Anda di halaman 1dari 8

Vol. IX No.

1 , Maret 2021 ISSN 2339-1383

PENGARUH PERMAINAN PUZZEL PADA ANAK TUNAGRAHITA TERHADAP


PERKEMBANGAN SOSIAL DI SEKOLAH LUAR BIASA-G

(The Effect Of Puzzle Game In Children With Mental Retardation On Social Development
At Slb-G)

Ganjar Safari1, Hastin Nafitri2

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bale Bandung


Ganjar_ners@yahoo.com

ABSTRACT
Insiden retardasi menatal 1,5 kali lebih banyak pada masa anak sekolah dengan puncak usia
6 sampai 17 tahun pada anak yang mengalami retardasi mental perlu mendapatkan perhatian
dalam pembentukan sikap , kepribadian, dan pengembangan kemampuan sosial. Melalui
kegiatan bermain, akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar
memecahkan masalah dari hubungan sosial. Puzzel merupakan alat permainan edukatif yang
dapat merangsang kemampuan anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh permainan puzzel terhadap perkembangan sosial pada siswa tunagrahita atau
retardasi mental di sekolah SLB-G. Desain penelitian yang digunakan pra eksperimental
(one-group pra- post test design). hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah anak yang
mengalami retardasi mental sebelum diberikan permainan puzzel sebagian besar anak dengan
perkembangan sosial belum berkembang sebanyak 11 orang, setelah diberikan perlakuan
permainan puzzel sebagian besar anak sebanyak 13 orang dengan perkembangan sosial
berkembang sesuai harapan, dalam penelitian ini yaitu terdapat pengaruh antara permainan
puzzel terhadap perkembangan sosial pada siswa dengan retardasi mental. Untuk anak yang
belum berkembang disarankan untuk lebih aktif lagi dalam melakukan proses pembelajaran
menggunakan permainan yang mengedukatif salah satunya permainan puzzel.
Kata kunci : Perkembangan Sosial, Permainan Puzzel, Tunagrahita

The incidence of mental retardation 1.5 times higher during school children with peak age
of 6 to 17 years in children who experience mental retardation need to get attention in the
formation of attitude, personality and development of social ability. Puzzel media which is
an educational game tool that can stimulate children's ability. Therefore, the purpose of this
study was to determine the effect of puzzel games on social development in students with
mental deficiency or mental retardation at SLB-G. The research design used was pre-
experimental (one-group pre-post test design). The result showed that the number of children
who experienced mental retardation before being given the puzzel game, most of the children
with undeveloped social development were 11 people, after being given puzzel game
treatment, most of the children were 13 people with social development that was developing
as expected, in this study there was an effect between puzzel games on social development in
students with mental retardation. For underdeveloped children, it is recommended to be more
active in carrying out the learning process using educational games, one of which is the
puzzel game.
Keywords: Social Development, Puzzel Game, Mental Retardation

27
Healthy Journal ©2021, Prodi Ilmu Keperawatan, FIKES-UNIBBA, Bandung
Vol. IX No. 1 , Maret 2021 ISSN 2339-1383

1. PENDAHULUAN adalah salah satu syarat manusia untuk


Kelahiran seorang anak sangatlah dapat bertahan hidup. Melalui kegiatan
dinanti-nantikan oleh banyak pasangan bermain, anak akan belajar memberi dan
yang menikah. Kehadiran anak akan menerima. Bermain dengan orang lain akan
menjadi pelita yang terang benderang membantu anak untuk mengembangkan
bagi orang tua dalam mengarungi hubungan sosial dan belajar memecahkan
kehidupan berumah tangga, saat anak masalah dari hubungan sosial dan belajar
lahir kedunia dia adalah fitrah, masih memecahkan masalah dari hubungan
suci, masih putih cemerlang dan belum tersebut (Musfiroh, 2012).
ternoda apapun juga ( Nabiel Ridha, Anak-anak berkebutuhan khusus dalam
2014:85). isi program pembelajarannya dapat
Retardasi bukan merupakan suatu memanfaatkan permain terapeutik yang
penyakit, melainkan hasil patologik di meliputi permain explorasi, permainan
dalam otak yang menggambarkan sosialisasi, permain keterampilan,
keterbatasan intelektualitas dan fungsi permainan imajinatif, dan permain
adaptif. Retardasi mental dapat terjadi memecehkan masalah melalui puzzel atau
dengan atau tanpa gangguan jiwa atau puzzel it-out play. Dengan model
gangguan fisik lainnya (Salmiah, 2013 pengulangan, pemberian contoh dan
dalam jurnal keperawatan silampari, arahan, ketekekunan, kasih sayang,
Dwi Wulandari dkk, 2018). pemecahan materi menjadi beberapa
(WHO) memperkirakan angka bagian kecil ( Delphie, 2012 dalam jurnal
terjadinya retardasi mental berat sekitar Endurance, Sutinah, 2019).
1-3% pada dari seluruh populasi, dan Menurut Patmonodewo (Misbahch,
hampir 3 % mempunyai IQ di bawah 70. Muzamil, 2010 dalam jurnal silampari Dwi
Sebagai sumber daya manusia tentunya dkk, 2018) kata puzzel berasal dari bahasa
mereka tidak bisa dimanfaatkan, karena inggris yang berarti teka-teki atau bongkar
0,1 % dari anak-anak ini memerlukan pasang . berdasarkan pengertian tentang
perawatan, bimbingan serta pengawasan media puzzel maka dapat disimpulkan
sepanjang hidupnya. Sedangkan di bahwa media puzzel merupakan alat
Indonesia jumlah anak berkebutuhan permainan edukatif yang dapat merangsang
khusus adalah sekitar 7% dari total kemampuan matematika anak , yang
jumlah anak usia 0-18 tahun atau dimainkan dengan cara membongkar
sebesar 6.230.000. Insiden retardasi pasang kepingan puzzel berdasarkan
mental 1,5 kali lebih banyak pada laki- pasangannya. Tujuan dalam penelitian ini
laki dibandingkan dengan perempuan, yaitu mencari pengaruh permainan puzzel
dimana kejadian tertinggi pada masa pada anak tunagrahita di slb-g.
anak sekolah dengan puncak usia 6
sampai 17 tahun (Ramayumi, 2014).
Menurut Data yang didapat dari 2. TINJAUAN TEORITIS
Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi a. Konsep Bermain
Jawa Barat tahun 2012, jumlah Bermain merupakan cara ilmiah
penyandang cacat dari usia 0- 17 tahun bagi seorang anak untuk
adalah 1732 anak. Dengan penyandang mengungkapkan konflik yang ada
cacat mental atau retardasi mental yaitu dalam dirinya yang pada awalnya
553 anak atau 31.93 %. anak belum sadar bawha dirinya
Kemampuan beradaptasi sosial sedang mengalami konflik (Miller

28
Healthy Journal ©2021, Prodi Ilmu Keperawatan, FIKES-UNIBBA, Bandung
Vol. IX No. 1 , Maret 2021 ISSN 2339-1383

B.F. 1983 dalam H. Nabiel Ridha, Meningkatkan keterampilan


2014). motorik halus, Meningkatkan
b. Tipe Bermain keterampilan sosial, Merangsang
Secara umum terdapat dua tipe perkembangan kreativitas,
bermain yaitu; Meningkatkan perkembangan
1) Solitary play. Pada masa moral. Adapun kelebihan dari
awal anak-anak, mereka media puzzel menurut Chumala,
biasanya bermain sendiri. Nur, 2013 yaitu Media puzzel
Mereka bereksplorasi dengan bersifat konkrit , Media puzzel
menggunakan seluruh dapat mengatasi keterbatasan ruang
inderanya. dan waktu, Media puzzel dapat
2) Parallel play. Berikutnya menarik minat dan perhatian siswa.
anak bisa jadi bermain dalam
tempat dan waktu yang sama d. Konsep Perkembangan Sosial
dengan anak lainnya tetapi Mulai bergaul atau hubungan
mereka bermain sendiri- sosial baik dengan orang tua, anggota
sendiri tanpa berkomunikasi keluarga, orang dewasa lainnya,
satu sama lain. maupun teman bermainnya, anak mulai
3) Associative play. Permainan mengembangkan bentuk-bentuk
ini Ketika anak berada dalam tingkah laku sosial seperti berikut ;
kelompok, mereka bermain 1) Pembangkangan (negativesme),
Bersama-sama tetapi tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi
biasanya tidak ada peran terhadap penerapan disiplin atau
spesifik atau tujuan untuk tuntutan orang tua atau lingkungan
menghasilkan Sesutu. yang tidak sesuai dengan kehendak
4) Cooperative play. Seiring anak.
dengan keterlibatannya 2) Agresi (aggression), yaitu perilaku
dengan anak lain, lambat menyerang balik secara fisik
laun anak-anak ini akan (nonverbal) maupun kata-kata
merencanakan permainan (verbal). Agresi ini merupakan salah
dan mereka terlibat Bersama- satu bentuk reaksi terhadap frustasi
sama dalam permainan (rasa kecewa karena tidak terpenuhi
tersebut. kebutuhan atau keinginannya).
3) Berselisih atau bertengkar
c. Konsep Permainan Puzzle (quarelling), terjadi apabila seseorang
Menurut Patmonodewo ( anak merasa tersinggung atau
Misbach, Mujamil, 2010) kata terganggu oleh sikap dan perilaku
puzzle berasal dari Bahasa anak lain, seperti diganggu pada saat
Inggris yang berarti teka-teki mengerjakan sesuatu atau direbut
atau bongkar pasang, media barang atau mainannya.
puzzle merupakan media 4) Menggoda (teasing), yaitu sebagai
sederhana yang dimainkan bentuk lain dari tingkah laku agresif.
dengan bongkar pasang. Menggoda merupakan serangan
Manfaat bermain puzzle mental terhadap orang lain dalam
yaitu Melatih dan membantu bentuk verbal (katakata ejekan atau
keterampilan kognitif , cemoohan). Sehingga menimbulkan

29
Healthy Journal ©2021, Prodi Ilmu Keperawatan, FIKES-UNIBBA, Bandung
Vol. IX No. 1 , Maret 2021 ISSN 2339-1383

reaksi marah pada orang yang 4. HASIL PENELITIAN


diserangnya. Hasil penelitin dijabarkan mulai dari
5) Persaingan (rivalry), yaitu deskripsi anak tunagrahita pada
keinginan untuk melebihi orang perkembangan sosialnya.
lain dan selalu didorong atau 1. Analisa univariat
distimulasi oleh orang lain. a. Tael Karakteristik
6) Kerja sama (cooperation), yaitu responden Frekuensi Jenis
sikap mau bekerja sama dengan Kelamin Responden Anak
kelompok. Jenis
7) Tingkah laku berkuasa (ascendant
Kelamin Persentase
behaviour), yaitu sejenis tingkah Frekuensi
laku untuk menguasai situasi sosial, Responden (%)
mendominasi, atau bersikap
Anak
bossines.
8) Mementingkan diri sendiri Laki- Laki 11 73,3
(selfishness), yaitu sikap egosentris
dalam memenuhi keinginannya. Perempuan 4 26,7
9) Simpati (sympathy), yaitu sikap Total 15 100,0
emosional yang mendorong
individu untuk menaruh perhatian Berdasarkan tabel di atas dapat
terhadap orang lain, mau mendekati dijelaskan dari 15 orang responden
atau bekerja sama dengannya. sebagian besar responden anak adalah
laki-laki dengan jumlah 11 orang
3. METODOLOGI PENELITIAN dengan persentasi 73,3% dan sebagian
Penelitian ini merupakan penelitian kecil perempuan dengan jumlah 4
kuantitatif dengan metode pra orang dengan persentasi 26,7%.
eksperimental (one-group pra- post test
design). Pengumpulan data dilakukan Tabel : Distribusi Frekuensi
menggunakan lembar observasi. dalam Rentang Usia Anak
analisa univariat dan metode uji statistik
untuk variabel permainan puzzel dan Rentan Persentase
Frekuensi
perkembangan sosial dengan Usia Anak (%)
perhitungan presentase untuk
mengetahui karakteristik responden 7-8 4 26,7%
serta untuk mendeskripsikan 9-10 6 40%
variabel bebas dan variabel terkait.
Analisa bivariat ini digunakan untuk 11-12 4 26,7%
mengetahui pengaruh permainan 13-14 1 6,6%
puzzzel pada anak tunagrahita terhadap
perkembangan sosial. Dalama analisa Total 15 100%
bivariat dalam penelitian ini
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dijelaskan
meggunakan uji Wilcoxon. Teknik
sebagian besar responden rentang usia anak
sampling yang digunakan yaitu total
berusia 9-10 sebanyak 6 orang (40%)
sampling dengan jumlah sampel 15
dan sebagian kecil berusia 13-14 sebanyak
orang.
1 orang (6,6%).

30
Healthy Journal ©2021, Prodi Ilmu Keperawatan, FIKES-UNIBBA, Bandung
Vol. IX No. 1 , Maret 2021 ISSN 2339-1383

Tabel : Distribusi frekuensi perkembangan Berdasarkan tabel distribusi diatas


sosial sebelum dilakukan permainn puzzel dapat dijelaskan sesudah dilakukan
permainan puzzel sebagian besar anak
Persen
N Perkemban Frekue mengalami perkembangan sosial
tase
o gan Sosial nsi berkembang sesuai harapan 13 orang
(%)
Belum (86,7%) dan sebagian kecil
1 Berkemban 11 73,3 perkembangan sosial berkenmbang
g (< 39%) sesuai harapan 2 orang (13,3%).
Mulai
2 Berkemban 4 26,7 Signed Rank didapat hasil dengan p
g (40%- value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar
64%) 0,001 kurang dari 0,05 maka dapat
Berkemban disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
3 g Sangat 0 0 permainan puzzel terhadap
Baik (65%- perkembangan sosialisasi pada anak
79%)
usia 7-13 tahun. Hal ini menunjukan
Berkembang secara statistik bahawa terdapat
Sesuai perngaruh permainan puzzel terhadap
4 0 0
Harapan
(80%-100%)
perkembangan sosial anak. Berdsarkn
tabel symnetric measure didapatkan
Jumlah 15 100
hasil dari uji wilcoxon yaitu 0,001 hal
Dari tabel distribusi diatas dapat dijelaskan ini menunjukan pengaruh antara
sebelum dilakukan permainan puzzel variabel X dan Y.
didapatkan sebagian besar anak mengalami
perkembangan sosial Belum Berkembang 5. PEMBAHASAN
terdapat 11 orang (73,3%), dan sebagian Kemampuan sosialisasi yang baik pada
kecil Mulai Berkembang terdapat 4 orang anak retardasi mental kategori sedang
(26,7%), diperlukan untuk dapat menciptakan
komunikasi yang efektif dengan teman
Tabel : Distribusi frekuensi perkembangan sebayanya dan juga sangat penting untuk
sosial setelah dilakukan permainn puzzel menghindari konflik dan situasi yang
No Perkemban Frek Persenta kompleks terjadi di lingkungannya (Matson
gan Sosial uensi se (%) & Swizy, cit Johny, Timothy, & Santino,
1 Belum 0 0 2009) dalam jurnal Dwi Retnaningsih dkk,
Berkembang 2013.
(< 39%) Anak dengan retardasi mental kategori
2 Mulai 0 0 sedang merupakan kelompok yang mampu
Berkembang
(40%-64%)
dilatih. Pada kelompok ini anak mengalami
3 Berkembang 2 13,3 keterlambatan perkembangan pemahaman
Sangat dan penggunaan bahasa, sehingga
Baik (65%- perkembangan keterampilannya emosional
79%) dan sosial pada anak retardasi mental
4 Berkembang 13 86,7 kategori sedang dapat dioptimalkan dengan
Sesuai
Harapan menggunakan satu metode. Salah satu
(80%-100%) metode yang dapat digunakan untuk
Jumlah 15 100 meminimalkan keterlambatan
perkembangan dan penggunaan bahasa

31
Healthy Journal ©2021, Prodi Ilmu Keperawatan, FIKES-UNIBBA, Bandung
Vol. IX No. 1 , Maret 2021 ISSN 2339-1383

pada anak retardasi mental kategori kejenuhan anak, dan untuk menambah
sedang adalah dengan metode bermain ingatan anak.
(Sularyo & Kadim, 2007) dalam jurnal Peneliti Dwi Wulandari, Nelvia, dan
Dwi Retnaningsih dkk,2013. Dwi Saputra (2018) telah membuktikan
Menurut Hurlock (2010), peran aktif adanya pengaruh permainan puzzel
anak dalam bermain dengan teman terhadap perkembangab sosial pada anak
sebayanya dapat berpengaruh terhadap rertardasi mental. Menurut Ismail (2011)
kemampuan anak dalam beradaptasi puzzle adalah permainan yang menyusun
sosial. Anak harus memacu dirinya suatu gambar atau benda yang telah di
sendiri untuk berinteraksi dengan pecah dalam beberapa bagian. Cara
lingkungan sekitarnya. Dengan adanya memainkan Puzzle adalah memisahkan
teman dalam satu kelompok anak bisa kepingan-kepingan yang dipisahkan lalu
saling berdiskusi dan bekerja sama, serta digabungkan kembali dan terbentuk
dengan adanya kelompok lawan yang menjadi sebuah gambar.
memiliki tingkat kemampuan sosialisasi Dengan kata lain perkembangan adalah
yang berbeda dapat memotivasi anak suatu gejala perubahan dalam fungsi dari
untuk tertarik dan beradaptasi dengan organ-organ yang telah mengalami
permainan. pertumbuhan tersebut. Pengertian lain
Tujuannya dilakukan permainan dijelaskan oleh Santrock (2007) dimana
puzzel yaitu untuk meningkatkan perkembangan memiliki makna sebagai
perkembangan sosial pada anak pola perubahan yang dimulai sejak
tunagrahita, Apabila puzzel dimainkan pembuahan, yang berlanjut sepanjang
secara berkelompok maka hal itu rentang hidup.
sekaligus menjadi ajang bagi anak untuk
berinteraksi dengan lingkungan satu 6. SIMPULAN
sama lain. Hal ini meningkatkan Dari hasil penelitian, maka dapat
kemampuan sosialnya yaitu disimpulkan :
keterampilan yang berhubungan dengan 1. Perkembangan sosial anak sebelum
bagaimana cara berinteraksi dengan dilakukan permainan puzzel
orang lain. Di dalam suatu kelompok sebagian besar berada pada kategori
anak akan saling menghargai, salinhg perkembangan sosial Belum
membantu dan berdiskusi satu sama lain Berkembang dengan jumlah 11
(Supartini dalam Mefi Wulandari, 2019). orang (73,3%).
Menurut Effiana Yuriastien dkk 2. Perkembangan sosial anak setelah
bahwa permainan puzzel merupakan diberikan permainan Puzzel sebagian
suatu permainan yang dapat merangsang besar berada pada kategori
pemahaman anak terhadap ruang Berkembang Sesuai Harapan dengan
kemampuan membayangkan sesuatu jumlah sebanyak 13 orang (86,7%).
secara mental, serta kemampaun 3. Terdapat pengaruh permainan puzzel
memecahkan masalah. Dengan terhadap perkembangan sosial pada
menggunakan alat permainan edukatif anak tunagrahita dengan usia 7-13
semua bisa dikembangkan dengan tahun di SLB-G
mudah misalnya, memudahkan anak Saran dalam penelitian ini yaitu Anak yang
untuk belajar, untuk melatih konsentrasi belum berkembang disarankan untuk lebih giat
anak, untuk media kreativitas dan lagi dalam proses pembelajaran dengan
imajinasi anak, untuk menghilangkan menggunakan moteda pembelajaran

32
Healthy Journal ©2021, Prodi Ilmu Keperawatan, FIKES-UNIBBA, Bandung
Vol. IX No. 1 , Maret 2021 ISSN 2339-1383

menggunakan permainan yang Malone, D. M., (2006). Differential


mengedukatif dalam bimbingan atau Exsspresion of Toy Play by
pengawasan bapak/ibu guru dan orang tua , Preschoolers With and Without
permainan puzzel dilakukan selama 3x Mental Retardation. Journal of
dalam seminggu dengan waktu 15 menit. Research in Childhood Education.
Anak yang stimulus Vol.21 Issu 2, p117- 13.
perkembangannya masih kurang diharapkan Misbach, Muzamil. 2010. Pengertian
pihak sekolah guru, orang tua ikut MediaPuzzel.(https://www.academia
membantu dalam peningkatan .edu/97 17051/, diakses tanggal
perkembangan sosial pada anak untuk lebih 14 Febuari 2020).
baik. Musfiroh. (2012). Cerdas Melalui
Anak yang sudah bagus dalam Bermain. PT Grasindo: Jakarta.
perkembangannya diharapkan Mutiah. 2010. Psikologi Bermain Anak
mempertahankan tingkat sosial untuk bisa Usia Dini. Kencana: Jakarta.
merangsang stimulus temannya yang belum Muzamil, misbach. 2010. Pengertian
berkembang dan mengajak bergabung Media Puzzel. Diakses pada tanggal
bersama. 23 Febuari 2020.
Economisc jurnal.
7. DAFTAR PUSTAKA https://economiscjurnal.blogspot.co
m/2010/09/p engertian-media-
Angelina Regina. “Pola Bermain Anak puzzel.html.
Usia Dini Tuna Grahita di Nabiel Ridha. 2014. “Buku Ajar
Kupang”. Jurnal. Keperawatan Anak”. Penerbit
Delphie, B. (2012). Pembelajaran Anak Pustaka Pelajar. Celeban.
Tunagrahita. Bandung: Refika Nurmeliawati Tia. 2016. “Modul Guru
Aditama. Pembelajar SLB Tunagrahita
Depkes RI. 2014. Pedoman Pelayanan Kelompok Kompetensi B”. PPPPTK
Kesehatan Anak di Sekolah Luar dan PLB Bandung.
Biasa (SLB) Bagi Petugas Nursalam. 2016 “Metode Penelitian Ilmu
Kesehatan. Departemen Keperawatan Edisi 4 ”. Penerbit
Kesehatan RI: Jakarta. Selemba Medika.
Eka Tusyna dkk, “Analisis Patmonodewo. 2010. Permainan Edukatif.
perkembangan sosial- Jakarta: PT Gramedia Pustaka
emosional tercapai siswa usia Utama.
dasar”.J. Inventa Vol III. No.1 Prihartawati Ekanti, 2016. “ Pengaruh
2019. Permainan Puzzel Terhadap
Elizabeth B. Hurlock. 2010. Psikologi Kemampuan Mengenal Huruf Vokal
Perkembangan. Erlangga. pada Anak Tuna Grahita Kategori
Hartinah Sitti. 2011. “Pengembangan Sedang Kelas III SLB N Sleman.
Peserta Didik”. PT. Refika Jurnal.
Aditama. Rahmaya Nova, “Pengaruh Metode
Ismail, A. (2011). Education Games. Bermain Puzzel Terhadap
Jogjakarta: Pro U Media. Kemampuan Sosialisasi Anak
Mahmud. (2011).”Metode Penelitian Retardasi Mental Di SLB C Yakut
Pendidikan” Penerbit Pustaka Purwokerto”. Diunduh dari
Setia. https://ejournal.uhb.ac.id/index.php/

33
Healthy Journal ©2021, Prodi Ilmu Keperawatan, FIKES-UNIBBA, Bandung
Vol. IX No. 1 , Maret 2021 ISSN 2339-1383

VM/.article/view/232/2 04 Mental. Madiun: Fakultas


(diakses pada 30 Juli 2020 pukul Keperawatan Universitas Airlangga.
13.44). Sutinah. (2019). Terapi Bermain Puzzel
Ramayumi. 2014. Karakteristik Berpengaruh Terhadap Kemampuan
Penderita Retardasi Mental di Memori Jangka Pendek Anak
SLB Kota Bukittinggi. Artikel Tunagrahita.
Penelitian. MKA, 37(3). Wahyuni, Nanik. Dkk. 2010. Pemanfaatan
Desember 2014. Media Puzzle Metamorfosis dalam
Retnaningsih Dwi, 2013. ”Pengaruh Pembelajaran Sains untuk
terapi bermain puzzel terhadap Meningkatakan Hasil Belajar Siswa
tingkat perkembangan sosial pada Kelas II SD Sawunggaling 1.
anak retardasi mentak di SLB N Wardhani Hartika Sintya. 2012. “Terapi
kabupaten Rembang”. Jurnal bermain cooperative play dengan
Literatur. Program Studi Ners. puzzel meningkatkan kemampuan
Stikes Widya Husada Semarang. sosialisasi anak retardasi mental”.
Jurnal. Fakultas Kesehatan Universitas
Salmiah, S. 2013. Retardasi Mental. Airlangga Kampus C Mulyorejo
Fakultas Kedokteran Gigi Surabaya. Jurnal.
Universitas Sumatera Utara. Wardhani. (2012). Terapi Bermain:
Sugiyono. 2013. “Motode Penelitian Cooperative Play dengan Puzzle
Pendidikan Pendekatan Meningkatkan Kemampuan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”. Sosialisasi Anak Retardasi Mental di
Sugiyono. 2019. “Metode Penelitian SLB Al – Hidayah, desa Mejayan,
Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Kabupaten Madiun. Skripsi. Fakultas
Penerbit Alfabeta, cv. Keperawatan Universitas Airlangga
Sularyo, T. S., & Kadim, M. 2007. Sari Kampus C Mulyorejo Surabaya.
Pediatri Volume 2 Topik Khusus Wong. 2009. Buku Ajar Keperawatan
Retardasi Mental. Jakarta: Pediatrik. Vol. 1. Edisi 6. EGC:
Salemba. Jakarta.
Sularyo, T. S., & Kadim, M. 2007. Sari Wulandari Dwi, 2018. “Pengaruh
Pediatri Volume 2 Topik Khusus permainan puzzel terhadap
Retardasi Mental. Jakarta: kemampuan beradaptasi sosial siswa
Salemba. retardasi mental”. Jurnal
Suparno, Supartini, E., & Purwandari. Keperawatan Silampari Vol 1,
(2010). Pengembangan Model Nomor 2, Juni 2018 e-ISSN : 2581-
Modifikasi perilaku Sosial 1975 p-ISSN : 2597-7482. Jurnal.
Melalui Media Belajar Berkonsep Wulandari Mefi, “Pengaruh permainan
Konvergensi Bagi Anak Autis. puzzel terhadap perkembangan
Jurnal Kependidikan, 40(2),201- kognitif pada anak 5-6 tahun di paud
214. harapan Ananda kota Bengkulu”
Supartini. Y. (2004). Konsep Dasar Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Tadris
Keperawatan Anak. EGC: Jakarta. Institut Agama Islam Negeri
Susanti. (2009). Terapi Bermain: Bengkulu. Diunduh dari
Cooperative Play dengan Puzzel http://repository.iainbengkulu.ac.id/
Meningkatkan Kemampuan 2800/1/BAB%20I-V.pdf (diakses 12
Sosialisasi Anak Retardasi Febuari 2020 pukul15.30).

34
Healthy Journal ©2021, Prodi Ilmu Keperawatan, FIKES-UNIBBA, Bandung

Anda mungkin juga menyukai