Disusun oleh
Kelompok 3
FAKULTAS KEPERAWATAN
MANADO
2020
A. TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru. Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agen infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering mengakibatkan kematian.
Pneumonia disebabkan terapi radiasi, bahan kimia dan aspirasi. Pneumonia radiasi dapat
menyartai terapi radiasi untuk kanker payudara dan paru, biasanya enam minggu atau lebih
setelah pengobatan sesesai. Pneoumalitiis kimiawi atau pneumonia terjadi setelah menjadi
kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Jika suatu bagian substasial dari suatu lobus atau
Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu
infeksi.
2. Etiologi
Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab pneumonia yang
Micoplasma pneumonia
3. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan
dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi
pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara
lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau
kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan
perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor
predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada
pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme
pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian
bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di
saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui
varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi
generalisata. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut
yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di
alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi
lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi
dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini
menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada
bronkiolitis
4. Manifestasi Klinis
a. Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 ºC sampai 40,5
ºC). sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang keluhan
gastrointestinal.
b. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 – 45 kali/menit),
ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger, merintih, sianosis.
Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang
c. Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di daerah efusi,
perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di
atas batas cairan, friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri bekurang bila efusi
bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku duduk / meningimus (iritasi
menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang
terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
d. Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada
5. Penatalaksaan
= 3 : 1, + KCL 10 mEq / 500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu,
Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap melalui selang
Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk
memperbaiki transpormukosilier.
Pengkajian dilakukan pada hari senin, 26 oktober 2020 pukul 10.00 wita. Data
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 40 tahun
Pendidikan : SMA
No RM : 23.27.08
Nama : Tn. S
Umur : 43 tahun
Pekerjaan : PNS
3. Keluhan Utama
Pasien datang di IGD dari rumah dengan decomp dengan sesak nafas 2 hari yang lalu, panas
sejak 2 minggu yang lalu, batuk disertai dahak ± 2 bulan dan nyeri tenggorokan.
Pasien mengatakan pernah di rawat di Rumah Sakit dengan keluhan yang sama.
Pasien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang sama
7. Pola Fungsional
a. Pola Nutrisi
Sebelum sakit
Pasien mengatakan makan 3 x sehari, habis 1 porsi dengan menu nasi, lauk, dan
Selama sakit
Pasien mengatakan pasien mendapatkan diet tinggi protein rendah kalori dari rumah
sakit. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang dari sebelumnya minum ± 600
mL / jam
b. Pola Eliminasi
Sebelum sakit
Pasien mengatakan BAB 1x / hari dipagi hari dengan konsistensi berwarna coklat
dan bau khas feses. Tidak ada masalah dalam BAB, BAK 4 – 5x / hari warna
Selama sakit
Pasien mengatakan selama dirumah sakit pasien susah BAB, sudah 3 hari pasien
tidak merasa ingin BAB. BAK ± 5 – 6x / hari dengan konsistensi cair warna kuning
Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur malam ± 7 - 8 jam / hari. Pasien mengatakan
Selama sakit
Pasien mengatakan selama sakit tidur malam ± 5 - 6 jam / hari. Pasien tidur siang 3
– 4 jam / hari
Pasien mengatakan bila sedang sakit selalu periksa ke puskesmas, rumah sakit ataupun
dokter praktek. Persepsi mengenai sakit yang diderita :pasien mengatakan sudah tau
Selama sakit pasien merasa cemas terhadap penyakit yang dideritanya. Bila ada
masalah yang tidak dapat diselesaikan sendiri, pasien akan meminta bantuan orang
lain.
Hubungan selama dirawat di rumah sakit tidak ada gangguan, keluarga selalu
menemani pasien.
g. Pola Seksualitas
Pasien sebagai seorang ibu mempunyai 2 orang anak. Pasien tidak mempunyai
penyakit kelamin.
Pola spiritual pasien baik karena pasien mengatakan bahwa sakit itu datangnya dari
Tuhan dan kita harus berusaha untuk sembuh serta selalu yakin Tuhan pasti
menyembuhkan. Sebelum sakit pasien tiap hari minggu ke Gereja bersama suami
dan anak-anaknya, dan pasien juga sering pergi ke ibadah kolom atau ibadah wanita
kaum ibu. Selama sakit pasien tetap pergi ke Gereja, ibadah kolom, dan ibadah
Sebelum sakit
Selama sakit
1. Gambaran Diri
Pasien mengatakan saat ini sedang sakit dan mempunyai keinginan untuk sembuh
2. Ideal Diri
3. Peran
Keluarga bisa menerima keadaan pasien walaupun peran yang dijalankan pasien
4. Identitas
Pasien mengatakan sebagai ibu rumah tangga dengan 3orang anak yang masih
dalam usia sekolah. Persepsi diri baik walaupun terkadang merasa cemas berlebih.
5. Harga Diri
Pasien merasa minder dan sedikit menarik diri dari masyarakat karena penyakit yang
dideritanya.
k. pemeriksaan fisik
c. TTV
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,7 °C
1. Mata
2. Hidung
Simetris, tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan
3. Mulut
4. Telinga
Bentuk dan ukuran simetris antara kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan,
5. Kepala
Bentuk kepala mesocepal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka
6. Leher
7. Dada
- Pemeriksaan Paru
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Sonor dari clavikula (batas atas) – ICS 5 (batas bawah) (Paru-paru dextra)
sonor dari clavikula (batas atas) – ICS 3 (batas bawah) (Paru-paru sinistra)
Auskultasi :
- Pemeriksaan Jantung
Inspeksi :
Perkusi :
bunyi pekak ICS 2 parasternum dextra (batas atas ), ICS 3,4 parasternal
kiri(jantung melebar)
Auskultrasi :
lemah
8. Abdomen
x/menit.
9. Kulit
2020
11. Ekstremitas bawah
Reflek normal
12. Genetalia
1. Data penunjang
2. Terapi obat
– Infus RL + Aminophylin 24/ 20 tpm
– O2 5 lpm
– Injeksi Cetriaxon 1 g/12 jam
– Injeksi Dexamethason 5mg/12 jam
– Injeksi Ondansetron 2mg k/p
– Injeksi Omeprazole 40mg /12 jam
– GG 100 mg/24 jam
– Codein 20 mg/24 jam
– Nebulizer forbivent/8 jam
3. Analisa data
DO : sekunder
Pasien tampak lemah
Activity Daily 0 1 2 3 4
Living
Makan / minum √
Mandi / √
toileting
Berpakaian √
Mobilisasi √
Berpindah √
DS: pasien mengatakan cemas dan Cemas Kondisi dan
bingung kebutuhan tindakan
DO: pasien tampak cemas
TD:150/90 mmHg
N : 88 x/menit
RR 24 x/menit
S: 36,7 °C
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas b/d Perubahan membran alveolar – kapiler (efek inflamasi)
3. Intoleransi aktivitas b/d gangguan pertukaran gas sekunder
4. Cemas b/d Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan
C. INTERVENSI
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Setelah dilakukan a. Kaji frekuensi / a. Takipnea, pernapasan dangkal,
tindakan kedalaman pernapasan dan gerakan dada tak simetris
keperawatan dan gerakan dada. sering terjadi karena
selama 3 x 24 jam, b. Auskultasi area paru, ketidaknyamanan gerakan dinding
diharapkan catat area penurunan dada dan/atau cairan paru.
bersihan jalan nafas /tak ada aliran udara b. Penurunan aliran udara terjadi
menjadi efektif dan bunyi napas pada area konsolidasi dengan
dengan kriteria adventisius, mis: cairan. Bunyi napas bronkial
hasil : krekels, mengi. (normal pada bronkus) dapat juga
a. Jalan nafas bersih c. Bantu pasien latihan terjadi pada area konsolidasi.
napas sering. Krekels, ronki, dan mengi
b. Tak ada dispnea Tunjukkan/bantu terdengar pada inspirasi dan/atau
pasien mempelajari ekspirasi pada respons terhadap
c. Tidak sianosis melakukan batuk, mis: pengumpulan cairan, sekret
menekan dada dan kental, dan spasme jalan
batuk efektif napas/obstruksi.
sementara posisi Napas dalam memudahkan
duduk tinggi. Ekspansi maksimum paru-
Lakukan penghisapan paru/jalan napas lebih kecil. Batuk
sesuai indikasi. adalah mekanisme pembersihan
d. Berikan cairan jalan napas alami, membantu silia
sedikitnya 2500 untuk mempertahankan jalan
ml/hari (kecuali napas paten. Penekanan
kontraindikasi). menurunkan ketidaknyamanan
Tawarkan air hangat dada dan posisi duduk
daripada dingin. memungkinkan upaya napas lebih
e. Kolaborasi pemberian dalam dan lebih kuat.
c. Merangsang batuk atau
f. obat sesuai indikasi: pembersihan jalan napas secara
mukolitik, mekanik pada pasien yang tak
ekspektoran, mampu melakukan karena batuk
bronkodilator, tak efektif atau penurunan tingkat
analgesik. kesadaran.
d. Cairan (khususnya yang hangat)
memobilisasi dan mengeluarkan
sekret.
Alat untuk menurunkan spasme
bronkus dengan mobilisasi sekret.
Analgesik diberikan untuk
memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidaknyamanan
tetapi harus digunakan secara hati-
hati, karena dapat
menurunkan upaya
batuk/menekan pernapasan.
pasien mempelajari adalah mekanisme pembersihan
melakukan batuk, mis: jalan napas alami, membantu silia
menekan dada dan untuk mempertahankan jalan
batuk efektif napas paten. Penekanan
sementara posisi menurunkan ketidaknyamanan
duduk tinggi. dada dan posisi duduk
d. Lakukan penghisapan memungkinkan upaya napas lebih
sesuai indikasi. dalam dan lebih kuat.
e. Berikan cairan e. Merangsang batuk atau
sedikitnya 2500 pembersihan jalan napas secara
ml/hari (kecuali mekanik pada pasien yang tak
kontraindikasi). mampu melakukan karena batuk
Tawarkan air hangat tak efektif atau penurunan tingkat
daripada dingin. kesadaran.
f. Kolaborasi pemberian f. Cairan (khususnya yang hangat)
obat sesuai indikasi: memobilisasi dan mengeluarkan
mukolitik, ekspektoran, sekret.
bronkodilator, Alat untuk menurunkan spasme
analgesik bronkus dengan mobilisasi sekret.
Analgesik diberikan untuk
memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidaknyamanan
tetapi harus digunakan secara hati-
hati, karena dapat
menurunkan upaya
g. batuk/menekan pernapasan.
1. Gangguan pertukaran gas b/d Perubahan membran alveolar – kapiler (efek inflamasi)
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Hasil
Setelah dilakukan a. Evaluasi respons pasien a. Menetapkan kemampuan
tindakan terhadap aktivitas.
keperawatan selama Catat laporan dispnea, /kebutuhan pasien dan
3x24jam diharapkan peningkatan memudahkan pilihan intervensi.
dapat menunjukan kelemahan/kelelahan
peningkatan dan perubahan tanda
toleransi terhadap vital selama dan setelah
aktivitas, dengan aktivitas.
kriteria hasil : b. Berikan lingkungan
a. Tak ada dispnea tenang dan batasi
pengunjung selama
b. Tak ada fase akut sesuai
indikasi. Dorong
kelemahan penggunaan b. Menurunkan stres dan
berlebih manajemen stres dan rangsangan berlebihan,
c. Tanda vital dalam pengalih yang tepat. meningkatkan istirahat.
rentang normal
c. Jelaskan pentingnya c. Tirah baring dipertahankan
istirahat dalam rencana selama fase akut untuk
pengobatan dan menurunkan kebutuhan
perlunya keseimbangan metabolik, menghemat energi
aktivitas dan istirahat. untuk penyembuhan. Pembatasan
aktivitas ditentukan dengan
respons individual pasien
terhadap aktivitas dan perbaikan
kegagalan pernapasan.
d. Pasien mungkin nyaman dengan
kepala tinggi, tidur di kursi, atau
menunduk ke depan meja atau
d. Bantu pasien memilih bantal
posisi nyaman untuk e. Meminimalkan kelelahan dan
istirahat dan/atau tidur. membantu keseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
e. Bantu aktivitas
perawatan diri yang
diperlukan. Berikan
kemajuan peningkatan
aktivitas selama fase
penyembuhan.
3. Cemas b/d Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan
Hasil
Setelah dilakukan a. Kaji fungsi a. untuk mengetahui
tindakan keperawatan normal paru gangguan pada paru
selama 3x24jam b. Diskusikan aspek b. mengetahui
diharapkan rasemas ketidakmampua n aspek
berkurang, dengan dari penyakit, ketidakmampua
kriteria hasil : lamanya n dari penyakit
a. Menyatakan penyembuhan dan c. memberikan
permahaman harapan kesembuhan informasi kepada
kondisi proses c. Berikan pasien
penyakit dan pengetahuan d. membantu
pengobatan dalam bentuk melonggarkan jalan
b. Melakukan tertulis dan verbal nafas
perubahan pola d. Tekankan e. membantu proses
hidup pentingnya penyembuhan
melanjutkan
batuk efektif
e. Tekankan perlunya
melanjutkan terapi
antibiotik selama
periode yang
dianjurkan
D. IMPLEMENTASI
10.00 WIB 1,2 Memberikan posisi DS: pasien mengatakan tidak terlalu
semi fowler sesak nafas setelah diberikan posisi ½
duduk
DO: tampak tidak terlalu sesak nafas,
RR: 24x/menit disertai suara
ronki/cracles, terpasang kanul O2 5
liter/menit, tidak sianosis
22.30 WIB 1,2,3 Memberikan obat: DS: pasien mengatakan masih sesak
Injeksi Cetriaxon 1 g nafas, batuk berdahak
Inj Dexamethason DO: tidak alergi terhadap obat yang
5mg telah diberikan
Injeksi Omeprazole
40mg
Ambroxol dalam
nebulizer
26 oktober
2020
08.00WIB 1,2,3 Monitoring TTV DS: pasien mengatakan sesak nafas dan
batuk berdahak
DO: TD:140/90 mmHg, N: 86x/menit,
S: 36,5oC, RR: 24x/menit
10.00 WIB 1,2 Memberikan posisi DS: pasien mengatakan tidak terlalu
semi fowler sesak nafas setelah diberikan posisi ½
duduk
DO: tampak tidak terlalu sesak nafas,
RR: 24x/menit disertai suara
ronki/cracles, terpasang kanul O2 5
liter/menit, tidak sianosis
10.00 WIB 1,2,3,4 Memberikan obat: DS: pasien mengatakan masih sesak
Injeksi Cetriaxon 1 g nafas, batuk berdahak
Inj Dexamethason DO: tidak alergi terhadap obat yang
5mg telah diberikan
Injeksi Omeprazole
40mg
Ambroxol dalam
nebulizer
22.30 WIB 1,2,3,4 Memberikan obat: DS: pasien mengatakan masih sesak
Injeksi Cetriaxon 1 g nafas, batuk berdahak
Injeksi Dexamethason DO: tidak alergi terhadap obat yang
5mg telah diberikan
Injeksi Omeprazole
40mg
Ambroxol dalam
nebulizer
E. EVALUASI