebih cepat dari normal.
Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya , teraba tegang atau menonjol. Dahi
menipis , tegang dan mengkilat dengan pelebaran vena kulit kepala.
pada bayi dengan hidrosefalus , kepala timbul denyutan abnormal dan kulit kepala dilatasi sehingg
volume intrakranial. Tulang tengkorak menjadi tipis dan sutura teraba terpisah serta menghasilkan
Bola mata terdorong kebawah oleh tekanan dan penipisan tulang supraorbital. Sklera tampak diata
yang akan tenggelam. Pupil mata jugamelemah dengan respon terhadap cahaya yang menurun.
Bayi juga mengalami lethargi , anorexia dan menunjukkan perubahan tingkat kesadaran dan opisto
beperilaku yang menunjukkan disfungsi reflek nervus kranial sebagai akibat penekanan otak , mun
kesulitan pernafasan. Bayi prematur dengan hidrosefaluspost haemoragic bisa tidak mennjukkan g
Dilatasi ventrikuler dapat diketahi dengan USG dan Ctscan untuk bayi prematur yang berisiko tingg
( Merensteir – Gardner , 1993 ). Perkembangan batang otak bayi akan terganggu juga , manifestas
dan menelan. Jika hidrosefalus berkembang cepat bayi dapat menunjukkan manifestasi berupa em
somnolen sehingga bayi tidak dapat berthan pada masa neinatal.
masa anak-anak
tanda dan gejala dari stadium dini hingga lanjut pada anak disebabkan peningkatan TIK dan manife
fokal. Kejadian terbesar berasal dari neoplasma fossa posterior dan stenosis duktus. Manifestasi kl
dengan lesi space – occupying , sakit kepala dan didukung oleh emesis , edema papil , strabismus
ataxia.
Saam seperti bayi , anak mengalami leterghi , apatis , gelisah dan sering inkoheren. Pada salah sa
Walker ) manifestasinya adalh nistagmus , ataxia dan kelumpuhan nervus kranial. Manifestasi ACM
dngan disfungsi spinal cord lebih sering daripada kompresi batang otak pada bayi. Nampak skelios
perkembangan ketegangan ekstrimitas atas yang mana dapat berkembang menjadi kelemahan da
4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Perkusi tengkorak dapat menghasilkan bunyi cracked-pot yang khusus ( mace wen sign )
5. PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK
Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi hidrosefalus , menangani komplikasi, mengatasi efek
Non pembedahan
Pembedahan
Pengankatan penyebab obstruksi misalnya neoplasma , kista atau hematoma : pemasangan shunt
yang berlebih dari ventrikel keruang ekstrakranial misalnya rongga peritonium , atrium kana dan ron
Terapi pembedahan berupa penaganan terhadap obstuksi meliputi rseksi terhadap neoplasma , kis
dilakukan adalah plexectomi , yang banyak dilakukan adalah pemasanagan shunt. Sistim shuntterd
undirectional aliran katup , kateter distal dan reservoir yang ditambahkan pada sitem ventrikel. Sem
untuk membuka saat tekana meninggi dan menutup saat tekanan menurun serta untuk mencegah
kecepatan dekompresi ventrikel. Katub yang bertekan sedang biasanya digunakan pada hidrosefal
tekanan rendah digunakan pada bayi. By – pass ventrikular pada saluran intrakranial digunakan pa
hidrosefalus non komunikans.
Komplikasi pemasangan shunt adalah infeksi dan malfungsi. Malfungsi sering disebabkan oleh obs
dan trombosis ). Anak yang mengalami obstruksi shunt menunjukkan manifestasi klinis dari pening
neurolgis.
Infeksi shunt dapat terjadi sewaktu –waktu tai tertinggi pada 1 sampai 2 bulan. Infeksi meliputi sept
terbuka , meningitis dan ventrikulitis. Terapi yang diberikan adalah antibiotik dosis tinggi. Komplikas
abdominal , perforasi organ abdomen , hernia dan illeus.
perawatan
Preoperatif
Bayi ayng didiagnosa hidrosefalus harus diobservasi dengan hati –hati tanda peningkatan TIK nya.
mengukur pembesaran dan ketegangan sehingga indikator penigkatan TIK dapat dilihat dari tingka
dibandingkan antara tingkah laku sekarang adan sebelumnya , pola tidur da tingkat perkembangan
Untuk mempertahannakan nutrisi yang adekuat , diperlukan jadwal pemberian makan yang sesuai
memberi maan diobservasi apakha anak muntah , berikan porsi sedikit tapi sering dan perlu kesab
makan.
Perawat bertanggung jawab mempersiapkan anak yang akan dilakukan tes diagnostik seperti CT s
selam tes diagnostik.
Post operatif
Observasi secara rutin , posisikan dengan tepat untuk mencegah tekana katub shunt. Anak dijaga p
komplikasi dari reduksi aygn terlalu cepat cairan intrakranial. Bila hasil pengukuran menunjukkan re
mungkin sedikit tertark dan bersatu degna ven aserta menyebabkan subdural hematoma. Bila ada
elevasi dan posisikan anak setengah duduk untuk menambahkan aliran gravitsi melalui shunt
6. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
kaji adanya pembesaran kepala pada bayi , vena kulit kepala terlihat jelas, bunyi cracked – p
penurunan kesadaran, ophistotonus , dan spastic pada ekstrimitas bawah , tanda peningkat
perubahan pola nafas tidak efektif sehubunan dengan penurunan ekspansi paru
perubahan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan TIK , aumulasi CSS yang berle
resiko gangguan nutrisi ( kekurangan ) sehubungan dengan intake nutrisi yang kurang
gangguan rasa nyaman (nyeri ) berhubugnan dengan penekaann pada saraf kranial
resiko tinggi terjadinya injury sehubungan dengan penurunan persepsi sensori, kejang
gangguan citra tubuh (body image) sehubungan dengan kepala yang membesar
Diagnosa I
Intervensi :
Diagnosa II
Intervensi :
5. atur posisi kepala tetap sejajar dengan tempat tidur untuk menghindari pengurangan TIK sec
6. observasi dan nilai fungsi neurologis tiap 15 menit hingga TTV stabil
8. observasi keadaan balutan terhadap adanya perdarahandan daerah sekitar operasi terhada
tiap 15 menit hingga TTV stabil. Selanjutnya tiap 2 jam
9. ganti posis tiap 2 jam dan bila perlu gunakan kasur berisi udara untuk mencegah penekana
Diagnosa III
Diagnosa IV
1. berikan lingkungan aman , tenang , ruang yang agak redup pencahayaannya sesuai indikas
2. tingkatkan tirah baring , bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting
Diagnosa V
Intervensi :
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : anak.A
Kultur : madura
Agama : Islam
2. Keluhan utama
Saat MRS : klien dibawa ke RS dengan keluhan karena adanya benjolan di punggungklien sejak la
sejak 3 bulan yang lalu
Saat pengkajian : klien kepalanya membesar (tidak proporsional0 dan tampak lemah
sejak lahir dipunggung klien terdapat benjolan kurang lebih 5 cm dan membesar setelah usia
RSSA dan olh dokter dianjurkan operasi , tapi keluarga menolak dengan alasan ekonomi
kurang lebih 3 bulan yanglalu kepala klien membesar dan tanggal 26 Mei 2003 di bawa ke R
mengatakan klien panas sejak 2 hari yang lalu dan sampai ekarang belum turun meskipun te
tadi klien muntah 2 x kurang lebih 2 sendokdan kejang sebanyak 3x dalam ½ jam dengan du
malam benjolan di punggung klien pecah dan keluar cairan berwarna putih encer ( 3 gelas )
1. prenatal
klien adalah anak kedua dari 2 bersaudara. Selama hamil ibu klien selalu rutin kontrol ke bidan. Wa
hingga usia 3 bulan kehamilan. Mual muntah hilang setelah usia kehamilan 4 bulan. Selama hamil
dan cuti setelah usiakehamilan 7 bulan. Dan ibunya mengatakan selama hamil tidak pernah sakit a
2. natal
usia kehamilan saat persalinan sudah cukup bulan.bayi lahir di RS per-vagina , akan tetapi persalin
obat perangsang sebanyak 3x. pada saat lahir bayi tidak langsung menangis.
3. post natal
setelah lahir bayi dirawat diruang neonatus selama 11 hari. bayi deberi Asi hanya sampai usia 4 bu
Sampai sekarang klien sudah mendapat imunisasi sebanyak 4x dipuskesmas Probolinggo.
keluarga mengatakan klien pernah menderita penyakit panas , batu dan pilek
2. pernah dirawat di RS
keluarga mengatakan klien pernah dirawat di RS dengan hidrosefalus. Oleh dokter dianjurkan untu
3. obat obatan
klien pernah menggunakan obat-obatan penurun panas jika klien sakit panas
7. imunisasi
6. Riwayat keluarga
Keluarga mengatakan tidak pernah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti klien. Ke
penyakit menular , menurun ataupun penyakit kronis seperti TBC , DM , Hiperensi dll.
7. Riwayat sosial
b. hubungan dengan anggota keluarga: klien adalah anak kedua dari 2 bersaudara
4. pembawaan secara umum ; klien dapat menangis dengan kuat , tapi sebelum saklit klien jar
5. lingkungan rumah : klien dan keluarga tinggal di perkampungan. Anggota keluarga yang satu
kakanya yang masih berusia 5 tahun
3 Pola tidur Klien mulai tidur jam 19.00 Selama di RS jarang tidur ,
dan terbangun 2x yaitu sering merintih
pukul 02.00 dan 04.00.
siang hari klien tidur 4-5
jam
-Klien sesekali
menggerakkan tangannya
Eliminasi
6
-BAB -Sering BAK dan tidak ada Tidak ada masalah
masalah
cefriaxon 2 x 200 mg
O2 1ltr/menit
6. aktivitas : klien terbaring di TT dengan posisi miring sesekali mengerakkan tangan dan kakin
1. keadaan umum
kepala anak membesar (tidak proporsional). Klien tampak terbaring lemah di tempat tidur dengan s
si tangan kiri dan O2 nasal
2. TTV
Suhu : 38,7 OC Nadi : 120x /menit
kepala membesar dengan lingkar kepala 52 cm, rambut jarang tersebar rata dan tidak ada lu
dan mengkilat.
Mata tampak simitris , nampak adanya penarikan karena adanya pembesaran kepala, edem
ada sunset sign
4. pemeriksaan integumen
kulit tampak bersih , turgor baik , warna kulit sawo matang , perabaan teraba hangat (36,7 oC) terd
7. abdomen
8. punggung
terdapat luka benjolan yang pecah di daerah lumbosakral dengan ukuran 6x4x1 cm.
9. genetalia
tidak tampak ada kelainan pada anus da genetalia , dan kebersihannya terjaga.
10. ekstrimitas
--44
3. adaptif - motorik halus ; meragukan karena terdapat keterlambatan 2 atau lebih dalam satu s
4. personal sosial ; personal sosial mengalami ketrlambatan karena trdapat 2d dan 2f dalam sa
- Hb : 7,5 gr / dl ( 11,0-16,5 )
- PCV : 21,8 ( 3,5-5,0 )
therapy
- cefriaxon 2x 200 mg
- O2 1 ltr/ menit
Nama : anak A.
Umur : 5 bulan
DS :
1 Perubahan Penurunan
Keluarga mengatakan klien pola nafas ekspansi
nafasnya cepat paru
Keluarga mengatakan klien
selalu merintih
DO:
2 DS:
Perubahan peningkatan
keluarga mengatakan kepala perfusi TIK
klien membesar jaringan
keluarga mengatakan klien cerebral
muntah 2x sehari , kurang lebih
3 sendok
DO:
DS :
3 Resiko Intake nutrisi
keluarga mengatakan klien gangguan kurang
selalu merintih nutrisi kurang
keluarga mengatakan klien dari
tidak mau makan selama sehari kebutuhan
ini
DO :
Hb ; 7,5 kg
DS:
4 Defisit Inadekuat
keluarga mengatakan belum pengetahuan informasi
mengerti penyakit yang diderita orang tua
klien
keluarga mengatakan tidak
mengerti mengapa kepala klien
membesar
DO :
DS :
5 Resio tinggi Kepala tidak
keluarga klien mengatakan kerusakan dapat
kepala klien membesar (tidak integritas digerakkan
proporsional) kulit
keluarga mengatakan klien
tidak dapat menggerakkan
kepalanya
DO:
KU klien lemah
Klien tidak bisa menggerakkan
kepala
DAFTAR MASALAH
3. Gangguan nutisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan intake nutrisi kurang
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit ( dekubitus ) sehubungan dengan kepala tidak dapat
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : anak A.
Umur : 5 bulan
Tujuan dan
TGL No.Dx Diagnosa Intervensi R
keperawatan kriteria standar
Setelah
29 1 Perubahan melaksanakan ss
Mei pola nafas intervensi
2003 sehubungan diharapkan pola
dengan nafas menjadi
penurunan normal, dengan
ekspansi kriteria standar:
paru
-klien tidak rewel
-tidak ada
pernafasan cuping
hidung
-tidak terpasang
O2
TTV normal:
T : 37,7 oC
RR:20-40x/mnt
N:130x/mnt
TD:90/60 mmHg
-KU baik
-tidak terdapat
tanda peningaktan
TIK ;muntah,nyeri
kepala,penurunan
kesadaran,edema
papil, kejang
TTV normal:
T : 37,7 oC
RR:20-40x/mnt
N:130x/mnt
TD:90/60 mmHg
Setelah dilakukan
29 3 Gangguan implementasi
Mei nutrisi kurang diharapkan
2003 dari kebutuhan nutrisi
kebutuhan klien dapat
sehubungan terpenuhi ,
dengan dengan kriteria
intake nutrisi standar:
kurang
-KU klien baik
-makanan yang
disediaan habis
-klien tidak
muntah
Setelah
29 4 Defisit dilakuakan
Mei pengetahuan implementasi
2003 orang tua diharapkan
sehubungan keluarga dapat
dengan mengerti dan
inadekuat memahami
informasi mengenai
perawatan pada
klien dengan
hidrosefalus ,
dengan kriterria
standar:
-orang tau
mendiskusikan
mengenai
perawtan
hidrosefalus
Tags: jovan
0 comments share
ENCEPHALITIS
ENCEPHALITIS
1. Pengertian.
Encephalitis adalah infeksi jaringan atas oleh berbagai macam mikroorganisme (Ilmu Kesehatan Anak, 1985).
Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang no
1994).
Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing, protozoa, jamur, ricketsia
2000).
2. Etiologi :
b).Golongan virus ARBO = Western equire encephalitis, St. louis encephalitis, Eastern equire encepha
encephalitis.
1. Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes simplek, herpes zoster, limfogranuloma, m
yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
2. Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella, pasca vaksinia, pasc
yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.
Peningkatan TIK
Perubahan perfusi Gangguan Disfungsi hipotalamus Nyeri kepala jaringan pertukaran gas
3. Pusing.
4. Muntah.
5. Nyeri tenggorokan.
6. Malaise.
7. Nyeri ekstrimitas.
8. Pucat.
9. Halusinasi.
10. Kaku kuduk.
11. Kejang.
12. Gelisah.
13. Iritable.
5. Pemeriksaan Diagnostik.
1. Pemeriksaan cairan serebrospinal.
Warna dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel dengan dominasi sel limfosit. Protein aga
normal.
2. Pemeriksaan EEG.
3. Pemeriksaan virus.
Ditemukan virus pada CNS didapatkan kenaikan titer antibody yang spesifik terhadap virus penyebab.
6. Penatalaksanaan.
Diberikan apabila jenis virus diketahui Herpes encephalitis : Adenosine arabinose 15 mg/Kg BB/hari selam
2). Pengobatan suportif.
Sebagian besar pengobatan encephalitis adalah : pengobatan nonspesifik yang bertujuan mempertahanka
o Obat-obatan yang lain apabila diperlukan agar keadaan umum penderita tidak bertambah jelek.
7. Komplikasi :
Dapat terjadi :
o Akut :
Edema otak.
SIADH.
Status konvulsi.
o Kronik :
Cerebral palsy.
Epilepsy.
8. Diagnosa banding.
Proses keperawatan merupakan metode yang diterpakan untuk membantu perawat dalam melakukan prak
memecahkan masalah keperawatan secara ilmiah. Sasaran yang ingin dicapai yaitu memperbaiki dan memelihara
mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Budi Anna Kelliat,1994).
1. Pengkajian.
1. Biodata.
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal mas
pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. J
mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
2. Keluhan utama.
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS. keluhan utama pada penderita encep
kesadaran, demam dan kejang.
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan hebatnya keluhan, mulai timbul atau keka
sebelumnya. Biasanya pada masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari ditandai dengan demam,s akit k
malaise, nyeri ekstrimitas dan pucat. Kemudian diikuti tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung d
terebut berupa gelisah, irritable, screaning attack, perubahan perilaku, gangguan kesadaran dan kejang ka
berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia, ataksia dan paralisi saraf otak.
Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah diderita oleh ibu terutama penyakit i
lahi rdalam usia kehamilan aterm atau tidak karena mempengaruhi system kekebalan terhadap penyakit p
mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya aspirasi ketuban untuk anak. Riwayat post natal diperlukan u
Contoh : BBLR, apgar score, yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
Kontak atau hubungan dengan kasus-kasus meningitis akan meningkatkan kemungkinan terjdinya perada
Chusid, 1993). Imunisasi perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana kekebalan tubuh anak. Alergi pada ana
dapat memperburuk keadaan.
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya dengan penyakit yang dideritanya. Pada
diketahui, apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular yang ada hubungannya dengan
marram, 1983).
7. Riwayat social.
Lingkungan dan keluarga anak sangat mendukung terhdap pertumbuhan dan perkembangan anak. Perjala
status mental, perilaku dan kepribadian. Perawat dituntut mengkaji status klien ataukeluarga agar dapat m
(Ignatavicius dan Bayne, 1991).
Pada penderita ensepalitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan sehari-hari antara lain : gangguan pem
muntah, hipermetabolik akibat proses infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial. Pola istirahat pada pen
mempengaruhi penderita. Pola kebersihan diri harus dilakukan di atas tempat tidur karena penderita lemah
pada orang lain perilaku bermain perlu diketahui jika ada perubahan untuk mengetahui akibat hospitalisasi
9. Pemeriksaan fisik.
Pada klien ensephalistis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pad apemeriksaan neurologis. Ruang lingkup p
meliputi :
1. Keadaan umum.
Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami perubahan atau penurunan tingkat k
disebabkan oleh gangguan metabolisme dan difusi serebral yang berkaitan dengan kegagalan neural
Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial menyebabakan kompresi pada batang
teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan (F. S
Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pada daerah tersebut, hal ini ak
menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan meningkatnya
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan intrakranial yang menstimulasi
meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula terjd diare akibat terjadi peradangan sehingga terjad
Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronuis atau mengalami hospitalisasi yang lama
pertumbuhan dan perkembangan sangat besar. Hal ini disebabkan pada keadaan sakit fungsi tubuh menu
pertama pada anak merupakan “tahun emas” untuk kehidupannya. Gangguan atau keterlambatan yang te
–tugas pertumbuhan selanjutnya. Pengkajian pertumbuhna dan perkembangan anak ini menjadi penting s
Pengkajian dapat dilakukan dengan menggunakan format DDST.
Diagnosa : Potensial terjadi peningkatan tekanan intra cranial sehubungan dengan vasodilatasi pembuluh dara
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan peningkatan tekanan intra cranial tidak terjadi yang ditan
peningkatan tekanan intra cranial seperti peningkatan tekanan darah, denyut nadi lambat, pe
melebar, anisokor, refleks terhadap cahaya negatif, tingkat kesadaran menurun.
Intervensi Rasional
Diagnosa : Tidak efektifnya jalan nafas sehubungan dengan penumpukan secret pada jalan nafas.
Tujuan : Setelah dilakuakan tindakan keperawatan jalan nafas bisa efektif, oksigenasi adequate yang ditan
Frekwensi pernafasan 20-24 X/menit, irama teratur, bunyi nafas normal, tidak ada stridor, ro
hidung pergerakan dada simetris, tidak ada retraksi.
Intervensi Rasional
4. Dengan dilakukannya
3. Lakukan fisioterapi dada. penghisapan secret maka jalan
nafas akan bersih dan
akumulasi secret bisa dicegah
sehingga pernafasan bisa
lancar dan efektif.
oleh :
1. Tri Nurhudi S.
2. Dwi Astutik
3. Purwo Handriyo
4. Siti Widiastuti
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
2003
Tags: jovan
0 comments share
Askep FRAKTUR
FRAKTUR
1. Identitas Data
Nama : An. R.
Umur : 10 Tahun
Pekerjaan Ayah : -
Kultur : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan Ayah/Ibu : - / SD
2. Keluhan Utama
Anak tidak pernah sakit berat, hanya batuk dan pilek biasa. Anak pernah patah pada kaki kiri akibat terjatuh saat umur 8 tahun tapi sembu
Tidak pernah
Bila sakit ringan (batuk & pilek) biasanya diberikan obat bebas (Tempra, Bodrexin). Bila sakit berat (batuk, pilek, panas yang tidak sembuh
4. Tindakan operasi
Tidak pernah
5. Alergi
Menurut ibu, tidak ada riwayat alergi.
6. Kecelakaan
Anak pernah terjatuh karena mengejar layangan dan bengkak serta patah pada kaki kiri tapi sembuh setelah dibawa ke dukun urut
7. Imunisasi
Lengkap
5. Riwayat Keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti asma, diabetes mellitus dan penyakit gangguan jiwa. Keluarga tidak ada menderita p
6. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh
Anak adalah anak bungsu dari tiga bersaudara dan hubungan anak dengan saudara-saudaranya baik hanya kadang-kadang bertengkar d
Klien biasa bermain dengan teman sebayanya, saat sehat anak sangat lincah bermain tetapi semenjak sakit klien tidak bisa bermain dan
7. Kebutuhan Dasar
Anak kurang suka makan nasi dan lauk pauk, anak lebih senang dengan jajanan.
2. Pola tidur
3. Mandi
4. Aktifitas bermain
Sangat aktif bermain
5. Eliminasi
BAB 1 – 2 kali sehari, BAK 6 – 8 kali sehari, sudah tidak pernah ngompol lagi
1. Diagnosa Medis
2. Tindakan operasi
3. Status Nutrisi
Berat badan klien 25 kg (normal berat badan untuk usia 10 tahun : 28 kg). Menurut ibunya anaknya sangat aktif bermain dengan teman-te
pucat, sklera tidak ikterik, nilai Hb. 11 g/Dl (n. 13 – 16), oedema tidak ada. Sekarang klien dapat menghabiskan makanan yang diberikan d
4. Status cairan
5. Obat-obatan
6. Aktifitas
7. Tindakan keperawatan
8. Hasil Laboratorium
9. X-Ray
9. Pemeriksaan Fisik
3. Berat badan 25 kg
4. Kulit, kering
6. Mata, sklera tidak ikterik, conjunctiva tidak pucat, mata tampak tidak cekung
16. Ektremitas, simetris, terdapat gips hemispice dari pinggang ke femur dextra sampai dibawah lutut
18. Tanda vital, S 36,2 C, N 90 x per menit, R 22kali per menit, T 110/70 mmHg
2. Motorik Halus
Menurut ibu, anak fasih berbicara dan di sekolah termasuk peringkat sepuluh besar di kelas (Anak baru kelas 1 SD pada umur 9 tahun ka
4. Motorik Kasar
Anak tampak lemah dalam melakukan aktifitas motorik kasar karena keadaan kakinya
11. Informasi Lain
Ibu mengatakan tidak tahu cara perawatan anaknya di rumah (rencana pulang dengan gips) sehingga merasa cemas terhadap keadaan anak saat d
Klien masuk di UGD RSCM pada tanggal 2 Mei 1999 karena terserempet mobil saat mengejar layangan. Sebelumnya os sempat pingsan, muntah (
kemudian dirujuk ke RSCM. Os sulit menggerakkan kaki kanan dan terasa sakit. Kemudian tanggal 3 Mei 1999 klien dirawat di R-BCH.
1. Keterbatasan aktifitas
2. Resiko infeksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Keterbatasan Setelah diberikan tindakan Kaji adanya rasa nyeri saat Rasa nyeri dapat membatasi
aktifitas perawatan, klien dapat klien bergerak pergerakan klien
1.
berhubungan beraktifitas dengan optimal
dengan pemasangan dengan kriteria :
gips hemispica pada
paha kanan
Dapat berjalan
Untuk mengevaluasi kemampuan
dengan dibantu Kaji pergerakan kaki kanan gerak kaki kanan
tongkat
Data Obyektif :
Latih klien mengoptimalkan akan aktifitas
ektremitas yang sehat
Klien
tampak
hati-hati Untuk melatih klien mengoptimalkan
keadaan sakitnya untuk beraktifitas
saat Latih klien berjalan dengan
bergerak bantuan tongkat
Kolaborasi : Rujuk ke
fisiotherapist
Resiko infeksi Anjurkan klien untuk tidak Luka garukan akan beresiko untuk
berhubungan menggaruk tepi gips menimbulkan luka infeksi
2. Selama dirawat klien tidak
dengan kurang
mengalami infeksi dengan
pengetahuan klien /
kriteria tidak terdapat tanda-
keluarga terhadap
tanda infeksi seperti
perawatan gips
kemerahan, bengkak, nyeri
pada tepi gips Untuk mengurangi rasa gatal
Anjurkan keluarga untuk sehingga mencegah klien
memberi bedak anti gatal menggaruk tepi gips
Faktor resiko :
Klien
Meminimalkan resiko infeksi
sering
menggaru
k tepi gips Anjurkan klien agar berhati-
karena hati saat BAB/BAK agar
gatal tidak mengotori gips
Klien
sering
memasukk
an benda- Anjurkan klien agar tidak
Untuk mencegah terjadinya reaksi
benda ke memasukkan benda-benda
tubuh terhadap allergen
tepi gips kecil ke tepi gips
Kaji tanda-tanda infeksi Tepi gips adalah area yang tertekan
pada tepi gips sehingga mudah terserang infeksi
Anjurkan keluarga
melaporkan bila ada rasa
nyeri pada tepi gips
IMPLEMENTASI
NIM :010030170 B
Kegiatan
Waktu Keterangan
Tiba di ruangan dan melapor pada perawat ruangan tentang pergantian dinas
14.30 WIB
Melakukan pengkajian pada klien kelolaan : An. R. Klien masuk tanggal 2 Mei 1999 Diagnosa Medis :
dengan keluhan utama nyeri pada kaki saat digerakkan akibat terserempet mobil saat
14.45 – 15.15
mengejar layangan. Klien dipasang gips hemispica pada paha kanan pada tanggal 21
WIB
Mei 1999. Gips masih belum kering sempurna. CKR
Fraktur Femur
Keterbatasan aktifitas
Resiko infeksi
Diagnosa Perawatan :
17.20 – 18.10 Melaksanakan intervensi pada klien kelolaan untuk diagnosa perawatan ke-2 Implementasi dan evaluasi ada
WIB pada laporan praktek
Melaksanakan evaluasi penyuluhan pada keluarga klien An. S.I dengan hasil :
19.30 – 19.45
WIB Ibu dapat menyebutkan cara-cara pencegahan infeksi
Ibu dapat menyebutkan karakteristik tumbuh kembang anak toddler
19.50 – 20.10 Melakukan evaluasi pada klien kelolaan Evaluasi dapat dilihat pada NCP
WIB praktek
Tags: jovan
0 comments share
Definisi ;
1. Diare adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran pencernaan, dipengaruh oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasika
dari tinja (whaley dan Wong, 1997)..
2. diare adalah pola buang air besar yang tidak normal dengan bentuk tinja encer dan peningkatan frekwensi yang lebih dari biasanya (FK
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kultur tinja.
2. Media terkontaminasi (air, makanan ).
3. Sigmoidoskopy.
4. Hematologi.
SISTEMATIKA PENATAAKSANAAN DIARE BERDASARKAN KEADAAN PENDERITA (Diagnosa fisik pada anak, (
Nilai
Keterangan
Bagian tubuh 0 1 2
yang
diperiksa
0-2 =dehidrsi ringan
3-6=dehidrasi swdang.
7-2=dehidrasi berat
Gelisah Mengigau
Keadaan Sehat
umum Cengeng Koma
Apatis Shock
Mengantuk
Kering
Mulut Normal Kering
Sianosis
Denyut nadi / Kuat Sedang Lemah >140
menit <120 (120-140)
MASALAH KESEHATAN
4. Resiko infeksi.
5. Kecemasan.
. MASALAH KOLABORATIF
1. Dehidrasi.
2. Shock hipovolemik.
3. Asidosis metabolik
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volme cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan dari gastrointestinal aaakibat diare.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhabn tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake, diare.
3. Resiko tinggi penjalaran infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme di saluran pencernaan.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan iritasi akibat peningkatan frekwensi dan keluarnya feces yang cair.
5. Cemas atau takut berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang tidak dikenal, pelaksanaan presedur.
6. Perubahan proses dalam keluarga berhubungan dengan krang pengetahuan, situasi krisis.
1. Kekurangan volume caiuran berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan dari gastrointestial akibat diare.
Tujuan : kien kan menunjukkan tanda – tanda rehidrasi dan berikan cairan yang adekuat.
Kriteria : anak menunjukkan tanda tanda adekuat (turgor kulit baik, mata dan fontanel tidak cekung, kesadaran compos mentis )
Intervensi:
7. Monitor urine secara spesifik tiap 8 jam atau sesuai indikasi dan timbang berat badan tiap hari.
9. Kaji tanda-tanda vital turgor kuit, mukosa membran dan status mental setaip 4 jam atau sesuai indikasi.
2. Perubahan nurisi : urang dari kebutuhan tubuh berhubungan engan tidak adekuatnya intake, diare.
Tujuan : klien akan makan makanan sesuai dengan umur dan berat badan.
Intervensi ;
3. Resiko tinggi penjalaran infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme di gastrointestinal track.
Intervensi:
1. Lakukan tindakan sesuai standar dan kontrol infeksi dengan menggunakan alat-alat dasposal dan pencucian serta dalam penam
2. Pakailah popok yang pas, jangan longggar.
3. Usahakan anak untuk menjauh area yang terkontaminasi dan selalu mencuci tangan setiap selesai toileting.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi akibat peningkatan frekwensi dan keluarnya feces yang cair.
Intervensi ;
5. Hindari pemakain pemersih yang mengandung alkohol pada kulit yang lecet.
5. Cemas atau takut berhubungan dengan perpisah dengan orang tua, lingkungan yang tidak dikenal, pelaksaan prosedur.
Kritreria ;
Intervensi:
4. Berikan stimulus sensasi dan pengalihan perhatian sesuai kondisi pertumbuhan anak.
Intervensi ;
3. Anjurkan keluarga untuk mematuhi hal-hal yang berhubungan dengan tidakan pencegahan.
5. Rujuk keluarga ke instansi atau instansi atau fasilitas kesehatan masyarakat terdekat.
EVALUASI
6. Keluarga mampu mendentrasikan perawatan anak, pengobatan yang dibutuhkan selama di rumah sakit dan di rumah.
BUKU SUMBER :
Latief, Abdul. Dkk, 1991, Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Bagian Ilmu Kesehatan Anak: Jakarta
Whalley, F. Lucille; Wong, Donna L, 1991, Nursing Care Of Infant, Mosby Company: Philadelphia
Tags: jovan
0 comments share
DM
Uraian:
Kekurangan insulin mengakibatkan diabetes mellitus/kencing manis, yang terbagi atas insulin dependent diabe
diabetes mellitus (NIDDM). Penyakit ini dapat menimbulkan kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Kelainan metabolisme karbohidrat dapat meningkatkan glikolisis dan glikoneogenesis serta menurunkan prose
hiperglikemi yang melebihi ambang ginjal (lebih dari 180 mg%) dan timbul glukosurya sehingga terjadi diuresis yang be
mengakibatkan arteriosclerosis sehingga terjadi gangguan pada pembuluh darah mikro dapat terjadi retinopati dan per
kunjung sembuh, ganggren dan akhirnya amputasi. Kadar gula darah meningkat yang lama dapat timbul glikosilasi, glu
sehingga terjadi poliuri. Dimana yang terbuang adalah air dan glukosa sehingga terjadi koma diabetikum.
Pada kelainan metabolisme lemak menyebabkan mobilisasi lemak meningkat sehingga berat badan menurun
keton meningkat, nafsu makan meningkat, dan terjadi hipekolesterolemia yang berakibat terjadi aterosklerotik dan keto
komadiabetikum.
Sedangkan kelainan metabolisme protein mempengaruhi fasilitas transmembran asam amino berkurang sehin
akhirnya terjadi penurunan sintesa protein, juga terjadi proses penurunan transkripsi, translasi, replikasi, dan proliferas
pertumbuhan jaringan, maka jika terjadi cidera atau luka tidak terkontrol akan sulit sembuh, infeksi, gangren dan ampu
Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic (dari hiperglikemia), kehilangan gastric berle
kacau mental).
2. Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, Penurunan fungsi leukosit, p
yang ada sebelumnya, atau ISK.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan perubahan kimia endogen (ketidak
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolic, perubahan kimia darah (insufisiensi ins
hipermetabolik/infeksi)
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantu
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi, tid
1 2 3 4
Hidrasi adekuat
1. dengan kriteria: 1. Kaji riwayat pasien, Membantu dalam memperkirakan
lamanya/intensitas kekurangan volume total, adanya proses
Tanda gejala: muntah, infeksi mengakibat-kan demam dan
vital pengeluaran urine yang keadaan hipermetabolik yang
stabil, Berlebihan meningkatkan kehilangan air tak
nadi kasatmata.
perifer
dapat
diraba, 2. Pantau tanda-tanda vital Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh
hipotensi dan takikardia
Turgor
kulit Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi/
dan 3. Kaji nadi perifer, volume sirkulasi yang adekuat.
pengisi pengisian kapiler, turgor
an kulit dan membran
kapiler mukosa.
baik,
haluara Pantau intake dan out
n urine 5. put cairan Memberikan Perkiraan kebutuhan akan
tepat cairan pengganti, fungsi ginjal, dan
secara keefektifan dari terapi yang diberikan.
individu
, dan
kadar
elektroli
6. Timbang berat badan Mengetahui status cairan yang sedang
t dalam
setiap hari berlangsung dan pedoman dalam
batas
memberikan cairan pengganti.
normal.
1 2 3 4
1. 7. Pertahankan untuk membe-rikan Mempertahankan hidrasi/volume
cairan minimal 2.500 ml/hari dalam cairan
batas yang dapat ditoleransi jantung.
Kolaborasi:
12.
o Berikan terapi cairan Tipe dan jumlah cairan tergantung
se-suai dengan pada derajat kekurangan cairan
indikasi: Nor-mal dan respon pasien secara
salin/tanpa dextrose individual.
o Albumin, plasma
atau dekstran Plasma ekspander kadang
dibutuhkan jika kekurangan
tersebut mengancam kehidupan/TD
sudah tidak dapat kembali normal
dengan usaha rehidrasi yang telah
dilakukan
o Pasang kateter urine Memberikan pengukuran yang
tetap akurat terhadap haluaran urine
o Pantau pemeriksaan
laboratorium seperti:
Heamatokrit
(Ht) Mengkaji tingkat hidrasi dan
seringkali meningkat akibat
hemokonsentrasi yang terjadi
setelah diuresis osmotic.
1 2 3 4
2.
Mencerna 1. Timbang berat badan/hari Mengkaji pemasukan makanan yang
jumlah atau sesuai dengan adequate (termasuk absorpsi dan
kalori/nutrien indikasi utilisasinya)
yang tepat
dengan kriteria:
berat badan 2. Tentukan program diet Mengidentifikasi kekurangan dan
stabil/ dan pola makan pasien penyimpangan dari kebutuhan terapeutik
penambahan dan ban-dingkan dengan
kearah rentang pola maka-nan yang
biasanya, nilai dapat dihabiskan
laboratorium
normal.
3. Auskultasi bising usus, Hiperglikemia dan gangguan
catat adanya nyeri keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
abdomen/ perut menurunkan motilitas/ fungsi lambung
kembang, mual, (distensi atau ileus paralitik) yang akan
muntahan makanan yang mempengaruhi pilihan intervensi. Catatan:
belum sempat dicerna, Kesulitan jangka panjang dengan
pertahankan keadaan Penurunan pengosongan lambung dan
puasa sesuai dengan motilitas usus yang rendah mengisyaratkan
indikasi adanya neuropati otonom yang
mempengaruhi saluran percernaan dan
memerlukan pengobatan secara sistemik
4. Berikan makanan cair Pemberian makanan melalui oral lebih baik
yang mengandung zat jika pasien sadar dan fungsi
makanan (nurtrien) dan gastrointestinal baik.
elektrolit dengan segera
jika pasien sudah dapat
mentoleransinya melalui
pemberian cairan melalui
oral. Selanjutnya terus
mengupayakan
pemberian makanan yang
lebih padat sesuai
dengan yang dapat
ditoleransi
1 2 3 4
1 2 3 4
3.
4. Pertahankan teknik Kadar glukosa yang tinggi dalam darah
aseptic pada prosedur akan menjadi media terbaik bagi
invasive (seperti pertumbuhan kuman
pemasangan infus, dan
kateter folley) pemberian
obat intravena dan
membe-rikan perawatan
pemeliha-raan. Lakukan
pengobatan melalui IV
sesuai indikasi
1 2 3 4
Kolaborasi:
10.
o Berikan Gangguan dalam proses pikir/potensial
pengobatterhadap aktivitas kejang biasanya hilang
an bila keadaan hiperosmolaritas teratasi
sesuai
dengan
obat
yang
ditentuka
n untuk
mengata
si DKA
sesuai
indikasi
1 2 3 4
1 2 3 4
Diskusikan topik-topik
3. utama: Pengetahuan tentang faktor pencetus
dapat membantu menghindari
o Rasional kambunya serangan itu
terjadinya
serangan
ketoasidos
is
o Apakah Memberikan pengetahuan dasar di
kadar mana pasien dapat membuat
glukosa pertimbangan dalam memilih gaya
normal itu hidup.
dan
bagaimana
hal
tersebut
dibandingk
an dengan
kadar gula
darah
pasien,
tipe DM
yang
dialami
pasien,
hubungan
antara
kekuranga
n insulin
dengan
kadar gula
darah
yang
tinggi.
16. Susun alat bantu pengli- Alat bantu adaptif telah dikembangkan 5
hatan ketika diperlukan, tahun terakhir untuk membantu individu
misal memperbesar dengan gangguan penglihatan DM-nya
garis skala pada jarum sendiri dengan lebih efektif.
insulin, instruksikan
dengan cetakan besar,
pengukuran glukosa
darah sekali sentuh.
Sumber:
Doenges Marilynn E, 2000,Rencana Asuhan Keperawatan,Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Pera
Gallo & Hundak, 1987, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI, EGC, Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN
NIM : 9901075047-72
Ruang : 22
Definisi : Diabetes Millitus adalah penyakit kronis metabolisme abnormal yang memerlukan pengobatan seumur hidup
Area Keperawatan : Masalah sistem endoktrin + sistem neurologi
RENCANA KEPERAWATAN :
Kolaborasi:
4. Pertahankan normotermi.
Pola penyakit saat ini dapat dipahami dalam rangka transisi epidemiologis, suatu onsep mengenai perubah
tersebut hendak mencoba menghubungkan hal-hal tersebut dengan morbiditas dan mortalitas pada beberapa golo
dengan faktor sosio ekonomi serta demografi masyarakat masing-masing.
Pada periode I yaitu era pestilence dan kelaparan dengan berkembangnya penyakit menular. Periode II ke
gizi, hygiene serta sanitasi, penyakit menular berkurang dan mortalitas menurun. Periode III yaitu era penyekit deg
Kejangkitan penyakit diabetese mellitus pada negara berkembang kurang mendapat perhatian hingga diad
(IDF) ke IX tahun 1973 di Brussel.
Bila kita melihat angka kejangkitan disbetes saat ini ternyata peradaban barat sangat mempengaruhi penin
meningkatnya prevalensi DM saat ini akibat peningkatan kemakmuran seiring dengan peningkatan inkam per kapit
kota besar, menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degenaratif, seperti penyakit jantung koroner (PJK), hip
Kasus yang kami ambil adalah klien dengan DM + pasca stroke. Pasien ini telah berulang dirawat di RS de
tertarik untuk mambahas kasus ini.
Tujuan :
1. Mampu menjelaskan perjalanan masalah-masalah penyakit diabetes mellitus dan penyakit stroke serta hubung
2. Mampu mengkaji status kesehatan klien.
EVALUASI SUMATIF
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien Ny. “Jb” selama 3 hari mulai tanggal 23 Juli 2001 s.d. 25Jul
1. Dari proses pengkajian yang dilanjutkan dengan analisa data distemukan 4 masalah/ diagnosa kepera
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin, penurunan mas
2. Risiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, pe
3. Risiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan : yaitu berhubungan dengan gangguan aliran darah serebral
4. Risiko terhadap cidera : yang berhubungan dengan aktivitas kejang, perubahan proses pikir, imobilitas kerusak
motorik.
1. Diagnosa no. 1 dapat teratasi dengan kolaborasi pemberian insulin dan diet khusus DM, yaitu pemeriksaan glu
lemas berkeringat dingin tidak ditemukan lagi.
2. Diagnosa no. 2 masih dapat diatasi yaitu tidak terjadinya infeksi pada seluruh bagian tubuh klien, tanda vital da
3. Diagnosa 3,4 juga dapat diatasi dengan bukti bahwa tidak terdapat perubahan perfusi jaringan dan tidak terjad
lainnya.
Demikian evaluasi sumatif ini disimpulkan dengan harapan semoga klien dengan diabetes mellitus yang dirawa
dalam waktu yang tidak lama.
1. KESIMPULAN.
1. DM + pasca stroke yang terjadi pada klien Ny.”Jb” adalah karena klien tidak konsisten dalam kontrol glukosa d
ketat.
2. Klien datang memeriksakan dirinya setelah ada gejala-gejala lemas, ngantuk, pusing, dan mual muntah serta k
pemeriksaan glukosa darah didapatkan 337 mg/dl.
2. SARAN.
1. Diperlukan kesabaran dan ketelitian dalam melakukan perwatan terhadap penderita DM apalagi klien lanjut us
2. Diperlukan pemantauan yang ketat terhadap diet yang telah direncanakan terutama dengan keinginan klien un
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN Ny. “ Jb “
SUKRIYADI
NIM : 9901075047-72
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
A physiologic state in which the hearth is unable to pump enough blood the meet the metabolic need
though filling pressure are adequate ( Medical Surgical Unit Cardiovascular Disorder )
Pathology condition of heart to pump enough blood to meet metabolic and this is only with increase p
Etiology
Dysritmia
Infection
Anemia
Thyroid disorder
Pregnancy
Paget’s disease
Nutritional deficiency
Pulmonary disease
Patophysiology
Peripheral artery
Ephinephrine release
LV oxygen demand
LV hypoxia
Oxygen supply
LV EDP
renin
LV preload
angiotensin
LA preload
aldosteron
Pulmonary edema
Peripheral edema
Hepatomegaly RV failure
Ascites
Clinical manifestation
diaphoresis - edema
anxiety - ascites
cough - hepatomegaly
tachicardia
gallop S3,S4
pulmonary cracles
pulsus alternans
backward versus forward failure
backward failure is the term used to refer to the venous congestion arising from damming of blood behin
confusion etc. Forward failure refers to the problem of inadequate perfusion
the causes of high output failure include sepsis,pagets disease anemia etc.low output failure including co
systolic heart failure refers to a decrease in the ability of the ventricle to contracy force fully and main
atherosklerosis
diastolic heart failure occurs when ventricular relaxation is incomplete and the chamber is unable to a
ischemic myocardium
Complication
Prognosis
The prognosis for the client with congestive heart failure depend on:
Diagnostic assessment
data from client’s health history
chest radiography
liver enzymes
ECG
Echocardiography
Medical management
Client with acute congestive heart failure are usually admited to an intensive care unit. Where they reserve c
Positioning
Oxygen administration
Pharmacologic management
Digitalis :Fargoxin,digoxin
Dopamine and dobutamine : amrinone
Prazosin
Dietary management
Surgical management
Nursing management
4. Peripheral tissue perfusion , high risk for decrease R/T decreased cardiac output and vaso contrictio
5. Activity intolerance , high risk for R/T to decrease cardiac output , hypoxia fear of death or serious co
6. Colaborative problem
High risk for digitalis toxicity R/T impaired drug excretion from hepatic and renal involvement
Tags: jovan
0 comments share
Luka bakar
BAB II
TINJAUAN TEORI
Definisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak mata dengan suhu tinggi seperti api, air panas, lis
kontak dengan suhu renadah (frost bite). [kapita selekta jilid 2]
Luka bakakr adaalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma bend
kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan.(buku Ilmu Ajar bedah. Syamsuhidayat)
Luka bakar adalah kerusakan secara langsung maupun yang tidak langsung pada jaringan kulit yang tid
dalam, yang di sebabkan kontak langsung denagn sumber panas yaitu api, air/ uap panas, bahan kimia, rad
Etiologi
Pada luka bakar yang paling sering panyebab yang utam antara lain karena pai, air panas, arus listrik, b
tersambar petir, ledkan. Penyulit yang timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut, odema paru, SIR
Sindrom), infeksi, dan sepsis serta parut hipertropik dan kontraktur.
Prognosis
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dn luasnya permukaan luka ba
penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut me
bakar pada daerah perinium, ketiak, leher, dan tangan sulit dalam perawatannya, karena mudah mengalam
Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar dengan derajat ini ditandai dengan kemerah
jaringan parut dalam waktu 5-7 hari.
Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis tapi masih ada elemen epitel yang tersisa seperti sel e
keringat, folikel rambut, sehingga luka akan sembuh dengan waktu 10-21 hari.
Derajat II dangkal, dimana kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis dan penyembuhan te
Derajat II dalam, dimana keruskan mengenai hampir seluruh baggian dermis. Bila kerusakn lebih da
nyeri. Penyembuhan yang terjadi lebih lama tergantung pada bagian yang memiliki kemampuan repr
3. Derajat III
Luka bakar meliputi seluruh kedalaman kuli, mungkin subkulit, atau organ yang lebih dalam. Oleh karena itu
mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein yang terjadi berwarna puith, tid
Klasifikasi luka bakar :
Derajat tiga dengan luas lebih dari 10% atau terdapat di muka, kaki dan tangan
Luka bakar disertai dengan trauma jalan nafas atau jaringan lunak luas atau fraktur
2. Sedang bila :
Derajat 3 dengan luas kurang dari 10 %kecuali muka, kaki, dan tangan.
3. Ringan bila :
1. Perhitungan luas bakar antara lain bardasarkan rule of nine dari Wallace, yaitu :
2. Rumus tersebut tidak digunakan pada anak bayi karena luas permukaan anak jauh lebih besar dan l
karena itu digunakan rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 dari Lund –Brounder untuk anak. Da
atas adalah luas telapak tangan dianggap 1%.
Komplikasi
1. Hipertropi jaringan parut.
Usia pasien
Penanduran kulit
Jaringan kulit menglami pembetukan secara efekif pada sebulan post luka, dengan warna berubah menjadi
teraba keras, setelah 12-18 bulan jaringan parur akan matur dan warna coklat muda akan teraba lembut / le
2. Kontraktur
Kontaktur dapat menyebabkan gangguan fungsi pergerakan. Beberapa tindakan yang dapat mencegah kon
Pressure garment adalah pakaian yang dapat memberikan tekanan yang bertujuan menekan timbuln
dan mendukung terjadinya kontrakatur )
Patofisiologi
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan serum : hal ini dilakukan karena ada pada pasien dengan luka bakar mengalami kehila
Pemeriksaan elektrolit pada pasien dengan luka bakar mengalami kehilangan volume cairan dan ga
Analisa gas darah biasanya pasien luka bakar terjadi asidosis metabolisme dan kehilanga protein
CBC mengidentifikasikan jumlah darah yang ke dalam cairan, penuruan HCT dan RBC, trombositop
Radiologi : untuk mengetahui penumpukan cairan paru, inhalas asap dan menunjukkan faktor yang m
Penalatalaksanaan
1. prioritas pertama dalam mengatasi luka bakar adalah menghentikan proses luka bakar ini meliputi in
untuk luka bakar termal (api ) “brhenti, berguling, dan berbaring tutup individu dengan selimut dan gu
kompres dingin untuk menurunkan suhu dari luka (es dingin menyebabkan cedera lanjut pada jaring
untuk luka baka kimia (cairan), bilas dengan air sebanyak mungkin dari kulit. Untuk luka bakar kimia
kemudian bilas dengan air
untuk luka bakar listrik matikan sumber listrik pertama-tama sebelum berusaha untuk memisahkan k
2. Prioritas kedua adalah menciptakan jalan nafas yang efektif, untuk klien denagn kecurigaan cedera i
melalui masker 10 l/mnt. Gunakan intubasi endotrakeal dan tempatkan pada ventilasi mekanik bila g
berat meskipun dengan O2 suplemen
3. Prioritas ketiga adalah resusitasi cairan agresif untuk memperbaiki kehilangan volume plasma secar
cairan diberikanpada delapan jam pertama pasca luka bakar dan setengahnya lagi diberikan selama
digunakan melipuit kristaloid seperti larutan ringer laktat dan atau seperti koloid seperti albumin atau
luka bakar derajat dua atau tiga dengan luas > 25 % atau lien tidak dapat minum. Terapi cairan dihen
menggantikan parenteral. Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada
@ cara Evans
3.2000cc glukosa 5%
Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya
jumlah cairn hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan yang diberikan hari kedua. Se
penghitungan diuresis.
@ cara Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama
BB (kg) X 4cc. Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16
elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jum
Pemberian setiap jam dan pemberian krim anti mikroba topikal seperti silver sulfadia (silvadene)
Penggunaan berbagai tipe balutan sintetik atau balutan biologik (tandur kulit) khususnya luka bakar
Pengkajian
1. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamt, tnggal MRS, dan informan apabila dala
informasi selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi ana
80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C). data pekerjaan
tinggi terhadap luka bakar agama dan pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalam pendekatan
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna ke
melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yang tim
mengalami luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan sal
berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak, pertolongan pertama yang
menjalan perawatanketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase emergency (
bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang)
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami luka bakar. Resik
mempunyai riwaya penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alkohol
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klie
kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemung
6. Pola ADL
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi perubahan pola menimbulkan ma
kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah. Pada pemeliharaan kebersihan ba
tidak dapat melakukan sendiri. Pola pemenuhan istirahat tidur juga mengalami gangguan. Hal ini disebabka
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang disebabkan karena fung
gangguan perubahan. Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam sehingga mengg
ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.
8. Pemeriksaan fisik
1. keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan gelisah sampai menimbulkan
bakar mencapai derajat cukup berat
2. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak adekuatnya penge
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah terkena luka bakar, adanya lesi
Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda asing yang menyebabkan g
rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar
Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung yang rontok.
Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake cairan kurang
Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen
Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi untuk mengataasi kek
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang be
auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi
5. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area epigastrium yang meng
6. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat pertumbuhan kuman yang pali
sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
7. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal, kekuatan oto m
8. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila supplay darah ke otak ku
hebat (syok neurogenik)
9. Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka). Prinsip pengukuran prose
nine lund and Browder) sebagai berikut :
Bag tubuh
1 th 2 th Dewasa
Genetalia 1% 1% 1%
Pengkajian kedalaman luak bakar dibagi menjadi 3 derajat (grade). Grade tersebut ditentukan berdasarkan
dirasanya dan lamanya kesembuhan luka
Grade I :
Luka bakar ini sangat ringan, hanya mengenai lapisan epidermis, terdapat warna merah pada kulit tidak ada
sembuh tanpa adanya pengobatan dalam waktu 3-7 hari.
Grade II :
Dangkal mengenai lapisan dermis, ada bulla (lepuh), terdapat penumpukan cairan, intersisiel.
biasanya sembuh 21-28 hari. tanpa disertai jaringan parut bila tidak terjadi infeksi.
Grade III :
Dalam gambaran klinis sama tetapi gambaran lepuh, pucat dan agak kering, keluhan nyeri ber
terkena. Biasanya penyembuhan agak lama 1bulan atau lebih dan terdapat jaringan granu
Grade IV :
Sudah mengenai lapisan paling dalam bahkan sampai tulang. Keadaan luka kering, warna mer
pada grade ini. Kesembuhannya lama dan memerlukan tindakan skin graft (Barbara L Cris
Diagnosa keperawatan
Defisit volume cairan b/d luka bakar yang luas, kehilangancairan melalui rute ab normal
Resiko tinggi terhadap infeksi b/d kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka bakar
Kerusakan pertukaran gas b/d cidera inhalasi asap / sindrom kompartemen torakal sekunder terhada
leher
Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b/d perubahan bentuk, kemungkinan kontraktur sekund
resiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan b/d luka bakar melingkari ekstrimitas
9. Implementasi
Dx I : defisit volume cairan b/d luka bakar yang luas, kehilanagn cairan melalui rute abnormal.
Kriteria Evaluasi : tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi odema, elektrolit serum dalam batas normal, halua
batas normal.
Intervensi
R/ secara umum penggantian cairan harus dititrasi untuk meyakinkan rata-rata haluaran urine
5. Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, dan membantu mencegah komplikas
R/ resusitasi cairan menggantikan kehiangan cairan / elektrolit, plasma, albumin.
Dx II : resiko tinggi terhadap infeksi b/d kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka bakar
Kriteria Evaluasi : tak ada pembentukan jaringan granulasi tetap bebas dari infeksi
Intervensi :
2. Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontak dengan
3. Gunakan skort, sarung tangan, masker, dan teknik aseptik ketat selama perawtan luka langsung dan
pakaian
4. Awasi / batasi pengunjung bila perlu jelaskan isolasi terhadap pengunjung bila perlu
5. Awasi TTV untuk demam, peningkatan frekuensi pernafasan, penurunan jumlah trombosit.
Melaporkan nyeri berkurang, ekspresi wajah rileks, berpartisipasi dalam aktififitasdengan tepat.
Intervensi
R/ perubahan lokasi atau intensitas, karakter nyeri dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi
2. pertahankan suhu lingkungan nyaman, berikan lampu penghangat, penutup tubuh hangat
R/ pengaturan suhu dapat hilang karena luka bakar dan untuk mencegah menggigil
4. dorong penggunaan teknik manajemen strees contoh relaksasi progresi, nafas dalam, dll
R/ memfokuskan kembali perhatian, meningkatan teknik relaksasi dan untuk meningkatkan rasa kontrol
Kriteria Evaluasi :
Intervensi
1. Kaji ukuran, warna, kedalaman luka bakar, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka
R/ memberikan dasar informasi tentang kebutuhan penambahan kulit.
2. Berikan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol infeksi
5. Pertahankan balutan di atas area graft baru dan atau sisi donor sesuai indikasi
Kriteria Evaluasi : menunjukkan pemasukan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik dib
jaringan
Intervensi
Dx VI : Kerusakan pertukaran gas b/d cidera inhalasi asap / sindrom kompartemen torakal sekunder terhada
leher
Kriteria Evaluasi :
Frekuensi pernafasan 12-24 per jam, warna kulit normal, GDA dalam batas normal, bunyi nafas bersih, tak a
Intervensi
5. Anjurkan pernafasan dalam dengan menggunakan spirometri insentif setiap 2 jam selama tira baring
Dx VII : resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b/d perubahan bentuk, kemungkinan kontraktur sekund
Kriteria Evaluasi :
Mengungkapkan harapan realistis dari tindakan, mengungkapkan kenyataan positif tentang diri
Intervensi
1. Sediakan waktu untuk pasien dan orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan
3. Anjurkan klien untuk memenuhi aktifitas kehidupan sehari hari dengan bantuan perawat (sesuai den
R/ Melakukan aktifitas sehari-hari memberikan latihan aktif, memudahkan pemeliharaan flesibilitas send
Dx VIII : resiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan b/d luka bakar melingkari ekstrimitas
Kriteria Evaluasi : warna kulit normal, menyangkal kebas dan kesemutan, nadi perifer dapat diraba
Intervensi
1. Untuk luka bakar melingkari ekstrimitas pantau status neurovaskuler dari ekstrimitas setiap 2 jam
R/ Untuk mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
3. Kolaborasi dengan tim medis bila terjadi penuruan nadi, pengisian kapiler buruk / penurunan sensas
Datar pustaka :
1. Doengoes, Marilynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta :EGC
2. Mansjoer, Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta:Media Aesculapis
Tags: jovan
0 comments share
1.1 Pengertian
Tumor jinak ovarium adalah bentuk padat atau kista yang dapat tumbuh secara alami. Tumor ovarium biasanya asimto
menyebabkan tekanan pada pelvic ini merupakan deteksi dini dari keganasan.
1.2 Klasifikasi
1.2.1 Benigna
A . Kistik
1. Non Neolastik
Folikel
Lutein
Stein Levental
Endometrial
Peradangan tuba ovarial
Inclusion Germinal
2. Neoplastik
Cystadenoma Mucinosium
Cystadenoma Serosum
Oermoid
B . Solid
Fibroma
Lymphangioma
Mesothelioma
Osteochondroma
Brenner
1.2.2 Maligna
Kistik
Solid
1.2.3 Tumor Maligna yang lain ( jarang )
Teratoma
Chorionephithelioma
Sarkoma
Lymphoma
Melanoma
1.2.4 Tumor dengan potensi endokrin ( Malignitas Rendah )
Dysontogenik
Tumor sisa adrenat, biasanya mengadakan virilisasi
Adenoma sel hilus, pengaruhnya virilisasi
Pembagian Kista Ovarium berdasarkan lokaslisasi
Kista Bebas ( Pedunculata ) :
Gerakan Bebas
Batas jelas
Kista Intraligamentair
Letaknya diantara dua ligamentum latum
Gerakan terbatas
Tampak pembuluh pembuluh darah yang bersilangan antara satu sama lain
Kista Psedu Intraligamentair
Letaknya diluar Ligamen latum
Gerakan terbatas, karena perlekatan
Gambaran pembuluh darah biasa
1.3 Etiologi
1.3.1 Sampai sekarang penyebab dari kistik ovarium belum ditemukan secara pasti, tetapi beberapa pendapat para
mempunyai riwayat heriditor menghidap tumor prosentasenya lebih tinggi dari pada yang tidak mempunyai riwayat tum
1.3.2 Mengenai terjadinya Kista ada dua teori
Disebabkan oleh karena perkembangan yang tidak sempurna pada akhir Stadium Glastomer.
Tumor ini berasal dari perkembangan sel telur yang tidak dibuahi dalam ovarium.
1.4 Gejala
Gejala yang timbul merupakan asosiasi dari penekanan meliputi konstipasi, sering kencing, terasa penuh diperut dan t
dispareunia ( nyeri waktu koitus ). Nyeri akut biasanya terjadi pada saat menstruasi, perutnya membesar dan pakaiann
gejala akhir meliputi distensi abdominal dengan dyspnea, edoma perifer dan anorexia. Nyeri pelvis muncul sebagai gej
dan jika tumor memproduksi hormon akan mempengaruhi menstruasi menjadi irreguler dan efek maskulin atau feminin
1.5 Patofisiologi
Tumor ini berasal dari epitel
permukaan Ovarium
invaginasi yang sederhana dari epitel Germinal
sampai ke invaginasi disertai permukaan ruangan
kista yang luas
Terjadi pembentukan papil – papil
Kearah dalam
Tumor Kistik
1.6 Komplikasi
1.6.1 Torsi
Faktor yang menyebabkan torsi bermacam – macam, yaitu penting adalah faktor faktor dari tumor sendiri, gerakan yan
dari usus.
1.6.2 Ruptur dari kista
Hal ini jarang terjadi tetapi dapat terjadi secara spontan atau oleh trauma. Pada kedua – duanya disertai gejala sakit, e
1.6.3 Superasi dari kista
Kista Dermoid lebih sering dikenal radang, mungkin karena isinya yang merangsang atau mungkin pula berat tumornya
gejala – gejalanya seperti pada peradangan biasanya, yaitu : sakit, nyeri tekanan, perut tegang, demam dan leukositos
1.6.4 Perubahan Keganasan
Dari suatu tumor kistik benigna dapat terjadi keganasan lebih kecil dibandingkan dengan jenis serosum. Biasanya bila
kadang – kadang berbentuk sarcoma.
1.7.2 Ultrasonografi
Untuk menentukan letak tumor dan batasnya, apakah tumor berasal di uterus, ovarium atau dari blader, apakah , tumo
cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
1.7.3 Parasentesis
Fungsi pada ascites berguna untuk menentukan sebab ascites, perlu diingat bahwa tindakan tersebut dapat mencema
dinding kista tertusuk
1.8 Penatalaksanaan
1.8.1 Satu-satunya pengobatan untuk neoplasma dari ovarium adalah operasi. Jenis dan luasnya operasi tergantun
wanita hamil lagi, sebaiknya isi kista segera dibuka, sebelum perut ditutup kembali.
1.8.2 Pada wanita yang lebih tua ( lebih dari 40 tahun ) jalan yang baik adalah hysterectomy totalis dan salping – oo
tanda keganasan
BAB 2
ASKEP TEORI
2.3 Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia, penurunan masuk
radiasi ,penurunan pemasukan oral, mual muntah dan ketidak nyamanan mulut.
2.3.1 Tujuan
Asupan nutrisi terpenuhi secara adekuat
2.3.2 Kriteria Hasil
- Berat badan stabil
- Nafsu makan meningkat
- Porsi makanan yang dihidangkan dihabiskan
2.3.3 Intervensi
1) Pantau masukan makanan setiap hari
R : Mengidentifikasi kekuatan / defisiensi nutrisi
2) Motivasi pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat
R : Kebutuhan jaringan metabolic ditingkatkan serta cairan ( menghilangkan produksi sisa )
3) Hidangkan makanan yang sesuai selera pasien
R : Untuk menambah nafsu makan pasien
4) Hindari makanan dengan bumbu merangsang dan berlemak
R : Dapat menstimulus respon mual muntah
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik
R : Obat antiemetik menurunkan reaksi mual muntah
2.4 Ancietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian, ancaman atau perubahan pada status kesehatan
kuranganya informasi mengenai penyakitnya dan prosedur pemeriksaan
2.4.1 Tujuan
Pasien mampu menunjukkan hilangnya / berkurangnya kecemasan
2.4.2 Kriteria hasil
- Pasien mengatakan rasa cemas hilang atau berkurang
- Ekspesi wajah tenang
- Tanda – tanda vital dalam batas normal
2.4.3 Intervensi
1) Motivasi pasien pasien untuk mengungkapkan perasaan cemasnya
R : Pengungkapan perasaan akan mengurangi cemasnya
2) Beri penjelasan kepada pasien tentang penyakitnya dan cara mengatasinya
R : Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi kecemasan akibat kurang informasi
3) Ciptakan suasana lingklungan yang aman, nyaman dan tenang
R : Lingkungan yang nyaman mengurangi kecemasan
4) Anjurkan keluarga untuk terus mendampingi dan memberi motivasi pada pasien
R : Peran keluarga sangat mendukung secara psikologis untuk mengurangi kecemasan
5) Ciptakan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien
R : Hubungan terapeutik membantu pasien mengungkapkan perasaan cemasnya
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 BIODATA :
Nama pasien : Ny Wasilah No. Reg 319688
Umur : 20 th
Status : Janda
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Guru MTS
Alamat : Ds. Wonosari RT. 2 RW. 3 Gondang Wetan Pasuruan
Diagnosa Medis : Cystoma Ovari
Tanggal MRS : 10 – 9 – 2003
Tanggal Pengkajian : 24 – 9 – 2003
Golaongan Darah : O
Suami
Nama : Tn. Suadi
Umur : 30 th
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Genogram
Keterangan :
: Laki – laki : Pasien
: Wanita : Cerai
: Meninggal
3.13 PENATALAKSANAAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Bagian Obstetri dan Ginekologi ; GINEKOLOGI, Fakultas Kedokteran Unifersitas Padjajaran – Bandung : 1981.
2. Hilgers R . G : Malignan Neoplasma Of The Vagina Gynekol. Obstet . 4 : 44, 1980
3. Lynda Juall Carpenito , Dianogsa Keperawatan ( Handbook Of Nursing Dianogsis ) Penerbit EGC , 1995.
4. Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Alice C, Geissler, Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit ECG,
Tags: jovan