Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM PRAKTEK KLINIK

KEPERAWATAN ANAK

Pas photo
4x6

NAMA : A. JASMINE HAYA AQILAH PATRIANUR

NIM : PO713201181051

PROGRAM : Diploma III Keperawatan (Reguler)

KELOMPOK : C

ALAMAT : KOMP.AURI PAI 3 ARUNG TEKO,SUDIANG

NO HP : 085299995779

PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN THYPOID

A. KONSEP TEORI
1. Pengertian

Tifoid, yang disebut juga sebagai demam tifoid adalah demam akut sebagai akibat
respon tubuh terhadap pirogen yang dikeluarkan oleh bakteri Salmonella typhi ke dalam
darah, yang telah menginfeksi jaringan limfoid plak Peyeri ileum bagian distal.

Gejala dan tanda klasik tifoid, yaitu demam bersifat stepladder, berkeringat banyak
setiap siklus demam turun (diaphoresis), malaise, nyeri abdomen menyeluruh,
konstipasi, lidah kotor (coated tongue), dan bradikardia relatif.

Demam tifoid yang tidak diobati dapat berlanjut, penderita dapat mengalami penurunan
kesadaran berupa delirium, perdarahan intestinal, perforasi usus dan kematian dalam
waktu satu bulan sejak periode onset sakit. Apabila penderita dapat melewati masa kritis
tersebut, kemungkinan akan terdapat sekuele berupa gangguan neuropsikiatrik
permanen.

2. Etiologi

Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri salmonella
typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, dan
mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks
lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI.

Penyakit tifoid ini sering dihubungkan dengan paratifoid, yang biasanya lebih ringan dan
menunjukkan gambaran klinis yang sama, atau menyebabkan enteritis akut disebabkan
oleh genus bakteri yang sama dengan subspesies paratyphi A,B, C. Salmonella
typhi  hanya menginfeksi manusia, sedangkan S. paratyphi menginfeksi manusia dan
hewan peliharaan. Salmonella yang berasal dari telur mentah atau tidak matang juga
dapat menyebabkan keracunan makanan.
3. Patofisiologi

Patofisiologi tifoid atau typhoid fever bergantung pada banyaknya organisme kausal yang
masuk.Bila seseorang menelan Salmonella typhi bersama makanan atau minuman yang
tercemar, sebagian bakteri akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung.
Bakteri yang dapat bertahan pada pH lambung serendah 1,5 akan masuk ke ileum bagian
distal, mencapai jaringan limfoid lalu berkembang biak, dan menyebabkan
hiperplasia Peyeri patches (selanjutnya disebut sebagai plak Peyeri). Bakteri yang masuk
ke aliran darah, menyebabkan bakteriemia, akan melepaskan endotoksin yang berperan
pada patogenesis tifoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan
tempat bakteri ini berkembang biak.

Demam pada tifoid disebabkan karena Salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang


sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang meradang. Reaksi
tubuh terhadap pirogen ini juga menyebabkan timbulnya manifestasi sistemik seperti sakit
kepala, malaise dan nyeri abdomen.Masa inkubasi sekitar 7-14 hari setelah bakteri
tersebut tertelan sampai onset demam terjadi.Bakteri Salmonella typhi selanjutnya masuk
ke jaringan beberapa organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan
5F yaitu Food(makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan
melalui Feses (tinja). Feses dan muntah pada penderita demam tifoid dapat menularkan
salmonella thypi kepada orang lain.

4. Klasifikasi

Menurut WHO (2003), ada 3 macam klasifikasi demam tifoid dengan perbedaan gejala
klinis :
a. Demam Tifoid Akut Non Komplikasi

Demam tifoid akut dikarakterisasi dengan adanya demam berkepanjangan abnormalis


fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasa, dan diare pada anak-anak), sakit kepala,
malaise, dan anoksia. Bentuk bronchitis biasa terjadi pada fase awal penyakit selama
periode demam, sampai 25% penyakit menunjukkan adanya resespot pada dada,
abdomen dan punggung.
b. Demam Tifoid Dengan komplikasi

Pada demam tifoid akut keadaan mungkin dapat berkembang menjadi komplikasi
parah. Tergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan kliniknya, hingga 10%
pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari melena, perforasi, susu dan
peningkatan ketidaknyamanan abdomen.
c. Keadaan Karier

Keadaan karier tifoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur pasien.karier tifoid
bersifat kronis dalam hal sekresi Salmenella typhi di feses.

5. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi adalah pada usus halus,namun hal tersebut jarang
terjadi apabila komplikasi dalam hal ini dialami oleh seorang anak,maka dapat
berakibat fatal.Gangguan pada usus halus ini dapat berupa :
- Perdarahan usus,apabila sedikit maka perdarahan tersebut hanya ditemukan jika
dilakukan pemeriksaan tinja dan benzidin. Jika perdarahan banyak maka dapat
terjadi melena, yang biasa disertai nyeri perut dengan tanda tanda renjetan. Perforasi
usus biasanya timbul pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian
distal ileum.
- Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di
rongga peritonium, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara di antara hati dan
diafragma pada rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
- Peritonitis biasanya menyertai perforasi, tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat , dinding abdomen
tegang,dan nyeri tekan.
- Komplikasi diluar usus terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis(bakteremia),
yaitu meningitis,kolesistisis,ensefelopati, dan lain lain. Komplikasi diluar usus ini
terjadi karena infeksi sekunder yaitu bronkopneumonia.

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang meliputi :


a. Pemeriksaan darah
Untuk mengidentifikasikan adanya anemia karena asupan makanan yang terbatas,
malabsorpsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum, dan penghancuran sel
darah merah dalam darah merah.
b. Pemeriksaan urine
Didapatkan proteinuria ringan (< 2 gr/liter) juga didapatkan peningkatan leukosit
dalam urine.
c. Pemeriksaan feses
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan
perforasi.
d. Pemeriksaan bakteriologis
Untuk identifikasi adanya kuman salmonella pada biakan darah tinja, urine, cairan
empedu, atau sumsum tulang.

e. Pemeriksaan serologis
Untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Respon antibodi yang dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah
antibodi O dan H.

f. Pemeriksaan widal
1. Dasar pemeriksaan ialah reaksi aglutinasi antara serum pasien (antibody) dengan
suspensi antigen salmonella typosa. hasil (+) bila terjadi reaksi aglutinasi

2. Cara dengan mengencerkan serum, maka kadar zat anti dapat ditentukan, dengan

pencegahan tertinggi yang masih dapat menimbulkan reaksi aglutinasi.

3. Untuk mendiagnosa diperlukan titer zat anti terhadap antigen O yang bernilai 1/

200/ > atau menunjukkan kenaikan yang proresif, sedangkan titer zat anti terhadap

antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna karena titer H akan tetap

tinggi setelah dilakukan imunisasi, mencapai puncaknya bersamaan dengan

penyembuhan pasien.

4. Pemeriksaan widal tidak selalu positif walau pasien menderita typhoid abdominalis

(negatif semu). Sebaliknya titer dpat positif semu karena keadaan sebagai berikut :

- Titer O dan H tinggi karena dapat aglutinin normal karena infeksi Basil Coli

patogen pada usus.

- Neonatus: zat anti diperoleh dari ibu lewat tali pusat.

- Terdapat infeksi silang dengan rikettsia (wellfelix).

- Imunisasi alamiah karena masuknya basil peroral pada keadaan infeksi

subklinis. (Deden & Tutik, 2010)


g. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi akibat
demam (Muttaqin A & Sari U, 2011).

7. Medikasi (Tindakan Medis, Pengobatan)

Terapi antibiotik adalah cara efektif dalam menangani tifus dan perlu diberikan sedini
mungkin. Beberapa obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati tifus adalah
azithromycin, ciprofloxacin, atau ceftriaxone.Perawatan tifus dilakukan di rumah
sakit, tapi jika tifus lebih cepat dideteksi dan gejalanya masih tergolong ringan, maka
penanganannya bisa dilakukan secara mandiri di rumah.

 Pengobatan Tifus di Rumah Sakit

Antibiotik di rumah sakit akan diberikan dalam bentuk suntikan. Jika diperlukan,
asupan cairan dan nutrisi juga akan dimasukkan ke dalam pembuluh darah melalui
infus. Pasien perlu menggunakan antibiotik hingga hasil tes terhadap bakteri
penyebab tifus benar-benar bersih. Infus akan diberikan apabila pasien tifus
disertai dengan gejala-gejala, seperti muntah terus-menerus serta diare parah.
Infus berisi cairan akan diberikan untuk mencegah kekurangan cairan tubuh
(dehidrasi). Anak yang mengalami demam tifoid bisa direkomendasikan untuk
melalui perawatan di rumah sakit sebagai tindakan pencegahan. Pada kasus yang
jarang terjadi, operasi dapat dilakukan jika terjadi komplikasi yang
membahayakan nyawa, seperti perdarahan saluran pencernaan. Penderita tifus
akan berangsur-angsur membaik setelah dirawat kurang-lebih selama 3-5 hari.
Tubuh akan pulih dengan perlahan-lahan hingga kondisi pasien pulih sepenuhnya
setelah beberapa minggu pascainfeksi.
 Pengobatan Tifus di Rumah

Umumnya orang yang didiagnosis tifus pada stadium awal membutuhkan


pengobatan selama 1-2 minggu dengan tablet antibiotik. Meski tubuh mulai
membaik setelah 2-3 hari mengonsumsi antibiotik, sebaiknya jangan
menghentikan konsumsi sebelum antibiotik habis. Hal ini berguna untuk
memastikan agar bakteri Salmonella typhii benar-benar lenyap di dalam tubuh.
Meski begitu, pemberian antibiotik untuk mengobati tifus mulai menimbulkan
masalah bagi negara-negara di Asia Tenggara. Beberapa kelompok Salmonella
typhii menjadi kebal terhadap antibiotik. Beberapa tahun terakhir, bakteri ini juga
menjadi kebal terhadap antibiotik chloramphenicol, ampicillin, dan trimethoprim-
sulfamethoxazole. Jika kondisi makin memburuk saat menjalani perawatan tifus di
rumah, segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Pada
sebagian kecil penderita tifus, penyakit ini dapat kambuh kembali. Pastikan untuk
mengikuti langkah-langkah ini supaya tubuh segera pulih dan mencegah risiko
tifus kambuh:
a. Istirahat yang cukup.
b. Makan teratur. Makan dalam porsi sedikit, tapi dalam frekuensi yang cukup
sering dibandingkan dengan makan porsi besar, tapi hanya tiga kali sehari
c. Perbanyak minum air putih.
d. Rajin mencuci tangan dengan sabun untuk mengurangi risiko penyebaran
infeksi

 Bakteriyang Menetap di Dalam Tubuh

Beberapa orang yang telah pulih dan sudah tidak menunjukkan gejala-gejala tifus,
tetap dapat menderita bakteri Salmonella typhii di dalam saluran usus selama
bertahun-tahun. Sekitar lima persen penderita tifus yang tidak menjalani
pengobatan yang cukup tetapi kemudian bisa pulih, akan terus membawa bakteri
ini di dalam tubuhnya. Tanpa disadari, para pembawa (carrier) bakteri tifoid bisa
menularkannya pada orang lain melalui tinja. Untuk beberapa profesi, carrier ini
mendapat perhatian khusus. Orang-orang dengan profesi tertentu, disarankan
untuk memastikan bahwa tubuhnya tidak memiliki bakteri Salmonella typhii
sebelum melakukan pekerjaannya. Profesi yang berisiko ini, antara lain:
1) Profesi yang berhubungan dengan pengolahan dan penyiapan makanan.
2) Perawat yang sering berhadapan atau mengurus orang yang rentan sakit.
3) Pengasuh balita atau perawat lansia.

 Pengobatan Tambahan saat Tifus Kambuh

Sebagian orang dapat mengalami gejala-gejala tifus yang kambuh seminggu


setelah berakhirnya pengobatan antibiotik. Untuk kondisi ini, biasanya dokter
akan kembali meresepkan antibiotik, meski gejala-gejala yang dirasakan tidak
separah sebelumnya.
Jika setelah menjalani pengobatan ternyata hasil tes pada feses atau tinja
ditemukan masih adanya bakteri Salmonella typhii, pasien akan kembali
disarankan untuk mengonsumsi antibiotik selama 28 hari untuk mematikan
bakteri, sekaligus mengurangi risiko pasien menjadi carrier. Selama diagnosis
masih menyatakan adanya infeksi, sebaiknya hindari aktivitas mengolah,
memasak, dan menyajikan makanan baik untuk diri sendiri, maupun orang lain.
Selain itu, pastikan juga untuk rutin mencuci tangan setelah dari kamar mandi.
Pengobatan tifus meliputi konsumsi obat hingga perawatan di rumah sakit, yang
bisa membutuhkan biaya cukup besar. Oleh karena itu, coba pertimbangkan untuk
memiliki asuransi kesehatan sehingga beban biaya lebih ringan dan proses
pengobatan berjalan lebih mudah.

B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata Klien dan penanggung jawab (nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat)
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya pasien dirawat di rumah sakit dengan keluhan sakit kepala, demam,
nyeri dan pusing.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengeluh kepala terasa sakit, demam,nyeri dan pusing,
berat badan berkurang, pasien mengalami mual, muntah dan anoreksia, pasien
merasa sakit diperut dan diare, Pasien mengeluh nyeri otot.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit lain/pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama (penularan).
5. Riwayat Nutrisi Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami demam
thypoid, meliputi:
 Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi resiko
diare dan infeksi yang serius;
 Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air masak dan
diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah
menimbulkan pencemaran;
 Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum
biasa). Pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus ingin minum
banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, anak malas minum atau tidak bisa
minum (Nursalam, 2008).
6. Pola fungsi kesehatan
 Pola nutrisi dan metabolisme: Biasanya nafsu makan klien berkurang karena
terjadi gangguan pada usus halus.
 Pola istirahat dan tidur: Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat
karena pasien merasakan sakit pada perutnya, mual, muntah, kadang diare
7. Pemeriksaan Fisik
 Pengkajian umum
Tingkat kesadaran : composmentis, apatis, somnolen,supor, dan koma

Keadaan umum: Kesadaran umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak


seberapa dalam yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi stupor, koma, atau
gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan terambat mendapat pengobata Kepala;
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya
cekung.

Tanda-tanda vital, normalnya:


Tekanan darah : mmHg
Nadi : x/menit
Suhu : ᵒC
Pernapasan : x/menit

 Pemeriksaan Fisik
 Mata; Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal.
Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang kelopak matanya cekung (cowong).
Sedangkan apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya sangat cekung.
 Hidung Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak sianosis, tidak
ada pernapasan cuping hidung.
 Telinga Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
 Mulut dan Lidah:
a). Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah;
b). Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering;
c) Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering;
 Leher Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada kelainan pada
kelenjar tyroid.
 Thorak
a). Jantung
 Inspeksi pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
 Auskultasi biasanya normal jika tidak ada komplikasi.
b). Paru-paru
 Inspeksi kondisi bisa normal dan akan abnormal jika ada komplikasi ke
saluran pernafasan.
 Abdomen
(1) Inspeksi Anak akan mengalami distensi abdomen, dapat ditemukan keadaan perut
kembuh, bisa terjadi konstipasi, diare dan kram.
(2) Palpasi Turgor kulit pada thypoid dengan diare.
(3) Auskultasi Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya meningkat.
 Ektremitas Anak dengan thypoid tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal, akral
teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT kembali < 2 detik, akral
dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT kembali > 2 detik, akral teraba dingin,
sianosis.
 Genitalia biasanya kondisi normal..

8. Pemeriksaan diagnostic / Pemeriksaan laboratrium


a. Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif, dan
aneosinofilia pada permukaan sakit.
b. Kultur darah (biakan, empedu) dan widal. Biakan empedu basil salmonella typhosa
dapat ditemukan dalam darah pasien pada minggu pertama sakit
c. Pemeriksaan widal. Pemeriksaan yang diperlukan adalah titer zat anti terhadap
antigen O
2. Diagnosis Keperawatan
1. Hipertermi b.d dengan proses penyakit
2. Nyeri akut b.d Proses inflamasi
3. Resiko Defisit nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yg tidak adekuat

3. Tujuan / Luaran
1). Pasien menunjukkan hipertermia membaik dengan kriteria :
- Suhu Tubuh normal
2). Pasien menunjukkan nyeri teratasi dengan Kriteria :
- Nyeri hilang
- Ekspresi wajah rileks
3). Pasien menunjukkan Intake nutrisi yang adekuat
- Peningkatan nafsu makan
- Porsi makan dihabiskan
- Tidak ada penurunan berat badan

4. Intervensi
1). Hipertermia
- Manajemen hipertermi
- Kompres dingin
- Pemberian obat
- Manajemen Cairan
2).Nyeri akut b.d agen cedera biologis
- Edukasi Manajemen nyeri
- Pemantauan Nyeri
- Pemberian Obat
- Ajarkan tehnik imajinasi terbimbing

3). Resiko Defisit Nutrisi


- Manajemen Nutrisi
- Pemberian makanan

5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit
thypoid yaitu :
1. Suhu tubuh pasien kembali normal
2. Nyeri hilang
3. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Anda mungkin juga menyukai