Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PENYAKIT PERSENDIAN (OSTEOPOROSIS AND OSTEOMALASIA,


REMATIK ARTRITIS, OSTEOARTRITIS, GOUT)
MATA KULIAH PATOLOGI

OLEH:
KELOMPOK V

BENEDITA JELINA
IMELDA STEFANI UNAWEKLA
IVANA VIVIAN MANUHUTU
JENORA I. TALELU
NURCAHYANI UMAR
SUKAINA

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

7
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena dengan Izinnya masi diberi

kesempatan dalam menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “penyakit

persendian (osteoporosis and osteomalasi, rematik artritis, osteoarritis, gout)” ini

tepat pada waktu yang di tentukan.

Kami menyadari bawah makalah ini masi jauh dari kata kesempurnaan

dan masi banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya, untuk itu kami

mengaharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini supaya makalah

ini nantinya menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Apa bila terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini kami mohon maaf

yang sebesar - besarnya. Demikian semoga makalah ini bermanfaat.

Terimakasih

8
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Kesehatan merupakan suatu hal yang penting bagi kelangsungan hidup

manusia tidak terkecuali kesehatan sistem gerak manusia. Sistem gerak manusia

terdiri dari tulang, sendi, dan otot (TSO). Manusia dapat bergerak karena ada

kerjasama dari ketiga bagian. Jika ada salah satu dari ketiga komponen sistem gerak

tersebut mengalami kerusakan maka akan sangat mengganggu kerja dari sistem gerak

manusia. Sebagian orang menganggap penyakit yang menyerang tulang, sendi, dan

otot merupakan penyakit yang hanya menyerang kaum lanjut usia. Penyakit TSO

sebenarnya tidak hanya menyerang kaum lanjut usia saja karena remaja bahkan anak

anak pun dapat terserang penyakit tersebut walaupun memang penyakit tersebut

kebanyakan menyerang kaum lanjut usia.

Penyakit TSO kebanyakan terjadi di negara berkembang termasuk di

Indonesia. Pada umumnya penyakit yang sering dikeluhkan adalah osteoporosis atau

pengeropososan tulang. Berdasarkan perhimpunan osteoporosis Indonesia dalam

infodatin kemenkes RI (2015) bahwa proporsi penduduk Indonesia diatas 50 tahun

terkena osteoporosis adalah sebesar 32,3% pada wanita dan 28,8% pada pria. Selain

osteoporosis adabeberapa penyakit lain yang beresiko besar menyerang tulang, sendi,

dan otot manusia, seperti: fraktur tulang, osteoartritis, osteomalacia, artritis gout,

polimiositis, dan osteomielitis. Tingginya frekuensi kejadian dari penyakit yang

menyerang tulang, sendi, dan otot pada masyarakat khususnya masyakat Indonesia

disebabkan keadaan dan perilaku dari masyarakat seperti stres, pola makan yang salah,

9
kekurangan konsumsi makanan yang sehat dan seimbang, kurangnya kegiatan fisik

maupun gaya hidup yang tidak sehat seperti rokok dan minum alkohol yang

berlebihan. Penyebab penyakit tersebut selain keadaan dan perilaku masyarakat juga

karena ketidaktahuan dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit TSO.

B. Rumusan Masalah

1. apa yang dimaksud dengan osteoporosis?

2. apa yang dimaksud dengan osteomalasia?

3. apa yang dimaksud dengan rematik artritis?

4. apa yang dimaksud dengan osteoarthritis gout?

10
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyakit tulang, sendi, dan otot (TSO)

Ada berbagai macam penyakit tulang, sendi, dan otot (TSO) pada manusia

beberapa penyakit tesrsebut antara lain: fraktur tertutup, fraktur terbuka,

osteoporosis, osteoartritis, osteomalacia, osteomielitis, polimialgia reumatik,

artritis gout, artritis reumatoid, dislokasi sendi, tetanus, dan polio

1.Fraktur Tertutup

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang

rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial. Fraktur tertutup adalah

suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar sehingga pada

fraktur tertutup tidak terdapat luka luar. Fraktur tertutup biasanya terjadi pada

pasien yang memiliki riwayat trauma seperti terjatuh atau pernah mengalami

kecelakaan. Biasanya gejala yang dikeluhkan pasien adalah nyeri pada tulang dan

sulit digerakkan serta terjadi pembengkakan (Kementrian Kesehatan, 2014).

2.Fraktur Terbuka

Fraktur terbuka adalah suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan

lingkungan luar melalui kulit sehingga ada kemungkinan terjadi kontaminasi

bakteri yang dapat menimbul komplikasi berupa infeksi. Pada fraktur terbuka

biasanya juga ikut terjadi pendarahan, tulang yang patah juga ikut terlihat

menonjol keluar dari permukaan kulit, namun tidak semua fraktur terbuka

membuat tulang terihat menonjol keluar (Faswita Wirda, 2016).

11
3.Osteoporosis

Osteoporosis adalah kelainan dimana terdapat reduksi atau penurunan

massa total tulang. Kecepatan resorbsi tulang lebih cepat dari pembentukan tulang.

Tulang menjadi keropos seara progresif, rapuh, mudah patah. Biasanya

Osteoporosis terjadi pada orang yang berusia diatas 35 tahun dan resiko wannita

terserang osteoporosis lebih tinggi daripada pria (Kanis John A, 1994). Faktor

resiko terserang Osteoporosis antara lain adalah wanita menopause, gaya hidup

yang tidak baik seperti merokok, konsumsi kafein, konsumsi alkohol, dan kurang

aktivitas fisik (Guide W., 2017). Gejala pada osteoporosis biasanya antara lain:

sakit punggung yang berkelanjutan dalam jangka panjang, dan postur tubuh

menjadi bungkuk (Faqih Ruhyanudin, 2011).

Anatomi tulang dan patogenesis osteoporosis

Tulang normal terdiri dari komposisi yang kompak dan padat, berbentuk bulat dan

batang padat serta terdapat jaringan berongga yang diisi oleh sumsum tulang.

Tulang ini merupakan jaringan yang terus berubah secara konstan, dan terus

diperbaharui. Jaringan yang tua akan digantikan dengan jaringan tulang yang baru.

Proses ini terjadi pada permukaan tulang dan dikatakan sebagai remodelling.

Dalam remodeling ini melibatkan osteoclast sebagai perusak jaringan tulang dan

osteoblas sebagai pembentuk sel sel tulang baru. Menjelang usia tua proses

remodeling ini berubah. Aktifitas osteoclast menjadi lebih dominan dibandingkan

dengan aktifitas osteoblast sehingga menyebabkan osteoporosis. Separuh

perjalanan hidup manusia, tulang yang tua akan di resorpsi dan terbentuk serta

bertambahnya pembentukan tulang baru ( formasi ). Pada saat kanak kanak dan

12
menjelang dewasa, pembentukan tulang terjadi percepatan dibandingkan dengan

proses resorpsi tulang, yang mengakibatkan tulang menjadi lebih besar, berat dan

padat. Proses pembentukan tulang ini terus berlanjut dan lebih besar dibandingkan

dengan resorpsi tulang sampai mencapai titik puncak massa tulang ( peak bone

mass ), yaitu keadaan tulang sudah mencapai densitas dan kekuatan yang

maksimum. Peak bone mass ini tercapai pada umumnya pada usia menjelang 30

tahun. Setelah usia 30 tahun secara perlahan proses resorpsi tulang mulai

meningkat dan melebihi prose formasi tulang. Kehilangan massa tulang terjadi

sangat cepat pada tahun tahun pertama masa menopause, osteoporosispun

berkembang akibat proses resorpsi yang sangat cepat atau proses penggantian

terjadi sangat lambat.

Dalam pembentukan massa tulang tersebut tulang akan mengalami

perubahan selama kehidupan melalui tiga fase: Fase pertumbuhan, fase

konsolodasi dan fase involusi. Pada fase pertumbuhan sebanyak 90% dari massa

tulang dan akan berakhir pada saat eepifisi tertutup. Sedangkan pada tahap

konsolidasi yang terjadi usia 10-15 tahun. Pada saat ini massa tulang bertambah

dan mencapai puncak pada umur tiga puluhan. Serta terdapat dugaan bahwa pada

fase involusi massa tulang berkurang ( bone Loss ) sebanyak 35-50 tahun.

Aktifitas remodeling tulang ini melibatkan faktor sistemik dan faktor lokal. Faktor

sistemik adalah Hormonal hormonal yang berkainan dengan metabolisme

Kalsium, seperti Hormon Parathiroid, Vitamin D, Calcitonin, estrogen, androgen,

hormon pertumbuhan, dan hormon tiroid. Sedangkan faktor lokal adalah Sitokin

dan faktor pertumbuhan lain (IGF).

13
Jenis jenis Osteoporosis

Osteoporosis Primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai

dengan proses penuaan, sedangkan osteoporisis Sekunder didefinisikan sebagai

kehilang massa tulang akibat hal hal tertentu. Osteoporisis sekunder mungkin

berhubungan dengan kelainan patologis tertentu termasuk kelainan endokrin, epek

samping obat obatan, immobilisasi, kelainan gastrointestinal, penyakit ginjal, dan

keganasan.

Etiologi Osteoporosis Sekunder

Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki tempat utama karena

lebih banyak ditemukan dibanding dengan osteoporosis sekunder. Proses ketuaan

pada wanita menopause dan usia lanjut merupakan contoh dari osteoporosis

primer, sebaliknya osteoporosis sekunder adalah osteoporosis yang diketahui

penyebabnya seperti penyakit endokrin antara lain akromegali, sindrom Cushing,

hiperparatiroidisme, diabetes melitus tipe 1. Penyebab lain adalah proses

keganasan seperti mieloma multipel dan akibat pemberian obat glukokortikoid

(GK) jangka panjang atau khemoterapi dan radiasi therapi. (Permana, 2016)

4.Osteoartritis

Penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi.

Pasien sering datang berobat pada saat sudah ada deformitas sendi yang bersifat

permanen. Secara simtomatis penyakit sendi degeneratif terjadi pada usia 50-70,

diantara yang menderita termuda ialah pada usia 20 tahun (Kementrian Kesehatan,

2014). Faktor utama yang dihubungkan dengan kejadian OA adalah penuaan,

14
trauma sebelumnya, kecenderungan genetik, dan obesitas (Lukman Zulkifli Amin,

2015). Ada dua jenis osteoarthritis, yang primer penyebab belum diketahui, yang

sekunder akibat trauma, infeksi, atau pernah terjadi fraktur. Gejala yang

dikeluhkan pasien osteoarthritis biasanya nyeri pada persendian yang bergerak,

terutama sendi penerima beban (panggul-lutut), dan persendian tangan tetapi tidak

menutup kemungkinan bahwa sendi-sendi yang lain juga dapat terserang. Gejala

osteoarthritis umumnya berkembang secara perlahan-lahan dan semakin parah

seiring waktu. Tingkat keparahan gejala penyakit ini dapat berbeda-beda pada tiap

penderita serta lokasi sendi yang diserang (Kementrian Kesehatan, 2014).

Epidemiologi

OA merupakan penyakit rematik sendi yang paling banyak mengenai

terutama pada orang-orang diatas 50 tahun. Di atas 85% orang berusia 65 tahun

menggambarkan OA pada gambaran x-ray, meskipun hanya 35%-50% hanya

mengalami gejala. Umur di bawah 45 tahun prevalensi terjadinya Osteoarthritis

lebih banyak terjadi pada pria sedangkan pada umur 55 tahun lebih banyak terjadi

pada wanita. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

terjadinya Osteoarthritis pada obesitas, pada sendi penahan beban tubuh.

Progresifitas dari OA biasanya berjalan perlahan-lahan, terjadi dalam beberapa

tahun atau bahkan dekade. Nyeri yang timbul biasanya menjadi sumber

morbiditas awal dan utama pada pasien dengan OA. Pasien dapat secara progresif

menjadi semakin tidak aktif beraktivitas, membawa kepada morbiditas karena

berkurangnya aktivitas fisik (termasuk penurunan berat yang bermakna).

Prevalensi OA berbeda-beda pada berbagai ras. OA lutut lebih banyak terjadi pada

15
wanita Afrika Amerika dibandingan dengan ras yang lainnya. Terdapat

kecenderungan bahwa kemungkinan terkena OA akan meningkat seiring dengan

pertambahan usia. Penyakit ini biasanya sebanding jumlah kejadiannya pada pria

dan wanita pada usia 45-55 tahun. Setelah usia 55 tahun, cenderung lebih

banyakterjadi pada wanita. Sendi distal interfalangeal dan dan proksimal

interfalangeal seringkali terserang sehingga tampak gambaran Heberden dan

Bouchard nodes, yang banyak ditemui pada wanita. Di Indonesia, prevalensi

osteoartritis mencapai 5% pada usia 61 tahun. Untuk osteoartritis lutut

prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Pasien

OA biasanya mengeluh nyeri waktu melakukan aktivitas atau jika ada

pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat nyeri yang berat dan terus

menerus bisa mengganggu mobilitas. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang la njut

usia di Indonesia menderita cacat karena OA.

Etiologi

Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor

biomekanik dan biokimia sepertinya merupakan faktor terpenting dalam proses

terjadinya osteoarthritis. Faktor biomekanik yaitu kegagalan mekanisme protektif,

antara lain kapsul sendi, ligamen, otot-otot persendian, serabut aferen, dan tulang-

tulang. Kerusakan sendi terjadi multifaktorial, yaitu akibat terganggunya faktor-

faktor protektif tersebut. Osteoarthritis juga bisa terjadi akibat komplikasi dari

penyakit lain seperti gout, rheumatoid arthritis, dan sebagainya.

Patogenesis

16
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan

tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan gangguan

keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang

penyebabnya masih belum jelas diketahui. Kerusakan tersebut diawali oleh

kegagalan mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme

lain sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera. Pada Osteoarthritis terjadi

perubahan-perubahan metabolisme tulang rawan sendi. Perubahan tersebut berupa

peningkatan aktifitas enzim-enzim yang merusak makromolekul matriks tulang

rawan sendi, disertai penurunan sintesis proteoglikan dan kolagen. Hal ini

menyebabkan penurunan kadar proteoglikan, perubahan sifat-sifat kolagen dan

berkurangnyakadar airtulang rawan sendi. Pada proses degenerasi dari kartilago

artikularmenghasilkan suatu substansi atau zat yang dapat menimbulkan suatu

reaksi inflamasi yang merangsang makrofag untuk menhasilkan IL-1 yang akan

meningkatkan enzim proteolitik untuk degradasi matriks ekstraseluler.

Faktor Resiko

a. Faktor resiko sistemik

1. Usia : merupakan faktor risiko paling umum pada OA. Proses

penuaan meningkatkan kerentanan sendi melalui berbagai

mekanisme. Kartilago pada sendi orang tua sudah kurang

responsif dalam mensintesis matriks kartilago yang distimulasi

oleh pembebanan (aktivitas) pada sendi. Akibatnya, sendi pada

orang tua memiliki kartilago yang lebih tipis. Kartilago yang

tipis ini akan mengalami gaya gesekan yang lebih tinggi pada

17
lapisan basal dan hal inilah yang menyebabkan peningkatan

resiko kerusakan sendi. Selain itu, otot-otot yang menunjang

sendi menjadi semakin lemah dan memiliki respon yang kurang

cepat terhadap impuls. Ligamen menjadi semakin regang,

sehingga kurang bisa mengabsorbsi impuls. Faktor-faktor ini

secara keseluruhan meningkatkan kerentanan sendi terhadap

OA.

2. Jenis kelamin : masih belum banyak diketahui mengapa

prevalensi OA pada perempuan usila lebih banyak daripada

lakilaki usila. Resiko ini dikaitkan dengan berkurangnya hormon

pada perempuan pasca menopause.

3. Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis.

Adanya mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural

lain untuk unsurunsur tulang rawan sendi seperti kolagen,

proteoglikan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial

pada osteoartritis.

b. Faktor intrinsik

1. Kelainan struktur anatomis pada sendi seperti vagus dan valrus.

2. Cedera pada sendi seperti trauma, fraktur, ataunekrosis.

c. Faktor beban pada persendian

1. Obesitas : beban berlebihan pada sendi dapat mempercepat

kerusakan pada sendi.

18
2. Penggunaan sendi yang sering : aktivitas yang sering dan

berulang pada sendi dapat menyebabkan lelahnya otot-otot yang

membantu pergerakan sendi. (Santosa, 2018)

5.Osteomielitis

Osteomielitis adalah suatu bentuk infeksi tulang yang menyebabkan

kerusakan dan pembentukan tulang baru. Ada beberapa mekanisme infeksi yang

dapat menyebabkan osteomielitis antara lain: infeksi (misalnya. setelah trauma,

operasi, atau penyisipan sendi prostetik), insufisiensi vaskular (misal pada

diabetes mellitus atau gangguan pembuluh darah perifer), dan penyebaran

hematogen dari infeksi, misalnya diosteomielitis vertebral pada anak-anak

(Gunawan, 2010). Penyebab utama osteomielitis adalah bakteri Staphylococcus

aureus.

Bakteri ini dapat menginfeksi tulang melalui aliran darah. Sebenarnya

bakteri Staphylococcus adalah bakteri yang jarang menyebabkan masalah

kesehatan dan umum terdapat di kulit, namun bakteri ini dapat berbalik

menyerang ketika sistem kekebalan tubuh sedang lemah. Kebanyakan

osteomielitis terjadi pada orang orang yang berusia di atas 60 tahun. Biasanya

pada wanita terjadi diatas usia 50 tahun atau menopouse. Kegemukan/ obesitas

juga memiliki resiko yang besar terserang osteomielitis. (Faqih Ruhyanudin,

2011).

19
6.Polimialgia Reumatik

Polymyalgia rheumatica (PMR) adalah suatu sindrom klinis dengan

etiologi yang tidak diketahui yang mempengaruhi individu usia lanjut.

Polymyalgia biasanya terjadi pada orang orang lanjut usia dan lebih sering terjadi

pada wanita.

Gejala-gejala yang dialami pasien biasanya nyeri dan kekakuan leher, bahu

dan pinggul. Kekakuan pada pasien biasanya akan menyebabkan pasien

mengalami kesulitan bangkit dari kursi, berbalik di tempat tidur, atau mengangkat

tangan mereka di atas bahu tinggi. Kekakuan terjadi setelah periode istirahat

(fenomena gel) serta kekakuan pada pagi hari lebih dari 1 jam biasanya terjadi.

Pasien juga mungkin menggambarkan sendi distal bengkak, pembengkakan

tungkai. Carpal tunnel syndrome dapat terjadi pada beberapa pasien. Kebanyakan

pasien selalu lebih tua dari 50 tahun dan biasanya lebih tua dari 65 tahun (Carlos

Alvarani M.D., 2002).

7.Artritis Gout

Gout atau arthritis gout adalah suatu kelainan metabolik yang mana

lakilaki delapan sampai sembilan kali lebih sering terkena daripada wanita.

Penyakit ini dapat terjadi pada berbagai usia, usia yang sering terkena adalah

sekitar 50 tahunan. 85% dari penderita gout mempunyai faktor genetik. Gout

terjadi sebagai akibat dari hyperuricemia yang berlangsung lama (asam urat serum

meningkat) disebabkan oleh karena penumpukan purin atau rekresi asam urat yang

20
kurang dari ginjal. Faktor resiko penyakit Gout antara lain: konsumsi alkohol,

daging merah dan makanan yang banyak mengandung purin (Barry L, 2014).

Gejala dari gout antara lain: Susah bergerak atau menggerakkan anggota gerak

tubuh tertentu (pada bagian yang sakit), Rasa sakit pada sendi biasanya terjadi

pada malam hari, Sendi terasa sakit secara tiba-tiba (terutama sendi jempol kaki)

atau sendi ujung bagian tubuh (Faqih Ruhyanudin, 2011).

Secara epidemiologi artritis gout lebih banyak dijumpai pada laki-laki

dibandingkan perempuan. Estimasi prevalensi menyatakan bahwa sebesar 5,9%

artritis gout terjadi pada laki-laki dan 2% terjadi pada perempuan. Pada laki-laki

kadar asam urat meningkat pada masa pubertas, dan puncak onset artritis gout

pada decade keempat hingga keenam masa kehidupan. Namun artritis gout pada

laki-laki juga dapat terjadi lebih awal jika mereka memiliki predisposisi genetic

dan memiliki faktor resiko. Sedangkan pada wanita, kadar asam urat meningkat

pada saat menopause, dan puncak onsetnya pada dekade keenam hingga

kedelapan masa kehidupan. Penelitian mengatakan bahwa orang yang berumur

diantara 70-79 tahun memiliki resiko 5 kali besar dibandingkan dengan yang

berusia dibawah 5 tahun. Prevalensi gout tertinggi pada kalangan lanjut usia

dikaitkan dengan insufisiensi renal atau gangguan metabolisme purin.

Gejala yang khas pada artritis gout adalah adanya keluhan nyeri, bengkak,

dan terdapat tanda-tanda inflamasi pada sendi metatarsal-phalangeal ibu jari kaki

(atau yang disebut dengan podagra). Artritis gout fase akut menyebabkan

morbiditas yang tinggi, namun apabila diterapi segera setelah munculnya gejala

21
dapat menghasilkan prognosis yang baik. Pada fase kronik, gout dapat

menyebabkan destruksi sendi yang berat dan gangguan ginjal

Definisi

Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu penyakit

dan potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak lama,

gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri inflamasi satu sendi. Gout

adalah bentuk inflamasi artritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling sering di

sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga

mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan,

pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan tendon. Biasanya

hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah

dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi beberapa sendi. Gout merupakan

istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh

meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia). Penyakit asam urat atau gout

merupakan penyakit akibat penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh

sehingga menyebabkan nyeri sendi disebut Gout artritis

Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, penyakit asam urat digolongkan menjadi 2, yaitu:

1. Gout primer

Penyebab kebanyakan belum diketahui (idiopatik). Hal ini diduga

berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang

22
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya

produksi asam urat. Hiperurisemia atau berkurangnya pengeluaran asam urat dari

tubuh dikatakan dapat menyebabkan terjadinya gout primer

Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular yang masih belum jelas

diketahui. Berdasarkan data ditemukan bahwa 99% kasus adalah gout dan

hiperurisemia primer. Gout primer yang merupakan akibat dari hiperurisemia

primer, terdiri dari hiperurisemia karena penurunan ekskresi (80-90%) dan karena

produksi yang berlebih (10-20%).

Hiperurisemia karena kelainan enzim spesifik diperkirakan hanya 1% yaitu

karena peningkatan aktivitas varian dari enzim phosporibosylpyrophosphatase

(PRPP) synthetase, dan kekurangan sebagian dari enzim hypoxantine

phosporibosyltransferase (HPRT). Hiperurisemia primer karena penurunan

ekskresi kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik dan menyebabkan gangguan

pengeluaran asam urat yang menyebabkan hiperurisemia. Hiperurisemia akibat

produksi asam urat yang berlebihan diperkirakan terdapat 3 mekanisme.

1. Pertama, kekurangan enzim menyebabkan kekurangan inosine

monopospate (IMP) atau purine nucleotide yang mempunyai efek

feedback inhibition proses biosintesis de novo.

2. Kedua, penurunan pemakaian ulang menyebabkan peningkatan

jumlah PRPP yang tidak dipergunakan. Peningkatan jumlah PRPP

menyebabkan biosintesis de novo meningkat.

23
3. Ketiga, kekurangan enzim HPRT menyebabkan hipoxantine tidak

bisa diubah kembali menjadi IMP, sehingga terjadi peningkatan

oksidasi hipoxantine menjadi asam urat.

2. Gout sekunder

Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelainan yang

menyebabkan peningkatan biosintesis de novo, kelainan yang menyebabkan

peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat dan kelainan yang

menyebabkan sekresi menurun. Hiperurisemia sekunder karena peningkatan

biosintesis de novo terdiri dari kelainan karena kekurangan menyeluruh enzim

HPRT pada syndome Lesh-Nyhan, kekurangan enzim glukosa-6 phosphate pada

glycogen storage disease dan kelainan karena kekurangan enzim fructose-1

phosphate aldolase melalui glikolisis anaerob. Hiperurisemia sekunder karena

produksi berlebih dapat disebabkan karena keadaanyang menyebabkan

peningkatan pemecahan ATP atau pemecahan asam nukleat dari dari intisel.

Peningkatan pemecahan ATP akan membentuk AMP dan berlanjut membentuk

IMP atau purine nucleotide dalam metabolisme purin, sedangkan hiperurisemia

akibat penurunan ekskresi dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu karena

penurunan masa ginjal, penurunan filtrasi glomerulus, penurunan fractional uric

acid clearence dan pemakaian obat- obatan.

Faktor Risiko

Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout1,2 :

24
1. Suku bangsa /ras

Suku bangsa yang paling tinggi prevalensi nya pada suku maori di

Australia. Prevalensi suku Maori terserang penyakit asam urat tinggi sekali

sedangkan Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai

dan yang paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau

pola makan dan konsumsi alkohol.

2. Konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol

meningkatkan produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai

akibat produk sampingan dari metabolisme normal alkohol. Asam laktat

menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan

kadarnya dalam serum.

3. Konsumsi ikan laut

Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi.

Konsumsi ikan laut yang tinggi mengakibatkan asam urat.

4. Penyakit

Penyakit-penyakit yang sering berhubungan dengan hiperurisemia.

Misalnya. Obesitas, diabetes melitus, penyakit ginjal, hipertensi, dislipidemia,

dsb. Adipositas tinggi dan berat badan merupakan faktor resiko yang kuat

untuk gout pada laki-laki, sedangkan penurunan berat badan adalah faktor

pelindung.

25
5. Obat-obatan

Beberapa obat-obat yang turut mempengaruhi terjadinya

hiperurisemia. Mis. Diuretik, antihipertensi, aspirin, dsb. Obat-obatan juga

mungkin untuk memperparah keadaan. Diuretik sering digunakan untuk

menurunkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, tetapi hal tersebut

juga dapat menurunkan kemampuan ginjal untuk membuang asam urat. Hal

ini pada gilirannya, dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah dan

menyebabkan serangan gout. Gout yang disebabkan oleh pemakaian diuretik

dapat "disembuhkan" dengan menyesuaikan dosis. Serangan Gout juga bisa

dipicu oleh kondisi seperti cedera dan infeksi.hal tersebut dapat menjadi

potensi memicu asam urat. Hipertensi dan penggunaan diuretik juga

merupakan faktor risiko penting independen untuk gout. Aspirin memiliki 2

mekanisme kerja pada asam urat, yaitu: dosis rendah menghambat ekskresi

asam urat dan meningkatkan kadar asam urat, sedangkan dosis tinggi (> 3000

mg / hari) adalah uricosurik.

6. Jenis Kelamin

Pria memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi dibandingkan

perempuan pada semua kelompok umur, meskipun rasio jenis kelamin laki-

laki dan perempuan sama pada usia lanjut. Dalam Kesehatan dan Gizi Ujian

Nasional Survey III, perbandingan laki-laki dengan perempuan secara

keseluruhan berkisar antara 7:1 dan 9:1. Dalam populasi managed care di

26
Amerika Serikat, rasio jenis kelamin pasien laki-laki dan perempuan dengan

gout adalah 4:1 pada mereka yang lebih muda dari 65 tahun, dan 3:1 pada

mereka lima puluh persen lebih dari 65 tahun. Pada pasien perempuan yang

lebih tua dari 60 tahun dengan keluhan sendi datang ke dokter didiagnosa

sebagai gout, dan proporsi dapat melebihi 50% pada mereka yang lebih tua

dari 80 tahun.

7. Diet tinggi purin

Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa HDL yang merupakan

bagian dari kolesterol, trigliserida dan LDL disebabkan oleh asupan makanan

dengan purin tinggi.

Patofisiologi

Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa

kurang dari 7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila konsentrasi

asam urat dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat menyebabkan penumpukan

kristal monosodium urat. Serangan gout tampaknya berhubungan dengan

peningkatan atau penurunan secara mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika

kristal asam urat mengendap dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan

diteruskan dengan terjadinya serangan gout. Dengan adanya serangan yang

berulang – ulang, penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan thopi

akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga.

Akibat penumpukan Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan disertai penyakit ginjal

kronis.

27
Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium

urat dari depositnya dalam tofi (crystals shedding). Pada beberapa pasien gout

atau dengan hiperurisemia asimptomatik kristal urat ditemukan pada sendi

metatarsofalangeal dan patella yang sebelumnya tidak pernah mendapat serangan

akut. Dengan demikian, gout ataupun pseudogout dapat timbul pada keadaan

asimptomatik. Pada penelitian penulis didapat 21% pasien gout dengan asam urat

normal. Terdapat peranan temperatur, pH, dan kelarutan urat untuk timbul

serangan gout. Menurunnya kelarutan sodium urat pada temperatur lebih rendah

pada sendi perifer seperti kaki dan tangan, dapat menjelaskan mengapa kristal

monosodium urat diendapkan pada kedua tempat tersebut. Predileksi untuk

pengendapan Kristal monosodium urat pada metatarsofalangeal-1 (MTP-1)

berhubungan juga dengan trauma ringan yang berulang-ulang pada daerah

tersebut.

8.Artritis Reumatoid

Penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif

simetrik terutama mengenai jaringan persendian, seringkali juga melibatkan organ

tubuh lainnya. AtritisRhematoid lebih banyak terjadi pada wanita (3:1 dengan

kasus pria) pada usia 25 – 35 tahun. Faktor resiko AtritisRhematoid terjadi pada

orang orang yang berusia diatas 60 tahun. Biasanya pada wanita terjadi diatas usia

50 tahun atau menopouse. Kegemukan/ obesitas juga memiliki resiko yang besar

terserang AtritisRhematoid. Selain itu pekerja berat dengan penggunaan satu sendi

terus menerus juga memili resiko terkena penyakit ini. Faktor genetik juga

memiliki resiko yang besar untuk terkena AtritisRhematoid. Gejala

28
AtritisRhematoid antara lain: nyeri dan bengkak pada sendi yang berlangsung

terus menerus, kaku pada pagi hari berlangsungselama lebih dari 30 menit,

persendian mengalami bengkak dan hangat jika diraba (Lutfi Chabib, 2016).

9.Dislokasi Sendi

Dislokasi sendi terjadi ketika permukaan tulang sendi tidak sesuai dengan

posisi anatomi. Dislokasi merupakan keadaan emergensi karena berhubungan

dengan kerusakan aliran darah dan persarafan disekitarnya. Diskolasi umumnya

terjadi pada jari dan bahu. Meski demikian, persendian lain seperti lutut, pinggul,

siku tangan, maupun pergelangan kaki juga dapat mengalami cedera ini. Gejala

utama dislokasi biasanya akan terlihat melalui kejanggalan yang muncul pada

bentuk sendi, misalnya muncul benjolan aneh di dekat tempurung atau soket

sendi. Sendi tersebut juga akan mengalami pembengkakan, lebam, terasa sangat

sakit, serta tidak dapat digerakkan (Kementrian Kesehatan, 2014).

10.Tetanus

Tetanus merupakan infeksi yang tergolong serius dan disebabkan oleh

bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini umumnya terdapat dalam debu, tanah, serta

kotoran hewan dan manusia. Bakteri tetanus sering kali masuk ke tubuh melalui

luka terbuka akibat cidera atau luka bakar. Saat berhasil memasuki tubuh bakteri

tetanus akan berkembang biak dan melepaskan neurotoksin. Neurotoksin adalah

racun yang menyerang sistem saraf. Racun tersebut dapat mengacaukan kinerja

saraf dan dapat menyebabkan kejang dan kekakuan otot yang merupakan gejala

utama tetanus (Kementrian Kesehatan, 2014).

29
11.Polio

Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular

dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, dapat

menyebabkan kesulitan bernapas, kelumpuhan, dan pada sebagian kasus

menyebabkan kematian. Penyakit polio disebabkan oleh virus yang umumnya

masuk melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan tinja dan virus

polio. Sama halnya seperti cacar, polio hanya menjangkiti manusia. Dalam tubuh

manusia, virus polio menjangkiti tenggorokan dan usus. Selain melalui kotoran,

virus polio juga dapat menyebar melalui tetesan cairan yang keluar saat

penderitanya batuk atau bersin. Penderita polio biasanya mengalami gejala seperti

lemah otot, demam, merasa keletihan, sakit pada tenggorokan, serta terasa kaku

dan sakit pada bagian kaki, tangan, leher, dan punggung (Kementrian Kesehatan,

2014).

12. Osteomalacia
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristik
oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-
anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis
dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang
anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap
(komplit). (Smeltzer. 2001: 2339)
Osteomalasia adalah manifestasi defisiensi vitamin D. Perubahan
mendasar pada penyakti ini adalah gangguan mineralisasi tulang, disertai
meningkatnya osteoid yang tidak mengalami mineralisasi. (Robins, 2007)
Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh
gagalnya pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari
osteomalasia adalah ”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan

30
rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada lempeng
epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang dewasa sudah
tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.

2.1.1 Etiologi Osteomalacia


Umumnya penyebab utama adalah tidak cukupnya mineralisasi tulang
terutama kekurangan vitamin D. Ada berbagai kasus osteomalacia yang terjadi
akibat gangguan umum metabolisme mineral, antara lain :

1. Adanya malnutrisi

Kekurangan vitamin D yang berhubungan dengan asupan kalsium yang


jelek, terutama akibat kemiskinan, makanan kurang matang dan kurangnya
pengetahuan mengenai nutrisi juga merupakan salah satu faktor. Paling sering
terjadi dimana vitamin D tidak ditambahkan dalam makanan juga kekurangan
dalam diet dan jauh dari sinar matahari.
2. Faktor resiko berkaitan dengan penyakit patologis.

Penyakit-penyakit patologik yang dapat memicu terjadinya osteomalacia


meliputi gagal ginjal kronik sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium
akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat. Penyakit
hati karena organ hatinya tak mampu memroses vitamin D sehingga fase
mineralisasi tidak terjadi. terapi antikonvulsan berkepanjangan (fenitoin
fenobarbital), dan gastrektomi. Osteomalacia dalam hal ini terjadi sebagai
akibat kegagalan absorpsi kalsium ataupun kehilangan kalsium yang berlebihan
dari tubuh.

2.1.2 Patofisiologi Osteomalacia


Ada berbagai macam penyebab dari Osteomalasia yang umumnya
menyebabkan gangguan metabolisme mineral. Faktor yang berbahaya untuk
osteomalasia adalah kesalahan diet, malabsobrsi, gastrectomi, GGK, terapi

31
anticonvilsan jangka lama (phenyton, phenorbar bital) dan insufisiensi vitamin D
(diet sinar matahari). Tipe malnutrisi (defisiensi vitamin D sering di golongkan
dalam hal kekurangan kalsium) terutama terjadi gangguan fungsi tetapi faktor dan
kurangnya pengetahuan tentang nutrisi juga dapat menjadi faktor pencetus hal itu
terjadi dengan frekuensi tersering dimana kandungan vitamin D dalam makanan
kurang dan adanya kesalahan diet serta kekurangan sinar matahari.
Defisiensi vitamin D menyebabkan penurunan kalsium serum, yang
merangsang pelepasan hormon paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid
meningkatkan penguraian tulang dan ekskresi fosfat oleh ginjal. Tanpa
mineralisasi tulang yang adekuat, maka tulang menjadi tipis. Terjadi penimbunan
osteoid yang tidak terkristalisasi dalam jumlah abnormal yang membungkus
saluran-saluran tulang bagian dalam, hal ini menimbulkan deformitas tulang.
Diperkirakan defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif yang memacu
absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinal dan memfasilitasi mineralisasi
tulang. Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah. Tanpa vitamin
D yang mencukupi, kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan ke tempat
kalsifikasi tulang, sehingga mengakibatkan kegagalan mineralisasi, terjadi
perlunakan dan perlemahan kerangka tubuh.

2.1.3 Manifestasi Klinis Osteomalacia


Secara umum terdapat sepuluh tanda klinis utama dari osteomalsia yaitu
sebagai berikut:
1. Lemahnya tulang.

2. Nyeri tulang.

3. Nyeri tulang pelvis.

4. Nyeri tulang panjang.

5. Nyeri tulang belakang.

6. Kelemahan otot.

32
7. Hipokalsemia.

8. Tulang vertebra mengalami tekanan.

9. Pendataran pelvis.

10. Fraktur, baik secara jumlah dan mudahnya patah tulang

Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :


1. Nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya
terdapat kelemahan otot, pasien kemudian nampak terhuyung-huyung atau
cara berjalan loyo/lemah. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama
pada daerah pinggang dan paha.

2. Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan
tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan
kelainan bentuk thoraks (kifosis).

3. Penurunan berat badan.

4. Nyeri tulang dan nyeri tekan tulang.

5. Kelemahan otot.

6. Cara berjalan seperti bebek atau pincang.

7. Pada penyakit yang lebih lanjut, tungkai melengkung (karena berat tubuh dan
tarikan otot).

8. Vertebra yang melunak mengalami kompresi, sehingga mengalami


pemendekan tinggi badan dan merusak bentuk toraks (kifosis).

9. Sakrum terdorong ke bawah dan depan, pelvis tertekan ke lateral

33
2.1.4 Penatalaksanaan Osteomalacia
1. Penatalaksanaan Medik

a. Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D


200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan
dengan 1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan.

b. Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan


mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.

2. Penatalaksanan non medik

a. Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak


konsumsi unsur kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja
lebih keras lagi. Selain mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe,
ikan teri, daging, yogurt. Konsumsi suplemen kalsium sangatlah disarankan.

b. Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak


konsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu.
Untuk membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh cobalah sering
berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7 - 9 pagi dan sore pada
pukul 16 - 17.

2.1.5 Komplikasi Osteomalacia


Pada anak-anak jika penyakit ini tidak segera diobati maka
pertumbuhannya akan terhalang, anak jadi lambat untuk duduk, merangkak dan
berjalan. Berat tubuhnya mungkin akan membengkokan lutut, tulang serta
persendian lainya sehingga menyebabkan kaki O (genu varum), dada busung
(pigeon chest) dan lutut bengkok ke dalam (genu valgum). Pada orang dewasa
kelemahan tulang menimbulkan resiko fraktur. Os vertebrata yang melunak akan
tertekan menjadi pendek sehingga orang itu akan berkurang tingginya atau cebol.
Trunkus yang memendek, sehingga mengubah bentuk toraks disebut kifosis
dimana terlihat bungkuk dan skoliosis.

34
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang

rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial.Fraktur terbuka adalah suatu

fraktur dimana terjadi hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga

ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri yang dapat menimbul komplikasi

berupa infeksi.

Osteoporosis adalah kelainan dimana terdapat reduksi atau penurunan

massa total tulang. Kecepatan resorbsi tulang lebih cepat dari pembentukan tulang.

Tulang menjadi keropos seara progresif, rapuh, mudah patah.Osteoartritis

Penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi

Pasien sering datang berobat pada saat sudah ada deformitas sendi yang bersifat

permanen.Osteomielitis adalah suatu bentuk infeksi tulang yang menyebabkan

kerusakan dan pembentukan tulang baru.

Polymyalgia rheumatica (PMR) adalah suatu sindrom klinis dengan

etiologi yang tidak diketahui yang mempengaruhi individu usia lanjut.

Polymyalgia biasanya terjadi pada orang orang lanjut usia dan lebih sering terjadi

pada wanita. Gout atau arthritis gout adalah suatu kelainan metabolik yang mana

lakilaki delapan sampai sembilan kali lebih sering terkena daripada wanita.

Penyakit ini dapat terjadi pada berbagai usia, usia yang sering terkena adalah

sekitar 50 tahunan. 85% dari penderita gout mempunyai faktor genetik.Penyakit

35
autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik terutama

mengenai jaringan persendian, seringkali juga melibatkan organ tubuh lainnya.

36
DAFTAR PUSTAKA

Arden, N & Cooper, C dkk, 2003, Osteoarthitis hand book, Francis, United
Kingdom.

Arif, M, dkk, 2000, Medica Aesculpalus, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, FKUI,
Jakarta

Felson, DT 2008, Osteoarthritis, HARRISON’s Principles of Internal Medicine, 17th


Edition, PP:2158-2165, Mc Graw-Hill Companies Inc, New York.

Chabib, dkk. 2016. Penyakit Tulang Dan Persendian atau Arthralgia, (Pustaka
Populer Obor).

Carlos, Alvarani, dkk, 2002. Effectiveness of Manual Physical Therapy and Exercise
in Osteoarthritis of the knee. Annals of Internal Medicine. Volume 132.

Faqih, dkk. 2011.Osteoarthritis, Postgrad Med J, 79:377-383

Faswaty,dkk. 2016. Nyeri Secara Umum dan Osteoarthritis Lutut dari Aspek
Fisioterapi, Perpustakaan Nasional RI, Surakarta

37

Anda mungkin juga menyukai