Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

INTEGRASI NASIONAL

DOSEN PEMBIMBING:
Sutiyono, M.Pd

Di susun Oleh :
Kelompok 4

Iqlima zulfa

Masykur suud

Nurmatul asikin

Izham giffari

Milaty azka

Jurusan S1 Pendidikan Agama Islam

Universitas Alma ata Yogyakarta


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kesatuan yang penuh dengan kenekaragaman, yang terdiri atas beraneka
ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan, dan lain-lain. Keragaman
budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Sejarah membuktikan
bahwa kebudayaan di Indonesia mampu hidup secara berdampingan, saling mengisi. Hubungan-
hubungan antar kebudayaan tersebut dapat berjalan terjalin dalam bingkai ”Bhinneka Tunggal Ika” .

Namun seiring berjalannya waktu, kemajemukan masyarakat cenderung menjadi beban bangsa
Indonesia. Hal ini terlihat dari munculnya berbagai masalah yang sumbernya berbau kemajemukan,
saat ini makna bhineka Tunggal Ika semakin luntur. Sudah tampak kecondongan terpecah belah.
Semangat “Bhinneka Tunggal Ika” perlu untuk disosialisasikan lagi.

Saat ini pula bangsa Indonesia, masih mengalami krisis multidimensi yang menggoncang kehidupan
kita. Sebagai salah satu masalah utama dari krisis besar itu adalah ancaman disintegrasi bangsa yang
hingga saat ini masih belum mereda. Kesadaran akan pentingnya kerukunan antar agama, suku, ras,
dan budaya harus selalu di wujudkan melalui pemahaman integrasi nasional.

Dewasa ini masih banyak masyarakat yang belum mempunyai toleransi yang baik dengan banyaknya
perbedaaan yang ada. Mereka masih belum menerima perbedaan tersebut. Padahal untuk menjaga
Persatuan dan Kesatuan Bangsa, masyarakat harus menempatkan dan menerapkan sistem integrasi
nasional tersebut.

Semoga dengan makalah ini, kita lebih bisa memahami tentang pentingnya integrasi nasional dan
toleransi dalam mengatasi masalah yang memicu perpecahan. kita bisa bersikap lebih apresiatif
terhadap integrasi dan mempertahankan ciri khas kebudayaan masing-masing daerah/suku, serta
berusaha untuk dapat bereksplorasi akan keilmuwan yang menunjang dalam segala aspek pendidikan.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kesatuan yang penuh dengan kenekaragaman, yang terdiri atas beraneka
ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan, dan lain-lain. Keragaman
budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Sejarah membuktikan
bahwa kebudayaan di Indonesia mampu hidup secara berdampingan, saling mengisi. Hubungan-
hubungan antar kebudayaan tersebut dapat berjalan terjalin dalam bingkai ”Bhinneka Tunggal Ika” .

Namun seiring berjalannya waktu, kemajemukan masyarakat cenderung menjadi beban bangsa
Indonesia. Hal ini terlihat dari munculnya berbagai masalah yang sumbernya berbau kemajemukan,
saat ini makna bhineka Tunggal Ika semakin luntur. Sudah tampak kecondongan terpecah belah.
Semangat “Bhinneka Tunggal Ika” perlu untuk disosialisasikan lagi.

Saat ini pula bangsa Indonesia, masih mengalami krisis multidimensi yang menggoncang kehidupan
kita. Sebagai salah satu masalah utama dari krisis besar itu adalah ancaman disintegrasi bangsa yang
hingga saat ini masih belum mereda. Kesadaran akan pentingnya kerukunan antar agama, suku, ras,
dan budaya harus selalu di wujudkan melalui pemahaman integrasi nasional.

Dewasa ini masih banyak masyarakat yang belum mempunyai toleransi yang baik dengan banyaknya
perbedaaan yang ada. Mereka masih belum menerima perbedaan tersebut. Padahal untuk menjaga
Persatuan dan Kesatuan Bangsa, masyarakat harus menempatkan dan menerapkan sistem integrasi
nasional tersebut.

Semoga dengan makalah ini, kita lebih bisa memahami tentang pentingnya integrasi nasional dan
toleransi dalam mengatasi masalah yang memicu perpecahan. kita bisa bersikap lebih apresiatif
terhadap integrasi dan mempertahankan ciri khas kebudayaan masing-masing daerah/suku, serta
berusaha untuk dapat bereksplorasi akan keilmuwan yang menunjang dalam segala aspek pendidikan.

2.2 Pentingnya Integrasi

Masyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagi setiap negara, salah satunya
Indonesia. Sebab masyarakat yang terintegrasi diperlukan bagi negara untuk membangun kejayaan
nasional demi mencapai tujuan yang diharapkan. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan belum
terupaya dengan baik untuk mengintegrasikan masyarakat. Seperti halnya pada era reformasi tahun
1998, berbagai macam perbedaan suku,budaya dan agama bahkan kepentingan pribadi membuat
Indonesia tidak dapat mencapai tujuannya sehingga dengan adanya integrasi usaha untuk menyatukan
berbagai macam perbedaan dapat dilakukan.

Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan, karena setiap
masyarakat disamping membawakan potensi integrasi juga menyimpan potensi konflik atau
pertentangan. Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk bekerja sama, serta konsensus tentang nilai-
nilai tertentu dalam masyarakat, merupakan potensi yang mengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-
perbedaan yang ada dalam masyarakat seperti perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya,
dan perbedaan kepentingan adalah menyimpan potensi konflik, terlebih apabila perbedaan-pebedaan
itu tidak dikelola dan disikapi dengan cara dan sikap yang tepat.

Indonesia sangat dikenal dengan keanekaraganm suku,budaya dan agama. Oleh sebab itu, adanya
pengaruh globalisasi yang masuk ke Indonesia membuat masyarakat Indonesia lebih memilih untuk
suatu yang trend walaupun hal tersebut membuat upaya integrasi tidak terwujud. Masyarakat
Indonesia belum sadar akan pengaruh globalilasi yang ternyata tidak baik bagi masyarakat Indonesia.
Selain pengaruh globalisasi, masyarakat Indonesia bertindak atas wewenang sendiri maupun kelompok
sehingga konflik terjadi dimana-mana seperti pertengkaran antar suku, pembakaran tempat-tempat
ibadah dan lain sebagainya. Konflik tersebutlah yang membuat integrasi nasional susah diwujudkan.
Upaya integrasi terus dilakukan agar Indonesia menjadi satu kesatuan yang mana disebutkan dalam
semboya bhinneka tunggal ika.

Integrasi nasional penting untuk diwujudkan dalam kehidupan masyrakat Indonesia dikarenakan
Indonesia merupakan negara yang masih berkembang atau dapat dikatakan negara yang masih mencari
jati diri. Selain itu, integrasi nasional sangat penting untuk diwujudkan karena integrasi nasional
merupakan suatu cara yang dapat menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada di Indonesia.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Integrasi Nasional

Di dalam Integrasi Nasional memiliki berbagai faktor yang dapat mempengaruhi Integrasi Nasional itu
sendiri, berikut faktor-faktor integrasi nasional :

1. Faktor Pendorong Integrasi

Ada beberapa faktor pendorong integrasi nasional yaitu sebagai berikut:

a)Adanya rasa senasib seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor-faktor sejarah

b)Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah
Pemuda Tanggal 28 Oktober 1928

c)Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut,
menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.

an mudah tersulut untuk terjadinya pertentangan antar kelompok. Di samping itu masyarakat di negara
berkembang umumnya memiliki ikatan primordial yang masih kuat. Kud)Rasa rela berkorban untuk
kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di
medan perjuangan.

e) Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan
UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa Indonesia.

f)Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila, dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika

g)Pengembangan budaya gotong royong yang merupakan ciri khas kepribadian bangsa Indonesia secara
turun temurun.

h)Adanya ideologi nasional yang tercermin di dalam simbol negara yakni Garuda Pancasila dan
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

i)Adanya sikap tekad dan keinginan untuk kembali bersatu di dalam kalangan Bangsa Indonesia seperti
yang telah dinyatakan di dalam Sumpah Pemuda.

j)Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan adanyadan munculnya semangat nasionalisme dalam
kalangan Bangsa Indonesia
2. Faktor Penghambat Integrasi

Ada beberapa faktor penghambat integrasi nasional yaitu sebagai berikut:

a)Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor kesukubangsaan


dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan sebagainya

b)Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas.

c)Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong keutuhan,
kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

d)Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan


menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan
Antar-golongan) , gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa.

e)Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan kelebihan-
kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.

f)Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa, baik melewati kontak langsung maupun kontak tidak langsung.

g)Kurangnya toleransi antargolongan

2. Faktor Pendukung Integrasi

Ada beberapa faktor pendukung integrasi nasional yaitu sebagai berikut:

a)Penggunaan bahasa Indonesia.

b)Semangat persatuan serta kesatuan di dalam Bangsa, Bahasa dan Tanah Air Indonesia.

c)Adanya Kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama yakni Pancasila.

d)Adanya jiwa dan rasa semangat dalam bergotong royong, solidaritas serta toleransi keagamaan yang
sangat kuat.

2.4 Problematika dan Solusi dalam integrasi nasional

1 Problematika

Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multidimensional. Disintegrasi bangsa
dapat terjadi karena adanya konflik vertikal dan horizontal sebagai akibat tuntutan demokrasi yang
melampaui batas, konflik antara elite politik, lambatnya pemulihan ekonomi, lemahnya penegakan
hukum dan HAM serta kesiapan pelaksanaan Otonomi Daerah

Problematika dalam integrasi nasional dapat dilihat dari berbagai aspek sebagai berikut :

a) Geografi. Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk memisahkan diri adalah daerah yang paling jauh dari ibu
kota, atau daerah yang besar pengaruhnya dari negara tetangga atau daerah perbatasan, daerah yang
mempunyai pengaruh global yang besar, seperti daerah wisata, atau daerah yang memiliki kakayaan
alam yang berlimpah.
b) Demografi. Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat dan pemerataan atau penyebaran penduduk
yang tidak merata merupakan faktor dari terjadinya disintegrasi bangsa, selain masih rendahnya
tingkat pendidikan dan kemampuan SDM.

c) Kekayaan Alam. Kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam dan berlimpah dan penyebarannya
yang tidak merata dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya disintegrasi bangsa, karena hal ini
meliputi hal-hal seperti pengelolaan, pembagian hasil, pembinaan apabila terjadi kerusakan akibat dari
pengelolaan.

d) Ideologi. Akhir-akhir ini agama sering dijadikan pokok masalah didalam terjadinya konflik di negara
ini, hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap agama yang dianut dan agama lain.
Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan bijaksana pada akhirnya dapat menimbulkan terjadinya
kemungkinan disintegrasi bangsa, oleh sebab itu perlu adanya penanganan khusus dari para tokoh
agama mengenai pendalaman masalah agama dan komunikasi antar pimpinan umat beragama secara
berkesinambungan.

e) Politik. Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut berbagai ketidak
nyamanan atau ketidak tenangan dalam bermasyarakat dan sering mengakibatkan konflik antar
masyarakat yang berbeda faham apabila tidak ditangani dengan bijaksana akan menyebabkan konflik
sosial di dalam masyarakat. Selain itu ketidak sesuaian kebijakan-kebijakan pemerintah pusat yang
diberlakukan pada pemerintah daerah juga sering menimbulkan perbedaan kepentingan yang akhirnya
timbul konflik sosial karena dirasa ada ketidak adilan didalam pengelolaan dan pembagian hasil atau
hal-hal lain seperti perasaan pemerintah daerah yang sudah mampu mandiri dan tidak lagi
membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat, konflik antar partai, kabinet koalisi yang melemahkan
ketahanan nasional dan kondisi yang tidak pasti dan tidak adil akibat ketidak pastian hukum

f) Ekonomi. Krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin menyebabkan sebagian besar penduduk
hidup dalam taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial masyarakat Indonesia yang semakin lebar antara
masyarakat kaya dengan masyarakat miskin dan adanya indikasi untuk mendapatkan kekayaan dengan
tidak wajar yaitu melalui KKN.

g) Sosial Budaya. Pluralitas kondisi sosial budaya bangsa Indonesia merupakan sumber konflik apabila
tidak ditangani dengan bijaksana. Tata nilai yang berlaku di daerah yang satu tidak selalu sama dengan
daerah yang lain. Konflik tata nilai yang sering terjadi saat ini yakni konflik antara kelompok yang keras
dan lebih modern dengan kelompok yang relatif terbelakang.

h) Pertahanan Keamanan. Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi saat ini menjadi
bersifat multi dimensional yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri, hal ini seiring
dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,informasi dan komunikasi. Serta
sarana dan prasarana pendukung didalam pengamanan bentuk ancaman yang bersifat multi
dimensional yang bersumber dari permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya.

2.5 Strategi Integrasi

Masalah integrasi nasional merupakan persoalan yang dialami oleh semuanegara, terutama adalah
negara-negara berkembang. Dalam usianya yang masih relatif muda dalam membangun negara bangsa
(nation state), ikatan antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam negara masih rentan datnya
ikatan primordial menjadikan masyarakat lebih terpancang pada ikatan-ikatan primer yang lebih
sempit seperti ikatan keluarga, ikatan kesukuan, ikatan sesama pemeluk agama, dan sebagainya.
Dengan demikian upaya mewujudkan integrasi nasional yang notabene mendasarkan pada ikatan yang
lebih luas dan melawati batas-batas kekelua rgaan, kesukuan, dan keagamaan menjadi sulit untuk
diwujudkan.

Dalam rangka mengupayakan terwujudnya integrasi nasional yang mantap ada beberapa strategi yang
mungkin ditempuh,yaitu:

1. Stategi Asilmilasi

2. Strategi Akulturasi

3. Strategi Pluralis

Ketiga strategi tersebut terkait dengan seberapa jauh penghargaan yang diberikan atas unsur-unsur
perbedaan yang ada dalam masyarakat.Strategi asimilasi, akulturasi, dan pluralisme masing-masing
menunjukkan penghargaan yang secara gradual berbeda dari yang paling kurang, yang lebih, dan yang
paling besar penghargaannya terhadap unsur-unsur perbedaan dalam masyarakat, di dalam upaya
mewujudkan integrasi nasional tersebut.

1. Strategi Asimilasi

Asimilasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih menjadi satu kebudayaan
yang baru, di mana dengan percampuran tersebut maka masing-masing unsur budaya melebur menjadi
satu sehingga dalam kebudayaan yang baru itu tidak tampak lagi identitas masing-masing budaya
pembentuknya. Ketika asimilasi ini menjadi sebuah strategi integrasi nasional, berarti bahwa negara
mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan agar unsur-unsur budaya yang ada dalam
negara itu benar-benar melebur menjadi satu dan tidak lagi menampakkan identitas budaya kelompok
atau budaya lokal. Dengan strategi yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan integrasinasional
dilakukan tanpa menghargai unsur-unsur budaya kelompok atau budaya lokal dalam masyarakat
negara yang bersangkutan. Dalam konteks perubahan budaya, asimilasi memang bisa saja terjadi
dengan sendirinya oleh adanya kondisi tertentu dalam masyarakat. Namun bisa juga hal itu merupakan
bagian dari strategi pemerintah negara dalam mengintegrasikan masyarakatnya, yaitu dengan cara
melakukan rekayasa budaya agar integrasi nasional dapat diwujudkan. Dilihat dari perspektif
demokrasi, apabila upaya yang demikian itu dilakukan dapat dikatakan sebagai cara yang kurang
demokratis dalam mewujudkan integrasi nasional.

2. Strategi Akulturasi

Akulturasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih sehingga memunculkan
kebudayaan yang baru, di mana ciri-ciri budaya asli pembentuknya masih tampak dalam kebudayaan
baru tersebut. Dengan demikian berarti bahwa kebudayaan baru yang terbentuk tidak “melumat”
semua unsur budaya pembentuknya. Apabila akulturasi ini menjadi strategi integrasi yang diterapkan
oleh pemerintah suatu negara, berarti bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan
mengupayakan adanya identitas budaya bersama namun tidak menghilangkan seluruh unsur budaya
kelompok atau budaya lokal. Dengan strategi yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan
integrasi nasional dilakukan dengan tetap menghargai unsur-unsur budaya kelompok atau budaya
lokal, walaupun penghargaan tersebut dalam kadaryang tidak terlalu besar. Sebagaimana asimilasi,
proses akulturasi juga bisa terjadi dengan sendirinya tanpa sengaja dikendalikan oleh negara. Namun
bisa juga akulturasi menjadi bagian dari strategi pemerintah negara dalam mengintegrasikan
masyarakatnya. Dihat dari perspektif demokrasi, strategi integrasi nasional melalui upaya akulturasi
dapat dikatakan sebagai cara yang demokratis dalam mewujudkan integrasi nasional karena masih
menunjukan pengharhaan terhadap unsur kelompok budaya lokal

3.Strategi Pluralis

Paham Pluralis merupakan paham yang menghargai terdapatnya perbedaan dalam masyarakat. Paham
Pluralis pada prinsipnya mewujudkan integrasi nasional dengan memberi kesempatran pada segala
unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat untuk hidup dan berkembang. Ini berarti bahwa dnegan
strategi pluralis dalam mewujudkan integrasi nasional negara memberi kesempatan kepada semua
unsur keragaman dalam negara. Baik suku, agama, buaya daerah, dan perbedaan-perbedaan lainnya
untuk tumbuh dan berkembang serta hidup berdampingan secara damai. Jadi Integrasi nasional
diwujudkan dengan tetap ,menghargai terdapatnya perbvedaan-perbedaan dalam msyarakat. Hal ini
sejalan dengan pandangan multikulturalisme bahwa setiap unsur perbedaan memiliki nilai dan
kedudukan yang sama, sehingga masing-masing berhak mendapatkan kesempatan untuk berkembang.

2.6 Pluralitas Masyarakat Indonesia

Masyarakar indonesia merupakan masyarakat pluralis atau masyarakat majemuk merupakan suatu hal
yang sudah sama-sama di mengerti.

Menurut Clifford Geertz,masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terbagi-bagi ke dalam sub-sub
sistem yang kurang lebih berdiri sendiri-sendiri,dalam mana masing-masing sub sistem terkait ke dalam
oleh ikatan-ikatan yang bersifat primordial

Sedangkan menurut Pierre L.Van den Berghe memiliki karakteristik:

a) Terjadinya sigmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering kali memiliki sub-
kebudayaan yang berbeda satu sama lain.

b) Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non
komplementer.

c) Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotannya terhadap nilai-nilai yang bersifat
dasar.

d) Secara relatif sering kali mengalami konflik di antara kelompok yang satu dengan kelompok yang
lain.

e) Secara relatif integrasi sosial tumbh di atas paksaan(coercion) dan saling ketergantungan dalam
bidang ekonomi

f) Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang lain
Dalam dimensi horizontal kemajemukan masyarakat indonesia dapat dilihat dari adanya berbagai
macam suku bangsa seperti suku bangsa jawa, suku bangsa sunda, suku bangsa batak, suku bangsa
minangkabau, suku bangsa dayak, dll. Tentang berapa jumlah suku bangsa yang ada di indonesia,
ternyata terdapat perbedaan yang cukup signifikan diantara para ahli tentang indonesia. Hildred geertz
misalnya menyebutkan adanya lebih dari 300 suku bangsa di indonesia dengan bahasa dan identitas
kulturalnya masing-masing. Sedangkan skinner menyebutkan lebih dari 35 suku bangsa di indonesia
dengan bahasa dan adat istiadat yang berbeda satu sama lain. Perbedaan yang mencolok dari jumlah
suku bangsa yang disebutkan oleh masing-masing, dapat dikatakan bahwa masyarakat indonesia
adalah masyarakat yang majemuk.

Suku-suku bangsa ini biasa dinamakan bangsa, seperti bangsa melayu, bangsa jawa, bangsa bugius dan
sebagainya. Masing-masing suku bangsa memiliki wilayah kediaman sendiri, daerah tempat kediaman
nenek moyang suku bangsa yang bersangkutan yang pada umumnya dinyatakan melalui mitos yang
meriwayatkan asal-usul suku bangsa yang bersangkutan. Anggota masing-masing suku bangsa
cenderung memiliki identitas tersendiri sebagai anggota suku bangsa yang bersangkutan, sehingga
dalam keadaan tertentu mereka mewujudkan rasa setiakawan, solidaritas dengan sesama suku bangsa
asal. (bachtiar, 1992: 12).

Disamping suku-suku bangsa tersebut, yang bisa dikatakan sebagai suku bangsa asli, di indonesia juga
terdapat kelompok-kelompok warga mayarakat yang lain yang sering dikatakan sebagai warga
peranakan. Mereka itu seperti warga cina, arab, dan india. Kelompok warga masyarakat tersebut juga
memiliki kebudayaanya sendiri, yang tidak mesti sama dengan budaya suku-suku alsi di indonesia,
sehingga muncul budaya orang-orang china, budaya orang-orang arab, budaya orang-orang india. Dan
lain-lain. Kadang-kadang mereka juga menampakkan diri dalam kesatuan tempat tinggal, sehingga
dikota-kota besar di indonesia dijumpai adanya sebutan kampung pecinan, kampung arab, dan lain-
lain.

Keberagaman suku bangsa di indonesia sebagaimana diuraikan diatas terutama disebabkan oleh
keadaan geografis indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau yang sangat
banyak dan letaknya yang saling berjauhan. Dalam kondisi yang demikian nenek moyang bangsa
indonesia yang kira-kira 2000 tahun SM secara bergelombang datang dari daerah yang sekarang dikenal
sebagai daerah tiongkok selatan, mereka harus tinggal menetap di daerah yang terpisah satu sama lain.
Karena ionisasi geografis antara satu pulau dengan pulau yang lain, mengakibatkan masing-masing
penghuni pulau itu dalam waktu yang cukup lama mengembangkan kebudayaannya sendiri-sendiri
terpisah satu sama lain. Disitulah secara perlahan-lahan identitas kesukuan itu terbentuk, atas
keyakinan bahwa mereka masing-masing berasal dari satu nenek moyang, dan memiliki kebudayaan
yang berbeda dari kebudayaan suku yang lain.

2.7 Toleransi

1. Pengertian Toleransi

Kata toleransi dalam bahasa Belanda adalah “tolerantie” dan kata kerjanya adalah “toleran”. Dalam
bahasa Latin, “tolerare” artinya menahan diri, bersikap sabar membiarkan orang berpendapat lain, dan
berhati lapang terhadap orang-or ang yang memiliki pendapat berbeda.
Toleran mengandung pengertian bersikap mendiamkan, adapun toleransi adalah suatu sikap tenggang
rasa kepada sesamanya. Bangsa Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku yang mempunyai
kebudayaan sendiri-sendiri, memeluk agama dan menganut kepercayaan yang berbeda-beda akan
tetapi mereka tetap satu bangsa memiliki satu tanah air dan memiliki bahasa persatuan. Semboyan kita
yaitu Bhinneka Tunggal Ika

Sifat dasar bangsa Indonesia yang amat menonjol adalah sifat-sifat kekeluargaan, musyawarah, percaya
dan taat beriba dah kepada Tuhan, sifat ramah tamah, gotong royong, suka menolong, dan toleransi
adalah sifat yang harus kita miliki

Macam-macam Toleransi

Kebahagiaan dalam kehidupan manusia akan tercapai apabila didasarkan atas keselarasan dan
keseimbangan. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia sikap hormat menghormati antarpemeluk
agama perlu dikembangkan sehingga keruku nan antarumat beragama dapat terjalin dengan baik

Macam-macam toleransi, antara lain sebagai berikut :

1.1 Toleransi dalam pluralisme beragama

Agama merupakan suatu anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, diperuntukkan bagi kemaslahatan,
kebaikan, dan kesejahteraan umat beragama. Pluralitas adalah kenyataan yang diciptakan oleh Tuhan.
Namun demikian, umat manusia harus menyadari dan menerima kenyataan ini untuk saling
melengkapi dan memperkaya pengalaman kehidupan bagi umat manusia. Oleh karena itu, hidup rukun
adalah tidak bertengkar namun saling mengho rmati. Suasana seperti ini sangat kita butuhkan dalam
masyarakat dan menghindari sikap menang sendiri

1.2 Toleransi dalam pluralisme budaya

Kebudayaan menunjuk kepada sederetan sistem pengetahuan yang dimiliki bersama, kebiasaan, nilai-
nilai, peraturan, dan simbol yang berkaitan dengan tujuan seluruh anggota masyarakat yang
berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Interaksi antara seni dan agama sudah lama
menjadi kenyataan. Agama merupakan sumber etika dan moralitas, seni adalah salah satu wahana yang
paling tepat untuk mempromosikan kehidupan beragama

1.3 Toleransi dalam pluralisme suku

Pluralisme dapat dikatakan merupakan pengejewantahan moto Bhinneka Tunggal Ika.


Mengembangkan pluralisme terbantahkan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku, banyak
pula subsuku pedalaman. Pluralisme akan tumbuh subur dan mewarnai kehidupan bangsa Indonesia
jika kedepannya prinsip-prinsip toleransi, persamaan di muka hukum dan lain-lain ditetapkan seksama
tanpa perduli asal dan warna terutama solidarita s terhadap mereka yang lemah.

1.4 Toleransi mayoritas melindungi minoritas

1.4 Toleransi mayoritas melindungi minoritas

Masyarakat kita sejak dulu biasa hidup dalam alam yang memiliki aneka ragam kepercayaan. Sejak awal
perkembangan peradabannya sudah tumbuh kepercayaan kepada Tuhan, secara berturut-turut
datanglah agama-agama yang sekarang banyak kita kenal. Kedatangan agama tersebut tidak berarti
kepercayaan dan agama yang sudah ada sebelumnya hilang, tapi masih terus hidup dan berkembang.
Semua agama dan kepercayaan mengajark an kebaikan supaya mereka saling menghormati dan
mencintai.

1.5 Toleransi manusia dalam hidup bermasyarakat

Manusia hanya akan mempunyai arti apabila bersama-sama dengan manusia lainnya di dalam
masyarakat. Tidak dapat dibayangkan jika manusia hidup sendiri tanpa orang lain. Secara kodrati
manusia disamping mempunyai kekuatan juga dilengkapi dengan kelemahan manusia juga memiliki
sifat yang baik dan kurang baik. Demi kelangsungan dan kesejahteraan hidupnya manusia perlu
mendapat bantuan atau kerjasama dengan orang lain. Oleh sebab itu, manusia perlu hidup
bermasyarakat.

2. Perilaku Toleran Sebagai Bentuk Nilai (Jati Diri) Kebangsaan

Perilaku toleransi berarti sikap yang rela menerima dan menghargai perbedaan dengan kelompok lain.
Empati adalah sikap yang secara ikhlas mau merasakan pikiran dan perasaan orang lain. Sikap toleransi
dan empati ini sangat penting ditumbuhkembangkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia
multikultural. Dengan pengembangan sikap toleransi dan empati sosial, maka masalah-masalah yang
berkaitan dengan keberagaman sosial budaya akan dapat dikendalikan, sehingga tidak mengarah pada
pertentangan sosial yang dapat mengancam disintegrasi n asional

Adapun cara untuk menerima dan menghargai orang lain atau suku bangsa lain yang berbeda latar
belakang budaya dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai dari bangsa Indonesia

2.Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai makhluk pribadi dan
makhluk sosial c iptaan Tuhan Yang Maha Esa

3.Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai manusia yang memiliki
kelebihan dan keterbatasan dalam hal-hal tertentu.

4.Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai manusia yang memiliki
persamaan kedudukan, harkat, martabat, dan derajat, serta hak dan kewajiban asasi.

5.Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai pemilihan dan penghuni
tanah air Indonesia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

6.Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai manusia yang memiliki latar
belakang sosial budaya yang berbeda-beda dalam ras, suku bangsa, bahasa, adat istiadat, profesi,
golongan politik dan sebagainya

2.8 Ancaman, Tantangan, dan Gangguan

1. Ancaman
Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam maupun luar negeri yang dinilai
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.

Ancaman dibedakan menjadi ancaman militer dan ancaman nonmiliter

1.Ancaman militer =>ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata serta terorganisir dan sangat
berbahaya.

. Bentuk ancaman militer

1. perang saudara

2. agresi wilayah

3.sabotase untuk merusak instalasi militer

4. pemberontakan militer

5. pelanggaran wilayah oleh negara lain

2.Ancaman nonmiliter => ancaman yang tidak bersenjata tetapi jika dibiarkan itu akan membahayakan
bangsa.

Bentuk ancaman nonmiliter :

1. penyalahgunaan narkoba

2. korupsi, kolusi, nepotisme (KKN)

3. perusakan lingkungan

4. kemiskinan

5. kebodohan

6. lunturnya kesatuan dan persatuan bangsa

3.Selain itu ancaman juga dibedakan menjadi ancaman yang berasal dari dalam negeri dan dari luar
negeri

Ancaman dari dalam negeri berupa

1. kerusuhan

2. pemaksaan kehendak

3. pemberontakan bersenjata

4. keinginan untuk mengubah ideologi


2. Ancaman dari luar negeri berupa

1.penguasaan wilayah indonesia

2.pencurian kelayaan alam

3. penyelundupan barang

4.masuknya pesawat asing ke wilayah indonesia

2. Tantangan Dalam Menjaga Keutuhan NKRI

Tantangan di lingkungan internal Indonesia adalah mengawal NKRI agar tetap utuh dan bersatu. Di sisi
lain, ancaman terhadap kedaulatan masih berpotensi terutama yang berbentuk konflik perbatasan,
pelanggaran wilayah, gangguan keamanan maritim dan dirgantara, gangguan keamanan di wilayah
perbatasan berupa pelintas batas secara illegal, kegiatan penyelundupan senjata dan bahan peledak,
masalah separatisme, pengawasan pulau-pulau kecil terluar, ancaman terorisme dalam negeri dan
sebagainya.

Dengan demikian, berdasar tantangan tersebut di atas, maka sebagai masyarakat yang berada dalam
NKRI wajiblah menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI serta keselamatan bangsa. Sedangkan
dalam perumusannya, kebijakan umum pertahanan negara dilaksanakan oleh Menteri Pertahanan
Negara dan proses penetapannya dilaksanakan di tingkat Dewan Keamanan Nasional selaku Penasehat
Presiden RI.

Tujuan nasional merupakan kepentingan nasional yang abadi dan menjadi acuan dalam merumuskan
tujuan pertahanan negara, yang ditempuh dengan tiga strata pendekatan yaitu pertama, strata mutlak,
dilakukan dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara dan keselamatan bangsa
Indonesia ; kedua, strata penting, dilakukan dalam menjaga kehidupan demokrasi politik dan ekonomi,
keharmonisan hubungan antar suku, agama, ras dan golongan (SARA), penghormatan hak asasi
manusia dan pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup ; dan ketiga, strata pendukung,
dilakukan dalam upaya turut memelihara ketertiban dunia. Untuk mencapai tujuan pertahanan negara
tersebut, salah satunya diperlukan input sumberdaya TNI yang bagus dan optimal. Masyarakat
menuntut TNI untuk menjaga dan memelihara stabilitas keamanan nasional tetapi jika input SDM
secara intelektual, moral dan mental lemah akan sangat kesulitan untuk mewujudkannya.

Kita kesulitan merekrut para sarjana muda untuk menjadi anggota TNI, yang dibutuhkan misal 10 orang,
terkadang yang mendaftar dua pun sudah syukur. Kemudian kalau para sarjana sudah menjadi anggota
TNI hendaknya berperilaku disiplin dan bekerja dengan baik, khususnya sebagian dokter muda yang
menjadi anggota TNI terkadang tidak disiplin bekerja. Hal inilah yang menjadi kajian khusus TNI di masa
depan, perlunya perekrutan SDM yang unggul untuk mencapai hasil maksimal. TNI tidak bisa berjalan
sendirian dalam mewujudkan visi dan misi pertahanan negara. Saat ini, sedang dalam pembahasan DPR
RI, RUU Keamanan Nasional dan RUU Komponen Cadangan agar diperlukan partisipasi dan peran serta
masyarakat sebagai komponen cadangan dan turut serta dalam mewujudkan keamanan nasional
bersama. Semoga input SDM yang baik bisa menyelesaikan masalah keamanan nasional dan
pertahanan NKRI lebih baik dan mengawalnya agar tetap utuh dan bersatu.
3. Gangguan Integrasi Nasional

1. Geografi.

Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Daerah yang berpotensi untuk memisahkan diri adalah daerah yang paling jauh dari ibu kota, atau
daerah yang besar pengaruhnya dari negara tetangga atau daerah perbatasan, daerah yang mempunyai
pengaruh global yang besar, seperti daerah wisata, atau daerah yang memiliki kakayaan alam yang
berlimpah.

2. Demografi.

Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat dan pemerataan atau penyebaran penduduk yang tidak
merata merupakan faktor dari terjadinya disintegrasi bangsa, selain masih rendahnya tingkat
pendidikan dan kemampuan SDM.

3. Kekayaan Alam.

Kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam dan berlimpah dan penyebarannya yang tidak merata
dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya disintegrasi bangsa, karena hal ini meliputi hal-hal seperti
pengelolaan, pembagian hasil, pembinaan apabila terjadi kerusakan akibat dari pengelolaan.

4. Ideologi.

Akhir-akhir ini agama sering dijadikan pokok masalah didalam terjadinya konflik di negara ini, hal ini
disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap agama yang dianut dan agama lain. Apabila
kondisi ini tidak ditangani dengan bijaksana pada akhirnya dapat menimbulkan terjadinya
kemungkinan disintegrasi bangsa, oleh sebab itu perlu adanya penanganan khusus dari para tokoh
agama mengenai pendalaman masalah agama dan komunikasi antar pimpinan umat beragama secara
berkesinambungan.

5. Politik.

Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut berbagai ketidak nyamanan atau
ketidak tenangan dalam bermasyarakat dan sering mengakibatkan konflik antar masyarakat yang
berbeda faham apabila tidak ditangani dengan bijaksana akan menyebabkan konflik sosial di dalam
masyarakat. Selain itu ketidak sesuaian kebijakan-kebijakan pemerintah pusat yang diberlakukan pada
pemerintah daerah juga sering menimbulkan perbedaan kepentingan yang akhirnya timbul konflik
sosial karena dirasa ada ketidak adilan didalam pengelolaan dan pembagian hasil atau hal-hal lain
seperti perasaan pemerintah daerah yang sudah mampu mandiri dan tidak lagi membutuhkan bantuan
dari pemerintah pusat, konflik antar partai, kabinet koalisi yang melemahkan ketahanan nasional dan
kondisi yang tidak pasti dan tidak adil akibat ketidak pastian hukum.

6.Ekonomi.

Krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin menyebabkan sebagian besar penduduk hidup dalam
taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial masyarakat Indonesia yang semakin lebar antara masyarakat kaya
dengan masyarakat miskin dan adanya indikasi untuk mendapatkan kekayaan dengan tidak wajar yaitu
melalui KKN.

7. Sosial Budaya.

Pluralitas kondisi sosial budaya bangsa Indonesia merupakan sumber konflik apabila tidak ditangani
dengan bijaksana. Tata nilai yang berlaku di daerah yang satu tidak selalu sama dengan daerah yang
lain. Konflik tata nilai yang sering terjadi saat ini yakni konflik antara kelompok yang keras dan lebih
modern dengan kelompok yang relatif terbelakang.

8.Pertahanan Keamanan.

Kemungkinan disintegrasi bangsa dilihat dari aspek pertahanan keamanan dapat terjadi dari seluruh
permasalahan aspek asta gatra itu sendiri. Dilain pihak turunnya wibawa TNI dan Polri akibat
kesalahan dimasa lalu dimana TNI dan Polri digunakan oleh penguasa sebagai alat untuk
mempertahankan kekuasaannya bukan sebagai alat pertahanan dan keamanan negara.

2.9 Potensi Konflik Dalam Masyarakat Indonesia

Dalam kondisi masyarakat Indonesia yang diwarnai oleh berbagai keanekaragaman, harus disadari
bahwa masyarakat indonesia menyimpan potensi konflik yang cukup besar yaitu konflik yang bersifat
vertikal maupun bersifat horizontal.Konflik vertikal dimaksudkan sebagai konflik antara pemerintah
dengan rakyat termasuk konflik antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat.

Sedangkan konflik horizontal adalah konflik antar warga masyarakat atau antar kelompok yang
terdapat dalam masyarakat.

Menurut Hans Kelse, 2007 dalam buku General Theory of law and State,penyebab konflik kedaerahan
adalah :

1. Krisis pemerintahan nasional,baik karena persoalan suksesi maupun jatuh bangunnya pemerintahan
karena lemahnya konstitusi.

2. Kegagalan lmbaga-lembaga negara menengahi konflik,baik yang melibatkan unsur-unsur masyarakat


mauoun lembaga-lembaga negara.

3. Pembatasan partisipasi politik warga negara di daerah-daerah.

4. Ketidakakadilan distribusi sumber daya ekonomi nasional dan sulitnya akses masyarakat di daerah
terhadap sumber daya tersebut.

5. Rezim yang tidak responsif terhadap tuntutan warga negara dan tidak bertanggung jawab terhadap
rakyat.

2.10 Upaya Pembangunan Integrasi Sosial

Menurut Liddle, suatu integrasi nasional yang tangguh hanya dapat berkembang apabila :

1.Sebagian besar anggota Masyarakat bangsa bersepakat tentang batas – batas territorial dari Negara
sebagai suatu kehidupan politik dimana mereka menjadi warganya.
2.Sebagian anggota masyarakat bangsa bersepakat mengenai struktur pemerintahan dan aturan-
aturan dari pada proses politik yang berlaku bagi seluruh masyarakat diatas wilayah Negara.

1.Kesadaran dari sejumlah orang bahwa mereka bersama-sama merupakan warga dari suatu bangsa.

2.konsensus nasional mengenai bagaimana suatu kehidupan bersama sebagai bangsa harus
diwujudkan atau diselenggarakan.

Konsensus nasional mengenai bagaimana kehidupan bangsa harus diwujudkan atau diselenggarakan
untuk sebagian harus kita temukan dalam proses pertumbuhan pancasila sebagai dasar falsafah atau
ideology Negara. Secara yuridis-formal, pancasila sebagai dasar falsafah Negara. Pada tingkat yang
sangat umum telah diterima sebagai kesepakatan nasional serta lahir bersamaan dengan kelahiran
Negara republic Indonesia sebagai Negara yang merdeka, bebas dari penjajahan bangsa lain. Di dalam
kenyataan, pancasila menjadi akar dalam sejarah pertumbuhan gerakan nasionalisme.

Bangsa Indonesia sebetulnya dapat belajar dari pengalaman negara-negara lain dan dari negara kita
sendiri tentang akibat menguatnya primordialisme, sehingga keberadaan dan penguatan lembaga-
lembaga integrative seperti sistem pendidikan nasional, birokrasi sipil dan militer, partai-partai politik
(ideology nasionalisme yang dapat menjembatani perbedaan etnik yang tajam, Sedangkan partai etnik
tidak berhasil) harus tetap dilaksanakan dengan mengingat bahwa hal ini adalah sebagai konsekuensi
dari masyarakat kita yang majemuk.

Perlunya lembaga-lembaga pemersatu melalui state building. Adapun uraian secara singkat tentang
lembaga pemersatu yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut :

1.Birokrasi Sipil dan Militer

Lembaga integrative yang paling dominant dan paling penting yang mutlak diperlukan adalah kekuatan
militer (TNI), yang jika diperlukan dapat memakai penguasaan dan monopolinya atas alat-alat
kekerasan (alat peralatan perang – alat utama sistem persenjataan) untuk mempertahankan dan
bahkan untuk membangun negara bangsa. Dalam kerangka pemikiran tradisional bahkan gejala
universal kaum militer di dunia, peranan militer sebagai benteng terakhir (mean of the last resort)
mempertahankan kebutuhan negara bangsa. Hal ini dapat dilihat sikap keras dari militer terhadap
gerakan-gerakan separatis maupun kedaerahan (primodialisme).

Selain birokrasi militer, proses state building juga mencakup birokrasi sipil yang mempunyai tugas
utama menarik pajak dan menyediakan bahan Pokok khususnya bahan Makanan (aparatur pajak
sebagai bentuk yang paling tradisional dari demokrasi). Penyediaan bahan Makanan harus tersedia
dengan cukup untuk mencegah terjadinya “huruhara kelaparan pangan” atau food riots. Indonesia juga
pernah mengalami food riots yang menyebabkan runtuhnya pemerintahan orde baru tahun 1998 akibat
krisis moneter Sejak tahun 1997. Krisis pangan dan moneter juga meruntuhkan pemerintahan di
Muangthai dan Korea Selatan, Sedangkan yang selamat hanya Malaysia di bawah PM Mahathir
Mohammad.

Birokrasi militer dan sipil di Indonesia sudah berkembang pesat dan mengalami kemajuan baik dari segi
jumlah, kualitas, jenjang pangkat maupun penempatan jabatan eselon Pimpinan serta sumber etnik
rekrutmen. Dari segi etnik, baik TNI maupun Polri dan PNS baik Pusat maupun daerah sudah meliputi
semua etnik group yang ada, sehingga melambangkan Bhineka Tunggal Ika.
2.Partai Politik.

Dalam sejarahnya Partai Politik merupakan alat mobilisasi vertical yang lebih cepat dibandingkan
dengan birokrasi nasional baik birokrasi sipil maupun militer. Dengan sistem Pemilu di Indonesia
sekarang merupakan gabungan dari sistem distrik dan sistem proposional, sehingga perwakilan daerah
dan etnik terwakili. Maka partai politik mampu menjadi alat integrasi bangsa untuk menekan
perlawanan etnik yang minoritas).

3.Sistem Pendidikan Nasional

Sistem pendidikan nasional menjadi alat integrasi nasional terutama karena sifatnya yang menciptakan
elite nasional yang kohesif. Pendidikan nasional mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi, menjadi alat
pemersatu baik melalui kurikulum nasiional, bahasa pengantar maupun sistem rekrutmen siswa,
mahasiswa maupun tenaga pengajar yang bersifat nasional. Dalam suasana otonomi daerah sekarang
ini diusahakan adanya ujian lokal tetapi yang berstandar nasional, demikian juga walaupun ada ide
untuk menambah muatan kurikulum lokal/kedaerahan, namun tetap kurikulum inti mengajarkan ilmu
sosial dan humaniora yang bersifat integratif dan nasional.

Sifat integratif lainnya adalah pemakaian bahasa pengantar yakni bahasa Indonesia sebaga bahasa
nasional disamping penggunaan bahasa lokal/daerah yang diberlakukan untuk pendidikan tingkat
SD/SLTP. Cara ini akan memudahkan integrasi ke dalam sistem nasional dan sosialisasi yang sama untuk
seluruh warga negara.

Sedangkan alat integrasi yang lain adalah rekrutmen siswa, mahasiswa dan tenaga pengajar yang
bersifat nasional dan multi etnik, sehingga terjadi proses komunikasi, sosialisasi, asimilasi dan kulturasi
dari berbagai etnik di kalangan siswa, mahasiswa dan tenaga pengajar.

4.Kemajuan Komunikasi dan Transportasi.

Peranan media masa nasional seperti koran, majalah, TVRI, RRI cukup penting di Indonesia sebagai alat
integrasi nasional. Banyak koran maupun media masa lainnya yang terbit di Jakarta tetapi
penyebarannya menjangkau sampai ke seluruh kabupaten-kabupaten, begitu juga koran lokal yang
mampu menembus pasar ke daerah lainnya. Alat komunikasi lainnya adalah telepon, yang mengalami
perkembangan pesat sejak pemerintahan orde baru sampai sekarang.

Perkembangan yang cepat dalam bidang transportasi mengakibatkan terjadinya mobilitas geografis
penduduk dapat lebih cepat, aman, nyaman, dan murah. Bentuk mobilitas penduduk dapat
transmigrasi, migrasi maupun turisme baik antar daerah, nasional, regional bahkan global.
Meningkatnya kegiatan mobilitas penduduk dan turisme nasional maupun lokal membawa dampak
memperkuat rasa kesatuan dan kebangsaan.

2.10 Upaya Pembangunan Integrasi Sosial

Menurut Liddle, suatu integrasi nasional yang tangguh hanya dapat berkembang apabila :

1.Sebagian besar anggota Masyarakat bangsa bersepakat tentang batas – batas territorial dari Negara
sebagai suatu kehidupan politik dimana mereka menjadi warganya.
2.Sebagian anggota masyarakat bangsa bersepakat mengenai struktur pemerintahan dan aturan-
aturan dari pada proses politik yang berlaku bagi seluruh masyarakat diatas wilayah Negara.

1.Kesadaran dari sejumlah orang bahwa mereka bersama-sama merupakan warga dari suatu bangsa.

2.konsensus nasional mengenai bagaimana suatu kehidupan bersama sebagai bangsa harus
diwujudkan atau diselenggarakan.

Konsensus nasional mengenai bagaimana kehidupan bangsa harus diwujudkan atau diselenggarakan
untuk sebagian harus kita temukan dalam proses pertumbuhan pancasila sebagai dasar falsafah atau
ideology Negara. Secara yuridis-formal, pancasila sebagai dasar falsafah Negara. Pada tingkat yang
sangat umum telah diterima sebagai kesepakatan nasional serta lahir bersamaan dengan kelahiran
Negara republic Indonesia sebagai Negara yang merdeka, bebas dari penjajahan bangsa lain. Di dalam
kenyataan, pancasila menjadi akar dalam sejarah pertumbuhan gerakan nasionalisme.

Bangsa Indonesia sebetulnya dapat belajar dari pengalaman negara-negara lain dan dari negara kita
sendiri tentang akibat menguatnya primordialisme, sehingga keberadaan dan penguatan lembaga-
lembaga integrative seperti sistem pendidikan nasional, birokrasi sipil dan militer, partai-partai politik
(ideology nasionalisme yang dapat menjembatani perbedaan etnik yang tajam, Sedangkan partai etnik
tidak berhasil) harus tetap dilaksanakan dengan mengingat bahwa hal ini adalah sebagai konsekuensi
dari masyarakat kita yang majemuk.

Perlunya lembaga-lembaga pemersatu melalui state building. Adapun uraian secara singkat tentang
lembaga pemersatu yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut :

1.Birokrasi Sipil dan Militer

Lembaga integrative yang paling dominant dan paling penting yang mutlak diperlukan adalah kekuatan
militer (TNI), yang jika diperlukan dapat memakai penguasaan dan monopolinya atas alat-alat
kekerasan (alat peralatan perang – alat utama sistem persenjataan) untuk mempertahankan dan
bahkan untuk membangun negara bangsa. Dalam kerangka pemikiran tradisional bahkan gejala
universal kaum militer di dunia, peranan militer sebagai benteng terakhir (mean of the last resort)
mempertahankan kebutuhan negara bangsa. Hal ini dapat dilihat sikap keras dari militer terhadap
gerakan-gerakan separatis maupun kedaerahan (primodialisme).

Selain birokrasi militer, proses state building juga mencakup birokrasi sipil yang mempunyai tugas
utama menarik pajak dan menyediakan bahan Pokok khususnya bahan Makanan (aparatur pajak
sebagai bentuk yang paling tradisional dari demokrasi). Penyediaan bahan Makanan harus tersedia
dengan cukup untuk mencegah terjadinya “huruhara kelaparan pangan” atau food riots. Indonesia juga
pernah mengalami food riots yang menyebabkan runtuhnya pemerintahan orde baru tahun 1998 akibat
krisis moneter Sejak tahun 1997. Krisis pangan dan moneter juga meruntuhkan pemerintahan di
Muangthai dan Korea Selatan, Sedangkan yang selamat hanya Malaysia di bawah PM Mahathir
Mohammad.

Birokrasi militer dan sipil di Indonesia sudah berkembang pesat dan mengalami kemajuan baik dari segi
jumlah, kualitas, jenjang pangkat maupun penempatan jabatan eselon Pimpinan serta sumber etnik
rekrutmen. Dari segi etnik, baik TNI maupun Polri dan PNS baik Pusat maupun daerah sudah meliputi
semua etnik group yang ada, sehingga melambangkan Bhineka Tunggal Ika.
2.Partai Politik.

Dalam sejarahnya Partai Politik merupakan alat mobilisasi vertical yang lebih cepat dibandingkan
dengan birokrasi nasional baik birokrasi sipil maupun militer. Dengan sistem Pemilu di Indonesia
sekarang merupakan gabungan dari sistem distrik dan sistem proposional, sehingga perwakilan daerah
dan etnik terwakili. Maka partai politik mampu menjadi alat integrasi bangsa untuk menekan
perlawanan etnik yang minoritas).

3.Sistem Pendidikan Nasional

Sistem pendidikan nasional menjadi alat integrasi nasional terutama karena sifatnya yang menciptakan
elite nasional yang kohesif. Pendidikan nasional mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi, menjadi alat
pemersatu baik melalui kurikulum nasiional, bahasa pengantar maupun sistem rekrutmen siswa,
mahasiswa maupun tenaga pengajar yang bersifat nasional. Dalam suasana otonomi daerah sekarang
ini diusahakan adanya ujian lokal tetapi yang berstandar nasional, demikian juga walaupun ada ide
untuk menambah muatan kurikulum lokal/kedaerahan, namun tetap kurikulum inti mengajarkan ilmu
sosial dan humaniora yang bersifat integratif dan nasional.

Sifat integratif lainnya adalah pemakaian bahasa pengantar yakni bahasa Indonesia sebaga bahasa
nasional disamping penggunaan bahasa lokal/daerah yang diberlakukan untuk pendidikan tingkat
SD/SLTP. Cara ini akan memudahkan integrasi ke dalam sistem nasional dan sosialisasi yang sama untuk
seluruh warga negara.

Sedangkan alat integrasi yang lain adalah rekrutmen siswa, mahasiswa dan tenaga pengajar yang
bersifat nasional dan multi etnik, sehingga terjadi proses komunikasi, sosialisasi, asimilasi dan kulturasi
dari berbagai etnik di kalangan siswa, mahasiswa dan tenaga pengajar.

4.Kemajuan Komunikasi dan Transportasi.

Peranan media masa nasional seperti koran, majalah, TVRI, RRI cukup penting di Indonesia sebagai alat
integrasi nasional. Banyak koran maupun media masa lainnya yang terbit di Jakarta tetapi
penyebarannya menjangkau sampai ke seluruh kabupaten-kabupaten, begitu juga koran lokal yang
mampu menembus pasar ke daerah lainnya. Alat komunikasi lainnya adalah telepon, yang mengalami
perkembangan pesat sejak pemerintahan orde baru sampai sekarang.

Perkembangan yang cepat dalam bidang transportasi mengakibatkan terjadinya mobilitas geografis
penduduk dapat lebih cepat, aman, nyaman, dan murah. Bentuk mobilitas penduduk dapat
transmigrasi, migrasi maupun turisme baik antar daerah, nasional, regional bahkan global.
Meningkatnya kegiatan mobilitas penduduk dan turisme nasional maupun lokal membawa dampak
memperkuat rasa kesatuan dan kebangsaan.

2.10 Upaya Pembangunan Integrasi Sosial

Menurut Liddle, suatu integrasi nasional yang tangguh hanya dapat berkembang apabila :
1.Sebagian besar anggota Masyarakat bangsa bersepakat tentang batas – batas territorial dari Negara
sebagai suatu kehidupan politik dimana mereka menjadi warganya.

2.Sebagian anggota masyarakat bangsa bersepakat mengenai struktur pemerintahan dan aturan-
aturan dari pada proses politik yang berlaku bagi seluruh masyarakat diatas wilayah Negara.

1.Kesadaran dari sejumlah orang bahwa mereka bersama-sama merupakan warga dari suatu bangsa.

2.konsensus nasional mengenai bagaimana suatu kehidupan bersama sebagai bangsa harus
diwujudkan atau diselenggarakan.

Konsensus nasional mengenai bagaimana kehidupan bangsa harus diwujudkan atau diselenggarakan
untuk sebagian harus kita temukan dalam proses pertumbuhan pancasila sebagai dasar falsafah atau
ideology Negara. Secara yuridis-formal, pancasila sebagai dasar falsafah Negara. Pada tingkat yang
sangat umum telah diterima sebagai kesepakatan nasional serta lahir bersamaan dengan kelahiran
Negara republic Indonesia sebagai Negara yang merdeka, bebas dari penjajahan bangsa lain. Di dalam
kenyataan, pancasila menjadi akar dalam sejarah pertumbuhan gerakan nasionalisme.

Bangsa Indonesia sebetulnya dapat belajar dari pengalaman negara-negara lain dan dari negara kita
sendiri tentang akibat menguatnya primordialisme, sehingga keberadaan dan penguatan lembaga-
lembaga integrative seperti sistem pendidikan nasional, birokrasi sipil dan militer, partai-partai politik
(ideology nasionalisme yang dapat menjembatani perbedaan etnik yang tajam, Sedangkan partai etnik
tidak berhasil) harus tetap dilaksanakan dengan mengingat bahwa hal ini adalah sebagai konsekuensi
dari masyarakat kita yang majemuk.

Perlunya lembaga-lembaga pemersatu melalui state building. Adapun uraian secara singkat tentang
lembaga pemersatu yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut :

1.Birokrasi Sipil dan Militer

Lembaga integrative yang paling dominant dan paling penting yang mutlak diperlukan adalah kekuatan
militer (TNI), yang jika diperlukan dapat memakai penguasaan dan monopolinya atas alat-alat
kekerasan (alat peralatan perang – alat utama sistem persenjataan) untuk mempertahankan dan
bahkan untuk membangun negara bangsa. Dalam kerangka pemikiran tradisional bahkan gejala
universal kaum militer di dunia, peranan militer sebagai benteng terakhir (mean of the last resort)
mempertahankan kebutuhan negara bangsa. Hal ini dapat dilihat sikap keras dari militer terhadap
gerakan-gerakan separatis maupun kedaerahan (primodialisme).

Selain birokrasi militer, proses state building juga mencakup birokrasi sipil yang mempunyai tugas
utama menarik pajak dan menyediakan bahan Pokok khususnya bahan Makanan (aparatur pajak
sebagai bentuk yang paling tradisional dari demokrasi). Penyediaan bahan Makanan harus tersedia
dengan cukup untuk mencegah terjadinya “huruhara kelaparan pangan” atau food riots. Indonesia juga
pernah mengalami food riots yang menyebabkan runtuhnya pemerintahan orde baru tahun 1998 akibat
krisis moneter Sejak tahun 1997. Krisis pangan dan moneter juga meruntuhkan pemerintahan di
Muangthai dan Korea Selatan, Sedangkan yang selamat hanya Malaysia di bawah PM Mahathir
Mohammad.

Birokrasi militer dan sipil di Indonesia sudah berkembang pesat dan mengalami kemajuan baik dari segi
jumlah, kualitas, jenjang pangkat maupun penempatan jabatan eselon Pimpinan serta sumber etnik
rekrutmen. Dari segi etnik, baik TNI maupun Polri dan PNS baik Pusat maupun daerah sudah meliputi
semua etnik group yang ada, sehingga melambangkan Bhineka Tunggal Ika.

2.Partai Politik.

Dalam sejarahnya Partai Politik merupakan alat mobilisasi vertical yang lebih cepat dibandingkan
dengan birokrasi nasional baik birokrasi sipil maupun militer. Dengan sistem Pemilu di Indonesia
sekarang merupakan gabungan dari sistem distrik dan sistem proposional, sehingga perwakilan daerah
dan etnik terwakili. Maka partai politik mampu menjadi alat integrasi bangsa untuk menekan
perlawanan etnik yang minoritas).

3.Sistem Pendidikan Nasional

Sistem pendidikan nasional menjadi alat integrasi nasional terutama karena sifatnya yang menciptakan
elite nasional yang kohesif. Pendidikan nasional mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi, menjadi alat
pemersatu baik melalui kurikulum nasiional, bahasa pengantar maupun sistem rekrutmen siswa,
mahasiswa maupun tenaga pengajar yang bersifat nasional. Dalam suasana otonomi daerah sekarang
ini diusahakan adanya ujian lokal tetapi yang berstandar nasional, demikian juga walaupun ada ide
untuk menambah muatan kurikulum lokal/kedaerahan, namun tetap kurikulum inti mengajarkan ilmu
sosial dan humaniora yang bersifat integratif dan nasional.

Sifat integratif lainnya adalah pemakaian bahasa pengantar yakni bahasa Indonesia sebaga bahasa
nasional disamping penggunaan bahasa lokal/daerah yang diberlakukan untuk pendidikan tingkat
SD/SLTP. Cara ini akan memudahkan integrasi ke dalam sistem nasional dan sosialisasi yang sama untuk
seluruh warga negara.

Sedangkan alat integrasi yang lain adalah rekrutmen siswa, mahasiswa dan tenaga pengajar yang
bersifat nasional dan multi etnik, sehingga terjadi proses komunikasi, sosialisasi, asimilasi dan kulturasi
dari berbagai etnik di kalangan siswa, mahasiswa dan tenaga pengajar.

4.Kemajuan Komunikasi dan Transportasi.

Peranan media masa nasional seperti koran, majalah, TVRI, RRI cukup penting di Indonesia sebagai alat
integrasi nasional. Banyak koran maupun media masa lainnya yang terbit di Jakarta tetapi
penyebarannya menjangkau sampai ke seluruh kabupaten-kabupaten, begitu juga koran lokal yang
mampu menembus pasar ke daerah lainnya. Alat komunikasi lainnya adalah telepon, yang mengalami
perkembangan pesat sejak pemerintahan orde baru sampai sekarang.

Perkembangan yang cepat dalam bidang transportasi mengakibatkan terjadinya mobilitas geografis
penduduk dapat lebih cepat, aman, nyaman, dan murah. Bentuk mobilitas penduduk dapat
transmigrasi, migrasi maupun turisme baik antar daerah, nasional, regional bahkan global.
Meningkatnya kegiatan mobilitas penduduk dan turisme nasional maupun lokal membawa dampak
memperkuat rasa kesatuan dan kebangsaan.

Anda mungkin juga menyukai