Anda di halaman 1dari 5

Bermain merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak-

anak, sekalipun anak dalam keadaan sakit dan dirawat.Melalui media bermain anak belajar
berkata-kata dan belajar beradaptasi dengan lingkungan, obyek, waktu, ruang dan orang.
Bermain bagi anak juga merupakan kerja, dalam bermain anak melaksanakan praktek yang
kompleks, proses kehidupan yang penuh stress, komunikasi dan hubungan interpersonal yang
memuaskan sambil meningkatkan dan memperluas hubungan dengan orang lain, bermain juga
mengandung motivasi intrinsik anak.

Dalam keadaan sakit dan dirawat di rumah sakit, bermain tetap diperlukan untuk melanjutkan
pertumbuhan dan perkembangan.Dengan bermain anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan
dan fantasi. Disamping itu anak dapat tetap mengembangkan kreatifitasnya serta agar anak dapat
beradaptasi lebih efektif terhadap stress.

Untuk memfasilitasi keadaan diatas diperlukan peran perawat dalam memberikan aktifitas
bermain yang tepat pada anak sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya, tentunya dengan
memperhatikan prinsip-prinsip bermain di rumah sakit

I. KLASIFIKASI BERMAIN
Menurut isinya bermain terbagi menjadi social affective play, Sense of plessure play, Skill
play dan dramatic play.

1. Social Affective Play


Pada social affective play anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan
oleh lingkungan terhadapnya dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara
atau memanjakan dan anak tertawa senang.

2. Sense Of Plessure Play


Anak memperoleh kesenangan dari satu objek yang ada disekitarnya, misalnya bermain
air atau pasir.

3. Skill Play
Permainan yang memberikan kesempatan pada anak untuk memperoleh ketrampilan
tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang, misalnya mengendarai
sepeda.

4. Dramatic Play
Dramatic play atau Role Play anak akan berfantasi menjalankan peran tertentu ,
misalnya menjadi ayah, ibu, perawat, atau guru.

Menurut karakteristik sosial bermain terdiri dari Solitary play, Paralel Play, Assosiative
Play dan Cooperative Play.

1. Solitary Play
Dilakukan oleh anak usia Toddler, merupakan jenis permainan dimana anak bermain
sendiri walaupun ada orang lain yang berada disekitarnya.

2. Parallel Play
Permainan sejenis dilakukan oleh satu kelompok anak Toddler atau preschool yang
masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi antara satu dengan yang lainnya
tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung.
3. Assosiative play
Merupakan permainan dimana anak bermain dalam kelompok dengan aktifitas yang
sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, jadi belum ada pembagian tugas diantara
anak dan mereka yang bermain sesuai dengan keinginannya.
4. Cooperative Play
Merupakan permainan dimana anak bermain bersama dengan jenis permainan yang
terorganisasi, terencana dan ada aturan-aturan tertentu. Permainan ini dilakukan oleh
anak usia sekolah atau adolesence.

II. FUNGSI BERMAIN


Fungsi bermain bagi anak terutama dapat mengatur kelangsungan perkembangan, yang
mencakup perkembangan sensori motorik, kognitif, kreatifitas sosial, kesadaran diri, moral,
terapi dan komunikasi.

1. Perkembangan Sensory Motorik


Aktifitas sensory motorik adalah komponen yang terbesar dalam permainan bagi semua
tingkat usia. Permainan yang aktif dengan menggunakan suatu obyek adalah penting
untuk perkembangan otot-otot/gerak.

2. Perkembangan Kognitif
Perkembangan ini diperoleh dengan melakukan explorasi dan manipulasi benda-benda
sekitarnya baik dalam hal warna, bentuk, ukuran dan pentingnya benda tersebut. Anak
juga belajar bagaimana menggunakannya, menghubungkan kata-kata dengan
obyek/benda tersebut dan mengembangkan pengertian tentang konsep yang abstrak
misalnya atas, bawah, dibawah dan diatas. Selain perkembangan kognitif, perkembangan
bahasa juga diperoleh dengan cara pengalaman yang lalu dan menggabungkannya dengan
persepsi baru.

3. Perkembangan Kreatifitas
Perkembangan kreatifitas sangat mungkin diperoleh karena anak dapat melakukan
percobaan tentang ide mereka dalam permainan melalui semua media.Kreatifitas
terutama diperoleh sebagai hasil permainan solitary dan group. Seorang anak yang
merasa puas dengan kreatifitasnya yang baru dan beda akan membawa minatnya
terhadap lingkungannya.

4. Perkembangan Sosial
Perkembangan ini diperoleh karena dengan bermain anak belajar berinteraksi dengan
orang lain dan mempelajari peran dalam kelompok. Sebenarnya sejak bayi anak sudah
mulai menunjukkan perhatian dan kesenangannya dalam berhubungan dengan orang lain,
tetapi melalui permainan dengan anak yang lainnya, meraka dapat mengembangkan
hubungan sosial dan memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan masalah sosial
tersebut.

5. Perkembangan Kesadaran Diri


Kesadaran diri dapat diperoleh dengan bermain, sebab anak belajar memahami
kemampuan dirinya, kelemahannya dan tingkah lakunya terhadap orang lain.

6. Perkembangan Moral
Perkembangan moral dapat diperoleh dari permainan dengan adanya interaksi dengan
teman selama melakukan permainan, walaupun pemahaman yang mendasar dari orang
tua, guru atau orang lain sekitarnya. Dengan bemain anak akan bertingkah laku sesuai
dengan yang diharapkan, karenanya anak akan menyesuaikan dengan aturan-aturan
kelompok dan bersikap jujur terhadap kelompok.
7. Terapi
Bermain juga berfungsi sebagai terapi, karena dapat memberi kesempatan pada anak
untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak, misalnya marah , benci, kesal atau
takut.

8. Komunikasi
Bermain dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bermain merupakan alat
komunikasi terutama anak yang belum dapat menyatakan perasaannya secara verbal,
misalnya melukis, menggambar atau bermain peran.

III. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERMAIN

Aktifitas bermain dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Tahap perkembangan, status
kesehatan, jenis kelamin, lingkungan dan alat permainannya cocok atau tidak.
Setiap tahap perkembangan mempunyai potensi atau keterbatasan, anak usia BATITA
mempunyai potensi untuk melakukan serangkaian permainan tertentu tetapi juga mempunyai
keterbatasan dimana belum dapat mencapai kemampuan seperti anak di atas usianya yaitu anak
usia pra sekolah. Kondisi ini mempengaruhi permainan yang dibutuhkannya.

Status kesehatan anak juga mempengaruhi aktifitas bermain karena anak dalam keadaan sakit
kemampuan psikomotor maupun kognitifnya terganggu.

Pada tahap usia tertentu jenis kelamin mempengaruhi aktifitas misalnya pada usia sekolah anak
laki-laki tidak mau bermain dengan anak wanita. Dengan demikian jenis permainan yang dipilih
sesuai dengan minat atau interes kelompok kelamin tersebut.

Lingkungan dapat mempengaruhi aktifitas bermain. Sesuai dengan lokasi tempat tinggal atau
suku bangsa, maka budaya juga mempunyai karakteristik yang berbeda. Hal ini berpengaruh
dalam setiap gerak kehidupannya. Dengan demikian kehidupan anak tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan bermain. Hal lain yang berpengaruh terhadap aktifitas bermain adalah alat permainan
itu sendiri. Alat permainan yang dipilih harus sesuai dengan tahap perkembangan anak sehingga
anak akan dapat menggunakannya dan memperoleh kepuasan.
KARAKTERISTIK BERMAIN SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN
Dalam memilih permainan harus memperhatikan kebutuhan anak sehingga tumbuh
kembang anak sesuai dengan usianya. Latar belakang, budaya, sex, status kesehatan dan
lingkungan dimana anak berada.

Toddler (2 – 3 Tahun)

Anak pada usia ini sudah dapatberjalan, memanjat, atau berlari dan dapat memainkan
sesuatu dengan tangannya. Disamping itu anak senang melempar, mendorong, atau mengambil
sesuatu. Anak mulai mengerti arti “memiliki”. Dengan karakteristik bermain yang paralel play,
anak toddler seringkali bertengkar memperebutkan mainan. Pada usia ini juga anak mulai
menyenangi musik atau irama.

Anda mungkin juga menyukai