Pada Sendi
Anggota Kelompok :
1
PENGESAHAN LAPORAN
2
ABSTRAK
3
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kesehatan, karunia,
rahmat, dan hidayah-Nya. Hanya kepada-Nya kami memohon pertolongan serta
ampunan, dan atas ridho-Nya sehingga laporan ini telah selesai disusun dengan judul
“Laporan Ilmiah Penelitian Penyakit Artritis Pada Sendi”.
Pelaksanaan kegiatan dan penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan,
bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini kami
menyampaikan hormat dan terima kasih kepada:
1. Bapak Sunarto S.Pd.,M.Pd., Kepala SMA Negeri 1 Kendal yang telah memberikan
izin pelaksanaan kegiatan kewirausahaan;
2. Bapak Kharis Subkhan S.Pd,. Gr., sebagai Guru pengampu mata pelajaran Biologi
yang telah memberikan bimbingan dan arahan;
3. Bapak dan Ibu yang telah memberikan dukungan secara material dan spiritual;
4. dan seluruh teman-teman kelas XI MIPA 4 yang telah bekerja sama mensukseskan
kegiatan.
Kami menyadari mungkin laporan ini masih banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan, karena di dunia ini tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan dan menghargai setiap kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak demi kesempurnaan laporan ini. Semoga hasil laporan ini dapat menambah
wawasan yang bermanfaat dan berguna bagi para pembaca.
Penyusun
5
Daftar Isi
6
BAB I
PENDAHULUAN
7
internet, namun juga ada di sekitar lingkungan untuk menambah edukasi sambil
menganalisis keadaan sekitar lingkungan.
1.3 Tujuan
Sesuai dengan latar belakang maka tujuan kegiatan ini sebagai berikut.
1. Siswa dapat menambah pengertahuan dan wawasan.
2. Siswa dapat mengembangkan sikap ingin tahu dan aktif dalam observasi.
3. Siswa dapat melatih kemandirian dan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan.
4. Siswa dapat melatih memanfaatkan media dan berkarya, serta dapat menghasilkan
karya.
5. Siswa dapat mengenal berbagai macam memanfaatkan teknologi-teknologi terbaru.
6. Siswa dapat mengetahui bagaimana cara hidup sehat serta cara mengatasi saat terkena
penyakit.
7. Siswa dapat mengetahui berbagai macam penyakit pada sendi serta penyebab yang
memicu adanya penyik tersebut.
8. Siswa dapat mengetahui gejala awal saat terkena penyakit yang menyerang sendi.
8
1.4 Manfaat
Laporan ilmiah penelitian ini disusun atas lima bab agar mempunyai suatu
susunan yang sistematis, dapat memudahkan untuk mengetahui dan memahami
hubungan antara bab yang satu dengan bab yang lain sebagai suatu rangkaian yang
konsisten. Adapun sistematika yang dimaksud antara lain :
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang perlunya mengetahui dan mengadakan analisi
penyakit pada sendi. Latar belakang ini akan menjadi masukan bagi terbentuknya
perumusan masalah dan tujuan diadakannya pembuatan laporan ilmiah ini. Dalam bab
ini pula dijelaskan mengenai kegunaa hasil penelitian.
9
BAB II TELAAH PUSTAKA
Bab ini berisikan landasan teori yang menjadi dasar dan berhubungan dengan
permasalahan yang akan dibahas dalam pembuatan laporan ilmiah ini, yaitu definisi
sendi, fungsi kinerja sendi, penyakit pada sendi, penyebab terserangnya penyakit sendi,
cara mencegah penyaik sendi, teknologi yang digunakan dalam penyembuhan penyakit
pada sendi. Juga dibahas penelitian terdahulu yang merupakan penelitian yang menjadi
dasar pengembangan bagi penulisan ini, sehingga dapat disusun kerangka pemikiran
penelitian dan hipotesis.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan penutup yang memuat kesimpulan dari hasil analisis data dan
pembahasan. Bab ini juga berisi saran-saran yang direkomendasikan kepada pihak-pihak
tertentu yang berkaitan dengan tema laporan ilmiah ini.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
1. Ligamen merupakan jaringan ikat fibrosa yang berfungsi mencegah
pergerakan sendi secara berlebihan dan membantu mengembalikan tulang
pada posisi asalnya setelah melakukan pergerakan.
Gambar ligamen
2. Kapsul sendi, struktur tipis tapi kuat di dalam sendi yang berperan untuk
menahan ligamen. Kapsul sendi terdiri atas dua lapisan yaitu kapsul sinovial
dan kapsul fibrosa.
12
b. Kapsul fibrosa berupa jaringan fibrosa yang keras serta
memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Kapsul
fibrosa berfungsi memlihara posisi dan stabilitas sendi,
serta memlihara egenerasi kapsul sendi.
3. Cairan sinovial merupakan cairan pelumas sehingga gesekan berjalan
lancar , halus, tidak menimbulkan rasa sakit ataupun nyeri. Minyak
sinovial mengandung berbagai jenis nutrisi serta campuran, gas oksigen,
nitrogen, dan karbon dioksida.
13
Gambar bursa pada sendi
Tipe-tipe persendian ada tiga macam yaitu :
1. Sendi fibrosa, yaitu sendi yang tidak memiliki organ sendi dan dan
diperkokoh oleh jaringan ikat fibrosa. Tidak ada rongga, atau ruang yang hadir
antara tulang, sehingga sebagian besar sendi fibrosa tidak bergerak sama
sekali. Ada tiga jenis sendi fibrosa yaitu: sutura, Syndesmosis, dan gomphosis.
Sutura hanya ditemukan pada tengkorak dan memiliki serat pendek dari
jaringan ikat yang memegang tulang tengkorak erat di tempat.
Sendi Syndesmosis di mana tulang dihubungkan oleh sebuah pita dari
jaringan ikat, memungkinkan untuk lebih banyak gerakan daripada di sutura.
Contoh Syndesmosis adalah sendi tibia dan fibula pada pergelangan kaki.
Jumlah gerakan dalam jenis sendi ditentukan oleh panjang serat jaringan ikat.
Gomphosis terjadi di antara gigi dan soket mereka; istilah ini mengacu pada
cara gigi dimasukkan ke dalam soket seperti pasak. Gigi terhubung ke soket
oleh jaringan ikat yang disebut ligamentum periodontal.
14
Gambar sendi fibrosa
2. Sendi kartilago, yaitu sendi yang tidak memiliki rongga sendi dan
diperkokoh oleh jaringan kertilago atau tulang rawan. Ada dua jenis sendi
kartilaginosa : synchondrosis dan simfisis. Dalam sendi synchondrosis, tulang
bergabung dengan tulang rawan hialin. Synchondrosis ditemukan pada
lempeng epifisis tumbuh tulang pada anak-anak. Dalam simfisis, tulang rawan
hialin meliputi ujung tulang, tetapi hubungan antara tulang terjadi melalui
fibrokartilago. Simfisis ditemukan pada sendi antara tulang dan antara tulang
kemaluan. Amphiarthrosis memungkinkan gerakan hanya sedikit; Oleh
karena itu, kedua jenis sendi tulang rawan adalah amphiarthrosis.
15
sendi yang memiliki ruang antara tulang perbatasan. Ruang ini, disebut
sebagai rongga sinovial (atau bersama), diisi dengan cairan sinovial. Cairan
sinovial melumasi sendi, mengurangi gesekan antara tulang dan
memungkinkan untuk gerakan yang lebih besar. Ujung-ujung tulang ditutupi
dengan kartilago artikular, tulang rawan hialin. Seluruh sendi dikelilingi oleh
kapsul artikular terdiri dari jaringan ikat. Hal ini memungkinkan pergerakan
sendi serta resistensi terhadap dislokasi. Kapsul artikular juga dapat memiliki
ligamen yang memegang tulang bersama-sama. Sendi sinovial mampu
gerakan terbesar dari tiga jenis sendi struktural; Namun, sendi lebih mobile
adalah sendi lemah. Lutut, siku, dan bahu adalah contoh sendi sinovial.
Karena mereka memungkinkan gerakan bebas, sendi sinovial diklasifikasikan
sebagai diartrosis.
16
a. Sendi Engsel adalah hubungan antartulang yang memungkinkan
gerakan satu arah maju atau mundur. Contoh sendi engsel adalah
persendian pada siku, lutut, dan persendian antararuas jari tangan.
17
Gambar sendi putar
d. Sendi Geser adalah hubungan antartulang yang memungkinkan
gerakan tulang yang satu menggeser pada tulang yang lain. Contoh sendi
geser adalah persendian antartulang karpal.
18
Gamabar sendi pelana
c. Macam-Macam Sendi Berdasarkan Sifat
Macam-macam sendi berdasarkan sifat dan biasa pula dikatakan dengan
pergerakan atau fungsinya, antara lain sebagai berikut.
1. Sinartosis (Synarthrosis) atau Sendi mati adalah hubungan
antartulang yang tidak memungkinkan terjadinya gerakan karena tidak
memiliki celah sendi dan dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa atau
kartilago. Contohnya persendian pada tulang tengkorak. Jenis-jenis sendi
sinartrosis, yaitu sebagai berikut.
a. Sinartrosis sinfibrosis adalah sendi yang dihubungkan
dengan jaringan ikat fibrosa berbentuk serabut yang mengalami
penulangan. Contohnya ada pada sendi tulang-tulang tengkorak
(sutura)
b. Sinartrosis sinkondrosis adalah yang sendi yang
dihubungkan dengan jaringan tulang rawan atau kartilago hialin.
Contohnya lempeng semenentara yang terletak di antara epifisis
dan dengan diafisis pada tulang panjang anak-anak. Setelah
sinkondrosis berosifikasi disebut sinotosis.
2. Amfiartrosis (Amphiarthrosis) atau Sendi kaku adalah
hubungan antartulang yang hanya sedikit memungkinkan terjadinya
gerakan karena adanya tekanan. Contohnya sendi kaku adalah persendian
tulang-tulang pergelangan tangan, persendian tulang pergelangan kaki, dan
19
persendian ruas-ruas tulang belakang. Jeis-jenis sendi amfiartrosis, yaitu
sebagai berikut.
a. Simfisis, sendi yang dihubungkan oleh kartilago atau
tulang rawan serabut. Contohnya sendi antar tulang belakang dan
sendi simfisis pubis atau tulang kemaluan.
b. Sindemosis, sendi yang dihubungkan oleh jaringan ikat
serabut ligamen. Contohnya sendi antartulang betis atau fibula
dan tulang kering atau tibia.
c. Gomposis, sendi pada tulang berbentuk kerucut yang
masuk ke dalam kantong tulang. Contohnya tulang gigi yang
tertanam dalam kantong tulang rahang.
3. Diartrosis atau Sendi gerak adalah hubungan antartulang yang
memungkinkan terjadinya gerak, baik gerak satu arah, dua arah, maupun ke
segala arah. Tipe-tipe dalam sendi diartrosis sebagai berikut.
20
yang lain. Contoh sendi geser adalah persendian antartulang
karpal.
e. Sendi Pelana adalah antartulang yang memungkinkan
gerakan tulang ke dua arah yang saling tegak lurus seperti gerakan
orang naik kuda. Contoh sendi pelana adalah persendian tulang
tumit dan tulang kering.
d. Jenis-jenis Pergerakan pada Sendi
1. Gerak inverse dan gerak eversi
Gerak inverse ialah gerak membuka telapak kaki ke arah dalam tubuh,
sedangkan gerak eversi merupakan gerak kaki membuka ke arah luar,
atau gerak memiringkan kaki.
2. Gerak pronasi dan gerak supinasi
Gerak pronasi ialah gerak menelungkupkan tangan. sedangkan
gerakSupinasi ialah gerak an menegadahkan tangan .
3. Gerak elevasi dan gerak depresi
gerak elevasi ialah gerak menengadahkan kepala, sedangkan gerak
depresi ialah gerakan menurunkan atau menundukkan kepala.
4. Gerak adduksi dan gerak abduksi
gerak adduksi ialah gerak mendekati tubuh, sedangkan gerak abduksi
ialah gerak menjauhi tubuh. Contoh gerak adduksi dan gerak abduksi
ialah : gerakan membuka tungkai kaki, gerak merenggangkan tangan
dan gerak mengacungkan tangan.
5. Gerak fleksi dan gerak ekstensi
Gerak f eksi ialah gerakan membengkokkan atau menekuk, sedangkan
gerak ekstensi ialah gerak meluruskan. Contoh gerak fleksi dan gerak
ekstensi ialah : gerak pada siku, gerak pada lutut, gerak pada ruas-ruas
jari dan gerak pada bahu
e. Fungsi Sendi
1. Menghubungkan antara dua tulang sehingga membentuk rangka.
21
2. Memungkinkan rangka tubuh bergerak bebas dan leluasa sesuai batas.
3. Menanggung berat badan.
1. Gejala Penyakit
Gejala klinis yang disebabkan artritis adalah adanya
rasa sakit, panas, dan pembengkakan pada persendian lutut (gejala
panca radang). Terasa adanya fluktuasi, sakit dan panas, kemerahan; secara umum
penderita menjadi demam jika sakit sudah menjadi sepsis, frekuensi nadi dan napas
frekuen, pincang yang hebat bahkan kadang sampai penderita tidak dapat berdiri.
2. Ciri-ciri Penyakit
a. Nyeri sendi, bahkan tanpa melakukan gerakan
b. Pembengkakan dan kekakuan pada sendi
c. Peradangan di dalam dan sekitar sendi
d. Gerakan sendi terbatas
e. Kemerahan pada kulit di sekitar sendi
3. Penyebab Penyakit
Arthritis dapat berkembang ketika jaringan tulang rawan yang
meradang, menyebabkan penurunan parah. Tulang rawan adalah
jaringan ikat yang bertanggung jawab untuk melindungi tulang Anda
agar tidak bergesekan satu sama lain ketika Anda bergerak.
Penyebabnya bervariasi pada berbagai jenis arthritis.
Osteoarthritis melibatkan kerusakan dan robeknya tulang
rawan sendi Anda — lapisan licin, keras pada ujung tulang.
Kerusakan dapat mengakibatkan tulang saling bergesekan langsung,
yang menyebabkan rasa sakit dan terbatasnya gerakan. Keausan ini
22
dapat terjadi selama bertahun-tahun, atau dapat dipercepat oleh cedera
sendi atau infeksi.
Dalam rheumatoid arthritis, sistem kekebalan tubuh
menyerang lapisan kapsul sendi, membran tangguh yang menutupi
semua bagian sendi. Lapisan ini, yang dikenal sebagai membran
sinovial, menjadi meradang dan bengkak. Proses penyakit ini
akhirnya dapat merusak tulang rawan dan tulang di dalam sendi.
4. Faktor-faktor Resiko
Ada banyak faktor risiko untuk arthritis. Jika sendi Anda
telah cedera sebelumnya saat melakukan aktivitas berat bagi sendi
Anda, Anda dapat mengembangkan arthritis ketika mencapai usia
pertengahan. Mereka yang gemuk juga memiliki risiko lebih tinggi
terkena arthritis, karena kelebihan otot, lemak, cairan, dan
sebagainya dapat menempatkan lebih banyak tekanan pada sendi
Anda dari kemampuannya untuk menahan.
5. Pengobatan Artritis
Dengan menggunakan tingkat radiasi rendah untuk
memvisualisasikan tulang, sinar-X dapat menunjukkan kehilangan
tulang rawan, kerusakan tulang dan tulang taji. sinar-X mungkin
tidak menunjukkan kerusakan rematik awal, tapi mereka sering
digunakan untuk melacak perkembangan penyakit.
Computerized tomography (CT) scan mengambil sinar-X
dari berbagai sudut dan menggabungkan informasi untuk membuat
tampilan cross-sectional dari struktur internal. CT dapat
memvisualisasikan kedua tulang dan jaringan lunak sekitarnya.
Magnetic resonance imaging (MRI): menggabungkan
gelombang radio dengan medan magnet yang kuat, MRI dapat
menghasilkan gambar penampang yang lebih rinci dari jaringan
lunak seperti tulang rawan, tendon dan ligamen.
23
Untuk arthritis, obat yang sering diresepkan:
1. Obat penghilang rasa sakit: mereka dapat mengurangi rasa
sakit, tetapi tidak meningkatkan peradangan.
2. Obat non-steroid anti-inflamasi seperti ibuprofen
3. Kortikosteroid
Dalam kasus yang parah, maka yang dilakukan:
1. Artroplasti (pergantian sendi) untuk menggantikan sendi
Anda dengan buatan
2. Arthodesis (penggabungan sendi): ujung tulang Anda
terkunci bersama sampai mereka sembuh dan menjadi satu
3. Osteotom: di mana tulang dipotong dan kembali
diselaraskan.
Bentuk-bentuk penyakit artritis, adalah sebagai berikut :
1. Artritis rheumatoid adalah peradangan kronis pada sendi yang menyebabkan rasa
sakit, bengkak dan kaku pada persendian (misalnya pada sendi kaki dan tangan).
Seiring waktu, peradangan ini bisa menghancurkan jaringan persendian dan
bentuk tulang. Efek dari kondisi ini akan membatasi aktivitas keseharian,
seperti sulit untuk berjalan dan menggunakan tangan.Penyakit ini timbul karena
sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan yang sehat, menyebabkan
peradangan yang merusak sendi. Umunya diderita oleh wanita usia 25-55 tahun.
a. Gejala Penyakit
Gejala rheumatoid arthritis pada masing-masing orang berbeda dan bisa
berubah seiring waktu, namun gejala yang sering timbul pada persendian adalah
rasa kaku, kemerahan, bengkak, terasa hangat, dan nyeri.
Rheumatoid arthritis harus segera ditangani karena jika penyakit
bertambah parah, gejala bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya dan
menyebabkan persendian bergeser atau bahkan berubah bentuk.
b. Penyebab Penyakit
24
Rheumatoid arthritis disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang
seharusnya melawan infeksi, tetapi justru menyerang sel normal pada persendian
dan membuat sendi terasa nyeri, bengkak, dan kaku.
Walau alasan kenapa sistem kekebalan tubuh keliru menyerang tubuh
dalam rheumatoid arthritis masih belum diketahui, ada beberapa faktor yang bisa
meningkatkan risiko, seperti faktor usia, hormon, genetika, lingkungan, obesitas
dan kebiasaan merokok.
c. Pengobatan penyakit
Menjaga sendi Anda sangat penting dalam pengobatan rheumatoid
arthritis. Latihan merupakan bagian penting dari ini, dan fisioterapis
dapat menyarankan latihan yang berbeda yang dapat membantu
meringankan gejala-gejala, memperkuat otot dan meregangkan sendi
Anda dengan aman. Anda mungkin menemukan bahwa hidroterapi
(berolahraga di kolam air hangat) membantu untuk meringankan gejala
Anda.
Seorang ahli penyakit kaki dapat membantu dengan masalah
dengan kaki dan pergelangan kaki. Mereka dapat menyarankan
pengobatan yang aman dan efektif yaitu dengan pengobatan alternatif
disertai dengan obat-obatan herbal alami seperti Triflex Capsule dari
Green World.
Tidak ada obat untuk rheumatoid arthritis. Tapi penemuan terbaru
menunjukkan bahwa remisi gejala lebih mungkin ketika pengobatan
dimulai dini atau sejak awal dengan obat herbal Rheumatoid Arthritis
yaitu (Triflex capsule) yang dikenal sebagai obat herbal antirematik
penyakit-memodifikasi.
Tujuan pengobatan utama dengan rheumatoid arthritis adalah
untuk mengendalikan peradangan dan memperlambat atau menghentikan
bawah RA. Pengobatan biasanya meliputi obat , pekerjaan atau terapi
fisik , dan teratur berolahraga. Beberapa orang memerlukan pembedahan
untuk memperbaiki kerusakan sendi . Awal, pengobatan agresif adalah
25
kunci untuk hasil yang baik. Dan dengan perawatan saat ini, kerusakan
sendi dapat diperlambat atau dihentikan dalam banyak kasus.
2. Gout arthritis
Gout arthritis adalah penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan berulang
dari artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal monosodium urat,
yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam
darah (hiperurisemia). Penyakit ini sering diderita oleh laki-laki berusia kurang-lebih
40-50 tahun dan wanita pasca menopause.
a. Penyebab
Dalam keadaan normal, beberapa asam urat ditemukan dalam
darah karena tubuh terus menerus memecah sel dan membentuk sel yang
baru dan karena makanan yang dikonsumsi mengandung cikal bakal
asam urat. Kadar asam urat menjadi sangat tinggi jika ginjal tidak dapat
membuangnya melalui air kemih. Tubuh juga bisa menghasilkan asam
urat karena adanya kelainan enzim yang sifatnya diturunkan atau karena
suatu penyakit (misalnya kanker darah), dimana sel-sel berlipatganda dan
dihancurkan dalam waktu yang singkat. Beberapa jenis penyakit ginjal
dan obat-obatan tertentu mempengaruhi kemampuan ginjal untuk
membuang asam urat.
b. Gejala
- Nyeri hebat pada beberapa sendi (seringkali terjadi pada malam hari)
- Sendi membengkak dan kulit diatasnya tampak merah keunguan dan terasa
kencang, apabila disentuh akan menimbulkan nyeri yang hebat.
- Demam, menggigil, perasaan tidak enak badan dan denyut jantung yang
cepat.
26
- Penyakit ini sering mengenai sendi di pangkal ibu jari kaki dan
menyebabkan suatu keadaan yang disebut podagra; penyakit ini juga sering
menyerang pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan dan sikut. Kristal
dapat terbentuk di sendi-sendi perifer tersebut karena persendian tersebut
lebih dingin daripada persendian di pusat tubuh dan urat cenderung
membeku pada suhu dingin.
c. Diagnosa
Diagnosa gout seringkali ditegakkan bedasarkan gejalanya yang
khas dan hasil pemeriksan terhadap sendi. Ditemukannya kadar asam
urat yang tinggi di dalam darah akan memperkuat diagnosis. Tetapi pada
suatu serangan akut, kadar asam urat seringkali normal. Pada
pemeriksaan terhadap contoh cairan sendi dibawah mikroskop khusus
akan tampak kristal urat yang berbentuk seperti jarum.
d. Pengobatan
27
kortikosteroid (misalnya prednison). Jika penyakit ini mengenai 1-2 sendi,
suatu larutan kristal kortikosteroid bisa disuntikkan langsung ke dalam sendi.
Pengobatan ini sangat efektif untuk mengakhiri peradangan yang disebabkan
oleh kristal urat.
- Jika pembuangan asam urat meningkat, dianjurkan untuk minum banyak air
(minimal 2 liter/hari) untuk membantu mengurangi resiko kerusakan sendi
dan ginjal. Allopurinol merupakan obat yang menghambat pembentukan
asam urat di dalam tubuh. Obat ini terutama diberikan kepada penderita yang
memiliki kadar asam urat yang tinggi atau mengalami kerusakan ginjal.
Allopurinol bisa menyebabkan gangguan pencernaan, timbulnya ruam di
kulit, berkurangnya jumlah sel darah putih dan ke.rusakan hati.
- Sebagian besar tofi akan mengecil secara perlahan jika kadar asam urat
dalam darah berkurang; tetapi tofi yang sangat besar mungkin harus diangkat
melalui pembedahan. Orang yang memiliki kadar asam urat yang tinggi
tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala gout, kadang mendapatkan obat
untuk menurunkan kadar asam uratnya. Tetapi karena adanya efek samping
dari obat tersebut, maka pemakaiannya ditunda kecuali jika kadar asam urat
di dalam air kemihnya sangat tinggi.
e. Pencegahan
Penyakitnya sendiri tidak bisa dicegah, tetapi beberapa faktor
pencetusnya bisa dihindari (misalnya cedera, alkohol, makanan kaya
protein). Untuk mencegah kekambuhan, dianjurkan untuk minum banyak
air, menghindari minuman beralkohol dan mengurangi makanan yang
kaya akan protein. Beberapa penderita (terutama yang mengalami
serangan berulang yang hebat) mulai menjalani pengobatan jangka
panjang pada saat gejala telah menghilang dan pengobatan dilanjutkan
sampai diantara serangan. Kolkisin dosis rendah diminum setiap hari dan
bisa mencegah serangan atau paling tidak mengurangi frekuensi
serangan. Mengkonsumsi obat anti peradangan non-steroid secara rutin
juga bisa mencegah terjadinya serangan. Kadang kolkisin dan obat anti
peradangan non-steroid diberikan dalam waktu yang bersamaan. Tetapi
kombinasi kedua obat ini tidak mencegah maupun memperbaiki
28
kerusakan sendi karena pengendapan kristal dan memiliki resiko bagi
penderita yang memiliki penyakit ginjal atau hati.
3. Psoriasis arthritis
Psoriasis arthritis adalah penyakit yang dialami oleh sejumlah penderita psoriasis.
Arthritis sendiri merupakan peradangan pada salah satu atau beberapa persendian tubuh.
Sedangkan psoriasis merupakan kondisi autoimun yang ditandai dengan munculnya
bercak-bercak merah pada kulit dengan kerak berwarna keputihan di bagian atasnya,
akibat pembentukan sel kulit yang berlebihan dan sangat cepat.
Penyakit psoriasis arthritis dapat dibagi menjadi lima jenis berdasarkan bagian tubuh
yang terkena dampaknya, yaitu:
29
Psoriasis arthritis dapat menyebabkan persendian bengkak dan nyeri. Selain itu,
sendi yang meradang terasa lebih hangat. Penderita psoriasis arthritis juga mengalami
kekakuan sendi pada saat bangun tidur serta tubuh terasa lelah. Penderita umumnya
lebih mudah mengalami obesitas, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, penyakit
jantung, dan diabetes.
30
1. Imunosupresan, untuk menekan respon sistem kekebalan tubuh pasien yang
tidak terkontrol.
2. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dapat meredakan nyeri dan
mengurangi peradangan.
3. Penghambat TNF-alpha, untuk mengurangi rasa nyeri, pembengkakan sendi,
dan kekakuan pada saat bangun tidur.
4. Obat antirematik modifikasi-penyakit (DMARD), yang mampu
memperlambat berkembangnya psoriasis arthritis dan menghindari kerusakan
permanen pada persendian dan jaringan tubuh lain.
5. Beberapa obat baru seperti apremilast, ustekinumab, dan secukinumab dapat
meredakan gejala-gejala psoriasis arthritis.
Beberapa tindakan berikut dapat juga dilakukan dalam penanganan psoriasis arthritis:
4. Artrtitis Sika
Artrtitis Sika merupakan suatu kondisi yang terjadi akibat adanya peradangan
pada persendian yang sampai mengakibatkan sendi kering (kekurangan minyak sinval).
- Keturunan, orang yang memiliki salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit
ini akan memiliki peluang untuk terserang.
- Cedera, biasanya orang yang mengalami cedera lama akan lebih berpeluang
mengalami artritis sika.
- Aktivitas, seseorang yang sering melakukan aktivitas berat atau bahkan berlebihan
akan memiliki resiko untuk menderita penyakit ini.
31
- Pola hidup tidak sehat, minum alkohol, merokok, stres, dan mengkonsumsi makanan
tidak akan meningkatkan resiko untuk menderita penyakit artritis.
b. Gejala :
- Gejala arthritis pada masing-masing orang berbeda dan bisa berubah seiring waktu,
namun gejala yang sering timbul pada persendian adalah rasa kaku, kemerahan,
bengkak, terasa hangat, dan nyeri. Jangan abaikan apabila memiliki gejala seperti di
atas, penanganan yang terlambat akan memperburuk kondisi penderita. Bahaya
penyakit artritis bila tidak segera ditangani bisa menyebabkan pincang bahkan sampai
tidak bisa berdiri.
- Berhenti merokok = Perlu anda ketahui bahwa di dalam rokok terdapat kandungan zat
yang dapat merusak kesehatan tubuh, oleh karena itu tidak heran jika orang yang
sering merokok akan memiliki peluang yang besar untuk menderita penyakit artritis.
- Menjaga berat badan = Untuk yang memiliki berat badan ideal menjaga berat badan
adalah tindakan yang tepat untuk dilakukan agar bisa terhindar dari resiko tinggi
menderita artritis. Sedangkan, bagi anda yang memiliki berat badan berlebih
menurunkan berat badan merupakan tindakan yang harus anda lakukan supaya
terhindar dari resiko tinggi menderita artritis.
- Rajin berolahraga = Pencegahan penyakit polip lain yang bisa anda lakukan untuk
menghindari resiko tinggi menderita artritis adalah dengan melakukan olahraga
teratur. Perlu untuk diketahui kalau olahraga dapat membantu meningkatkan
kesehatan tulang dan juga persendian. Bila tulang dan persendian kesehatannya
terjaga maka resiko untuk menderita penyakit artritis akan berkurang.
- Mengonsumsi makanan sehat = Buah dan sayur adalah dua makanan sehat yang bagus
dikonsumsi untuk mencegah terjadinya artrtitis, buah dan sayur memiliki banyak
kandungan gizi yang bagus untuk meningkatkan kesehatan tubuh dan juga tulang.
5. Artritis eksudatif
Artritis eksudatif adalah timbulnya getah radang berupa cairan nanah pada
rongga sendi dan menimbulkan rasa sakit jika digerakkan. Atau dengan kata lain,
radang sendi yang disebabkan oleh infeksi bakteri sehingga menimbulkan adanya
nanah di dalam sendi.
32
6. Artritis septik
Artritis septik adalah radang sendi yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau
jamur. Bakteri masuk ke dalam sendi dan menyebabkan bengkak dan nyeri. Artriitis
septic jarang terjadi pada beberapa sendi pada saat yang bersamaan. Artritis septic
biasanya diderita oleh anak-anak dan lansia. Artritis septic dapat terjadi karena selaput
sendi (synovium) tidak bisa melindungi sendi dari infeksi sehingga tubuh bereaksi
dengan menimbulkan peradangan pada sendi. Infeksi berlangsung dengan cepat
selama beberapa jam atau hari dan dapat merusak tulang muda serta tulang lain
dalam sendi. Oleh karena itu, penanganan segera sangat diperlukan guna mengatasi
gejala yang menimbulkan rasa tidak nyaman pada penderitanya.
33
waktu 2 hingga 6 minggu. Efek samping yang mungkin terjadi adalah mual, muntah,
diare, atau reaksi alergi.
Pemberian antibiotic harus diikuti dengan pengeringan cairan dari dalam sendi
yang terinfeksi. Tindakan ini bertujuan untuk membersihkan infeksi hingga tuntas.
Pengeringan cairan dapat dilakukan dengan menggunakan jarum yang dimasukkan ke
dalam rongga sendi atau dengan menggunakan artroskopi (selang dengan kamera di
ujungnya). Alat ini dimasukkan ke sendi melalui sayatan kecil untuk menyedot dan
mengeringkan cairan infeksi.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Arthritis rheumatoid adalah penyakit autoimun yang disebabkan karena adanya
peradangan atau inflamasi yang dapat menyebabkan kerusakan sendi dan nyeri. Nyeri
dapat muncul apabila adanya suatu rangsangan yang mengenai reseptor nyeri. Penyebab
arthritis rheumatoid belum diketahui secara pasti, biasanya hanya kombinasi dari genetic,
lingkungan, hormonal, dan faktor system reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar
adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikroplasma dan virus (Yuliati, et.a., 2013).
Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil
positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup,
kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, terutama di bidang medis atau ilmu
kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta
meningkatkan umur harapan hidup manusia, akibatnya jumlah penduduk yang berusia
lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat (Zakir, 2014).
Jumlah penduduk yang bertambah dan usia harapan hidup lansia akan
menimbulkan berbagai masalah antara lain masalah kesehatan, psikologis, dan sosial
ekonomi. Permasalahan pada lansia sebagian besar adalah masalah kesehatan akibat
proses penuaan, ditambah permasalahan lain seperti masalah keuangan, kesepian, merasa
tidak berguna, dan tidak produktif. Banyaknya permasalahan yang dihadapi lansia, maka
masalah kesehatanlah yang jadi 2 peran pertama dalam kehidupan lansia seperti
munculnya penyakit-penyakit yang sering terjadi pada lansia (BKKBN, 2012).
Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat proses
alamiah yaitu proses menua (Aging) dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis,
maupun sosial yang saling berinteraksi. Permasalahan yang berkembang memiliki
keterkaitan dengan perubahan kondisi fisik yang menyertai lansia. Perubahan kondisi
fisik pada lansia diantaranya adalah menurunnya kemampuan muskuloskeletal kearah
yang lebih buruk (Nugroho, 2010).
Penduduk lansia (usia 60 tahun keatas) di dunia tumbuh dengan sangat cepat
bahkan tercepat di bidang kelompok usia lainnya. Penduduk lansia mengalami
peningkatan yang signifikan pada tahun 2015, jumlah penduduk lansia sebesar 18,96 juta
35
jiwa dan meningkat menjadi 20,547,541 pada tahun 2016 (Bureau, 2016). Penderita
arthritis rheumatoid pada lansia diseluruh dunia telah mencapai angka 355 juta jiwa,
artinya 1 dari 6 lansia didunia ini menderita reumatik. Diperkirakan angka ini terus
meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami
kelumpuhan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa 20% penduduk
dunia terserang penyakit arthritis rheumatoid,dimana 5-10% adalah merekayang berusia
5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun (WHO, 2012).
Di Indonesia reumatik mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini menunjukkan
bahwa tingginya angka kejadian reumatik. Peningkatan jumlah populasi lansia yang
mengalami penyakit reumatik juga terjadi di Jawa Timur, berdasarkan data statistik
Indonesia (2016), di Jawa Timur jumlah lansia pada 3 tahun 2015 adalah 173.606 orang,
dengan status kesehatan baik 64.818 orang, cukup baik 72.705 orang dan status kesehatan
kurang baik 36.083 orang.
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo didapatkan jumlah 10 penyakit
terbesar di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2016 yang pertama adalah penyakit reumatik
(16,76%), kemudian diikuti hipertensi (14,96%), ISPA (13,15%), Maag (12,17%), Alergi
(10.73%) dan yang terakhir adalah mata (3,38%). Di Puskesmas Kecamatan Bungkal
dalam dua bulan terakhir juga menunjukkan bahwa mayoritas lansia mengalami penyakit
reumatik yaitu berjumlah 180 orang, adapun secara keseluruhan angka kesakitan penyakit
reumatik Puskesmas se Kabupaten Ponorogo yaitu 3.047 orang (Dinkes, 2016).
Penelitian Nursyamsi Norma Lalla (2015) tentang tingkat pengetahuan tentang
penyakit arthritis rheumatoid ditinjau dari karakteristik lansia di Puskesmas Tamalanrea
Jaya Kota Makassar menunjukkan hasil analisa deskritif yang dilakukan secara
keseluruhan menunjukkan bahwa dari 30 responden, yang memiliki pengetahuan dengan
kategori baik sebanyak 13 orang (43,3%), sedangkan yang memilki pengetahuan dengan
kategori kurang sebanyak 17 orang (56,7%). Ada dua faktor yang mempengaruhi
pengetahuan responden yaitu pendidikan dan umur. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nursyamsi Norma Lalla (2015) adalah pada fokus
penelitian tidak hanya pada karakteristik responden, tetapi juga riwayat penyakit yang
menyertai lansia serta jenis penyakit reumatik pada lainsia.
36
Penelitian terkait dengan gambaran karakteristik dan jenis penyakit reumatik pada
Lansia bukanlah merupakan penelitian yang baru, telah ada beberapa penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya.
1. Nursyamsi Norma Lalla (2015) melakukan penelitian tentang “Tingkat
Pengetahuan Tentang Penyakit Arthritis Rheumatoid ditinjau Dari Karakteristik Lansia
di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar”. Penelitian ini menggunakan Desain
Statistic Deskriptif. Pengambilan sampel penelitian menggunakan tehknik total sampling
sehingga sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah 30 responden. Hasil Analisa
Deskritif yang dilakukan secara keseluruhan menunjukkan bahwa dari 30 responden,
yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik sebanyak 13 orang (43,3%), sedangkan
yang memilki pengetahuan dengan kategori kurang sebanyak 17 orang (56,7%).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu. Sedangkan ada dua faktor yang mempengaruhi
pengetahuan responden yaitu pendidikan dan umur. Kesimpulan yang diambil dari
penilitian ini yaitu Sebagian besar Responden memiliki Gambaran Pengetahuan yang
kurang tentang Atritis Rhemotoid. Sedangkan saran dalam penelitian ini adalah
diharapkan petugas kesehatan melakukan penyuluhan kesehatan untuk lebih
meningkatkan pengetahuan klien maupun keluarganya tentang Arthritis Rhemotoid.
2. Mitra Julian Setiawati Dawolo (2015) melakukan penelitian tentang
“Gambaran Pengetahuan Lansia Tentang Arthritis di Lingkungan XII Kelurahan
Dwikora Medan Tahun 2015”. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah bersifat Deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berada
diLingkungan XII Kelurahan Dwikora Medan. Teknik Sampel yang digunakan adalah
accidental Sampling yaitu lansia yang kebetulan datang dan bersedia menjadi sampel
diLingkungan XII Kelurahan Dwikora Medan sebanyak 38 responden. Teknik
pengumpulan data dengan membagikan kuesioner kepada responden, kemudian disajikan
dalam bentuk distribusi tabel diteruskan pembahasan sesuai dengan teori dan kepustakaan
yang ada. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pengetahuan Lansia Tentang
Arthritis Rheumatoid berpengetahuan Cukup sebanyak 24 Responden (63,2%). Baik dan
Kurang sebanyak 14 Responden (36,8%). Untuk meningkatkan pengetahuan tersebut
maka peran petugas kesehatan tentang Arthrtis perlu ditingkatkan agar seluruh keluarga
37
dan lansia dapat memahami Gejala, Penyebab, Pencegahan, Penanganan pada Arthritis
Rheumatoid.
3. Cicy Chintyawati (2014) dengan penelitian berjudul “Hubungan antara Nyeri
Artritis dengan Kemandirian dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari pada Lansia di
Posbindu Karang Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara nyeri Reumatoid Artristis
dengan tingkat kemandirian dalam aktivitas kehidupan sehari-hari pada lansia di
Posbindu Karang Mekar Tangerang Selatan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
semakin tinggi nyeri maka tingkat kemandirian lansia akan berkurang. Oleh karena itu
diharapkan kepada tenaga kesehatan yang mengelola program posbindu memberikan
dukungan kepada keluarga lanjut usia terutama yang mengalami nyeri Reumatoid Artritis
yang tinggi agar senantiasa mengikuti program posbindo sehingga lanjut usia dapat
mengetahui kondisi kesehatan setiap bulan dan nyeri yang dialami lanjut usia dapat
teratasi.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
38
BAB V
PENUTUP
39
5.1.Kesimpulan
5.2.Saran
Daftar Pustaka
40
41