Anda di halaman 1dari 62

Laporan Kasus

ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN:
Nama : An. JAL
Umur : 3 tahun 4 bulan
Tanggal lahir : 27 Juli 2016
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Suku :
Tanggal masuk RS : 22 Juli 2019
Tanggal keluar RS :
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu
dan bapak pasien

Keluhan Utama : BAB cair

Keluhan Tambahan : -
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
 Pasien datang dengan keluhan BAB cair sebanyak > 6 kali/hari sejak
12 jam SMRS.
 BAB :
 kuning kehijauan
 air (+) lendir (-), darah (-) ampas sedikit
 bau busuk (-), bau asam (-).
 Demam disangkal
 Riwayat kejang sebelumnya tidak ada.
 Pasien menjadi lebih haus dan sering minum.
 Pasien mendapatkan keluhan setelah makan ikan tongkol
 Pasien tidak mengalami muntah.
Riwayat Penyakit Dahulu
 BBLR (-)
 Kejang (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital (23/3/2017):
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Composmentis
 GCS : E4 M6 V5
 Berat badan : 11 kg
 Tekanan darah : Tidak dilakukan
 Frekuensi nadi : 113x/menit, regular, kuat angkat
 Frekuensi nafas : 28x/menit
 Suhu tubuh : 38,1ºC
 SPO2 : 99%
Status Generalis dan Lokalis

Kepala : Normocephali (lingkar kepala: 39cm) rambut hitam,


distribusi merata, tak mudah dicabut, ubun – ubun tidak cekung

Mata : Palpebra cekung -/-, pupil bulat isokor diameter 3mm/3mm,


RCL +/+, RCTL +/+, Posisi pupil simetris,

conjunctiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, air mata - / -

Telinga : Normotia, serumen -/-, sekret -/-

Hidung : Deviasi septum -/-, mukosa hiperemis -/-, sekret -/-, nafas
cuping hidung (-)
Mulut : mukosa bibir kering, sianosis (-), lidah kering,
tonsil T1 / T1, faring hiperemis (-)
Leher : KGB tidak teraba membesar
Cor :
Inspeksi : Ictus cordis terlihat setinggi garis midclavicula sinistra IC 4
Palpasi : Ictus cordis teraba di garis midclavicula sinistra IC 4
Perkusi : tidak dapat dinilai
Auskultasi : BJ I dan II murni, gallop (-), murmur (-)

Pulmo:
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, tidak ada bagian paru yang tertinggal,
penggunaan otot bantu napas (-), retraksi epigastrial(-)
Palpasi : Tidak dapat dinilai
Perkusi : Sonor simetris
Auskultasi : Bunyi napas dasar bronkovesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Extremitas : Akral hangat, perfusi perifer baik, CRT ≤2
detik, sianosis (-)
Kulit : Turgor kulit kembali cepat
Genitalia eksterna : penis normal, fimosis (-), testis berada

dalam skrotum

Anus : tidak ada keluhan

Refleks fisiologis : tidak dilakukan


Refleks patologis : tidak dilakukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Lengkap:
Hemoglobin = 12,3 g/dl (11 – 16 g/dl)
Leukosit = 17,0/µL (5.000 – 10.000/µL)
Trombosit = 354.000 /µL (150.000 – 450.000 /µL)
Hematokrit = 38,1 % (37 – 50%)
DIAGNOSIS
Diagnosis kerja:
Diare Akut
Dehidrasi Ringan Sedang
TATALAKSANA
Rawat inap

IVFD : RL 1050cc/24 jam

Medikamentosa : Zinc 1x1


L-Bio 1x1
Oralit Sach setiap BAB
PROGNOSIS
Quo Ad vitam : Bonam
Quo Ad functionum : Bonam
Quo Ad sanationum : Bonam
FOLLOW UP
Tanggal : 23 Juli 2019 (PH 1)
BB : 11 kg
S :BAB encer (+) 4 kali, warna kuning kehijauan, air (+), ampas (-), lendir (-), darah (-), bau
busuk (-), bau asam (-),demam (-), batuk (-), pilek(-), BAK normal. Pasien sangat haus

O :KU : Tampak sakit sedang


Kesadaran: Somnolen, E4 M6 V5
TTV :S= 36,2 ℃ , N= 138 x/menit, RR= 24 x/menit, SpO2= 99%

Kepala : Ubun – ubun cekung (-), palpebra cekung, konjunctiva anemis -/-, skrera ikterik -/-,
bibir kering, lidah agak kering.

Thoraks: Pulmo : retraksi epigastrial (-), BND bronkovesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung: BJ I dan II murni, murmur -, gallop –

Abdomen : Tampak cembung, bising usung (+) 10 kali/menit, hepar tidak teraba, lien tidak
teraba
Ekstremitas : sianosis (-), akral hangat, CRT ≤ 2 detik, edema (-)

Kulit: turgor kembali cepat


A :Diare Akut
dehidrasi ringan sedang

P: IVFD :RL 1050 cc/24 jam

MM : Zinc 1x1
L-Bio 1x1
Oralit Sach setiap BAB
Tanggal : 24 Juli 2019 (PH 2)
BB : 11 kg
S :BAB encer (+) 1 kali, warna kuning kehijauan, air (+), ampas (-), lendir (-), darah (-), bau
busuk (-), bau asam (-),demam (-), batuk (-), pilek(-), BAK normal.

O :KU : Tampak sakit ringan


Kesadaran: Somnolen, E4 M6 V5
TTV :S= 36,0 ℃ , N= 110 x/menit, RR= 22 x/menit, SpO2= 99%

Kepala : Ubun – ubun cekung (-), palpebra cekung, konjunctiva anemis -/-, skrera ikterik -/-,
bibir kering, lidah agak kering.

Thoraks: Pulmo : retraksi epigastrial (-), BND bronkovesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung: BJ I dan II murni, murmur -, gallop –

Abdomen : Tampak cembung, bising usung (+) 10 kali/menit, hepar tidak teraba, lien tidak
teraba
Ekstremitas : sianosis (-), akral hangat, CRT ≤ 2 detik, edema (-)

Kulit: turgor kembali cepat


A :Diare Akut
dehidrasi ringan sedang

P: IVFD :RL 1050 cc/24 jam

MM : Zinc 1x1
L-Bio 1x1
Oralit Sach setiap BAB
LANDASAN TEORI
Diare adalah gangguan buang air besar / BAB ditandai
dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi
tinja cair, dapat disertai dengan darah atau lendir.

Diare Akut: berlangsung kurang dari satu minggu


Diare Kronis: berlangsung ≥ 14 hari

Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
Badang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf diakses 24 Mei 2017
 Cara penularan diare pada umumnya melalui :
1. Fekal – oral yaitu makan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen
2. Kontak langsung tangan dengan penderita atau barang – barang yang telah
tercamar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat (melalui 4 F = finger,
flies, fluid, field).

Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain:
1. Tidak memberikan ASI secara penuh utuk 4 – 6 bulan pertama kehidupan
bayi
2. Tidak memadainya penyediaan air bersih
3. Pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK)
4. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara
penyapihan yang tidak baik.

Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
ETIOLOGI
(INFEKSI)
Bakteri Virus Parasit

• Aerominas • Astovirus • Balantidium colo


• Bacillus cereus • Calcivirus (Norovirus, • Blastocystis homonis
• Campylobacter jejuni Sapovirus) • Cryptosporidium parvum
• Clostridium perfringens • Enteric adenovirus • Entamoeba histolytica
• Clostridium defficile • Coronavirus • Giardia lamblia
• Escherichia coli • Rotavirus • Isospora belli
• Plesiomonas shigeloides • Norwalk virus • Strongyloides stercoralis
• Salmonella • Trichuris trichiura
• Shigella
• Staphylococcus aureus
• Vibrio cholera
• Vicrio parahaemolyticus
• Yersinia enterocolitica

Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis in Behrman, Kliegman, Jenson eds Nelson Textbook of Pediatrics 17 ed. Saunders.
2011
ETIOLOGI
(NON-INFEKSI)

Defek
Malabsorbsi Endokrinopati
Anatomis

Keracunan
Neoplasma Lain - Lain
Makanan

Sumber : Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis in Behrman, Kliegman, Jenson eds Nelson Textbook of Pediatrics 17 ed. Saunders. 2011
PATOFISIOLOGI DIARE OSMITIK
(GANGGUAN ABSORPSI)

Bahan yang tidak Bagian intraluminal


Air mengalir ke
diserap di usus proksimal tersebut Hiperosmolaritas
arah lumen jejunum
halus bersifat hipertonis

Bahan yang tidak Sebagian kecil


Natrium akan ikut Air banyak
diserap tersebut cairan ini akan
masuk ke dalam terkumpul dalam
akan menyababkan diabsorpsi kembali,
lumen usus lumen usus
diare sebagian tidak

Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
PATOFISIOLOGI DIARE SEKRETORIK
(GANGGUAN SEKRESI)
Meningkatkan
Masuknya Merangsang
Menghasilkan konsentrasi
bakteri ke dalam enzim adenilil
enterotoksin intrasel cAMP,
usus siklase
cGMP atau Ca++

Menyebabkan
Perubahan Forforilasi Mengaktifkan
Cl- di kripta
saluran ion membran protein protein kinase
keluar

Natrium akan
Peningkatan masuk ke dalam
pompa Natrium lumen usus
bersama Cl-

Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
Gejala klinik Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera

Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam

Panas + ++ ++ - ++ -
Mual muntah Sering Jarang sering + - sering

Nyeri perut Tenesmus Tenesmus + Tenesmus - Tenesmus + cramp


cramp cramp
Nyeri kepala - + + - - -
Lamanya sakit 5-7 hari > 7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari

Sifat tinja Sedang sedikit sedikit Banyak Sedikit Banyak


Volume
Frekuensi 5-10x/h >10x/h sering sering sering Terus menerus
Konsistensi Cair lembek lembek cair lembek cair
Darah - Sering Kadang - + -

Bau Langu +/- busuk - - Amis khas


Warna Kuning- Merah-hijau kehijauan Tak Merah-hijau Spt air cucian beras
hijau berwarna
Leukosit - + + - - -
Lain-lain anorexia Kejang +/- Sepsis +/- meteorismu Infeksi
s sistemik
KLASIFIKASI DEHIDRASI
 Menurut WHO
 Menurut Maurice King
 Menurut MMWR 2003
Tanda dan Gejala Dehidrasi menurut WHO
Penilaian A B C
Lihat:
Keadaan umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, lunglai
Mata Normal Cekung atai tidak sadar
Air mata Ada Tidak ada Sangat cekung
Mulut dan lidah Basah Kering dan kering
Rasa haus Minum biasa *Haus, ingin Sangat kering
tidak haus minum banyak *Malas minum
atau tidak bisa
minum
Periksa: turgor Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat
kulit lambat
Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan / Dehidrasi berat
pemeriksaan: sedang Bila ada 1 tanda *
Bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau
ditambah 1 atau lebih tanda lain
lebih tanda lain
Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C
Derajat Dehidrasi Menurut MMWR
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut
pada umumnya tidak diperlukan, hanya pada keadaan
tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab – sebab lain
selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi
berat.

Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium yang kadang – kadang diperlukan
pada diare akut:

 Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah,


glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap
antibiotika.

 Urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap


antibiotika.

 Tinja:
Pemeriksaan Makroskopik dan Mirkoskopik
Sumber : Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi
Jilid I . Jakata: IDAI
Lima Pilar Penanganan Diare
REHIDRASI DENGAN
MENGGUNAKAN ORALIT BARU
 Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan
mengatasi dehidrasi.
Satu bungkus oralit dimasukkan
ke dalam satu gelas air matang
(200cc)

Anak < 1 th diberi 50 – 100cc


cairana oralit tiap BAB

Anak > 1 th diberi 100 – 200cc


cairan oralit setiap kali BAB

Sumber:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima Langkah
Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima
Langkah Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima
Langkah Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima
Langkah Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima
Langkah Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima
Langkah Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima
Langkah Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
ZINC SELAMA 10 HARI
Dosis Zinc untuk anak – anak:
Anak di bawah umur 6 bulan: 10mg (1/2 tablet) per hari
Anak di atas umur 6 bulan: 20mg (1 tablet) per hari

 Zinc diberikan selama 10 – 14 hari berturut – turut


meskipun anak telah sembuh dari diare.
 Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air
matang, ASI, atau oralit.
 Untuk anak – anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah
atau dilarutkan dalam air matang atau oralit
Sumber:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima Langkah
Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
TERUSKAN ASI DAN MAKANAN
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak
dengan menu yang sama pada waktu anak sehat untuk
mencegah kehilangan berat badan serta pengganti
nutrisi yang hilang.

Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase


kesembuhan.

Sumber:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima Langkah
Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
ANTIBIOTIK SELEKTIF
 Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya
diare berdarah atau kolera.
 Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan
memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu
keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang
akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan.
 Pada penelitian multipel ditemukan, bahwa telah terjadi
peningkatan resistensi terhadap antibiotik yang sering
dipakai seperti ampisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, dan
trimetoprim sulfametoksazole dalam 15 tahun ini.

Sumber:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima Langkah
Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
Penyebab Antibiotik Pilihan Alternatif
Kolera Tetracycline Erythromycin
12,5 mg/kgBB 12,5 mg/kgBB
4 x sehari selama 3 hari 4 x sehari selama 3 hari
Shigella dysentry Ciprofloxacin Pivmecillinam
15 mg/kgBB 2omg.kgBB
2x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 5 hari
Caftriaxone
50 – 100mg/ kgBB
1x sehari IM selama 2-5
hari
Amoebiasis Metronidazole
10 mg/kgBB
3xsehari sealam 5 hari (10
hari pada kasus berat)
Giardiasis Metronidazole
5mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari

Sumber:
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
NASIHAT KEPADA ORANG TUA
Kembali segera jika :
 Demam
 Tinja berdarah
 Makan atau minum sedikit
 Diare makin sering
 Belum membaik dalam 3 hari.

Sumber:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Lima Langkah
Tuntaskan Diare. Departermen Kesehatan RI.
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
KOMPLIKASI
SYOK HIPOVOLEMIK
Syok hipovolemik merupakan syok yang paling sering dijumpai pada
anak, terjadi akibat kehilangan cairan tubuh yang berlebihan.

Penyebab tersering syok hipovolemik pada anak adalah muntah, diare,


glikosuria, kebocoran plasma (misalnya pada demam bedarah dengue),
sepsis, trauma, luka bakar, perdarahan saluran cerna, dan perdarahan
intrakranial.

Syok hipovolemik yang lama dapat mengakibatkan gangguan fungsi


berbagai organ. Dalam keadaan normal, ginjal menerima 25% curah
jantung. Pada syok hipovolemik akan terjadi tubular nekrosis akut sera
gangguan glomerulus dengan akibat gagal ginjal akut.

Depresi miokardium juga sering terjadi, sementara hipotensi yang


lama dapat pula menyebabkan gangguan hati.

Sumber : Pudjiadi AH, Latief A, Budiwardhana N. Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat. 2011.Ikatan Dokter Anak Indonesia.
SYOK HIPOVOLEMIK
Untuk mencegah komplikasi lanjut berupa kerusakan
organ, tatalaksana syok harus dilakukan dengan cepat.
Dalam 1 jam pertama harus dicapai:
 CRT < 2 detik
 Denyut nadi normal tanpa perbedaan kualitas nadi
perifer dan sentral
 Produksi urin lebih dari 1 ml/kgBB/jam
 Kesadaran normal
 Tekanan darah normal sesuai usia
 Saturasi oksigen lebih dari 95%

Sumber : Pudjiadi AH, Latief A, Budiwardhana N. Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat. 2011.Ikatan Dokter Anak Indonesia.
 Pemberian cairan kristaloid 10 – 20ml/kgBB secara
bolus dalam 10 – 30 menit dapat dilakukan sambil
menilai respons tubuh.

 Pada kasus yang berat pemberian cairan dapat


diulangi 10ml/kgBB sambil menilai respons tubuh.

 Pada syok hipovolemik, peningkatan volume


intravaskular akan:
 ↑stroke volume (isi sekuncup)
 ↓ frekuensi jantung.
.
Sumber : Pudjiadi AH, Latief A, Budiwardhana N. Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat. 2011.Ikatan Dokter Anak Indonesia.
KOMPLIKASI
KEJANG
 Pada anak yang mengalami dehidrasi, walaupun tidak
selalu, dapat terjadi kejang sebelum atau selama
pengobatan rehidrasi.
 Kejang tersebut dapat disebabkan oleh karena
hipoglikemia, kebanyakan terjadi pada bayi atau anak
yang gizinya buruk hiperpireksia, kejang terjadi bila
panasnya tiggi, misalnya melebihi 40˚C,
hipernatremia, atau hiponatremia

Sumber:
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
PENCEGAHAN DIARE
Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare
 Kuman – kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan
secara fekal – oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab
diare perlu difokuskan pada cara penyebaran ini.
 Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
 Pemberian ASI yang benar
 Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan
pendamping ASI
 Penggunaan air bersih yang cukup
 Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
sehabis BAB dan sebelum makan
 Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh
anggota keluarga
 Membuang tinja bayi yang benar
Sumber:
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
PENCEGAHAN DIARE
Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu (host)
 Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 th
 Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping
ASI dan memberi makan dalam jumlah yang
cukup untuk memperbaiki status gizi anak
 Imunisasi lengkap

Sumber:
Juffrie M, Soeparto P, Ranuh R, Sayoeti Y, Sudigbua I, Ismail R, et al. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I . Jakata:
IDAI
ANALISIS KASUS
Pasien datang dengan keluhan BAB cair sebanyak > 6 kali/hari sejak 12
jam SMRS.
BAB :
kuning kehijauan
air (+) lendir (-), darah (-) ampas sedikit
bau busuk (-), bau asam (-).
Demam disangkal
Riwayat kejang sebelumnya tidak ada.
Pasien menjadi lebih haus dan sering minum.
Pasien mendapatkan keluhan setelah makan ikan tongkol
Pasien tidak mengalami muntah.
Status Generalis dan Lokalis

Kepala : Normocephali (lingkar kepala: 39cm) rambut hitam,


distribusi merata, tak mudah dicabut, ubun – ubun tidak cekung

Mata : Palpebra cekung -/-, pupil bulat isokor diameter 3mm/3mm,


RCL +/+, RCTL +/+, Posisi pupil simetris,

conjunctiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, air mata - / -

Telinga : Normotia, serumen -/-, sekret -/-

Hidung : Deviasi septum -/-, mukosa hiperemis -/-, sekret -/-, nafas
cuping hidung (-)
Mulut : mukosa bibir kering, sianosis (-), lidah agak kering,
tonsil T1 / T1, faring hiperemis (-)
Leher : KGB tidak teraba membesar
Extremitas : Akral hangat, perfusi perifer baik, CRT ≤2
detik, sianosis (-)
Kulit : Turgor kulit kembali cepat
Genitalia eksterna : penis normal, fimosis (-), testis berada

dalam skrotum

Anus : tidak ada keluhan

Refleks fisiologis : Normorefleks pada ekstremitas superior


dan inferior
Refleks patologis : Babinski + / +
 Diagnosis = DIARE AKUT
 BAB cair sebanyak > 6 kali/hari
 12 jam SMRS
 Penyebab = MALABSORBSI dd ROTAVIRUS
 kuning kehijauan
 air (+) lendir (-), darah (-) ampas sedikit
 bau busuk (-), bau asam (-).
 Pasien mendapatkan keluhan setelah makan ikan
tongkol
 Derajat Dehidrasi = RINGAN SEDANG
 Pasien menjadi lebih haus dan sering minum.
 ubun – ubun tidak cekung
 Palpebra cekung -/-,
 mukosa bibir kering
A :Diare Akut
dehidrasi ringan sedang

P: IVFD :RL 1050 cc/24 jam

MM : Zinc 1x1 tab


L-Bio 1x1
Oralit Sach setiap BAB
Penatalaksanaan
 REHIDRASI + ORALIT
 Holiday segar
10 kg pertama = 100cc/kg
10 kg kedua = 50cc/kg
kg berikutmya = 20cc/kg
• 11 kg = 1050cc
 TERUSKAN ASI/MAKANAN
 Sudah diberikan edukasi
 ZINK
 1 tablet 10 hari
 ANTIBIOTIK
 Tidak diberikan
 EDUKASI
 Sudah diberikan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai