Anda di halaman 1dari 20

Modul 6

Pendidikan
khusus Hello!

Anak Tunagrahita
Kelompok 4 :
Anita Siti Hasanah
Dewi Rochmah Alpiantini
Iim Masitoh
Hi!
Kegiatan Belajar 1

Definisi, Klasifikasi, Penyebab,


dan Cara Pencegahan Tunagrahita
Definisi TUNAGRAHITA
Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut mereka yang kondisi kecerdasannya di bawah rata-rata. Dalam
Bahasa Indonesia, istilah yang pernah digunakan, misalnya lemah otak, lemah ingatan, lemah pikiran, retardasi
mental, terbelakang mental, cacat grahita, dan tunagrahita.
Berikut adalah beberapa peristilahan dalam Bahasa Asing:
a. Mental Retardation
b. Feebleminded
c. Mental subnormality
d. Mental deficiency
e. Mentally handicapped
f. Intellectual handicapped
g. Intelectual disabled
h. Development mental disability
Salah satu definisi yang di terima secara luas dan menjadi rujukan utama ialah definisi yang dirumuskan Grossman
(1983) yang secara resmi digunakan AAMD ( American Association on Mental Deficiency) sebagai berikut.

Yang artinya: Ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara nyata (signifikan)

berada di bawah rata-rata (normal) bersamaan degan kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian
dan berlangsung (termanifestasi) pada masa perkembangannya .
Klasifikasi Anak Tunagrahita
Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini sesuai dengan PP 72
Tahun 1991, adalah sebagai berikut :

1. Tunagrahita ringan IQ-nya 50 – 70


2. Tunagrahita sedang IQ-nya 30-50
3. Tunagrahita berat dan sangat berat IQ-nya kurang dari 30

Ada juga klasifikasi yang berdasarkan kelainan jasmani yang di sebut


Tipe Klinis, adalah sebagai berikut :
1. Down Syndrome (Mongoloid)
2. Kretin (cebol)
3. Hydrocephalus
4. Microcephalus
5. Macrocephalus Great!
Penyebab Ketunagrahitaan
Berikut ini dikemukakan penyebab terjadinya ketunagrahitaan yang dikemukakan oleh Smith (1998) :
a. Penyebab Genetik dan Kromosom
b. Penyebab Pada Prakelahiran
c. Penyebab Pada saat Kelahiran
d. Penyebab-penyebab Selama masa perkembangan Anak-anak dan remaja
Selain itu terjadinya kecelakaan yang menyebabkan cedera otak pada masa perkembangan.
Studi lain pun menemukan bahwa anak yang berasal dari keluarga yang tingkat sosial dan ekonominya rendah
menunjukkan kecendrungan prestasi belajarnya semakin berkurang dengan meningkatnya usia.
Kurangnya rangsangan intelektual yang mengakibatkan timbulnya hambatan dalam perkembangan intelegensinya
sehingga anak berkembang menjadi anak tunagrahita.
Cara Pencegahan Ketunagrahitaan
Berbagai alternatif upaya pencegahan yang disarankan, antara lain berikut ini:
a. Penyuluhan Genetik
b. Diagnostik Parental
c. Imunisasi
d. Tes darah
e. Mengikuti Program KB
f. Tindakan operasi pada proses kelahiran dengan resiko tinggi
g. Sanitasi Lingkungan
h. Pemeliharaan kesehatan, terutama ibu hamil
i. Intervensi dini
j. Diet sesuai dengan petunjuk ahli kesehatan
Hi!
Kegiatan Belajar 2

Dampak Ketunagrahitaan
Dampak Ketunagrahitaan Secara Umum
Dampak terhadap kemampuan Akademik
Dampak dalam akademik mengakibatkan ketidakmampuann belajar hal-hal abstrak maka dalam belajarnya
membutuhkan alat batu agar mereka memiliki tanggapan tentang apa yang dipelajarinya. Selain itu
pembelajaran itu berulang-ulang dan secara bertahap, penyusunan programnya pun disesuaikan dengan usia
kecerdasannya.

Dampak Sosial/Emosional Dampak Fisik/Kesehatan


Anak tunagrahita memiliki ketidakmampuan Baik struktur maupun fungsi tubuh pada
untuk memahami aturan sosial dan umumnya anak tunagrahita kurang dari anak
keluarga,sekolah, serta masyarakat. Dalam normal. Kelainan yang terjadi bukan pada organ
pergaulan, mereka tidak dapat mengurus diri, tetapi pada pusat pengolahan di otak.
memelihara, dan memimpin diri.
Dampak ditinjau dari tingkat ketunagrahitaan
Tunagrahita Ringan Tunagrahita Sedang
Masih mampu melakukan kegiatan bina diri Anak yang ketunagrahitaannya sedang melakukan
seperti merawat diri, mengurus diri, menolong bina diri akan sedikit menggantungkan dirinya kepada
diri, berkomunikasi, adaptasi sosial, dan orang tua atau orang yang terdekat dengannya. Dalam
melakukan tata laksana rumah sehingga tidak hal akademik mereka hanya mamapu melakukannya
bergantung pada orang lain. Dalam belajar, dalam hal-hal yang sifatnya sosial, seperti menulis
mereka tidak mampu mempelajari hal-hal bersifat namanya, alamatnya, nama orang tuanya.
abstrak.
Tunagrahita Berat dan sangat berat
Dampak pada tingkat ini lebih berat, karena mereka
membutuhkan bantuan secara terus menerus dalam
kehidupannya, namun mereka masih dapat dilatih untuk
melakukan sesuatu yang sederhana dan berulang-ulang.
Dampak dilihat dari waktu terjadinya ketunagrahitaan

Tunagrahita Sejak lahir Tunagrahita Pada masa kanak-kanak


Ketunagrahitaan pada masa ini akan
Anak tunagrahita sejak lahir tidak mereaksi
mempengaruhinya dalam bermain, reaksi yang lambat,
dengan baik terhadap rangsangan yang
cepat tapi tidak tepat.
diperolehnya.

Tunagrahita Pada masa Sekolah Tunagrahita Pada masa puber


Mereka mengalami kesulitan dalam pergaulan
Pada masa ini banyak kaitannya dengan belajar. dan mengendalikan diri karena perkembangan
Mereka mengalami kesulitan pada hampir berpikir dan kepribadian mereka dibawah
semua pelajaran, terutama dalam pelajaran usianya, meskipun pertumbuhan fisiknya
calistung. Mereka mengalami kelainan dalam berkembang normal.
presepsi, asosiasi, mengingat kembali,
kekurangmatangan motorik, dan gangguan
koordinasi sensorik.
Hi!
Kegiatan Belajar 3

Kebutuhan Khusus dan Profil


Pendidik Bagi Anak Tunagrahita
Kebutuhan Khusus Anak Tunagrahita
Kebutuhan Sosial dan
Kebutuhan Pendidikan Emosi bantuan dari para ahli terkait baik untuk
Secara khusus dalam pendidikan, anak Di perlukannya
tunagrahita membutuhkan hal-hal berikut, anak itu, orang tua dan keluarganya agar menerima
diantaranya: keadaan anakna dan mau membantu anaknya
a. Jenis mata pelajaran mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Dalam penentuan materi pembelajarannya
lebih banyak diarahkan pada pelajaran
keterampilan. Kebutuhan Fisik dan Kesehatan
b. Waktu belajar
Kebutuhan waktu dalam belajar dan Kebutuhan fisik dan kesehatan dibutuhkan erat
pengulangan tergantung pada berat kaitannya dengan derajat ketunagrahitaan.
ringannya ketunagrahitaan.
c. Kemampuan bina diri
Kajian bina diri ini dibutuhkan agar dapat
mengantarkan anak untuk tidak tergantung
pada orang lain.
Profil Pendidikan Anak Tunagrahita
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan anak tunagrahita seperti yang diungakpkan Kirk (1986) adalah (a) dapat
mengembangkan potensi dengan sebaik-baiknya, (b) dapat menolong diri sendiri dan berguna bagi
masyarakat, (c) memiliki kehidupan lahir batin yang layak.
Sedangkan tujuan pendidikan anak tunagrahita yang dikemukakan Suhaeri HN (1980) sebagai berikut.
a) Tujuan pendidikan anak tunagrahita ringan adalah (1) agar dapat mengurus dan membina diri, (2) agar
dapat bergaul di masyarakat, (3) agar dapat mengerjakan sesuatu untuk beal hidupnya.
b) Tujuan pendidikan anak tunagrahita sedang adalah (1) agar dapat mengurus diri seperti makan, berpakaian
dan kebersihan badan, (2) agar dapat bergaul dengan anggota keluarga dan tetangga, (3) agar dapat
mengerjakn sesuatu secara rurin dan sederhana.
c) Tujuan pendidikan anak tunagrahita berat dan sangat berat adalah (1) agar dapat mengurus diri dengan
sederhana seperti memberi tanda apabila menginginkan sesuatu, (2) agar dapat melakukan kesibukan yang
bermanfaat, (3) agar dapat bergembira atau menghibur dirinya sendiri.
Tempat Pendidikan
a) Tempat khusus atau sistem segregasi
Tempat/sistem layanan pendidikan yang dapat dikelompokkan menjadi tempat khusus/sistem segregasi
adalah.
· Sekolah Khusus
· Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
· Kelas Jauh
· Guru kunjung
· Lembaga perawatan (institusi khusus)

b) Sekolah umum dengan sistem integrasi (terpadu)


Berikut ini beberapa tempat pendidikan yang termasuk sistem integrasi:
· Kelas biasa tanpa kekhususan baik bahan pelajaran maupun guru
· Kelas biasa dengan guru konsultan
· Kelas biasa dengan guru kunjung
· Kelas biasa dengan ruang sumber
· Kelas khusus sebagian waktu
· Kelas khusus
c) Sekolah biasa dengan sistem inklusif ( Sekolah inklusif)
2. Ciri Khas Layanan
a) Ciri-ciri khusus
Bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa yang sederhana dan tidak berbelit, dan jelas.
Penempatan anak tunagrahita di kelas, anak ditempatkan di depan dengan anak yang hamper sama
kemampuannya dan anak yang dapat menimbulkan sikap keakraban. Ketersediaan program khusus untuk
anak tunagrahita.

b) Prinsip khusus
· Prinsip skala perkembangan mental, guru memahami usia kecerdasan anak tunagrahita agar lebih mudah
menentukan materi pelajaran sesuai dengan usia mental anak.
· Prinsip kecekatan motorik, anak tunagrahita dapat mempelajari sesuatu dengan melakukannya dan dapat
melatih motorik anak yang kurang mereka kuasai.
· Prinsip keperagaan, dalam mengajarkan anak tunagrahita guru dapat menggunakan alat peraga untuk
membantu penyampaian materi pelajaran.
· Prinsip pengulangan, anak tunagrahita cepat lupa mengenai apa yang dipelajarinya sehingga mereka
membutuhkan pengulangan-pengulangan disertai contoh yang bervariasi.
· Prinsip individualisasi, menekankan perhatian pada perbedaan individual anak tunagrahita. Anak
tunagrahita belajar sesuai dengan iramanya sendiri.
3. Materi
Materi Pelajaran untuk anak tunagrahita harus lebih mengutamakan materi pelajaran yang mempunyai
ciri kecepatan motorik atau yang mengandung unsur praktek. Selain itu hendaknya ada kaitannya dengan
kehidupan anak sehari-hari dan sesuai dengan keadaan lingkungannya.

4. Strategi Pembelajaran
- Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan, diberikan kepada tiap murid meskipun mereka belajar
bersamatetapi materi pelajaran disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan tiap anak. Dalam pelaksanaannya
pengelompokan murid yang memungkinkan murid dapat berinteraksi, bekerjasama. Pengaturan lingkungan belajar
yang memungkinkan murid melakukan kegiatan yang beraneka ragam. Mengadakan pusat belajar, pada tiap pusat
belajar tersedia bahan yang dapat dipilih dan digunakan oleh anak itu sendiri.

- Strategi kooperatif, memiliki keunggulan adalam meningkatkan sosialisasi antara anak tunagrahita dengna anak
normal. Menumbuhkan sikap positif anak normal untuk menghargai prestasi yang dimiliki oleh anak tunagrahita,
sehingga harga diri dan potensi anak tunagrahita meningkat seoptimal mungkin.

- Strategi modifikasi tingkah laku, dilakukan pada anak tunagrahita yang tergolong sedang ke bawah. Tujuan strategi
ini untuk mengubah dan menghilangkan perilaku tidak baik menjadi perilaku baik.
5. Media
Pendidikan anak tunagrahita membutuhkan media seperti alat bantu belajar yang lebih banyak
mengingat keterbatasan kecerdasan intelektualnya. Dalam menciptakan media pendidikan anak
tunagrahita, guru perlu memperhatikan beberapa ketentuan, antara lain (1) bahan tidak berbahaya
bagi anak, mudah diperoleh, dapat digunakan oleh anak, (2) warna tidak mencolok dan tidak abstrak,
(3) ukurannya harus dapat digunakan atau diatur penggunaannya oleh anak itu sendiri (ukuran meja
dan kursi)..

6. Sarana
Sarana belajar pada pendidikan anak tunagrahita ini sama dengan sarana yang digunakan pada pendidikan
pada umumnya, tapi ukuran, warna dan bentuknya perlu dimodifikasi sesuai dengan keadaan anak.

7. Fasilitas pendukung

Fasilitas pendukung yang ada pada pendidikan anak tunagrahita adalah perlunya alat terapi bicara,
alat permainan, miniatur yang berkaitan dengan pelajarannya.
8. Evaluasi
Evaluasi belajar pada anak tunagrahita membutuhkan rumusan ketentuan-ketentuan mengingat berat
dan ringannya ketunagrahitaan. Berikut ini akan dikemukakan ketentuan-ketentuan khusus dalam
melaksanakan evaluasi belajar anak tunagrahita.
a) Waktu mengadakan evaluasi, evaluasi belajar anak tunagrahita tidak hanya dilakukan pada saat
kegiatan belajar mengajar berakhir atau pada waktu yang telah ditetapkan, melainkan dilakukan
selama proses belajar mengajar berlangsung.
b) Alat evaluasi, penggunaan alat evaluasi seperti tulisan, lisan dan perbuatan bagi anak
tunagrahita harus ditinjau lebih dahulu bagaimana keadaan anak tunagrahita yang akan
dievaluasi.
c) Kriteria keberhasilan, penilaian pada anak tunagrahita adalah longitudinal maksudnya penilaian
yang mengacu pada perbandingan prestasi individu atas dirinya sendiri yang dicapainya
kemarin dan hari ini.
d) Pencatatan hasil evaluasi, pencatatan hasil evaluasi untuk anak tunagrahita tidak cukup dengan
menggunakan bentuk kuantitatif tetapi harus ditambah pula dengan kualitatif.
Thank
You

Sekian dan Terima


Kasih

Anda mungkin juga menyukai