Anda di halaman 1dari 49

INFEKSI PADA POST PARTUM (MASTITIS,

TROMBOFLEBITIS DAN INFEKSI SALURAN


KEMIH/ ISK)

Disusun Oleh:
Siti Hanisa Dwi Rahayu
(16.02.01.2164)
Pengertian Infeksi Postpartum
Etiologi Infeksi Post Partum
Manifestasi Klinis Infeksi Post Partum
a. Rubor (kemerahan).
b. Kalor (demam setempat) akibat vasodilatasi.
c. Tumor (bengkak) karena eksudasi.
d. Rasa nyeri (dolor), peradangan pada ujung syaraf.

Nyeri dan pembengkan akan mengakibatkan gangguan


faal, dan reaksi umum antara lain berupa sakit kepala,
demam dan peningkatan denyut jantung.
Jenis-jenis Infeksi
Postpartum
Beberapa jenis infeksi postpartum yang sering
terjadi diantaranya mastitis, tromboflebitis, ISK
(Infeksi Saluran Kemih).
A. Mastitis
1. Pengertian Mastitis

Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat


disertai atau tidak disertai infeksi.

Biasanya menyertai laktasi sehingga disebut juga


Mastitis Laktisional atau Mastitis Peurperalis.
2. Etiologi Mastitis

a. Bakteri Stafilococcus aureus

1) Putting susu yang luka atau lecet, bakteri masuk sampai ke


duktus dan sinus.

2) Bakteri berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran


air susu melalui sobekan atau retakan puting susu.

3) Sumber lain bakteri dapat berasal dari: tangan ibu, tangan


siapapun yang merawat ibu dan bayi.
Next........

b. Daya tahan tubuh yang lemah

c. Kuragnya menjaga kebersihan puting payudara

saat menyusui.

d. Saluran ASI tersumbat tidak segera diatasi

sehingga menjadi mastitis.


3. Penyebab Mastitis

a. Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat,


b. Retak (fisura), lecet puting susu.
c. Distensi payudara (bra yang terlalu ketat).
d. Ibu dengan gizi buruk, istirahat yang kurang, anemi
mudah terkena infeksi.
4. Gambaran Klinis Mastitis
a. Tanda dan gejala awal mastitis:

1) Bengkak yang berat.

2) Demam ringan.

3) Nyeri ringan seluruh payudara/lokal pada


payudara, semakin buruk saat menyusui.

4) Kemerahan di area peradangan, seluruh


payudara atau lokal.
Next......
b. Tanda dan gejala lanjutan mastitis:

1) Suhu tubuh 37,8oC-40oC.

2) Peningkatan frekuensi nadi.

3) Menggigil, malise umum, dan sakit kepala.

4) Area payudara kemerahan, nyeri saat ditekan, dan


benjolan besar dan keras.

c. Uji laboratorium: Kultur dan sensitivitas pada sempel air


susu dapat mengidentifikasi bakteri.
Next......

d. Komplikasi Mastitis
1) Abses.
2) Rabas/pus, (suhu tubuh tinggi lebih dari 48 jam).
3) Demam yang hilang timbul disertai menggigil.
4) Pembengkakan dan nyeri hebat di payudara,
5) Massa berukuran besar, keras dengan area tidak
rata
6) Kemerahan dan pucat kebiruan pada kulit,
menunjukkan lokasi abses yang dipenuhi pus.
5. Pathway Mastitis
Stasis ASI

Fisura pada puting


Jaringan mammae tegang

Bakteri masuk

Lubang duktus terbuka


Mastitis

Kurang Pengetahuan Ketegangan jarinagn mammae Laktasi terganggu Proses infeksi bakteri

Menyusui tidak Reaksi imun


Ukuran mammae membesar penekanan reseptor efektif
nyeri
Muncul pus

Gangguan citra tubuh Nyeri akut


Resiko tinggi infeksi
B. Tromboflebitis
1. Pengertian Tromboflebitis

Tromboflebitis adalah peradangan vena yang disertai


pembentukan trombus/bekuan darah (Syamsi, 2009).

Menurut Adele Pillitteri (2007) Tomboflebitis cenderung


terjadi pada pasca partum saat kemampuan penggumpalan
darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi
vena ekstremitas bawah karena tekanan kepala janin.
2. Etiologi Tromboflebitis

Belum jelas diketahui, namun berhubungan dengan


keadaan berikut:

a. Perluasan infeksi endometrium

b. Mempunyai varises pada vena

c. Obesitas
Faktor Predisposisi Tromboflebitis:
a. Varises yang sebelumnya f. Pembedahan
ada obstetric
b. Kehamilan g. Kelahiran
c. Trauma h. Imobilisasi
d. Pertambahan usia, i. Trauma vaskula
semakin tua maka j. Supresi laktasi
semakin beresiko terjadi dengan esterogen
tromboflebitis. k. Infeksi nifas
e. Episode tromboflebitis
sebelumnya
3. Klasifikasi Tromboflebitis
a. Tromboflebitis Femoralis

Tromboflebitis yang mengenai satu atau kedua vena


femoralis.

Disebabkan adanya trombosis atau embosis yang


karena adanya perubahan atau kerusakan pada intima
pembuluh darah, perubahan pada susunan darah, laju
peredaran darah, atau karena pengaruh infeksi atau
venaseksi.
Next.....

b. Tromboflebitis Pelvik
Tromboflebitis yang mengenai vena-vena dinding uterus
dan ligamentum latum (vena ovarika, vena uterina dan
vena hipogastrika).
4. Gambaran Klinis Tromboflebitis
a. Tanda dan gejala umum:
1) Peningkatan denyut nadi tanpa sebab yang
jelas.
2) Menggigil berat dan berulang
3) Fluktuasi suhu tubuh yang ekstrim (meningkat
mulai di bawah normal sampai 40,5oC dan
menurun secara drastis dalam waktu 1 jam).
4) Hipotensi sebagai akibat syok bakteria
5) Emboli paru yang berukuran kecil
menyebabkan pleurisis dan pneumonia.
Next......
b. Tanda dan gejala khusus
1) Trombosis Vena Superfisial
a) Suhu tubuh sedikit meningkat.
b) Takikardia ringan
c) Edema pergelangan kaki, tungkai dan paha
d) Nyeri kaki, tiba-tiba nyeri pada tungki diperburuk
dengan pergerakan /berdiri.
e) Panas setempat, nyeri tekan ekstremitas,
kemerahan pada sisi vena yang mengalami
peradangan.
Next....

2) Trombosis Vena Profunda


a) Demam tinggi disertai takikardi dan
menggigil yang mungkin berat.
b) Tanda Homan (nyeri pada sisi trombosis
bila kaki yang terkena dorsofleksi).
c) Tiba-tiba nyeri hebat pada kaki
d) Ekstremitas pucat atau dingin dengan
penurunan tekanan nadi di bawah area
yang terkena.
Next......

3) Emboli Paru
Kemungkinan besar terjadi pada tromboflebitis
vena profunda jarang terjadi pada kasus
tromboflebitis superfisial.
C. ISK (Infeksi Saluran Kemih)
1. Pengertian ISK (Infeksi Saluran Kemih)

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang


terjadi pada saluran kemih.

Kejadian ISK pada masa nifas dihubungkan dengan


hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih
waktu persalinan, pemeriksaan dalam yang sering,
kontaminasi kuman dari perineum, atau katerisasi yang
sering (Krisnadi, 2005).
2. Etiologi ISK (Infeksi Saluran Kemih)

Sebagian besar ISK diawali dan disebabkan oleh


bakteri Eschericia Coli (80%-90%). Sebagian besar
sisa kasus ISK disebabkan oleh Staphylococcus
saprophyticus dan C. Trachomatis.
3. Gambaran klinis ISK (Infeksi Saluran Kemih)
1. Bakteriuria asimtomatik: tidak ada gejala
2. Sistisis:
a) Gejala
a. Sering berkemih
b. Urgensi berkemih
c. Disuria
d. Nyeri suprapubis
e. Hematuria
b) Tanda
a. Hitung koloni bakteriuria lebih dari 100.000
b. Nitrat dalam urine merupakan produk samping bakteri
c. Jumlah SDP lebih dari 50 per ml atau 25 per HPF urine
d. SDM dalam urine
Next....
3. Pielonefritis
1) Demam lebih dari 37,8oC atau lebih disertai menggigil
2) Nyeri punggung bagian bawah
3) Anoreksia, mual, muntah
4) Sering berkemih, Urgensi untuk berkemih dan disuria
5) Nyeri tekan pada sudut kostovetebra (costovertebral angel,
CVA)
6) Nyeri suprapubis
7) Bakteri, nitrat, SDM,SDP dan protein dalam urine
4. Diagnosa banding
1) Uretritis, terutama disebabkan klamidia
2) Vaginitis, vulvitis, atau trauma yang dapat menyerupai disuria.
Managemen Medis dan
Menegemen Keperawatan
A. Managemen Medis dan Managemen Keperawatan
Mastitis
1. Managemen Medis pada Mastitis
a. Terapi Pengobatan: Antibiotik pemakaian 10 hari
penuh, Antipiretik seperti Asitamenofen dan obat
Antiinflamasi Non Steroid juga digunakan.
b. Pemberian ASI: Dianjurkan pemberian ASI kontinue.
Bila ada infeksi jamur, baik ibu dan janin, keduanya
diobati dengan Nistatin selama 14 hari.
c. Uji Laboratorium: Diindikasikan oleh peningkatan
jumlah leukosit dan jumlah bakteri.
d. Penatalaksanaan Abses pada Payudara: ASI dan
setiap drainase dikultur. Area abses perlu di insisi,
di drainase serta dikompres dengan kasa steril.
2. Asuhan Keperawatan pada Mastitis
a. Pengkajian Keperawatan Khusus
1) Kaji keadaan umum ibu.
2) Kaji pola makan dan tidur serta tingkat stress ibu.
3) Kaji riwayat faktor presipitasi menyusui:
ketidakefektifan pengosongan mammae,
pembengkakan, pakaian atau BH yang ketat, atau
perubahan pola menyusui seperti bayi tidur sepanjang
malam, atau penggunaan suplemen makanan.
Next....
4) Area kemerahan payudara, nyeri tekan dan
pembengkakan.
5) Palpasi, keras dan panas, gumpalan seperti batu barus
yang keras. Abses tampak berupa inflamasi lokal yang
nyeri, teraba keras di bawah permukaan kulit.
6) Inspeksi puting: fisura dan keretakan. Puting radang
dan terasa sakit, indikasi infeksi Fungus dan Yeast.
7) Inspeksi mulut bayi: bercak putih yang dikelilingi oleh
kemerahan pada membran mulut, indikasi infeksi akibat
Candida albicans,atau infeksi sariawan pada mulut.
b. Diagnosis Keperawatan yang munkin Muncul
pada mastitis
1) Perilaku mencari kesehatan yang berhubungan dengan
kekurangan informasi tentang praktik menyusui yang
tepat.
2) Resiko infeksi yang berhubungan dengan fisura dan
trauma pada jaringan atau puting payudara.
3) Menyusui yang tidak efektif yang berhubungan dengan
nyeri sekunder akibat perkembangan mastitis.
c. Intervensi Keperawatan
1. Tindakan pencegahan
a) Diskusikan tentang faktor-faktor pencetus.
b) Latih ibu dalam perawatan mammae, seperti:
1) Cuci tangan sebelum memegang mammae
atau pusing susu.
2) Bersihkan mammae hanya dengan air
(mempertahankan minyak pelindung lapisan
atas).
3) Pakai bra penyokong setiap saat
(menghindari stasis susu).
Next....
2. Jika ibu mengalami mastitis
a) Berikan obat-obatan analgesik per oral sebelum
menyusui.
b) Ajari ibu untuk meningkatkan frekuensi menyusui,
asupan cairan (6-8 gelas ml air per hari).
c) Jika tidak ada kemajuan dalam 12-14 jam atau jika
demam berlangsung lama, sebaiknya ibu memberitahu
penyedia asuhan kesehatannya. Jika ibu sednag
mengonsumsi antibiotik dan bayi menjadi diare.
d) Berikan motivasi jika ibu membutuhkan penghentian
pemberian ASI untuk sementara,
d. Evaluasi

1) Ibu mampu mengidentifikasi faktor-faktor


predisposisi, tanda dan gejala dari mastitis
yang nanti terjadi, serta tindakan
pencegahannya.
2) Ibu memahami penatalaksanaan yang teapt
jika mastitis terjadi. Ibu dimotivasi terhadap
setiap keputusan kapan perlu menyusui dan
mengetahui kapan menyusui perlu dihentikan.
B. Managemen Medis dan Managemen Keperawatan
Tromboflebitis
1. Managemen Medis pada Tromboflebitis
a. Tromboflebitis superfisial
Bertirah baring, kaki ditinggikan adalah hal yang
dianjurkan. Terapi panas-lembab dilakukan.
Digunakan stoking elastis setelah inflamasi
inflamasi akut mereda.
Next.....
b. Trombosis vena profunda
1)Pemberian Heparin IV.
2)Nilai laboratorium waktu protombin: 1,5-2,5 X
kontrol perdetik, terapi Warfarin Sodium
(Coumadin). Aspirin/ Ibuprofen tidak diberikan
pada ibu yang dalam terapi antikoagulasi.
3)Kewaspadaan Khusus: 1% Protamin sulfat
digunakan sebagai antidot untuk kasus overdosis
antikoagulasi.
2. Asuhan Keperawatan pada Tromboflebitis
a. Pengkajian Keperawatan Penting
1) Kaji tanda-tanda vital, setiap 4 jam. Laporkan bila
suhu mencapai >37,9oC.
2) Kaji peningkatan ukuran, warna, kehangatan, nadi
perifer dan tanda homan positif pada area betis,
paha dan lipatan paha (khususnya bagian kiri),
secara bilateral.
3) Kaji hitung darah lengkap (Complete Blood Count,
CBC), hitung trombosit dan waktu protrombin.
4) Kaji bukti perdarahan yang b.d terpi heparin.
b. Diagnosis Keperawatan yang mungkin Muncul

1. Gangguan perfusi jaringan perifer, yang


berhubungan dengan stasis vena yang obstruksi.
2. Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan
dengan embolisme paru sekunder akibat dari
lepasnya trombus vena profunda.
c. Intervensi Keperawatan Penting

1) Pantau tanda-tanda vital.


2) Inpeksi dan palpasi panas, warna, nyeri tekan dan
nadi perifer pada area betis, paha dan lipat paha
setiap hari.
3) Nilai nyeri di kaki atau paha yang berat, kenaikan
suhu, atau menggigil.
Next....
5) Bantu ibu tetap beristirahat di tempat tidur, posisi kaki
ditinggikan.
6) Pakai kompres basah hangat untuk kaki yang
vasodilatasi.
7) Berikan antibiotik sesuai anfis.
8) Berikan heparin sesuai anfis, setelah mendapatkan
hasil protrombin.
10) Anjurkan ibu mengikuti langkah-langkah berikut untuk
mencegah stesis vena:
a) Hindari menyilangkan kaki dengkul saat duduk,
b) Tinggikan kaki saat duduk.
c) Hindari berdiri dalam waktu yang lama.
d) Lakukan ambulasi secara berkala sepanjang hari.
e) Minum sedikitnay 240 ml air 6 kali setiap hari.
d. Evaluasi
1) Saat pemulangan, Ibu mampu untuk menjelaskan
tujuan, penatalaksanaan dosis dan tindakan
kewspadaan yang dibutuhkan yang berkaitan dnegan
pengobatan seperti antikoagulan.
2) Ibu dapat mendiskusikan tindakan perawatan diri dan
terapi yang berkelanjutan (seperti penggunaan stoking
elastis), yang diindikasikan.
3) Ibu memiliki ikatan erat dengan bayi baru lahirnya dan
mampu untuk merawat bayi dengan efektif.
C. Menegemen Medis dan Menegemen
Keperawatan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
1. Managemen Medis pada Infeksi Saluran Kemih
(ISK)
a. Urinalis
1) Lakukan analisis air kemih dan kadar
protein, darah putih yang meningkat
(>100.000/ml organisme), dan organisme
indikasi ISK.
2) Kultur dan sensitivitas urine diambil.
Next...
b. Penataksanaan cairan dan darah
1) Asupan cairan ditingkatkan 3-4 liter/hari, untuk
mengencerkan urine.
2) Diberikan obat Sulfonamid kerja-pendek, seperti
Nitrofurantoin (Makrodantin) sesuai pesanan,
Sulfametoksasol atau trimetoprim (Septra, Bactrim) juga
bisa diberikan.
3) Antiseptik saluran kemih (Azo Gantrisin)/ antibiotik
sistemik (Ampisilin atau Sefalosporin 4 kali sehari
selama 7-10 hari).
4) Antispasmotik atau Analgesik urine, seperti
Fenazopiridin Hidroklorida (Pyridium).
2. Asuhan Keperawatan pada Infeksi Saluran Kemih
(ISK)
a. Pengkajian Keperawatan penting
1) Kaji frekuensi, urgensi dan jumlah haluaran urine.
Inspeksi warna urine (hematuria), bau dan kekeruhan
(kental atau encer).
2) Kaji rasa sakit menyengat dan rasa panas saat
berkemih, nyeri punggung bagian bawah atau panggul.
3) Palpasi bila ada nyeri tekan diarea kostovertebral.
4) Kaji tanda-tanda vital setiap 4 jam.
5) Kaji asupan dan haluaran setiap 8 jam.
b. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul
c. Intervensi Keperawatan Khusus
1) Ambil urine-tengah, untuk pemeriksaan urine.
2) Anjurkan ibu untuk berkemih setiap 2-4 jam,
mengosongkan kandung kemih secara tuntas.
3) Sediakan kompres es untuk perineum selama 1 jam
setelah kelahiran, untuk mengurangi pembentukan
edema dan memfasilitasi berkemih.
4) Ibu minum sedikitnya 8 gelas (300 ml) perhari.
5) Jika ibu dalam pengobatan Sulfinamida, pemberian ASI
sebaiknya dihentikan dan ajarkan bagaimana cara
memompa payudara.
6) Jelaskan pada ibu bahwa obat-obatan yang diresepkan
bisa merubah warna urine. Nitrofurantoin (warna urine
coklat),
7) Berikan dukungan untuk melakukan praktik kebersihan
profilaktik :
a. pembersihan area genitourinari dari arah depan
kebelakang
b. berkemih hanya bila ibu merasakan keterdesakan
c. memakai pakaian dari bahan katun
d. berkemih setelah berhubungan seksual
d. Evaluasi
1. Ibu memahami setiap pesan khusus tentang
pengobatan yang diberikan, serta kebutuhan untuk
pengambilan uji kultur urine.
2. Ibu memahami pentingnya kebersihan, kebutuhan
cairan dan makanan untuk mencegah infeksi
saluran kemih, dan setiap gejala yang timbul harus
dilaporkan kepada pemberi asuhan.
Thank you....

Assalamualikum, wr. wb....

Anda mungkin juga menyukai