Anda di halaman 1dari 4

BAB III

DISKUSI

Pasien wanita usia 25 tahun G2P0A1 usia kehamilan 42-43 minggu, datang ke IGD RSUD
Jailolo dengan pengantar dari poli kandungan dengan diagnosis G2P0A1 Gravid 42-43 minggu +
Presntasi kepala + Tak Inpartu + B20 on treatment ARV + ISK, pasien mengeluhkan nyeri perut
bawah tembus ke belakang seperti mau melahirkan. Menurut pengakuan pasien tetapi setelah ±
1 tahun keluhan yang sama timbul di puskesmas baru dan dari puskesmas menyarankan ke
rumah sakit untuk persalinan pasien, Tidak ada riwayat keluar air atau keluar lendir bercampur
darah pervaginam. Gerak anak dirasakan baik. Pasien mengatakan tidak ada riwayat demam
sebelumnya. Pasien juga menyangkal adanya riwayat batuk lama, riwayat diare lama dan
penurunan berat badan. Sebelumnya pasien pergi untuk melakukan pemeriksaan lagi dan
memeriksaan diri ke dr. Devi Gamtama Sp OG, menurut pengakuan pasien semasa sekolah
(SMP) pasien sering mengonta-ganti pasangan kurang lebih 5 orang dan melakukan hubungan
seksual, penggunaan jarum suntik (-), penggunaan obat-obatan (-), pasien semasa itu hidup
dalam pergaulan bebas yang dikarenakan keluarga yang tidak memperhatikan anaknya. Tahun
2021 setelah menikah pasien melarikan diri dengan pria lain ke menado dan sempat melakukan
hubungan seksual dan selepas pulang dari pelarian pasien dikabarkan hamil pada bulan agustus
tahun 2021.

Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan kehamilan saat ini,
seperti penyakit asma, penyakit jantung, diabetes melitus, dan hipertensi. Riwayat transfuse dan
operasi disangkal. Pasien semantara mengkonsumsi ARV selama 1 bulan, Pasien menarche pada
usia 12 tahun dengan lama haid yaitu 3-4 hari dan biasanya mengganti pembalut 3-4 kali sehari.
Nyeri saat haid (-).. Hari pertama haid terakhir pasien adalah 23 Juli 2015. Tanggal perkiraan
persalinan adalah 30 April 2016. Ini merupakan kehamilan kedua pasien. Anak pertama abortus
pada tahun 2006, ditolong oleh tenaga kesehatan, berjenis kelamin perempuan dengan berat
badan 3300 gram dan saat ini dalam keadaan normal. Pasien mengaku tidak pernah merokok dan
minum minuman beralkohol. Pasien mengaku semasa sekolah pasien sering mengonta-ganti
pasangan seksual.
Pasien kembali kontrol ke dr. Erwin Rahakbauw, Sp.OG dan waktu di USG terdapat
penumpukan cairan di dalam perut, Hal ini menandakan bahwa pasien telah mengalami asites.
dan disarankan untuk penyedotan cairan dari perut pada bulan September, cairan yang keluar ±
4500 ml ( tiga botol aqua besar). Berdasarkan teori tumor ganas biasanya asites ditemui dalam
jumlah yang banyak, Berdasarkan teori asites pada keganasan adalah multifaktorial dan belum
sepenuhnya dimengerti. Selain penurunan drainase limfatik dan mekanisme hormonal sitokin
yang dimediasi peningkatan permeabilitas kapiler juga memegang peranan penting, karena
ascites pada keganasan biasanya kaya protein. Mediator seperti faktor pertumbuhan endotel
vaskular (VEGF), interleukin-6 dan tumor necrosis factor mungkin berperan juga.
1 Jam sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan nyeri perut, dan keluar lendir dan
darah, dan pasien sedang hamil 35-36 minggu, saat sampai di RS pasien melahirkan bayi dengan
keadaan bayi lahir meninggal pada pukul 11.45 Wit (26 Oktober 2019), Jenis kelamin laki-laki,
BB : 1000 kg, TB : 30 cm, Berdasarkan teori, Intrauterine fetal death (IUFD) menurut ICD 10–
International Statistical Classification of Disease and Related Health Problems adalah kematian
fetal atau janin pada usia gestasional ≥ 22 minggu. Beberapa studi melaporkan bahwa penyebab
spesifik terjadinya IUFD dibedakan berdasarkan penyebab dari faktor janin, maternal dan
patologi dari plasenta, berdasarkan kasus disebabkan dari Faktor ibu Resiko terkait usia akan
lebih berat pada pasien primipara disbanding multipara selain itu kebiasaan buruk atau gaya
hidup seperti merokok, kunjungan Antenatal care (ANC), faktor sosio ekonomi juga
mempengaruhi terjadi IUFD.
Dari riwayat keluarga, pasien mengatakan kalau kakek pasien juga mengalami hal demikian
Hal ini sesuai dengan faktor resiko munculnya tumor ovarium yaitu faktor genetik.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran CM dan tanda vital dalam batas normal,
pemeriksaan fisik abdomen didapati Inspeksi cembung, tampak distensi, Jaringan parut,,,palpasi
Teraba massa (+) pada daerah suprapubic, konsistensi padat, tidak bisa digerakkan, nyeri tekan
(+) pada seluruh regio abdomen, perkusi timpani dan pekak pada bagian massa, auskultasi bising
usus (+).
Secara umum keadaan ibu kelihatan sakit sedang. Pemeriksaan leopold I, II, III, IV Sulit
dievaluasi dikarena cairan yang terdapat pada perut ibu. TFU 44 cm + Asites, DJJ Tidak
terdengar, HIS 4-5 kali dalam 10 menit durasi 40 - 50 detik kuat, lingkar perut 112 cm.
Pemeriksaan Genitalia menunjukan adanya lender bercampur darah, VT Pembukaan lengkap,
KET (+) menonjol, Kepala Hodge IV. Pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 10,9 g/dL,
Leukosit meningkat 26.300 mm3, , trombosit juga meningkat 554.000 mm 3. Sesuai dengan teori,
bahwa pada pemeriksaan fisik didapati perabaan massa pada region suprapubic yang meluas
sedikit ke daerah iliaka kiri dan kanan serta umbilikus, konsistensi keras, solid permukaan
irreguler, dan tidak mobile, pada perkusi terdapat pekak pada hampir seluruh regio abdomen dan
pada auskultasi bising usus berkurang, sehingga hal ini dapat mengarahkan diagnosis ke Tumor
ovarium. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan leukosit dan trombosit, Akan
tetapi pada pemeriksaan foto thorax, menunjukkan adanya efusi pleura kiri dan pada USG
menunjukan adanya asites berdasrkan teori bahwa komplikasi dari tumor ovarium adalah asites
dan efusi pleura.
Oleh sebab itu, sesuai dengan indeks keganasan ovarium dapat disimpulkan mengenai arah
keganasan tumor ovarium bahwa:

No. Petunjuk Diagnosis Variabel Skor


1 Lamanya pembesaran a. Lambat (lebih dari 16 bulan atau 0
perut atau tumor tak ada pembesaran)
b. Cepat (16 bulan atau kurang) 1
2 Keadaan umum a. Baik 0
b. Kurang/tidak baik 1
3 Tingkat kekurusan a. Normal/gemuk 0
b. Kurus 1
4 Konsistensi tumor a. Kistik homogen 0
b. Solid homogen 1
c. Macam-macam 2
5 Permukaan tumor a. Rata/licin 0
b. Berbenjol/tidak teratur 1
6 Gerakan tumor a. Bebas 0
b. Tak bebas 1
7 Ascites a. Tak ada 0
b. Ada 1
8 LED 1 jam a. Rendah (60 mm atau kurang) 0
b. Tinggi (lebih dari 60 mm) 1
Kesimpulan Mengarah keganasan (≥6) 7

Saat dirumah sakit setalah melahirkan, direncakan dilakukan pungsi asites tgl 28/10/19 tapi
ditunda tgl 29/10/19 dengan hasil pungsi Cairan yang keluar Max 400 ml/ hri (lanjut 2000
ml/hr), Setelah itu pasien diperbolehkan pulang tgl 30/10/19 dan disarakan untuk rujuk, karena
keterbatasan biaya pasien belum sempat berangkat untuk pengobatan.
Pada Tanggal 7 Desember 2019 pasien kembali masuk RSUD M. Haulussy dengan
keluhan sesak napas ± 1 minggu SMRS, dirasakan terus menerus dan didiagnosis Asites, Efusi
pleura dextra massif, Ca ovarium metastase. Dan dilakukan pungsi pleura dengan dokter Sp.B,
cairan yang keluar 2300 cc, setelah itu di observasi, tapi keadaan umum pasien semakin lemah
dan pasien di nyatakan meninggal pada 8 desember 2019 pukul 02.00 Wit, prognosis Angka
kelangsungan hidup 5 tahun (“Five years survival rate”) penderita kanker ovarium stadium
lanjut hanya kira-kira 20-30%, kalau tidak ditangani dengan segera dapat menimbulkan
kematian.

Anda mungkin juga menyukai