OLEH:
Christa Gisella Pirsouw
2018-84-048
PEMBIMBING:
dr. Sri Wahyuni Djoko, Sp. A
AGUSTUS 2020
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
IDENTITAS KASUS
Nama : An. X
Umur saat dijadikan kasus : 12 tahun
Jenis kelamin : Lelaki
Alamat : Ambon
Masuk Rumah Sakit : 19 Juli 2020
Mulai dijadikan kasus : 19 Juli 2020
II. ANAMNESIS
Heteroanamnesis diperoleh dari orang tua.
1. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama: Sesak nafas dan batuk
Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang dialami sepanjang hari
sejak 1 minggu yang lalu. Sebelum sesak, pasien mengalami batuk
sepanjang hari yang meningkat saat malam sampai subuh sejak bulan
april lalu (± 3 bulan) dan memberat sejak 1 minggu terakhir. Batuk
disertai lendir warna kuning, bau tidak jelas, darah tidak ada. Pasien
juga mengalami demam naik turun sejak 1 bulan yang lalu. Muntah
ada jika batuk. Pasien juga mengeluh dada berdebar dan ada keringat
malam. Buang air besar dan buang air kecil baik. Nafsu makan dan
minum biasa, tetapi ada penurunan berat badan. Anak tampak lemas
dan kurang aktif.
2. Riwayat penyakit dan pengobatan sebelumnya
Pasien baru pertama kali mengalami sesak. Sebelumnya pasien pernah
dirawat di RS lain selama 2 minggu pada bulan april lalu dengan
keluhan demam dan batuk tetapi tidak ada perbaikan. Riwayat
pengobatan selama di RS sebelumnya tidak jelas diketahui keluarga.
3. Riwayat kesehatan keluarga
2
Riwayat keluarga inti (ayah/ibu/saudara kandung) yang mengalami
sesak dan batuk tidak ada.
Kesan: faktor sesak dan batuk pada penderita tidak jelas.
4. Riwayat pribadi/sosial
a. Riwayat kehamilan ibu
Pasien merupakan anak bungsu dari 5 bersaudara. Tidak ada
riwayat keguguran. Selama hamil, ibu pasien selalu kontrol rutin
ke dokter spesialis kandungan dan tidak ditemukan kelainan. Ibu
tidak pernah mengonsumsi obat-obatan, merokok, dan minum
alkohol. Ibu pasien hanya meminum kalsium dan tablet penambah
darah dari dokter spesialis kandungan. Tidak ada riwayat sakit
selama kehamilan.
Kesan: riwayat kehamilan ibu normal
b. Riwayat persalinan
Pasien lahir secara normal di rumah ditolong oleh bidan. Segera
setelah lahir langsung menangis. Berat badan lahir, panjang badan,
lingkar kepala tidak diketahui. Tidak ada kelainan bawaan.
Kesan: riwayat persalinan normal.
c. Riwayat paska-lahir
Penderita dalam keadaan sehat sejak lahir, tidak pernah dirawat di
rumah sakit karena sesak napas ataupun sakit berat lainnya.
Kesan: riwayat paska-lahir normal.
d. Riwayat makanan
Pasien memperoleh ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan
hingga 12 bulan. Bubur susu diberikan sejak usia 6 bulan, nasi tim
sejak usia 10 bulan, dan makanan dewasa sejak usia 12 bulan.
Kesan: riwayat asupan makanan sesuai kebutuhan harian
e. Riwayat tumbuh kembang
Penderita menegakkan kepala usia 3 bulan, membalikkan badan
usia 4 bulan, duduk usia 8 bulan, merangkak usia 9 bulan, berdiri
usia 12 bulan. Penderita rutin diajak kontrol ke posyandu sehingga
3
pertambahan berat badan setiap diketahui dengan pasti.
Perkembangan penderita dikatakan baik sesuai dengan teman
sebayanya.
Kesan: perkembangan dan pertumbuhan penderita sesuai usia.
f. Riwayat imunisasi
Penderita dikatakan mendapat imunisasi BCG tidak ada scar,
imunisasi polio, hepatitis B, DPT, MR tidak dilakukan.
Kesan: riwayat imunisasi dasar tidak lengkap.
g. Riwayat kebutuhan dasar anak
Asuh : Kebutuhan penderita akan sandang, pangan, dan papan
cukup terpenuhi. Saat ini, penderita sudah makan nasi, lauk-pauk,
dan sayur-mayur tiga kali sehari ditambah dengan makanan
selingan seperti buah. Penderita bila sakit selalu dibawa ke
puskesmas atau rumah sakit.
Asih : Orangtua sangat menyayangi penderita. Perhatian diberikan
dengan baik oleh orangtuanya. Keluarga tidak pernah
menggunakan kekerasan, baik fisik maupun verbal pada penderita.
Asah : Sejak kecil, penderita diasuh oleh orangtuanya.
Kesan: riwayat kebutuhan dasar anak tercukupi.
h. Keadaan sosial-ekonomi dan lingkungan keluarga
Pasien tinggal bersama kedua orangtua dalam satu bangunan
rumah permanen di perkotaan. Halaman rumah cukup luas,
ventilasi baik, dan lingkungan rumah tidak lembab. Ayah pasien
bekerja sebagai tentara dan ibu pasien sebagai ibu rumah tangga.
Sumber kebutuhan air berasal dari mata air dan sumber penerangan
berasal dari perusahaan listrik Negara (PLN). Hubungan anggota
keluarga dengan keluarga besar dan tetangga baik. Pasien
menggunakan jaminan kesehatan selama menjalani perawatan di
rumah sakit.
Kesan: keadaan sosial-ekonomi keluarga tercukupi, keadaan
lingkungan cukup bersih, sudah menggunakan jaminan kesehatan.
4
III. Perjalanan Penyakit Penderita saat MRS hingga Dijadikan Kasus
Pada 19 Juli 2020 di instalasi gawat darurat rumah sakit, orang tua pasien
mengeluhkan terjadi sesak nafas pada anaknya. Sesak nafas dialami
sepanjang hari dan sudah dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan
disertai batuk sepanjang waktu yang meningkat saat malam sampai subuh
sejak ± 3 bulan yang lalu dan memberat 1 minggu terakhir dan demam
naik turun sejak 1 bulan yang lalu. Muntah ada jika batuk. Anak juga
mengeluh dada berdebar dan ada keringat malam. Anak mengalami
penurunan berat badan. Anak tampak lemas dan kurang aktif. Sebelumnya
anak pernah dirawat di RS lain selama 2 minggu sejak 3 bulan yang lalu
tetapi tidak ada perbaikan. Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
tampak sakit berat, kesadaran compos mentis, tekanan darah
110/60mmHg, nadi 145x/menit, laju nafas 28x/menit, suhu 38,70C dan
saturasi oksigen 90% dengan udara ruangan. Konjungtiva pucat, sklera
tidak ikterik, dan tidak tampak sianosis. Edema palpebra tidak ada. Faring
dan tonsil T1/T1 tidak hiperemis, tidak ada detritus dan kripta. Ada
pembesaran kelenjar getah bening di region colli dengan diameter 4-6cm,
yang membentuk luka dan salah satunya discharge. Retraksi subcostal dan
intercostal tidak ditemukan. Suara nafas tambahan ditemukan adanya
rhonki pada kedua lapangan paru. Bunyi jantung I dan II regular, tidak
ditemukan murmur atau bising jantung. Abdomen tampak supel, bising
usus (+) normal, tidak ada nyeri tekan epigastrium. Hepar teraba 2 cm di
bawah Processus xiphoideus dan 2 cm di bawah arcus costae dengan tepi
tajam, konsistensi kenyal, permukaan rata, tidak nyeri tekan. Lien (limpa)
tidak teraba. Ada penonjolan tulang belakang (Gibbus) sejak mei lalu (2
bulan). Ekstremitas akral hangat, tidak ada sianosis. Anak sulit berdiri dan
berjalan pincang, ditemukan adanya edema pada kaki kiri, tidak nyeri.
5
Pretibial pitting (+). Status antropometri diperoleh berat badan (BB): 31
kg, tinggi badan (TB): 130 cm, berat badan ideal (BBI): 40 kg, lingkar
kepala 43 cm, status gizi kurang berdasarkan berat badan menurut standar
persentil 50 kurva CDC 2000. Hasil pemeriksaan darah rutin, Hb 4g/dL,
adanya peningkatan monosit dan albumin 1,3g/dL. Pada pemeriksaan
kultur bakteriologis ditemukan kuman Mycobacterium tuberculosis.
Pemeriksaan foto rontgen thorax AP/Lat ditemukan adanya gambaran TB
milier. Pemeriksaan elektrokardiografi, adanya pemanjangan gelombang
P. Pasien didiagnosis dengan Tuberkulosis milier + Tuberkulosis tulang
dan sendi. Terapi obat diberikan saat pasien tiba di instalasi gawat darurat
sesuai dengan gejala. Monitoring yang perlu dilakukan mencakup tanda
vital, kesadaran.
a. Status Present
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Nadi : 145 kali/menit, teratur, isi cukup
Respirasi : 28 kali/menit, teratur
Suhu aksila : 38º C
Saturasi Oksigen : 90%
b. Status General
Kepala : Bentuk normal, tidak terdapat tanda perdarahan seperti
hematom.
Rambut : Hitam dan kokoh, tidak terdapat flag sign.
Wajah : Tidak ada kelainan, tidak ada edema dan tidak tampak ada
fasies sindrom tertentu, tidak tampak old man face.
Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, celah kelopak
mata kanan dan kiri normal, kedua pupil bulat diameter 2
6
mm, reflek cahaya kedua pupil normal dan isokor, tak ada
deviation conjugee maupun strabismus, edema palpebra
tidak ada.
Telinga : Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada sekret.
Hidung : Tidak ada napas cuping hidung, tidak ada sianosis, mukosa
tidak hiperemi, tidak ada sekret, dan tidak ada epistaksis.
Tenggorok : Faring tidak hiperemi, tonsil tidak membesar dan tidak
hiperemi.
Mulut : Sianosis tidak ada, gusi tidak ada perdarahan, celah palatum
tidak ada, tidak ada petekie pada palatum durum dan
mukosa mulut.
Leher : Terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada regio colli
dengan diameter 4-6cm dan salah satu berbentuk luka borok
dengan adanya discharge
Dada
Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak adanya precordial bulging, iktus cordis dan
denyut epigastrium tidak tampak.
Palpasi : Iktus cordis teraba di sela iga ke-4 pada perpotongan dengan
garis midklavikula kiri, tidak kuat angkat, tidak teraba thrill,
tidak teraba adanya left ventricle impuls dan right ventricle
heave.
Perkusi : Batas kanan jantung: parasternal kanan, batas kiri jantung
pada garis midklavikula kiri, batas atas jantung: sela iga
kedua kiri, batas bawah jantung terletak pada sela iga
keempat kiri.
Auskultasi : Suara jantung I dan II normal, M1>T1 dan A2>P2, tidak
didapatkan adanya murmur.
Paru :
Inspeksi : Bentuk normal, simetris saat diam maupun bergerak,
retraksi subkostal dan interkostal tidak ada, sela iga
7
gambang tidak ada. Pada bagian tulang belakang terdapat
adanya penonjolan (Gibbus)
Palpasi : Gerakan dada simetris, fremitus raba didapatkan sama pada
kedua lapangan paru.
Perkusi : Sonor dikedua sisi
Auskultasi : Suara napas vesikuler kanan-kiri, ada rales dan tidak ada
wheezing.
Abdomen :
Inspeksi : Perut tidak tampak distensi, pembuluh darah vena di perut
tidak tampak
Auskultasi : Suara bising usus normal
Palpasi : Hepar teraba 2 cm di bawah arcus costa, 2 cm di bawah
processus xiphoideus, permukaan rata, kenyal, tepi tajam,
tidak nyeri. (just palpable) Limpa tak teraba.
Perkusi : Timpani.
Ekstremitas : Teraba hangat, ada udem pada tungkai kiri, tidak ada nyeri,
pretibial pitting (+), tidak ada sianosis, capillary refill time
1 detik.
Genitalia : Testis teraba pada kedua skrotum, besar normal, kenyal,
tidak teraba massa.
Inguinal : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening pada regio
inguinal dekstra dan sinistra.
Kulit : Teraba hangat, tidak pucat, tidak tampak ikterus.
c. Status neurologis
Pemeriksaan neurologis pada keempat ekstremitas atas dan bawah:
8
Tropik Normal Normal
V. RESUME
9
Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun diantar ibunya dengan keluhan
sesak yang dialami sepanjang hari yang didahului batuk. Sebelum sesak
sejak 1 minggu yang lalu, pasien mengalami batuk sepanjang hari yang
meningkat saat malam sampai subuh ± 3 bulan lalu disertai lendir warna
kuning, bau tidak jelas, darah tidak ada dan demam naik turun 1 bulan
yang lalu. Muntah ada jika batuk. Pasien juga mengeluh dada berdebar dan
ada keringat malam. Pasien mengalami penurunan berat badan, lemas dan
kurang aktif. Sebelumnya pasien pernah dirawat di RS lain selama 2
minggu sejak 3 bulan yang lalu dengan keluhan demam dan batuk tetapi
tidak ada perbaikan. BAB dan BAK baik.
Pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit berat. Ditemukan
konjungtiva anemis, sklera ikterik tidak ada. Ada pembesaran kelenjar
getah bening di regio colli dengan diameter 4-6cm dan salah satunya
berbentuk luka borok dengan adanya discharge. Terdapat rhonki pada
kedua lapangan paru. Adanya penonjolan tulang belakang (gibbus). Akral
hangat, adanya edema pada kaki kiri, tidak nyeri, pretibial pitting (+).
Pada pemeriksaan kultur bakteriologis ditemukan kuman Mycobacterium
tuberculosis. Pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutin didapatkan
Hb 4g/dL, peningkatan monosit, dan albumin 1,3g/d. Pemeriksaan foto
rontgen thorax AP ditemukan adanya gambaran TB milier. Pemeriksaan
ekg, adanya pemanjangan gelombang P.
VII. PERMASALAHAN
a. Saat ini:
Faktor risiko
10
1. Riwayat imunisasi BCG tidak ada scar. Ingin diketahui, bagaimana
kaitan imunisasi BCG tidak ada scar pada anak dengan risiko TB
dibandingkan dengan yang tidak berisiko TB?
b. Jangka panjang:
1. Prognosis
Pada anak dengan tuberculosis dengan komplikasi ekstraparu,
bagaimanakah angka harapan hidup?
2. Pemberian konseling, informasi, dan edukasi (KIE) kepada
orang tua terkait kondisi penyakit penderita
11
Nutritional assessment: pemeriksaan antropometri penderita dengan
status gizi kurang. Berdasarkan food recall penderita sebelum sakit
telah memenuhi 90% recommended dietary allowance (RDA).
Penderita makan nasi dengan lauk pauk dan sayur 3 kali sehari dengan
tambahan makanan selingan berupa sup sayur, biskuit, dan buah.
Nutritional requirement: kebutuhan kalori sesuai dengan RDA.
Kebutuhan kalori yang diberikan adalah 100 kkal/kg berat badan
ideal/hari, yaitu 3100 kkal/hari dengan protein 1,5 gram/kg berat
badan/hari, yaitu 46,5 gram/hari. Kebutuhan cairan 1000 ml/hari.
Nutritional route: per oral.
Nutritional selection: diberikan dalam bentuk nasi dan lauk-pauk, 1
porsi tiap 8 jam dengan makanan selingan tiap 12 jam.
Nutritional monitoring: dilakukan pemantauan asupan, toleransi,
akurasi, berat badan.
d. Rencana pemantauan
Pasien tuberculosis dengan kecurigaan adanya komplikasi perlu
diobservasi klinis dan tanda vital laju pernapasan, saturasi oksigen, dan
kesadaran.
e. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)
1. Komunikasi, informasi, dan edukasi diberikan kepada orangtua
terkait penyakit dan kemungkinan kegawatan yang dapat dialami
pasien.
2. Penderita tuberculosis milier dalam keadaan lanjut dapat terjadi
hipoksia, sepsis sampai gangguan fungsi organ serta syok. Oleh
karena itu, anak perlu terus dikontrol dan diawasi perkembangan
klinisnya selama di rumah. Jika setelah 10 menit tidak ada
perbaikan, segera dibawa ke RS terdekat.
12
IX. PEMANTAUAN SETELAH DIJADIKAN KASUS
Hari
S O A P
Perawatan
Hari I sesak, batuk ada, demam Pemeriksaan fisik : TB milier + TB tulang Monitoring :
19/07/20 ada , makan dan minum dan sendi + TB kelenjar Tanda vital,
Status present:
seperti biasa, muntah jika kesadaran
Kesadaran: kompos mentis. Tanda vital:
batuk, lemas
Tensi: 110/60 mmhg, laju nadi: 145
BAB dan BAK tidak ada x/menit, teratur, isi cukup. Laju napas: 28
keluhan. x/menit, teratur. Suhu aksila: 38,70C.
Status general:
Kepala: normosefal. Mata: konjungtiva
pucat(+); leher: ada pembesaran KGB;
punggung: Gibbus
Ekstremitas: akral hangat pada keempat
ekstremitas, edema (-/+) pretibial pitting
(+), capillary refill time 2 detik.
Hari
S O A P
Perawatan
Hari II sesak, batuk ada, demam Pemeriksaan fisik : TB milier + TB tulang Monitoring :
20/07/20 ada , makan dan minum dan sendi + TB kelenjar Tanda vital,
Status present:
seperti biasa, muntah jika kesadaran
Kesadaran: kompos mentis. Tanda vital:
13
batuk, lemas Tensi: 110/60 mmhg, laju nadi: 145
x/menit, teratur, isi cukup. Laju napas: 28
BAB dan BAK tidak ada
x/menit, teratur. Suhu aksila: 38,70C.
keluhan.
Status general:
Kepala: normosefal. Mata: konjungtiva
pucat(+); leher: ada pembesaran KGB;
punggung: Gibbus
Ekstremitas: akral hangat pada keempat
ekstremitas, edema (-/+) pretibial pitting
(+), capillary refill time 2 detik.
Hari
S O A P
Perawatan
Hari III Sesak bertambah, batuk Pemeriksaan fisik : TB milier + TB tulang Monitoring :
21/07/20 berkurang, demam tidak dan sendi + TB kelenjar Tanda vital,
Status present:
ada, makan dan minum kesadaran
Kesadaran: kompos mentis. Tanda vital:
seperti biasa, muntah jika
Tensi: 110/60 mmhg, laju nadi: 145
batuk, lemas
x/menit, teratur, isi cukup. Laju napas: 28
BAB dan BAK tidak ada x/menit, teratur. Suhu aksila: 36,70C.
keluhan.
Status general:
Kepala: normosefal. Mata: konjungtiva
pucat(+); leher: ada pembesaran KGB;
punggung: Gibbus
14
Ekstremitas: akral hangat pada keempat
ekstremitas, edema (-/+) pretibial pitting
(+), capillary refill time 2 detik.
Hari
S O A P
Perawatan
Hari IV Sesak bertambah, batuk Pemeriksaan fisik : TB milier + TB tulang Monitoring :
22/07/20 berkurang, demam tidak dan sendi + TB kelenjar Tanda vital,
Status present:
ada, makan dan minum kesadaran
Kesadaran: somnolen. Tanda vital: Tensi:
seperti biasa, muntah jika
110/60 mmhg, laju nadi: 145 x/menit,
batuk, lemas
teratur, isi cukup. Laju napas: 28 x/menit,
BAB dan BAK tidak ada teratur. SpO2 94% nasal canule. Suhu
keluhan. aksila: 36,70C.
Status general:
Kepala: normosefal. Mata: konjungtiva
pucat(+); leher: ada pembesaran KGB;
punggung: Gibbus
Ekstremitas: akral hangat pada keempat
ekstremitas, edema (-/+) pretibial pitting
(+), capillary refill time 2 detik.
Hari
S O A P
Perawatan
Hari V Sesak bertambah, batuk Pemeriksaan fisik : TB milier + TB tulang Monitoring :
15
23/07/20 berkurang, demam tidak Status present: dan sendi + TB kelenjar Tanda vital,
ada, makan dan minum Kesadaran: somnolen. Tanda vital: Tensi: kesadaran
seperti biasa, muntah jika 110/60 mmhg, laju nadi: 150-160 x/menit,
batuk, lemas, dada berdebar teratur, isi cukup. Laju napas: 40-45
x/menit. SpO2 60% dengan sungkup
BAB dan BAK tidak ada
rebreathing 6lpm naik jadi 94%, teratur.
keluhan.
Suhu aksila: 36,70C.
Status general:
Kepala: normosefal. Mata: konjungtiva
pucat(+); leher: ada pembesaran KGB;
punggung: Gibbus
Ekstremitas: akral hangat pada keempat
ekstremitas, edema (-/+) pretibial pitting
(+), capillary refill time 2 detik.
Hari
S O A P
Perawatan
Hari VI Sesak bertambah, batuk Pemeriksaan fisik : TB milier + TB tulang Pasien
24/07/20 berkurang, dada berdebar dan sendi + TB kelenjar Meninggal
Status present:
+ Dilated
BAB dan BAK tidak ada Kesadaran: . Tanda vital: Tensi: -, laju nadi:
cardiomiopathy
keluhan. -, teratur, isi cukup. Laju napas: -, teratur.
Suhu aksila: 350C.
Status general:
Kepala: normosefal. Mata: konjungtiva
16
pucat(+); leher: ada pembesaran KGB;
punggung: gibbus
Ekstremitas: akral hangat pada keempat
ekstremitas, edema (-/+) pretibial pitting
(+), capillary refill time 2 detik.
17
X. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad malam. Penderita TB milier dengan adanya
komplikasi dan pengobatan tidak teratur memiliki
angka harapan hidup yang rendah.
Ad functionam : dubia ad malam. Penderita TB milier dalam kondisi
tidak stabil dan dalam kondisi lanjut dengan
kegawatan setelah diberikan penanganan,
kemungkinan kualitas hidup terganggu.
Ad sanationam : dubia ad malam. Risiko terjadi gejala klinis
memburuk yang berulang dapat terjadi jika
pengobatan tidak efektif dan dengan adanya faktor
risiko lain yang mempengaruhi.
18
XI. SKEMA ANALISIS KASUS
Faktor
Risiko komplikasi
bulan lalu dan demam 1 bulan lalu.
h
Tegak diagnosis
Diagnosi
Ondancentron
OAT + Kortikosteroid
Prognosi
20
selama 2 minggu pada bulan april lalu dengan keluhan demam dan batuk
tetapi tidak ada perbaikan. Pasien juga mengeluh dada berdebar dan ada
keringat malam. Buang air besar dan buang air kecil baik. Nafsu makan
dan minum biasa, tetapi ada penurunan berat badan. 3-4
21
independen terjadinya infeksi Mycobacterium tuberculosis pada anak
dengan pemeriksaan ELISpot yang positif (Enzyme-linked immunospot
assay).
22
Sistem skoring untuk diagnosis Tuberkulosis pada anak
ditetetapkan oleh UKK Respirologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Sistem skoring ini dianggap mudah diterapkan di negara berkembang atau
di fasilitas kesehatan dengan fasilitas terbatas. Sistem skoring yang
diterapkan oleh UKK Respirologi IDAI telah sepakat untuk menggunakan
sistem skor yang terdiri atas delapan kriteria, yaitu adanya kontak dengan
TB dewasa, uji kulit tuberkulin, berat badan/keadaan gizi, demam >2
minggu, batuk >3 minggu, pembesaran kelenjar limfe, pembengkakan
tulang/sendi, dan foto toraks dengan nilai skor masing-masing 0−3.
Diagnosis TB ditegakkan bila jumlah skor >6, kecuali bila terdapat
skrofuloderma langsung didiagnosis sebagai TB. Pada kasus, hasil
skoring TB adalah 6 dengan adanya scrofuloderma. 3-5
23
status gizi disebabkan juga karena penyakit TB paru itu sendiri. 1-2
Pada
kasus, prognosis buruk pada anak dengan TB milier dan komplikasi
ekstraparu. Berdasarkan penelusuran jurnal didapatkan jurnal “Adherence
interventions and outcomes of tuberculosis treatment: A systematic
review and meta-analysis of trials and observational study” oleh
Alipanah N dkk, dalam PLoS Med. Jurnal ini valid, penting, dan dapat
diterapkan (Level of evidence 1a, grades of recommendation A). Dengan
simpulan luaran dari pasien TB tergantung pada kepatuhan terapi yang
berupa konseling dan edukasi, support psikologis dan dukungan keluarga.
24
XIII. DAFTAR PUSTAKA
A. Daftar Pustaka
25
4. Kementerian Kesehatan RI. Konsensus pengelolaan tuberculosis dan
diabetes mellitus (TB-DM) di Indonesia. Direktorat jenderal
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan; Jakarta, 2015.
5. Safitri F. Diagnosis TB dewasa dan anak berdasarkan ISTC
(International Standard for TB Care). Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Malang, 2011. Vol.7(15)
6. Paramarta IGE. Purniti PS. Subanada IB et al. Spondilitis
Tuberkulosis. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD; Sari Pediatri,
2008. Vol.10(3)
7. Nevita, Sutomo R, Triasih R. Faktor risiko kejadian sakit tuberculosis
pada anak yang kontak serumah dengan penderita tuberculosis dewasa.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gajah
Mada RSUP dr. Sardjito; Yogyakarta, 2014. Vol.16(1)
8. Bakhtiar. Pendekatan diagnosis tuberculosis pada anak di sarana
pelayanan kesehatan dengan fasilitas terbatas. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Syiakuala RSUD dr. Zainoel Abidin;
Banda Aceh, 2016. Vol.16(2)
26