Anda di halaman 1dari 63

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Anak Tunagrahita

Anak tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak

yang mempunyai kecerdasan intelektual di bawah rata-rata dan ditandai oleh

keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial sehingga

memerlukan penanganan khusus termasuk dalam bidang pendidikan karena

mereka memiliki kesulitan dalam tugas akademik, komunikasi maupun sosial.

Pada bagian ini peneliti akan membahas tentang pengertian, klasifikasi, dan

karakteristik anak tunagrahita.

1. Pengertian Anak Tunagrahita

Banyak terminologi yang digunakan untuk menyebut anak

tunagrahita. Dalam Bahasa Indonesia, istilah yang pernah digunakan

misalnya lemah ingatan, lemah pikiran, reterdasi mental, terbelakang

mental, cacat grahita, dan tunagrahita. Sedangkan dalam kepustakaan

bahasa asing dikenal dengan istilah mental reterdation, mentally

reterded, mental deficiency, dan mental defective.

Untuk memahami anak tunagrahita salah satu definisi yang

diterima secara luas dan menjadi rujukan utama yang dikembangkan oleh

AAMD (American Association on Mental Deficiency) yang dikutip

Grossman (Kirk & Gallagher) dalam Astati dan Mulyati (2011:9) adalah

sebagai berikut:

Mental retardation refers to significantly subaverage general


intellectual functioning existing concurrently with deficits in

10
adaptive behavior and manifested during the developmental
pariod.
Tunagrahita mengacu pada fungsi intelektual umum yang nyata
berada di bawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan dalam
adaptasi tingkah laku dan berlangsung dalam masa perkembangan.

Dari kutipan tersebut terlihat bahwa bahwa seorang anak dikatakan

tunagrahita apabila mereka memiliki kekurangan dalam kecerdasan;

kekurangan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan, dan terjadi pada

periode perkembangan.

Menurut Somantri (2007:104) “keterbelakangan mental

menunjukkan fungsi intelektual dibawah rata-rata secara jelas dengan

disertai ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan

dan terjadi pada masa pekembangan”. Sejalan dengan definisi tersebut

Astati (2011:8) menyebutkan bahwa: “anak tunagrahita adalah mereka

yang kecerdasannya jelas-jelas dibawah rata-rata, di samping itu mereka

mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungan”.

Dari beberapa penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan

bahwa seseorang dikatakan tunagrahita apabila kecerdasannya

dibawah rata-rata, terhambat dalam belajar dan penyesuaian sosialnya,

serta memerlukan layanan pendidikan yang khusus.

2. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Pengelompokan anak tunagrahita pada umumnya didasarkan pada

taraf intelegensinya, kebanyakan diukur dengan tes Stanford Binet dan

Skala Weschler (WISC), yang terdiri dari tunagrahita ringan, tunagrahita

sedang, tunagrahita berat dan tunagrahita sangat berat.

11
Mengenai klasifikasi anak tunagrahita menurut Somantri (2007:106)

adalah sebagai berikut:

a. Anak tunagrahita ringan


Kelompok anak tunagrahita ringan memiliki IQ antara 68-52
menurut Binet IQ antara 66-55 menurut skala Weschler (WISC).
Mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung
sederhana. Anak tunagrahita ringan dapat dididik menjadi tenaga
kerja pertanian dan peternakan, namun mereka belum mampu
melakukan penyesuaian sosial dan tidak dapat merencanakan masa
depan.
b. Tunagrahita Sedang
Kelompok anak tunagrahita memiliki IQ 51-36 menurut Binet dan
IQ 54-40 menurut skala Weschler (WISC). Perkembangan mental
mereka bisa mencapai usia kurang lebih dari 7 tahun. Mereka dapat
dididik mengurus diri sendiri,melindungi diri sendiri dari bahaya
seperti berjalan di jalan raya. Kelompok ini sulit belajar akademik
seperti membaca, menulis, dan berhitung. Tapi masih bisa menulis
alamat dan nama sendiri. Mereka dapat mengerjakan pekerjaan
rumah tangga. kehidupan mereka membutuhkan pengawasan yang
terus menerus.
c. Tunagrahita Berat
Kelompok tunagrahita berat memiliki IQ 32-20 menurut Binet dan
IQ 39-25 menurut skala Weschler(WISC). Perkembangan mental
maksimal dapat dicapai kurang dari 3 tahun. mereka perlu bantuan
perawatan secara total dalam hal berpakaian, mandi, makan, bahkan
memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya.
d. Tunagrahita Sangat Berat
Hampir semua anak yang cacat mental mempunyai cacat ganda yang
menghambat prosedur pengajaran normal. Misalnya sebagai
tambahan cacat mental tersebut sianak lumpuh (karena cacat otak)
dan tuli. Tujuan pelatihan bagi anak-anak ini adalah
untukmembentuk suatu tingkatan penyesuaian sosial dalam situasi
lingkungan terbatas (terkendali).

Sedangkan menurut AAMD (American Association on Mental

Deficiency) dalam Amin (1995:22-24) klasifikasi anak tunagrahita sebagai

berikut:

a. Tunagrahita ringan
Mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasannya
dan adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka mempunyai
kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik,
penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja.

12
b. Tunagrahita sedang
Anak tunagrahita sedang memiliki kemampuan intelektual umum
dan adaptasi perilaku di bawah tunagrahita ringan. Mereka dapat
belajar keterampilan sekolah untuk tujuan-tujuan fungsional,
mencapai suatu tingkat “tanggung jawab sosial” dan mencapai
penyesuaian sebagai pekerja dengan bantuan.
c. Tunagrahita berat dan sangat berat
Anak yang tergolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir
tidak memiliki kemampuan untuk di latih mengurus diri sendiri
melakukan sosialisasi dan bekerja. Di antara mereka (sampai batas
tertentu) ada yang dapat mengurus diri sendiri dan dapat
berkomunikasi secara sederhana serta dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitarnya yang sangat terbatas.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi anak

tunagrahita terbagi menjadi empat kelompok yaitu: tunagrahita ringan,

tunagrahita sedang, tunagrahita berat dan tunagrahita sangat berat. Tujuan

utama dari pengklasifikasian anak tunagrahita adalah untuk memudahkan

guru dalam penyusunan program, pemberian bantuan, pelayanan, atau

intervensi sesuai dengan kebutuhan anak tersebut.

3. Karakteristik Anak Tunagrahita

Keterbatasan dalam kemampuan dan kesulitan beradaptasi dengan

lingkungannya membuat anak tunagrahita memiliki karakteristik yang

berbeda dengan anak lainnya.

Berikut adalah karakteristik anak tunagrahita menurut Astati (2011:15),

yaitu:

a. Kecerdasan Intelektual
Kapasitas belajar anak tunagrahita sangat terbatas terutama dalam
hal-hal yang abstrak. Mereka belajar dengan membaca (rote
learning) bukan dengan pengertian.
b. Sosial
Dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus, memelihara dan
memimpin diri. Mereka bermain dengan teman yang lebih mudah
darinya. Setelah dewasa, kepentingan ekonominya sangat tergantung

13
pada bantuan orang lain. Tanpa bimbingan dan pengawasan, mereka
mudah terjerumus ke dalam tingkah laku yang terlarang.
c. Fungsi mental lain
Mereka mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian. Mereka
pelupa dan mengalami kesulitan untuk mengungkapkan kembali
suatu ingatan. Sukar membuat kreasi yang baru. Mereka juga
menghindar dari hal-hal yang membutuhkan pemikiran.
d. Dorongan dan Emosi
Kehidupan emosi anak tunagrahita lemah. Penghayatannya terbatas,
mereka jarang menghayati perasaan bangga, tanggung jawab dan hak
sosial. Bagi anak tunagrahita berat hampir-hampir tidak
memperhatikan dorongan untuk mempertahankan diri.
e. Organisme
Baik struktur maupun fungsi organisme pada umumnya kurang dari
anak normal. Mereka baru dapat berjalan dan berbicara pada usia
yang lebih tua dari anak normal. Sikap dan geraknya kurang indah
dan dinamis. Bagi anak yang ketunagrahitaannya berat kurang
rentang terhadap penyakit. Bedanya relatif kecil seperti kurang
segar.

Berdasarkan kutipan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa anak

tunagrahita memiliki ciri antara lain kecerdasan yang sangat terbatas, tidak

mampu memimpin dirinya sendiri, memiliki kepribadian yang goyah, dan

memiliki kesukaran dalam memusatkan perhatian. Anak tunagrahita ringan

tidak dapat mengahadapi suatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu yang

lama mudah bosan serta dorongan emosi yang lemah, sehingga memerlukan

layanan pendidikan khusus yang tepat bagi anak tunagrahita ringan antara

lain dengan memperhatikan karakteristik dalam kemampuan dan adaptasi

lingkungan.

B. Anak Tunagrahita Ringan

Pada bagian ini peneliti akan membahas tentang pengertian,

karakteristik, permasalahan yang dihadapi dan kebutuhan belajar anak

tunagrahita ringan.

14
1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan

Anak tunagrahita ringan merupakan anak yang mengalami

kesulitan dalam berfikir abstrak tetapi mereka masih mampu mempelajari

hal-hal yang bersifat akademik walaupun terbatas. Bahkan dengan

bimbingan dan pendidikan yang baik, anak tunagrahita ringan akan

memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri.

Pengertian anak tunagrahita ringan menurut Amin (1995:22) yaitu:

“mereka yang mengalami hambatan dalam kecerdasan dan perilaku

adaptif, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang

dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan

bekerja”.

Sedangkan menurut Somantri (2007:106), sebagai berikut:

Anak tunagrahita ringan memiliki IQ 68-52 menurut Binet,


sedangkan menurut skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55.
Mereka masih dapat membaca, menulis dan berhitung sederhana,
dengan bimbingan dan pendidikan yang baik anak terbelakang
mental pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk
dirinya sendiri.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak

tunagrahita masih bisa dididik dalam bidang pelajaran akademik yang

bersifat sederhana dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan

masyarakat walaupun tidak sempurna serta dapat bekerja sesuai dengan

kemampuannya.

2. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan

Pemahaman mengenai ciri-ciri/karakteristik anak tunagrahita

ringan sangatlah penting, hal ini dimaksudkan agar guru lebih mudah

15
dalam memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan

anak. Berikut ini adalah karakteristik anak tunagrahita ringan

menurut pendapat Mumpuniarti (2007:41-42), menyebutkan sebagai

berikut:

Karakteristik anak tunagrahita ringan dapat ditinjau secara fisik,


psikis dan sosial, karakteristik tersebut antara lain:
a. Karakteristik fisik nampak seperti anak normal hanya sedikit
mengalami kelemahan dalam kemampuan sensomotorik.
b. Karakteristik psikis sukar berfikir abstrak dan logis, kurang
memiliki kemampuan analisa, asosiasi lemah, fantasi lemah,
kurang mampu mengendalikan perasaan, mudah dipengaruhi
kepribadian, kurang harmonis karena tidak mampu menilai baik
dan buruk.
c. Karakteristik sosial, mereka mampu bergaul, menyesuaikan
dengan lingkungan yang tidak terbatas hanya pada keluarga saja,
namun ada yang mampu madiri dalam masyarakat, mampu
melakukan pekerjaan yang sederhana dan melakukan secara
penuh sebagai orang dewasa, kemampuan dalam bidang
pendidikan termasuk mampu didik.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa anak tunagrahita

ringan dilihat dari keadaan fisiknya tidak berbeda dengan anak normal,

akan tetapi dari keadaan mental, sosial, dan emosinya menunjukkan

perbedaan yang cukup berarti, sehingga berpengaruh terhadap hal-hal

yang lainnya seperti: kemampuan berpikir lambat, daya perhatian kurang,

dan sukar berfikir abstrak. Sedangkan Astati (2001:3) mengelompokkan

karakteristik anak tunagrahita ringan sebagai berikut:

a. Karakteristik Fisik
Penyandang tunagrahita ringan menunjukkan keadaan tubuh
yang baik namun bila tidak mendapatkan latihan yang baik
kemungkinan akan mengakibatkan postur fisik terlihat kurang
serasi.
b. Karakteristik Bicara
Dalam berbicara anak tunagrahita ringan menunjukkan
kelancaran, hanya saja dalam perbendaharaan katanya terbatas,

16
anak tunagrahita juga mengalami kesulitan dalam menarik
kesimpulan mengenai isi dari pembicaraan.
c. Karakteristik Kecerdasan
Kecerdasan anak tunagrahita ringan paling tinggi sama dengan
anak normal berusia 12 tahun.
d. Karakteritik Pekerjaan
Penyandang tunagrahita ringan dapat melakukan pekerjaan yang
sifatnya semu skilled atas pekerjaan tertentu yang dapat
dijadikan bekal bagi hidupnya.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa anak

tunagrahita ringan mempunyai karakteristik perkembangannya yang

berada di bawah normal baik fisik, mental, bahasa dan kecerdasannya

mengalami keterbatasan dalam aspek kehidupannya. Anak tunagrahita

ringan masih dapat dilatih untuk mengerjakan pekerjaan yang sifatnya

rutinitas.

3. Permasalahan Yang Dihadapi Anak Tunagrahita Ringan

Keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki anak tunagrahita

menimbulkan munculnya beberapa masalah. Permasalahan yang

dihadapi antara anak tunagrahita yang satu dengan lainnya pada

umumnya berbeda. Perbedaan-perbedaan itu timbul karena

keanekaragaman karakteristik dan adanya perbedaan tingkat

ketunagrahitaan.

Sehubungan dengan itu masalah-masalah yang dialami anak

tunagrahita ringan menurut Astati (2011:22) adalah sebagai berikut:

a. Masalah Penyesuaian Diri


Anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam
mengartikan norma-norma lingkungan sehingga mereka tidak
dapat melakukan fungsinya sebagai anggota masyarakat.
Akhirnya tidak jarang dari mereka diisolasi dan dianggap
hanya menjadi beban orang lain.

17
b. Masalah Pemeliharaan Diri
Anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam
membina dirinya, misalnya dalam mengadakan orientasi,
pemeliharaan dan penggunaan fasilitas di lingkungannya
serta bagaimana kepantasan penampilannya.
c. Masalah Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar umumnya tampak dalam bidang pelajaran
yang sifatnya akademis dan mengandung hal-hal yang
sifatnya abstrak. Sedangkan dalam bidang pelajaran non
akademis, mereka tidak begitu mengalami kesulitan.
d. Masalah Pekerjaan
Kenyataan menunjukkan banyaknya populasi penyandang
tunagrahita ringan pasca sekolah yang tidak memperoleh
kesempatan bekerja karena dinilai kemampuan kerja mereka
sangat rendah, hal ini diperkirakan penyebabnya antara lain
ketrtampilan yang dimiliki dan prilaku vokasional (daya
tahan, minat, kegembiraan, komunikasi, penampilan dan lain-
lain) Dengan tuntutan lapangan pekerjaan. Sementara itu
masysarakat mengganggap bahwa penyandang tunagrahita
harus mampu berkompetisi dengan orang normal karena
melihat usia dan keadaan fisiknya (keadaan fisik tunagrahita
ringan tidak berbeda dengan orang normal). Bila hal ini tidak
ditanggulangi dan dicarikan jalan keluarnya maka maka
penyandang tunagrahita cenderung menggantungkan diri
kepada orang lain. Dengan demikian, masalah penempatan
kerja penyandang tunagrahita harus ditangani secara serius,
antara lain dengan meningkatkan kegiatan non akademik
sehingga diharapkan keterampilan yang mereka miliki
dapat diaplikasikan dalam dunia pekerjaan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah-

masalah yang dihadapi anak tunagrahita ringan yaitu: masalah

penyesuaian diri (kesulitan dalam mengartikan norma-norma

lingkungan sehingga tidak dapat bersosialiasi di lingkungan

masyarakat), masalah pemeliharaan diri (kesulitan dalam membina

diri), masalah kesulitan belajar (pelajaran yang bersifat abstrak) dan

masalah pekerjaan (kurangnya kesesuaian antara keterampilan yang

dimiliki dan perilaku vokasional, diantaranya: daya tahan, minat,

kegembiraan, komunikasi, penampilan dan lain-lain. Untuk mengatasi

18
masalah-masalah tersebut, anak tunagrahita ringan memerlukan latihan-

latihan yang berulang-ulang agar dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.

4. Kebutuhan Belajar Anak Tunagrahita Ringan

Anak tunagrahita ringan memiliki kebutuhan khusus untuk

mengoptimalkan pencapaian potensinya. Kebutuhan khusus anak

tunagrahita ringan menurut Astati dan Mulyati (2011:25), sebagai

berikut:

a. Kebutuhan dalam Layanan Pembelajaran. Anak-anak


tunagrahita memiliki potensi dalam belajar dan erat kaitannya
dengan berat dan ringannya ketunagrahitaan. Kebutuhan
khusus yang dimaksud adalah: a) Kebutuhan layanan
pengajaran yang sama dengan siswa lainnya. Mereka hanya
membutuhkan tambahan pengertian guru dan teman-temannya,
tambahan waktu untuk mempelajari sesuatu. b) Kebutuhan
layanan pembelajaran yang sangat khusus. Mereka
membutuhkan layanan, seperti: program stimulasi dan
intervensi dini meliputi: terapi bermain, okupasi, terapi bicara,
kemampuan memelihara diri dan belajar akademik.
b. Kebutuhan Akan Penciptaan Lingkungan Belajar. Mereka
membutuhkan lingkungan belajar seperti pengaturan tempat
duduk yang disesuaikan kondisi anak-anak tunagrahita.
c. Kebutuhan dalam Pengembangan Kemampuan Bina
Diri. Anak tunagrahita membutuhkan konteks dan orientasi
cerita yang dimulai dari hal yang konkrit kemudian ke hal
abstrak.
d. Kebutuhan dalam Pengembangan Kemampuan Sosial dan
Emosi. Dalam hal berinteraksi membutuhkan hal-hal
kebutuhan untuk merasa menjadi bagian dari yang lain,
kebutuhan untuk menemukan perlindungan dari label yang
negatif, kebutuhan akan kenyamanan sosial, dan kebutuhan
untuk menghilangkan kebosanan dengan adanya stimulasi
sosial.
e. Kebutuhan dalam Pengembangan Kemampuan
Keterampilan. Beberapa keunggulan tunagrahita yang akan
membawa mereka pada hubungannya dengan orang lain,
meliputi:
1) Spontanitas yang wajar dan positif.

19
2) Kecenderungan untuk merespon orang lain dengan baik dan
hangat.
3) Kecenderungan merespon pada orang lain dengan jujur.
4) Kecenderungan untuk mempercayai orang lain.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa

kebutuhan belajar anak tunagrahita meliputi: kebutuhan dalam layanan

pembelajaran, kebutuhan akan penciptaan lingkungan belajar yang

disesuaikan dengan kondisi anak, kebutuhan dalam pengembangan

kemampuan bina diri, kebutuhan dalam pengembangan kemampuan

social dan emosi, dan kebutuhan dalam pengembangan kemampuan

keterampilan sehingga perlu benar-benar diperhatikan agar tujuan

pembelajaran tercapai, karena pembelajaran bagi anak tunagrahita harus

berorientasi pada kebutuhan anak.

5. Pendidikan Anak Tunagrahita Ringan

a. Tujuan

Tujuan pendidikan bagian anak tunagrahita ringan tidak

terlepas dari tujuan pendidikan pada umumnya namun diperlukan

penyesuaian tertentu dengan tingkatan kemampuan mereka. Tujuan

pendidikan anak tungrahita ringan menurut Suhaeri (1980) dalam

Astati (2011:35) adalah: “(1) agar dapat mengurus dan membina diri;

(2) agar dapat dapat bergaul di masyarakat; dan (3) agar dapat

mengerjkan sesuatu untuk bekal hidupnya”.

Sedangkan menurut Kirk (1979:152) dalam Astati (2011:13),

tujuan khusus pendidikan anak tunagrahita ringan meliputi:

a. Mengembangkan keterampilan dasar belajar sekolah,


meliputi: membaca, menulis, matematika.

20
b. Mengembangkan kebiasaan hidup sehat.
c. Mengembangkan kemampuan sosialisasi.
d. Mengembangkan kemampuan emosional dan rasa aman
baik di sekolah maupun di rumah.
e. Menggunakan kemampuan untuk menggunakan waktu
luang.
f. Mengembangkan kemampuan keterampilan melalui latihan
vokasional
g. Mengembangkan kemampuan mendorong diri sendiri dalam
kegiatan yang sifatnya produktif.

Berdasarkan beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan

bahwa tujuan pendidikan bagi anak tunagrahita ringan adalah untuk

mengembangkan keterampilan baik dalam hal yang bersifat

akademik ataupun non akademik seperti: keterampilan anak dalam

membaca, menulis, dan berhitung, keterampilan anak dalam

berkomunikasi, bersosialisasi, serta melatih anak agar memiliki suatu

keterampilan sesuai dengan potensi yang dimilikinya agar dapat

hidup mandiri di masyarakat.

b. Program Pendidikan

Program layanan pendidikan bagi anak tungrahita ringan

harus diupayakan untuk dapat mengembangkan potensi yang

dimiliki anak secara optimal. Program pendidikan anak tunagrahita

sebagaimana dikemukakan oleh Astati dan Mulyati (2010:36) adalah

sebagai berikut:

1) Kelompok Bina Diri


Dalam kelompok bina diri untuk anak tunagrahita sasaran
yang hendak dicapai ada dua yaitu tujuan langsung dan
tidak langsung. Tujuan langsung dalam mata pelajaran ini
mereka mampu mandiri, tidak bergantung pada orang lain
dan mempunyai rasa tanggung jawab. Selain itu
kemampuan koordinasi motorik dan kontrolnya meningkat

21
sehingga dapat menumbuhkan rasa aman dan minat belajar.
Tujuan tidak langsung mata pelajaran ini ditetapkan untuk
meningkatkan kemampuan dan ketekunan dalam belajar,
dalam mengembangkan kemampuan sensor motor
(penginderaan), berbahasa dan berfikir matematika secara
optimal.
2) Kelompok Akademik
Dalam kelompok akademik hanya diberikan kepada anak
tunagrahita ringan, yang termasuk dalam mata pelajaran
kelompok akademik yaitu: membaca, menulis, atau
berhitung. Selanjutnya dalam kurikulum berkembang
menjadi mata pelajaran Bahasa Indonesia, berhitung,
matematika, IPA dan IPS.
3) Kelompok Sensorimotor
Materi pelajaran sensorimotor dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a) Sensori Penglihatan
Materi pembelajaran ini dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan anak tunagrahita dalam
mengenal ukuran benda dua dimensi dan tiga dimensi
(panjang, lebar dan isi atau volume) dan meningkkatkan
pemahaman anak terhadap warna dasar, warna campuran
dan urutan atau tingkatan warna.
b) Sensori Perabaan
Dengan melatih perabaan anak tunagrahita, maka
keterampilan dan kepekaan anak dalam mengenal dan
membedakan permukaan benda yang kasar dan halus,
tingkat kualitas perabaan terhadap bermacam-macam
struktur benda akan meningkat.
c) Sensori Pendengaran
Materi pelajaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan anak tunagrahita dalam membedakan bunyi
dan nada serta kualitas urutan nada bunyi.
d) Sensori Terhadap Berat
Melalui latihan ini diharapkan keterampilan anak
tunagrahita meningkat dalam membedakan beratbenda
padat, cair, dan gas.
e) Sensori Terhadap Panas
Dengan materi pelajaran ini makaketerampilan dan
kepekaan anak tunagrahita membedakan temperatur atau
suhu suatu benda dan lingkungan alam sekitar akan
meningkat.
f) Sensori Penciuman
Untuk meningkatkan kepekaan anak terhadap perbedaan
bau dan kualitas bau dari suatu benda.
g) Sensori Rasa
Materi ini dimaksudkan untuk meningkatkan

22
keterampilan anak dalam membedakan jenis-jenis rasa
dan kualitas rasa dari suatu benda.
4) Kelompok Keterampilan
Dalam kelompok keterampilan anak tunagrahita
dipersiapkan untuk mengikuti latihan keterampilan kejuruan
yang dapat menyiapkan bekal kecakapan praktis mereka
untuk memasuki kehidupan di masyarakat, atau
melanjutkan ke tingkat lebih tinggi. Lingkupnya meliputi:
rekayasa, pertanian, dan ke rumah tanggaan.

Sesuai dengan keterangan di atas, anak tunagrahita ringan

sangat membutuhkan program pendidikan khusus yang sesuai

dengan kebutuhannya, seperti: bina diri, pelajaran akademik

(membaca, menulis dan berhitung), sensorimotor dengan

memanfaatkan benda yang ada disekitar anak akan dapat

menumbuhkan kepedulian anak terhadap lingkungannya, dan

keterampilan yang sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang

diharapkan dapat mempunyai keahlian atau keterampilan sebagai

bekal hidup dimasa yang akan datang.

c. Struktur Kurikulum

Kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran dan program

pendidikan yang diberikan oleh lembaga penyelenggara pendidikan

yang berisi rancangan pelajaran dalam satu periode jenjang

pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran disesuaikan

dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan serta

kebutuhan lapangan kerja.

Untuk lebih jelasnya peneliti lampirkan struktur kurikulum

SMALB bagi anak tunagrahita ringan adalah sebagai berikut:

23
Tabel 2.1
Struktur Kurikulum SMALB Tunagrahita Ringan

KELAS DAN
ALOKASI WAKTU
MATA PELAJARAN
PERMINGGU
X XI XII
KELOMPOK A (WAJIB)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 3 3 3
4 Matematika 3 3 3
5 Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2
6 Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 2
7 Bahasa Inggris 2*) 2*) 2*)
KELOMPOK B (WAJIB)
8 Seni Budaya 2 2 2
9 Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan 3 3 3
Kesehatan
KELOMPOK C (PILIHAN
KEMANDIRIAN)
10 Pilihan Kemandirian 1 **) 10 11 11
11 Pilihan Kemandirian 2 **) 10 11 11
KELOMPOK D (PROGRAM KEBUTUHAN
KHUSUS)
12 Program Kebutuhan Khusus ***) ***) ***)
Jumlah alokasi waktu perminggu 42 44 44

Sumber : Permendikbud No. 40 (2014:14-15)


Keterangan:
a. Mata Pelajaran Kelompok A merupakan kelompok mata pelajaran
yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat.
*) Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk peserta didik berkebutuhsn
khusus tunagrahita dan autis dalam seminggu satu jam pelajaran. Satu
jam pelajaran ditambahkan pada Kelompok C Pilihan Kemandirian.
b. Mata Pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran
yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat
dilengkapi dengan muatan lokal.
c. Mata Pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan
lokal yang berdiri sendiri. Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah
d. Kelompok C **) (berupa pilihan kemandirian). Peserta didik memilih
dua Pilihan Kemandirian:
1. Tata Boga
2. Tata Busana

24
3. Tata Kecantikan
4. Pijat (Massage)
5. Tata Graha
6. Teknik Informatika dan Komputer
7. Teknik Penyiaran Radio
8. Perbengkelan
9. Seni Musik
10. Seni Tari
11. Seni Lukis
12. Cetak Saring/Sablon
13. Suvenir
14. Seni Membatik
15. Desain Grafis
16. Fotografi
17. Elektronika Alat Rumah Tangga
18. Budidaya Perikanan
19. Budidaya Peternakan
20. Budidaya Tanaman
Satuan pendidikan dapat mengembangkan Pilihan Kemandirian sesuai
dengan kondisi dan potensi masing-masing.
e. Pada semester I Kelas XII SMALB perlu melaksanakan program
magang selama satu bulan.
f. Kelompok D (Program Kebutuhan Khusus) **) diberikan sesuai
dengan kebutuhan dan kekhususan peserta didik. Program Kebutuhan
Khusus untuk:
1) Tunanetra adalah Pengembangan Orientasi, Mobilitas, Sosial dan
Komunikasi;
2) Tunarungu adalah Pengembangan Komunikasi, Persepsi, Bunyi
dan Irama;
3) Tunagrahita adalah Pengembangan Diri;
4) Tunadaksa adalah Pengembangan Diri dan Gerak; dan
5) Autis adalah Pengembangan Komunikasi, Interaksi Sosial, dan
Perilaku.
g. Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 40 (empat puluh)
menit.
h. Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan terstruktur dan
kegaitan mandiri, maksimal 60% dari waktu kegaitan tatap muka mata
pelajaran bersangkutan.
i. Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar perminggu sesuai
dengan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik,
sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting.
j. Kompetensi Dasar mata pelajaran Seni Budaya terdiri atas empat
aspek yaitu seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Peserta
didik mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk setiap
semester, aspek yang diikuti dapat diganti setiap semesternya.
k. Kegiatan ekstrakurikuler antara lain berupa Pendidikan Kepramukaan
dan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Satuan pendidikan dapat

25
mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler sesuai dengan kondisi dan
potensi masing-masing.

Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Nasional tahun 2013

yang berlaku dalam sistem pendidikan Indonesia. Kurikulum ini merupakan

sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill, dan

pendidikan berkarakter, dimana anak dituntut untuk paham atas materi, aktif

dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikap

disiplin yang tinggi. Semua muatan pelajaran wajib diikuti oleh seluruh anak

pada satu satuan pendidikan atau jenjang pendidikan. Sementara untuk mata

pelajaran pilihan yang diikuti, dipilih sesuai dengan pilihan mereka.

Program kebutuhan khusus bagi anak tunagrahita ringan adalah

pengembangan diri, dilaksanakan sebagai bentuk penguatan akibat kelainan

yang dialami anak, dengan tujuan meminimalkan hambatan dan

meningkatkan akses dalam mengikuti pendidikan dan pembelajaran yang

lebih optimal. Dalam pelaksanaannya program pengembangan diri

merupakan hal yang sangat penting untuk anak tunagrahita ringan yang

meliputi: Merawat diri, mengurus diri, menolong diri, komunikasi,

bersosialisasi, keterampilan hidup dan mengisi waktu luang.

C. Pendidikan Keterampilan Bagi Anak Tunagrahita Ringan

Pendidikan untuk anak tunagrahita ringan harus berorientasi pada

keterampilan, karena dengan diajarkan keterampilan anak akan hidup mandiri

tanpa bergantung kepada orang lain. Di bawah ini peneliti akan memaparkan

hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan keterampilan.

26
1. Pengertian

Pendidikan keterampilan merupakan keahlian yang didapatkan

(acquired skills) oleh seorang individu melalui proses latihan yang

berkesinambungan dan mencakup aspek optimalisasi cara-cara belajar

baik dalam domain kognitif, afektif ataupun psikomotorik. Keterampilan

merupakan kecakapan untuk menyelesaikan tugas atau kecakapan yang

disyaratkan. Keterampilan adalah “kemampuan untuk mengerjakan atau

melaksanakan sesuatu dengan baik” (Nasution, 1975:28). Dalam

pengertian luas, jelas bahwa setiap cara yang digunakan untuk

mengembangkan manusia, memiliki pengetahuan, keterampilan dan

kemampuan.

Dalam melatih anak tunagrahita ringan melakukan suatu pekerjaan

perlu diberikan pembinaan, pengembangan serta pengarahan kecakapan

khusus yang praktis. Sumarno (2011:1) menjelaskan pengertian

pendidikan keterampilan sebagai berikut:

Pendidikan keterampilan adalah aspek pendidikan yang bertujuan


bagi pengembangan kecakapan manusia, dalam arti kecakapan
untuk mengenal dan memahami melalui keterampilan, sehingga
individu tersebut dapat melaksanakan aktivitas dengan memperoleh
efisiensi dan kesenangan dalam melaksanakan pekerjaan kejuruan
yang menjadi pilihannya.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

keterampilan merupakan kecakapan dalam melakukan pekerjaan,

kecakapan ini tercermin dengan cara menerapkannya secara langsung

dalam melakukan pekerjaan. Dengan keterampilan yang dimiliki anak

tunagrahita ringan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya,

tanpa harus tergantung pada orang lain.

27
2. Tujuan

Pendidikan keterampilan bagi anak tunagrahita ringan mempunyai

tujuan untuk mendidik dan melatih anak untuk menguasai salah satu jenis

keterampilan sebagai bekal dirinya agar dapat hidup mandiri. Martono

(2007:3) menyatakan bahwa: “Tujuan pendidikan keterampilan adalah

agar anak mampu mengembangkan keterampilan membuat produk

kerajinan, memiliki rasa estetika dan apresiasi terhadap produk kerajinan,

pemanfaatan teknologi bersifat profesional dan kewirausahaan”. Hal ini

sejalan dengan pendapat Mainord (1978) dalam Astati (2001:16) yang

menyatakan bahwa: “Tujuan pendidikan keterampilan bagi anak

tunagrahita ringan adalah untuk mengembangkan keterampilan dan

mengadaptasikannya pada suatu pekerjaan”.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan

keterampilan bagi anak tunagrahita ringan adalah untuk mengembangkan

potensi yang dimilikinya sesuai dengan bakat dan minat untuk

melakukan suatu pekerjaan di dalam masyarakat sehingga dapat

memperoleh penghasilan untuk keperluan dirinya.

3. Fungsi

Fungsi pendidikan keterampilan adalah memberikan pengetahuan

dan kecakapan hidup agar mempunyai keterampilan sesuai dengan bakat

dimiliki. Hal ini sesuai dengan pendapat Anwar (2004:55) fungsi

pendidikan keterampilan sebagai berikut:

a. Keterampilan yang dikembangkan berdasarkan minat dan


kebutuhan individu.

28
b. Terkait dengan karakteristik potensi wilayah setempat sumber
daya alam dan sosial budaya.
c. Dikembangkan secara nyata sebagai sektor usaha kecil atau
industri rumah tangga.
d. Berorientasi kepada peningkatan kompetensi keterampilan untuk
bekerja secara optimal.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa fungsi

pendidikan keterampilan bagi anak tunagrahita ringan agar memiliki

kemampuan, kecakapan hidup dan kepercayaan diri untuk melakukan

pekerjaan sesuai dengan bakat, minat dan kebutuhan lingkungan

masyarakat.

4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup bahan pendidikan keterampilan bagi anak

tunagrahita ringan tidak beda dengan bahan pengajaran bagi anak

normal, hanya dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan bakat dan

minat serta kemampuan anak. Selain itu pengembangan keterampilan

disesuaikan dengan potensi anak tunagrahita ringan dan potensi daerah

sehingga penentuan jenis keterampilan diserahkan pada sekolah yang

bersangkutan.

Runag lingkup keterampilan menurut Kurikulum Nasional 2013

sebagai berikut:

a. Keterampilan Teknologi Informasi dan Kemandirian


b. Keterampilan Akupresur
c. Keterampilan Elektronika
d. Keterampilan Otomotif
e. Keterampilan Parawisata
f. Keterampilan Tata Kecantikan
g. Keterampilan Tata Boga
h. Keterampilan Tata Busana
i. Keterampilan Komunikasi
j. Keterampilan Jurnalistik

29
k. Keterampilan Seni Pertunjukan
l. Keterampilan Seni Rupa dan Kriya

Berdasarkan simpulan di atas bahwa ruang lingkup keterampilan

diantaranya keterampilan akademik, personal, sosial dan vokasional.

Keterampilan bagi anak tunagrahita ringan ditekankan pada keterampilan

vokasional yang diharapkan anak mampu mengaplikasikannya secara mandiri

dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam penelitian ini pendidikan keterampilan yang diberikan kepada

anak tunagrahita ringan adalah keterampilan otomotif yaitu service sepeda.

Hal ini disesuaikan dengan kemajuan teknologi, dimana anak tunagrahita di

sekolah yang dijadikan tempat penelitian yang berangkat menuju sekolah

sudah tidak ada lagi yang berjalan kaki, mereka diantar oleh orang tua

menggunakan kendaraan bahkan sebagian anak berangkat sendiri

menggunakan sepeda. Ada kalanya kendaraan atau sepeda mengalami

kerusakan ringan seperti: ban bocor, atas dasar itu sekolah memberikan

keterampilan vokasional yang ditekankan pada keterampilan service sepeda.

Hal ini dilakukan dengan harapan agar anak tunagrahita ringan mampu

mengaplikasikannya secara mandiri yang kemudian bisa menjadi mata

pencahariannya kelak.

D. Service Sepeda Melalui Program Magang

1. Pengertian

a. Service Sepeda

Service sering juga disebut dengan istilah perbaikan. Perbaikan itu

sendiri adalah usaha untung mengembalikan kondisi dan fungsi dari

30
suatu benda atau alat yang rusak akibat pemakaian tersebut pada

kondisi semula. Menurut Sutardi dan Budiasih (2013:15) service adalah

“setiap kegiatan yang diperuntukkan atau ditujukan untuk memberikan

kepuasan melalui pelayanan yang diberikan seseorang secara

memuaskan”. Proses perbaikan memungkinkan untuk mengganti alat

atau spare part dan tidak menuntut penyamaan sesuai kondisi awal,

yang diutamakan adalah benda tersebut bisa berfungsi normal kembali.

Sepeda adalah benda yang mana rangkanya terbuat dari besi yang

dicat, memiliki roda yang terbuat dari karet. Menurut Soedjono

(2013:4) sepeda adalah “sebuah kendaraan ringan memiliki dua roda,

memiliki kursi pelana dan sepasang pengayuh atau pedal yang

digerakan oleh kaki untuk menjalankannya”. Sepeda sangat membantu

untuk perjalanan menuju sebuah tempat, karena sepeda memiliki

kecepatan yang lebih dibandingkan dengan jalan kaki, cara kerja sepeda

dengan cara menganyuh pedal dengan kedua kaki, menyetirnya dengan

kedua tangan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan service sepeda

dalam penelitian ini adalah keterampilan dalam memberikan layanan

perbaikan sepeda salah satunya adalah menambal ban.

b. Program

Program adalah “Rancangan mengenai asas-asas serta dengan usaha-

usaha dalam ketatanegaraan, perekonomian dan sebagainya yang akan

dijalankan” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010:1216). Program

dalam penelitian ini adalah rumusan yang ingin dicapai dalam

31
pengembangan program pembelajaran keterampilan service sepeda

melalui program magang bagi anak tunagrahita ringan dengan

komponen-komponen program sebagai berikut: tujuan pembelajaran,

bahan pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan

evaluasi pembelajaran.

2. Program Magang

a. Pengertian

Magang merupakan suatu proses pembelajaran yang mengandung

unsur belajar sambil bekerja. Warga belajar sebagai pemagang akan

membiasakan diri mengikuti proses pekerjaan yang diikuti oleh

pemagang. Sudjana (2000:16) berpendapat bahwa: “magang merupakan

salah satu unsur belajar tertua di dunia yang sampai era informasi ini

masih tetap bertahan keberadaannya”.

Sebagai model pembelajaran tertua magang masih diperlukan

keberadaannya sebagai metoda pembelajaran individual dalam

penyebaran dan penerima informasi yang dapat dilakukan oleh semua

manusia, interaksi pembelajaran terjadi melalui komunikasi secara

langsung antara pemberi dan penerima pesan. Bagi yang memberikan

informasi adalah membelajarkan, sedangkan bagi yang menerima

informasi adalah belajar.

BPKB Jayagiri Lembang (1990:3) mengemukakan bahwa:

“Magang adalah proses belajar dimana seseorang memperoleh dan

menguasai keterampilan dengan jalan melibatkan diri dalam proses

pekerjaan tanpa atau dengan petunjuk orang yang sudah terampil dalam

pekerjaan itu”.

32
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa magang

merupakan proses belajar sambil bekerja untuk memperoleh

pengalaman atau keahlian tertentu. Adapun komponen-komponen

magang diantaranya sebagai berikut: tujuan, bahan, metode, media dan

evaluasi. Magang dalam penelitian ini adalah kegiatan yang

diprogramkan untuk melatih anak tunagrahita ringan dalam

keterampilan service sepeda melalui praktek langsung di bengkel

sepeda.

b. Tujuan

Secara umum praktek kerja bertujuan untuk memberi gambaran

kepada pemagang pada saat bekerja, baik itu di suatu perusahaan

ataupun di suatu lembaga instansi. Tujuan magang adaptasi dari

Sudjana (2000:60-61) adalah sebagai berikut:

1) Dapat menambah dan mengembangkan potensi ilmu pengetahuan.

2) Melatih keterampilan yang dimiliki pemagang sehingga dapat

bekerja dengan baik.

3) Melahirkan sikap bertanggung jawab, disiplin, sikap mental, etika

yang baik serta dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

4) Menambah kreatifitas pemagang agar dapat mengembangkan bakat

yang terdapat dalam dirinya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

magang adalah untuk mengembangkan potensi keterampilan serta

memiliki pengalaman atau keahlian tertentu.

33
c. Fungsi

Program magang akan memberikan tambahan wawasan atau

pengalaman tentang kegiatan kewirausahaan di lapangan untuk

meningkatkan kemampuan dan perilaku sopan satun dalam dunia kerja.

Fungsi magang adaptasi dari Sudjana (2000:78) sebagai berikut:

1) Menambah wawasan pemagang.

2) Membina hubungan kerja sama yang baik antara pihak sekolah

dengan perusahaan atau lembaga instansi lainnya.

3) Mendapatkan pengalaman untuk bekal  pada saat bekerja nantinya.

4) Menumbuhkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan antara pihak

sekolah dengan pihak perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

fungsi magang adalah menambah wawasan dan pengetahuan pada anak

sebelum bekerja di dunia usaha, serta menjalin mitra kerja antara pihak

sekolah dengan perusahaan.

3. Jenis-jenis Service Sepeda

Jenis-jenis service sepeda adaptasi dari Seodjono (2013:46-78) adalah

sebagai berikut:

a. Menyetel kedudukan sadel

b. Menyetel alat pendayung

c. Menyetel rantai

d. Menyetel kedudukan roda

e. Menyetel jari-jari roda

f. Menambal ban bocor

g. Mengecat sepeda

34
Jenis service sepeda yang dimaksud adalah menambal ban bocor. Ban

merupakan komponen pada kendaraan yang memiliki umur pemakaian,

artinya ban tidak dapat selamanya dipakai ada kalanya ban sepeda rusak

karena beberapa faktor diantaranya: ban bocor, ban menggembung atau

tidak rata, tambalan sudah terlalu banyak, pentil ban berkarat tidak bisa

melekat dengan baik pada ban dalam.

4. Pembelajaran Keterampilan Service Sepeda Melalui Program

Magang

Dalam mempersiapkan anak tunagrahita ringan masuk dunia kerja

perlu dilatih keterampilan yang cocok dengan kebutuhan pangsa pasar

sehingga keterampilan yang diberikan harus yang mempunyai ciri khas

tersendiri. Muhadjir (2002:42) mengemukakan bahwa: “bagi tenaga kerja,

pendidikan mempunyai fungsi untuk meningkatkan kualifikasi tenaga

kerja agar lebih produktif”. Jenis keterampilan yang diajarkan adalah

keterampilan service sepeda.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari

pembelajaran keterampilan service sepeda adalah agar anak memiliki

keterampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan sehingga anak

dapat hidup mandiri di lingkungan masyarakat sekitar.

5. Tahapan Memperbaiki Sepeda

Cara menambal ban menurut Soedjono (2013:67) adalah sebagai

berikut:

Langkah-langkah membongkar, memasang, dan menambal ban


dalam yang bocor adalah sebagai berikut:
1) Mengikat sepeda pada gawang penyangga atau kait
penggantung dengan seutas tali yang kuat. Dapat juga sepeda di
balik dengan sadel dan setang sebagai alasnya.

35
2) Bukalah pentil dan keluarkanlah ban dalam dengan alat pencukil
yang dikaitkan pada jari-jari roda.
3) Ambillah ban dalam dari ban luar. Pasangkan kembali pentil dan
pompa kembali ban tersebut.
4) Untuk mencari lubang yang bocor dengan meremdam ban tersebut
dalam bak berisi air. Jika dalam merendam keluar gelembung-
gelembung udara. Sisipkan potongan lidi atau batang korek api
pada lubang tersebut sebagai tanda yang bocor.
5) Lepaskan pentil sehingga ban dalam kempis kembali dan
keringkanlah dengan dilap kering.
6) Untuk memasukan ban dalam pada lingkaran dan ban luar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan service

sepeda adalah menitik beratkan pada proses menambal ban. Dalam proses

menambal ada beberapa tahapan yang harus dilakukan yaitu: persiapan

menambal ban, memeriksa ban bocor dan menambal ban.

E. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Service Sepeda Melalui


Program Magang bagi Anak Tunagrahita Ringan

Dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan service sepeda terdiri

dari persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut, peneliti akan memaparkan

sebagai berikut:

1. Persiapan

Dalam pembelajaran keterampilan service sepeda yang pertama

dilakukan guru adalah membuat persiapan seperti melaksanakan asesmen

dan menyusun program.

a. Melaksanakan Asesmen

1) Pengertian Asesmen

Asesmen merupakan langkah awal yang dilakukan kepada

anak yang diikutsertakan dalam kegiatan magang. Sebagaimana

dikemukakan oleh Widodo (2007:2) bahwa:

36
Asesmen adalah suatu proses pengumpulan data tentang
penguasaan materi pada seseorang, baik dalam dimensi
kuantitatif (pengetahuan/ teori) maupun dalam dimensi
kualitatif (unjuk kerja atau bukti kegiatan fisik dari suatu
program yang akan dijalankan) sebagai bahan penyusunan
suatu program pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa asesmen

adalah proses mengumpulkan data seseorang untuk memperoleh

informasi tentang kelemahan dan kekuatan orang yang diasesmen.

2) Tujuan Asesmen

Pada dasarnya tujuan utama dilakukannya asesmen adalah

untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran bagi

anak yang bersangkutan. Sunardi & Sunaryo (2006) dalam Soendari

dan Mulyati (2010:8) mengemukakan bahwa secara umum asesmen

bermaksud untuk:

a. Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat, dan


komprehensif tentang kondisi anak saat ini.
b. Mengetahui profil anak secara utuh, terutama permasalahan
dan hambatan belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki,
kebutuhan-kebutuhan khususnya, serta daya dukung
lingkungan yang dibutuhkan anak.
c. Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka
memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya dan memonitor
kemajuannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

asesmen adalah memperoleh data yang relevan, mengetahui profil

anak secara utuh dan menentukan layanan yang dibutuhkan.

3) Jenis-Jenis Asesmen

Pada dasarnya asesmen pendidikan terutama difokuskan pada

berbagai bidang pelajaran di sekolah, baik faktor yang

mempengaruhi prestasi di sekolah seperti bidang akademik, bahasa

37
dan keterampilan sosial maupun faktor lingkungan. Jenis-jenis

asesmen menurut McLoughlin dan Lewis (1986), Mercer dan Mercer

(1989) dalam Abdurrahman (2003:265), Wardani (2007:25) sebagai

berikut:

a) Asesmen Formal 
Asesmen formal adalah asesmen standar atau asesmen yang
menggunakan instrumen baku, misalnya WISC (tes
kecerdasan), PMC, Basal Reading Tes Minosetta, dll.
Instrumen tersebut telah mengalami standarisasi melalui
eksperimen yang ketat dengan jumlah sampel yang sangat
banyak.
b) Asesmen Informal 
Asesmen informal adalah asesmen yang dibuat dan
dikembangkan oleh guru berdasarkan aspek-aspek
perkembangan atau kurikulum yang berkaitan dengan
kemampuan belajar anak. Misalnya wawancara, observasi,
skala atau ranting skale, cheklist, dll.

Atas dasar dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

asesmen dikelompokkan menjadi dua yaitu asesmen akademik yang

menitikberatkan pada kemampuan akademik, dan asesmen

perkembangan sebagai salah satu prasyarat yang diperlukan untuk

keberhasilan akademik.

4) Contoh Sederhana Instrumen Asesmen

Instrumen asesmen dibuat agar data yang diperoleh lebih akurat.

Terdaapat dua jenis asesmen dilihat dari alat yang digunakannya,

yaitu: asesmen formal dan asesmen informal. Asesmen informal

merupakan asesmen yang paling banyak diadopsi oleh guru karena

dianggap cara terbaik dalam memperoleh informasi tentang anak

berkebutuhan khusus.

Di bawah ini merupakan instrumen asesmen keterampilan

service sepeda yang menitik beratkan pada proses menambal ban

diadaptasi dari Soedjono (2013:67-76) sebagai berikut:

38
Tabel 2.2

Instrumen Asesmen Keterampilan Service Sepeda

Identitas Anak

Nama : ...............................................................................

Kelas : ..............................................................................

Waktu Pelaksanaan : ...............................................................................

Kemampuan
Aspek Sub Aspek Uraian Tidak
Dapat
Dapat
1. Mengenal alat 1.1 Menunjukkan 1.1.1 Menunjukkan kunci pas
alat 1.1.2 Menunjukkan kunci ring
1.1.3 Menunjukkan palu
1.1.4 Menunjukkan gunting
1.1.5 Menunjukkan pencungkil ban
1.1.6 Menunjukkan pompa angin
1.1.7 Menunjukkan pembuka pentil

1.2 Menyebutkan 1.2.1 Menyebutkan kunci pas


alat 1.2.2 Menyebutkan kunci ring
1.2.3 Menyebutkan palu
1.2.4 Menyebutkan gunting
1.2.5 Menyebutkan pencungkil ban
1.2.6 Menyebutkan pompa angin
1.2.7 Menyebutkan pembuka pentil

1.3 Membedakan 1.3.1 Membedakan kunci pas dengan


alat kunci ring
1.3.2 Membedakan palu dengan
gunting
1.3.3 Membedakan pencungkil ban
dengan pembuka pentil
1.3.4 Membedakan pompa angin
dengan pencungkil ban

2. Mengenal 2.1 Menunjukkan 2.1.1 Menunjukkan kertas ampelas


bahan bahan 2.1.2 Menunjukkan lem karet
2.1.3 Menunjukkan karet penambal

2.2 Menyebutkan 2.2.1 Menyebutkan kertas ampelas


bahan 2.2.2 Menyebutkan lem karet
2.2.3 Menyebutkan karet penambal

39
Kemampuan
Aspek Sub Aspek Uraian Tidak
Dapat
Dapat
2.3 Membedakan 2.3.1 Membedakan kertas ampelas
bahan dengan karet penambal
2.3.2 Membedakan lem karet dengan
karet penambal

3. Proses 3.1 Menyiapkan Menyiapkan alat sebagai berikut:


menambal ban alat 3.1.1 Menyiapkan kunci pas
3.1.1.1 Mengambil kunci pas
dari kotak perkakas
3.1.1.2 Menaruh kunci pas di
samping ban sepeda
3.1.2 Menyiapkan kunci ring
3.1.2.1 Mengambil kunci ring
dari kotak perkakas
3.1.2.2 Menaruh kunci ring di
di samping ban sepeda
3.1.3 Menyiapkan palu
3.1.3.1 Mengambil palu dari
kotak perkakas
3.1.3.2 Menaruh palu di
samping ban sepeda
3.1.4 Menyiapkan gunting
3.1.4.1 Mengambil gunting dari
kotak perkakas
3.1.4.2 Menaruh gunting di
samping ban sepeda
3.1.5 Menyiapkan pencungkil ban
3.1.5.1 Mengambil pencungkil
ban dari kotak perkakas
3.1.5.2 Menaruh pencungkil
ban di samping sepada
3.1.6 Menyiapkan pompa angin
3.1.6.1 Mengambil pompa
angin dari lemari
perkakas
3.1.6.2 Menaruh pompa angin
di samping ban sepeda
3.1.7 Menyiapkan pembuka pentil
4.2.1 Mengambil pembuka
pentil dari kotak
perkakas
4.2.2 Menaruh Pembuka
pentil di samping
sepeda

3.2 Menyiapkan Menyiapkan bahan sebagai berikut:


bahan 3.2.1 Menyiapkan kertas ampelas
3.2.1.1 Mengambil kertas

40
Kemampuan
Aspek Sub Aspek Uraian Tidak
Dapat
Dapat
ampelas dari kotak
perkakas
3.2.1.2 Menaruh ampelas di
samping ban sepeda
3.2.2 Menyiapkan lem karet
3.2.2.1 Mengambil lem karet
dari kotak perkakas
3.2.2.2 Menaruh lem karet di
samping ban sepeda
3.2.3 Menyiapkan karet penambal
3.2.3.1 Mengambil karet
penambal di kotak
perkakas
3.2.3.2 Menaruh lem karet di
samping ban sepeda

3.3 Proses Proses menambal ban sebagai berikut:


menambal ban 3.1.1 Persiapan menambal ban
3.1.1.1 Menyimpan sepeda di
gawang penyangga dengan
cara menggantungkan jok
sepeda pada pengait
3.1.1.2 Membuka pentil dengan
memutar pentil
menggunakan pembuka
pentil, dengan cara:
3.1.1.2.1 Membuka tutup pentil
3.1.1.2.2 Membuka pentil dengan
alat pembuka pentil
3.1.1.2.3 Membuka ring
menggunakan kunci
Mengambil ban dalam
dari velg ban luar
dengan pencungkil ban
luar pada velg dengan
menggunakan
pencungkil ban

3.1.2 Memeriksa ban bocor


3.1.2.1 Memompa ban dengan cara
memasangkan selang
pompa pada pentil ban
3.1.2.2 Menarik tuas pompa ke
atas dan ke bawah sampai
ban terisi angin
3.1.2.3 Merendam ban dalam di
bak air dengan waktu lima
menit untuk mencari

41
Kemampuan
Aspek Sub Aspek Uraian Tidak
Dapat
Dapat
lubang yang bocor
3.1.2.4 Menandai lubang yang
bocor dengan cara
menancapkan lidi

3.1.3 Menambal ban


3.1.3.1 Mengempeskan ban dalam
dengan cara menekan
pentil
3.1.3.2 Menyiapkan ban untuk
penempel ukuran 1,5 cm
3.1.3.3 Mengeringkan ban dalam
dengan cara mengelap ban
dalam
3.1.3.4 Mengampelas pada bagian
yang bocor dengan cara
menggosok ban dalam
sampai permukaannya
kasar
3.1.3.5 Mengoleskan lem karet
dengan cara menuangkan
lem pada ban yang sudah
di ampelas dengan ukuran
2 cm
3.1.3.6 Menempelkan potongan
karet ban dengan cara
menekan potongan karet
penambal pada per mukaan
yang sudah di lem
3.1.3.7 Memasukan kembali ban
pada velg dengan cara
memasukan ban dalam
menggunakan pencungkil
ban

4. Memelihara 4.1 Merapihkan 4.1.1 Membereskan alat-alat yang


alat alat telah digunakan

4.2 Menyimpan 4.2.3 Menyimpan kunci pas pada


alat kotak perkakas
4.2.4 Menyimpan kunci ring pada
kotak perkakas
4.2.5 Menyimpan palu pada kotak
perkakas
4.2.6 Menyimpan gunting pada kotak
perkakas
4.2.7 Menyimpan pencungkil ban
pada kotak perkakas

42
Kemampuan
Aspek Sub Aspek Uraian Tidak
Dapat
Dapat
4.2.8 Menyimpan pompa angin pada
kotak perkakas
4.2.9 Menyimpan pembuka pentil
pada kotak perkakas
5. Memelihara 5.1 Merapihkan 5.1.1 Membereskan bahan yang telah
bahan bahan digunakan
5.2 Menyimpan 5.2.1 Menyimpan kertas ampelas
bahan 5.2.2 Menyimpan lem karet
5.2.3 Menyimpan karet penambal
6. Memelihara 6.1 Menyimpan 6.1.1 Memasukkan sepeda yang
hasil hasil sudah ditambal dalam gerasi
bengkel
6.2 Menginformasi 6.2.1 Menginformasikan hasil
kan hasil memperbaiki sepeda yaitu
menambal ban yang telah
selesai ditambal
6.2.2 Menambal ban sepeda di
sekolah
6.2.3 Menambal ban di bengkel
sepeda

5) Pelaksanaan Asesmen

Pada tahap ini guru melaksanakan asesmen berdasarkan instrumen

asesmen yang telah dibuat sebelumnya, dan mencatat kegiatan yang

dilakukan anak baik itu kemampuannya atau juga kesulitan yang dihadapi

anak.

Terdapat beberapa langkah dalam pelaksanaan asesmen, menurut

Soendari dan Mulyati (2010:32-33) langkah-langkah tersebut adalah sebagai

berikut:

a) Guru melakukan asesmen berdasarkan instrumen asesmen yang telah


disusun.
b) Gunakan teknik pelaksanaan asesmen (mis. dengan teknik observasi,
analisis pola kesalahan siswa, wawancara diagnostik atau melacak
jawaban siswa).
c) Ciptakan terlebih dahulu suasana kondusif, sehingga siswa benar-
benar siap dan tampak tenang.
d) Berikan LKS pada setiap siswa sesuai jenjang tingkatannya.
e) Siswa diminta untuk mengisi kolom identitas terlebih dahulu pada
sudut kanan LKS (jika memungkinkan).

43
f) Siswa diminta menyelesaikan semua soal (termasuk cara
mengerjakan soal-soal tersebut.
g) Siswa diminta untuk menyelesaikan soal, amati bagaimana
menyelesaikan soal tersebut, dan jika ternyata cara yang
dilakukannya itu salah, catat bagaimana strategi pemecahan masalah.
h) Jika hasil yang diselesaikannya salah, siswa diminta menyelesaikan
soal tersebut sekali lagi, tetapi dalam semi konkret.
i) Jika cara penyelesaian poin di atas masih salah, lakukan sekali lagi
pada tahapan konkret.
j) Catatlah dan deskripsikan cara kerja siswa dalam menyelesaikan
masalah, pada tahap belajar mana yang dapat menyelesaikan soal.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses

pelaksanaan asesmen terdiri dari beberapa tahapan diantaranya melaksanakan

asesmen sesuai dengan instrumen, menentukan teknik asesmen,

mengkondisikan anak, memberi petunjuk, mengamati anak dalam

menyelesaikan soal, mencatat serta mendeskripsikan cara kerja anak pada

setiap tahapan-tahapan asesmen yang diikutinya.

Pelaksanaan asesmen keterampilan service sepeda sebagai berikut:

1) Tahap persiapan

Tahap ini guru harus mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan

untuk melaksanakan asesmen keterampilan service sepeda (menambal

ban). Perlengkapannya seperti: instrumen asesmen, media dan buku

catatan

2) Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini guru melaksanakan asesmen berdasarkan instrumen

asesmen yang telah dibuat sebelumnya, dengan mencatat setiap kegiatan

yang dilakukan anak baik itu kemampuannya dan kesulitan yang

dialaminya dalam proses menservice sepeda (menambal ban).

Adapun tahap pelaksanaan asesmen keterampilan service sepeda

(menambal ban) yaitu:

44
(a) Guru/asesor menata tempat pelaksanaan asesmen.

(b) Guru/asesor menciptakan suasana kondusif.

(c) Guru/asesor melakukan asesmen berdasarkan instrumen asesmen yang

telah disusun.

(d) Anak menyebutkan, menunjukkan, dan membedakan alat untuk

menservice sepeda.

(e) Anak mempraktekkan cara menservice sepeda.

(f) Anak membereskan dan menyimpan alat dan bahan yang sudah

digunakan.

(g) Guru/asesor mencatat dan mendeskripsikan semua kegiatan yang

dilakukan anak.

3) Tahap Akhir

(a) Guru/asesor mengamati bagaimana anak menjawab/mempraktekkan

menambal ban, apabila masih salah, anak diminta untuk

melakukannya lagi.

(b) Guru/asesor mencatat dan mendeskripsikan cara kerja anak dalam

menyelesaikan masalah serta mencatat kesulitan yang dialami oleh

anak.

6) Analisis Hasil

Pada tahap ini guru menganalisis hasil asesmen anak untuk mengetahui

kemampuan dan kesulitan yang dialami anak. Melalui analisis hasil dapat

diketahui kebutuhan belajar anak.

Berdasarkan hasil asesmen keterampilan service sepeda maka diperoleh

data tentang kemampuan dan kelemahan anak sebagai berikut:

45
(1) Kemampuan anak

Contoh analisis hasil, secara umum anak mampu memperbaiki sepeda

yaitu menambal ban, seperti mampu mengenal alat dan bahan, mampu

mempraktekan proses menambal ban akan tetapi tidak berurut sesuai

aturan, mampu memelihara alat, bahan, dan hasil.

(2) Kelemahan anak

Anak mengalami kesulitan dalam melaksanakan seluruh tahapan

menambal ban secara berurutan, sehingga dalam setiap tahapan anak

memerlukan bimbingan guru.

(3) Kebutuhan belajar anak

Dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar anak yaitu mempraktekkan

tahapan-tahapan/proses menambal ban secara berurutan.

7) Rekomendasi

Berdasarkan hasil analisis asesmen di atas, maka direkomendasikan:

a. Kepada Sekolah

Hasil asesmen ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk melengkapi

sarana dan prasarana sekolah, khususnya peralatan yang menunjuang

keterampilan service sepeda.

b. Kepada Pemilik Bengkel

Peran instruktur sangat penting dalam melatih anak secara berulang

dan intensif cara menambal ban. Oleh karena itu instruktur dan guru

bekerja sama mampu mengembangkan program pembelajaran service

sepeda melalui program magang dengan baik untuk meningkatkan hasil

belajar anak unagrahita ringan.

46
b. Menyusun Program

1) Menentukan Tujuan

Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu agar anak dapat

terampil dalam memperbaiki sepeda (menambal ban) dan anak

mempunyai bekal keterampilan untuk masa depannya.

2) Menentukan Materi

Materi pembelajaran berdasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan

dalam program pembelajaran keterampilan service sepeda yaitu:

mengenal alat, mengenal bahan, menyiapkan alat, menyiapkan bahan,

proses menambal ban, memelihara alat, memelihara bahan dan

memelihara hasil.

3) Menentukan Metode

Metode pembelajaran demonstrasi atau praktek langsung diikuti ceramah

dan tanya jawab

4) Menentukan Media

Alat pembelajaran yaitu segala sesuatu yang digunakan untuk membantu

memudahkan kegiatan pembelajaran. Media dan alat yang digunakan

dalam keterampilan memperbaiki sepeda adalah kunci pas, kunci ring,

palu, gunting, pencukil ban, pompa angin dan pembuka penti.

5) Menentukan Evaluasi

Dilaksanakan setiap saat selama proses magang berlangsung. Penilaian

diberikan kepada siswa dengan tes lisan dan perbuatan.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti

dan kegiatan akhir.

47
a. Kegiatan Awal

1) Guru mengkondisikan anak, kemudian berdoa bersama sebelum belajar,

dan mengabsen siswa denga tertib.

2) Guru mengadakan apersepsi pembelajaran keterampilan service sepeda

3) Apersepsi. Guru menjelaskan jenis-jenis layanan dalam service sepeda

4) Guru menjelaskan beberapa cara menambal ban

b. Kegiatan Inti

Langkah-langkah pembelajaran dalam keterampilan service sepeda:

1) Mengenal alat

Guru mengenalkan alat-alat keterampilan service sepeda dengan cara

menunjukkan, menyebutkan, dan membedakan alat keterampilan

service sepeda seperti: kunci pas, kunci ring, palu, gunting, pencukil ban,

pompa angin dan pembuka penti.

2) Mengenal bahan

Guru mengenalkan bahan untuk keterampilan service sepeda dengan

cara menunjukkan dan menyebutkan kertas ampelas, karet penambal, lem

karet, serta membedakan kertas ampelas dengan karet penambal dan lem

karet dengan karet penambal.

3) Proses menambal ban

a) Menyiapkan alat

Guru menjelaskan tata cara menyiapkan alat untuk keterampilan service

sepeda dengan cara:

(1) Menyiapkan kunci pas dengan cara: mengambil kunci pas dari

kotak perkakas dan menaruh kunci pas di samping ban sepeda.

48
(2) Menyiapkan kunci ring dengan cara: mengambil kunci ring dari kotak

perkakas dan menaruh kunci ring di di samping ban sepeda.

(3) Menyiapkan palu dengan cara: mengambil palu dari kotak perkakas

dan menaruh palu di samping ban sepeda.

(4) Menyiapkan gunting dengan cara: mengambil gunting dari kotak

perkakas dan menaruh gunting di samping ban sepeda.

(5) Menyiapkan pencukil ban dengan cara: mengambil pencungkil ban

dari kotak perkakas dan menaruh pencungkil ban di samping sepada.

(6) Menyiapkan pompa angin dengan cara: mengambil pompa angin dari

kotak perkakas dan menaruh pompa angin di samping ban sepeda.

(7) Menyiapkan pembuka pentil dengan cara: mengambil pembuka pentil

dari kotak perkakas dan menaruh pembuka pentil di samping sepeda.

b) Menyiapkan bahan

Guru menjelaskan tata cara menyiapkan bahan untuk keterampilan service

sepeda dengan cara:

(1) Menyiapkan kertas ampelas dengan cara: mengambil kertas ampelas

dari kotak perkakas dan menaruh ampelas di samping ban sepeda.

(2) Menyiapkan lem karet dengan cara: mengambil lem karet dari kotak

perkakas dan menaruh lem karet di samping ban sepeda.

(3) Menyiapkan karet penambal dengan cara: mengambil karet penambal

di kotak perkakas dan menaruh lem karet di samping ban sepeda.

c) Proses

Guru menjelaskan tata cara proses menambal dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

(1) Persiapan menambal ban dengan cara:

49
(1) Menyimpan sepeda di gawang penyangga dengan cara menggantungkan

jok sepeda pada pengait.

(2) Membuka pentil dengan memutar pentil menggunakan pembuka pentil

dengan cara: membuka pentil dengan alat pembuka pentil dan membuka

ring menggunakan kunci.

(3) Mengambil ban dalam dari velg ban luar dengan pencungkil ban luar

pada velg dengan menggunakan pencungkil ban.

(2) Memeriksa ban bocor dengan cara:

(1) Memompa ban dengan cara memasangkan selang pompa pada pentil ban.

(2) Menarik tuas pompa ke atas dan ke bawah sampai ban terisi angin.

(3) Merendam ban dalam di bak air dengan waktu lima menit untuk mencari

lubang yang bocor.

(4) Menandai lubang yang bocor dengan cara menancapkan lidi.

(3) Menambal ban dengan cara:

(1) Mengempeskan ban dalam dengan cara menekan pentil.

(2) Menyiapkan ban untuk penempel ukuran 1,5 cm.

(3) Mengeringkan ban dalam dengan cara mengelap ban dalam.

(4) Mengampelas pada bagian yang bocor dengan cara menggosok ban

dalam sampai permukaannya kasar.

(5) Mengoleskan lem karet dengan cara menuangkan lem pada ban yang

sudah di ampelas dengan ukuran 2 cm.

(6) Menempelkan potongan karet ban dengan cara menekan potongan karet

penambal pada per mukaan yang sudah di lem.

(7) Memasukan kembali ban pada velg dengan cara memasukan ban dalam

menggunakan pencungkil ban.

50
4) Memelihara alat

Guru menjelaskan cara merapihkan dan menyimpan alat yang telah

digunakan ke dalam kotak perkakas.

5) Memelihara bahan

Guru menjelaskan cara merapihkan dan menyimpan bahan yang telah

digunakan ke dalam kotak perkakas.

6) Memelihara hasil

Guru menjelaskan cara menyimpan hasil dengan memasukkan sepeda

yang sudah ditambal ke dalam gerasi bengkel dan menginformasikan

memperbaiki sepeda yaitu menambal ban.

c. Kegiatan Akhir

1) Guru menyimpulkan materi dengan menjelaskan kembali dengan singkat.

2) Guru mengadakan evaluasi dengan memberikan pertanyaan kepada anak.

3) Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan melakukan berdo’a

bersama.

3. Tindak Lanjut

Tindak lanjut yang dilakukan guru setelah pelaksanaan pembelajaran

service sepeda adalah sebagai berikut:

a. Pengulangan

Tindak lanjut terhadap anak yang mengalami kesulitan dalam menguasai

materi yang telah diberikan maka guru mengadakan pengulangan.

Pengulangan dilakukan dengan pendekatan individual dengan memberikan

kembali materi yang belum dikuasai anak.

51
b. Pengayaan

Pengayaan dilakukan pada anak yang telah mencapai indikator untuk

penguatan materi. Pengayaan dilakukan di luar jam pelajaran.

c. Pengembangan

Pengembangan diperuntukkan bagi anak yang benar-benar sudah menguasai

materi. Pengembangan yang dilakukan guru adalah materi yang tadinya

dilakukan sekolah dikembangkan menjadi menambal ban dibengkel sepeda

melalui program magang, kemudian pada bagian proses menambal yang

yang tadinya hanya menempelkan karet penambal pada bagian ban yang

bocor tanpa dipanaskan dikembangkan menjadi memanaskan bagian lobang

yang bocor setelah ditempelkan karet penambal agar hasil dan daya tahan

tambalan lebih awet dan tahan lama.

F. Pengembangan Program Keterampilan Service Sepeda Melalui Program


Magang bagi Anak Tunagrahita Ringan

Dalam mengembangkan program pembelajaran keterampilan service

sepeda memerlukan dasar-dasar pengembangan dan jenis-jenis program yang

akan dikembangkan. Peneliti akan memaparkannya sebagai berikut:

a. Dasar-Dasar Pengembangan

a. Hasil Asesmen

Asesmen merupakan proses pengumpulan data seorang anak

untuk memperoleh informasi tentang kepribadian, kemampuan dan

kelemahan anak sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan

dalam merencanakan program pembelajaran yang akan diberikan

kepada anak. Berdasarkan hasil asesmen tersebut akan diperoleh

perbedaan kemampuan antara anak yang satu dengan yang lainnya.

52
Program pembelajaran yang dibuat akan disesuaikan dengan

kebutuhan setiap anak sehubungan dengan perbedaan kondisi dan

kemampuannya.

b. Kurikulum yang Berlaku

Kurikulum yang digunakan saat ini adalah Kurikulum Nasional 2013

yang ditekankan pada model pembelajaran tematik, dan lebih mengarah

pada pendidikan karakter. Kurikulum 2013 merupakan “kurikulum yang

berbasis karakter dan kompetensi” (Mulyasa, 2013:163). Kurikulum 2013

tidak hanya menekankan kepada pengusaan kompetensi siswa, melainkan

juga pembentukkan karakter. Kurikulum ini dikembangkan dari kurikulum

2006 yang dilandasi “pemikiran tentang tantangan masa depan, persepsi

masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, kompetensi masa

depan, dan fenomena negatif yang mengemuka” (Pedoman Pelatihan

Implementasi Kurikulum 2013, 2013:4).

Kurikulum 2013 kurikulum yang melakukan penyederhanaan, dan

tematik-integratif, menambah jam pelajaran dan bertujuan untuk mendorong

peserta didik, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya,

bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang peserta

didik peroleh atau ketahui setelah menerima materi pembelajaran

dan diharapkan peserta didik memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan

pengetahuan jauh lebih baik. Peserta didik akan lebih kreatif, inovatif, dan

lebih produktif, sehingga nantinya peserta didik bisa sukses dalam

menghadapi berbagai persoalan dan tantangan zaman, memasuki masa

depan yang lebih baik.

Struktur Kurikulum 2013 bagi satuan pendidikan SMALB adalah

sebagai berikut:

53
Tabel 2.3
Struktur Kurikulum SMALB Tunagrahita Ringan

Kelas Dan Alokasi


Mata Pelajaran Waktu Perminggu
X XI XII
Kelompok A (Wajib)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 3 3 3
4 Matematika 3 3 3
5 Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2
6 Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 2
7 Bahasa Inggris 2*) 2*) 2*)
Kelompok B (Wajib)
8 Seni Budaya 2 2 2
9 Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 3 3 3
Kelompok C (Pilihan Kemandirian)
10 Pilihan Kemandirian 1 **) 10 11 11
11 Pilihan Kemandirian 2 **) 10 11 11
Kelompok D (Program Kebutuhan Khusus)
12 Program Kebutuhan Khusus ***) ***) ***)
Jumlah Alokasi Waktu Perminggu 42 44 44

Sumber : Permendikbud No. 21 (2016:6)


a. Mata Pelajaran Kelompok A merupakan kelompok mata pelajaran yang
muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat.
*) Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk peserta didik berkebutuhsn khusus
tunagrahita dan autis dalam seminggu satu jam pelajaran. Satu jam pelajaran
ditambahkan pada Kelompok C Pilihan Kemandirian.
b. Mata Pelajaran Kelompok B merupakan mata pelajaran yang muatan dan
acuannya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan muatan lokal.
c. Kelompok C **) (berupa pilihan kemandirian). Peserta didik memilih dua
Pilihan Kemandirian: Tata Boga, Tata Busana, Tata Kecantikan, Pijat
(Massage), Teknik Informatika dan Komputer, Perbengkelan.
d. Kelompok D (Program Kebutuhan Khusus) **) diberikan sesuai dengan
kebutuhan dan kekhususan peserta didik. Program Kebutuhan Khusus:
1) Tunanetra adalah Pengembangan Orientasi, Mobilitas, Sosial dan
Komunikasi.
2) Tunarungu adalah Pengembangan Komunikasi, Persepsi, Bunyi dan
Irama.
3) Tunagrahita adalah Pengembangan Diri.
4) Tunadaksa adalah Pengembangan Diri dan Gerak.
5) Autis adalah Pengembangan Komunikasi, Interaksi Sosial, dan Perilaku.

54
Dalam Kurikulum 2013, program kebutuhan khusus bagi anak tunagrahita

ringan adalah pengembangan diri, dilaksanakan sebagai bentuk penguatan akibat

kelainan yang dialami anak, dengan tujuan meminimalkan hambatan dan

meningkatkan akses dalam mengikuti pendidikan dan pembelajaran yang lebih

optimal.

2. Jenis-jenis Program dalam Pembelajaran bagi Anak Tunagrahita Ringan

Berikut adalah jenis-jenis program yang digunakan dalam pendidikan anak

tunagrahita ringan.

a. Program Pembelajaran Individual (PPI)

1) Pengertian Program Pembelajaran Individual (PPI)

Program pengajaran individual adalah “suatu proses pembelajaran

yang mengembangkan dan memelihara individualitas siswa” (Soendari,

2010:7). Maksud dari kutipan tersebut adalah sebuah program pembelajaran

yang dibuat dengan bertujuan mengaktualisasikan kemampuan anak

tunagrahita ringan sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

2) Komponen-Komponen Program Pembelajaran Individual (PPI)

Mengenai komponen Program Pembelajaran Individual (PPI) peneliti

adaptasi dari Soendari (2010:45) adalah sebagai berikut:

a) Deskripsi Taraf Kemampuan Anak

Di dalam penyusunan program pembelajaran individual perlu diketahui

kondisi kemampuan anak pada saat ini yang dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam penyusunan program pembelajaran. Deskripsi

taraf kemampuan anak dapat diketahui dengan melakukan asesmen

terhadap anak.

b) Tujuan Pembelajaran Umum

Tujuan ini menggambarkan kemampuan yang dimiliki anak sebagai hasil

belajar sehingga ada perubahan kemampuan anak.

55
c) Tujuan Pembelajaran Khusus

Dalam tujuan ini perlu memilih kata kerja operasional dan memperhatikan

kejelasan antara kata kerja operasional dengan karakteristik anak.

d) Deskripsi Tentang Pelayanan

Deskripsi tentang pelayanan meliputi: siapa yang mengajar anak, materi yang

diberikan, dan media/alat bantu yang digunakan.

e) Waktu Pembelajaran

Waktu pembelajaran meliputi kapan pengajaran dimulai, dan berapa lama

waktu yang dibutuhkan untuk mengadakan program pembelajaran individual.

f) Prosedur Evaluasi

Evaluasi dalam Program Pembelajaran Individual (PPI) bersifat menyeluruh

dan berkesinambungan yang menyangkut semua aspek meliputi aspek

pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Contoh Format PPI (Adaptasi dari Soendari, 2010:45).

Tabel 2.4
CONTOH PPI KETERAMPILAN SERVICE SEPEDA

Nama Siswa : R
Bidang Pelajaran : Keterampilan service sepeda
Guru : HN
Tujuan Umum : Melaksanakan menambal ban sepeda
Taraf Kemampuan Saat Ini : Mengenal alat dan bahan, proses menambal ban

Tanggal Tanggal
TPK Materi Evaluasi Komentar
Dimulai Dicapai
4-5-17 Siswa dapat Menambal Secara 10-5-17 Dalam
mengenal alat ban sepeda keseluruhan proses
Siswa dapat anak mampu menambal
mengenal bahan mengenal alat ban anak
Siswa dapat dan bahan, perlu
menambal ban dalam tahap latihan
Siswa dapat proses secara
memelihara alat menambal ban berulang
Siswa dapat anak perlu
memelihara evaluasi pada

56
bahan saat
Siswa dapat mengeluarkan
menginformasika dan
n hasil memasukkan
kembali ban
dalam ke velg

b. Tematik

Program tematik adalah merupakan program mengintegrasikan

beberapa kompetensi dari beberapa mata pelajaran ke dalam sebuah tema

yang diimplementasikan ke dalam kegiatan pembelajaran.

Program tematik di SLB diwajibkan untuk anak tunagrahita pada satuan

pendidikan (TKLB-SMALB). Dasar program tematik diorientasikan pada

perkembangan peserta didik tunagrahita dimana mereka belum memiliki

kesiapan untuk berpikir sehingga pendekatan mata pelajaran kurang tepat.

Karakteristik model pembelajaran tematik menurut Mulyati dan Suranto

(2011:8-9) adalah sebagai berikut:

1) Berpusat pada siswa, dimana siswa sebagai subjek belajar dan guru
sebagai fasilitator.
2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
4) Bersifat fleksibel (mengaitkan antara mata pelajaran dengan
kehidupan siswa dan lingkungan sekolah).
5) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Dari uraian di atas, karakteristik model pembelajaran tematik dapat

disimpulkan bahwa dalam membuat program tematik harus ada keterkaitan

dari setiap mata pelajaran yang disajikan dan bersifat fleksibel agar anak

memperoleh pengalaman secara langsung.

Contoh format (Adaptasi dari Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013

tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah).

57
Tabel 2.5
CONTOH TEMATIK
Nama Sekolah : SLB Al Barokah
Satuan Pendidikan : SMALB
Jenis Ketunaan : Tunagrahita Ringan
Kelas : XII
Tahun Pelajaran : 2016-2017
No Tema Mata Pelajaran AlokasiWaktu
1 Service 1. Bahasa Indonesia 4 Jam pelajaran
Sepeda 1. Matematika
2. IPS
3. Keterampilan

Jaring Tema

Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar:
Mengungkapakan pikiran,
perasaan, dan informasi
dalam bercerita
Indikator:
Menyampaikan informasi
dengan intonasi yang tepat
serta menggunakan kalimat-
kalimat sederhana

Matematika IPS
Kompetensi Dasar: Kompetensi Dasar:
Menggunakan mata uang dalam Memahami jenis pekerjaan dan
kehidupan sehari-hari penggunaan uang
Indikator: Service Sepeda Indikator:
Mengenal mata uang sampai Menyebutkan jenis-jenis
pecahan Rp 100.000 pekerjaan

Keterampilan
Kompetensi Dasar:
Menambal ban sepeda
Menyetel jari-jari roda
Indikator: Memperaktekkan
cara menambal ban sepeda
Mempraktekkan cara
menyetel jari-jari roda

58
c. Silabus

Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata

pelajaran bagi tema tertentu, yaitu mencakup pelajaran, indikator, penilaian,

alokasi waktu dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan

pendidikan. (Abdurahman, 2006:183). Sedangkan Majid (2005:39)

mengemukakan bahwa silabus adalah:

a) Seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran,


pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.
b) Komponen silabus menjawab: 1) Kompetensi apa yang akan
dikembangkan pada siswa?; 2) Bagaimana cara mengembangkannya?;
3) Bagaimana cara mengetahui bahwa kompetensi sudah
dicapai/dikuasai?.
c) Tujuan pengembangan silabus adalah membantu guru dan tenaga
kependidikan lainnya dalam menjabarkan kompetensi dasar menjadi
perencanaan belajar mengajar.
d) Sasaran pengembangan silabus adalah guru, kelompok guru mata
pelajaran di sekolah/madrasah kelompok guru, musyawarah guru mata
pelajaran dan dinas pendidikan. (Nurhadi, 2004:141).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa silabus adalah

seperangkat rencana serta pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang

disusun secara sistematis dengan komponen-komponen yang harus dicapai.

Contoh format silabus.

59
Tabel 2.6
FORMAT SILABUS KETERAMPILAN SERVICE SEPEDA

Nama Sekolah : SLB Al Barokah


Mata Pelajaran : Keterampilan Otomotif (Service Sepeda)
Kelas/Semester : XI/1
Jenis Kelainan : Tunagrahita Ringan
Kompetensi Inti : K4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak Sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan

Alat dan Metode Alokasi


Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian
Sumber Pembelajaran Waktu
4.1 Mempraktekan Menambal ban Kegiatan Awal Kunci pas, kunci Demonstrasi, 2 x Tes Lisan
cara memperbaiki sepeda a) Mengucapkan salam dan mengajak berdoa
ring, palu, tanya jawab dan pertemuan dan Tes
sepeda sebelum memulai kegiatan
b) Mengkondisikan anak agar siap gunting, prektek (2 x 35 Kinerja
belajar/praktek
pencungkil ban, langsung menit)
Kegiatan Inti
Mengamati pompa angin,
a) Anak menyimak penjelasan guru dalam pembuka pentil
menunjukkan alat, kemudian menyebutkan
alat untuk menambal ban sepeda dan Buku
b) Anak menyimak penjelasan guru dalam Belajar
membedakan alat untuk menambal ban sepeda
c) Anak menyimak penjelasan guru dalam Memperbaiki
menunjukkan bahan, kemudian menyebutkan Sepeda
bahan untuk menambal ban sepeda
d) Anak menyimak penjelasan guru dalam
membedakan bahan untuk menambal ban
Menanya
a) Melalui motivasi guru mengajukkan

60
Alat dan Metode Alokasi
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian
Sumber Pembelajaran Waktu
pertanyaan tentang alat untuk menambal ban
sepeda dan kegunaannya
b) Melalui motivasi guru mengajukan pertanyaan
tentang bahan untuk menambal ban sepeda
dan kegunaannya
Mencoba
a) Guru mengajarkan cara persiapan menambal
ban dengan langkah sebagai berikut:
(1) Guru mengajakan cara menyimpan sepeda
di gawang penyangga dengan cara
menggantungkan jok pada pengait
(2) Guru mengajarkan cara membuka pentil
dengan cara memutar pentil menggunakan
pembuka pentil
(3) Guru mengajarkan cara mengambil ban
dalam dari velg ban luar menggunakan
pencukil ban, kemudian anak diberi
kesempatan mencoba mempraktekannya
b) Guru mengajarkan memeriksa ban bocor:
(1) Guru mengajarkan cara memompa ban
dengan cara memasangkan selang pompa
pada pentil ban, kemudian tarik tuas
pompa ke atas dan ke bawah sampai ban
terisi angin
(2) Guru mengajarkan merendam ban dalam
bak air untuk mencari lubang yang bocor
(3) Guru mengajarkan cara menandai lubang
yang bocor dengan cara menacapkan lidi
pada lubang yang bocor, kemudian anak
diberi kesempatan mencoba
mempraktekannya

61
Alat dan Metode Alokasi
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian
Sumber Pembelajaran Waktu
c) Guru mengajarkan cara menambal ban:
(1) Guru mengajarkan cara mengempiskan
ban dengan menekan pentil
(2) Guru mengajarkan cara mengeringkan
ban dengan menggunakan lap dengan
cara digosok-gosok
(3) Guru mengajarkan cara mengampelas
pada bagian yang bocor sampai
permukaannya kasar
(4) Guru mengajarkan cara mengoleskan lem
laret pada ban yang sudah diampelas
(5) Guru mengajarkan cara menempelkan
potongan lem karet pada permukaan yang
sudah di lem
(6) Guru mengajarkan cara memasukan
kembali ban dalam pada velg, kemudian
anak diberi kesempatan mencoba
mempraktekannya
Mengkomunikasikan
a) Guru membantu anak dalam
mengkomunikasikan hasil menambal ban
kepada konsumen
b) Anak membuat kesimpulan dengan bantuan
dan bimbingan guru
Kegiatan Akhir
a) Guru menyimpulkan pelajaran
b) Guru mengadakan penilaian

62
d. Analisis Tugas

Analisis tugas merupakan prosedur yang dapat dipakai untuk

mengajarkan tugas tertentu, dan sangat dibutuhkan dalam mengajar anak

tunagrahita karena siswa tidak dapat mempelajari tugas yang besar-besar.

Wechman (1981:60) dalam Astati (2010:43) menerangkan bahwa: “analisis

tugas adalah upaya mengadakan rincian dari satu keterampilan khusus

menjadi langkah-langkah/tugas kecil yang memungkinkan anak mudah

untuk mempelajarinya”.

Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa analisis tugas adalah prosedur

tugas yang besar diuraikan menjadi bagian-bagian tugas yang kecil dan

dilakukan secara bertahap. Fungsi analisis tugas adalah untuk mengetahui

kemampuan siswa tiap-tiap langkah sesuai dengan materi yang diberikan.

Analisis tugas bermacam-macam dan penggunaan tiap jenis sangat

tergantung pada karakteristik materi atau tugas yang akan diajarkan. “Jenis-

jenis analisis tugas dibagi menjadi 3 (tiga) menurut sifatnya yaitu: analisis

tugas pemecahan, analisis tugas aliran dan analisis tugas generalisasi”.

(Suhaeri, 2002:43).

Jadi kesimpulan di atas, bahwa analisis tugas dalam penelitian ini

termasuk analisis tugas aliran kerena langkah-langkah didalamnya harus

dilakukan terus menerus.

Contoh program analisis tugas

Nama Siswa: …………..

Tabel 2.7

62
Analisis Tugas
Keterampilan Service Sepeda Bagi Anak Tunagrahita Ringan
Dapat dengan
No Aspek yang dinilai Tidak
Dapat bantuan
Dapat
Verbal Fisik
1 Mengenal alat
1.1. Menunjukkan alat
1.1.1. Menunjukkan kunci
pas
1.1.2. Menunjukkan kunci
ring
1.1.3. Menunjukkan palu
1.1.4. Menunjukkan gunting
1.1.5. Menunjukkan
pencungkil ban
1.1.6. Menunjukkan pompa
angin
1.1.7. Menunjukkan
pembuka pentil
1.2. Menyebutkan alat
1.2.1. Menyebutkan kunci
pas
1.2.2. Menyebutkan kunci
ring
1.2.3. Menyebutkan palu
1.2.4. Menyebutkan gunting
1.2.5. Menyebutkan
pencungkil ban
1.2.6. Menyebutkan pompa
angin
1.2.7. Menyebutkan
pembuka pentil
1.3 Membedakan alat
1.3.1 Membedakan kunci
pas dengan kunci ring
1.3.2 Membedakan palu
dengan gunting
1.3.3 Membedakan
pencungkil ban
dengan pembuka
pentil
1.3.4 Membedakan pompa
angin dengan
pencungkil ban
2 Mengenal bahan
2.1 Menunjukkan bahan

63
2.1.1 Menunjukkan kertas
ampelas
2.1.2 Menunjukkan lem
karet
2.1.3 Menunjukkan karet
penambal
2.2 Menyebutkan bahan
2.2.1 Menyebutkan kertas
ampelas
2.2.2 Menyebutkan lem
karet
2.2.3 Menyebutkan karet
penambal
2.3 Membedakan bahan
2.3.1 Membedakan kertas
ampelas dengan karet
penambal
2.3.2 Membedakan lem
karet dengan karet
penambal
3 Proses menambal ban
Menyiapkan alat
3.1.2 Menyiapkan kunci pas
3.1.1.3 Mengambil kunci
pas dari kotak
perkakas
3.1.1.4 Menaruh kunci pas
di samping ban
sepeda
3.1.3 Menyiapkan kunci ring
3.1.7.1 Mengambil kunci
ring dari kotak
perkakas
3.1.7.2 Menaruh kunci
ring di di samping
ban sepeda
3.1.8 Menyiapkan palu
3.1.8.1 Mengambil palu
dari kotak
perkakas
3.1.8.2 Menaruh palu di
samping ban
sepeda
3.1.9 Menyiapkan gunting
3.1.9.1 Mengambil
gunting dari kotak
perkakas

64
3.1.9.2 Menaruh gunting
di samping ban
sepeda
3.1.10Menyiapkan pencungkil
ban
3.1.10.1 Mengambil
pencungkil ban
dari kotak
perkakas
3.1.10.2 Menaruh
pencungkil ban di
samping sepada
3.1.11Menyiapkan pompa angin
3.1.11.1 Mengambil
pompa angin dari
lemari perkakas
3.1.11.2 Menaruh pompa
angin di samping
ban sepeda
3.1.12Menyiapkan pembuka
pentil
3.3.1 Mengambil
pembuka pentil
dari kotak
perkakas
3.3.2 Menaruh Pembuka
pentil di samping
sepeda
Menyiapkan alat
3.2.4 Menyiapkan kertas
ampelas
3.2.4.1 Mengambil kertas
ampelas dari kotak
perkakas
3.2.4.2 Menaruh ampelas
di samping ban
sepeda
3.2.5 Menyiapkan lem karet
3.2.5.1 Mengambil lem
karet dari kotak
perkakas
3.2.5.2 Menaruh lem karet
di samping ban
sepeda
3.2.6 Menyiapkan karet
penambal
3.2.6.1 Mengambil karet

65
penambal di kotak
perkakas
3.2.6.2 Menaruh lem karet
di samping ban
sepeda
Proses menambal ban
3.1.4 Persiapan menambal ban
3.1.4.1 Menyimpan sepeda di
gawang penyangga
dengan cara
menggantungkan jok
sepeda pada pengait
3.1.4.2 Membuka pentil
dengan memutar pentil
menggunakan pembuka
pentil, dengan cara:
3.1.1.2.4Membuka tutup
pentil
3.1.1.2.5Membuka pentil
dengan alat
pembuka pentil
3.1.1.2.6Membuka ring
menggunakan
kunci Mengambil
ban dalam dari
velg ban luar
dengan pencungkil
ban luar pada velg
dengan
menggunakan
pencungkil ban
3.1.5 Memeriksa ban bocor
3.1.5.1 Memompa ban
dengan cara
memasangkan selang
pompa pada pentil
ban
3.1.5.2 Menarik tuas pompa
ke atas dan ke bawah
sampai ban terisi
angin
3.1.5.3 Merendam ban dalam
di bak air dengan
waktu lima menit
untuk mencari lubang
yang bocor
3.1.5.4 Menandai lubang

66
yang bocor dengan
cara menancapkan lidi
3.1.6 Menambal ban
3.1.6.1 Mengempeskan ban
dalam dengan cara
menekan pentil
3.1.6.2 Menyiapkan ban
untuk penempel
ukuran 1,5 cm
3.1.6.3 Mengeringkan ban
dalam dengan cara
mengelap ban dalam
3.1.6.4 Mengampelas pada
bagian yang bocor
dengan cara
menggosok ban dalam
sampai permukaannya
kasar
3.1.6.5 Mengoleskan lem
karet dengan cara
menuangkan lem pada
ban yang sudah di
ampelas dengan
ukuran 2 cm
3.1.6.6 Menempelkan
potongan karet ban
dengan cara menekan
potongan karet
penambal pada per
mukaan yang sudah di
lem
3.1.6.7 Memasukan kembali
ban pada velg dengan
cara memasukan ban
dalam menggunakan
pencungkil ban
4 Memelihara alat
4.1 Merapikan alat
4.1.1 Membereskan alat-
alat yang telah
digunakan
4.2 Menyimpan alat
4.2.1 Menyimpan kunci pas
pada kotak perkakas
4.2.2 Menyimpan kunci
ring pada kotak
perkakas

67
4.2.3 Menyimpan palu pada
kotak perkakas
4.2.4 Menyimpan gunting
pada kotak perkakas
4.2.5 Menyimpan
pencungkil ban pada
kotak perkakas
4.2.6 Menyimpan pompa
angin pada kotak
perkakas
4.2.7 Menyimpan pembuka
pentil pada kotak
perkakas

5 Memelihara bahan
5.1 Merapihkan bahan
5.1.1 Membereskan bahan
yang telah
digunakan
5.2 Menyimpan bahan
5.2.1 Menyimpan kertas
ampelas
5.2.2 Menyimpan lem
karet
5.2.3 Menyimpan karet
penambal

6 Memelihara hasil
6.1 Menyimpan hasil
6.1.1 Memasukkan sepeda
yang sudah ditambal
ke dalam gerasi
bengkel
6.2 Menginformasikan hasil
6.2.1 Menginformasikan
hasil memperbaiki
sepeda yaitu
menambal ban yang
telah selesai
ditambal
6.2.2 Menambal ban
sepeda di sekolah
6.2.3 Menambal ban
sepeda di bengkel

Penilaian Analisis Tugas

68
1) Kriteria Penilaian

Skor 4 apabila anak dapat melakukan semua kegaiatan.

Skor 3 apabila anak dapat melakukan dengan bantuan verbal.

Skor 2 apabila anak dapat melakukan dengan bantuan fisik.

Skor 1 apabila anak tidak dapat melakukan

2) Nilai Akhir

Skor Perolehan
Nilai Akhir ¿ x 100 = .......
Skor Maks

G. Program yang Dikembangkan

1. Program yang dikembangkan

Program yang dikembangkan adalah silabus.

2. Alasan pengembangan

Alasan pengembangan program pelajaran keterampilan service

sepeda yakni belum tercapainya penguasaan anak terhadap materi pada

mata pelajaran keterampilan service sepeda sehingga diharapkan

pembelajaran lebih aktif, efektif, bermakna dan bermanfaat sebagai bekal

hidup karena dapat pengalaman langsung serta memperoleh pengetahuan

tentang kewirausahaan.

3. Komponen yang dikembangkan

Model program pembelajaran keterampilan service sepeda yang di

kembangkan yakni silabus. Beberapa komponen yang dikembangkan

diantaranya: materi yang tadinya menambal ban menjadi cara menambal

ban sesuai dengan peraturan K3L (Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan

Lingkungan), media bahan yang pada awalnya berupa karet penambal

69
ditambah dengan menggunakan media lain yaitu cold path atau rubber

compound, media alat pada awalnya berupa palu ditambah dengan

menggunakan alat press dan elemen pemanas atau hot press.

Pengayaan dilakukan dengan memberikan penguatan materi proses

menambal ban agar anak dapat menguasai materi pembelajaran keterampilan

service sepeda dengan baik. Pengayaan tersebut dilakukan diluar jam pelajaran

yaitu mengampelas permukaan ban agar lebih kasar dan lem lebih merekat

sehingga hasil tambalan lebih awet dan kuat.

4. Cara Mengembangkan

Cara yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan program antara lain:

a. Materi yang sebelumnya pembelajaran keterampilan service sepeda

menambal ban cara menjadi menambal ban sesuai dengan peraturan K3L

(Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan).

b. Media bahan yang sebelumnya berupa karet penambal ditambah dengan

menggunakan media lain yaitu cold path atau rubber compound agar hasil

tambalan menjadi kuat, awet dan tahan lama.

c. Media alat yang sebelumnya berupa palu untuk memukul karet tambalan

ditambah dengan menggunakan alat press dan elemen pemanas atau hot

press.

d. Waktu yang dialokasikan sebelumnya hanya 2 (dua) kali pertemuan

ditambah menjadi 3 (tiga) kali pertemuan, dengan durasi 1 (satu) kali

pertemuan 2 (dua) x 40 (empat puluh) menit.

5. Rambu-rambu Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Service Sepeda

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran

keterampilan service sepeda adalah:

70
a. Program merupakan pegangan bagi guru berupa materi yang perlu

dipelajari anak dan dilaksanakan oleh guru agar tujuan yang telah

ditetapkan dapat tercapai.

b. Kemampuan yang diharapkan dalam proses service sepeda yaitu materi

pembelajarannya dikembangkan berdasarkan proses menambal ban dari

mulai persiapan menambal ban hingga memelihara hasil dan

menginformasikan hasil.

c. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru diutamakan mengacu

pada kemampuan anak yang akan dicapai.

d. Evaluasi dilakukan pada saat pembelajaran dan diakhiri dalam bentuk tes

perbuatan.

71

Anda mungkin juga menyukai