Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH IV

Tugas Kasus Sisem Perkemihan

Dosen Pengampu:
Ns. Fitri Mailani,S.Kep,.M.Kep

Disusun Oleh :
Siti Rahmah (1711312023)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KASUS 1

SISTEM PERKEMIHAN

Learning Outcome:

Mahasiswa mampu menegakan diagnosa keperawatan sesuai dengan scenario kasus


yang ada.

Seorang perempuan Ny S, 46 tahun, dirawat di Rumah sakit X dengan keluhan sesak


nafas, kaki bengkak dan buang air kecil sedikit sejak dua minggu sebelum masuk
rumah sakit. Pasien mempunyai riwayat batu ginjal dan telah dilakukan pengambilan
batu ginjal. Hasil pemeriksaan tanda vital ditemukan tekanan darah 140/80 mmHg, nadi

84x/menit kuat teratur, napas 28x/menit dan suhu 37oC. Pada pemeriksaan fisik,
ditemukan edema derajat 2 pada ekstremitas, edema pada wajah dan periorbital,
capillary refill time (CRT) ≤ 3detik, tidak ada distensi vena juguler, akral hangat. Pasien
mengatakan gatal awalnya di lengan dan kaki dan kemudian menyebar keseluruh tubuh.
Terlihat kulit kering dan bersisik pada ekstremitas bawah, serta tampak pula bercak
hitam di seluruh tubuh. Terlihat membrane mukosa kering, turgor kulit kurang elastis,
terlihat kulit ekstremitas bawah kering dan bersisik. Ny. S di diagnosa menderita
Penyakit Ginjal Kronik.

Pemeriksaan Laboraturium

Pemeriksaan Darah Normal dan Nilai


Lengkap Satuan
Hemoglobin 12-15 g/dL 8,3

Hematokrit 36-46% 26,6


Eritrosit 3,8-4,8 juta/µL 2,88

VER 80-95 fL 92,4


HER 27-31 pg 28,8

KHER 32-36 g/dL 31,2


Trombosit 150-400 ribu/µL 204
Leukosit 5-10 ribu/µL 6,24
Basofil 0,5-1 % 0,8
Eosinofil 1-4 % 1,6
Neutrofil 55-70 % 83,8
Limfosit 20-40 % 6,7
Monosit 2-8 % 7,1
Laju endap darah 0-20 mm 15
Pemeriksaan Darah Nilai Normal dan Nilai
Lengkap Satuan
APTT 31-47 detik 39,6
PT 9,8-12,6 detik 13,3
Fibrinogen 200-400 mg/dL 218,1
D Dimer 0-300 µg/L 1400

Mg 1,7-2,55 mg/dL 1,62


Ureum darah <50 mg/dL 152

Creatinin darah 0,6-1,2 mg/dL 7,9

Penugasan:

1. Setelah membaca skenario diatas, buatlah tabel analisa data dan tentukan diagnosa
keperawatan yang dialami oleh Ny.S.
2. Jelaskan dengan singkat pendidikan kesehatan yang wajib disampaikan oleh perawat
kepada Ny. S untuk mecegah komplikasi terhadap penyakit nya?
Jawab:
1. Analisa data dan tentukan diagnosa keperawatan yang dialami oleh Ny.S.
No Analisa Data Diagnosa Keperawatan
1 Ds: Kelebihan volume cairan b/d
1. Klien mengeluh sesak nafas penurunan haluan urine d/a dipsnea,
(dipsnea). edema pada kaki, wajah dan
2. Klien mengeluh kaki bengkak periorbital, oliguria, penurunan ht, dan
3. Klien mengeluh buang air hb , azotemia (peningkatan kreatinin)
kecil sedikit sejak 2 minggu
yang lalu.
Do:
1. Ttv: Td: 140/80 mmHg, N :
84x/menit kuat teratur, RR:

28x/menit dan T: 37oC


2. Edema derajat 2 pada
ekstremitas.
3. Edema pada wajah dan
periorbital.
4. Crt ≤ 3detik
5. Hb : 8,3
6. Ht : 26,6
7. Eritrosit: 2,88
8. KHER : 31,2
9. D Dimer : 1400
10. Ureum dalam darah : 152
11. Kreatinin dalam darah: 7,9
2. Ds: Kerusakan integritas kulit b/d
1. Klien mengatakan gatal gangguan turgor kulit, gangguan
dilengan dan kaki lalu volume cairan
menyebar keseluruh tubuh.
Do:
1. Crt ≤ 3detik
2. Kulit terlihat kering dan
bersisik pada eksstremitas
bawah.
3. Terlihat bercak hitam
diseluruh tubuh.
4. Membran mukosa kering.
5. Turgor kulit kurang elastis.
6. Limfosit 6,7
7. Neutrofil 83,8

2. Pendidikan kesehatan yang wajib disampaikan oleh perawat kepada Ny. S untuk
mecegah komplikasi terhadap penyakit nya?
Berikan edukasi kepada Ny. S untuk meningkatkan gaya hidup sehat dengan perilaku
PATUH:
P: Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dosen.
A: Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur.
T: Tetap diet sehat dan gizi seimbang.
U: Upayakan beraktifitas fisik dengan aman.
H: Hindari rokok, alkohol dan zat kardiogenik lainnya.
Sumber:
Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 9 Editor T
Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC
Kemenkes RI. 2018. Peran Pemerintah Dalam Pencegahan Dan Penanggulangan
Gangguan Ginjal Pada Anak.
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz09/2018/11/Pap
aran_dr_Cut_Putri_Arianie_MH_Kes_Direktur_P2PTM_Media_Briefing_Kenali_Gangguan
_Ginjal_Pada_Anak_13_November_2018.pdf. Diakses pada tanggal 25 April 2020 jam 23.34
WIB
KASUS 2
SISTEM PERKEMIHAN
Learning outcome:
Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dan membuat rencana asuhan keperawatan
sesuai dengan skenario kasus yang ada.
Seorang pria Tuan A berusia 67 tahun, dibawa ke IGD RS X karena merasa kesakitan pada
bagian bawah perutnya, dia juga mengeluh tidak bisa buang air kecil. Pada saat dilakukan
pemeriksaan oleh seorang perawat diketahui bahwa sejak dua bulan terakhir buang air kecil
pasien tidak lancar, sering berkemih dimalam hari, intermitten dan mengedan saat berkemih,
merasa selalu ada sisa air seni dalam kandung kemih. Sejak 5 jam sebelum datang ke rumah
sakit, air kencingnya macet total, perut bagian bawah semakin memberas, menegang dan
sangat nyeri (skala nyeri 7). Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital diketahui tekanan darah
130/90 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi 100x/menit, suhu 37oC. Ketika dilakukan
pemeriksaan dengan colok dubur didapat penonjolan prostat jelas, sisa volume urine 50-100
ml.
Penugasan:
1. Jelaskan patofisiologi penyakit yang dialami Tuan A pada skenario di atas dan buat dalam
bentuk mind mapping!
2. Setelah membaca skenario di atas, buatlah rencana asuhan keperawatan pada Tuan A
(Rencana intervensi dan outcomes)!
Jawab:
1. Patofisiologi penyakit yang dialami Tuan A pada skenario di atas dan buat dalam
bentuk mind mapping
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan
mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologi,anatomi yang ada pada pria
usia 50 tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga stromal
dan elemen glandular pada prostat Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan
sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal
setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi urin pada leher buli-buli dan daerah prostat
meningkat, serta otot detrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau
divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut,
maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi
untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin yang selanjutnya dapat menyebabkan
hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas. (Basuki B Purnomo,2008) Adapun
patofisiologi dari masing-masing gejala yaitu :
1. Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran awal
dan menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh edema yang terjadi pada prostat
yang membesar.
2. Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena detrusor
membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melawan resistensi uretra.
3. Intermittency (kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi
resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis
miksi terjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli.
4. Nocturia miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak
lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.
5. Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari
korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.
6. Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi)
jarang terjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan detrusor sehingga terjadi
kontraksi involunter,
7. Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya penyakit urin
keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai complience
maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan spingter.
8. Hematuri biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh darah submukosa pada
prostat yang membesar.
9. Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra prostatik,
sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin. Akibatnya terjadi
dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap, serta gagal ginjal.
10. Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin tetap berada
dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organisme infektif. Karena
selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli, Batu ini dapat
menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat pula
menimbulkan sistiitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis.

Sumber :
Basuki B Purnomo. 2008. Patofisiologi Konsep Penyakit Klinis. Jakarta : EGC
WOC Benigna Prostat Hiperplasia

Idiopatik, penuaan

Perubahan kseimbangan estrogen & testosteron

Produksi testosteron metrogen menurun dan estrogen meningkat

Simulasi sel stroma


BPH Berpoliferasi
yg dipengaruhi infeksi

Stimulasi sel stroma oleh pengaruh GH

Pre operasi Post operasi

Pembesaran prostat Kurangnya informasi pasca bedah prostalektomi

Penyempitan uretra pars prostat Trauma


Kurangnya Kurangnya bekas insisi
pengetahuan perawatan
Urine terhambat Nyeri
BAK perdarahan
Bakteri mudah
masuk
Tekanan intravesika

Resiko tinggi
retensi VU Retensi urine Destensi VU kekurangan
Resiko tinggi
infeksi cairan
Otot2 destrusor menebal Nyeri Akut

Terbentuknya gelisah Terjadi


sakula/trabekula obstruksi

Kondisi tubuh PK Anemia


Kemampuan fungsi VU tdk baik Retensi urine
Intoleran
Cemas aktivitas
Sensitivitas VU

Gangguan pola
Upaya berkemih eliminasi urine
2. Rencana asuhan keperawatan pada Tuan A (Rencana intervensi dan outcomes)
No Diagnose NOC NIC
1. Retensi urine b/d 1. Eliminasi Urine 0503 1. Perwatan retensi urine
sumbatan saluran Defenisi:pengumpulan dan Defenisi: bantuan dalam
perkemihan d/a pembuangan urine. menghilangkan distensi
berkemih sedikit, a. pola eliminasi urine kandung kemih.
distensi kandung dipertahankan pada 2 Akt ivitas:
kemih, disuria,residu ditingkatkan ke 5 a. Lakukan pengkajian
urine, sensasi b. jumlah urine dipertahankan komprehensif system
kandung kemih pada 2 ditingkatkan ke 5 perkemihan kusus pada
penuh, sering c. mengosongkan kantong inkontinensia.
berkemih kemih sepenuhnya b. Memantau penggunaan
dipertahankan pada 1 obat dengan sifat
ditingkatkan ke 5 antikolinergik atau
d. nyeri saat kencing properti alpha agonis
dipertahankan pada 2 c. Sediakan waktu yang
ditingkatkan ke 5 cukup untuk pengosongan
e. retensi urine dipertahankan kandung kemih (10 menit)
pada 2 ditingkatkan ke 5 d. Memonitor efek dari obat-
f. Nokturia diingkatkan obatan yang diresepkan,
dipertahankan pada 2 seperti calcium channel
ditingkatkan ke 5 blockers dan
antikolinergik
e. Anjurkan pasien / keluarga
untuk merekam output
urin, sesuai kebutuhan.
f. Memantau input dan
output
g. Memantau asupan dan
keluaran
2. Nyeri akut b/d agen 1. Control Nyeri 1605 1. Manajemen Nyeri 1400
cidera biologis d/a Defenisi: tindakn pribadi untuk Defenisi: pengurangan atau
adanya skala nyeri 7, mengontrol nyeri reduksi nyeri sampai pada
Outcome : tingkat kenyamanan yang
a. mengenali kapan terjadinya dapat diterima oleh pasien
nyeri dipertahankan pada 2 Aktivitas:
ditingkatkan ke 5 a. Lakukan pengkajian nyeri
b. menggambarkan factor secara menyeluruh
penyebab dipertahankan meliputi lokasi, durasi,
pada 2 ditingkatkan ke 5 kualitas, keparahan nyeri
c. menggunakan tindakan dan faktor  pencetus nyeri.
dipertahankan pada 2 b. Observasi adanya petunjuk
ditingkatkan ke 5 nonverbal mengenai
d. menggunakan analgesic ketidaknyamanan terutama
yang direkomendasikan pad mereka yang tidak
dipertahankan pada 2 dapat berkomunikasi
ditingkatkan ke 5 secara efektif.
e. melaporkan perubahan c. Gunakan strategi
gejala nyeri pada komunikasi terapeutik
propesional kesehatan untuk mengetahui
dipertahankan pada 2 pengalaman nyeri dan
ditingkatkan ke 5 sampaikan penerimaan
pasien terhadap nyeri.
d. Tentukan akibat dari
pengalaman nyeri terhadap
kualitas hidup pasien.
e. Kendalikan factor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan.
f. Ajarkan prinsip- prinsip
manajemen nyeri.
g. Ajarkan menggunakan
teknik non farmakologi.
2. Pemberian Analgesik
2210
Defenisi: pengguanaan agen
farmakologi untuk
mengurangi atau
menghilangkan nyeri.
Aktivitas:
a. Tentukan lokasi, kualitas,
dan kaparahan nyeri
sebelum mengobati pasien.
b. Cek perintah pengobatan
meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesic
yang diresepkan.
c. Cek riwayat alergi obat.
d. Tentukan pilihan obat
analgesic (narkotik, non
narkotik , atau NASAID).
e. Berikan analgesic sesuai
waktu paruhnya, terutama
pada nyeri yang berat.
f. Dokumentasikan respon
terhadap analgesic dan
adanya efek samping.
KASUS 3
SISTEM PERKEMIHAN
Learning outcome:
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan sesuai dengan skenario yang ada.

Seorang pria Tuan D berusia 41 tahun, dirawat di RS X karena Klien mengatakan sering
merasakan nyeri di pinggang sebelah kanan skala 5 sudah 3 bulan terakhir. Klien juga
mengeluh saat buang air kecil (BAK) sering terasa nyeri dan tidak tuntas. Klien memiliki
riwayat BAK berdarah terjadi sekali itu saja. Skala nyeri saat pengkajian 5-6 dari 10. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital diketahui tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan 22x/menit,
nadi 88x/menit, suhu 36oC.
Dilakukan pemeriksaan diagnostik yaitu:
- USG Abdomen dengan hasil: Ginjal kanan: Besar, bentuk baik, system pelviokalises sedikit
melebar, tampak batu di ureter distal dengan ukuran 2 x 10 cm.
- Pemeriksaan BNO IVP Kesan: Batu Ureter Distal Dextra
Penugasan:
1. Setelah membaca kasus di atas, jelaskan pengkajian keperawatan yang harus dilengkapi
dan pemeriksaaan penunjang yang harus dilakukan pada Tuan D tersebut.
Jawab:
Pengkajian keperawatan yang harus dilengkapi dan pemeriksaaan penunjang yang
harus dilakukan pada Tuan D
1. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Pernah menderita infeksi saluran kemih.
b. Sering mengkonsumsi susu berkalsium tinggi.
c. Bekerja di lingkungan panas.
d. Penderita osteoporosis dengan pemakaian pengobatan kalsium.
e. Olahragawan.
5.      Riwayat Penyakit Keluarga
a.       Pernah menderita urolitiasis
b.      Riwayat ISK dalam keluarga
c.       Riwayat hipertensi
Pemahaman pasien mengenai perawatan harus digali untuk mengidentifikasi kesalahan
konsepsi atau kesalahan informasi yang dapat dikoreksi sejak awal.
Data Dasar Pada Pasien Dengan Batu Saluran Kencing
1) Aktivitas/istrirahat
Kaji tentang pekerjaan yang monoton,lingkungan pekerjaan apakah pasien terpapar suhu
tinnggi,keterbatasan aktivitas ,misalnya karena penyakit yang kronis atau adanya cedera
pada medulla Spinalis.
2) Sirkulasi
Kaji terjadinya peningkatan tekanan Darah/Nadi, yang disebabkan ;nyeri,ansietas atau
gagal ginjal.Daerah ferifer apakah teraba hangat(kulit) merah atau pucat.
3) Eliminasi
Kaji adanya riwayat ISK kronis.obstruksi sebelumnya(kalkulus), Penurunan haluaran
urinr, kandung kemih penuh, rasa terbekar saat BAK. Keinginan /dorongan ingin
berkemih terus, oliguria, haematuria, piuri atau perubahan pola berkemih.
4) Makanan / cairan;
Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi purin, kalsium oksalat atau
fosfat, atau ketidak cukupan pemasukan cairan tidak cukup minum, terjadi distensi
abdominal, penurunan bising usus.
5) Nyeri/kenyamanan
Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik.lokasi tergantung pada lokasi batu misalnya
pada panggul di regio sudut kostovertebral dapat menyebar ke punggung, abdomen, dan
turun ke lipat paha’genetalia, nyeri dangkal konstan menunjukan kalkulus ada di pelvis
atau kalkulus ginjal. Nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau
tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi .
6) Keamanan
Kaji terhadap penggunaan alkohol perlindungan saat demam atau menggigil.
7) Riwayat Penyakit :
Kaji adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout,
ISK kronis, riwayat penyakit, usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti hipertensi, natrium bikarbonat,
alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin D.
Pemeriksaan penunjang:
1. Laboratorium:
a. Urinalisa : warna urin berubah kuning, coklat gelap, berdarah menunjukan SDM, SDP,
Kristal (sistin, as. Urat, kalsium oksalat), serpihan, mineral, bakteri, pus, pH asam, dan
alkalinm (meningkatkan magnesium, fosfat, ammonium, atau batu kalium fosfat)
b. Urine 24 jam : terjadi peningkatan kreatinin, as. Urat, kalsium, fosfat, oksalat, ataupun
sistin.
c. Dapat terjadi indikasi ISK (staphilococus aureus, proteus, klebsiela, pseudomonas)
d. Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukan infeksi/ septicemia
e. Hb/ht: abnormal boila pasien dehidrasi nitrat atau polisitemia terjadi mendorong
prespitasi pemadatan ataupun anemia akibat perdarahan karena disfungsi ginjal.
f. Hormone paratiroid mungkin meningkat bila terjaci gagal ginjal.pth merangsang
reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
2. Foto polos abdomen
Tujuan pembuatan foto polos abdomen adalah untuk melihat kemungkinan adanya
batu radioopak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsiumfosfat
bersifat radioopak dan paling sering dijumpai pada diantara batu-baru jenis lain
sedangkan batu asam urat sifatnya non opak atau radio lusen. 
3. Pielografi intravena (IVP)
Tujuannya menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal serta mendeteksi adanya batu
semi opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika
IVP belum dapat menjelaskan keadaan system kandung kemih akibat adanya penurunan
fungsi ginjal sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde.
4. Ultrasonografi
5. CT- Scan
Mengidentifikasi dan menggambarkan kalkuli dan masa lain : ginjal, ureter, dan
distensi kandung kemih.
6. Sistoureterokopi untuk memvisualisasikan secara langsung kandung kemih dan ureter
dapat menunjukan batu dan atau defek obstruksi.
7. Ultrasound untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
Sumber:
Doengoes, Marilynn E, RN. BSN, MA, CS (2000). Rencana Asuhan Keperawatan.(Edisi
ketiga). Jakarta : EGC
Pearl, MS., Nakada, SY. 2009. Medical and Surgical Management of Urolithiasis. Informa:
UK
DAFTAR PUSTAKA
Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 9 Editor T
Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC
Kemenkes RI. 2018. Peran Pemerintah Dalam Pencegahan Dan Penanggulangan
Gangguan Ginjal Pada Anak.
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz09/2018/11/Pap
aran_dr_Cut_Putri_Arianie_MH_Kes_Direktur_P2PTM_Media_Briefing_Kenali_Gangguan
_Ginjal_Pada_Anak_13_November_2018.pdf. Diakses pada tanggal 25 April 2020 jam 23.34
WIB
Basuki B Purnomo. 2008. Patofisiologi Konsep Penyakit Klinis. Jakarta : EGC
Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, Meridean L., Swanson, Elizabeth.2016. Nursing
OutcomesClassification (NOC)5th Indonesian Edition.Elsevier. Singapore
Bulechek, G.M., Butcher H.K., Dotcherman J.M. 2016.Nursing Interventions Classification
(NIC)6th Indonesian Edition.Elsevier. Singapore
Doengoes, Marilynn E, RN. BSN, MA, CS (2000). Rencana Asuhan Keperawatan.(Edisi
ketiga). Jakarta : EGC
Pearl, MS., Nakada, SY. 2009. Medical and Surgical Management of Urolithiasis. Informa:
UK

Anda mungkin juga menyukai