Anda di halaman 1dari 8

GIGITAN BINATANG ULAR

Dosen Pembimbing :
Cici Valiani, SST., M.Kes

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
1 Dida Lisnawati Nur Aidah NIM. 191FI03018
. Ramdhani Dwi Lestari NIM. 191FI03019
2 Tresa Pratiwi NIM. 191FI03020
. Sekar Chandrika Putri NIM. 191FI03021
3 Muhammad Arya Wiguna NIM. 191FI03022
. Mohamad Tarmidzi Arsa Wijaya NIM. 191FI03023
4 M. Haekal Nafiz NIM. 191FI03024
. Dea Fitriana NIM. 191FI03025
5
.
6
.
7
.
8
.
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2022

Pengertian
Gigitan ular atau snake bite adalah gigitan yang dapat disebabkan oleh ular berbisa atau
tidak berbisa. Gigitan ular yang berbisa mempunyai akibat yang beragam mulai dari luka yang
sederhana sampai dengan ancamannya dan menyebabkan kematian (BT&TLS, 2008). Gigitan
ular adalah suatu keadan yang disebabkan oleh gigitan ular berbisa. Bisa ular adalah kumpulan
dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang luas atau bervariasi. Yang
mempengaruhi sistem multiorgan, terutama neurologik, kardiovaskuler, dan sistem pernapasan
(Suzanne Smaltzer dan Brenda G. Bare, 2007). Gigitan ular merupakan salah satu kasus gawat
darurat yang terkait lingkungan, pekerjaan dan musim dan cukup banyak terjadi di berbagai
belahan dunia khususnya di daerah pedesaan Pekerja di bidang pertanian dan anak-anak
merupakan golongan yang sering tergigit (Warrell 2010).

Etiologi
Ada tiga famili ular berbisa, yaitu Elapidae, Hydropidae, dan Viperidae.

Patofisiologi
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Menurut Krisanty, dkk,
(2009) bisa tersebut bersifat :
a. Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena paralise
otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang
terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.
b. Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya atau
menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri sebagai
akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis: luka bekas gigitan yang
terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis, hematemesis,
gagal ginjal.
c. Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan
mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia
akibat kerusakan sel-sel otot.
d. Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot
jantung.
e. Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat
terganggunya kardiovaskuler.
f. Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada
tempat patukan
g. Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.

Tanda dan gejala


Tanda dan gejala yang umum ditemukan pada pasien bekas gigitan ular adalah:
1. Tanda-tanda bekas taring, laserasi
2. Bengkak dan kemerahan, kadang-kadang bulae atau vasikular
3. Sakit kepala, mual, muntah
4. Rasa sakit pada otot-otot, dinding perut
5. Demam
6. Keringat dingin
Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada semua gigitan ular.
Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit kegelapan karena
darah yang terperangkap di jaringan bawah. kulit). Sindrom kompartemen merupakan salah satu
gejala khusus gigitan ular berbisa, yaitu terjadi oedem (pembengkakan) pada tungkai ditandai
dengan SP: pain (nyeri), pallor (muka pucat), paresthesia (mati rasa), paralysis: (kelumpuhan
otot), pulselesness (denyutan).

Gambaran Klinik
Bisa ular yang masuk ke dalam tubuh, menimbulkan daya toksin. Toksik tersebut
menyebar melalui peredaran darah yang dapat mengganggu berbagai system. Seperti, sistem
neurogist, sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan. Pada gangguan sistem neurologis, toksik
tersebut dapat mengenai saraf yang berhubungan dengan sistem pernapasan yang dapat
mengakibatkan oedem pada saluran pernapasan, sehingga menimbulkan kesulitan untuk
bernapas. Pada sistem kardiovaskuler, toksik mengganggu kerja pembuluh darah yang dapat
mengakibatkan hipotensi. Sedangkan pada sistem pernapasan dapat mengakibatkan syok
hipovolemik dan terjadi koagulopati hebat yang dapat mengakibatkan gagal napas.

Asuhan keperawatan
Pengkajian
1 Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
2 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh sesak nafas dan terasa panas disertai nyeri disekitar tubuh
yang digigit.
b. Riwayat penyakit sekarang
Bagian ekstremitas digigit ular terasa panas disertai sesak nafas. Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik bagian ekstremitas klien ditemukan bekas gigitan luka yang sudah
membengkak, dimana pembengkakan tersebut sudah mengalami perubahan warna.
c. Riwayat penyakit dahulu
Apa pasien pernah di rumah sakit sebelumnya atau tidak.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Di dalam keluarga apa ada yang pernah mengalami hal yang sama seperti dirinya atau
memiliki penyakit keturunan.
e. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adanya perubahan kesehatan karena gigitan ular yang membuat pasien merasa
cemas.
2) Pola nutrisi dan metabolic
Biasanya pasien mengeluh tidak nafsu makan, mual dan muntah disertai
penurunan berat badan.
3) Pola aktifitas dan latihan
Pasien biasanya mengalami kelemahan fisik untuk beraktivitas.
4) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur pasien biasanya terganggu karena merasa cemas dan rasa nyeri di
daerah gigitan ular.
5) Pola eliminasi
Pasien yang mengalami gigitan ular biasanya mengeluh diare.
6) Pola reproduksi dan seksual
Biasanya tidak ada gangguan pada sistem reproduksinya.
7) Pola kognitif dan perseptual
Pengkajian kognitif pada pasien snake bite yaitu pasien merasa nyeri di daerah
yang terkena gigitan dan adanya pembengkakan
8) Pola persepsi dan konsep diri
Pasien biasanya merasa cemas dan takut karena keadaannya yang memerlukan
pemulihan karena gigitan ular dan cemas masalah pekerjaan.
9) Pola koping dan toleransi
Biasanya pasien merasa cemas karena bagian tubuhnya yang digigit ular
mengalami pembengkakan.
10) Pola Hubungan dan Peran
Kesulitan menentukan kondisi.misal tak mampubekerja, mempertahankan
fungsiperan biasanyadalam bekerja.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Pola ini menjelaskan tentang bagaimana cara klien melakukan ibadah.
3 Pemeriksaan fisik
Integumen : rasa nyeri di daerah gigitan, kemerahan, memar, kulit teraba hangat dan bengkak.
Pernafasan : takipnea dengan penurunan kedalaman pernafasan.
4 Pemeriksaan Laboratorium
5 pemeriksaan Penunjang
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.
3. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang pengetahuan
mengenai proses penyakit.
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi
6. Resiko infeksi

Intervensi
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri
Intervensi :
- Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Keluarkan secret dengan batuk atau menggunakan suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Memberikan terapi oksigen
- Observasi adanya tanda – tanda hipoventilasi
- Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenisasi
- Monitor tanda – tanda vital, frekuensi dan irama pernafasan

2. Nyeri Akut
- Lakukan pengkajian nyeri secara kompherensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan factor respirasi
- Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
- Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
- Ajarkan mengenai teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian terapi obat analgesic
- Pilih rute pemberian obat secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
- Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan gejala
- Monitoring nyeri pasien

3. Hipertermi
- Monitoring suhu tiap 2 jam
- Monitor tanda – tanda vital, warna kulit dan kesadaran pasien
- Monitor WBC, Hb, Hct
- Monitor intake dan output
- Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
- Kolaborasi pemberian cairan intravena
- Kompres pasien pada lipatan paha dan aksila
- Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
- Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
- Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan

4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


- Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas / dingin / tajam / tumpul
- Monitor adanya paratase
- Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau laserasi
- Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
- Monitor kemampuan BAB
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Monitor adanya tromboplebitis
- Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi

5. Ansietas
- Gunakan pendekatan yang menyenangkan
- Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien
- Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
- Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress
- Temani pasien untuk memberikan keamanan dan menguransi takut
- Intruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

6. Resiko Infeksi
- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
- Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
- Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
- Dorong masukan nutrisi yang cukup
- Dorong istirahat
- Kolaborasi dengan dokter terhadap pemberian terapi obat antibiotic
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mengindari infeksi

Link Podcast
https://open.spotify.com/episode/7lwEZkIdlDGZQD9fJGh2RW?
si=l2CB6zdfT66guvAUIdkXgA&utm_source=copy-link

Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/document/428670419/Lp-Snake-Bite
https://www.scribd.com/document/371046359/Lp-Snake-Bite-Siap-Print
https://www.scribd.com/document/468312268/Lp-GIGITAN-BINATANG-ULAR-fix

Anda mungkin juga menyukai