Anda di halaman 1dari 246

version of antispyware application. Click here to download it now!

Do you know Who is on Want to learn Already a


jovan? Multiply? more? Member?
Become his contact Find your friends Take the Tour Sign In

Jovan Dachi Site's


HomeBlogPhotosVideoMusicReviewsLinks
REUMATIC HEART DISEASE

LAPORAN PENDAHULUAN
REUMATIC HEART DISEASE

1. Definisi:

RHD adalah penyakit radang yang timbul setelah infeksi streptococcus gol beta hemolitik group A

Masalah kesehatan

Masalah keperawatan Masalah kolaborasi

1. Gangguan rasa nyaman A. Resiko terjadi komplikasi; gagal


(nyeri) jantung.
2. Kurangnya pemenuhan
nutrisi.

3. Ansietas.

4. Intoleransi aktifitas.

5. Kurang pengetahuan
keluarga.

6. Peningkatan suhu tubuh.

Pemeriksaan Diagnostik

1. Ekokardiografi  untuk mendiagnosis perikarditis


2. Perikardiosintesis  untuk mendiagnosi perikarditis.

3. Pemeriksaan foto thorak  untuk mendeteksi kardiomegali.

4. EKG  blok atriaventrikuller ( AV ) dan pemanjangan segment PR terdapat pada karditis.


5. Titer antistreptomisin O ( ASTO )  meningkat

6. Titer anti bodi antihialuronidase  meningkat bila ada antibodi streptococcus.

7. NADase, anti NADase, dan anti anti DNAase B  meningkat bila ada anti bodi streptococcu

8. Streptozim  sebuah uji antibodi streptococcus dapat dilakukan sebagai ganti titer ASO

9. LED meningkat karena adanya peradngan.

10. Protein C-reaktif  meningkat pada peradangan.

11. Kultur tenggorokan  untuk mendiagnosis streptococcus.

12. Jumlah leukosit  meningkat pada infeksi

2. Diagnosa Keperawatan:

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan atralgia.

2. Kurang pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia.

3. Perubahan emosi/ psikososial behubungan dengan imobilisasi fisik ( tirah baring) dan pelaks

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot.

5. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi tentang RHD

6. Peningkatan suhu tubuh ( hipertermi) berhubungan dengan proses peradangan.

7. Resiko tinggi terjadi komplikasi: gagal jantung berhubungan dengan kerusajkan katub mene
3. Intervensi Keperawatan.

1. Diagnosis Keperawatan 1 : Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan atralgia.

Intervensi :

1. berikan alas yang lunak ( bantal yang lembek atau handuk yang berlipat-lipat ) pada daerah
2. Hindari sentuhan pada daerah yang sakit.

3. Letakkan tempat tidur klien di pinggir/ di pojok ruangan untuk menghindari tersenggol orang

4. Hindari penggunaan kompres hangat pada daerah yang sakit.

5. Kaji tingkat nyeri klien secara kontinu.

6. Ajarkan tehnik distraksi selama nyeri.

7. Atur posisi senyaman mungkin.

8. Pertahankan posisi tubuh yang tepat.

9. Kolaborasi analgesik.

2. Diagnosis keperawatan 2 : Kurang pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia.

Intervensi :

1. Hidangkan makanan semenarik mungkin dan sajikan dalam keadaan hangat.


2. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.

3. Usahakan jenis makanan bervariasi tetapi tetap berkualitas gizi baik

4. Suapi pasien bila perlu.

5. Beri diet lunak, rendah garam di tambah sayuran yang berserat pada pasien dengan gagal j
6. Beri penjelasan pada pasien pentingnya makanan untuk kesembuhannya.

7. Timbang berat badan klien 1 x seminggu, dan setiap hari pada pasien gagal jantung.

8. Beritahukan dokter bila beberapa kali ditimbang berat badan klien tidak meningkat.

3. Diagnosis keperawatan 3 :Perubahan emosi kecemasan behubungan dengan imobilisasi fis


prosedur terapi.

Intervensi :

1. Kaji tingkat kecemasan klien dan keluarga.


2. Anjurkan anak dan keluarga mengekspresikan perasaannya.

3. Anjurkan orang tua lebih memberikan perhatian kepada anaknya.

4. Anjurkan kelaurga agar tidak mengeluh disepan anaknya.

5. Berikan kesibukan pada klien, kesibukan yang tidak membahayakan jantungnya seperti: me

6. Anjurkan klien untuk berbagi rasa tidak berdaya, malu dan ketakutan yang berkaitan dengan
korea, karditis dan kelemahan otot)

7. Lakukan pendekatan dahulu pada pasien sebelum memberi tindakan.

8. Beri penjelasan tentang tindakan medis yang akan dilakukan.

9. Beri dorongan agar pasien tidak takut dan tenang.

10. Ajaklah klien untuk ikut terlibat dalam pelaksanaan tindakan, seperti perlihatkan kenaikan air
tekanan darah.

11. Bila perlu beri obat penenang ( kolaborasi dengan medis)

4. Diagnosis keperawatan 4 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot.


Intervensi :

1. Bantu ADL sesuai dengan kebutuhan.


2. Hemat pengguanaan energi pada anak selama fase akut penyakitnya.

 Pertahankan tirah baring sampai hasil laboratorium dan status klinis membaik.

 Sejalan dengan semakin baiknya keadaan, pantau peningkatan bertahap pada tingkat aktivi

3. Lakukan tindakan yang sesuai dengan usia.

5. Diagnosa keperawatan 5 : Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangn

Intervensi :

1. Beri penyuluhan pada keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.


2. Anjurkan keluarga agar segera membawa anaknya berobat ke puskesmas bila anaknya dem

3. Beri informasi kepada keluarga tentang perlunya anak meminum obat antibiotik yang diberik

4. Beri informasi tentang carta perawatan anak selama di rumah meliputi cukup gizi, cukup istir

5. Jelaskan pada keluarga bahwa RHD memerlukan pengobatan yang lama dan perlu kontrol t

6. Diagnosa keperawatan 6 : Peningkatan suhu tubuh ( hipertermi) berhubungan dengan prose

Intervensi :

1. Ukur tanda-tanda vital terutama suhu dan catat hasilnya.


2. Beri kompres hangat / dingin.

3. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan masukan cairan yang adekwat sesuai kondisi.

4. Pantau intake dan output.


5. Jelaskan perlunya penggunaan pakaian yang longgar.

6. Kolaborasikan pemberian antipiretik bila diperlukan.

7. Diagnosa keperawatan 7: Resiko tinggi terjadi komplikasi: gagal jantung berhubungan denga

Intervensi :

1. Berikan selimut hangat tapi tidak tebal.


2. Jangan memandikan klien terlalu pagi / sore agar pasien tidak kedinginan.

3. Kolaborasikan dalam pemberian obat digitalis.

4. Monitor efek samping pemberian obat digitalis.

5. Pertahankan cara kerja septik antiseptik.

Daftar Pustaka
Carpenito L.J, 1997, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6, Jakarta: EGC

Fakultas Kedokteran UI, 2000, Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid 2, Jakarta: Medi Aesculap

Mayer M, dkk, 1995, Pediatric Nursing, Singapure, McGraw – Hill Clinical Care Plans.

Nelson, 1990, Ilmu Kesehatan Anak bagian 1, Jakarta: EGC

Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC

Staf pengajar IKA FK UI, 2001, Ilmu Kesehatan Anak bagian 3, Jakarta: Bagian IKA FK UI

Tucker, dkk, 1998, Standar Perawatan Pasien edisi V volume 4, Jakarta: EGC

Tags: jovan
0 comments share

Osteogenik

BAB I

PENDAHULUAN
I.latar belakang

Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung. Mereka secara umum dibagi keda
jaringan lunak. Sarkoma tulang tidak begitu umum sekitar 0,2 % dari semua jenis tumor malignasi d
2- 100 kasus terdiagnosa setiap tahunnya. Insiden tersebut lebih tinggi terjadi pada orang kulit puti

Ada empat tipe utama dari sarkoma tulang ini, antara lain randro sarkoma, sarkoma ewing, fibrosar
makalah ini akan dibahas tentang osteosarkoma, karena osteosarkoma merupakan jenis malignasi
% dari semua kasus. Osteosarkoma merupakan derajad yang tinggi dimana tumor sel berkas malig
Osteosarkoma lebih umum terjadi pada pria dan orang- orang dengan usia antara 10- 25 tahun.

II. Tujuan

1. tujuan umum

mempelajari asuhan keperawatan muskulus skeletal dengan kasus Osteosarkoma

2. tujuan khusus

 mempelajari pengkajian dengan osteosarkoma

 mempelajari tenyang diagnosa keperawatan osteosarkoma

 mempelajari tentang intervensi osteosarkoma

 mempelajari tentang evaluasi keadaan osteosarkoma.


BAB II

OSTEOGENIK SARKOMA

1. Pengertian

 Tumor yang berasal dari sel mesenkim yang ditandai dengan differensiasi osteobalstik dari s
Kummar.458.1995 )

 Jenis malignasi terbanyak dari tumor tulang yang berjumlah kira- kira 20 % dari semua kasu

2. Etiologi

Etiologi dari osteosarkoma masih belum diketahui tetapi radiasi dan virus onkogenik yang telah
serta faktor genetik.

3. Patofisiologi
Kebanyakan osteosarkoma dijumpai pada kelompok usia muda antara 10- 25 tahun. Kemudian
metafisis tulang panjang seperti :

 Ujung distal tulang femur


 Ujung proximal tibial

 Ujung proximal humerus

 Ujung proximal femur

 Untuk tulang pipih yang sering diserang adalah illium.

Tumor
Mengganti jaringan metafisis

Adanya erosi kortex & jaringan lunak

Kavum medula digantikan oleh tumor

Lapisan permukaan tulang

Periosteum dan kortex terpisah

Kalsifikasi dan menciptakan segitiga codman

4. Tanda dan Gejala


 timbul rasa nyeri tumpul, dalam dan perasaan seperti dilakukan pemboran pada tulang.

 Terang atau pembekakan pada tulang atau persendian

 Nyeri dada

 Batuk
 Demam

 Berat badan menurun

 Malaise

5. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi tulang

 Pemeriksaan radidensitas menyatakan adanya pembentukan tulang baru

 Metode radigrafi dapat digunakan untuk menilai tumor tulang malignan yang meliputi radigra
tomografi, fluoroscopi, MRI.

 Biopsi merupakan hal yang vital dalam menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi t
lesi- lesi yang dicurigai.

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan pe
pembuangan tumor, pengahindaran amputasi kalau memungkinkan, pemeliharaan fungsi secar
ekstremitas yang sakit. Penatalaksaan meliputi : pembedahan, kemoterapi, radioterapi, bioterap

Pemberian anlgesik, tranquelizer, diet, imobilisasi anggota tubuh yang sakit.

7. Prognosa
Dahulu prognosa dari osteosarkoma jelek yaitu dengan kelangsungan hidup selama 5 tahun se
Sedangkan pada saat ini prognosa dengan metastase adalah 40 % kehidupan selama 5 tahun.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

1. Pengakajian
 Nyeri diatas area yang sakit dari ekstremitas, khususnya pada malam hari.

 Keterbatasan pengguanaan ekstremitas

 Anoreksia
 Penurunan berat badan

 Kelelahan

 Pembengkakan lokal dengan atau tanpa trauma

 Peningkatan suhu kulit diatas area yang dipengaruhi

 Peningkatan suhu

2. Diagnosa keperawatan

1.Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosis kanker dan prognosa yang tidak p

 Kriteria hasil

Ansitas, kekuatiran dan kelemahan menurun pada tingkat yang dapat mendemonstrasikan k
aktivitas dan proses pengambilan keputusan.

 Intervensi keperawatan

1. gunakan pendekatan yang tenang dan berikan suatu suasana lingkungan yang dapat diterim

R / membantu pasien dalam menbangun kepercayaan pada tenaga kesehatan

2. evaluasi kemampuan pasien dalam pembuatan keputusan

R/ membantu pengkajian terhadap kemandirian dalam pengambilan keputusan.

3. dorong sikap harapan yang realistis

R/ meningkatkan kedamaian diri

4. dukung pengguanaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai


R/ meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
5. klasifikasi persepsi pasien tentang proses penyakit, pengobatan .

R/ membantu dalam memahami informasi yang penting dan menghilangkan mitos

6. jawab pertanyaan pasien atau bantu mereka dalam mendapatkan informasi.

R/ menemulan kebutuhan penyuluhan pasien mungkin dapat membantu dalam koping

7. dorong untuk bersikap asertif dalam mencari informasi

R/ untuk menemukan kebutuhan pasien

2. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pengobatan kemoterapi berkaitan dengan des
hematopoetik normal yang mengakibatkan immunosupresi.

 Kriteria hasil

Penurunan potensial infesksi

 Intervensi keperawatan

1. pantau infeksi sistemik atau lokal infeksi

R/ kekurangan neutropil selama granulositopenia menghambat kemampuan untuk melaw


munculnya tanda- tanda infeksi.

2. pantau tanda- tanda vital setiap 4 jam dan lebih sering jika diperlukan

R/ demam atau hipotermia mungkin mengindikasikan munculnya infeksi pada pasien gra

3. kaji semua daerah prosedur invasif terhadap kemungkinan adanya tanda infeksi

R/ membantu mengidentifikasi komplikasi


4. kaji kemungkinan adanya kerusakan kulit dan permukaan mukosa

R/ kulit dan membran mukosa memberikan jalan pertama dari pertahanan terhadap mikr

5. laporkan demam diatas 37,7 C dengan segera

R/ peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan jumlah sel darah putih yang rendah mu
pasien.

6. mulai terapi antibotik dengan segera setelah diperoleh kultur yang perlu.

R/ pasien dapat mengalami sepsis dalam12 jam demam tinggi jika tidak diobati dengan a

7. bantu pasien mengenai kebersihan diri meliputi mandi, kebersihan mulut dan perawatan per

R/ menurunkan kehadiran organisme endogen.

8. anjurkan istirahat sesuai kebutuhan

R/ keletihan dapat menekan sistem imun tubuh.

9. ganti semua balutan setiap hari termasuk pada jalur sentral

R/ mencegah sepsis pada daerah invasif atau daerah lain.

3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, munta

 kriteria hasil

pasien mempertahankan berat badan 5 % sebelum pengobatan. Pasien tidak mengalam


dan diminimalkan.

 Intervensi keperawatan

a. kaji masukan makanan dan cairan.


b. beritahu jika pasien mempunyai beberapa jenis alergi

c. kolaborasi dengan ahli gizi sesuai kebutuhan

d. timbang berat badan pasien saat masuk dan setiap minggu dengan menggunakan timban

e. anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering

f. instruksikan untuk menelam obat antiemetik sebelum makan jika ada mual atau muntah

8. anjurkan pasien untuk mencoba makanan yang berbeda jika ada perubahan rasa kecap.

4.Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan efek samping kemoterapi yang dapat me
tosisitas renal.

 Krietria hasil

 Kriteria hasil

Eliminasi urine optimal dapat dipertahankan

 Intervensi keperawatan

1. pantau eliminasi urine yang meliputi warna, jumlah, adanya sel darah merah. Ureum, keratin

2. berikan kemoterapi pada pagi hari

3. instruksikan pasien untuk minum paling sedikit 8- 12 gelas perhari sebelum atau sesudah ke

4. Instruksikan pasien untuk berkemih setiap dua sampai tiga jam sebelum tidur dan ketika ban

5. Beritahu mengenai rasioanal untuk masukan cairan adekuat dan sering berkemih.

5.Nyeri berhubungan dengan intervensi pembedahan


 Kriteria hasil

Nyeri tidak ada atau terkontrol

 Intervensi keperawatan

1. tentukan letak nyeri, karakteristik, kualitas dan beratnya sebelum pasien mendapatkan peng

2. Cek pesanan medis terhadap obat, dosis dan frekuensi pemberian analgetik

3. Cek riwayat alergi obat

4. Pilih analgesik yang sesuai jika lebih dari satu yang diresepkan.

5. Pantau tanda- tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgetik narkotik untuk dosis pe
umummohon dicatat.

6. Bantu relaksasi untuk memfasilitasi respon terhadap analgetik

7. Berikan analgetik pada waktunya terutama untuk nyeri berat.

6. kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penuruana kekuatan otot, nyeri karena pemb
yang terkena, interupsi pembedahan atau pengangkatan otot – otot ,kartilago dan ligamen.

Kriteria hasil

Pasien mampu bergerak atau berpidah secara mandiri

Intervensi keperawatan

1. Kaji puntung terhadap pembengkakan dan tanda –tanda infeksi.


2. Kaji balutan terhadap perdarahan
3. Tinggikan kepala tempat tidur selama 24 jam pertama setelah amputasi

4. Posisikan anggota badan yang sakit pada kesejajaran tubuh yang tepat

5. Posisikan pasien degan amputasi kaki pada lambung 3 x sehari

6. Posisikan puntung dibawah lutut pada posisi ekstensi

7. Berikan alat untuk berpegangan diatas tempat tidur

8. Bantu dalam latihan dengan tepat

BAB IV

Kesimpulan :

Osteogenik sarkoma adalah jenis malignansi terbanyak dari tumor tulang yang berjumlah kira-kira 2
penyebabnya belum diketahui. Tetapi radiasi dan virus osteogenik yang telah terlibat dalam terjadin

Osteogenik sarkoma dijumpai pada kelompok usia muda antara 10 sampai 25 tahun dan menyeran
panjang. Manifestasi klinis penyakit ini adalah:- timbul rasa nyeri tumpul dalam dan perasaan sepe

 ada pembengkakan pada tulang


 ada nyeri dada , batuk , demam, penurunan berat badan dan malaese

osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan , radiasi , kemoterapi. Dan

prognosanya adalah jelek.

Dari proses keperawatan didapatkan 6 diagnosa keperawatan diantaranya :

1. koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosis kanker dan prognisis yang tidak
2. resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pengobatan kemoterapi

3. perubahan nutrisi kuranga dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia, mual/munta

4. perubahan eliminasi urinari berhubungan dengan efeksamping kemoterapi infosfamid

5. nyeri berhubungan dengan intervensi bedah

6. kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot

Saran

Hendaknya petugas kesehatan khususnya dokter dan perawat menjelaskan upaya upaya perawata
mungkin sehingga metastase dari penyakit ini

lebih cepat dicegah. Dan meningkakan pengetahuan komunitas tentang penyakit ini sehingga dari
adanya penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA
1. CHARLOTTE AND GALE.2000. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ONKOLOGI. EGC. J
2. TUCKER ET ALL.1999. STANDAR PERAWATAN PASIEN 4. EGC. JAKARTA

3. ROBBINS AND KUMMAR.1995. PATOLOGI II. EGC. JAKARTA


NAMA KELOMPOK VI

1. AGUNG JOKO P

2. CITRA PUSPITASARI

3. DINA AYUSFI MS

4. DWI AGUSTIN R

5. FUJI ASTUTIK

6. GOGOT WAHYU U

7. TEGUH ARDIANSYAH

8. WIWIK ANDAYANI
ASUHAN KEPERAWATAN

OSTEOGENIK SARKOMA

TUGAS 320

MUSKULO SKELETAL
DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VI

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

AKADEMI KEPERAWATAN KABUPATEN MALANG

2003
Tags: jovan
0 comments share

MOLA HIDATIDOSA
LAPORAN PENDAHULUAN

NAMA MAHASISWA : SUKRIYADI


NIM : 9901075047-72

MASALAH KESEHATAN : MOLA HIDATIDOSA


MOLA HIDATIDOSA : Kehamilan abnormal berupa jonjot-jonjot korion yang tumbuh berganda yaitu gelembung-gel
sehingga menyerupai buah anggur/mata ikan.
Masalah Keperawatan: Masalah kolaborasi:
1.Syok hipovolemik karena perdarahan * Perdarahan
2.Pemenuhan kebutuhan nutrisi terganggu
3.Gangguan keseimbangan cairan tubuh
4.Gangguan body image
5.Cemas
Pemeriksaan Diagnostik
1.Darah lengkap
2.Urine lengkap
3.Patologik Anatomi
4. USG
Diagnosa Keperawatan:
1.Syok hipovolemik sehubungan dengan perdarahan yang terus menerus.
2.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan mual, muntah, stomatitis, faringitis.
3.Gangguan keseimbangan cairan (kurang) sehubungan dengan pengeluaran yang berlebihan (muntah dan diare) kar
4.Gangguan body image sehubungan dengan histeraktomi dan alopesia.
5.Cemas sehubungan dengan kurang informasi tentang penyakitnya.
Intervensi
Dx 1: Sock hipovonik sehubungan dengan perdarahan yang terus menerus.
a.Pemberian infus dextrose 5% yang berisi 50 satuan oksitosia (pitosin/sintosinon).
b.Melakukan manual digital untuk mengeluarkan sebanyak mungkin jaringan dan bekuan darah.
c.Curettage untuk evakuasi sisa jaringan yang tertinggal
d.Jika perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan lakukan tampon utero-vaginal selama 24 jam.
Dx 2: Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan mual, muntah, stomatitis, faringitis.
a.Bersama klien menegakkan skala berat badan yang diharapkan. Rasionalnya; keikutsertaan secara akif dalam mene
kontrol terhadap hidup.
b.Menegakkan diit yang ditentukan bekerjasama dengan ahli gizi.
c.Mengharuskan diit tambahan (yang diambil 1-2 jam setelah makan).
d.Membantu klien dalam mengidentifikasi acuan makanan, meliputi makanan yang tinggi protein dan kompleks karboh
e.Bantu anggota keluarga dalam merencanakan makanan yang tinggi kalori dan protein.
f.Berikan dorongan pada keluarga untuk menghindari pemaksaan diit.
g.Ajarkan kepentingan kebersihan oral.
h.Jelaskan efek samping pemasangan sitostatika.
Dx 3: Gangguan keseimbangan cairan (kurang) sehubungan dengan pengeluaran yang berlebihan (muntah dan diar
profilaksis.
a.Jelaskan tentang pentingnya asupan nutrisi yang baik dan cairan yang adekuat untuk mencegah dehidrasi.
b.Jelaskan pada klien/anggota keluarga agar selalu melaporkan berat badan, masukan dan pengeluaran cairan setiap
c.Awasi turgor kulit dan hindari kekeringan kulit yang berlebihan.
d.Monitor tanda-tanda vital.
e.Hindari lingkungan yang sangat panas karena panas dapat menyebabkan kehilangan cairan yang berlebihan.
f.Memberikan cairan intravena/infus
g.Jelaskan penyebab muntah dan diare diderita klien.
Dx 4: Gangguan body image sehubungan dengan histerektomi dan alopesia.
a.Kaji perasaan-perasaan dan persepsi klien tentang histerektomy dab alopesia serta akibatnya terhadap body image.
b.Kaji persepsi klien tentang akibat histeretomy terhadap hubungannya dengan pasangan hidupnya/orang terdekat unt
c.Bantu klien dalam mengekspresikan tentang perasaan-perasaan kehilangan. Tujuan untuk mendapatkan dukungan p
d.Beri dorongan atas partisipasi pasien dalam pelayanan yang memberikan dukungan dan kelompok-kelompok dalam
e.Hargai pemecahan masalah yang konstruksif untuk meningkatkan penampilan. Tujuannya untuk memberikan peneka

Dx 5: Cemas sehubungan dengan kurang informasi tentang penyakitnya.


a.Mengkaji tingkat kecemasan dan tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya.
b.Menjelaskan:
Pengertian mola hidatidosa.
Gejala-gejala yang timbul akibat mola hidatidosa.
Tindakan-tindakan sehubungan dengan mola hidatidosa.
Program Keluarga Berencana (KB) karena selama 2-3 tahun klien belum boleh hamil.
Pemeriksaan ulang yang harus dilakukan klien yaitu:
-Setiap minggu selama triwulan I
-Setiap 2 minggu selama triwulan II
-Setiap bulan selama 6-bulan berikutnya
-Setiap 2 bulan selama 1 tahun berikutnya

Sumber Bacaan:

Wiknjosastro, Hanifa. (1999), Ilmu Kandungan, EGC, Jakarta.


Mochtar, Rustam. (1998), Sinopsis Obstetri Fisiologi, Patologi, EGC, Jakarta.
Kim, Mi Ja, et. al. (1995), Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta
Doengoes Em, 1988, Maternal Newborn Care Plane
Hamilton P, (Gde, Yasmin), Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas
Langman, 1993, Embriologi Kedokteran
Rustam, 1998, Sinopsis Obserteri I dan II

Tags: jovan
1 comment share

TUBERKOLOSIS PARU

TUBERKOLOSIS PARU

A. PENGERTIAN :

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang disebabkan oleh Mycobak

B. ETIOLOGI :

Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar kuman berup
asam dan lebih tahan terhadap kimia , fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah yang bany
daerah yang tinggi kandunagn oksiginnya yaitu. daerah apikal paru, daerah ini yang menjadi prediksi pada penyakit

C. PATOFISIOLOGI :

Penyakit ini dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel efektor (makrofag), sedangkan limphosit (sel T
biasanya melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokin, respon ini disebut sebaga
yang mencapai permukaan alveolus akan diinhalasi sebagai suatu unit (1-3 basil), gumpalan basil yang lebih besar
cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Yang berada dialveolus dibagian bawah lobus atas paru b
Leukosit polimorfonuklear nampak pada tempay tersebut dan mempagosit, namun tidak membunuh basil. H
makrofag, alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumoni akut. Pneumoni selluler ini dap
berjalan terus, dan basil terus dipagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar g
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (
bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju (nekrosis kaseosa) . Daerah yang men
dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi akan lebih fibroblas me
suatu kapsul yang dikelilingi tuberkel..

D. TANDA & GEJALA

Keluhan dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan, yang terbanyak adalah :

1. Demam : subfebril, febril ( 40-41derajat C) hilang timbul.


2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini untuk membuang /mengeluarkan produksi radang,
purulenta (menghasilkan sputum)

3. Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.

4. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pl

5. Malaise : ditemukan beripa anorexia, nafsu makan menurun, BB menurun, sakir kepala, nyeri otot, keringat diw

Pada Atelektasis terdapat gejala manifestasi klinik yaitu: Sianosis, Sesak nafas, Kolaps. Bagian dada pasien tidak b
terdorong kesisi yang sakit. Pada Foto Torax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diagfragma menonjo

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK:

1. Pemeriksaan fisik :

1. Pada tahap dini sulit diketahui.


2. Ronchi basah, kasar dan nyaring.

3. Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara umforik.

4. Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.

5. Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)

2. Pemeriksaan Radiologi :

1. Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas.
2. Pada kavitas bayangan berupa cincin.

3. Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi

3. Bronchografi :

Merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.

4. Laboratorium :

1. Darah : leukosit meninggi, LED meningkat


2. Sputum : pada kultur ditemukan BTA

3. Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)

F. PENATALAKSANAAN :

1. Penyuluhan
2. Pencegahan

3. Pemberian obat-obatan :

1. OAT (obat anti tuberkulosa) :

2. Bronchodilatator

3. Expektoran

4. OBH

5. Vitamin

4. Fisioterapi dan rehabilitasi

5. Konsultasi secara teratur

TINJAUAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Pola aktifitas dan istirahat :

Fatique, Aktivitas berat timbul sesak (nafas pendek), Sulit tidur, Berkeringat pada malam hari

2. Pola Nutrisi :

Anorexia, Mual, tidak enak diperut, BB menurun


3. Respirasi :

Batuk produktif (pada tahap lanjut), sesak nafas, Nyeri dada.

4. Riwayat Keluarga :

Biasanya keluarga penderita ada yang mempunyai kesulitan yang sama (penyakit yang sama)

5. Riwayat lingkungan :

Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggauta ke

6. Aspek Psikososial :
1. Merasa dikucilkan

2. Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.

3. Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.

4. Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang

5. Masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien.

6. Tidak bersemangat, putus harapan.

7. Riwayat Penyakit sebelumnya :

1. Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh sembuh.

2. Pernah berobat, tetapi tidak sembuh.

3. Pernah berobat tetapi tidak teratur (drop out).

B. DIAGNOSA PERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL :

1. Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan adanya faktor resiko :

1. Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis.

2. Kerusakan membran alveolar kapiler.

3. Sekret yang kental

4. Edema Bronchial.

2. Potensial infeksi dan penyebaran infeksi sehubungan dengan :


1. Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap.

2. Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar.

3. Daya tahan/ resistensi terhadap infeksi rendah

4. Malnutrisi

5. Terkontaminasi oleh lingkungan.

6. Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.

3. Gangguan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan:

Kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dyspnoe, anorexia, penurunan finansial /biaya.

4. Pembersihan jalan nafas yang tidak efektif sehubungan dengan :

Sekresi yang kental, lengket dan berdarah, lelah dan usaha batuk yang kurang, Edema trachea/larink.

5. Kurangnya pengetahuan (kebutuhan Hygiene), tentang kondisi, pengobatan, pencegahan, sehubungan denga

Tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang salah, terbatas pengetahuan/kognisi, tidak akurat, tidak lengkap

Pengobatan:

1. Nama obat : INH

Dosis : 1 x 400 mg

Farmakokinetik:

1. Diabsorbsi : dari saluran pencernaan, makanan mengurangi kecepatan dan tingkat absorbsi
2. Puncak : 1 - 2 jam

3. Distribusi : Keseluruh jaringan tubuh dan cairan termasuk CNS, melewati plasenta

4. Metabolisme : Tidak diaktifkan oleh acetylation di dalam hati

5. Eliminasi : waktu paruh 1 - 4 jam, 75 - 96% diekresikan dalam urin dalam 24 jam, diekskresikan dalam air susu

6. Efek samping : biasanya dihubungkan dengan dosis

1. CNS : parestesias, perifeal neuropaty, nyeri kepala, kelemahan, tinitus, pusing, vertigo, ataxia, somnol
perubahan tingkah laku, depresi, kerusakan memori, hyperpireksia, halusinasi, konvulsi, otot kejang, m

2. Mata : Penglihatan kabur, terganggunya penglihatan, optik neuritis, atropi


3. GI : Mual , muntah , epigastrium distress, mulut kering, konstipasi

4. Hematologi : Agranulositosis, hemolitik atau anemia aplastik, trombositopenia, eosinophilia, methemog

5. Hepatotoksisitas : panas dingin, kulit yang melepuh (mosbiliform, macula papular, purpura, urticaria) lim

6. Metabolik endokrin : Penurunan absorbsi vitamin B12, defisiensi pridoksin (vitamin B6), pellagra, gyne
hyperkalemia, hipophosphathemia, hipokalsemia, acetonia, asidosis metabolik, proteinemia

7. Lain-lain : dyspnea, retensi urine, demam yangdisebabkan obat-obat, rematik, lupus erythromatosus s

Implikasi Perawatan :

Pengelolaan :

1. Obat oral INH lebih baik diberikan sebelum makan 1 - 2 jam sebelum makanan diabsorbsi, jika terjadi iritasi GI
2. Isoniazid dalam bentuk larutan disimpan dalam bentuk kristal dan disimpan dalam temperatur yang rendah. Jik
hangat atau dalam temperatur ruangan.

3. Nyeri lokal sementara setelah injeksi IM, massage daerah injeksi dengan cara memutar daerah injeksi

4. Obat disimpan harus ditutup rapat, temperatur 15 - 30 C kecuali diberikan secara sebaliknya

5. Pengkajian /efek obat :

1. Tes adanya kelemahan yang tepat, sebelum pemberian therapy untuk mendeteksi kemungkinan bakte

2. Efek therapetik biasanya menjadi jelas dalam 2 - 3 minggu pertama pemberian therapi. Lebih dari 90%
sputum yang berkurang setelah 6 bulan

3. Pemeriksaan mata

4. Monitor Tekanan darah selama pemberian obat

5. Pasien seharusnya secara hati-hati dengan interview dan diperiksa dalam interval bulanan untuk mend
hepatotoksisitas

6. Therapi INH yang kontinyu setelah onset dari disfungsi hepatik meningkatkan resiko kerusakan hati ya

7. Isoniazid hepatitis (kadang-kadang fatal) biasanya berkembang selama 3 - 6 bulan pertama, tetapi mu
therapi, hal ini lebih banyak frekwensinya pada pasien dengan umur 35 tahun atau lebih atau terutama

8. Cek berat badan 2 kali seminggu, di bawah kondisi standart

9. Pasien DM seharusnya diabsorbsi untuk hilangnya kontrol diabetes antara glikosuria yang nyata dan t

10. Neuritis peripheral lebih banyak menimbulkan afek toksik seringkali didahului oleh parestesikaki dan ta
(termasuk) alkoholik atau pasien denga penyakit liver, malnutrisi, diabetik, inaktivator lambat, wanita ha

6. Pendidikan kesehatan kepada keluarga dan pasien


1. Memeperingatkan pasien terhadap makanan yang mengandung tyramine (keju, ikan) yang menjadi pe
darah.

2. Instruksi pasien untuk melapor kepada medis bila ada tanda dan gejala dari perkembangan hepatotok

3. Memperingatkan pasien terhadap makanan yang mengandung histamin (ikan tuna) yang bisa menjadi
obat (nyeri kepala, hipotensi,palpitasi,berkeringat, diare)

4. Umumnya therapi INH diberikan 6 bulan - 2 tahun untuk pengobatan TBC yang aktif, bila digunakan un

2. Nama obat : Ethambutol hydrochloride

Dosis: Dewasa 15 mg/kgBB (oral), untuk pengobatan ulang mulai dengan 25 mg kg/BB/hari atau 60 hari, kemudi

Anak: : 6 - 12 tahun: 10 - 15 mg/kgBB/hari

Farmakokinetik :

1. Absorbsi : 70% - 80% diabsorbsi di saluran pencernaan


2. Puncak : 2 - 4 jam

3. Distribusi: diodistribusi ke seluruh jaringan tubuh, konsentrasi tertinggi dalam eritrosit, ginjal, paru-paru, saliva,

4. Metabolisme: dimetabolisme dalam hati

5. Eliminasi : waktu paruh 3 - 4 jam, 50% diekresikan dalam urin selama 24 jam, 20 - 22 % dikeluarkan dalam fes

6. Efek samping :

1. CNS : Nyeri kepala , pening/pusing, kebingungan, halusinasi, parestesia, neuritis peripheral, nyeri tula
bawah

2. Mata : Toksisitas bola mata : neuritis retrabulbar optik, kemungkinan neuritis anterior optik dengan pen
menyempitnya luas lapang pandang, kebutaan pada warna merah-hijau, skotoma pada bagian pusat d
dan edema retina.

3. Saluran pencernaan : anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen

4. Hypersensitifitas : pruritis , dermatitis, anafilaktis

5. Hyperuresemia, demam , malaise, leukopenia (jarang), sputum yang mengandung darah, gangguan s
hepatotoksisitas), nefrotoksisitas, gout artritis akut, abnormalitas EKG, pengeluaran keringat

Implikasi Perawatan

1. Ethambutol mungkin diberikan setelah makan jika iritasi saluran pencernaan terjadi. Absorpsi tidak begitu dipe
2. Lindungi ethambutol dari cahaya, kelembaman dan panas. Letakan dalam kemasan yang tertutup rapat-rapat
langsung .

3. Pengkajian dan efek obat


1. Kultur dan tes kerentanan seharusnya seharusnya ditentukan sebelum dimulainya tindakan/dan pengu
keseluruhan .

2. Toksisitas okuli secara umum kelihatan dalam 1 - 7 bulan setelah dimulainya tyerapi. Gejala biasanya
beberapa bulan setelah obat tidak dilanjutkan

3. Uji opthalmoskopik meliputi tes luas lapang pandang , tes untuk ketajaman penglihatan menggunakan
diskriminasi warna seharusnya ditentukan lebih dulu untuk memulai therapi dan dalam interval bulanan
terpisah sama baiknya secara bersama-sama

4. Monitor rasio input dan output pada pasien dengan kerusakan ginjal . Laporkan adanya oliguria atau p
laporan laboratorium tentang fungsi ginjal. Akumulasi sistemik dengan toksisitas dapat dihasilkan dari

5. Tes fungsi ginjal dan hepatik, hitung sel darah dan determinan serum asam urat seharusnya ditentukan
menyeluruh.

4. Pendidikan pasien dan keluarga


1. Secara umum, therapi dapat berlanjut selama 1-2 terapi lebih lama, meskipun teraturnya pengobatan y

2. Jika pasien hamil, selama pengobatan sarankan untuk melaporkan pada dokter dengan segera . Obat

3. Sarankan pasien untuk melaporkan dengan tepat pada dokter tentang kejadian mengaburnya pandang
luas lapang pandang , beberapa gejala penglihatan lainnya. Pasien seharusnya secara periodik ditany

4. Jika dideteksi secara dini, defek visual secara umum tidak kelihatan lebih dari beberapa minggu samp
(jarang), pemulihan mungkin lambat. Selama setahun atau lebih atau defek mungkin irreversibel.

3. Nama obat : Rifampisin

Dosis : 1 x 450 mg

Farmakokinetik:

1. Absorbsi: Dengan mudah diabsorbsi di saluran pencernaan


2. Puncak: 2 - 4 jam

3. Distribusi : didistribusikan kemana-mana meliputi CSF, melalui plasenta, didistribusikan ke dalam air susu

4. Metabolisme: Dimetabolisme dalam liver untuk metabolisme aktif dan inaktif siklus enterohepatik

5. Eliminasi : Waktu paruh 3 jam. Sampai 30 % diekresikan dalam urin 60% - 65% dalam feses

6. Efek samping :

1. CNS: fatigue, drowsiness, nyeri kepala, ataxia, kebingungan, pusing, ketidak mampuan berkonsentras
ekstremitas, kelemahan otot, gangguan penglihatan , konjungtivitis, hilangnya pendengaran frekuensi
2. GI : heart burn, distress epigastrium, mual, muntah, anoreksia, flaturens, kram, diare, kolitis pseudome

3. Hematologi : Trombositopenia, leukopeni sementara, anemia, meliputi (termasuk) anemia hemolitik

4. Hypersensitivitas : panas, pruritis, urtikaria, erupsi kulit, rasa sakit pada mulut dan lidah, eosinophilia, h

5. Ginjal : hemoglobinuria, hematuria, Akut Renal Failure

6. Lain-lain: hemoptisis, light-chain proteinuria, sindrom “flulike”, gangguan menstruasi, sindroma hepator
sementara pada tes fungsi hati (bilirubin, BSP, alkaline fosfatase,ALT,AST), pankreatitis

7. Overdosis: Gejala GI, meningkatnya lethargi, pembesaran liver dan pengerasan, jaundice, berkeringat

Implikasi Perawatan

1. Kapsul bisa dibuka diisi dan diminum/diteguk dengan air atau dicampur dengan makanan
2. Suspensi oral dapat disiapkan dari kapsul untuk digunakan pada pasien pediatri

3. Berikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. Puncak dari tingkat serum diperlambat dan mungkin agak re

4. Pengawetan seharusnya dijaga dalam kapsul yang dikemas dalam botol , dapat menjadi tidak stabil dalam kea

5. Pengkajian dan efek obat

1. Tes serologi dan kerentanan seharusnya ditentukan paling utama selama dan dalam keadaan / waktu

2. Disarankan tes fungsi hepatik secara periodik . Pasien dengan penyakit hepar harus dimonitor secara

3. Jika pasien juga mendapat anti koagulan , waktu protrombin seharusnya ditentukan secara harian atau
aktifitas antikoagulan

6. Pendidikan kepada pasien dan keluarga

1. Informasikan kepada pasien bahwa obat bisa memberi warna pada urin merah -oranye, feces, sputum, keringa
kontak lensa atau kaca berwarna lainnya yang permanent.

2. Pasien dengan kontrasepsi oral, seharusnya mempertimbangkan alternatif metode-metode kontrasepsi. Hal-ha
kontrasepsi oral menurunkan keefektifan dari kontrasepsi dan untuk gangguan menstruasi (spotting, perdaraha
3. Perhatikan pasien agar menjaga obat dari jangkauan anak-anak

4. Nama obat : Pyrazinamide

Dosis : 2 x 500 mg

Farmakokinetik :

1. Absorbsi : Langsung diabsorpsi dari saluran pencernaan


2. Puncak : 2 jam
3. Distribusi : Melewati barier darah otak

4. Metabolisme : di metabolisme di hati

5. Eliminasi : waktu paruh 9 - 10 jam, diekresikan secara perlahan-lahan di dalam urin

6. Efek samping :

Astralgia, aktif gout, kesulitan dalam kencing, nyeri kepala, fotosensitif, urtikaria, skin rash (jarang), anemia
hemoptisis, peptik ulser, uric asid dalam serum, hepatotoksik, tes fungsi ginjal yang abnormal, penurunan pl

Implikasi perawatan

1. Pengelolaan :
1. Obat seharusnya tidak dilanjutkan jika ada reaksi hepar (jaundice,pruritis, sklera ikterik, yellow skin) at

2. Tempatkan dalam tempat tertutup (suhu 15 - 13 C)

3. Efek obat

4. Pasien harus diobservasi dan mendapat petunjuk dari supervisi medis

5. Pasien harus diperiksa secara teratur , dan kemungkinan adanya tanda toksik: pembesaran hepar, jau
ptekie, perdarahan abnormal)

6. Reaksi hepar lebih sering terjadi pada pasien yang diberikan dosis tinggi

7. Tes fungsi liver (AST, ALT, serum bilirubin) harus diperiksa 2-4 minggu selama terapi

2. Pendidikan kesehatan kepada pasien dalam keluarga

1. Laporkan adanya kesulitan dalam pengosongan

2. Pasien seharusnya berkeinginan untuk intake cairan 2000 ml/hari jika memungkinkan

3. Pasien dengan diabetes melitus seharusnya terbuka untuk memonitor dan meminta saran terhadap ke

5. Nama obat : Aldactone

Dosis : 2 x 100 mg

Farmakokinetik :

1. Absorbsi : 73% disaluran pencernaan, onset : perlahan-lahan.


2. Puncak : 2-3 hari , max. efeknya 2 minggu.

3. Durasi : 2-3 hari atau lebih.

4. Distribusi : melalui placenta, didistribusikan melalui air susu.


5. Metabolisme : di hati dan di ginjal.

6. Eliminasi : Waktu paruh : 1,3 - 2,4 Jam parent kompound, 18 - 32 jam dimetabolisme, 40 - 57% di ekskresikan

7. Efek samping :

1. Letargi, Fatique(penurunan BB yang cepat), nyeri kepala dan ataksia.

2. Endokrin : genekomastik, ketidakmampuan untuk mempertahankan ereksi , efek endogenik (ketidakte


berubahnya para tyroid, menurunnya glukosetoleransi .

3. GI : Kram abdominal, nausea, muntah, anoreksia, diare.

4. Kulit : Makulopapular, erythematosus rash, urtikaria.

5. Lain-lain: Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (hiperkalemia, hiponatremia), peningkatan BUN, asi
sympatectomi) , hiperurecemia, Gout.

Implikasi Perawatan :

1. Pengelolaan :
1. Berikan dengan makanan untuk mempertinggi absorbsi makanan.

2. Haluskan tablet sebelum diberikan dengan cairan yang dipilih oleh pasien.

3. Obat disimpan dalam tempat tertutup, dalam kemasan tahan cahaya, dalam bentuk suspensi lebih tah

4. Pengkajian dan efek otot :

5. Cek tekanan darah sebelum diberikan terapi.

6. Serum elektrolit harus dimonitor, terutama selama permulaan terapi dan siapkan bila ada tanda-tanda

7. Monitor intake dan output setiap hari dan cek adanya edema, laporkan kekurangan respon diuretik ata

8. Laporkan bila ada efek perubahan mental, letargi, stupor pada pasien dengan penyakit hati.

9. Reaksi yang merugikan, terjadi reversibel yang umum dengan tidak dilanjutkan obat. Ginekomastik ya
Ini semua dilakukan walaupun obat telah dihentikan.

2. Pendidikan pasien dan keluarga :

1. Informasikan pada pasien dan keluarga efek obat deuretik yang maksimal mungkin tidak terjadi sampa
untuk 2-3 hari setelah obat dihentikan.

2. Intruksikan pasien untuk melaporkan tanda dari hiponatremi, yang lebih sering terjadi pada pasien den

3. Umumnya pasien harus menghindarkan intake yang belebihan dari makanan yang tinggi potasium dan

DAFTAR PUSTAKA
1. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987.
2. Donna D, Marilyn. V. Medical Sugical Nursing, WB Sounders, Philadelpia 1991.

3. Doenges E Marilynn.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. F.A Davis Company. Philadelphia Edition 3 , 1989

4. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

Tags: jovan
0 comments share

LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG PADA ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG PADA ANAK

DEFINISI

Kejang adalah gangguan lepas muatan listrik yang berlebihan dari sinkrom pada sekelompok sel neuron ota

Klinis : gejal adanya gangguan fungsi otak karena suhu ti


trauma dan gangguan elektrolit atau metabolisme.
KLASIFIKASI KEJANG

Menurut Ngastiyah dalam perawatan anak sakit

1. Kejang bayi baru lahir ( kueang dari 28 hari )


2. kejang dengan panas badan

o Tetanus

o Kejang demam

o Kejang karena radang otak


 Meningitis

 Encephalitis

 Meningoencephalitis

 Abses otak

3. Epilepsi

4. Lain-lain : trauma, tumor, gangguan elektrolit, perdarahan.

AKIBAT KEJANG

Akibat kejang munngkin terjadi :

 Tidak apa – apa


 Epilepsi

 Cacat mental atau ganngguan kepribadian

 Cacat fisik atau kelumpuhan

 Kematian

 Kepayahan

 Hipertensi

 Tekanan intra kranial

ETIOLOGI

Etiologi kejang digolongkan :

I. Intrakranial
1. Gangguan metabolik

 Hiperglikemi
 Hipokalsemia

 Hipomagnesium

 Gangguan elektrolit

2. Toksik

 Intoksikasi anastesi

 Drug withdrawal (penghentian obat)

2. Kelainan diturunkan

 gangguan metabolisme

 kekurangan peridoxin

2. Kernikterus

II. Ekstrakanial

1. Asfiksia

2. Trauma ( perdarahan )

3. Infeksi

- bakteri dan virus

1. Kelainan

II. Idiopatik

 kejang yang terjadi 48 jam pertama yaitu asfiksia, trauma lahir dan hipoglikemi

 kejang hari ke 5 – 27 yaitu hipokalsemia ( bukan komplikasi)


 kejang antara hari 7 – 10 karena infeksi dan kelainan genetik

2. PATOFISIOLOGI

Untuk mempertahankan hidup sel atau organ otak diperlikan energi yasm didapat dari metabolisme.bahan baku un
glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru- paru dan diteruskan keotak melalui siste

Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidas
oleh membran yang teridri dari permukaan membran yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan n
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya,kecuali ion klorida (
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jeni
maka terdapat keadaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimb
dan bantuan en zim Na-K ATP- ase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah menjadi :

1. perubahan kosentrasi ion diluar ekstraseluler


2. rangnsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sek

3. perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada seoarang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubnuh dibandingkan deng
itu, kenaikansuhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang s
natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatn listrik ini dem
sel maupun kemembran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadi kej

2. DIAGNOSTIK

Diagnosa berdasarkan atas :

I. Anamnese

1. Banngkitan kejang

 apakah betul kejang

 panas badan +/-

 lamanya, pola frekuensi


1. Riwayat keluarga

2. riawyat sebelum kejang yaitu pada saat persalinan atau trauma.

I. Pemeriksaan fisik

 Bentuk kejang

 Kesadaran

 Kelainan neurologi

 Tanda vital : suhu, tekanan darah, RR, nadi

 Penyakit lain : GE, jantung, ginjal

I. Pemeriksaan laboratorium

 DL, UL, Elektrolit

 Pungsi lumbal

 Foto kepala, EEG, Funduskopi, transiluminasi

2. PENATALAKSANAAN

1. Atasi kejang : - Diazepam 0,3 – 0,5 mg/Kg BB

 Luminal 8 – 10 mg/KgBB

2. Prinsip A,B,C : Manual/elektro (saction)

3. Terapi penyebab

 Antibiotik

 Tindakan operasi

4. Terapi simtom dengan menurunkan panas :


 Antipiretik

 Kompres

5. Terapi supportif

 Infus

 Cairan elektrolit

 Roborantia

 O2

TINJAUAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

 Kaji RR
 Kaji laporan orang tua tentang kejang tonik/klonik selama 1 tahun

 Kaji tentang pemberian obat selama terjadi kejang (keteraturan obat)

 Kaji riwayat kejang

 Kaji riwayat kehamilan orang tua adakah toksemia selama akhir pertengahan kahamilan.

 Kaji tentang tunbuh kembang anak : adakah penurunan DTRs, kaji tingkat kesadaran, kaji tentang r eaksi terha

Pemeriksaaan Neurologis

1. Perilaku dan statua mental : mengukur kemampuan ank untuk brhubungan dengan orang lain, tingkat kemamp
hipoaktivitas.
2. Pemeriksaan motorik

1. Penilaian kekuatan otot yaitu erdiri, berjalan, otot pernafasan.

2. Penilaian tonus otot

3. Pengujian koordinasi motorik halus

4. Gerakan involunter

5. Pemeriksaan reflek,misalnya keberadaan, ketiadaan, peningkatan dan penurunan reflek.

3. Pemeriksaan sensorik

1. Rasa kecap, penciuman, pendengaran dan raba

2. Gerakan mata

DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi terhadap inefektif bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan relaksaasi lidah dan re
intervensi otot.

Kriteria Hasil:

1. Klien akan menunjukan potensi jalan nafas kontinyu.


2. keluarga akan menggambarkan intervensi untuk mempertahankan jaln nafas pasien selama kejang.

kriteria pengkajian fokus makna klinis

1. Riwayat aktifitas kejang

2. Status pernafasan selama kejang 1,2. gerakan tonik atau klonik selama kejang dapat menyebabkan lidah turun
Intervensi Rasional

1. Selama kejang lakukan hal berikut : 1. tindakan ini dapat membantu


menurunkan cedera dan
1. Berikan privasi bila mungkin arasa malu.( Hickey,1992)

2. Baringkan klien dilantai bila


mungkin

3. Setelah kejang baringkan


klien dengan posisi miring.

4. Bila tidak memungkinkan


untuk membaringkan dalam
posisi miring angkat dagunya
keatas dan kedepan dengan
kepala mendongak
kebelakang untuk membantu
membuka jalan nafas.

2. Obsrvasi kejang dan dokumentasikan 2. informasi ini memberi


karakteristiknya petunjuk pad lokasi fokus
epiloptogenik pada otak dan
1. Awitan dan durasi bermanfaat adlam memandu
tindakan.
2. Kejadian prakejang (misal :
penglihatan,pendengaran,
penciuman atau rangsang
taktil )

3. Bagian tubuh dimana kejang


mulai gerakan awal

4. Mata: terbuka dan terpejam,


ukuran pupil

5. Bagian tubuh yang terlihat,


tipe gerakan

6. Aktivitas motorik involunter


(misalnya mengecap bibir,
atau menelan berulang kali )

7. Inkontinensia (fekal atau urine


)

8. Penurunan kesadaran

9. Paska kejang : kemampuan


bicara, tidur, bingung,
kelemahan paralisis.

Intervensi Rasional

3. posisi rekumben dapat


3.Bila klien mengeluh aura, anjurkan klien menceagah cedera karena
berbaring jatuh.

4. Ajarkan anggota keluarga atau orang 4. orang lain dapat diajarkan


terdekat cara berespon padaklien selama tondakan untuk mencegah
kejang obstruksi jalan nafas dan cedera

2. Resiko tinggi terhadap isolasi sosial yang berhubungan dengan rasa malu sekundr terhadap mengalam

kriteria pengkajian fokus makna klinis

1. Pola sosialisasi biasanya: 1. klien beresiko tainggi dikaji

Hobi, minat pada orang lain, dengan cermat karena penderita

Tetangga dan sekolah yang dengan isolasi sosial tidak

selalu cepat tampak

2. Masalah berkenaan dengan 2. perasaan penolakan dan malu

sosialisasi adalah umum

Intervensi Rasional
Bantu klien mengenali kebutuhuan
sosialisasi Klien yang cenderung kejang dapat
memisahkan dari keluarga, teman
dan kontak sosial lain.

Berikan dukungan dan validasi bahwa Perawat harus sensitif terhadap


masalah yang klien hadapi adalah dampak kejang dan citra tubuh
normal klien, menghasilkan konsep diri dan
minat pada aktivitas sosial.

Bantu klien mengidentifikasi aktivitas Rasa takan cedera akan


yang menyenangkan dan takberbahaya. mengakibatkan isolasi

Tekankan pentingnya mematuhi rencana Kepatuhan pada regimen


pengobatan pengobatan dapat membantu
mencegah atau mengurangi
episode kejang.

Diskusikan pengungkapan diagnostik


dengan anggota keluarga Dialog terbuka dengan keluarg
adapat memberitahukan mereka

Terlebih dahulu tentang


kemungkinan kejang, yang dapat
mengurangi keterkejutan
menyaksikan kejang dan
memunngkinkan membantu
tindakan.

Diskusikan situasi dimana klien dapat


menemui orang lain pada situasi yang Dengan berbagi pada orang lain
serupa misalnya kelompok pendukung, pada situasi yang serupa dapat
yayasan epilepsi memberi klien pandangan yang
lebih realistik tentang gangguan
kejang dan persepsi sosial.
3. resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan terhadap regimen terapeutik sehubungandengan insu
perawatan selama kejang, bahaya lingkungan, dan sumber-sumber komunitas

Kriteria pengkajian fokus Makna klinis

1. Penngetahuan saat ini tentang


kejang dan 1 – 5 Pengkajian membantu
penatalaksanaannya mengidentifikasi setiap faktor
yang dapat mempengaruhi
2. faktor penunjang ,meliputi hal belajar.klien atau keluarga
berikut : ansietas, diagnosa yang tidak dapat mencapai
baru, kekurangan instruksi tujuan pembelajaran
sebelumnya. memerlukan rujukan untuk
bantuan paskapulang
3. sumber-sumber ( keluarga d an
teman sebaya )

4. sikap, perasaan dan masalah


yanng berhubunngan dengan
gangguan kejang

5. kesiapan dan kemampuan


belajar

Intervensi Rasional

1. Ajarkan tentang gangguan 1. Pengertian klien dan keluarga


kejang dan pengobatan tentang gangguan kejang dan
regumen pengobatan yang
diharuskan sangat
mempengaruhi kepatuhan
terhadap regumen.

2. Kewaspadaan khusus harus


ditegakkan untuk menjamin
terapi obat yang nyaman :
2. Bila klien sedang dalam terapi
obat, ajarkan tentang treapi obat:
1. pengertian tiba-tiba
dapat mencetuskan
status epileptikus
2. identifikasi
1. jangan menghentikan dinimterhadap
obat tiba – tiba masalah
2. efek samping dan tanda memungkinkan
toksisitas intervensi segera untuk
mencegah komplikasi
serius

3. kadar obat dalam


darah maenandai
penyesuaian dosis
3. pentinngnya untuk obat
memantau kadar obat
dalam darah.
4. penggunaan
antikonvulsif jangka
panjang seperti
hidantoin dapat
1. pentingnya untuk menyebabkan
melakukan pemeriksaan diskrasiasi darah.
hitung darah lengkap
secara periodik, bila 5. Terapi fenotoin jangka
diindikasiksan panjang dapat
2. efek difenilhidantoin menyebabkan
(dilantin),bila hiperplasia gusi
diperintahkan pada
jaringan gusi dan
kebutuhan pemeriksaan
gigi rutin.
3. Situsi tertentu telah
teridentifikasi sebagai
2. Berikan informasi tentang
peningkatan epsode kejang.
informasi yang meningkatkan
4. Umumnya klien yang
resiko kejang
cenderung kejang harus
menghindari aktivitas yang
3. Bahas mengapa aktivitas tertentu adpat menyebabkan klien atau
yang berbahaya and harus orang lain pada situasi
dihindari. berbahaya jika terjadi kejang

5. Menyaksikan kejang adalah


menakutkan untuk orang lain
dan memalkukan bagi klien
yang rentan trehadap kejang.
Rasa malu dan menakuttkan
ini mempunyai dampak
5. Berikan kesempatan pada klien tyerhadap ansietas, depresi,
dan keluarga untuk bermusuhan dan takut.anggota
mengekspresikan perasaan keluarga juga dapat mengalami
mereka sendiri dan saling hal ini. Diskusi teruka dapat
mengekspresikan. mengurangi perasaan malu
dan isolasi.

6. Sumber ini dapat memberikan


informasi tambahan dan
dukungan.

6. Rujuk klien dan keluarga pada


sumber komunitas dan bahan
bacaan untuk membantu
pentalaksanaan

MASALAH KOLABORATIF

Potensial Komplikasi : Status Epileptikus

Tujuan Keperawatan : Perawat akan menngatasi dan meminimalkan komplikasi status epileptikus.

Intervensi Rasional

1. Bila individu berlanjut


menngalami kejang umum, 1.Status epileptikus adalh kedaruratan
beritahu dokter dan lakukan medik. Kerusakan pernafasan dapat
protokol : meyebabkan hipoksia sistemik dan
serebral. Diperlukan pemberian
1. Tegakkan jalan nafas antikonvulsan intravena kerja cepat
(mis. Valium)
2. Suction sesuai
kebutuhan

3. Beriakn O2 melalui
kateter nasal

4. Pasang infus intravena


Tags: jovan
0 comments share

HALUSINASI

LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

1. Definisi

Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra sesorang pasien
bangun, dasarnya mungkin organik, psikotik ataupun histerik (Maramis, 1994).

Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarny

Halusinasi adalah suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimuli ekstern; pe

2. Rentang respon halusinasi ( berdasarkan Stuart dan Laria, 2001).

Respon Adaptif Respon Maladaptif

>Pikiran logis >Distorsi pikiran >Gangguan pikir

>Persepsi akurat >Ilusi >Halusinasi

>Emosi konsisten dgn pengalaman >Reaksi emosi >> atau < >Sulit berespon
emosi

>Prilaku sesuai >Prilaku aneh/tidak biasa >Prilaku

disorganisasi

>Berhubungan sosial >Menarik diri >Isolasi sosial

3. Jenis-jenis halusinasi

Stuart dan Laria, 1998 membaginya seperti tabel berikut :

Karakteristik
Jenis Prosentase
Halusinasi

Pendengaran 70 % Mendengar suara-suara atau kebisingan,


(auditorik) paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas
sampai kata-kata yang jelas berbicara
tentang klien bahkan sampai ke
percakapan lengkap antara 2 orang atau
lebih tentang orang yang mengalami
halusinasi.

Stimulus visual dalam bentuk kilatan


Penglihatan cahaya, gambar geometris, gambar
(Visual) 20 % kartun, bayangan yang rumit atau
kompleks, bayangan bisa menyenangkan
atau menakutkan seperti melihat monster.

Membaui bau-bauan tertenru seperti bau


darah, urine atau feces. Umumnya bau-
bauan yang tidak menyenangkan.

Penghidu
(olfactory)
Merasa mengecap rasa seperti rasa
darah, urine atau feces.

Pengecapan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan


(gustatory) tanpa stimulus yang jelas, Rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
Perabaan
(tactile)
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran
darah di vena atau arteri, pencernaan
makanan atau pembentukan urine.

Cenesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri
tanpa bergerak

Kinesthetic

4. Fase-fase halisinasi

1. Comforting, Ansietas sedang : halusinasi menyenangkan

2. Condemning, Ansietas berat : halusinasi menjadi menjijikkan


3. Controling, Ansietas berat : Pengalaman sensori menjadi berkuasa

4. Consquering, Panik : Umumnya menjadi melebur dalam halusinasinya

5. Pohon masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

PSP : Halusinasi……

Isolasi sosial : Menarik diri

Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Interaksi : 1 Jam 10.00 WIB Tgl 27-10-2003

Pertemuan 1
1. Proses keperawatan

1. Kondisi Klien

Menyendiri, bingung, lambat, kontak mata kurang, pembicaraan lambat dan diulang-ulang.

2. Diagnosa keperawatan

Gangguan interaksi sosial :

3. TUK

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

4. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Membina hubungan saling percaya

 Bina hubungan saling percaya : slam terapeutik, ciptakan lingkungan terapeutik.

 Beri kesempatan klien ungkapkan perasaanya.

 Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati

1. Strategi Komunikasi

1. Orientasi

1. Salam terapeutik

“ Selamat pagi mbak ? boleh kenalan ngaak ? nama saya suster Yenny, panggil saya mbak Y
Unibraw Malang, saya yang akan merawat mbak selama 2 minggu ini, mulai tanggal 27 s/d
2. Evaluasi/ validasi

“ Bagaimana perasaan mbak sekarang ? Tidurnya bagaimana tadi malam ?”.

3. Kontrak

“ Mbak nanti kita cerita-cerita kenapa mbak sampai dibawa kesini ? bersedia khan ? nggak la
bersedia khan ?

2. Kerja

“ Mbak namanya siapa ? asalnya dari mana ? biasa dipanggil apa ? gimana perasaaanya hari in
bingung ? Mbak sekarang dimana ? dirumah ada siapa saja ? anaknya dengan siapa ?

3. Terminasi

1. Evaluasi subyektif

“ Bagaimana perasan mbak sekarang setelah bercakap-cakap dengan saya ?”.

2. Evaluasi obyektif

“ Coba masih ingat nama saya ? terus coba sebutkan lagi kenapa mbak dibawa kesini ? bag

3. Rencana tindak lanjut

“ Baiklah mbak karena waktu kita sudah habis kita sudahi sampai disini ya, besok kita nomon

4. Kontrak

“ Besok kita ketemu lagi disini jam 08.00 WIB kita akan nobrol tentang mengapa mbak dibaw
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Interaksi : II Jam 08.00 WIB Tgl 28-10-2003

Pertemuan 2

Proses Keperawatan

1. Kondisi klien

Menyendiri, bingung, gerakan lambat, pembicaraan kurang dan diulang-ulang.

2. Diagnosa keperawatan

Gangguan interaksi sosial : menarik diri b/d

3. TUK
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

4. Rencana tindakan keperawatan

1. Membina hubungan saling percaya

 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, ciptakan lingkungan terapeutik.

 Beri kesempatan klien ungkapkan perasaanya

 Dengarkan ungkapan klien dengan empati

Strategi Komunikasi

1. Orientasi

1. Salam terapeutik

“ Selamat pagi mbak ? masih ingat saya ? nama mbak Winarti khan ? sebenarnya mbak Win

2. Evaluasi/validasi

“ Bagaimana perasaan mbak Win sekarang ?”.

3. Kontrak

“ Mbak Win, pagi ini sesuai dengan janji kita, kita akan ngobrol-ngobrol ya khan ? saya harap
kepada saya, bagaimana ? tidak lama koq, 15 menit saja ?

2. Kerja

“ Mbak Win coba sih ceritakan kenapa mbak Win bisa sampai dibawa kesini ?, mbak Win tahu t
“ Bagaimana perasaan mbak Win selama disini ?’.

3. Terminasi

1. Evaluasi subyektif

“ Bagaimana perasaan mbak Win sekarang ?’.

2. Evaluasi obyektif

Coba mbak Win sebutkan lagi kenapa mbak win dibawa kesini ? ya ada lagi ?”.

3. Rencana Tindak lanjut

“ Baiklah mbak Win waktu kita sudah habis, besok kita ngobrol-ngobrol lagi tentang apa yang
terdengar suara-suara itu !’.

4. Kontrak

“ Besok jam 08.00 WIB kita ketemu lagi ya ?, kita ngobrol dimana ? jangan lupa ya ?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Interaksi : III Jam 08.00 WIB Tgl 29-10-2003

Pertemuan 3

1. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien

Kontak mata baik, tertawa dan tersenyum, mengerti alur pembicaraan, mau menyapa.

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan interaksi sosial : menarik diri b/d

3. TUK

2. Klien dapat mengenal halusinasinya

4. Rencana tindakan keperawatan

 Lakukan kontak sering tapi singkat

 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya

 Bantu klien untuk mengenal halusinasinya

 Diskusikan dengan klien :


. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi

. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi

 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halisinasi

2. Strategi Komunikasi

1. Orientasi

1. Salam terapeutik

“ Selamat pagi mbak Win ? bagiamana tidurnya tadi malam ?”.

2. Evaluasi/validasi

“ Bagaimana perasaanya sekarang ?”.

3. Kontrak

“ Mbak Win …..kita pagi ini ngobrol disini saja ya ?, jam 08.15 WIB s/d 09.00 WIB ya ?”.

2. Kerja

“ Mbak Win selama ini apa sih yang mbak Win rasakan, mbak dengar suara-suara ya ? suara-su
muncul dalam satu hari ? kapan suara-suara itu muncul ? lalu apa yang mbak rasakan sewaktu

3. Terminasi

1. Evaluasi subyektif
“ Bagaimana perasaan mbak Win sekarang setelah tadi kita berbincang-bincang ?”.

2. Evaluasi obyektif

“ Coba mbak Win sebutkan lagi suara-suara yang mbak dengar ?, jadi berapa kali ?”. Bagus

3. Rencana tindak lanjut

“ Iya…mbak Win sudah bagus hari ini karena sudah bisa menceritakan kepada saya, Nanti k
diingat lagi mungkin ada yang terlupa !”.

4. Kontrak

“ Nanti jam 10.00 WIB kita ketemu lagi ya ?”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Interaksi : IV Jam 10.00 WIB Tgl 29-10-2003

Pertemuan 4
1. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien

Mau diajak bicara, stimulus dari perawat dulu, kontak mata baik, sering bengong

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan interaksi sosial : menarik diri b/d

3. TUK

2. Klien dapat mengenal halusinasinya

4. Rencana tindakan keperawatan

 Lakukan kontak sering tapi singkat

 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya

 Bantu klien untuk mengenal halusinasinya

 Diskusikan dengan klien :

. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi

. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi

 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halisinasi

2. Strategi Komunikasi
1. Orientasi

1. Salam terapeutik

“ Selamat siang mbak Win kita ngomong-ngomong lagi yuk ?

b. Evaluasi/validasi

“ Bagaimana perasaanya sekarang ?”.

2. Kontrak

“ Mbak Win …..kita ngobrol disini saja ya ?, tidak lama koq 15 menit cukup, bersedia ?”.

2. Kerja

“ Mbak Win masih dengar suara-suara ya ? suara-suaranya mbak kenal nggak ? apa sih bunyin
itu muncul dalam satu hari ? kapan suara-suara itu muncul ? lalu apa yang mbak rasakan sewa

3. Terminasi

1. Evaluasi subyektif

“ Bagaimana perasaan mbak Win sekarang setelah tadi kita berbincang-bincang ?”.

2. Evaluasi obyektif

“ Coba mbak Win sebutkan lagi suara-suara yang mbak dengar ?, Bagus sekali !”.

3. Rencana tindak lanjut


“ Iya…mbak Win sudah bagus hari ini karena sudah bisa menceritakan kepada saya, kalau b
bunyinya apa dan kapan suara suara itu muncul !, besok kita ngobrol-ngobrol lagi ya ?

4. Kontrak

“ Besok jam 10.00 WIB kita ketemu lagi ya ?” di ruang televisi ya ?”.
Tags: jovan
0 comments share

Kehamilan Fisiologis

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa : ENDRA AMALIA


NIM : 9901075013-72
Masalah Kesehatan : Kehamilan Fisiologis
Defenisi : Kehamilan merupakan pertemuan sel sperma dan sel telur di daerah ampulatuba faopii (bagian luar saluran
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR

(dikaitkan dengan patologi, insiden dan diagnosisis penyakit)


Sistem Reproduksi:

Meningkatnya sirkulasi darah ke organ reproduksi, karena estrogen

1. Serviks: mengeluarkan mucus yang kental/operculum menghambat masuknya bakteri kedalam uterus.
2. Uterus: hegars/pembesaran uterus

3. Vagina: tanda Chadwick’s (keunguan), leukorrhea/sekresi berwarna putih meningkat, meningginya derajat ransan

Sistem Integumen

1. Payudara: membesar, puting menonjol dan keras, kolostrum, ariola hiperpigmentasi


2. Abdomen: strie grafidarum, pigmentasi

3. Wajah: pigmentasi

4. Perspirasi dan sekresi kelenjar lemak: kelenjar keringat/sebasea menjadi lebih aktif

Sistem Endokrin

1. Ovarium dan plasenta: menghasilkan estrogen dan progesteron


2. Kelenjar tiroid: mengalami pembesaran, BMR meningkat 20 % karena Oksigen yang dibutuhkan lebih banyak

3. Kelenjar para tiroid: ukuran membesar, menghasilkan kalsium untuk janin

4. Pankreas: menghasilkan insulin yang lebih banyak, wanita hamil cenderung kurang mampu mengatasi jumlah gu
sehingga mengeluarkan gula kedalam urine membutuhkan pengawasan medis yang berkelanjutan.

Sistem Kardiovaskuler

1. Estrogen meransang kelenjar aldrenal menghasiklkan alddosteron menyebabkan retensi garam dan air
2. Uterus yang membesar menekan vena-vena yang mengaliri darah kedaerah pelvikdan ekstremitas bawah sehingga tekan
syndrome pucat sementara, pusing dan klamines

3. Psedoanemia (anemia fisiologis) karena meningkatnya volume plasma menyebabkan hemodilusi. Sedangkan eritrosit men

Sistem Muskuloskeletal

1. Gigi, tulang dan persendian: membutuhkan kalsium dan fosfor lebih banyak terpenuhi dengan dengan diit seimba
2. Karies gigi disebabkan karena saliva yang asam sehingga membantu aktivitas penghancuran bakteri.

3. Otot: Kram otot dan tungkai karena metabolisme kalsium dan fosfor, kurangnya drainasi sisa metabolisme otot, p

Sistem pernafasan

1. Paru-paru dan pernafasan: bentuk rongga dada berubah karena diafragma terdorong oleh pertumbuhan
2. Membran mukosa: bengkak seperti alergi pada memberan mukusa. Gejala: serak, hidung tersumbat, dis
penciuman menurun

Sistem gastrointestinal: Kadar progesterone meningkat menyebabkan;

1. Ganggunan keseimbangan cairan tubuh


2. Meningkat kadar kolesterol darah

3. Menurun kontraksi otot polos

4. Sekresi saliva menjadi asam dan banyak

5. Asam lambung menurun

6. Menurun peristaltic usus ~ konstipasi, ~ mual, kembang dan muntah

7. Hemeroid

Sistem perkemahan

1. Sering BAK
2. Diolonepritis karena dilatasi ginjal dan ureter, peristaltic uretra menurun sehingga gerakan urine ke kandung kemih lambat

Sistem pernafasan

Kaku lengan, tangan, 1 jari ~ merupakan masalah mekanis dapat dihilangkan dengan meyokong bahu dengan bantal pada malam
siang hari
Masalah Keperawatan Masalah Kolaborasi

1. Konstipasi
2. Gatal

3. Badan berbau

4. Kram

5. Leukorrhea berlebihan

6. BAK sering

1. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urine lengkap

2. USG

2. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi sehubungan dengan menurunnya peristaltic usus karena tingginya kadar progesterone.

2. Gangguan rasa nyaman pembesaran payudara sehubungan dengan peningkatan sirkulasi darah oleh ho

3. Gangguan rasa nyaman gatal pada abdomen sehubungan dengan peregangan dinding abdomen.

4. Gangguan bau badan sehubungan dengan peningkatan produksi kelenjar keringat/ sebasea.

5. Kram sehubungan dengan meningkatnya metabolisme kalsium dan fosfor.

6. Meningkatnya sekresi vagina/leukorrhea/keputihan sehubungan dengan meningkatnya sirkulasi darah o

7. Gangguan istirahat tidur sehubungan dengan sering BAK.

3. Intervensi
1. Dx 1: Konstipasi sehubungan dengan menurunnya peristaltic usus karena tingginya kadar progesterone.

1. Mengkaji pola BAB klien.

2. Menjelaskan bahwa penyebab konstipasi pad ibu hamil adalah menurunnya peristaltic usus karena tingginya kad

3. Menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan

4. Menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat dan cairan yang seimbang.

5. Kolaborasi pemberian laxantif untuk pengososngan usus/rectum.


2. Dx 2: Gangguan rasa nyaman pembesaran payudara sehubungan dengan peningkatan sirkulasi darah oleh horm

1. Mengkaji keadaan payudara: pembesarnnya, putting (apakah menonjol atau tidak), ariola (apakah hyperpigmenta

2. Menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan

3. Menimbang berat badan klien.

4. Menganjurkan untuk memelihara payudara selama kehamilan.

5. Menganjurkan untuk memakai BH yang menopang payudara.

3. Dx 3: Gangguan rasa nyaman gatal pada abdomen sehubungan dengan peregangan dinding abdomen.

1. Kaji keadaan abdomen klien: strienya (banyak atau tidak), pigmentasinya

2. Menganjurkan agar tidak menggarut derah abdomen, cukup dengan mengusap-usap permukaan abdom

3. Menganjurkan untuk menjaga personel higien karena selama kehamilan keringat berlebihan, berminyak

4. Menganjurkan pemberian lotion agar memperlicin permukaan perut saat pengusapan sehingga mengura

4. Dx 4: Gangguan bau badan sehubungan dengan peningkatan produksi kelenjar keringat.

1. Jelaskan kepada klien bahwa selama kehamilan terjadi peningkatan kelenjar keringat dan berminyak.

2. Anjurkan untuk mandi, keramas, ganti pakaian secara teratur.

3. Anjurkan memakai deodoran untuk menghilangkan bau badan

4. Anjurkan untuk tidak memakai pakaian yang ketat dan tebal

5. Dx 5: Kram sehubungan dengan meningkatnya metabolisme kalsium dan fosfor.

1. Menjelaskan kepada klien penyebab kram.

2. Menganjurkan untuk tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang berat.

3. Menganjurkan untuk melakukan kompres keringat.

4. Istirahat yang cukup dengan kaki ditinggikan.

6. Dx 6: Meningkatnya sekresi vagina/leukorrhea/keputihan sehubungan dengan meningkatnya sirkulasi darah oleh

1. Mengkaji keadaan leukorrhea yang meliputi: jumlah, warna dan bau

2. Jelaskan bahwa selama kehamilan sirkulasi darah vagina meningkat sehingga terjadi peningkatan sekre
3. Menganjurkan untuk memelihara kebersihan tubuh terutama daerah vagina

4. Memeriksakan diri secara teratur selama kehamilan

7. Dx 7: Gangguan istirahat tidur sehubungan dengan sering BAK.

1. Kaji istirahat tidur klien

2. Kaji keadaan BAK klien meliputi; frekuensi, jumlah, warna dan baunya.

3. Jelaskan bahwa selama kehamilan terjadi peningkatan frekuensi BAK karena penekanan kandung kenc

4. Anjurkan untuk tidak minum saat menjelang tidur.

Buku sumber:

Cohen, Susan M, (1991) Maternal, Neonatal, and Women’s Health Nursing, Springhouse Corporation, Pennsylvania.

Hamilton, Persis Mary, (1995) Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta.

Kim, Mi Ja, et al, (1995) Diagnosa Keperawatan (Pocket Guide to Nursing Diagnoses), EGC, Jakarta.

__________(1980) Teknik Keluarga Berencana, Unpad

Tags: jovan
0 comments share

intra Uterine Device (IUD)

LAPORAN PENDAHULUAN

NAMA MAHASISWA: AMBO DALLE N I M: 9901075005-72

Masalah Kesehatan: Intra Uterine Device

Definisi: Merupakan suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terb

Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar (dikaitkan dengan patologi, insiden dan diagnosis penyakit)

Cara Kerja IUD

1. IUD menimbulkan reaksi radang setempat ditandai bertambahnya sel darah putih pada permukaan dinding rah
dihancurkan (diphagocytose) oleh darah putih.
2. IUD menimbulkan halangan mekanik dalam uterus. Makin luas permukaan IUD, makin tinggi kemanjurannya.

3. Tembaga (Cu) yang terdapat dalam IUD mencegah kehamilan sehingga mempengaruhi reaksi biokimia di dala

4. IUD dalam uterus menyebabkan perubahan endometrium sehingga telur yang sudah dibuahi dan masak sanga

5. IUD menyebabkan meningkatnya prostaglandin dalam rahim yang akan merangsang kontraksi uterus.

IUD Dapat Dipasang

1. Bersuami dan persetujuan suami


2. Pernah melahirkan

3. Tidak ada kontra indikasi: kehamilan, infeksi alat kandungan, perdarahan abnormal, kelainan organic alat kand

IUD Dipasang Setelah Melahirkan

1. Pemasangan dini 2 – 4 hari sesudah persalinan


2. Pemasangan biasa, 40 hari sesudah persalinan.

3. Waktu haid pada hari ke 3.

4. Setelah keguguran (2-4 hari)

Efek Samping

1. Rasa mules dan nyeri.


2. Perdarahan.

3. Keputihan.

4. Infeksi panggul.

5. Perforasi.

6. Ekspulsi.

7. Kehamilan.

Cara Menanggulangi

1. Bila terjadi akibat sampingan – rujuk


2. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) diangkat – rujuk

Keuntungan AKDR

1. Efektifitasnya tinggi dan kegagalan 2%


2. Dapat dipakai jangka waktu relatif lama

3. Ekonomis
4. Praktis

5. Mudah diangkat jika diinginkan


Masalah Keperawatan

1. Perdarahan/spotting sehubungan dengan iritasi mekanik dinding rahim


2. Nyeri sehubungan dengan kontraksi uterus

3. Gangguan rasan yaman (gatal) sehubungan dengan four albus

4. Gangguan hubungan sexual sehubungan dengan nyeri coitus atau disparania

5. Spiritual distress sehubungan dengan pemasangan IUD

Masalah Kolaborasi: Perdarahan

Intervensi Keperawatan

1. Dx 1: Perdarahan/spotting sehubungan dengan iritasi mekanik dinding rahim.

1. Kaji tingkat perdarahan atau spotting

2. Jelaskan penyebab perdarahan atau spotting

3. Kolaborasi pemberian antifibronolytik

2. Dx 2: Nyeri sehubungan dengan kontraksi uterus

1. Kaji tingkat nyeri

2. Jelaskan bahwa penyebab nyeri adalah karena kontraksi uterus akibata dari pada pemasangan IUD

3. Jelaskan teknik relaxasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri

4. Mengalihkan perhatian klien terjadap hal-hal yang menyenangkan misalnya mendengarkan musik den
nyeri karena pelepasan endorfin

5. Kolaborasi pemberian analgesik

3. Dx 3: Gangguan rasan yaman (gatal) sehubungan dengan four albus


1. Kaji tingkat gangguan rasa nyaman gatal

2. Jelaskan penyebab gatal

3. Menganjurkan untuk menjaga kebersihan diri terutama daerah vagina

4. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan yang dapat mengurangi rasa gatal.


4. Dx 4: Gangguan hubungan sexual sehubungan dengan nyeri coitus atau disparania

1. Kaji tingkat gangguan sexual (nyeri coitus)

2. Jelaskan kepada pasangan (suami/istri) nyeri coitus/disparenia disebabkan oleh erosiporsio karena be

3. Menganjurkan untuk memeriksa diri sesegera mungkin apabila nyeri sexual bertambah berat

4. Kolaborasi pemberian obat analgesik dan antibiotik

5. Dx 5: Spiritual distress sehubungan dengan pemasangan IUD

1. Menyediakan waktu yang cukup sehingga klien menjadi senang untuk membagi perasaan, perhatian dan kekh

2. Mendengarkan secara aktif ungkapan perasaan klien.

3. Mempelajari latar belakang keluarga dan latar belakang agama serta efeknya pada pilihan kontrasepsi.

4. Kolaborasi rujuk keahli spiritual

Buku sumber:

Cohen, Susan M, (1991) Maternal, Neonatal, and Women’s Health Nursing, Springhouse Corporation, Pennsylvania.

Kim, Mi Ja, et al, (1995) Diagnosa Keperawatan (Pocket Guide to Nursing Diagnoses), EGC, Jakarta.

__________(1980) Teknik Keluarga Berencana, Unpad

LAPORAN PENDAHULUAN

NAMA MAHASISWA: ENDRA AMALIA N I M: 9901075013-72

Masalah Kesehatan: intra uterine device

Definisi: Merupakan suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya bemacam-macam, terbu

Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar (dikaitkan dengan patologi, insiden dan diagnosis penyakit)

Cara Kerja IUD


1. IUD menimbulkan reaksi radang setempat ditandai bertambahnya sel darah putih pada permukaan dinding rah
dihancurkan (diphagocytose) oleh darah putih.
2. IUD menimbulkan halangan mekanik dalam uterus. Makin luas permukaan IUD, makin tinggi kemanjurannya.

3. Tembaga (Cu) yang terdapat dalam IUD mencegah kehamilan sehingga mempengaruhi reaksi biokimia di dala

4. IUD dalam uterus menyebabkan perubahan endometrium sehingga telur yang sudah dibuahi dan masak sanga

5. IUD menyebabkan meningkatnya prostaglandin dalam rahim yang akan merangsang kontraksi uterus.

IUD Dapat Dipasang

1. Bersuami dan persetujuan suami


2. Pernah melahirkan

3. Tidak ada kontra indikasi: kehamilan, infeksi alat kandungan, perdarahan abnormal, kelainan organic alat kand

IUD Dipasang Setelah Melahirkan

1. Pemasangan dini 2 – 4 hari sesudah persalinan


2. Pemasangan biasa, 40 hari sesudah persalinan.

3. Waktu haid pada hari ke 3.

4. Setelah keguguran (2-4 hari)

Efek Samping

1. Rasa mules dan nyeri.


2. Perdarahan.

3. Keputihan.

4. Infeksi panggul.

5. Perforasi.

6. Ekspulsi.

7. Kehamilan.

Cara Menanggulangi

1. Bila terjadi akibat sampingan – rujuk


2. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) diangkat – rujuk

Keuntungan AKDR

1. Efektifitasnya tinggi dan kegagalan 2%


2. Dapat dipakai jangka waktu relatif lama

3. Ekonomis

4. Praktis

5. Mudah diangkat jika diinginkan

IUD SECARA TEORITIS

1. Biologis 2. Psiklogis 3. Spritual 4. Sosial

- Perdarahan - Cemas - Kepercayaaan -

* Masa Menstruasi yang menunjang - Gelisah keagamaan -

* Spotting - Khawatir - -

- Infeksi - - -

- Nyeri - - -

- Ekspulsi - - -

- Perforasi - - -
Masalah Keperawatan

1. Klien mengatakan bahwa ia memakai alat kontrasepsi karena tidak ingin hamil.
2. Klien kelihatan gelisah dan cemas

3. Klien membutuhkan kontrasepsi yang cocok untuk mencegah kehamilan. Klien sangat membutuhkan informas

Masalah Kolaborasi: Pemeriksaan panggul dan dada.

Tujuan

1. Klien mengetahui/memahami tentang alat kontrasepsi


2. Membicarakan keyakinan agamanya dan efek perasaannya

3. Klien memahami bahwa ia sangat membutuhkan kontrasepsi

4. Klien dapat memilih kontrasepsi yang cocok untuk dia.

Intervensi Keperawatan
1. Menyediakan tempat tersendiri untuk mendiskusikan alasan-alasan untuk kunjungan ini. Yakinkan klien bahwa
2. Menyediakan waktu yang cukup sehingga klien menjadi senang untuk membagi perasaan, perhatian dan kekh

3. Mendengarkan secara aktif ungkapan perasaan klien.

4. Mempelajari latar belakang keluarga dan latar belakang agama serta efeknya pada pilihan kontrasepsi.

5. Menjelaskan berbagai metoda kontrasepsi untuk klien

6. Memberi catatan informasi mengenai metoda kontrasepsi pada klien untuk pertimbangan

7. Menyediakan waktu bagi klien untuk mempertimbangkan berbagai metode.

Rasionalnya:

1. Klien akan merasa aman di tempat yang tersendiri dan tidak ada gangguan.
2. Melindungi klien dari perasaan buru-buru dan dapat mengambil keputusan dari pertimbangannya.

3. Klien dapat mempercayai perawat dan membagi kepercayaannya.

4. Kelak akan menyenangkan dengan keputusannya, klien ingin mengerti sekarang. Itu dipengaruhi oleh keluarga

5. Mendapatkan informasi untuk menentukan pilihan yang tepat/cocok untuknya.

6. Klien dapat mempelajari informasi tertulis dan memeliharanya untuk referensi.

7. Memberi waktu kepada klien untuk mempertimbangkan secara penuh.

Buku sumber:

M. (1991) Maternal, Neonatal, and Women’s Health Nursing, Springhouse Corporation, Pennsylvania.

---------------- (1980) Teknik Keluarga Berencana, Unpad

Tags: jovan
0 comments share

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

INSUFISIENSI AORTA
I. Pengertian

Suatu keadaan dimana terjadi refluk (aliran balik) darah dari aorta kedalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi

II. Etiologi
1. Rheumatic Heart Disease ( RHD )

2. Non RHD :

 Endokarditis infeksi

 Kelainan congenital

 Hipertensi

III. Tanda dan Gejala

1. Rasa lelah

2. Dyspnea saat aktivitas

3. Palpitasi

4. Angina dengan hipertropi ventrikel kiri

5. Tekanan diastolik rendah

6. Radiogram dada :

 Pembesaran ventrikel kiri

 Dilatasi aorta proksimal

7. Elektrokardiogram :

- Hipertropi ventrikel kiri

8. Auskultasi :

- Bising diastolic
- Bising austinflint yang khas

- Sistolic Ejection Click disebabkan oleh peningkatan volume ejeksi

9. Temuan hemodinamik :

- Pengisian dan pengosongan denyut arteri yang cepat

- Tekanan nadi melebar disertai peningkatan tekanan sistemik dan penurunan tekanan diastolic

10. Kateterisasi jantung :

- Ventrikel kiri tampak opag selama penyuntikan bahan kontras kedalam pangkal aorta

IV. Patofisiologi

Sirkulasi perifer yang hiperdinamik

V. Pengkajian

Riwayat Keperawatan

1. Keluhan

- Dada terasa berat dan palpitasi

- Anoreksia dan Vomiting

- Lethargi dan Fatigue

- Insomnia
- Sesak nafas saat beraktivitas

2. Riwayat penyakit : Hipertensi renal, angina, IMA, DM, Dysritmia

3. Riwayat Diet : Intake gula, garam, lemak, kafein, dan Alkohol

4. Posture, gelisah,cemas

V. Pemeriksaan Penunjang

1. Gambaran ECG yang menunjukkan adanya hipertropi ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang menunjukkan stri
2. Aortography

3. Peningkatan cardiac iso enzim (cpk & ckmb)

4. Rontgen thorax  cardiomegali dan infiltrate paru.

VI. Proses Keperawatan

A. Pengkajian

Riwayat Keperawatan

1. Keluhan

- Dada terasa berat dan palpitasi

- Anoreksia dan Vomiting

- Lethargi dan Fatigue

- Insomnia

- Sesak nafas saat beraktivitas

2. Riwayat penyakit : Hipertensi renal, angina, IMA, DM, Dysritmia

3. Riwayat Diet : Intake gula, garam, lemak, kafein, dan Alkohol


4. Posture, gelisah,cemas

2. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan Perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan cardiac output sekunder

2. Resiko tinggi terhadap ketidakseimbangan volume cairan (kelebihan) berhubungan dengan peningkatan retens

3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidaksimbangan supplay oksigen dan kebutuhan oksigen jaringan

4. Ansietas berhubungan dengan prognosa penyakit jantuing

C. Intervensi

Dx. I :

Data Penunjang

Mengeluh sesak nafas, badan panas, cepat lelah, pusing, mual, nyeri dada, palpitasiO : BP menurun, MAP abnormal, t
pulsus paradoks, JVP > 3 cm H2O, Cyanosis

Kriteria Hasil

Keluhan hilang, ABG normal, pola EKG, isoelektrik, Vital sign dan cardiac isoenzim dalam batas normal , tanda pulsus

Intervensi :

1. Evaluasi vital sign


2. Evaluasi bunyi jantung, pericardial friction rub, CVP

3. Observasi tanda dan gejala yang mungkin merupakan indikasi berkembangnya kegagalan
4. Observasi tanda – tanda toxicitas digitalis

5. Pertahankan patensi jalur IV

6. Bila muncul tanda – tanda tamponade,maka letakkan klien dalam posisi fowler damn observasi tanda

7. Kolaborasi dengan team medis untuk tindakan :

1. Oksigenasi konsentrasi 24 % - 25 % dengan kecepatan aliran 2 – 3 liter permenit

2. Digitalis, diuretic, anti disritmia

3. Antibiotik per parenteral

4. Pericardiocentesis

Dx II

Data Penunjang :

Berat badan meningkat, Adanya Edema

Kriteria Hasil :

Keseimbangan output dan input cairan, berat badan stabil, tanda vital dalam rentang normal, dan tid

Intervensi :

1. Pantau masukan dan pengeluaran, catat keseimbangan cairan, timbang berat badan tiap hari.
2. Auskultasi bunyi nafas dan jantung

3. Kaji adanya distensi vena jugularis

4. Pantau Tekanan Darah

5. Catat laporan dyspnea, ortopnea, Evaluasi adanya edema

6. Jelaskan tujuan pembatasan cairan

7. Tindakan Kolaborasi : Berikan diuretik


8. Pantau elektrolit serum khususnya kalium

9. Berikan cairan IV melalui alat control

10. Berikan cairan sesuai indikasi

11. Berikan batasan diet natrium sesuai indikasi

Dx. III

Data Penunjang :

Laporan verbal kelemahan atau fatigue

Kecepatan jantung abnormal atau TD tidak berespon terhadap aktivitas

Ketidaknyamanan kerja atau dyspnea

Intervensi :

1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut : Nadi 20 per menit diatas frekuensi is
kelelahan berat, berkeringat, pusing dan pingsan
2. Kaji kesiapan pasien untuk meningkatkan aktivitas

3. Dorong memajukan aktivitas

4. Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi

5. Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih periode

Dx IV

Data Penunjang :

Rangsang simpatis, eksitasi, kardiovaskuler, gelisah, insomnia

Peningkatan tegangan, ketakutan

Peningkatan ketidakberdayaan ; Takut konsekuensi yang tak khusus


Ketidakpastian ; Fokus pada diri sendiri

Intervensi :

1. Pantau respon fisik ; contoh palpitasi ; takikardi ; gerakan berulang


2. Berikan tindakan kenyamanan

3. Koordinasikan waktu istirahat dan aktivitas saat senggang tepat untuk kondisi

4. Dorong ventilasi perasaan tentang penyakit efeknya terhadap pola hidup dan status kesehatan akan dating

5. Anjurkan pasien melakukan teknik relaksasi

6. Kaji ketidakefektifan koping dengan stresor

Daftar Pustaka

Dongoes dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Merencanakan dan Pendokumentasian Perawa
Jakarta

Hudak, Gallo. 1997. Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik.Ed.VI. Vol.I. EGC : Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN NY Z. DENGAN GI P0000 A

T/H INTRA UTERIN INPARTU KALA I FASE LATE

DI KABER RSSA MALANG TANGGAL 1 SEPTEMBER

OLEH :

HARDITYO FAJARSIWI

DEFI ANDRIANTO

SITI JUWARIYAH

NAILIL BAROROH

ELY NUFRIYANTI

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDON

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MALAN

TAHUN 2004

Tags: jovan
0 comments share

Konsep Bermain

BAB I

PENDAHUAN

1. Latar Belakang

Dunia anak-anak identik dengan masa bermain. Dalam aktifitas bermain anak menemukan medra pembelajaran
pekerjaan dari anak-anak (Wong, 1992 hal 131) sedangkan menurut millor Bf dan keare CB, 1983 bermain adalah cara
konflik.

Bermain tidak sekerdar mengisi waktu tapi juga merupakan kebutuhan. Anak merupakan bagian variasi permainan unt
emosi, dari aktivitas bemain anak melatih otot-otot serta kepekaan indera, mereka juga menggunakan seluruh emosi, p

Begitu konfeksnya bermain bagi anak hingga orang tua dan kita para tenaga kepera. Watan perlu mengfasilitasi
permaianan yang tapat dan mendidik, untuk itulah muncul istilah anak permainan indukatif (APE) yang dia artikan seba
perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat perkembangannya. Kita perlu menyeleksi alat-alat permainan yan
kembang menjadi optimal.

Alat permaian indukatif sangat di butuhkan dalam masa infant, terutama jika kita melihat banyak sekali perubaha
indukatif dapat mengoptimalkan untuk memfasilitasi masa tubuh kembang infant.

2. Tujuan

1. Tujuuan Umum.
Mengetahui, menjelaskan dan mengaplikasikan APE bagi anak dalam masa infant.

2. Tujuan Khusus.

a). Mangetahui karakteristik perkembangan masa infant.

b). Memgetahui fungsi bermain pada masa infant.

c). Mengetahui alat-alat yang cocok untuk masa infant.

C. Batasan Masalah

Makalah ini membahas alat permainan edukatif bagi anak dalam masa infant.

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Konsep Bermain.
1. Pengertian bermaian.

1. Menurut Donna L. wong, 1992.

Bermaian adalah bekerja dalam pandangan anak-anak.

2. Menurut mrller Bf dan keane CB, 1983.

Bermain adalah cara alamiah untuk mengukapkan konflik dalam diri yang tidak di sadari.

3. Menurut foster, 1989.

Bermaian adalah kegiatan yang di lakuakan atas keinginan sendiri untuk peroleh kesenangan.

1. Bentuk permaian menurut soetjiningsih 1995.

1. Bermain aktif contohnya.


1. Exploratory play.

2. Construction play.

3. Dramatic play.

4. Bermaian bola, tali dsb.

2. Bermaian pasif.

Dalam hai ini bermaian pasif hanya mengandung unsur melihat dan mendengar. Bermaian pasif ideal di te
bermain aktif dan sudah bosan.

Contoh : permaian pasif adalah menonton TV, mendengar musik, melihat gambar, dsb.

3. Fungsi bermaian menurut Donnal Wong 1992.

Fungsi bermaian antara lain.

1. Pengembangan aspek sensori imotor.


2. Perkembangan intelektual.

3. Perkembangan sosial.

4. Membangun kreaktifitas.

5. Membentuk kesadaran diri.

6. Menjalankan therapy.

7. Membentuk moral.

4. Keuntungan bermain menurut Soetjiningsih 1995 dalam buku tumbuh kembang anak.

Keuntungan bermain adalah sebagai berikut :

1. Membuang eksta energi.


2. Mengotimalkan pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh.

3. Merangsang nafsu makan.


4. Pembelajaran mengontrol diri.

5. Perkembangan keterampilan dan kreaktifitas.

6. Mengenali lingkungan sekitar lewat benda-benda.

7. Cara mangatasi marah, kuatir dan berduka.

8. Kesempatan bergaul dengan anak lain.

9. Belajaran mengikuti aturan.

10. Mengembangkan kemampuan intelektual.

11. Belajar menjadi pihak yang kalah atau menang.

2. Konsep perkembangan bermain pada infont.

1. Perkembangan infont.

Melihat secara visual pada jarak dekat dan peka terhadap warna-warna yang mencolok. Mengenal dan mende
tersebut, peka terhadap sentuhan dan belajar panas dan dingin.

2. Tujuan bermain untuk perkembangan infont


1. Melatih reflek ( menghisap, menggenggam).

2. Melatih keodinasi mata dan tangan.

3. Melatih mngenal sumber suara.

4. Malatih kepekaan perobatan.

5. Melatih keterampilan dengan gerakan berulang-ulang.

3. Alat pemainan yang di anjurkan.

1. Benda yang aman di masukan mulut atau di pegang.

2. Gambar atau bentuk muka.


3. Boneka orang atau binatang.

4. Alat yang bersuara.


BAB III

TINJAUAN KASUS

Agnes seorang anak masa infont (11 bulan) di belikan mainan oleh ayahnya seperangkat boneka bebek lengkap
ekor anaknya. Mainan itu terbuat dari kaet lunak dan berwarna kuning, bila di pencet luarnya bebunyi.

Setrap bermainan agnes memanut-manut dan kadang menggigit mainan itu, kelihatannya ia senang dengan ma
BAB IV

PEMBAHASAN

Bermaian boneka bebek bagi infont di anggap sebagai kerja dan menggali kesenangan serta mengekspresikan p
boneka bebek termasuk dalam eksploratif play di mana pada permainan itu di rangsang perkembangan sensori, motar
diri. Bermain boneka bebek mengfasilitasi perkembangan sensor motorinya ketika si anak mampu menangkap visual a
mencolok karena konstan berwarna kuning atau mencolok. Sentuhan di rangsang dengan teksturnya yang lunak dan a
merangsang fungsi pendengaran anak.

Anak dapat menyalurkannya kesenangannya sembari memanfaatkan extra energi. Perkembangan si anak juga d
dan benda-benda di sekitarnya.
Emosi si anak juga di latih untuk di kendalikan ketika ia sudah bosan atau ketika ia harus berbagi dengan teman
pengembangan intelektual. Dengan perangsangan indra penglihatan, pendengaran dan sentuhan. Anak di motivasi un
terus-menerus maka kreaktivitas anak juga akan tereksplorosi.

BAB V

PENUTUP

1. kesimpulan
1. Bermain adalah bekerja dalam dunia anak, dari dalamnya terdapat upaya untuk mencari kese

2. Infont mengalami perkembangan visual, pendengaran dan taktil yang masih sederhana.

3. Fungsi bermaian pada masa infant adalah mengoptimalkan aspek visual, taktil dan pendengar

4. Mainan boneka bebek sesuai mengoptimalkan tubuh kembang infant.

2. Saran
1. Orang tua hendaknya memfasilitasi perkembangan otak dan menyesuaikan alat permainannya.

2. Alat pemainan edukatif pada infant tidak perlu modal.

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth, 1994. Psikologi Perkembangan, Sijabod, Rrdwan (Ed). PT. Gelora Aksara Pratama. Jakarta.
Monks, Fj. 1991. Psikologi Perkembangan. Gajah Mada Press. Jogyakarta.

Scetjiningsih. 1995. Tubuh Kembang Anak, Ranah, Gde IBN (Ed). EGC. Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN

STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KEPERAWATAN KYING

1. Proses keperawatan.
1. Kondisi klien.

Klien tanpak murung dgt’kadang seyum-seyum.

2. Diagnosa Klien.

Lying (berbohong).

1. Tujuan khusus.
1. Klien dapat menerima keadaan status sosialnya.

2. Klien mampu berkata jujur kepada perawat atau keluarga.

2. Tindakan keperawatan.
1. Mengucapkan salam dengan ramah.

2. Memperkenalkan diri.

3. Menanyakan keadaan klien.

4. Memberi kesempatan kepada klien untuk mengucapkan masalahnya.

2. Strategi Komonikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

Orientasi

1. Salam feraptutik.

“Slamat siang mbak, nama saya novi dan ini teman saya susy, ibu namanya siapa ?”

2. Evaluasi.

“Bagaimana keadaan mbak hari ini ?”

3. Kontak (Topik, waktu, dan tempat).

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keadaan mbak, sekarang, nggak lama, paling 10 menit saja.

Kerja

 “Selamat siang mbak. “


 “Nama saya novi dan ini teman saya susy.”

 “Apakah ada sesuatu yang di rasakan ?”

 “kenapa mbak sering murung?”

Terminasi

1. Evluasi rispon klien terhadap tindakan keperawatan.


1. Evaluasi Subyektif.

“Bagaimana perasaan mbak setelah ngobrol td ?”


2. Evaluasi obyektif.

Kadang murung kadang seyum dan menatap perawat dengan ragu.

2. Rencana Lanut Klien.

“Pak, bu, sebenarnya keluarga sangat berperan dalam hai ini. Karena anak bapak {ibu malu dengan status sos
butukkan untuk kesembuhan/agar anak ibu dapat menerima keadaan yang sebenarnya.

3. Kontak yang akan datang (topic, waktu, dan tempat).

“Kalau begitu besuk kita ketemu lagi di sini ya.”

“Besuk mbak bertemu jam berapa ? bagaimana kalau ketemu jam 9 pagi.?”

Prolog

Andri adalah seorang mahasiswa. Dia di diagnosa menderita Typhus dan telah di rawat di Rs X selama 5 hari. K
cenderung memiliki ideal diri yang tinggi. Di tidak mau mengakui kenyataan kehidupan keluarganya, di mana ayahnya
dalam pergaulannya dan di hargai orang lain, di sengaja berbohong latar belakang keluarganya.

Karena hal itu dia berada pada suatu dilema antara mengakui setatus keluarganya secara jujur namun di tolak o
tidak jujur sehingga dapat di akui dalam pergaulan di hormati orang lain namun merasa bersalah kerena berbohong.

Suatu hari datang 2 orang perawat ke kamarnya di ruang perawat IBD kelas II Rs X

Pembaca naskah : Opit.

Perawat I : Novi.

Perawat II : Susy.

Ayah : Rianto.

Ibu : Ika Kus.

Dokter : Lukman.

Kakak : Rima.
Pasien : Andri.

Protog

Perawat : “Selamat siang Mas.”

Pasien : “Siang suster (tersenyum kecil).”

Peawat 1 : “Nama saya Novi, dan ini teman saya susy kami mahasiswi akper depkes tingkat II malang. Nama mas siap

Pasien : “Namaku Andri. “

Perawat II : “Bagaimana nih kabarnya ? udah mendingan ?”

Pasien : “Y…gitu d sus !! suster bisa lihat sendiri khan…”

Perawat I : “Gimana kalau kita ngobrol bentar sekarang ? gak lama kok paling 10 menit saja. Oke !”

Pasien : “Mmm…. Ya boleh lah …(tanpak murung dan setengah hati)”

Perawat II : “Kenapa sih, kok murung ? kayaknya lagi ada masalah berat, lagi berantem ?”

Pasien : “Nggak kok sus, Cuma lagi gak enak badan aja.”

Perawat I : “Lho….. ayah ama ibuk kemana ? kok gak nungguin ?”

Pasien : “Mmm…. (meririk perawat yang ragu) ayah ada meting dan mama ada arisan di kompleks rumah kami.”

Klien tidak menyadari bahwa orang tuanya sedang menunggu diluar atas instruksi perawat.

Perawat : “Oh…. Gitu. Y udahlah di maklumi aja. Toh itu semua juga buat mas, hari ini sampe segini aja dulu ya. Besuk
dulu , biar cepat sehat.”

Pasien : “Iya…. Sus. Makasih ya.”

Perawat II : “Besok kira-kira jam 9 pagi kita bertemu lagi y ?”

Pasien : “Baik sus.. terserah suster aja.”


Perawat I : “Baik… kami permisi dulu.”

Di luar kamar, ortu andri menyimak dengan baik pembicaraan anak mereka dengan perawat-perawat tersebut. Setelah
mengikuti mereka dan melakukan konsul di ruang perawat.

Ayah : “Bagaimana anak saya sus ?”

Perawat I : “Pak, bu, sebenarnya keluarga sangat berperan dalan hal ini. Kerena anak bapak dan ibu malu dengan set
sangat di butuhkan untuk kesembuhan atau agar anak ibu dapat menerima keadaan yang seb

Keesokan harinya, saat visite dokter :

Setelah di lakukan pemeriksaan :

Pasien : “Gimana keadaan saya dok ?”

Dokter : “Penyakitnya sudah bisa diatasi, haya saja masih butuh perawatan untuk mengembalikan tenaga saudara.”

Pasien : “Kapan saya bisa pulang dok ?”

Dokter : “Insya allah 2 atau 3 hari. Semua itu tergantung bagaimana anda mematuhi aturan dokter dan perawat di sini.

Pasien : “Ya dong dok ! udah gak betah di sini, sumpek sih..”

Dokter : “Insya allah … jangan mikir macam-macam y.. kalo stres khan jadi sulit sembuhnya.”

Pasien : “Baik dok terima kasih.”

Dokter : Yak… ! ok saya permisi karena masih memeriksa pasien yang lain.

Pasien : “Silahkan dok.”

Tepat jam 9 pagi, novi + sisy menemui pasien dari kamarnya. Tanpak p sedang bercengkrama dengan kakaknya.

Perawat I : “Selamat pagi.”

Kakak + p : “Pagi suster.”


Perawat II : “Bagaimana kabarnya hari ini ?”

Pasien : “Alhamdullilah udah mendingan sus.”

Kakak : “Dia sudah mau makan banyak sus. Tadi pagi aja udah di abisin.”

Perawat I : “Syukur d… mudah-mudahan cepat sehat y…”

Pasien : “Makasih suster.”

Kakak : “Ok ! kayaknya saya meski balik ke kantor lagi sekarang, suster, tolong, saya titip adik saya … kalau nakal cub

Semua pelaku (tertawa) ha ha ha ….

Kakak : “Permisi suster.”

Suster I + II : “O ya… silahkan mbak…!!”

Beberapa menit kemudian :

Suster I : “Gimana nih sekarang ? masih ngerasa ribet ama masalah ?”

Pasien : “Mendingan sus…. Saya baru sadar kalau selama ini sudut pandang saya salah. Saya berbohong sama suste

Suster II : “Iho emangnya bohang kenapa ?”

Pasien : “Sebenarnya ayah saya haya supir taksi dan ibu haya ibu rumah tangga. Rumah kami pun di perkampungan k

Suster I : “Y…. sudah gak papa. Yang penting kamu udah berjiwa besar untuk mengaku salah dan lebih bisa menerima

Suster II : “Semua pasti ada hikmahnya … karena bagai mana pun keadaan kita tidak membatasi peluang untuk menja

Pasien : “Iya sus…. Suster benar !! ha… perasaan saya jadi lebih lega sekarang terima kasih suster.”
Tags: jovan
0 comments share

HIRSCHSPRUNG

MASALAH KESEHATAN :
PENYAKIT HIRSCHSPRUNG : MEGAKOLON AGANGLIONIK

Definisi :

Adalah tidak adanya sel-sel ganglion dalam rectum atau bagian rectosigmoid kolon.

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ( DIKAITKAN

PATOFISIOLOGI, INSIDEN, DAN PROGMOSIS PENYAKIT

Skema :
MASALAH KEPERAWATAN
1. Kurangnya volume cairan dan elektrolit.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.

3. Perubahan pola eleminasi usus.

4. Kurang pengetahuan.

MASALAH KOLABORASI
1. Resiko tinggi terjadi komplikasi hipokalemi, hiponatremia, hipo proteinemia.
2. Resiko tinggi terjadi gagal tumbuh.

3. Resiko tinggi terjadi komplikasi Enterokolitis.

.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Foto abdomen ( terlentang, tegak, telungkup, dekubitus lateral ) diagnostik.
2. Enema barium : retensi barium dan tampak adanya dilatasi kolon proximal dan penyempitan segmen

3. Biopsi rektal : untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.


4. Manometri anorectal : untuk mencatat respon refluks sfingter interna dan ekterna.

5. Pemeriksaan rectum : sfinkter internal menutup ketat dengan eksplosif, cairan feces berbau busuk.

DIAGNOSA PERAWATAN

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya pembatasan diet yang ditentuka
pembuatan kolostomi.
2. Kurangnya volume cairan dan elektrolit behubungan dengan output yang berlebihan.

3. Perubahan eleminasi usus : konstipasi atau diare berhubungan dengan perubahan evakuasi usus melal

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan kurangnya informasi tentang perawatan kolostomi di rumah da

5. Resiko tinggi terjadi komplikasi ; hipokalemi, hiponatremia, hipoproteinemia berhubungan dengan m

6. Resiko tinggi terjadi komplikasi ; Enterokolitis berubungan invasi mukosa dengan patogen enterik.

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kurangnya volume cairan dan elektrolit.

Intervensi :

o Kaji output dan input pasien setiap hari.


o Beri cairan sesuai pesanan.

o Timbang berat badan setiap hari. Kehilangan berat badan 2 % - 4% menunjukkan dehidrasi rin
menunjukkan dehidrasi sedang, lebih dari 9% dehidrasi berat.

o Pantau kadar elektrolit darah, nitrogen urea darah, urine dan serum, osmolalitas, kreatinin, hem
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.

Intervensi :

o Pertahankan status puasa sesuai pesanan.


o Pertahankan selang nasogastrik tersambung pada drainase garavitasi sesuai pesanan.

o Irigasi selang nasogastrik tiap 2 jam dan perawatan untuk menjamin kepatenan.

o Catat warna, jumlah, dan karakteristik caiaran selang nasogastrik yang keluar.

o Beri cairan parenteral ( dan NPT ) sesua pesanan.

o Beri cairan nasogastrik sesuai pesanan.

o Pantau masukan haluaran dan penurunan yang spesifik.

o Timbang berat badan pasien setiap hari.

o Kaji abdomen :

 Distensi ( ukur lingkar perut denagn vital ).

 Pulihnya bising usus.

 Pasase halus dan feses melalui kolostomi.

3. Perubahan pola eleminasi usus.

Intervensi :

o Amati warna dan konsistensi dari cairan kolostomi.


o Ukur jumlah cairan kolostomi ; jika jumlah banyak dan encer, pertimbangkan penambahan cai
cairan melalui kolostomi.

o Amati cairan yang keluar melaui rectal ; munkin ada mukus dan feses, khusunya jika dilakuka

o Ikuti diet khusus sesuai pesanan ( biasanya diet rendah serat ).

o Amati pengaruh diet tehadap pola defekasi dan hindari hal-hal yang dapt mengakibatkan peng
4. Kurangnya Pengetahuan.

Intervensi :

o Ajarkan dan demontrasikan pada orang tua cara perawatan kolostomi.


o Yakinkan kembali pada orang tua bahwa tindakan menyentuh stoma tidak akan menyakitkan b

o Jelaskan diet khusus sesuai pesanan.

o Tegaskan pentingnya pemasukan cairan adekuat.

o Ajarkan hal-hal yang perlu diamati dari cairan kolostomi yang keluar.

o Diskusikan tanda dan gejala yang harus dilaporkan pada dokter.

 Distensi abdomen.

 Demam.

 Nyeri abdomen.

 Peka rangsang.

 Dipsnea

o Ajarkan orang tua cara melakukan enema dengan cairan salin normal.

o Ajarkan nama obat laksatif, cara, dosis, waktu pemberian, efek samping.

o Diskusikan diet rendah residu.

5. Kurangnya volume cairan dan elektrolit ( komplikasi ).

Intervensi :

o Pertahankan masukan dan keluaran setiap 8 jam.


o Pantau kadar kalium, natrium serum, dan protein dan laporkan apabila terjadi perubahan yang

o Berikan cairan salin sesuai pesanan ( pantau kecepatan secara hati-hati).


o Gunakan salin normal untuk semua irigasi.

o Ukur tanda-tanda vital.

o Berikan diet nutrisi sesuai pesanan.

6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan ( komplikasi )

Intervensi :

o Timbang berat badan setiap hari.


o Pertahankan jumlah kalori pada diet.

o Pertahankan pencatatan defekasi.

o Hitung kebutuhan kalori dan cairan melaui kolaborasi dengan ahli gizi.

o Pertimbangkan tindakan pemberian makan selanjutnya, dukungan yang positif, pemeliharaan

7. Perubahan pola eleminasi usus ( komplikasi ).

Intervensi :

o Kaji tanda-tanda infeksi : kalor, rubor, tumor, dolor, fungsiolesa.


o Beri cairan parentral sesuai pesanan.

o Pantau output dan input.

o Ukur tanda-tanda vital. ( hindari mengukur suhu perektal ).

o Ukur lingkar abdomen tiap 8 jam ( kalau perlu ).

o Puasa pada awal 7 - 10 hari kemudian melanjutkan jadwal pemberian makan perlahan.

o Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik.


DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily and Linda A . Sowden, 2002, Buku Saku Keperawatan Pediatri; Edisi 3. Jakarta, EGC.

Donna, L. Wong. 1998. Nursing Care Plan Of Infant And Children; Louis, missouri : MOSBY.

Dongoes, Marilyn E.. 2000. Asuhan Keperawatan Bayi / Maternal. Jakarta : EGC.

Ngastiyah,1995,Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC.

Staf pengajar IKA-FKUI, 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika.

Suriadi, Skp dan Rita Yuliani, Skp 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : PT Fajar Interpratama.

Tucker S.M, dkk, Standar Perawatan Pasien, Proses Keperawatan, Diagnosis, Evaluasi, Volume 4, Jakarta

Tags: jovan
0 comments share

HIPERBILIRUBINEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERBILIRUBINEMIA

1. Definisi:

Keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru lahir, yang dimaksud dengan ikterus yang terjadi p
kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga terjadi perubahaan warna menjadi ku
dan alat tubuh lainnya.

2. Masalah keperawatan dan masalah kolaborasi

Masalah keperawatan Masalah kolaborasi:

1. kurangnya masukan cairan dan 1. potensial komplikasi : kern


nutrisi. icterus.
2. Resiko terjadi gangguan tumbuh 2. Potensial komplikasi :
kembang. konjungtivitis.

3. Defisit pengetahuan 3. Potensial komplikasi : dehidrasi.

4. Resiko gangguan integritas kulit. 4. Potensial komplikasi : distress


pernapasan.
5. Potensial perubahan dalam
menjadi ortu

3. Pemeriksaan Diagnostik

1. Bilirubin serum

 Direct : > 1 mg / dl

 Indirect : > 10 mg % (BBLR), 12,5 mg % ( cukup bulan).


 Total : > 12 mg / dl

2. Golongan darah ibu dan bayi  uji COOMBS

 Inkompabilitas ABO – Rh

3. Fungsi hati dan test tiroid sesuai indikasi.

4. Uji serologi terhadap TORCH

5. Hitung IDL dan urine ( mikroskopis dan biakan urine)  indikasi infeksi.

4. Diagnosa Keperawatan:

1. Kurang intake cairan dan nutrisi berhubungan dengan anoreksia.

2. Resiko gangguan tumbuh kembang sehubungan dengan fase lanjut hiperbilirubinemia.

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pengalaman.

4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek fototerapi.

5. Potensial perubahana peran orang tua berhubungan dengan gangguan interaksi orang tua –

6. Potensial komplikasi : kern icterus berhubungan dengan peningkatan bilirubin serum efek da

7. Potensial komplikasi : konjungtivitis berhubungan dengan efek fototerapi.

8. Potensial komplikasi : dehidrasi berhubungan dengan IWL dan defekasi yang meningkat efe

9. Potensial komplikasi : distress pernapasan berhubungan dengan penurunan reflek pernapas

Diagnosa Keperawatan dan intervensinya


1. Diagnosa Keperawatan 1 : Kurang intake cairan dan nutrisi berhubungan dengan anoreksia.

Intervensi :

1. berikan minum sesuai dengan kebutuhan.


2. Karena bayi malas minum, berikan dengan sendok.

3. Berikan minuman per sonde jika minuman tidak bisa diberikan melalui sendok.

4. Monitor output, urine dan feces.

2. Diagnosa Keperawatan 2 : Resiko gangguan tumbuh kembang sehubungan dengan fase lan

Intervensi :

1. lakukan observasi tumbuh kembang anak sesuai dengan usia.


2. Lakukan monitoring dengan DDST.

3. Persiapkan kelurga dalam menerima anak dengan gangguan tumbuh kembang.

3. Diagnosa keperawatan 3 :Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pengalaman.

Intervensi :

1. berikan informasi tentang fisiologi dari penyakit anaknya.

 Jawab pertanyaan yang dlontarkan oleh orang tua bayi sesuai dengan konsep.

 Klarifikasi miskonsepsi.

 Bila perlu sediakan / berikan buku tentang hiperbilirubinemia.


2. ikut sertakan keluarga dalam perawatan anaknya ( dengan jadwal dan waktu yang telah di te

4. Diagnosa kepearawatan 4 : Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek fotot

Intervensi :

1. observasi keadaan kulit tiap 15 menit, catat dan laporkan bila ada rash.
2. Gunakan sabun yang lembut untuk membersihkan dan hindari penggunaan cairan yang ber

3. Ubah posisi bayi tiap 1 jam saat terapi.

4. Berikan perlindungan pada daerah genetalia selama terapi, dan jaga supaya tetap bersih da

5. Diagnosa Keperawatan 5 : Potensial perubahan peran orang tua berhubungan dengan gang
tindakan fototerapi.

Intervensi :

1. pertahankan kontak antara anak dengan orang tua, dengan cara libatkan keluarga dalam pe
waktu yang telah di tentukan).
2. Beri penguatan penjelasan fototerapi, alasan intervensi dan rencana keperawatan.

3. Tunjukkan batasan tugas orang tua dalam perawatan anak sakit dengan hiperbilirubinemia.

4. Matikan lampu terapi dan lepaskan pelindung mata bayi bila orang tua berkunjung sesuai pe
dokter.

6. Diagnosa keperawatan 6 : Potensial komplikasi : kern icterus berhubungan dengan peningka


hepar.
Intervensi :

- kenali gejala dini / pencegahan peningkatan icterus.

 Jika bayi telah terlihat kuning, lakukan kontak dengan sinar matahari pagi selama 15- 30 me
 Periksa/ monitor kadar bilirubin darah.

 Berikan intake cairan yang cukup sesuai dengan kebutuhan.

 Laporkan kepada dokter hasil pemeriksaan bilirubin darah, jika hasilnya 7 mg % atau lebih.

7. Diagnosa keperawatan 7 : Potensial komplikasi : konjungtivitis berhubungan dengan efek fo

Intervensi :

1. gunakan pelindung mata pada bayi saat terapi dilakukan.


2. Observasi keadaan mata selama terapi tiap 15 menit.

8. Diagnosa keperawatan 8 : Potensial komplikasi : dehidrasi berhubungan dengan IWL dan de


dari fototerapi.

Intervensi :

1. pertahankan intake cairan.


2. Lanjutkan jadwal pemberian ASI / PASI

3. Monitor intake dan output

4. Lakukan penimbangan berat badan bayi tiap hari tanpa pakaian pada waktu dan timbangan

5. Berikan cairan melalui intra vena jika berat badan turun, suhu naik, defekasi naik.

6. Monitor suhu tubuh, membran mukosa dan ketegangan fontanela.


9. Diagnosa keperawatan 9 : Potensial komplikasi : distress pernapasan berhubungan dengan
opistotonus.

Intervensi :

1. observasi tanda tanda vital, respiratory rate.


2. Pertahankan pemantauan fungsi pernapasan bayi.

3. Kolaborasi antibiotika.
Buku Sumber:

Carpenito L.J, 1997, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6, Jakarta: EGC

Fakultas Kedokteran UI, 2000, Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid 2, Jakarta: Medi Aesculap

Mayer M, dkk, 1995, Pediatric Nursing, Singapure, McGraw – Hill Clinical Care Plans.

Nelson, 1990, Ilmu Kesehatan Anak bagian 1, Jakarta: EGC

Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC

Staf pengajar IKA FK UI, 2001, Ilmu Kesehatan Anak bagian 3, Jakarta: Bagian IKA FK UI
Tucker, dkk, 1998, Standar Perawatan Pasien edisi V volume 4, Jakarta: EGC

Tags: jovan
0 comments share

hidro cepalus

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Keperawatan pada Anak CH. dengan Hidrosefalus ec Tumor Fossa Posterior“ tepat pada waktunya.

Dalam menyusun laporan ini, kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terim

Ibu Isnaini D.T.N. SKM..MKes. selaku direktur Poltekkes Malang

1. Ibu Dra. Susilaningsih MKes. selaku ketua Prodi Keperawatan Malang

2. Ibu Rossyana Skp, selaku dosen penguji I

3. Ibu Wahyuningsri Spd, selaku dosen penguji II

4. Ibu Maria Kristiana , AMK selaku kepala ruangan 15 RSSA Malang dan penguji lahan

5. Para perawat ruang 15 RSSA Malang

6. Petugas perpustakaan Poltekkes Malang Prodi Kep Malang

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaiaan makalah ini


Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sem

kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat mem

sekalian, agar dalam penulisan laporan selanjutnya aka

laporan UAP ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Malang , Juli 2004

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Hidrosefalus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya akumulasi cairan serebro sp
ruang subarakhnoid atau ruang subdural. Penyakit ini ditandai dengan peningkatan yang abnormal
intrakranial dan pembesaran kepala abnormal pada masa bayi. Pada umumnya penyebab hidrosef
oleh beberapa faktor antara lain adanya kelainan bawaan , infeksi , neoplasma , perdarahan tetapi
masyarakat karena adanya kelainan bawaan ( kongenital ).

Hidrosefalus terjadi pada kira –kira 3 sampai 4 kasus per 1000 kelahiran yang berhubungan denga
hidrosefalus meninggal. Kompikasinya meliputi kejang yang berhenti tiba-tiba karena mekanisme a
( TIK ) yang persisten , herniasi otak dan kelambatan perkembangan.

2. TUJUAN

Tujuan umum :
Seelah melakuakn praktek laboratorium di ruang 15 RSSA Malang , mahasiswa diharapkan dapat m
klien dengan Hidrosefalus.

Tujuan khusus :

Setelah melakukan praktek laboratorium ini , mahasiswa diharapkan ;

1. mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Hidrosefalus


2. mampu menganalisa data-data yang diperoleh dan menentukan diagnosa keperawatan pad

3. mampu membuat intervensi keperawatan pada klien dengan Hidrosefalus

4. mampu memberikan implementasi dan evaluasi terhadap klien dengan Hidrosefalus

3. BATASAN MASALAH

Dalam makalah ini , penulis membatasi masalah pada pemberian asuhan keperawatan pada anak
RSSA Malang.

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. DEFINISI

Hidrosefalus adalah akumulasi CSS dalam ventrikel serebral , ruang subarachnoid atau ruang subd

Suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya CSS dengan atau pernah denga
terdapat pelebaran ruang tempat mengalirnya CSS ( Ngastiyah , 1997 ).

Hidrosefalus dicirikan dengan peningkatan abnormal volume CSS didalam rongga intrakranial dan
Tekanan akibat volume yang meningkat dapat merusak jaringan otak.

2. ETIOLOGI

Hidrosefalus terjadi karena 2 penyebab , yaitu ;

1. Hidrosefalus non komunikans / non menular, yaitu yang terjadi akibat adanya obstruksi aliran
disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim ( mis ; Malformasi Arnold - Chiari )
infeksi , trauma , perdarahan intrakranial spontan dan neoplasma.
2. Hidrosefalus komunikans / menular , yaitu yang terjadi karena adanya kesalahan penyerapa
meningeal atau produksi CSS yang berlebihan karena tumor atau penyebab lain yang tidak

Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara tempat p
ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subarachnoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruang
tersumbat dan terdapat dalam klinis adalah foramen Monroe , foramen Luschka-Magendie , sistern
Hidrosefalus juga dapt terjadi setelah koreksi bedah dari spina bifida dengan meningocele akibat b
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah kelaina bawaan , infeks

1. Kelainan bawaan

1. Stenosis aquaduktus Sylvii

Merupakan penyebab yang terbanak pada hidrosefalus bayi dan anak-anak ( 60-90 %). Aqu
buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala hidrose
dengan cepat pada bulan –bulan pertama sejak lahir.

2. Spina bifida dan Kranium bifida

Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya berhubungan denga sindrom Arnold – Chiari akibat
medula oblongata dan serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen Magnum seh
sebagian.

3. Sindrom Dandy-Walker

Merupakan atresia kongenital foramen Luschka-Magendie dengan akibat Hidrosefalus obstr


terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakn suatu kista yang be

4. Kista arachnoid

Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma

5. Anolmali pembuluh darah

2. Infeksi

Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan subarach
akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen
Basalis. Lebih banyak hidrosefalus terdapat pad pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjad
bulan sesudah sembuh dari meningitis.

3. Neoplasma
Hidrosefalus yang terajdi akibat obstruksi mekanis dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pengo
penyebab dan bila tumor tidak diangkat maka dapat dilakukan tindakan paliatiff dengan mengalirka

4. Perdarahan

Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak , dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen te
penyumbatan yang terjadi akibat akumulasi dari darah itu sendiri.

3. MANIFESTASI KLINIS

Gejala yang nampak berupa gejala akibat TIK yang meninggi. Pada bayi biasanya disertai pembes
meninggi ini terjadi sebelum sutura menutup. Gejala TIK yang meninggi dapat berupa muntah , nye
besar mungkin terdapat edema papil saraf otak II pada pemeriksaan funduskopi.

Kepala terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh. Hal ini dipastikan dengan mengukur lig
dibandingkan dengan lingkar dada dan angka normal pada usia yang sama. pEngukuran lingkar ke
pembesaran kepala yang progresif dan lebih cepat dari normal.

Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya , teraba tegang atau menonjol. Dahi
menipis , tegang dan mengkilat dengan pelebaran vena kulit kepala.

 masa Bayi ( infant)

pada bayi dengan hidrosefalus , kepala timbul denyutan abnormal dan kulit kepala dilatasi sehingg
volume intrakranial. Tulang tengkorak menjadi tipis dan sutura teraba terpisah serta menghasilkan
Bola mata terdorong kebawah oleh tekanan dan penipisan tulang supraorbital. Sklera tampak diata
yang akan tenggelam. Pupil mata jugamelemah dengan respon terhadap cahaya yang menurun.

Bayi juga mengalami lethargi , anorexia dan menunjukkan perubahan tingkat kesadaran dan opisto
beperilaku yang menunjukkan disfungsi reflek nervus kranial sebagai akibat penekanan otak , mun
kesulitan pernafasan. Bayi prematur dengan hidrosefaluspost haemoragic bisa tidak mennjukkan g

Dilatasi ventrikuler dapat diketahi dengan USG dan Ctscan untuk bayi prematur yang berisiko tingg
( Merensteir – Gardner , 1993 ). Perkembangan batang otak bayi akan terganggu juga , manifestas
dan menelan. Jika hidrosefalus berkembang cepat bayi dapat menunjukkan manifestasi berupa em
somnolen sehingga bayi tidak dapat berthan pada masa neinatal.

 masa anak-anak

tanda dan gejala dari stadium dini hingga lanjut pada anak disebabkan peningkatan TIK dan manife
fokal. Kejadian terbesar berasal dari neoplasma fossa posterior dan stenosis duktus. Manifestasi kl
dengan lesi space – occupying , sakit kepala dan didukung oleh emesis , edema papil , strabismus
ataxia.

Saam seperti bayi , anak mengalami leterghi , apatis , gelisah dan sering inkoheren. Pada salah sa
Walker ) manifestasinya adalh nistagmus , ataxia dan kelumpuhan nervus kranial. Manifestasi ACM
dngan disfungsi spinal cord lebih sering daripada kompresi batang otak pada bayi. Nampak skelios
perkembangan ketegangan ekstrimitas atas yang mana dapat berkembang menjadi kelemahan da

4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Pengukuran lingkar kepala pada bayi

 CT scan dan MRL : menunjukkan pembesaran ventrikel , membantu membedakan antara hi

 Transiluminasi tengkorak bayi menunjukkan pengumpulan cairan yang abnormal

 Perkusi tengkorak dapat menghasilkan bunyi cracked-pot yang khusus ( mace wen sign )

5. PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK

Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi hidrosefalus , menangani komplikasi, mengatasi efek

 Non pembedahan

Pemberian asetazolamide dan isozorbide atau furosemide mengurangi produksi CSS.

 Pembedahan

Pengankatan penyebab obstruksi misalnya neoplasma , kista atau hematoma : pemasangan shunt
yang berlebih dari ventrikel keruang ekstrakranial misalnya rongga peritonium , atrium kana dan ron

Terapi pembedahan berupa penaganan terhadap obstuksi meliputi rseksi terhadap neoplasma , kis
dilakukan adalah plexectomi , yang banyak dilakukan adalah pemasanagan shunt. Sistim shuntterd
undirectional aliran katup , kateter distal dan reservoir yang ditambahkan pada sitem ventrikel. Sem
untuk membuka saat tekana meninggi dan menutup saat tekanan menurun serta untuk mencegah
kecepatan dekompresi ventrikel. Katub yang bertekan sedang biasanya digunakan pada hidrosefal
tekanan rendah digunakan pada bayi. By – pass ventrikular pada saluran intrakranial digunakan pa
hidrosefalus non komunikans.

Komplikasi pemasangan shunt adalah infeksi dan malfungsi. Malfungsi sering disebabkan oleh obs
dan trombosis ). Anak yang mengalami obstruksi shunt menunjukkan manifestasi klinis dari pening
neurolgis.
Infeksi shunt dapat terjadi sewaktu –waktu tai tertinggi pada 1 sampai 2 bulan. Infeksi meliputi sept
terbuka , meningitis dan ventrikulitis. Terapi yang diberikan adalah antibiotik dosis tinggi. Komplikas
abdominal , perforasi organ abdomen , hernia dan illeus.

 perawatan

Preoperatif

Bayi ayng didiagnosa hidrosefalus harus diobservasi dengan hati –hati tanda peningkatan TIK nya.
mengukur pembesaran dan ketegangan sehingga indikator penigkatan TIK dapat dilihat dari tingka
dibandingkan antara tingkah laku sekarang adan sebelumnya , pola tidur da tingkat perkembangan

Untuk mempertahannakan nutrisi yang adekuat , diperlukan jadwal pemberian makan yang sesuai
memberi maan diobservasi apakha anak muntah , berikan porsi sedikit tapi sering dan perlu kesab
makan.

Perawat bertanggung jawab mempersiapkan anak yang akan dilakukan tes diagnostik seperti CT s
selam tes diagnostik.

Post operatif

Observasi secara rutin , posisikan dengan tepat untuk mencegah tekana katub shunt. Anak dijaga p
komplikasi dari reduksi aygn terlalu cepat cairan intrakranial. Bila hasil pengukuran menunjukkan re
mungkin sedikit tertark dan bersatu degna ven aserta menyebabkan subdural hematoma. Bila ada
elevasi dan posisikan anak setengah duduk untuk menambahkan aliran gravitsi melalui shunt

6. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

 kaji riwayat keperawatan

 kaji adanya pembesaran kepala pada bayi , vena kulit kepala terlihat jelas, bunyi cracked – p
penurunan kesadaran, ophistotonus , dan spastic pada ekstrimitas bawah , tanda peningkat

 Kaji lingkar kepala

 Kaji ukuran ubun-ubun , bila menangis ubun-ubun menonjol

 Kaji perubahan tanda vital khususnya pernafasan

 Kaji perilaku , pola tidur dan interaksi


2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

 perubahan pola nafas tidak efektif sehubunan dengan penurunan ekspansi paru

 perubahan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan TIK , aumulasi CSS yang berle

 resiko gangguan nutrisi ( kekurangan ) sehubungan dengan intake nutrisi yang kurang

 gangguan rasa nyaman (nyeri ) berhubugnan dengan penekaann pada saraf kranial

 resiko tinggi terjadinya injury sehubungan dengan penurunan persepsi sensori, kejang

 resiko tinggi kerusakan integritas kulit sehubungan dengan bedrest

 gangguan citra tubuh (body image) sehubungan dengan kepala yang membesar

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa I

Intervensi :

1. pantaufrekuensi ,irama dan kedalama pernafasan. Catat ketidakteraturan pernafasan


2. auskultasi suara nafas. Catat bagian paru-paru yang bunyinya menurun atau ada tidaknya s

3. observasi warna kulit, catat adanya sianosis

4. ubah posis secara teratur , hindri/batasi posisi telungkup jika diperlukan

5. pertahankan pemberian O2 dengan cara yang tepat

Diagnosa II

Intervensi :

1. kaji tingkat kesadaran klien


2. ukur lingkar kepala tiap 8 jam

3. monitor kondisi fontanel


4. atur posisi kepala anak untuk miring kedaerah yang dilakukan tindakan operasi

5. atur posisi kepala tetap sejajar dengan tempat tidur untuk menghindari pengurangan TIK sec

6. observasi dan nilai fungsi neurologis tiap 15 menit hingga TTV stabil

7. laporkan segera tiap perubahan tingkah lakuatau perubahan TTV

8. observasi keadaan balutan terhadap adanya perdarahandan daerah sekitar operasi terhada
tiap 15 menit hingga TTV stabil. Selanjutnya tiap 2 jam

9. ganti posis tiap 2 jam dan bila perlu gunakan kasur berisi udara untuk mencegah penekana

Diagnosa III

1. kaji kemampuan klien untuk menelan


2. auskultasi bising usus dan evaluasi adanya distensi abdomen

3. catat intake dan output cairan

4. timbang BB tiap hari

5. beri makanan sedikit tapi sering

6. pasang NGT sesuai indikasi

7. kolaborasi pemberian nutrisi parenteral

Diagnosa IV

1. berikan lingkungan aman , tenang , ruang yang agak redup pencahayaannya sesuai indikas
2. tingkatkan tirah baring , bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting

3. berikan kompres dingin

4. kolaborasi pemberian anlagetik sesuai indikai

Diagnosa V

Intervensi :

1. pantau adanya kejang


2. beri lingkungan aman dan berikan bantalan pada penghalang tempat tidur

3. pertahankan tirah baring selama fase akut


4. kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

BAB III

TINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN

1. Identitas

Nama : anak.A

Tanggal lahir : 15 Desember 2002

Nama ayah / ibu : bpk.P / ibu S

Pekerjaan ayah : pegawai pabrik Pendidikan :SD

Pekerjaan ibu : pegawai pabrik

Alamat : jl. Pakistaji RT 04/04 Probolinggo

Kultur : madura

Agama : Islam

Tanggal MRS : 26 Mei 2003

Tanggal pengkajian : 29 Mei 2003

Diagnosa medis : Hidrosefalus + meningocele

2. Keluhan utama
Saat MRS : klien dibawa ke RS dengan keluhan karena adanya benjolan di punggungklien sejak la
sejak 3 bulan yang lalu

Saat pengkajian : klien kepalanya membesar (tidak proporsional0 dan tampak lemah

3. Riwayat penyakit sekarang

 sejak lahir dipunggung klien terdapat benjolan kurang lebih 5 cm dan membesar setelah usia
RSSA dan olh dokter dianjurkan operasi , tapi keluarga menolak dengan alasan ekonomi

 kurang lebih 3 bulan yanglalu kepala klien membesar dan tanggal 26 Mei 2003 di bawa ke R
mengatakan klien panas sejak 2 hari yang lalu dan sampai ekarang belum turun meskipun te
tadi klien muntah 2 x kurang lebih 2 sendokdan kejang sebanyak 3x dalam ½ jam dengan du
malam benjolan di punggung klien pecah dan keluar cairan berwarna putih encer ( 3 gelas )

4. Riwayat kehamilan dan kelahiran

1. prenatal

klien adalah anak kedua dari 2 bersaudara. Selama hamil ibu klien selalu rutin kontrol ke bidan. Wa
hingga usia 3 bulan kehamilan. Mual muntah hilang setelah usia kehamilan 4 bulan. Selama hamil
dan cuti setelah usiakehamilan 7 bulan. Dan ibunya mengatakan selama hamil tidak pernah sakit a

2. natal

usia kehamilan saat persalinan sudah cukup bulan.bayi lahir di RS per-vagina , akan tetapi persalin
obat perangsang sebanyak 3x. pada saat lahir bayi tidak langsung menangis.

3. post natal

setelah lahir bayi dirawat diruang neonatus selama 11 hari. bayi deberi Asi hanya sampai usia 4 bu
Sampai sekarang klien sudah mendapat imunisasi sebanyak 4x dipuskesmas Probolinggo.

5. Riwayat kesehatan masa lalu


1. penyakit waktu kecil

keluarga mengatakan klien pernah menderita penyakit panas , batu dan pilek

2. pernah dirawat di RS

keluarga mengatakan klien pernah dirawat di RS dengan hidrosefalus. Oleh dokter dianjurkan untu

3. obat obatan

klien pernah menggunakan obat-obatan penurun panas jika klien sakit panas

4. tindakan (mis: operasi)

kelurga mengatakan bahwa kien tidak pernah mendapat tindakan operasi.

5. tidak pernah alergi


6. tidak pernah kecelakaan

7. imunisasi

keluarga mengatakan klien sudah mendapat imunisasi 4x di puskesmas Probolinggo

6. Riwayat keluarga

Keluarga mengatakan tidak pernah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti klien. Ke
penyakit menular , menurun ataupun penyakit kronis seperti TBC , DM , Hiperensi dll.

7. Riwayat sosial

a. yang mengasuh : jika ditinggal bekerja ibunya klien diasuh neneknya

b. hubungan dengan anggota keluarga: klien adalah anak kedua dari 2 bersaudara

4. pembawaan secara umum ; klien dapat menangis dengan kuat , tapi sebelum saklit klien jar
5. lingkungan rumah : klien dan keluarga tinggal di perkampungan. Anggota keluarga yang satu
kakanya yang masih berusia 5 tahun

8. Kebutuhan dasar dan pola ADL

No Sebelum MRS Setelah MRS


Keb.
dasar

1 Cairan ASI kurang lebih selama 4 Infus C14 15 tts/menit drip


bulan dan 1 bulan terakhir dengan phenthoin ½ mg
ini minum susu formula
(Lactona 4 x 200 cc)

2 Makanan Kurang lebih 1 bulan ini Diberi bubur susu 3 x 200


diberi nasi + pisang cc tapi saat pengkajian
klien tidak mau makan

3 Pola tidur Klien mulai tidur jam 19.00 Selama di RS jarang tidur ,
dan terbangun 2x yaitu sering merintih
pukul 02.00 dan 04.00.
siang hari klien tidur 4-5
jam

4 Mandi Diseka 2x sehari Diseka 2x sehari

Klien sering digendong dan -Hanya bisa tidur dengan


5 Akrivitas dipangku keluarganya posisi miring

-Klien sesekali
menggerakkan tangannya

-Klien sering merintih

Eliminasi
6
-BAB -Sering BAK dan tidak ada Tidak ada masalah
masalah

-BAB 1-2x sehari lembek ,


-BAK warna kuning BAB 1x sehari lembek ,
warna kuning
9. Keadaan kesehatan saat ini

1. Diagnosa medis : hidrosefalus dan meningocele

2. Tindakan operasi : klien belum dilakukan operasi

3. Status nutrisi :BB : 7,5 kg lingkar kepala; 52 cm lingkar dada:36 cm

PB : 62 cm lingkar lengan : 16,5 cm lemak subkutan ada

4. status cairan : turgor kembali kurang dari 1 detik


5. obat-obatan : - infus C14 15 tts/ menit + drip phenytoin ½ mg

 cefriaxon 2 x 200 mg

 paracetamol syrup 3 x ¾ sdt

 O2 1ltr/menit

6. aktivitas : klien terbaring di TT dengan posisi miring sesekali mengerakkan tangan dan kakin

7. Tindakan perawatan : rawat lika , kompres dingin , observasi TTV

8. Belum dilakukan foto X –ray

10. Pemeriksaan fisik

1. keadaan umum

kepala anak membesar (tidak proporsional). Klien tampak terbaring lemah di tempat tidur dengan s
si tangan kiri dan O2 nasal

2. TTV
Suhu : 38,7 OC Nadi : 120x /menit

Respiratorius : 45x /menit Tekanan darah : 90 mmHg (sistolik)

3. pemeriksaan kepala dan leher

 kepala membesar dengan lingkar kepala 52 cm, rambut jarang tersebar rata dan tidak ada lu
dan mengkilat.

 Mata tampak simitris , nampak adanya penarikan karena adanya pembesaran kepala, edem
ada sunset sign

 Lubang hidung sebelah kiri terpasang kanule O2 , pernafasan cuping hidung

 Bentuk telinga simetris

 Mulut bersih , mukosa bibir lembab

4. pemeriksaan integumen

kulit tampak bersih , turgor baik , warna kulit sawo matang , perabaan teraba hangat (36,7 oC) terd

5. dada dan thorax


6. bentuk dada normal chest , frekuensi pernafasan 45x/menit , perkusi sonor , jantung tidak ad

7. abdomen

bentuk abdomen cembung , bising usus 7x / menit

8. punggung

terdapat luka benjolan yang pecah di daerah lumbosakral dengan ukuran 6x4x1 cm.

9. genetalia
tidak tampak ada kelainan pada anus da genetalia , dan kebersihannya terjaga.

10. ekstrimitas

tangan dan kaki simetris , terpasang infus C14 dilengan kiri

edema - - kekuatan otot 4 4

--44

11. status neurologis

keluarga mengatakan klien muntah , panas dan kejang

11. Pemeriksaan perkembangan

1. motorik kasar ; mengalami keterlambatan karena terdapat 2 dan 2f dalam 1 sektor

2. bahasa ; bahasa mengalami keterlambatan karena terdapat 2p dan 2f dalam 1sektor

3. adaptif - motorik halus ; meragukan karena terdapat keterlambatan 2 atau lebih dalam satu s

4. personal sosial ; personal sosial mengalami ketrlambatan karena trdapat 2d dan 2f dalam sa

kesimpulan : klien mengalami keterlambatan perkembangan

12. Informasi lain

 pemeriksaan laboratorium (29 Mei 2003)

darah lengkap: - leukosit : 18.400 / ul (3.500-10.000)

- Hb : 7,5 gr / dl ( 11,0-16,5 )
- PCV : 21,8 ( 3,5-5,0 )

- trombosit : 561.000 / mm3 ( 150.000-300.000)

 therapy

- infus C14 15 tts/menit

- cefriaxon 2x 200 mg

- paracetamol syrup 3x ¾ sdt

- O2 1 ltr/ menit

- diet ; susu bubur


ANALISA DATA

Nama : anak A.

Umur : 5 bulan

No Data penunjang Masalah Etiologi

DS :
1 Perubahan Penurunan
 Keluarga mengatakan klien pola nafas ekspansi
nafasnya cepat paru
 Keluarga mengatakan klien
selalu merintih

DO:

 Klien kelihatan sesak


 Klen selalu merintih

 Terpasang kanule O2 di lubang


hidung sebelah kiri

 TTV ; T : 38,7 oC N : 120 x /


menit

RR: 45x/menit TD : 90 mmHg

2 DS:
Perubahan peningkatan
 keluarga mengatakan kepala perfusi TIK
klien membesar jaringan
 keluarga mengatakan klien cerebral
muntah 2x sehari , kurang lebih
3 sendok

 kelurga mengatakan klien


panas sejak kemarin

 keluarga mengatakan klien


selalu merintih dan tadi malam
kejang

DO:

 KU klien lemah dan sering


merintih
 Mata klien melotot

 Kepala klien tampak membesar,


lingkar kepala 52 cm

 Terdapat bayangan pembuluh


darah di kepala

 TTV ; T : 38,7 oC N : 120 x /


menit

RR: 45x/menit TD : 90 mmHg

DS :
3 Resiko Intake nutrisi
 keluarga mengatakan klien gangguan kurang
selalu merintih nutrisi kurang
 keluarga mengatakan klien dari
tidak mau makan selama sehari kebutuhan
ini

 keluarga mengatakan klien


muntah 2x kurang lebih 3
sendok

DO :

 KU klien lemah dan sering


merintih
 Makanan yang tersedia masih
utuh
 BB ; 7,5 kg

 Hb ; 7,5 kg

DS:
4 Defisit Inadekuat
 keluarga mengatakan belum pengetahuan informasi
mengerti penyakit yang diderita orang tua
klien
 keluarga mengatakan tidak
mengerti mengapa kepala klien
membesar

DO :

 tingkat pendidikan ayah SD

 keluarga tidak dapat menjawab


segala sesuatu yang berkaitan
dengan penyakit klien

DS :
5 Resio tinggi Kepala tidak
 keluarga klien mengatakan kerusakan dapat
kepala klien membesar (tidak integritas digerakkan
proporsional) kulit
 keluarga mengatakan klien
tidak dapat menggerakkan
kepalanya

 keluarga mengatakan klien


hanya bisa miring saja

DO:

 KU klien lemah
 Klien tidak bisa menggerakkan
kepala

 Klien tampak hanya miring

DAFTAR MASALAH

1. Perubahan pola nafas sehubungan dengan penurunan ekspansi paru


2. Perubahan perfusi jaringa serebral sehubungan dengan meningkatnya volume CSS , menin

3. Gangguan nutisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan intake nutrisi kurang

4. Defisit pengetahuan orang tua sehubungan dengan inadekuat informasi

5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit ( dekubitus ) sehubungan dengan kepala tidak dapat
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : anak A.

Umur : 5 bulan

Tujuan dan
TGL No.Dx Diagnosa Intervensi R
keperawatan kriteria standar

Setelah
29 1 Perubahan melaksanakan ss
Mei pola nafas intervensi
2003 sehubungan diharapkan pola
dengan nafas menjadi
penurunan normal, dengan
ekspansi kriteria standar:
paru
-klien tidak rewel

-klien tidak sesak

-tidak ada
pernafasan cuping
hidung

-tidak terpasang
O2

TTV normal:

T : 37,7 oC
RR:20-40x/mnt

N:130x/mnt

TD:90/60 mmHg

Perubahan Setelah dilakukan


29 2 perfusi implementasi
Mei jaringan diharapkan
2003 serebral akumulasi
sehubungan CSSdapat diatasi
dengan sehingga resiko
meningkatny peningkatan TIK
dapat dihindari ,
volume CSS, dengan kriteria
meningkatny standar:

TIK -klien tidak rewel

-KU baik

-tidak terdapat
tanda peningaktan
TIK ;muntah,nyeri
kepala,penurunan
kesadaran,edema
papil, kejang

TTV normal:

T : 37,7 oC
RR:20-40x/mnt

N:130x/mnt

TD:90/60 mmHg

Setelah dilakukan
29 3 Gangguan implementasi
Mei nutrisi kurang diharapkan
2003 dari kebutuhan nutrisi
kebutuhan klien dapat
sehubungan terpenuhi ,
dengan dengan kriteria
intake nutrisi standar:
kurang
-KU klien baik

-makanan yang
disediaan habis

-klien tidak rewel

-klien tidak
muntah
Setelah
29 4 Defisit dilakuakan
Mei pengetahuan implementasi
2003 orang tua diharapkan
sehubungan keluarga dapat
dengan mengerti dan
inadekuat memahami
informasi mengenai
perawatan pada
klien dengan
hidrosefalus ,
dengan kriterria
standar:

-orang tau secara


verbal dapat
menyebutkan apa
saja yang perlu
diperhatikan dala
perawtan
penderita
hidrosefalus

-orang tau
mendiskusikan
mengenai
perawtan
hidrosefalus

-orang tua seringa


bertanya
mengenai
perawatan
hidrosefalus

Tags: jovan
0 comments share

ENCEPHALITIS
ENCEPHALITIS

1. Pengertian.

 Encephalitis adalah infeksi jaringan atas oleh berbagai macam mikroorganisme (Ilmu Kesehatan Anak, 1985).

 Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang no
1994).

 Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing, protozoa, jamur, ricketsia
2000).

2. Etiologi :

1. Mikroorganisme : bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus.

Macam-macam Encephalitis virus menurut Robin :

1. Infeksi virus yang bersifat epidermik :

a). Golongan enterovirus = Poliomyelitis, virus coxsackie, virus ECHO.

b).Golongan virus ARBO = Western equire encephalitis, St. louis encephalitis, Eastern equire encepha
encephalitis.

1. Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes simplek, herpes zoster, limfogranuloma, m
yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
2. Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella, pasca vaksinia, pasc
yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.

2. Reaksin toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox.

3. Keracunan : arsenik, CO.


3. Patofisologi.

Penyebab (virus, toxin, racun)

Masuk melalui kulit, sel nafas, sel cerna

Infeksi yang menyebar Infeksi yang menyebar

melalui darah melalui sitem saraf

Peradangan SSP Gangguan tumbang

Peningkatan TIK

Perubahan perfusi Gangguan Disfungsi hipotalamus Nyeri kepala jaringan pertukaran gas

Gangguan Gangguan perfusi Gangguan rasa


transmisi impuls jar. cerebral nyeri

Pe suhu tubuh Hipermetabolik

Kejang Perubahan nutrisi Mual, muntah

Kelemahan neurologis Imobilisasi

Gangguan integritas kulit Gangguan cairan dan elektrolit

4. Tanda dan Gejala.


1. Demam.

2. Sakit kepala dan biasanya pada bayi disertai jeritan.

3. Pusing.

4. Muntah.

5. Nyeri tenggorokan.

6. Malaise.

7. Nyeri ekstrimitas.

8. Pucat.

9. Halusinasi.
10. Kaku kuduk.

11. Kejang.

12. Gelisah.

13. Iritable.

14. Gangguan kesadaran.

5. Pemeriksaan Diagnostik.
1. Pemeriksaan cairan serebrospinal.

Warna dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel dengan dominasi sel limfosit. Protein aga
normal.

2. Pemeriksaan EEG.

Memperlihatkan proses inflamasi yang difuse “bilateral” dengan aktivitas rendah.

3. Pemeriksaan virus.

Ditemukan virus pada CNS didapatkan kenaikan titer antibody yang spesifik terhadap virus penyebab.

6. Penatalaksanaan.

1). Pengobatan penyebab :

Diberikan apabila jenis virus diketahui Herpes encephalitis : Adenosine arabinose 15 mg/Kg BB/hari selam
2). Pengobatan suportif.

Sebagian besar pengobatan encephalitis adalah : pengobatan nonspesifik yang bertujuan mempertahanka

Pengobatan tersebut antara lain :

o ABC (Airway breathing, circulation) harus dipertahankan sebaik-baiknya.


o Pemberian makan secara adequate baik secara internal maupun parenteral dengan memperhatikan ju
elektrolit dan vitamin.

o Obat-obatan yang lain apabila diperlukan agar keadaan umum penderita tidak bertambah jelek.

7. Komplikasi :

Dapat terjadi :

o Akut :
 Edema otak.

 SIADH.

 Status konvulsi.

o Kronik :

 Cerebral palsy.

 Epilepsy.

 Gangguan visus dan pendengaran.

8. Diagnosa banding.

Meningitis TB, Sidrom reye, Abses otak, Tumor otak, Encefalopati.


TINJAUAN KEPERAWATAN

Proses keperawatan merupakan metode yang diterpakan untuk membantu perawat dalam melakukan prak
memecahkan masalah keperawatan secara ilmiah. Sasaran yang ingin dicapai yaitu memperbaiki dan memelihara
mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Budi Anna Kelliat,1994).

1. Pengkajian.

Data-data yang di identifikasikan masalah kesehatan yang dihadapi penderita, meliputi :

1. Biodata.

Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal mas
pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. J
mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.

2. Keluhan utama.

Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS. keluhan utama pada penderita encep
kesadaran, demam dan kejang.

3. Riwayat penyakit sekarang.

Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan hebatnya keluhan, mulai timbul atau keka
sebelumnya. Biasanya pada masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari ditandai dengan demam,s akit k
malaise, nyeri ekstrimitas dan pucat. Kemudian diikuti tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung d
terebut berupa gelisah, irritable, screaning attack, perubahan perilaku, gangguan kesadaran dan kejang ka
berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia, ataksia dan paralisi saraf otak.

4. Riwayat kehamilan dan kelahiran.


Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal.

Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah diderita oleh ibu terutama penyakit i
lahi rdalam usia kehamilan aterm atau tidak karena mempengaruhi system kekebalan terhadap penyakit p
mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya aspirasi ketuban untuk anak. Riwayat post natal diperlukan u

Contoh : BBLR, apgar score, yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

5. Riwayat penyakit yang lalu.

Kontak atau hubungan dengan kasus-kasus meningitis akan meningkatkan kemungkinan terjdinya perada
Chusid, 1993). Imunisasi perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana kekebalan tubuh anak. Alergi pada ana
dapat memperburuk keadaan.

6. Riwayat kesehatan keluarga.

Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya dengan penyakit yang dideritanya. Pada
diketahui, apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular yang ada hubungannya dengan
marram, 1983).

7. Riwayat social.

Lingkungan dan keluarga anak sangat mendukung terhdap pertumbuhan dan perkembangan anak. Perjala
status mental, perilaku dan kepribadian. Perawat dituntut mengkaji status klien ataukeluarga agar dapat m
(Ignatavicius dan Bayne, 1991).

8. Kebutuhan dasar (aktfitas sehari-hari).

Pada penderita ensepalitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan sehari-hari antara lain : gangguan pem
muntah, hipermetabolik akibat proses infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial. Pola istirahat pada pen
mempengaruhi penderita. Pola kebersihan diri harus dilakukan di atas tempat tidur karena penderita lemah
pada orang lain perilaku bermain perlu diketahui jika ada perubahan untuk mengetahui akibat hospitalisasi

9. Pemeriksaan fisik.

Pada klien ensephalistis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pad apemeriksaan neurologis. Ruang lingkup p
meliputi :
1. Keadaan umum.

Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami perubahan atau penurunan tingkat k
disebabkan oleh gangguan metabolisme dan difusi serebral yang berkaitan dengan kegagalan neural

2. Gangguan system pernafasan.

Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial menyebabakan kompresi pada batang
teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan (F. S

3. Gangguan system kardiovaskuler.

Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pada daerah tersebut, hal ini ak
menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan meningkatnya

4. Gangguan system gastrointestinal.

Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan intrakranial yang menstimulasi
meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula terjd diare akibat terjadi peradangan sehingga terjad

10. Pertumbuhan dan perkembangan.

Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronuis atau mengalami hospitalisasi yang lama
pertumbuhan dan perkembangan sangat besar. Hal ini disebabkan pada keadaan sakit fungsi tubuh menu
pertama pada anak merupakan “tahun emas” untuk kehidupannya. Gangguan atau keterlambatan yang te
–tugas pertumbuhan selanjutnya. Pengkajian pertumbuhna dan perkembangan anak ini menjadi penting s
Pengkajian dapat dilakukan dengan menggunakan format DDST.

DIAGNOSA DAN ASUHAN KEPERAWATAN

 Diagnosa : Potensial terjadi peningkatan tekanan intra cranial sehubungan dengan vasodilatasi pembuluh dara

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan peningkatan tekanan intra cranial tidak terjadi yang ditan
peningkatan tekanan intra cranial seperti peningkatan tekanan darah, denyut nadi lambat, pe
melebar, anisokor, refleks terhadap cahaya negatif, tingkat kesadaran menurun.

Intervensi Rasional

1. Kaji ulang status neurologis yang 1. Peningkatan TIK dapat


berhubungan dengan tanda-tanda diketahui secara dini untuk
peningkatan TIK, terutama GCS. menentukan tindakan
selanjutnya.

2. Peningkatan TIK dapat


2. Monitor TTV : tekanan darah, diketahui secara dini untuk
denyut nadi, respirasi, suhu menentukan tindakan
minimal satu jam sampai keadaan selanjutnya.
klien stabil.
3. naikkan kepala dengan sudut 15- 3. Dengan posisi tersebut maka
45 derajat (tidak hiperekstensi akan meningkatan dan
dan fleksi) dan posisi netral (dari melancarkan aliran balik vena
kepala hingga daerah lumbal darah sehingga mengurangi
dalam garis lurus). kongesti serebrum, edema
dan mencegah terjadi
penigkatan TIK. Posisi netral
tanpa hiper ekstensi dan
fleksi dapat mencegah
penekanan pada saraf
spinalis yang menambah
peningkatan TIK.

4. Tindakan ini mencegah


kelebihan cairan yang dapat
menambah edema serebri

5. Obat-oabatan tersebut dapat


menarik cairan untuk
mengurangi edema otak.

4. Monitor intake dan output cairan 6. Mengurangi hipoksemia dapat


tiap 8 jam sekali. meningkatan vasodilatasi
serebri, volume darah dan
TIK.

5. Kolaborasi dengan tim medis


dalam pemberian obat anti edema
seperti manitol, gliserol, dan lasix.

6. Berikan oksigen sesuai program


dengan saluran pernafasan yang
lancar.

 Diagnosa : Tidak efektifnya jalan nafas sehubungan dengan penumpukan secret pada jalan nafas.

Tujuan : Setelah dilakuakan tindakan keperawatan jalan nafas bisa efektif, oksigenasi adequate yang ditan

Frekwensi pernafasan 20-24 X/menit, irama teratur, bunyi nafas normal, tidak ada stridor, ro
hidung pergerakan dada simetris, tidak ada retraksi.

Intervensi Rasional

1. Kaji ulang kecepatan kedalaman, 1. Perubahan yang terjadi


frekwensi, irama dan bunyi nafas. berguna dalam menunjukkan
adanya komplikasi pulmunal
dan luasnya bagian otak yang
terkena.

2. Dengan posisi tersebut maka


akan mengurangi isi perut
terhadap diafragma, sehingga
ekspansi paru tidak terganggu.
2. Atur posisi klien dengan posisi
semi fowler.
3. Dengan fisioterapi dada
diharapkan secret dapat
didirontokkan ke jalan nafas
besar dan bisa di keluarkan.

4. Dengan dilakukannya
3. Lakukan fisioterapi dada. penghisapan secret maka jalan
nafas akan bersih dan
akumulasi secret bisa dicegah
sehingga pernafasan bisa
lancar dan efektif.

5. TTV merupakan gambaran


perkembangan klien sebagai
pertimbangan dilakukannya
tindakan berikutnya.
4. Lakukan penghisapan lendir
dengan hati-hati selama 10-15
detik. Catat sifat, warna dan bau 6. Pemberian Oksigen dapat
secret. meningkatkan oksigenasi otak.
Ketepatan terapi dibutuhkan
untuk mencegah terjadinya
keracunan oksigen serta iritasi
saluran nafas.

5. Observasi TTV terutama


frekwensi pernafasan.

6. Lakukan kolaborasi dengan tim


medis dalam pemberian terapi
oksigen, monitor ketepatan terapi
dan komplikasi yang mungkin
timbul.
Sebagai Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak I

oleh :

1. Tri Nurhudi S.
2. Dwi Astutik

3. Purwo Handriyo

4. Siti Widiastuti

DEPARTEMEN KESEHATAN RI

POLITEHNIK KESEHATAN MALANG

PRODI KEPERAWATAN MALANG

2003
Tags: jovan
0 comments share

Askep FRAKTUR

FRAKTUR
1. Identitas Data

Nama : An. R.

Umur : 10 Tahun

Nama Ayah/Ibu : - / Ny.Marni

Pekerjaan Ayah : -

Pekerjaan Ibu : Buruh

Alamat : Jalan Alpu Buntu Mapar RT.001/RW01 Jakarta Barat

Kultur : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan Ayah/Ibu : - / SD

2. Keluhan Utama

Kaki kanan sulit digerakkan setelah diserempet mobil

3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Tidak dikaji (anak berumur 10 tahun)

4. Riwayat Masa Lampau

1. Penyakit waktu kecil

Anak tidak pernah sakit berat, hanya batuk dan pilek biasa. Anak pernah patah pada kaki kiri akibat terjatuh saat umur 8 tahun tapi sembu

2. Pernah dirawat di rumah sakit

Tidak pernah

3. Obat-obatan yang digunakan

Bila sakit ringan (batuk & pilek) biasanya diberikan obat bebas (Tempra, Bodrexin). Bila sakit berat (batuk, pilek, panas yang tidak sembuh

4. Tindakan operasi

Tidak pernah

5. Alergi
Menurut ibu, tidak ada riwayat alergi.

6. Kecelakaan

Anak pernah terjatuh karena mengejar layangan dan bengkak serta patah pada kaki kiri tapi sembuh setelah dibawa ke dukun urut

7. Imunisasi

Lengkap

5. Riwayat Keluarga

Keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti asma, diabetes mellitus dan penyakit gangguan jiwa. Keluarga tidak ada menderita p

6. Riwayat Sosial

1. Yang mengasuh

Anak sudah mandiri

2. Hubungan dengan anggota keluarga

Anak adalah anak bungsu dari tiga bersaudara dan hubungan anak dengan saudara-saudaranya baik hanya kadang-kadang bertengkar d

3. Hubungan dengan teman sebaya

Klien biasa bermain dengan teman sebayanya, saat sehat anak sangat lincah bermain tetapi semenjak sakit klien tidak bisa bermain dan

4. Pembawaan secara umum

Klien tampak lincah.

7. Kebutuhan Dasar

1. Makanan yang disukai/tidak disukai

Anak kurang suka makan nasi dan lauk pauk, anak lebih senang dengan jajanan.

2. Pola tidur

Anak tidur 8 – 10 jam sehari

3. Mandi

Anak mandi sendiri, gosok gigi sendiri

4. Aktifitas bermain
Sangat aktif bermain

5. Eliminasi

BAB 1 – 2 kali sehari, BAK 6 – 8 kali sehari, sudah tidak pernah ngompol lagi

8. Keadaan Kesehatan Saat Ini

1. Diagnosa Medis

CKR & Fraktur Femur Dextra

2. Tindakan operasi

Tidak ada, hanya dipasang gips hemispice

3. Status Nutrisi

Berat badan klien 25 kg (normal berat badan untuk usia 10 tahun : 28 kg). Menurut ibunya anaknya sangat aktif bermain dengan teman-te
pucat, sklera tidak ikterik, nilai Hb. 11 g/Dl (n. 13 – 16), oedema tidak ada. Sekarang klien dapat menghabiskan makanan yang diberikan d

4. Status cairan

Kulit tampak kering, oedema tidak ada, tidak terpasang infus

5. Obat-obatan

Ampicillin 3 x 250 mg, Panadol 3 x 1

6. Aktifitas

Selama dirawat, klien mengalami keterbatasan dalam beraktifitas

7. Tindakan keperawatan

Penyuluhan tentang pemberian nutrisi, pencegahan infeksi dan mobilisasi dini

8. Hasil Laboratorium

Hb 11 g/Dl, Ht. 33, Ery 4,5, Leuko 18.200, Trombo 318.000

9. X-Ray

Rontgen Femur Dextra : Fraktur Drafirs Femur Dextra tertutup

9. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum, kesadaran CM tampak sakit sedang


2. Tinggi badan 147 cm

3. Berat badan 25 kg

4. Kulit, kering

5. Tengkuk, kaku kuduk (-)

6. Mata, sklera tidak ikterik, conjunctiva tidak pucat, mata tampak tidak cekung

7. Telinga, tidak terdapat perlukaan, tidak terdapat cairan, cerumen (+)

8. Hidung, tidak terdapat ingus

9. Mulut, nampak sariawan dan terdapat karies pada gigi

10. Dada, simetris tidak ada kelainan

11. Paru-paru, ronchi(-), wheezing (-)

12. Jantung, BJ I dan BJ II terdengar normal, murmur (-), gallop (-)

13. Perut, tidak distensi

14. Punggung, tidak ada kelainan

15. Genitalia, tidak dikaji

16. Ektremitas, simetris, terdapat gips hemispice dari pinggang ke femur dextra sampai dibawah lutut

17. Kelenjar getah bening, tidak ada pembengkakan

18. Tanda vital, S 36,2 C, N 90 x per menit, R 22kali per menit, T 110/70 mmHg

10. Pemeriksaan tingkat perkembangan

1. Kemandirian dan bergaul

Anak cukup mandiri dan banyak mempunyai teman di lingkungan rumahnya

2. Motorik Halus

Menurut ibu, anak pintar membuat mainan.

3. Kognitif dan bahasa

Menurut ibu, anak fasih berbicara dan di sekolah termasuk peringkat sepuluh besar di kelas (Anak baru kelas 1 SD pada umur 9 tahun ka

4. Motorik Kasar

Anak tampak lemah dalam melakukan aktifitas motorik kasar karena keadaan kakinya
11. Informasi Lain

Ibu mengatakan tidak tahu cara perawatan anaknya di rumah (rencana pulang dengan gips) sehingga merasa cemas terhadap keadaan anak saat d

12. Ringkasan riwayat keperawatan

Klien masuk di UGD RSCM pada tanggal 2 Mei 1999 karena terserempet mobil saat mengejar layangan. Sebelumnya os sempat pingsan, muntah (
kemudian dirujuk ke RSCM. Os sulit menggerakkan kaki kanan dan terasa sakit. Kemudian tanggal 3 Mei 1999 klien dirawat di R-BCH.

13. Masalah Keperawatan

1. Keterbatasan aktifitas

2. Resiko infeksi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan

Keterbatasan Setelah diberikan tindakan  Kaji adanya rasa nyeri saat Rasa nyeri dapat membatasi
aktifitas perawatan, klien dapat klien bergerak pergerakan klien
1.
berhubungan beraktifitas dengan optimal
dengan pemasangan dengan kriteria :
gips hemispica pada
paha kanan
 Dapat berjalan
Untuk mengevaluasi kemampuan
dengan dibantu  Kaji pergerakan kaki kanan gerak kaki kanan
tongkat

Untuk mencegah kontraktur pada


Data Subyektif :  Dapat kaki kanan
menggerakkan
persendian di  Latih klien untuk
 Klien
menggerakkan persendian
bawah gips
mengatak
dengan optimal di bawah gips
an susah
bergerak
dan
berjalan

Mengoptimalkan kemampuan klien

Data Obyektif :
 Latih klien mengoptimalkan akan aktifitas
ektremitas yang sehat

 Klien
tampak
hati-hati Untuk melatih klien mengoptimalkan
keadaan sakitnya untuk beraktifitas
saat  Latih klien berjalan dengan
bergerak bantuan tongkat

Motivasi akan meningkatkan


keinginan klien untuk melakukan
aktifitas

 Beri motivasi pada klien


untuk berlatih dengan
memakai tongkat Dukungan keluarga akan
meningkatkan motivasi klien berlatih

 Anjurkan keluarga Untuk memenuhi kebutuhan sehari-


membantu klien beraktifitas hari klien

 Fasilitasi kebutuhan sehari- Mempercepat kesembuhan klien


hari klien

 Kolaborasi : Rujuk ke
fisiotherapist

Resiko infeksi  Anjurkan klien untuk tidak Luka garukan akan beresiko untuk
berhubungan menggaruk tepi gips menimbulkan luka infeksi
2. Selama dirawat klien tidak
dengan kurang
mengalami infeksi dengan
pengetahuan klien /
kriteria tidak terdapat tanda-
keluarga terhadap
tanda infeksi seperti
perawatan gips
kemerahan, bengkak, nyeri
pada tepi gips Untuk mengurangi rasa gatal
 Anjurkan keluarga untuk sehingga mencegah klien
memberi bedak anti gatal menggaruk tepi gips

Faktor resiko :

 Klien
Meminimalkan resiko infeksi
sering
menggaru
k tepi gips  Anjurkan klien agar berhati-
karena hati saat BAB/BAK agar
gatal tidak mengotori gips

 Klien
sering
memasukk
an benda-  Anjurkan klien agar tidak
Untuk mencegah terjadinya reaksi
benda ke memasukkan benda-benda
tubuh terhadap allergen
tepi gips kecil ke tepi gips
 Kaji tanda-tanda infeksi Tepi gips adalah area yang tertekan
pada tepi gips sehingga mudah terserang infeksi

Dengan kebersihan terjaga, resiko


infeksi dapat diminimalkan

 Anjurkan keluarga untuk


memberikan perawatan
kebersihan bagi klien
secara adekuat

Menunjukkan adanya infeksi


sehingga perlu tindakan segera

 Anjurkan keluarga
melaporkan bila ada rasa
nyeri pada tepi gips

IMPLEMENTASI

Tgl. No.Dx.Kep Implementasi Evaluasi

 Mengkaji nyeri saat klien bergerak S:


22/5/99 1.
 Mengkaji pergerakan kaki kanan  Klien mengatakan nyeri saat bergerak
 Klien mengatakan akan berlatih memakai
tongkat
 Melatih klien menggerakkan persendian di
bawah gips
 Keluarga mengatakan akan membantu
klien beraktifitas
 Memberi motivasi pada klien untuk berlatih
dengan memakai tongkat
O:

 Menganjurkan klien mengoptimalkan bagian


yang sehat  Klien meringis
 Klien mapu menggerakkan kaki kanan

 Menganjurkan keluarga membantu klien


beraktifitas A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan rencana intervensi


 Menganjurkan klien untuk tidak menggaruk S:
17/599 2. tepi gips
 Ibu mengatakan akan membantu anak
 Menganjurkan keluarga memberi bedak anti menjaga kebersihan diri
gatal  Ibu mengatakan akan membeli bedak
gatal

 Menganjurkan klien agar tidak memasukkan


benda kecil ke tepi gips  Klien berjanji tidak akan menggaruk atau
memasukkan benda kecil ke tepi gips

 Mengkaji tanda-tanda infeksi


O:

 Menganjurkan keluarga untuk memberi


perawatan kebersihan yang cukup pada klien  Tidak ada tanda-tanda infeksi pada area
tepi gips

A : Masalah tidak terjadi

P : Lanjutkan rencana intervensi

AKTIFITAS HARIAN PRAKTEK M.A. KEPERAWATAN ANAK

Nama Mahasiswa : Subhan

NIM :010030170 B

Ruangan : BCH RSCM

Tanggal Praktek : 22 Mei 1999

Kegiatan
Waktu Keterangan

Tiba di ruangan dan melapor pada perawat ruangan tentang pergantian dinas
14.30 WIB
Melakukan pengkajian pada klien kelolaan : An. R. Klien masuk tanggal 2 Mei 1999 Diagnosa Medis :
dengan keluhan utama nyeri pada kaki saat digerakkan akibat terserempet mobil saat
14.45 – 15.15
mengejar layangan. Klien dipasang gips hemispica pada paha kanan pada tanggal 21
WIB
Mei 1999. Gips masih belum kering sempurna.  CKR

 Fraktur Femur

Masalah perawatan yang ditemukan :

 Keterbatasan aktifitas
 Resiko infeksi

Diagnosa Perawatan :

 Keterbatasan aktifitas berhubungan dengan pemasangan gips hemispica


pada paha kanan
 Resiko infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan klien/keluarga
terhadap perawatan gips

Melakukan penyuluhan kesehatan pada An. M (Laki, 12 tahun) tentang :


15.15 – 15.45 Diagnosa Medis : Hipospadia
WIB  Latihan miksi teratur pasca koreksi
 Personal hygine pada area genitalia

 Pemenuhan nutrisi untuk mempercepat proses penyembuhan

Melakukan penyuluhan kesehatan pada An. S.I (Perempuan, 2 ½ tahun) tentang :


16.00 – 16.20 Diagnosa Medis : Repair
WIB  Pencegahan infeksi Colostomy
 Personal hygine

 Tumbuh kembang anak toddler

 Pemberian makan yang adekuat

Melaksanakan intervensi keperawatan pada klien kelolaan An. R. untuk diagnosa


perawatan 1
16.20 – 16.45 Implementasi dan evaluasi ada
WIB pada laporan praktek
Melakukan penyuluhan kesehatan pada An. N. (Laki, 11 bulan) tentang :
17.00 – 17.15 Diagnosa Medis : Pasca
WIB  Pencegahan infeksi Duhamel
 Personal hygine

 Tumbuh kembang anak

 Pemberian nutrisi yang adekuat

17.20 – 18.10 Melaksanakan intervensi pada klien kelolaan untuk diagnosa perawatan ke-2 Implementasi dan evaluasi ada
WIB pada laporan praktek

18.15 – 18.30 Melaksanakan pencatatan


WIB

18.30 – 19.00 Istirahat Makan


WIB

Melaksanakan evaluasi terhadap penyuluhan pada klien An. M dengan hasil :


19.00 – 19.20
WIB  Klien dapat menjelaskan tentang latihan miksi
 Klien dapat menjelaskan tentang personal hygine yang baik

 Klien dapat menjelaskan tentang peranan nutrisi yang adekuat terhadap


proses penyembuhan

Melaksanakan evaluasi penyuluhan pada keluarga klien An. S.I dengan hasil :
19.30 – 19.45
WIB  Ibu dapat menyebutkan cara-cara pencegahan infeksi
 Ibu dapat menyebutkan karakteristik tumbuh kembang anak toddler

 Ibu mengatakan akan berusaha memberikan makanan yang adekuat

19.50 – 20.10 Melakukan evaluasi pada klien kelolaan Evaluasi dapat dilihat pada NCP
WIB praktek

20.10 – 20.30 Melakukan pencatatan


WIB
Pulang
20.30 WIB

Tags: jovan
0 comments share

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

Definisi ;

1. Diare adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran pencernaan, dipengaruh oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasika
dari tinja (whaley dan Wong, 1997)..
2. diare adalah pola buang air besar yang tidak normal dengan bentuk tinja encer dan peningkatan frekwensi yang lebih dari biasanya (FK

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Kultur tinja.
2. Media terkontaminasi (air, makanan ).

3. Sigmoidoskopy.

4. Hematologi.

5. Kultur pus ( otitis media )

SISTEMATIKA PENATAAKSANAAN DIARE BERDASARKAN KEADAAN PENDERITA (Diagnosa fisik pada anak, (

Tanpa dehdrasi sampai Dehidrasi ringan sampai Dehtdrasi berat dengan /


dehidrasi ringan dehidrasi sedang tanpa komplikasi dengan /
tanpa penyakit

Cairan rehidrasi parentral, RL,


Glukosa
Cairan RT ( LGG, air tajin, Oralit
kuah sayur )
RS /Puskesmas perwatan

Pengobatan dirumah Puskesmas, poliklinik RS

Menurut banyaknya cairan yang hilang gunakan derajat dehidrasi

1. Kehilangan berat badan


1. 2,5% : tidak ada dehidrasi

2. 2,5 – 5% : dehidrasi ringan

3. 5 – 10% : dehidrasi sedang

4. 10% : dehidrasi berat

2. Skor Maurice King

Nilai
Keterangan
Bagian tubuh 0 1 2
yang
diperiksa
0-2 =dehidrsi ringan

3-6=dehidrasi swdang.

7-2=dehidrasi berat

Pda anak-anak =UUB sudah menutup


, diganti produksi urine.

Untuk kekenyalan kulit, kembali

1 detik = dehidrasi ringan

1-2 detik = dehidrasi sedang

2 detik/> =dehidrasi berat

Gelisah Mengigau
Keadaan Sehat
umum Cengeng Koma

Apatis Shock

Mengantuk

Turgor Normal Sedikit Sangat kurang


kurang

Mata Normal Sedikit Sangat cekung


cekung

UUB Normal Sedikit Sangat cekung


cekung

Kering
Mulut Normal Kering
Sianosis
Denyut nadi / Kuat Sedang Lemah >140
menit <120 (120-140)

MASALAH KESEHATAN

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit


2. Gangguan nutrisi

3. Gangguan integritas kulit.

4. Resiko infeksi.

5. Kecemasan.

. MASALAH KOLABORATIF

1. Dehidrasi.
2. Shock hipovolemik.

3. Asidosis metabolik

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kekurangan volme cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan dari gastrointestinal aaakibat diare.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhabn tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake, diare.

3. Resiko tinggi penjalaran infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme di saluran pencernaan.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan iritasi akibat peningkatan frekwensi dan keluarnya feces yang cair.

5. Cemas atau takut berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang tidak dikenal, pelaksanaan presedur.

6. Perubahan proses dalam keluarga berhubungan dengan krang pengetahuan, situasi krisis.

PERENCANAAN DAN INTERVENSI

1. Kekurangan volume caiuran berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan dari gastrointestial akibat diare.

Tujuan : kien kan menunjukkan tanda – tanda rehidrasi dan berikan cairan yang adekuat.

Kriteria : anak menunjukkan tanda tanda adekuat (turgor kulit baik, mata dan fontanel tidak cekung, kesadaran compos mentis )

Intervensi:

1. Berikan cairan rehidrasi peroral


2. Berikan dan monitor cairan yang diberikan.

3. Berikan (kolaborasi) pemberian antibiotik sesuai dengan resep pengobatan.

4. Setelah rehidrasi berikan diet yang toleran secara teratur.


5. Anjurkan cairan peroral yang rendah garam seerti ASI, formula bebas laktosa.

6. Catat intake dan output ( urine,BAB, dan muntah ).

7. Monitor urine secara spesifik tiap 8 jam atau sesuai indikasi dan timbang berat badan tiap hari.

8. Batasi intake seperti ju ice buah, soft drink, dan gelatin.

9. Kaji tanda-tanda vital turgor kuit, mukosa membran dan status mental setaip 4 jam atau sesuai indikasi.

2. Perubahan nurisi : urang dari kebutuhan tubuh berhubungan engan tidak adekuatnya intake, diare.

Tujuan : klien akan makan makanan sesuai dengan umur dan berat badan.

Kreteria : anak akan menunjukkkan kepuasan dengan kenaikan berat badan.

Intervensi ;

1. Setelah rehidrasi, anjurkan ibu untuk memberikan ASI secara teratur.


2. Berikan diet yang toleransi.

3. Catat dan observasi respon terhadap makanan.

4. Jelaskan pada keluarga tentang prioritas diet.

3. Resiko tinggi penjalaran infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme di gastrointestinal track.

Tujuan : klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

Kreteria ; infeksi adak terjadi ditempat lain.

Intervensi:

1. Lakukan tindakan sesuai standar dan kontrol infeksi dengan menggunakan alat-alat dasposal dan pencucian serta dalam penam
2. Pakailah popok yang pas, jangan longggar.

3. Usahakan anak untuk menjauh area yang terkontaminasi dan selalu mencuci tangan setiap selesai toileting.

4. Anjurkan keluarga untuk melakukan tindakan isolasi seperti mencuci tangan.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi akibat peningkatan frekwensi dan keluarnya feces yang cair.

Tujuan : klien akan menunjukkan peningkatan integritas kulit.

Kreteria : anak tidak mengalami tada-tanda kerusakan pada lulit.

Intervensi ;

1. Ganti popok sesering mungkin.


2. Bersishkan bokong dengan bahan yang lembut, sabun non alkaline dan air dalam bak mandi khusus bayi.

3. Oleskan salep seperti zinc oxide.


4. Perhatikan tanda kemerahanataau ruam pada kulit.

5. Hindari pemakain pemersih yang mengandung alkohol pada kulit yang lecet.

6. Observasi bokong dan perineum terhadap infeksi.

7. Kolaborasi ( untuk pemberian anti fungi ).

5. Cemas atau takut berhubungan dengan perpisah dengan orang tua, lingkungan yang tidak dikenal, pelaksaan prosedur.

Tujuan : klien merasa nyaman dan tidak takut.

Kritreria ;

1. Anak menunjukkan penurunan tanda-tanda emosi.


2. Keluaraga aktif berpartisipasi dalam perawatan anak.

Intervensi:

1. Berikan dot pada dan perkembangan bayi.


2. Anjurkan keluarga untuk berkunjung ean berpartisipasi dalam perawatan seoptimal mungkin..

3. Berikan sentuhan, peluan dan berbicaralah sebanyak mungkin dengan anak.

4. Berikan stimulus sensasi dan pengalihan perhatian sesuai kondisi pertumbuhan anak.

6. Perubahan proses dalam keluarga dengan kurang pengetahuan, situasi krisis.

Tujuan ; keluarga mengerti dengan penyakit anak.

Kreteria : keluarga mendemonstrasikan kemampuan merawat anak terutama di rumah.

Intervensi ;

1. Berikan informasi pada keluarga tentang perawatan dan therapy.


2. Kaji kemampuan keluarga dalam memberian support dan rasa aman dan ikutkan keluarga dalam proses perawatan.

3. Anjurkan keluarga untuk mematuhi hal-hal yang berhubungan dengan tidakan pencegahan.

4. Rencakan follow up asuhan setelah hospitalisasi.

5. Rujuk keluarga ke instansi atau instansi atau fasilitas kesehatan masyarakat terdekat.

EVALUASI

1. Rehidrasi tercapai, intake balance,berat badan tetap atau menungkat.


2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi, intake adekuat terutama kalori.

3. Tidak terdapat tanda- tanda infeksi di tempat lain.

4. Ti ak terjadi gangguan integritas kulit.


5. Klien dan kelurga dapat mengepesikan peningkatan rasa nyaman.

6. Keluarga mampu mendentrasikan perawatan anak, pengobatan yang dibutuhkan selama di rumah sakit dan di rumah.

BUKU SUMBER :

Kathleen, 1994, Pediatric Care Planning, Springhouse: USA

Latief, Abdul. Dkk, 1991, Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Bagian Ilmu Kesehatan Anak: Jakarta

Whalley, F. Lucille; Wong, Donna L, 1991, Nursing Care Of Infant, Mosby Company: Philadelphia

Wong, Donna L, 1997, Pediatric Nursing, Mosby Company: St Louis, Missouri

Tags: jovan
0 comments share

DM
Uraian:

Kekurangan insulin mengakibatkan diabetes mellitus/kencing manis, yang terbagi atas insulin dependent diabe
diabetes mellitus (NIDDM). Penyakit ini dapat menimbulkan kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.

Kelainan metabolisme karbohidrat dapat meningkatkan glikolisis dan glikoneogenesis serta menurunkan prose
hiperglikemi yang melebihi ambang ginjal (lebih dari 180 mg%) dan timbul glukosurya sehingga terjadi diuresis yang be
mengakibatkan arteriosclerosis sehingga terjadi gangguan pada pembuluh darah mikro dapat terjadi retinopati dan per
kunjung sembuh, ganggren dan akhirnya amputasi. Kadar gula darah meningkat yang lama dapat timbul glikosilasi, glu
sehingga terjadi poliuri. Dimana yang terbuang adalah air dan glukosa sehingga terjadi koma diabetikum.

Pada kelainan metabolisme lemak menyebabkan mobilisasi lemak meningkat sehingga berat badan menurun
keton meningkat, nafsu makan meningkat, dan terjadi hipekolesterolemia yang berakibat terjadi aterosklerotik dan keto
komadiabetikum.

Sedangkan kelainan metabolisme protein mempengaruhi fasilitas transmembran asam amino berkurang sehin
akhirnya terjadi penurunan sintesa protein, juga terjadi proses penurunan transkripsi, translasi, replikasi, dan proliferas
pertumbuhan jaringan, maka jika terjadi cidera atau luka tidak terkontrol akan sulit sembuh, infeksi, gangren dan ampu

Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic (dari hiperglikemia), kehilangan gastric berle
kacau mental).
2. Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan

3. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, Penurunan fungsi leukosit, p
yang ada sebelumnya, atau ISK.

4. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan perubahan kimia endogen (ketidak

5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolic, perubahan kimia darah (insufisiensi ins
hipermetabolik/infeksi)
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantu

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi, tid

Intervensi dan rasional

Dx. Tujuan Intervensi Rasional

1 2 3 4

Hidrasi adekuat
1. dengan kriteria: 1. Kaji riwayat pasien, Membantu dalam memperkirakan
lamanya/intensitas kekurangan volume total, adanya proses
 Tanda gejala: muntah, infeksi mengakibat-kan demam dan
vital pengeluaran urine yang keadaan hipermetabolik yang
stabil, Berlebihan meningkatkan kehilangan air tak
nadi kasatmata.
perifer
dapat
diraba, 2. Pantau tanda-tanda vital Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh
hipotensi dan takikardia
 Turgor
kulit Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi/
dan 3. Kaji nadi perifer, volume sirkulasi yang adekuat.
pengisi pengisian kapiler, turgor
an kulit dan membran
kapiler mukosa.
baik,
haluara Pantau intake dan out
n urine 5. put cairan Memberikan Perkiraan kebutuhan akan
tepat cairan pengganti, fungsi ginjal, dan
secara keefektifan dari terapi yang diberikan.
individu
, dan
kadar
elektroli
6. Timbang berat badan Mengetahui status cairan yang sedang
t dalam
setiap hari berlangsung dan pedoman dalam
batas
memberikan cairan pengganti.
normal.

1 2 3 4
1. 7. Pertahankan untuk membe-rikan Mempertahankan hidrasi/volume
cairan minimal 2.500 ml/hari dalam cairan
batas yang dapat ditoleransi jantung.

Ciptakan lingkungan yang nyaman


8. Menghindari pemanasan yang
berlebihan terhadap pasien lebih
lanjut akan dapat menimbulkan
kehilangan cairan.

Kaji adanya perubahan


9. mental/sensori. Perubahan mental dapat
behubungan dengan glukosa yang
. tinggi/rendah, elektrolit yang
abnormal, asidosis, Penurunan
perfusi serebral dan
berkembangnya hipoksia

10. Observasi: mual, nyeri abdomen, Kekurangan cairan dan elektrolit


muntah dan distensi lambung mengubah motilitas lambung, yang
seringkali akan menimbulkan
muntah dan secara potensial akan
menimbulkan kekurangan
cairan/elektrolit.

11. Observasi adanya perasaan Pemberian cairan untuk perbaikan


kelelahan yang meningkat, edema, yang cepat mungkin sangat
peningkatan berat badan, nadi tidak berpotensi menimbulkan kelebihan
teratur, dan adanya distensi pada beban cairan dan GJK
vaskuler.

Kolaborasi:
12.
o Berikan terapi cairan Tipe dan jumlah cairan tergantung
se-suai dengan pada derajat kekurangan cairan
indikasi: Nor-mal dan respon pasien secara
salin/tanpa dextrose individual.

o Albumin, plasma
atau dekstran Plasma ekspander kadang
dibutuhkan jika kekurangan
tersebut mengancam kehidupan/TD
sudah tidak dapat kembali normal
dengan usaha rehidrasi yang telah
dilakukan
o Pasang kateter urine Memberikan pengukuran yang
tetap akurat terhadap haluaran urine

o Pantau pemeriksaan
laboratorium seperti:

 Heamatokrit
(Ht) Mengkaji tingkat hidrasi dan
seringkali meningkat akibat
hemokonsentrasi yang terjadi
setelah diuresis osmotic.

Peningkatan nilai dapat


 BUN/kreatinin mencerminkan kerusakan sel
karena dehidrasi atau tanda awitan
kegagalan ginjal.

Meningkat sehubungan dengan


adanya hiperglikemia dan
 Osmolalitas dehidrasi.
darah
Mungkin menurun yang dapat
mencerminkan perpindahan cairan
dari intrasel (diuresis osmotik).
 Natrium Kadar natrium yang tinggi
mencerminkan kehi-langan
cairan/dehidrasi berat atau
reabsorpsi nat-rium dalam
berespons terhadap sekresi
aldosteron.

Adanya akan terjadi hiperkelemia


dalam berespons pada asidosis,
namun selanjutnya kalium ini akan
 Kalium hilang melalui urine kadar kalium
absolut dalam tubuh berkurang.
Bila insulin diganti dan asidosis
teratasi, kekurangan kalium serum
justru akan terlihat.

o Berikan kalium atau Kalium harus ditambahkan pada IV


eleketrolit yang lain (segera aliran urine adequate)
melalui IV dan/atau untuk mencegah hipoka-lemia.
melalui oral sesuai Catatan: kalium fosfat dapat
indikasi diberikan jika cairan IV
mengandung natrium klorida untuk
mencegah kelebihan beban klorida.
o Berikan bikarbonat Diberikan dengan hati-hati untuk
jika pH kurang dari membantu memperbaiki asidosis
7,0. pada adanya hipotensi atau syock

o Pasang selang NG Mendekompresikan lambung dan


dan lakukan dapat menghilangkan muntah
penghisapan sesuai
indikasi

1 2 3 4

2.
Mencerna 1. Timbang berat badan/hari Mengkaji pemasukan makanan yang
jumlah atau sesuai dengan adequate (termasuk absorpsi dan
kalori/nutrien indikasi utilisasinya)
yang tepat
dengan kriteria:
berat badan 2. Tentukan program diet Mengidentifikasi kekurangan dan
stabil/ dan pola makan pasien penyimpangan dari kebutuhan terapeutik
penambahan dan ban-dingkan dengan
kearah rentang pola maka-nan yang
biasanya, nilai dapat dihabiskan
laboratorium
normal.
3. Auskultasi bising usus, Hiperglikemia dan gangguan
catat adanya nyeri keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
abdomen/ perut menurunkan motilitas/ fungsi lambung
kembang, mual, (distensi atau ileus paralitik) yang akan
muntahan makanan yang mempengaruhi pilihan intervensi. Catatan:
belum sempat dicerna, Kesulitan jangka panjang dengan
pertahankan keadaan Penurunan pengosongan lambung dan
puasa sesuai dengan motilitas usus yang rendah mengisyaratkan
indikasi adanya neuropati otonom yang
mempengaruhi saluran percernaan dan
memerlukan pengobatan secara sistemik
4. Berikan makanan cair Pemberian makanan melalui oral lebih baik
yang mengandung zat jika pasien sadar dan fungsi
makanan (nurtrien) dan gastrointestinal baik.
elektrolit dengan segera
jika pasien sudah dapat
mentoleransinya melalui
pemberian cairan melalui
oral. Selanjutnya terus
mengupayakan
pemberian makanan yang
lebih padat sesuai
dengan yang dapat
ditoleransi

5. Identifikasi makanan yangJika makanan yang disukai pasien dapat


disukai/dikehendaki dimasukkan dalam perencanaan makan,
termasuk kebutuhan kerja sama ini dapat diupayakan setelah
etnik/ cultural pulang.

6. Libatkan keluarga pasien Meningkatkan rasa keterlibatannya,


pada perencanaan memberikan informasi pada keluarga untuk
makan ini sesuai dengan memahami kebu-tuhan nutrisi pasien.
indikasi Catatan: Berbagai metode bermanfaat
untuk perencanaan diet meliputi pergantian
daftar menu, sistem perhitungan kalori,
indeks glikemik atau seleksi awal menu

7. Observasi tanda-tanda Karena metabolisme karbohidrat mulai


hipoklikemia, seperti terjadi (gula darah akan berkurang, dan
perubahan tingkat sementara tetap diberikan insulin makan
kesadaran, kulit lembab/ hipoglikemi dapat terjadi. Jika pasien
dingin, denyut nadi cepat, dalam keadaan koma, hipoglikemia
lapar, peka rangsang, mungkin terjadi tanpa memperlihatkan
cemas, sakit kepala, perubahan tingkat kesadaran. Ini secara
pusing sempoyongan potensial dapat mengancam kehidupan
yang harus dikaji dan ditangani secara
cepat melalui tindakan protocol yang
direncanakan. Catatan: DM tipe I yang
telah berlangsung lama mungkin tidak akan
menunjukan tanda-tanda hipoglikemia
seperti biasanya karena respons normal
terhadap gula darah yang rendah mungkin
dikurangi
Kolaborasi:
8.
o Lakukan Analisa di tempat tidur terhadap gula darah
pemeriks lebih akurat (menunjukan keadaan saat
aan gula dilakukan pemeriksaan) dari pada
darah memantau gula darah urine (reduksi urine)
dengan yang tidak cukup akurat mendeteksi
menggun fluktuasi kadar gula darah dan dapat
akan dipengaruhi oleh ambang/gagal ginjal.
“finger Catatan: Beberapa penelitian telah
stick” menemukan bahwa glukosa urine 20%
berhubungan dengan gula darah antara
140-260 mg/dl

1 2 3 4

2. 8 o Pantau Gula darah akan menurun perlahan


pemerik dengan penggantian cairan dan terapi
saan insulin terkontrol. Dengan pemberian
laborato insulin dosis optimal, glukosa kemudian
rium, dapat masuk ke dalam sel dan
seperti digunakan untuk sumber kalori. Ketika
glukosa hal ini terjadi, kadar aseton akan
darah, menurun dan asidosis dapat dikoreksi
aseton
pH, dan
HCO3.
o Berikan Insulin reguler memiliki awitan cepat
pengobadan Karenanya dengan cepat pula
tan dapat membantu Memindahkan
insulin glukosa ke dalam sel. Pemberian
secara melalui IV merupakan rute pilihan
teratur utama karena absorpsi dari jarinan
dengan subkutan mungkin tidak
metode menentu/sangat lambat. Banyak orang
IV percaya/ berpendapat bahwa metode
secara kontinyu ini merupa-kan cara yang
intermite optimal untuk mempermudah transisi
n atau pada metabolisme karbohidrat dan
secara menurunkan insiden hipoglikemia.
kontinyu
. Seperti
bolus IV
diikuti
dengan
tetesan
yang
kontinyu
melalui
alat
pompa
kira-kira
5-10 UI/
jam
sampai
glukosa
darah
mencap
ai 250
mg/dl.

o Berikan Larutan glukosa ditambahkan setelah


larutan insulin dan cairan membawa gula darah
glukosa, kira-kira 250 mg/dl. Dengan
misalny metabolisme karbohidrat mendekati
a normal, perawatan harus diberikan
destrosa untuk menghindari terjadinya
dan hipoglikemia.
setenga
h salin
normal
o Lakukan Sangat bermanfaat dalam perhitungan
konsulta dan Penyesuaian diet untuk memenuhi
si kebutuhan nutrisi pasien: menjawab
dengan pertanyaan dan dapat pula membantu
ahli diet pasien atau orang terdekat dalam
mengembangkan perencanaan makan

o Berikan Kompleks karbohidrat (seperti: jagung,


diet kira- wortel, brokoli, buncis dan gandum)
kira 60%menurunkan kadar glukosa/kebutuhan
karbohid insulin, menurunkan kadar kolesterol
rat, 20% darah dan meningkatkan rasa kenyang.
protein Pemasukan makanan akan dijadwalkan
dan sesuai karakteristik insulin yans spesifik
20% (misal: efek puncaknya) dan respons
lemak pasien secara individual. Catatan:
dalam Makanan tambahan dan komplek
penataa karbohidrat terutama sangat penting
n (jika insulin diberikan dalam dosis
makan/ terbagi) untuk mencegah hipoglikemia
pemberi selama tidur dan potensial resposn
an Somogyi.
makana
n
tambaha
n

o Berikan Dapat bermanfaat dalam mengatasi


obat gejala yang berhubungan dengan
metaklo neuropati otonom yang mempengaruhi
pramid saluran cerna, yang selanjutnya
(reglan); meningkatkan pemasukan melalui oral
tetrasikli dan absorpsi zat makanan (nutrien)
n

3. Tidak terjadinya 1. Obesrvasi tanda-tanda Pasien mungkin masuk dengan infeksi


infeksi/sepsis dengan infeksi dan peradangan, yang biasanya telah mencetuskan
kriteria: seperti demam, keadaan ketoasidosis atau dapat
mendemonstrasikan kemerahan, adanya pus mengalami infeksi nosokomial
teknik, perubahan pada luka, sputum
gaya hidup untuk purulen, urine warna
keruh atau keriput
mencegah terjadinya 2. Tingkatkan upaya Mencegah timbulnya infeksi silang
infeksi pencegahan dengan (infeksi nosokomial)
melakukan cuci tangan
yang baik pada semua
orang yang
berhubungan dengan
pasien termasuk
pasiennya sendiri

3. Pasang kateter/lakukan Mengurangi resiko terjadinya infeksi


perawatan parineal saluran kemih. Pasien koma mungkin
dengan baik. Ajarkan memiliki resiko yang khusus jika terjadi
pasien wanita untuk retensi urine saat awal dirawat.
membersihkan daerah Catatan: pasien DM wanita lansia
perinealnya dari depan merupakan kelompok utama yang
ke arah belakang paling berisiko terjadinya infeksi saluran
setelah BAK kemih/vagina

1 2 3 4

3.
4. Pertahankan teknik Kadar glukosa yang tinggi dalam darah
aseptic pada prosedur akan menjadi media terbaik bagi
invasive (seperti pertumbuhan kuman
pemasangan infus, dan
kateter folley) pemberian
obat intravena dan
membe-rikan perawatan
pemeliha-raan. Lakukan
pengobatan melalui IV
sesuai indikasi

5. Berikan perawatan kulit Sirkulasi perifer bisa terganggu yang


dengan teratur dan menempatkan pasien pada peningkatan
sungguh-sungguh, resiko terjadinya kerusakan pada
masase daerah tulang kulit/iritasi kulit dan infeksi
yang tertekan, jaga kulit
kering, linen kering dan
tetap kencing (tidak
berkerut)
6. Posisikan pasien pada Memberikan kemudahan bagi paru untuk
posisi semi fowler berkembang menurunkan resiko terjadinya
aspirasi

7. Auskultasi bunyi nafas Ronki mengindikasikan adanya Akumulasi


secret yang mungkin berhubungan dengan
pneumonia/bronchitis (mungkin sebagai
pencetus dari DKA). Edema paru (bunyi
krekels) mungkin sebagai akibat dari
pemberian cairan yang terlalu
cepat/berlebihan atau GJK

8. Lakukan perubahan Membantu dalam memventilasikan semua


posisi dan anjurkan daerah paru dan memobilisasi secret.
pasien untuk batuk Mencegah agar secret tidak statis dengan
efektif/nafas dalam jika terjadinya peningkatan terhadap resiko
pasien sadar dan koope- infeksi
ratif. Lakukan
pengisapan lendir pada
jalan nafas
menggunakan teknik
steril sesuai keperluan

9. Berikan tisu dan tempat Mengurangi penyebaran infeksi


sputum pada tempat
yang mudah dijangkau
untuk penampungan
sputum atau secret yang
lainnya

10. Bantu pasien untuk Menurunkan resiko terjadinya penyakit


melakukan hygiene oral mulut gusi

11. Anjurkan untuk makan Menurunkan kemungkinan terjadinya


dan minum adequate infeksi. Meningkatkan aliran urine untuk
(pemasukan makanan mencegah urine yang statis dan
dan cairan yang adequat) membantu dalam mempertahankan
(kira-kira 3.000 ml/hari pH/keasaman urine, yang menurunkan
jika tidak ada pertumbuhan bakteri dan penge-luaran
kontraindikasi) organisme dari sistem organ tersebut
Kolaborasi
12. Untuk mengidentifikasi organisme
o Lakukan sehingga dapat memilih/memberikan
pemeriks terapi antibiotik yang terbaik
aan kultur
dan
sensitivita
s sesuai
dengan
indikasi

o Berikan Penanganan awal dapat membantu


obat mencegah timbulnya sepsis.
antibiotik
yang
sesuai

4. Fungsi mental 1. Pantau tanda-tanda vital Sebagai dasar untuk membandingkan


optimal dengan dan status mental temuan abnormal, seperti suhu yang
kriteria: meningkat dapat mempengaruhi fungsi
mengenali dan mental
mengkompen-
sasi adanya
kerusakan 2. Panggil pasien dengan Menurunkan kebingungan dan membantu
sensori. nama, orientasikan untuk mempertahankan kontak dengan
kembali sesuai dengan realitas.
kebutuhannya, misalnya
terhadap tempat, orang,
dan waktu. Berikan
penjelasan yang singkat
dengan bicara perlahan
dan jelas.

1 2 3 4

4. 3. Jadwalkan intervensi Meningkatkan tidur, menurunkan rasa letih


keperawatan agar tidak dan dapat memperbaiki daya pikir
mengganggu waktu
istirahat pasien
4. Pelihara aktivitas rutin Membantu memelihara pasien tetap
pasien sekonsisten berhubungan dengan realitas dan
mungkin, dorong untuk mempertahankan orientasi pada
melakukan kegiatan lingkungan
sehari-hari sesuai
kemampuan

5. Lindungi pasien dari Pasien mengalami disorientasi merupakan


cedera (gunakan awal kemungkinan timbulnya cedera,
pengikat) ketika tingkat terutama malam hari dan perlu pencegahan
kesadaran pasien sesuai indikasi. Munculnya kejang perlu
terganggu. Berikan diantisipasi untuk mencegah trauma fisik,
bantalan lunak pada aspirasi dan lain-lain
pagar tempat tidur dan
berikan jalan nafas
buatan yang lunak jika
pasien kemung-kinan
mengalami kejang.

6. Evaluasi lapang pandangEdema/lepasnya retina. Hemoragis,


penglihatan sesuai katarak, atau paralysis otot ekstraokuler
dengan indikasi sementara mengganggu penglihatan yang
memerlukan terapi korektif dan atau
perawatan penyokong

7. Selidiki adanya keluhan Neuropati perifer dapat mengakibatkan


parestesia, nyeri, atau rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan
kehilangan sensori pada sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai
paha/kaki. Lihat adanya resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan
ulkus, daerah ganguan keseimbangan. Catatan:
kemerahan tempat- Mononeuropati mempengaruhi syaraf
tempat tertekan, tunggal (paling sering pada daerah
kehilangan denyut nadi femoralis dan otak) yang menyebabkan
perifer nyeri tiba-tiba dan kehilangan
motorik/sesorik sepanjang jaras syaraf
yang terkena tersebut

8. Berikan tempat tidur Meningkatkan rasa nyaman dan


yang lembut. Pelihara menurunkan kemungkinan kerusakan kulit
kehangatan kaki/tangan, karena panas. Catatan: Munculnya dingin
hindari terpajan terhadap yang tiba-tiba pad tangan/kaki dapat
air panas atau dingin mencerminkan adanya hipogikemia, yang
atau penggunaan perlu untuk melakukan pemeriksaan
bantalan/pemanas terhadap gula darah
9. Bantu pasien dalam Meningkatkan keamanan pasien terutama
ambulasi atau ketika rasa keseimbangan dipengaruhi
perubahan posisi

Kolaborasi:
10.
o Berikan Gangguan dalam proses pikir/potensial
pengobatterhadap aktivitas kejang biasanya hilang
an bila keadaan hiperosmolaritas teratasi
sesuai
dengan
obat
yang
ditentuka
n untuk
mengata
si DKA
sesuai
indikasi

o Pantau Ketidakseimbangan nilai-nilai laboratorium


nilai ini dapat menurunkan fungsi mental.
laboratoriCatatan: Jika cairan diganti dengan cepat,
um, kelebihan cairan dapat masuk ke sel otak
seperti dan menyebabkan gangguan pada tingkat
glukosa kesadaran (intoksikasi air)
darah,
osmolalit
as darah,
Hb/Ht,
ureum
kreatinin

o Bantu Dapat memberikan rasa nyaman yang


dengan berhubungan dengan neuropati
memblok
syaraf
setempat
,
memper-
tahankan
unit
TENS
5. Peningkatan 1. Diskusikan dengan Pendidikan dapat memberikan motivasi
tingkat energi pasien kebutuhan akan untuk meningkatkan tingkat aktivitas
dengan kriteria: aktivitas. Buat jadwal meskipun pasien mungkin sangat lemah.
menunjukan perencanaan dengan
perbaikan pasien dan identifikasi
kemampuan aktivitas yang
untuk menimbulkan kelelahan.
berpartisipasi
dalam aktivitas
yang diinginkan 2. Berikan aktivitas Mencegah kelelahan yang berlebihan.
alternatif dengan periode
istirahat yang cukup
tanpa terganggu.

1 2 3 4

5. 3. Pantau nadi, frekuensi Mengindikasikan tingkat aktivitas yang


pernafasan dan tekanan dapat ditoleransi secara fisiologis.
darah sebelum/sesudah
melakukan aktivitas.

4. Diskusikan cara Pasien akan dapat melakukan lebih


menghemat kalori banyak kegiatan dengan Penurunan
selama mandi, berpin- kebutuhan akan energi pada setiap
dah tempat dan kegiatan.
sebagainya

5. Tingkatkan partisipasi Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri


pasien dalam yang positif sesuai tingkat aktivitas yang
melakukan aktivitas dapat ditolerasi pasien.
sehari-hari sesuai
dengan yang dapat
ditoleransi.
6. Koping yang 1. Anjurkan Mengidentifikasikan area perhatiannya dan
adaptif dengan pasien/keluarga untuk memudahkan cara pemecahan masalah
kriteria: mengakui mengekspresikan
perasaan putus perasaannya tentang
asa, perawatan di rumah
mengidentifikasi sakit dan penyakitnya
cara-cara sehat secara keseluruhan
untuk
menghadapi
perasaan, 2. Akui normalitas dari Pengenalan bahwa reaksi normal dapat
membantu dalam perasaan membantu pasien untuk memecahkan
merencana-kan masalah dan mencari bantuan sesuai
perawatannya kebutuhan. Kontrol terhadap DM
sendiri dan cara merupakan pekerjaan yang terus-menerus
mandiri yang bertindak sebagai pengikat konstan
mengambil terhadap munculnya penyakit serta
tanggung jawab ancaman terhadap kehidupan/kesehatan
untuk aktivitas pasien
perawatan diri

3. Kaji bagaimana pasien Pengetahuan gaya hidup individu


telah menangani membantu menentukan kebutuhan
masalahnya dimasa terhadap tujuan pena-nganan. Pasien
lalu. Identifikasi lokus yang mempunyai lokus pusat kontrol
kontrol internal biasanya memperlihatkan cara
untuk meningkatkan kontrol terhadap
program pengobatan sendiri. Pasien yang
bertindak dengan lokus eksternal ingin
dirawat oleh orang lain atau mungkin akan
mengendalikan faktor-faktor eksternal
yang mempengaruhinya

4. Berikan kesempatan Meningkatkan perasaan terlibat dan


pas keluarga untuk memberikan kesempatan keluarga untuk
mengesk-presikan memecahkan masalah untuk membantu
perhatian dan mencegah terulangnya (kambuhnya)
diskusikan cara mereka penyakit pada pasien tersebut
dapat membantu
seperlu-nya terhadap
pasien

5. Tentukan Harapan yang tidak realitis atau adanya


tujuan/harapan dari tekanan dari orang lain atau diri sendiri
pasien atau keluarga dapat mengakibatkan perasaan
frustrasi/kehilangan kontrol diri dan
mungkin mengganggu kemampuan koping
6. Tentukan apakah ada Tenaga dan pikiran yang konstan
peru-bahan yang diperlukan untuk mengendalikan diabetik
berhubungan dengan yang seringkali Memindahkan fokus
orang terdekat hubungan. Perkembangan
psikologis/neuropati visceral
mempengaruhi konsep diri (terutama
fungsi peran seksual) mungkin menambah
keadaan stres}

7. Anjurkan pasien untuk Mengkomunikasikan pada pasien bahwa


membuat keputusan beberapa pengendalian dapat dilatih pada
sehu-bungan dengan saat perawatan
perawa-tannya, seperti
ambulasi dan waktu
beraktivitas.

8. Berikan dukungan pada Meningkatkan perasaan kontrol terhadap


pasien untuk ikut situasi
berperan serta dalam
perawatan diri sendiri
dan berikan umpan balik
positif sesuai dengan
usaha yang
dilakukannya

1 2 3 4

7. Pemahaman 1. Ciptakan lingkungan salingMenanggapi dan memperhatikan perlu


tentang penyakit percaya dengan diciptakan sebelum pasien bersedia
dengan kriteria: mendengar-kan penuh mengambil bagian dalam proses belajar
Mengidenti-fi-kasi perhatian, dan selalu ada
hubungan untuk pasien
tandagejala 2. Bekerja den pasien dalam Partisipasi dalam perencanaan
dengan proses menata tujuan belajar meningkatkan antusias dan kerjasama
penyakit dan yang diharapkan pasien dengan prinsip-prinsip yang
menghubungkan dipelajari
gejala dengan
faktor penyebab,
menjelas-kan 3. Pilih berbagai strategi Penggunaan cara yang berbeda tentang
posedur dan bela-jar, seperti teknik mengakses informasi meningkatkan
rasional tindakan, demonstrasi yang penerapan pada individu yang belajar
melakukan peru- memerlukan keteram-pilan
bahan gaya hidup dan biarkan pasien
dan berpartisipasi mendemonstrasikan ulang,
dalam program gabungkan keterampilan
pengobatan. baru ini kedalam rutinitas
rumah sakit

Diskusikan topik-topik
3. utama: Pengetahuan tentang faktor pencetus
dapat membantu menghindari
o Rasional kambunya serangan itu
terjadinya
serangan
ketoasidos
is
o Apakah Memberikan pengetahuan dasar di
kadar mana pasien dapat membuat
glukosa pertimbangan dalam memilih gaya
normal itu hidup.
dan
bagaimana
hal
tersebut
dibandingk
an dengan
kadar gula
darah
pasien,
tipe DM
yang
dialami
pasien,
hubungan
antara
kekuranga
n insulin
dengan
kadar gula
darah
yang
tinggi.

o Komplikasi Kesadaran tentang apa yang terjadi


penyakit membantu pasien untuk lebih konsisten
akut dan terhadap perawatannya dan
kronis mencegah/mengurangi awitan
meliputi komplikasi tersebut
gang-guan
penglihata
n (retino-
pati),
perubahan
dalam
neurosens
ori dan
kardio-
vaskuler,
perubahan
fungsi
ginjal/hiper
tensi
5. Demonstrasikan cara Melakukan pemeriksaan gula darah oleh
peme-riksaan gula darah diri sendiri 4 kali atau lebih dalam setiap
dengan menggunakan harinya memungkinkan fleksibilitas
“finger stick” dan berikan dalam perawatan diri, meningkatkan
kesempatan pasien untuk kontrol kadar gula darah dengan ketat
mendemon-strasikan (misal 60-150 mg/dl) dan dapat
kembali. Instruk-sikan mencegah mengurangi perkembangan
pasien untuk pemerik-saankomplikasi jangka panjang.
keton urinenya jika
glukosa darah lebih tinggi
dari 250 mg/dl

6. Diskusikan tentang Kesadaran tentang pentingnya kontrol


rencana diet, penggunaan diet akan membantu pasien dalam
makanan tinggi serat dan merencanakan makan/mentaati
cara untuk melakukan program. Serat dapat memperlambat
makan di luar rumah absorpsi glukosa yang akan
menurunkan fluktuasi kadar gula dalam
darah, tetapi dapat menyebabkan
ketidaknyamanan pada saluran cerna,
platus meningkat dan mempengaruhi
absorpsi vitamin/mineral.

7. Tinjau ulang program Pemahaman tentang semua aspek yang


pengobatan meliputi diguna-kan obat meningkatkan
awitan puncak dan penggunaan yang tepat. Algoritma dosis
lamanya dosis insulin yangdibuat yang masuk dalam per-hitungan
diresepkan, bila dosis obat yang dibuat selama evaluasi
disesuaikan dengan rawat inap; jumlah dan jadwal aktivitas
pasien atau keluarga fisik biasanya, perencanaan makan.
Dengan melibatkan orang
terdekat/sumber untuk pasien

8. Tekankan pentingnya Membantu menciptakan gambaran


mem-pertahankan nyata dari keadaan pasien untuk
pemeriksaan gula darah melakukan kontrol penyakitnya dengan
setiap hari, waktu dan lebih baik dan meningkatkan perawatan
dosis obat, diet, aktivitas, diri/kemandirian
perasaan/sensasi dan
peristiwa hidup
1 2 3 4

9. Tinjau kembali Mengidentifikasikan pemahaman dan


pemberian insulin oleh kebenaran dan prosedur atau masalah
pasien sendiri dan yang potensial dapat terjadi (seperti
perawatan terhadap penglihatan dan daya ingat), sehingga
peralatan yang solusi alternatif dapat ditentukan untuk
digunakan. Berikan pemberian insulin tersebut
kesempatan pada
pasien untuk
mendemon-strasikan
prosedur tersebut (misal,
menentukan daerah
penyuntikan dan cara
menyuntik atau
penggunaan alat suntik
pompa kontinyu

10. Diskusikan faktor-faktor Informasi ini akan meningkatkan


yang memegang pengendalian terhadap DM dan dapat
peranan dalam kontrol sangat menurunkan berulangnya kejadian
DM tersebut, seperti ketoasidosis. Catatan: Latihan aerobik
latihan (areobik versus (seperti berjalan dan berenang)
isometric), stres, meningkatkan keefektifan penggunaan
pembedahan dan insulin yang menurunkan kadar gula darah
penyakit tertentu dan memperkuat sistem kardiovaskuker.
Perencanaan penanganan “Sick day”
membantu mempertahankan
keseimbangan selama sakit, bedah minor,
stres emosi yang berat atau beberapa
keadaan yang mungkin meningkatkan gula
darah

11. Tinjau ulang pengaruh Nikotin mengkonstriksi pembuluh darah


rokok pada penggunaan kecil dan absorpsi insulin diperlambat
insulin. Anjurkan pasien selama pembuluh darah ini mengalami
untuk menghentikan konstruksi. Catatan: Absorpsi insulin dapat
merokok diturunkan sampai batas 30% di bawah
normal dalam 30 menit pertama setelah
merokok.
12. Buat jadwal Waktu latihan tidak boleh bersamaan
latihan/aktivitas yang dengan kerja puncak insulin. Makanan
teratur dan identifikasi kudapan harus diberikan sebelum atau
hubungan dengan selama latihan sesuai kebutuhan dan rotasi
penggunaan insulin yanginjeksi harus menghindari kelompok otot
perlu menjadi perhatian yang akan digunakan untuk aktivitas (misal:
daerah abdomen lebih dipilih daripada paha
atau lengan sebelum melakukan jogging
atau berenang) untuk mencegah
percepatan ambilan insulin

13. Identifikasi gejala Dapat meningkatkan deteksi dan


hipoglikemia (misal: pengobatan lebih awal dan
lemah, pusing, letargi, mencegah/mengurangi kejadi-annya.
lapar, peka rangsang, Catatan: Hiperglikemia saat bangun tidur
diaforesis, pus/cat, dapat mencerminkan fenomena fajar
takikardia, tremor, sakit (indikasi perlunya insulin tambahan) atau
kepala, dan perubahan res-pons balk pada hipoglikemia selama
mental) dan jelaskan tidur (efek somogyi) yang memerlukan
penyebabnya Penurunan dosis insulin atau perubahan
diet (misal; pemberian makanan kudapan
pada malam hari). Pemerik-saan kadar gula
darah pada jam 3 pagi membantu dalam
mengidentifikasi masalah spesifik.

14. Instruksikan pentingnya Mencegah/mengurangi komplikasi yang


pemeriksaan secara berhubungan dengan neuropati perifer
rutin pada kaki dan dan/atau gangguan sirkulasi terutama
perawatan kaki. selulitis, ganggren, dan amputasi
Demonstrasikan cara
pemeriksaan kaki
tersebut: inspeksi sepatu
yang ketat dan
perawatan kuku,
jaringan kalus dan
jaringan tanduk.
Anjurkan penggu-naan
stoking dengan bahan
serat alamiah.
1 2 3 4

7. 15. Tekankan pentingnya Perubahan dalam penglihatan dapat terjadi


pemeriksaan mata secara perlahan dan lebih sering pada
secara teratur terutama pasien yang jarang mengontrol DM.
pada pasien yang telah Masalah yang mungkin terjadi termasuk
mengalami DM tipe I perubahan dalam ketajaman penglihatan
selama 5 tahun atau dan mungkin berkembang kearah retinopati
lebih. dan kebutaan.

16. Susun alat bantu pengli- Alat bantu adaptif telah dikembangkan 5
hatan ketika diperlukan, tahun terakhir untuk membantu individu
misal memperbesar dengan gangguan penglihatan DM-nya
garis skala pada jarum sendiri dengan lebih efektif.
insulin, instruksikan
dengan cetakan besar,
pengukuran glukosa
darah sekali sentuh.

17. Diskusikan mengenai Seringkali terjadi impoten (mungkin gejala


fungsi seksual dan pertama dari serangan DM). Catatan:
jawab semua Konseling dan/atau penggunaan penis
pertanyaan pasien atau prostese mungkin bermanfaat.
orang terdekat.

18. Tekankan pentingnya Dapat mempercepat masuk ke dalam


penggunaan dari gelang pusat-pusat sistem kesehatan dan
bertanda khusus. perawatan yang sesuai dengan akibat
komplikasi yang lebih kecil pada keadaan
darurat.

19. Rekomendasikan untuk Produktivitas mungkin mengandung gula


tidak menggunakan atau berinteraksi dengan obat-obat yang
obat-obat dijual bebas diresepkan.
tanpa konsultasi dengan
tenaga kesehatan/tidak
boleh memakai obat
tanpa resep.
20. Diskusikan pentingnya Membantu untuk mengiontrok proses
untuk melakukan penyakit dengan lebih ketat dan mencegah
evaluasi secara teratur eksaserbasi DM, menurunkan
dan jawab pertanyaan perkembangan komplikasi sistemik.
pasien/orang terdekat.

21. Lihat kembali Intervensi segera dapat mencegah


tanda/gejala yang perkembangan komplikasi yang lebih serius
memerlukan evaluasi atau komplikasi yang mengancam
secara medis, seperti kehidupan.
demam, pilek/gejala flu,
urine keruh/berwarna
pekat, nyeri saluran
kemih, penyembuhan
penyakit yang lama,
perubahan sensori
(nyeri/kesemutan) pada
ekstremitas bawah,
perubahan pada kadar
gula darah, dan
munculnya keton pada
urine.

22. Demonstrasikan teknik Meningkatkan relaksasi dan pengendalian


penanganan stres, terhadap respons stres yang dapat
seperti latihan nafas membantu untuk membatasi peristiwa
dalam, bimbingan ketidakseimbangan glukosa/insulin.
imajinasi mengalahkan
perhatian.

23. Identifikasi sumber- Dukungan kontinyu biasanya penting untuk


sumber yang ada di menopang perubahan gaya hidup dan
masyarakat. meningkatkan penerimaan atas dirinya.

Sumber:

Doenges Marilynn E, 2000,Rencana Asuhan Keperawatan,Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Pera
Gallo & Hundak, 1987, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI, EGC, Jakarta.

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa : SUKRIYADI

NIM : 9901075047-72

Ruang : 22

Masalah Kesehatan : Diabetes Millitus + Stroke

Definisi : Diabetes Millitus adalah penyakit kronis metabolisme abnormal yang memerlukan pengobatan seumur hidup
Area Keperawatan : Masalah sistem endoktrin + sistem neurologi
RENCANA KEPERAWATAN :

No DIAGNOSA TUJUAN RENCANA INTERVENSI

1. Timabng BB setiap hari.


1. Perubahan nutrisi Mencerna jumlah
kurang dari kalori/ nutrien yang 2. Tentukan program diet dan pola makan
kebutuhan tubuh tepat dengan pasien dan bandingkan dengan pola
berhubungan kriteria : berat badan makanan yang dapat dihabiskan.
dengan ketidak stabil/ penambahan
cukupan insulin, kearah rentang 3. Auskultasi bising usus, catat adanya
penurunan biasanya, nilai nyeri abdomen/ perut kembung, mual,
masukan oral, lab.normal. muntahan makanan yang belum sempat
status dicerna, pertahankan keadaan puasa
hipermetabolisme. sesuai dengan indikasi.

4. Berikan makanan cair yang


mengandung zat makanan (nutrien) dan
elektrolit dengan segera jika pasien
sudah dapat mentoleransinya melalui
pemberian cairan melalui oral.

5. Identifikasi makanan yang disukai/


dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/
cultural.

6. Libatkan keluarga pasien pada


perencanaan makan sesuai indikasi.

7. Observasi tanda-tanda hipoglikemia,


seperti perubahan tingkat kesadaran,
kulit lembab/ dingin, denyut nadi cepat,
lapar, peka rangsang, cemas, sakit
kepala, pusing sempoyongan.

8. Kolaborasi pemeriksaan gula darah.

9. Pantau pemeriksaaan laboratorium,


seperti glukosa darah, aseton pH, dan
HCO3

10. Berikan pengobatan insulin secara


teratur dengan metode IV secara
intermiten atau secara kontinyu. Seperti
bolus IV diikuti dengan tetesan kontinyu
melalui alat pompa kira-kira 5-10 IU/jam
sampai glukosa darah mencapai 250
mg/dl.
11. Berika larutan glukosa, misalnya
dekstrosa dan setengah salin normal.

12. Lakukan konsultasi dengan ahli diet.

13. Berikan diet kira-kira 60% karbohidrat,


20% protein dan 20% lemak dalam
penataan makan/ pemberian makanan
tambahan.

1. Observasi tanda-tanda infeksi dan


2. Risiko tinggi terhadap Tidak terjadinya peradangan, seperti demam,
infeksi (sepsis)
infeksi/sepsis kemerahan, adanya pus pada luka,
berhubungan dengan
dengan kriteria : sputum purulen, urine warna keuh atau
kadar glukosa tinggi.
Penurunan fungsi mendemonstrasikan keriput.
leukosit, perubahan teknik, perubahan
pada sirkulasi, infeksi
gaya hidup untuk 2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan
pernafasan yang ada
sebelumnya, atau ISK. mencegah terjadinya melakukan cuci tangan yang baik pada
infeksi. semua orang yang berhubungan dengan
pasien termasuk pasiennya. Sendiri.

3. Pasang kateter/ lakukan pearawatan


parienal dengan baik. Ajarkan pasien
wanita untuk membersihkan daerah
perinealnya dari depan kearah belakang
setelah BAK.

4. Pertahankan teknik aseptic pada


prosedur invasive (seperti
pemasangan infus, dan kateter
folley) pemberian obat intravena dan
membe-rikan perawatan pemeliha-
raan. Lakukan pengobatan melalui
IV sesuai indikasi.

5. Berikan perawatan kulit dengan


teratur dan sungguh-sungguh,
masase daerah tulang yang
tertekan, jaga kulit kering, linen
kering dan tetap kencing (tidak
berkerut).

6. Posisikan pasien pada posisi semi


fowler

7. Auskultasi bunyi nafas

8. Lakukan perubahan posisi dan


anjurkan pasien untuk batuk
efektif/nafas dalam jika pasien sadar
dan koope-ratif. Lakukan
pengisapan lendir pada jalan nafas
menggunakan teknik steril sesuai
keperluan

9. Berikan tisu dan tempat sputum


pada tempat yang mudah dijangkau
untuk penampungan sputum atau
secret yang lainnya.

10. Bantu pasien untuk melakukan


hygiene oral.

11. Anjurkan untuk makan dan minum


adequate (pemasukan makanan dan
cairan yang adequat) (kira-kira 3.000
ml/hari jika tidak ada kontraindikasi).

Kolaborasi:

12. Lakukan pemeriksaan kultur dan


sensitivitas sesuai dengan indikasi.

13. Berikan obat antibiotik yang sesuai.

3. 1. Tingkatkan aliran vena dari kepala


Risiko tinggi Pasien akan dengan mempertahankan bagian kepala
terhadap mempertahankan tempat tidur tetap tinggi tanpa fleksi
perubahan perfusi tekanan perfusi leher atau rotasi kepala yang berlebihan.
jaringan : yang serebral sedikitnya
berhubungan 60 mmHg dan TIK 2. Hindari atau minimalkan frekuensi dan
dengan gangguan kurang dari 20 durasi asuhan keperawatan yang dapat
aliran darah mmHg. meningkatkan tekanan intraabdominal
serebral, hemoragi atau intratoraks.
serebral,
peningkatan TIK. 3. Periksa plester endotrakeal atau
traestomi untuk menjamin ikatan tidak
terlalu kuat sehingga membahayakan
aliran darah serebral.

4. Pertahankan normotermi.

5. Hindari penggunaan restrain jika pasien


memberikan perlawanan dalam
penggunaan restrain.

6. Laporkan kenaikan TD sistolik,


perlemahan tekanan nadi, bradikardia,
sakit kepala, muntah, dan papiledema,
semua yang mungkin menjadi tanda
herniasi.

7. Cegah konstipasi. Catat semua BAB.

8. Catat status neurology menggunakan


GCS dan bandingkan nilai dasar.

9. Laporkan perubahan-perubahan pada


tingkat kesadaran.

1. Terapkan tindak kewaspadaan: tirali


4. Risiko terhadap Tingkat kesadaran tempat tidur terpasang dan diberi
cidera : yang akan dipertahankan bantalan, tempat tidur dalam posisi
berhubungan atau ditingkatkan rendah, sediakan bilah lidah atau jalan
dengan aktivias dan pasien akan napas, oksigen dan suksion di sampaing
kejang, perubahan bebas dari cedera tempat tidur.
proses pikir, fisik.
imobilitas, 2. Amati dan catat kejang dengan akurat.
kerusakan
mekanisme 3. Bantu pasien yang tidak tegap atau
perlindungan diri, ataksia untuk melakukan ambulasi.
kelemahan
motorik, impuls, 4. Ajarkan tindakan perlindungan diri.
penurunan tingkat
kesadaran, atau
disfagia/ aspirasi. 5. Tetapkan refleks-refleks menelan, batuk,
dan gag sebelum memberikan makanan
cairan.

6. Ajarkan keluarga untuk mengkaji


lingkungan rumah terhadap bahaya.

7. Ajarkan keluarga apa yang harus


dilakukan bila pasien kejang setelah
pulang dari rumah sakit.
Pendahuluan

Pola penyakit saat ini dapat dipahami dalam rangka transisi epidemiologis, suatu onsep mengenai perubah
tersebut hendak mencoba menghubungkan hal-hal tersebut dengan morbiditas dan mortalitas pada beberapa golo
dengan faktor sosio ekonomi serta demografi masyarakat masing-masing.

Pada periode I yaitu era pestilence dan kelaparan dengan berkembangnya penyakit menular. Periode II ke
gizi, hygiene serta sanitasi, penyakit menular berkurang dan mortalitas menurun. Periode III yaitu era penyekit deg

Kejangkitan penyakit diabetese mellitus pada negara berkembang kurang mendapat perhatian hingga diad
(IDF) ke IX tahun 1973 di Brussel.

Bila kita melihat angka kejangkitan disbetes saat ini ternyata peradaban barat sangat mempengaruhi penin
meningkatnya prevalensi DM saat ini akibat peningkatan kemakmuran seiring dengan peningkatan inkam per kapit
kota besar, menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degenaratif, seperti penyakit jantung koroner (PJK), hip

Diabetes Melitus dibagi 2 macam yaitu :

1. Dibetes Melitus tergantung insulin (DMTI).


2. Dibetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI).

Kasus yang kami ambil adalah klien dengan DM + pasca stroke. Pasien ini telah berulang dirawat di RS de
tertarik untuk mambahas kasus ini.

Tujuan :

1. Mampu menjelaskan perjalanan masalah-masalah penyakit diabetes mellitus dan penyakit stroke serta hubung
2. Mampu mengkaji status kesehatan klien.

3. Mampu menganalisa data dan menyimpulkan.

4. Mampu merumuskan masalah keperawatan pada kasus DM + Stroke.

5. Mampu membuat rencana keperawatan.

6. Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan yang telah ditetapkan.


7. Mampu mengevaluasi terhadap tindakan yang telah diberikan dan menyusun kembali rencana keperawatan ya

EVALUASI SUMATIF

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien Ny. “Jb” selama 3 hari mulai tanggal 23 Juli 2001 s.d. 25Jul

1. Dari proses pengkajian yang dilanjutkan dengan analisa data distemukan 4 masalah/ diagnosa kepera

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin, penurunan mas
2. Risiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, pe

3. Risiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan : yaitu berhubungan dengan gangguan aliran darah serebral

4. Risiko terhadap cidera : yang berhubungan dengan aktivitas kejang, perubahan proses pikir, imobilitas kerusak
motorik.

1. Pada hari ke 3 perawatan tanggal 25 Juli 2001 disimpulkan :

1. Diagnosa no. 1 dapat teratasi dengan kolaborasi pemberian insulin dan diet khusus DM, yaitu pemeriksaan glu
lemas berkeringat dingin tidak ditemukan lagi.

2. Diagnosa no. 2 masih dapat diatasi yaitu tidak terjadinya infeksi pada seluruh bagian tubuh klien, tanda vital da

3. Diagnosa 3,4 juga dapat diatasi dengan bukti bahwa tidak terdapat perubahan perfusi jaringan dan tidak terjad
lainnya.

Demikian evaluasi sumatif ini disimpulkan dengan harapan semoga klien dengan diabetes mellitus yang dirawa
dalam waktu yang tidak lama.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN.

1. DM + pasca stroke yang terjadi pada klien Ny.”Jb” adalah karena klien tidak konsisten dalam kontrol glukosa d
ketat.

2. Klien datang memeriksakan dirinya setelah ada gejala-gejala lemas, ngantuk, pusing, dan mual muntah serta k
pemeriksaan glukosa darah didapatkan 337 mg/dl.

2. SARAN.
1. Diperlukan kesabaran dan ketelitian dalam melakukan perwatan terhadap penderita DM apalagi klien lanjut us
2. Diperlukan pemantauan yang ketat terhadap diet yang telah direncanakan terutama dengan keinginan klien un
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN Ny. “ Jb “

DENGAN DIABETES MELITUS + PASCA STROK

DI RUANG 22 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALA

TANGGAL 23 s.d. 25 JULI 2001

Tugas Program Pendidikan Profesi Keperawatan pada

Departemen Medical Surgical


Oleh :

SUKRIYADI

NIM : 9901075047-72

PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG JULI 2001


Tags: jovan
0 comments share

Congestive Hearth Failure

Congestive Hearth Failure


Definition

 A physiologic state in which the hearth is unable to pump enough blood the meet the metabolic need
though filling pressure are adequate ( Medical Surgical Unit Cardiovascular Disorder )
 Pathology condition of heart to pump enough blood to meet metabolic and this is only with increase p

Etiology

Congestive heart failure caused by:

1. Abnormal loading condition


2. Abnormal muscle function (myocardium dysfunction )

3. Condition/disease that precipite/exacerbate heart failure:

 Physical or emotional stress

 Dysritmia

 Infection

 Anemia

 Thyroid disorder

 Pregnancy

 Paget’s disease

 Nutritional deficiency

 Pulmonary disease
Patophysiology

Systemic vascular resistance

Peripheral artery

constriction force LV contraction

coronary artery constriction

Ephinephrine release

LV oxygen demand

LV hypoxia

Oxygen supply

Systemic blood pressure Force of LV contraction

ADH renal blood flow

LV EDP

renin
LV preload

angiotensin

LA preload

aldosteron

Pulmonary edema

Sodium water & retention

Pulmonary vascular resistance

 Peripheral edema
 Hepatomegaly RV failure

 Ascites

 Weir of jugularis venous RV preload

 Gastro intestine disorder

Clinical manifestation

Heart failure maybe categories as :

 Left versus right ventricular


 Backward versus forward
 High versus low output

 Systolic versus diastolic

 Left versus right ventricular failure

Left ventricular failure Right ventricular failure

 Weakness - weight gain


 Fatigue - ankle or pretibial swelling and

 mental confusion pigmentation

 insomnia - abdominal distention

 anorexia - anorexia,nausea,gastric distress

 diaphoresis - edema

 anxiety - ascites

 breathleness - jugular vein distention

 cough - hepatomegaly

 orthopnea - increase central venous pressure

 tachicardia

 gallop S3,S4

 pulmonary cracles

 pulsus alternans
 backward versus forward failure

backward failure is the term used to refer to the venous congestion arising from damming of blood behin
confusion etc. Forward failure refers to the problem of inadequate perfusion

 high versus low output failure

the causes of high output failure include sepsis,pagets disease anemia etc.low output failure including co

 systolic versus diastolic failure

 systolic heart failure refers to a decrease in the ability of the ventricle to contracy force fully and main
atherosklerosis

 diastolic heart failure occurs when ventricular relaxation is incomplete and the chamber is unable to a
ischemic myocardium

Complication

 acute pulmonary edema


 refractory heart failure

Prognosis

The prognosis for the client with congestive heart failure depend on:

1. the degree of cardiac hypertrophy


2. the amount of cardiac reserve

3. the presence of other heart of associated disorder

Diagnostic assessment
 data from client’s health history
 chest radiography

 arterial blood gases

 liver enzymes

 ECG

 Echocardiography

Medical management

Client with acute congestive heart failure are usually admited to an intensive care unit. Where they reserve c

 Positioning
 Oxygen administration

Pharmacologic management

 Digitalis :Fargoxin,digoxin
 Dopamine and dobutamine : amrinone

 Diuretic to reduce preload

 Nitroglycerine/isosorbidedinirate is to venous dilators

 Hidralazine is to arteriolar dilator

 Combine is use sodium nitroprusside

 Prazosin

 ACE (angiotensin converting enzyme)


 Betablocker or betaadrenergic

Dietary management

 Diet low salt (sodium diet)


 Low fat (for obesitas)

 Excessive water intake

Surgical management

 Veno arterial bypass


 Conterpulsation

Nursing management

1. Cardiac output decrease R/T heart failure or dysrhitmia


2. Fluid volume excess R/T reduce glorurol filtration , decrease cardiac output , intake antidiuretic produ

3. Gas exchange impared R/T fluid in alveoli

4. Peripheral tissue perfusion , high risk for decrease R/T decreased cardiac output and vaso contrictio

5. Activity intolerance , high risk for R/T to decrease cardiac output , hypoxia fear of death or serious co

6. Colaborative problem

High risk for digitalis toxicity R/T impaired drug excretion from hepatic and renal involvement

Tags: jovan
0 comments share

Luka bakar

BAB II
TINJAUAN TEORI
Definisi

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak mata dengan suhu tinggi seperti api, air panas, lis
kontak dengan suhu renadah (frost bite). [kapita selekta jilid 2]

Luka bakakr adaalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma bend
kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan.(buku Ilmu Ajar bedah. Syamsuhidayat)

Luka bakar adalah kerusakan secara langsung maupun yang tidak langsung pada jaringan kulit yang tid
dalam, yang di sebabkan kontak langsung denagn sumber panas yaitu api, air/ uap panas, bahan kimia, rad

Etiologi

Pada luka bakar yang paling sering panyebab yang utam antara lain karena pai, air panas, arus listrik, b
tersambar petir, ledkan. Penyulit yang timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut, odema paru, SIR
Sindrom), infeksi, dan sepsis serta parut hipertropik dan kontraktur.

Prognosis

Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dn luasnya permukaan luka ba
penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut me
bakar pada daerah perinium, ketiak, leher, dan tangan sulit dalam perawatannya, karena mudah mengalam

 Kedalaman luka bakar

1. Derajat I (luka bakar superfisial)

Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar dengan derajat ini ditandai dengan kemerah
jaringan parut dalam waktu 5-7 hari.

2. Derajat II (luka bakar dermis)

Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis tapi masih ada elemen epitel yang tersisa seperti sel e
keringat, folikel rambut, sehingga luka akan sembuh dengan waktu 10-21 hari.

Luka bakar derajat II dibedakan menjadi :

 Derajat II dangkal, dimana kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis dan penyembuhan te
 Derajat II dalam, dimana keruskan mengenai hampir seluruh baggian dermis. Bila kerusakn lebih da
nyeri. Penyembuhan yang terjadi lebih lama tergantung pada bagian yang memiliki kemampuan repr

3. Derajat III

Luka bakar meliputi seluruh kedalaman kuli, mungkin subkulit, atau organ yang lebih dalam. Oleh karena itu
mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein yang terjadi berwarna puith, tid
 Klasifikasi luka bakar :

1. Luka bakar berat atau kritis bila :

 Derajat dua denagn luas lebih dari 25 %

 Derajat tiga dengan luas lebih dari 10% atau terdapat di muka, kaki dan tangan

 Luka bakar disertai dengan trauma jalan nafas atau jaringan lunak luas atau fraktur

 Luka bakar karena lisrik

2. Sedang bila :

 Derajat dua dengan luas 15-25 %

 Derajat 3 dengan luas kurang dari 10 %kecuali muka, kaki, dan tangan.

3. Ringan bila :

 Derajat 2 dengan luas kurang dari 15 %

 Derajat tiga kurang dari 2%

 Luas luka bakar

1. Perhitungan luas bakar antara lain bardasarkan rule of nine dari Wallace, yaitu :

 kepala dan leher = 9%

 ektrimitas atas = 2X9% (kiri dan kanan)

 paha dan betis = 4 X 9 % (kiri dan kanan)

 dada, perut, punggung, bokong = 4 X 9%

 perinium dan gentalia = 1%

2. Rumus tersebut tidak digunakan pada anak bayi karena luas permukaan anak jauh lebih besar dan l
karena itu digunakan rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 dari Lund –Brounder untuk anak. Da
atas adalah luas telapak tangan dianggap 1%.

Komplikasi
1. Hipertropi jaringan parut.

Terbentuknya hipertropi jaringan parut pada luka bakar dipengaruhi oleh :

 Kedalaman luka bakar


 Sifat kulit

 Usia pasien

 Lamanya waktu penutupan kulit

 Penanduran kulit

Jaringan kulit menglami pembetukan secara efekif pada sebulan post luka, dengan warna berubah menjadi
teraba keras, setelah 12-18 bulan jaringan parur akan matur dan warna coklat muda akan teraba lembut / le

2. Kontraktur

Kontaktur dapat menyebabkan gangguan fungsi pergerakan. Beberapa tindakan yang dapat mencegah kon

 Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini


 Ambulasi yang dilakukan pada 2-3 kali/hari segera mungkin pada pasien yang terpasang alat invasiv

 Pressure garment adalah pakaian yang dapat memberikan tekanan yang bertujuan menekan timbuln
dan mendukung terjadinya kontrakatur )

Patofisiologi
Pemeriksaan diagnostik

 Pemeriksaan serum : hal ini dilakukan karena ada pada pasien dengan luka bakar mengalami kehila
 Pemeriksaan elektrolit pada pasien dengan luka bakar mengalami kehilangan volume cairan dan ga

 Analisa gas darah biasanya pasien luka bakar terjadi asidosis metabolisme dan kehilanga protein

 Faal hati dan ginjal

 CBC mengidentifikasikan jumlah darah yang ke dalam cairan, penuruan HCT dan RBC, trombositop

 Elektolit terjadi penurunan calsium dan serum, peningkatan alkali phospate

 Serum albumin : total protein menurun, hiponatremia

 Radiologi : untuk mengetahui penumpukan cairan paru, inhalas asap dan menunjukkan faktor yang m

 ECG : untuk mengetahui adanya aritmia

Penalatalaksanaan

1. prioritas pertama dalam mengatasi luka bakar adalah menghentikan proses luka bakar ini meliputi in

 untuk luka bakar termal (api ) “brhenti, berguling, dan berbaring tutup individu dengan selimut dan gu
kompres dingin untuk menurunkan suhu dari luka (es dingin menyebabkan cedera lanjut pada jaring

 untuk luka baka kimia (cairan), bilas dengan air sebanyak mungkin dari kulit. Untuk luka bakar kimia
kemudian bilas dengan air

 untuk luka bakar listrik matikan sumber listrik pertama-tama sebelum berusaha untuk memisahkan k

2. Prioritas kedua adalah menciptakan jalan nafas yang efektif, untuk klien denagn kecurigaan cedera i
melalui masker 10 l/mnt. Gunakan intubasi endotrakeal dan tempatkan pada ventilasi mekanik bila g
berat meskipun dengan O2 suplemen

3. Prioritas ketiga adalah resusitasi cairan agresif untuk memperbaiki kehilangan volume plasma secar
cairan diberikanpada delapan jam pertama pasca luka bakar dan setengahnya lagi diberikan selama
digunakan melipuit kristaloid seperti larutan ringer laktat dan atau seperti koloid seperti albumin atau
luka bakar derajat dua atau tiga dengan luas > 25 % atau lien tidak dapat minum. Terapi cairan dihen
menggantikan parenteral. Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada

@ cara Evans

Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :

1.Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl

2.Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid

3.2000cc glukosa 5%

Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya
jumlah cairn hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan yang diberikan hari kedua. Se
penghitungan diuresis.

@ cara Baxter

Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama
BB (kg) X 4cc. Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16
elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jum

4. prioritas keempat adalah perawatan luka bakar :

 Pemberian setiap jam dan pemberian krim anti mikroba topikal seperti silver sulfadia (silvadene)

 Penggunaan berbagai tipe balutan sintetik atau balutan biologik (tandur kulit) khususnya luka bakar

Pengkajian

1. Biodata

Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamt, tnggal MRS, dan informan apabila dala
informasi selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi ana
80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C). data pekerjaan
tinggi terhadap luka bakar agama dan pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalam pendekatan

2. Keluhan utama

Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna ke
melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yang tim
mengalami luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan sal
berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.

3. Riwayat penyakit sekarang

Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak, pertolongan pertama yang
menjalan perawatanketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase emergency (
bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang)

4. Riwayat penyakit masa lalu

Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami luka bakar. Resik
mempunyai riwaya penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alkohol

5. Riwayat penyakit keluarga

Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klie
kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemung

6. Pola ADL

Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi perubahan pola menimbulkan ma
kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah. Pada pemeliharaan kebersihan ba
tidak dapat melakukan sendiri. Pola pemenuhan istirahat tidur juga mengalami gangguan. Hal ini disebabka

7. Riwayat psiko sosial

Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang disebabkan karena fung
gangguan perubahan. Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam sehingga mengg
ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.
8. Pemeriksaan fisik

1. keadaan umum

Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan gelisah sampai menimbulkan
bakar mencapai derajat cukup berat

2. TTV

Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak adekuatnya penge

3. Pemeriksaan kepala dan leher

 Kepala dan rambut

Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah terkena luka bakar, adanya lesi

 Mata

Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda asing yang menyebabkan g
rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar

 Hidung

Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung yang rontok.

 Mulut

Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake cairan kurang

 Telinga

Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen
 Leher

Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi untuk mengataasi kek

4. Pemeriksaan thorak / dada

Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang be
auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi

5. Abdomen

Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area epigastrium yang meng

6. Urogenital

Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat pertumbuhan kuman yang pali
sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.

7. Muskuloskletal

Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal, kekuatan oto m

8. Pemeriksaan neurologi

Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila supplay darah ke otak ku
hebat (syok neurogenik)

9. Pemeriksaan kulit

Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka). Prinsip pengukuran prose
nine lund and Browder) sebagai berikut :

Bag tubuh
1 th 2 th Dewasa

Kepala leher 18% 14% 9%


Ekstrimitas atas (kanan dan kiri) 18% 18% 18 %

Badan depan 18% 18% 18%

Badan belakang 18% 18% 18%

Ektrimitas bawah (kanan dan kiri) 27% 31% 30%

Genetalia 1% 1% 1%

Pengkajian kedalaman luak bakar dibagi menjadi 3 derajat (grade). Grade tersebut ditentukan berdasarkan
dirasanya dan lamanya kesembuhan luka

Grade I :

Luka bakar ini sangat ringan, hanya mengenai lapisan epidermis, terdapat warna merah pada kulit tidak ada
sembuh tanpa adanya pengobatan dalam waktu 3-7 hari.

Grade II :

Dangkal mengenai lapisan dermis, ada bulla (lepuh), terdapat penumpukan cairan, intersisiel.
biasanya sembuh 21-28 hari. tanpa disertai jaringan parut bila tidak terjadi infeksi.
Grade III :
Dalam gambaran klinis sama tetapi gambaran lepuh, pucat dan agak kering, keluhan nyeri ber
terkena. Biasanya penyembuhan agak lama 1bulan atau lebih dan terdapat jaringan granu
Grade IV :
Sudah mengenai lapisan paling dalam bahkan sampai tulang. Keadaan luka kering, warna mer
pada grade ini. Kesembuhannya lama dan memerlukan tindakan skin graft (Barbara L Cris
Diagnosa keperawatan

 Defisit volume cairan b/d luka bakar yang luas, kehilangancairan melalui rute ab normal
 Resiko tinggi terhadap infeksi b/d kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka bakar

 Nyeri b/d kerusakan kulit / jaringan, pembentukan odema


 Kerusakan integritas kulit s/d adanya luka bakar dalam

 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d status hipermetabolik

 Kerusakan pertukaran gas b/d cidera inhalasi asap / sindrom kompartemen torakal sekunder terhada
leher

 Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b/d perubahan bentuk, kemungkinan kontraktur sekund

 resiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan b/d luka bakar melingkari ekstrimitas

9. Implementasi

Dx I : defisit volume cairan b/d luka bakar yang luas, kehilanagn cairan melalui rute abnormal.

Kriteria Evaluasi : tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi odema, elektrolit serum dalam batas normal, halua
batas normal.

Intervensi

1. Awasi tanda-tanda vital

R/ memberikan pedoman untuk pengantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler

2. Awasi haluaran urine dan berat jenis

R/ secara umum penggantian cairan harus dititrasi untuk meyakinkan rata-rata haluaran urine

3. Pertahankan pencatatan komulatif jumlah dan tipe pemasukan cairan

R/ mencegah ketidakseimbangan dan kelebihan cairan

4. Timbang BB tiap hari

R/ penggantian cairan tergantung pada BB pertama dan perubahan selanjutnya

5. Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, dan membantu mencegah komplikas
R/ resusitasi cairan menggantikan kehiangan cairan / elektrolit, plasma, albumin.

6. Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, elektrolit)

R/ kebutuhan penggantian cairan dan elektrolit

Dx II : resiko tinggi terhadap infeksi b/d kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka bakar

Kriteria Evaluasi : tak ada pembentukan jaringan granulasi tetap bebas dari infeksi

Intervensi :

1. Implementasikan teknik isolasi yang tepat sesuai dengan indikasi

R/ tergantung pada tipe dan luasnya luka

2. Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontak dengan

R/ mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi.

3. Gunakan skort, sarung tangan, masker, dan teknik aseptik ketat selama perawtan luka langsung dan
pakaian

R/ mencegah terpajan pada organisme infeksius

4. Awasi / batasi pengunjung bila perlu jelaskan isolasi terhadap pengunjung bila perlu

R/ mencegah kontaminasi silang dari pengunjung

5. Awasi TTV untuk demam, peningkatan frekuensi pernafasan, penurunan jumlah trombosit.

R/ indikator sepsis memerlukan evaluasi cepat dan intervensi

6. Ambil kultur rutin dan sensitifitas luka / drainase

R/ memungkinkan pengenalan dini dan pengobatan khusus infeksi

Dx III : Nyeri b/d kerusakan kulit / jaringan, pembentukan odema


Kriteria Evaluasi :

Melaporkan nyeri berkurang, ekspresi wajah rileks, berpartisipasi dalam aktififitasdengan tepat.

Intervensi

1. kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-1)

R/ perubahan lokasi atau intensitas, karakter nyeri dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi

2. pertahankan suhu lingkungan nyaman, berikan lampu penghangat, penutup tubuh hangat

R/ pengaturan suhu dapat hilang karena luka bakar dan untuk mencegah menggigil

3. jelaskan prosedur / berikan informasi yang tepat, khususnya pada debridemen

R/ membantu menghilangkan nyeri / meningkatkan relaksasi

4. dorong penggunaan teknik manajemen strees contoh relaksasi progresi, nafas dalam, dll

R/ memfokuskan kembali perhatian, meningkatan teknik relaksasi dan untuk meningkatkan rasa kontrol

5. berikan analgesik (narkotik dan non narkotik ) sesuai indikasi

R/ menghilangkan rasa nyeri

6. berikan aktifitas terapeutik tepat untuk usia / kondisi

R/ membantu mengurangi konsentrasi rasa nyeri , memfokuskan kembali perhatian

7. berikan tempat tidur yang nyaman sesuai dengan indikasi

R/ peninggian linen dari luka membantu mengurangi rasa nyeri.

Dx IV : Kerusakan integritas kulit s/d adanya luka bakar dalam

Kriteria Evaluasi :

 menunjukkan regenerasi jaringan


 mencapai penyembuhan tepat waktu

Intervensi

1. Kaji ukuran, warna, kedalaman luka bakar, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka
R/ memberikan dasar informasi tentang kebutuhan penambahan kulit.

2. Berikan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol infeksi

R/ menyiapkan jaringan untuk penanaman dan menurunkan resiko terjadinya infeksi

3. Siapkan / bantu prosedur bedah atau balutan biologis


4. Tinggikan area graft bila mungkin atau tepat. Pertahankan posisi yang diingin kan dan immobilisasi a

R/ menurunkan pembengkakan resiko pemisahan graft

5. Pertahankan balutan di atas area graft baru dan atau sisi donor sesuai indikasi

R/ menghilangkan robekan dari epitel baru atau melindungi jaringan sembuh

Dx V : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d status hipermetabolik

Kriteria Evaluasi : menunjukkan pemasukan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik dib
jaringan

Intervensi

1. Auskultasi bising usus


2. Pertahankan jumlah kalori ketat, timbang tiap hari

R/ pedoman tepat untuk pemasukan kalori

3. Berikan makan dan makanan kecil sedikit tapi sering

R/ membantu mencegah distensi gaster atau ketidaknyamanan dan meningkatkan masukan

4. Berikan kebersihan oral sebelum makan

R/ meningkatkan rasa dan membantu nafsu makan yang baik

5. Barikan diit TKTP dengan tambahan vitamin

R/ memnuhi peningkatan kebutuhan metabolik, mempertahankan BB dan mendorong regenerasi jaringa

6. Pastikan makanan yang disukai dan yang tidak disukai

R/ meningkatkan masukan dalam tubuh.

Dx VI : Kerusakan pertukaran gas b/d cidera inhalasi asap / sindrom kompartemen torakal sekunder terhada
leher

Kriteria Evaluasi :

Frekuensi pernafasan 12-24 per jam, warna kulit normal, GDA dalam batas normal, bunyi nafas bersih, tak a

Intervensi

1. Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan, sianosis

R/ menentukan intervensi medik selanjutnya

2. Latih nafas dalam dan perubahan posisi sering

R/ meningkatkan ekspansi paru, memobilisasi dan drainase sekret

3. Awasi / gambarakan seri GDA

R/ mengidentifikasikan kemajuan / penyimpanan dari hasil yang diharapkan

4. Pertahankan posisi semi fowler, bila hipotensi takada

R/ untuk memudahkan vebtilasi dengan menurunkan tekanan abdomen terhadap diafragma

5. Anjurkan pernafasan dalam dengan menggunakan spirometri insentif setiap 2 jam selama tira baring

R/ pernasan dalam mengembangkan alveoli, dapat menurunkan resiko atelektasis

Dx VII : resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b/d perubahan bentuk, kemungkinan kontraktur sekund

Kriteria Evaluasi :

Mengungkapkan harapan realistis dari tindakan, mengungkapkan kenyataan positif tentang diri
Intervensi

1. Sediakan waktu untuk pasien dan orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan

R/ mengekspresikan perasaan membantu memudahkan koping

2. Anjurkan latihan gerak aktif setiap 2 jam

R/ untuk mencegah pengencangan jaringan parut progresif dan kontraktur

3. Anjurkan klien untuk memenuhi aktifitas kehidupan sehari hari dengan bantuan perawat (sesuai den

R/ Melakukan aktifitas sehari-hari memberikan latihan aktif, memudahkan pemeliharaan flesibilitas send

Dx VIII : resiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan b/d luka bakar melingkari ekstrimitas

Kriteria Evaluasi : warna kulit normal, menyangkal kebas dan kesemutan, nadi perifer dapat diraba

Intervensi

1. Untuk luka bakar melingkari ekstrimitas pantau status neurovaskuler dari ekstrimitas setiap 2 jam

R/ Untuk mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan

2. Pertahankan ekstrimitas bengkak di tinggikan

R/ untuk meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan pembengkakan

3. Kolaborasi dengan tim medis bila terjadi penuruan nadi, pengisian kapiler buruk / penurunan sensas

R/ Temuan ini menandakan kerusakan sirkulasi distal

Datar pustaka :
1. Doengoes, Marilynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta :EGC
2. Mansjoer, Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta:Media Aesculapis

3. Sjamsuhidayat,R .1997.Buku Ajar Bedah. Jakarta:EGC

4. C Long Barbara.1996.Perawatan Medikal Bedah.Bandung;YIAPK

5. Engram,Barbara.1998.Rencana Asuhan Keperawatan Medikal BedahVolume 3.Jakarta:EGC


Patofisiologi

Tags: jovan
0 comments share

Tumor jinak ovarium


BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA CYSTOMA OVARI

1.1 Pengertian
Tumor jinak ovarium adalah bentuk padat atau kista yang dapat tumbuh secara alami. Tumor ovarium biasanya asimto
menyebabkan tekanan pada pelvic ini merupakan deteksi dini dari keganasan.

1.2 Klasifikasi
1.2.1 Benigna
A . Kistik
1. Non Neolastik
Folikel
Lutein
Stein Levental
Endometrial
Peradangan tuba ovarial
Inclusion Germinal
2. Neoplastik
Cystadenoma Mucinosium
Cystadenoma Serosum
Oermoid

B . Solid
Fibroma
Lymphangioma
Mesothelioma
Osteochondroma
Brenner
1.2.2 Maligna
Kistik
Solid
1.2.3 Tumor Maligna yang lain ( jarang )
Teratoma
Chorionephithelioma
Sarkoma
Lymphoma
Melanoma
1.2.4 Tumor dengan potensi endokrin ( Malignitas Rendah )
Dysontogenik
Tumor sisa adrenat, biasanya mengadakan virilisasi
Adenoma sel hilus, pengaruhnya virilisasi
Pembagian Kista Ovarium berdasarkan lokaslisasi
Kista Bebas ( Pedunculata ) :
Gerakan Bebas
Batas jelas

Kista Intraligamentair
Letaknya diantara dua ligamentum latum
Gerakan terbatas
Tampak pembuluh pembuluh darah yang bersilangan antara satu sama lain
Kista Psedu Intraligamentair
Letaknya diluar Ligamen latum
Gerakan terbatas, karena perlekatan
Gambaran pembuluh darah biasa

1.3 Etiologi
1.3.1 Sampai sekarang penyebab dari kistik ovarium belum ditemukan secara pasti, tetapi beberapa pendapat para
mempunyai riwayat heriditor menghidap tumor prosentasenya lebih tinggi dari pada yang tidak mempunyai riwayat tum
1.3.2 Mengenai terjadinya Kista ada dua teori
Disebabkan oleh karena perkembangan yang tidak sempurna pada akhir Stadium Glastomer.
Tumor ini berasal dari perkembangan sel telur yang tidak dibuahi dalam ovarium.

1.4 Gejala
Gejala yang timbul merupakan asosiasi dari penekanan meliputi konstipasi, sering kencing, terasa penuh diperut dan t
dispareunia ( nyeri waktu koitus ). Nyeri akut biasanya terjadi pada saat menstruasi, perutnya membesar dan pakaiann
gejala akhir meliputi distensi abdominal dengan dyspnea, edoma perifer dan anorexia. Nyeri pelvis muncul sebagai gej
dan jika tumor memproduksi hormon akan mempengaruhi menstruasi menjadi irreguler dan efek maskulin atau feminin
1.5 Patofisiologi
Tumor ini berasal dari epitel
permukaan Ovarium
invaginasi yang sederhana dari epitel Germinal
sampai ke invaginasi disertai permukaan ruangan
kista yang luas
Terjadi pembentukan papil – papil
Kearah dalam
Tumor Kistik

1.6 Komplikasi
1.6.1 Torsi
Faktor yang menyebabkan torsi bermacam – macam, yaitu penting adalah faktor faktor dari tumor sendiri, gerakan yan
dari usus.
1.6.2 Ruptur dari kista
Hal ini jarang terjadi tetapi dapat terjadi secara spontan atau oleh trauma. Pada kedua – duanya disertai gejala sakit, e
1.6.3 Superasi dari kista
Kista Dermoid lebih sering dikenal radang, mungkin karena isinya yang merangsang atau mungkin pula berat tumornya
gejala – gejalanya seperti pada peradangan biasanya, yaitu : sakit, nyeri tekanan, perut tegang, demam dan leukositos
1.6.4 Perubahan Keganasan
Dari suatu tumor kistik benigna dapat terjadi keganasan lebih kecil dibandingkan dengan jenis serosum. Biasanya bila
kadang – kadang berbentuk sarcoma.

1.7 Pemeriksaan Diagnostic


1.7.1 Laparoscopi
Untuk mengetahui apakah sebuah Tumor berasal dari uterus, dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan sifat-sifat

1.7.2 Ultrasonografi
Untuk menentukan letak tumor dan batasnya, apakah tumor berasal di uterus, ovarium atau dari blader, apakah , tumo
cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
1.7.3 Parasentesis
Fungsi pada ascites berguna untuk menentukan sebab ascites, perlu diingat bahwa tindakan tersebut dapat mencema
dinding kista tertusuk

1.8 Penatalaksanaan
1.8.1 Satu-satunya pengobatan untuk neoplasma dari ovarium adalah operasi. Jenis dan luasnya operasi tergantun
wanita hamil lagi, sebaiknya isi kista segera dibuka, sebelum perut ditutup kembali.
1.8.2 Pada wanita yang lebih tua ( lebih dari 40 tahun ) jalan yang baik adalah hysterectomy totalis dan salping – oo
tanda keganasan

BAB 2
ASKEP TEORI

2.1 Ketakutan / ansietas : peningkatan ketegangan, ketakutan, penurunan kepercayaan diri.


2.1.1 Kiteria hasil / tujuan :
Pasien dapat melakukan penurunan rasa takut atau cemas yang berkurang ketingkat yang dapat diatai.
2.1.2 Interfensi Keperawatan :
1) Identifikasi dan rasa cemas dan takut yang mengharuskan dilakukannya penundaan prosedur pembedahan.
R :Rasa takut yang berlebihan atau yerus menerus akan mengakibatkan stress yang berlebihan, resiko potensial dari
anestesi.
2) Validasi dari rasa takut, sediakan informasi yang akurat dan actual.
R : Mengidensifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu pasien untuk menghadapinya secara realitas, misalnya
kesalahan anggota tubuh yang dioperai, penggambaran yang salah.
3) Informasikan pasien / orang terdekat tentang perang advokat perawat intraoprasional.
R : Kembangkan rasa percaya / hubungan, turunkan rasa takut akan kehilangan control pada lingkungan asing.
4) Berikan petunjuk / penjelasan yang sederhana pada pasien yang tenang.Tinjau lingkungan sesuai kebutuhan.
R : Ketidak seimbangan dari proses pemikiran akan membuat pasien menemui kesulitan untuk memahami petunjuk –
5) Kontrol stimuli ekstrenal
R : Suara gaduh dan keributan akan meningkatkan ansietas.
6) Diskusikan penundaan atau penangguhan pembedahan dengan dokter, anestesiologi, pasien dan keluarga sesuai k
R :Mungkin diperlukan rasa takut yang berlebihan tidak berkurang atau tidak teratasi.

2.2 Kurang pengetahuan : mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan.


2.2.1 Kriteria Hasil / Tujuan :
Mengutarakan pemahaman proses penyakit / proses preoperasi dan harapan paskal operasi.
2.2.2 Interfensi keperawatan
1) Kaji tingkat pemahaman pasien.
R : Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran paskal operasi.
2) Tinjau ulang patologi khusus dan antipati prosedur pembendahan.
R: Sediakan pengetahuan berdasarkan hal dimana pasien dapat membuat pilihan terapi berdasarkan informasi dan se
kesempatan untuk menjelaskan kesalahan konsep.
3) Sediakan kesempatan untuk melatih batuk, napas dalam dan latihan otot.
R : Meningkatkan pengajaran dan aktifitas paskal operasi.
4) Informasikan pasien / orang terdekat mengenahi rencana perjalanan, komonikasi dokter / orang terdekat.
R : Informasi logistic mengenahi jadwal dan kamar operasi dan juga dimana dan kapan ahli bedah akan berkomonikas
stress dan menjelaskan kesalahan konsep, mencegah kebingungan dan keraguan akan kesehatan pasien.

2.3 Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia, penurunan masuk
radiasi ,penurunan pemasukan oral, mual muntah dan ketidak nyamanan mulut.
2.3.1 Tujuan
Asupan nutrisi terpenuhi secara adekuat
2.3.2 Kriteria Hasil
- Berat badan stabil
- Nafsu makan meningkat
- Porsi makanan yang dihidangkan dihabiskan

2.3.3 Intervensi
1) Pantau masukan makanan setiap hari
R : Mengidentifikasi kekuatan / defisiensi nutrisi
2) Motivasi pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat
R : Kebutuhan jaringan metabolic ditingkatkan serta cairan ( menghilangkan produksi sisa )
3) Hidangkan makanan yang sesuai selera pasien
R : Untuk menambah nafsu makan pasien
4) Hindari makanan dengan bumbu merangsang dan berlemak
R : Dapat menstimulus respon mual muntah
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik
R : Obat antiemetik menurunkan reaksi mual muntah

2.4 Ancietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian, ancaman atau perubahan pada status kesehatan
kuranganya informasi mengenai penyakitnya dan prosedur pemeriksaan
2.4.1 Tujuan
Pasien mampu menunjukkan hilangnya / berkurangnya kecemasan
2.4.2 Kriteria hasil
- Pasien mengatakan rasa cemas hilang atau berkurang
- Ekspesi wajah tenang
- Tanda – tanda vital dalam batas normal
2.4.3 Intervensi
1) Motivasi pasien pasien untuk mengungkapkan perasaan cemasnya
R : Pengungkapan perasaan akan mengurangi cemasnya
2) Beri penjelasan kepada pasien tentang penyakitnya dan cara mengatasinya
R : Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi kecemasan akibat kurang informasi
3) Ciptakan suasana lingklungan yang aman, nyaman dan tenang
R : Lingkungan yang nyaman mengurangi kecemasan
4) Anjurkan keluarga untuk terus mendampingi dan memberi motivasi pada pasien
R : Peran keluarga sangat mendukung secara psikologis untuk mengurangi kecemasan
5) Ciptakan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien
R : Hubungan terapeutik membantu pasien mengungkapkan perasaan cemasnya

BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 BIODATA :
Nama pasien : Ny Wasilah No. Reg 319688
Umur : 20 th
Status : Janda
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Guru MTS
Alamat : Ds. Wonosari RT. 2 RW. 3 Gondang Wetan Pasuruan
Diagnosa Medis : Cystoma Ovari
Tanggal MRS : 10 – 9 – 2003
Tanggal Pengkajian : 24 – 9 – 2003
Golaongan Darah : O
Suami
Nama : Tn. Suadi
Umur : 30 th
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta

3.2 KELUHAN UTAMA


Saat MRS : Perut terasa kembung sejak 26 hari yang lalu.
Saat Pengkajian : Nyeri abdomen skala 5, sesak, perut terasa kembung.

3.3 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Perut kembung sejak 26 hari yang lalu berobat kedokter tidak ada perubahan, lalu dibawa ke RS. Pasuruan dan MRS
didiagnosa cystoma ovari, tanggal 10 – 9 – 2003, MRS diruang 9 gynecology.

3.4 RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU


Pasien tidak pernah mempunyai penyakit sampai menyebabkan harus dirawat dirumah sakit.

3.5 RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Dari anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menular, penyakit kronis atau akut maupun menurun
atau TBC

Genogram
Keterangan :
: Laki – laki : Pasien
: Wanita : Cerai
: Meninggal

3.6 DATA PSIKO SOSIAL


Orang yang paling dekat dengan pasien adalah Bapak dan Ibu pasien, pasien dapat berkomunikasi dengan baik denga
pasien di RS dan perawat.

3.7 POLA SEHARI – HARI

Dirumah Dirumah sakit


Nutrisi : Makan : 1 porsi, nasi, sayur, lauk, 3 x / hari ( oral )
Minum : ½ gelas air putuh / susu, 5 x / hari ( diminum )
Istirahat tidur : Pasien tidur 4 – 5 jam
Aktifitas : Pasien mengajar di MTS ± 6 jam
Kebersihan diri : Pasien mandi 2 x / hari, gosok gigi 2 x / hari, keramas 3 x / minggu
Eliminasi : BAB : 1 x / hari
BAK : 6 x / hari
Nutrisi : Makan : 1 porsi, nasi, sayur, lauk buah, 3 x / hari ( oral ), porsi rumah sakit
Minum : 100 CC air putuh + susu, 5 x / hari ( diminum )
Istirahat Tidur : Pasien tidur 3 – 4 jam, sering terbangun karena sesak, tidur siang ± 1 jam.
Aktifitas : Pasien hanya tiduran, jalan – jalan sebentar, kadang – kadang kekamar kecil untuk personal hygieme dan ka
Kebersihan diri : Pasien mandi 2 x / hari diseka keluarga, gosok gigi 2 x / hari
Eliminasi : BAB : 3hari 1 x
BAK : 4 x / hari

3.8 KEADAAN / PENAMPILAN / KESAN UMUM PASIEN


KU gelisah dan cemas, pasien pucat, pasien selalu memegangi perutnya, wajah tampak grimace.
Pasien terpasang infus NS 20 tetes /mnt pada kangan kiri.

3.9 TANDA – TANDA VITAL


Suhu Tubuh : 376 0 C
Denyut Nadi : 96 x / menit
Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg
Pernafasan : 28 x / menit
BB : -
TB : 145 cm

3.10 PEMERIKSAAN FISIK

3.10.1 Pemeriksaan Kepala dan Leher


Kepala / rambut : Bentuk kepala lonjong wajah simetris, rambut tipis agak kotor
Mata : Simetris kanan kiri, reflek pupil ( + ), konjuctiva anemis, sclera tidak icterus.
Hidung : Simetris, secret ( - ), PCH ( - )
Telinga : Simetris kanan kiri, serumen ( - )
Mulut : Bibir pucat, tidak ada luka dan sariawan
Leher : Tidak ada pembesaran tiroid

3.10.2 Pemeriksaan payudarah dan ketiak


Inspeksi : Puting tampak menonjol, tidak ada peradangan
Papasil : Tidak ada penonjolan pada daerah axilla dan mammae

3.10.3 Pemeriksaan Dada / Thorak


Inspeksi : Dada simetris, tidak ada luka
Auskultasi : Ada suara tambahan ( Whezing )

3.10.4 Pemeriksaan Abdomen


Inspeksi : Bentuk abdomen bulat membesar ( buncit )
Auskultasi : Bising usus ( + ) 15 x / menit, Djj tidak terdengar
Papalsi : Ada nyeri tekan pada abdomen bawah, masa ( + ), φ 20 x 30 cm
Perkusi : asitas ( + ), suara pekak.

3.10.5 Pemeriksaan Genetalia dan sekitarnya


Inspeksi : tidak keluar darah, tidak ada oedema dan varices

3.10.6 Pemeriksaan Punggung


Punggung tidak terdapat skoliasis, Kypose, hyperlordose

3.10.7 pemeriksaan Ekstremitas


Tidak ada oedema,varices, kelainan kongenital, reflek patella ( + )

3.10.8 Pengkajian status obstetric


· Menarche : 13 th
· Lamanya haid : 8 hari
· Sklus Haid : 30 hari
· HPHT : -
· Kelainan – kelainan haid : tidak pernah mengalami keputihan
· Menopause : -
· Riwayat persalinan terdahulu : GoPooo

3.11 DATA KELUARGA BERENCANA


Pasien belum pernah menggunakan alat konstrasepsi
3.12 INFORMASI LAIN
Terapi : Amoksilin, Ferofat ( 3 x 1)
Lab : 18 – 9 – 2003 : Leukosit : 2100 / ul ( N : 3500 – 10.000 )
HB : 7,9 gr / dl ( N : 11,0 – 16,5 )
PCV ; 22,8 % ( N : 35 – 50 )
Trombosit :505.000 / ul ( N :150.000 – 390.000)
26 – 9 – 2003 : Leukosit : 22.800 / ul ( N : 3500 – 10.000 )
HB : 7,7 gr / dl ( N : 11,0 – 16,5 )
PCV ; 22,5 % ( N : 35 – 50 )
Trombosit :504.000 / ul ( N :150.000 – 390.000)
29 – 9 – 2003 : GD puasa : 100 mg / dl
Ureum : 34.9 mg / dl
Kreatinin ; 1,1 mg / dl
SGOT : 27 mU / ml
SGPT : 14 mU / ml
Albumin : 1,9 g / dl
USG : 11 – 9 – 2003 : Tampak suatu masa padat dan sebagian kistik dengan bintik – bintik klasifikasi mengisi cavu
terdorong oleh masa tumor keatas, acites ( + )

3.13 PENATALAKSANAAN

3.13.1 Beri posisi ½ duduk


3.13.2 Transfusi PRC sampai dengan HB > 10 gr /dl

DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Obstetri dan Ginekologi ; GINEKOLOGI, Fakultas Kedokteran Unifersitas Padjajaran – Bandung : 1981.
2. Hilgers R . G : Malignan Neoplasma Of The Vagina Gynekol. Obstet . 4 : 44, 1980
3. Lynda Juall Carpenito , Dianogsa Keperawatan ( Handbook Of Nursing Dianogsis ) Penerbit EGC , 1995.
4. Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Alice C, Geissler, Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit ECG,
Tags: jovan

Anda mungkin juga menyukai