Anda di halaman 1dari 14

TARI SEBAGAI TERAPI BIMBIN6AN BAGI ANAK CACAT MENTAL

m Jazuli

Abstract

Cacat mental merupakan keadaan kemampuan mental di bawah normal yang tidak dapat disembuhkan, tetapi bias diperingan melalui pendidikan, bimbingan, latihan, dan perlakuanperlakuan khusus. Apabila secara wajar seni tari dimengerti sebagai pelajaran inti dan penuh dengan perencanaan, maka dapat berfungsi sebagai katalisator bagi pertumbuhan seseorang dan sebagai penyatu banyak disiplin, termasuk pemberian perlakuan khusus seperti tersebut di atas. Tari dapat dimanfaatkan sebagai alat sekaligus sebagai proses dan produkpendidikan dalam kesatuan totalitas dari kehidupan manusia. Tari dapat merupakan metode yang relative ideal untuk mencapai keseimbangan daya tahan dan kontrol tubuh, serta pembentukan jiwa melalui pengalaman emosi imajinatif dan ungkapan kreatif. Semua itu barangkali sangat dibutuhkan oleh anak manusia, tidak terkecuali anak penyandang cacat mental. Persoalannya mungkin hanva terletak pada bagaimana strategi, metode, dan esensi tari sebagai materi bimbingan bagi anak pengandang cacat mental.
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/view/836

ANAK CACAT MENTAL

BAB I PENDAHULUAn
A. LATAR BELAKANG
Cacat mental adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Anak-anak yang menderita cacat mental mengalami keterlambatan permanen dan menyeluruh di dalam banyak aspek perkembangan mereka sebab intelegensi mereka rusak. Seberapa tinggi intelegensia mereka biasanya dinyatakan di dalam bentuk Intelligence Quotient (IQ). IQ normal berkisar antara 80 sampai 120. Anak-anak cacat mental memiliki IQ dibawah 70. Sekitar 2.5 persen anak-anak mengalami semacam cacat mental. Mereka yang IQ-nya antara 50 dan 70 dikatakan menderita cacat mental ringan, sedangkan yang di bawah 50 dikatakan menderita cacat mental parah. Adakalanya kemampuan menggerakkan badan dan anggota badannya normal, tetapi

koordinasi, kemampuan berbahasa dan sosialnya terhambat. Inteligensi diukur dengan memberikan testes yang menghasilkan IQ. Banyak tes IQ yang tersedia. Yang paling banyak digunakan untuk anak-anak adalah WISC(R) Weschsler Intelligence Scale for Children (Revised). Ter ini mengukur kemampuankemampuan seperti pemahaman, pembendaharaan kata, berhitung, penalaran, dan ingatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan anak cacat mental? 2. Apakah penyebab dari anak cacat mental tersebut? 3. Bagaimana cara penanganan anak cacat mental?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian anak cacat mental 2. Mengetahui penyebab anak cacat mental 3. Mengetahui cara penanganan anak cacat mental

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Cacat Mental


Anak cacat mental adalah mereka yang kecerdasannya jelas berada di bawah rata-rata. Di samping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit, dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk sehari dua hari atau sebulan atau dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya, dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hamper segala-galanya, lebih-lebih dalam pelajaran seperti mengarang, menyimpulkan isi bacaaan, menggunakan simbolsimbol, berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang/terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Anak cacat mental banyak macamnya, ada yang disertai dengan buta warna, disertai dengan kerdil badan, disertai dengan berkepala panjang, disertai dengan bau badan tertentu dan sebagainya; tetapi ada pula yang tidak disertai apa-apa. Mereka semua mempunyai persamaan yaitu kurang cerdas dan terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan jika dibandingkan dengan teman sebayanya. Mereka mempunyai ciri-ciri khas dan tingkat cacat mental yang berbeda-beda, ada yang ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Terdapat perbedaan antara cacat mental dengan sakit mental, sakit jiwa, atau sakit ingatan. Dalam bahasa Inggris sakit mental disebut mental illness yaitu merupakan kegagalan dalam membina kepribadian dan tingkah laku. Sedangkan cacat mental dalam bahasa Inggris disebut mentally retarded atau mental retardation merupakan ketidakmampuan memecahkan persoalan disebabkan karena kecerdasan (inteligensinya) kurang berkembang serta kemampuan adaptasi perilakunya terhambat. Hal ini yang membedakan cacat mental dengan sakit jiwa ialah: Cacat mental bermula dan berkembang pada masa perkembangan, yaitu sejak anak lahir sampai kira-kira usia 18 tahun. Sedangkan sakit jiwa dapat menyerang setiap saat, kapan saja. Namun sekalipun sakit jiwa dan cacat mental berbeda, tidak mustahil anak cacat mental menderita sakit jiwa. Dari berbagai definisi, ungkapan pengertian dan penjelasan yang telah diuraikan di atas maka jelaslah bahwa untuk menentukan seseorang termasuk kategori cacat mental, selain kemampuan kecerdasannya atau tingkat inteligensinya jelas-jelas berada di bawah normal perlu pula diperhatikan kemampuaan penyesuaiannya (adaptasi tingkah laku) terhadap lingkungan sosial dimana ia berada. Selanjutnya perlu diperhatikan tentang waktu terjadinya cacat mental itu. Bila cacat mental terjadi setelah masa perkembangan (setelah usia 18 tahun) maka ia tidak tergolong cacat mental.

B. Klasifikasi Anak Cacat Mental


Pengelompokan pada umumnya berdasarkan pada tarafintelegensinya, yang terdiri dari terbelakang ringan, dan berat. Pengelompokan seperti ini sebenarnya bersifat artificial karena ketiga kelompok di atas tidak dibatasi oleh garis demargasi yang tajam. Gradasi dari satu level ke level berikutnya bersifat kontinyu. Kemampuan inteligensi anak cacat mental kebanyakan diukur dengan tes Stanford Binet dan Skala Weschler (WISC). 1. Cacat Mental Ringan

Cacat mental ringan disebut juga debil. Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan menurut Skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Namun pada umumnya anak cacat mental ringan tidak mampu melakukan penyesuaian social secara independen dan anak ini tidak mengalami gangguan fisik. Mereka secara fisik tampak seperti anak normal pada umumnya. Oleh karena itu agak sukar membedakan secara fisik antara anak cacat mental dengan anak normal. 2. Cacat Mental Sedang Anak cacat mental sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki IQ 51-36 berdasarkan skala Binet sedangkan menurut Skala Wsechler memiliki IQ 54- 40. Anak cacat mental sedang masih memperoleh kecakapan komunikasi selama masa anak usia dini. Walaupun agak lambat. Anak dapat mengurus atau merawat diri sendiri dengan pelatihan yang intensif. Mereka dapat memperoleh manfaat latihan kecakapan social dan pekerjaan namun tidak dapat menguasai kemampuan akademik seperti; membaca, menulis, dan berhitung. Akan tetapi mereka masih dapat bepergian di lingkungan yang sudah dikenalnya. 3. Cacat Mental Berat Kelompok anak cacat mental berat disebut juga idiot. Kelompok ini dapat dibedakan lagi antara anak cacat mental berat dan sangat berat. Cacat mental berat (severe) memiliki IQ antara 32-20menurut skala Binet dan antara 39-25 menurut Skala Wechsler (WISC) Anak cacat mental sangat berat (profound) memiliki IQ dibawah 19 menurut Skala Binet dan IQ dibawah 24 menurut skala Wechsler (WISC). Anak cacat mental berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam hal berpakaian, mandi, makan, dll. Hampir semua anak cacat mental berat dan sangat berat menyandang cacat ganda. Umpamanya sebagai tambahan cacat mental tersebut si anak lumpuh (karena cacat otak) , tuli atau cacat lainnya.

C. Karakteristik Anak Cacat Mental


a. Karakteristik Anak Cacat Mental Ringan Anak cacat mental ringan banyak yang lancer berbicara tetapi kurang pembendaharaan katakatanya. Mereka mengalami kesukaran berfikir abstrak, tetapi mereka masih dapat mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah biasa maupun di sekolah khusus. Sebagaimana tertulis dalam The New American Webster (1956:301) bahwa: Moron (debile) is a person whose mentality does not develop beyond the 12 year old level. Maksudnya, kecerdasan berfikir seseorang cacat mental ringan paling tinggi sama dengan kecerdasan anak normal usia 12 tahun.

b. Karakteristik Anak Cacat Mental Sedang Anak cacat mental sedang hamper tidak bias mempelajari pelajaran-pelajaran akademik. Mereka pada umumnya belajar secara membeo. Perkembangan bahasanya lebih terbatas daripada anak cacat mental ringan. Mereka hamper selalu bergantung pada perlindungan orang lain, tetapi dapat membedakan bahaya dan yang bukan bahaya. Mereka masih mempunyai potensi untuk belajar memelihara diri dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan dapat mempelajari beberapa pekerjaan yang mempunyai arti ekonomi. Pada umur dewasa mereka baru mencapai kecerdasan yang sama dengan anak umur 7 atau 8 tahun. c. Karakteristik Anak Cacat Mental Berat Anak cacat mental berat dan sangat berat sepanjang hidupnya akan slalu tergantung pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidak dapat memelihara diri sendiri. Pada umumnya mereka tidak dapat membedakan mana yang berbahaya dan yang tidak berbahaya, tidak mungkin berpartisifasi dengan lingkungan di sekitarnya, dan jika sedang berbicara maka kat-kata ucapannya sangat sederhana. Kecerdasan seorang anak cacat mental berat dan sangat berat hanya dapat berkembang paling tinggi seperti anak normal yang berumur 3 atau 4 tahun. Sunaryo Kartadinata (1998/1999) mengatakan karakteristik anak cacat mental antara lain (1) Keterbatasan inteligensi, (2) Keterbatasan social dengan ciri-ciri ; cenderung berteman dengan anak yang lebih muda, ketergantungan terhadap orang tua, tidak mampu memikul tanggung jawab. (3) Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya seperti; kurang mampu mempertimbangkan sesuatu, kurang mampu membedakan yang baik dengan yang buruk, yang benar dan yang salah, tidak membayangkan terlebih dahulukonsekuensi suatu perbuatan. Guru TK mengenali anak keterbelakangan mental melalui berbagai aktifitas selama kegiatan, bermain, bercerita, makan, di kelas maupun di halaman sekolah atau bagaimana cara ia berinteraksi dengan anak lain, guru, atau orang di sekitarnya. Begitu juga interaksinya dengan lingkungan alam, alat permainannya, dan rangsangan lain yang ada di sekitarnya.

D. Penyebab Anak Cacat Mental


1. Peristiwa kelahiran Di negara sedang berkembang, penyebab cacat mental yang utama adalah kerusakan pada otak saat kelahiran. Kehamilan yang tidak di control, bimbingan persalinan yang tidak tepat, bantuan persalinan salah, fasilitas persalinan yang kurang memadai banyak mengakibatkan kerusakan pada otak anak. 2. Infeksi

Anak menderita infeksi yang merusak otak seperti meningitis, encephalitistu berkulosis, dan lain-lain. Sekitar 30%-50% dari mereka yang mengalami kerusakan otak akibat penyakit-penyakit tersebut menderita deficit neorologikdan cacat mental 3. Malnutrisi berat Kekurangan makanan bergizi semasa bayi dapat mengganggu partumbuhan dan fungsi susunan syaraf pusat. Malnutrisi ini kebanyakan terjadi pada kelompok ekonomi lemah. 4. Kekurangan yodium Kekurangan yodium dapat mempengaruhi perkembangan mental anak, termasuk salah satu penyebab cacat mental. Untuk mengenal anak cacat mental secara dini, beberapa gejala ini dapat dijadikan indicator. 5. Terlambat memberi reaksi Gejala-gejala ini dapat diamati pada saat minggu-minggu pertama kehidupan anak. Antara lain; lambat memberi senyum jika anak diajak tertawa atau digelitik. Anak tidak memperhatikan atau seolah-olah tidak melihat jika dirangsang dengan gerakan tangan kita. Bagi anak yang sehat, bola matanya akan mengikuti gerakan tangan kita. Bagi anak yang sehat, bola matanya akan mengikuti gerakan tangan tersebut kekiri atau kekanan. Begitu juga terhadap bunyi-bunyian, anak yang sehat akan tersentak, terkejut, membesarkan bola mata, dan berusaha mencari suara tersebut. Sebaliknya anak cacat mental akan terlambat bereaksi terhadap bunyi-bunyian, seolah-olah tergantung pendengarannya. Anak cacat mental juga lambat mengunyah makanan, sehingga ia seringkali mengalami gangguan.

6. Memandang tangannya sediri Bayi yang berusia antara 12-20 minggu bila berbaring sering memperhatikan gerakan tangannya sendiri. Pada anak cacat mental gejala ini masih terlihat walaupun usianya sudah lebih tua dari 20 minggu. 7. Memasukkan benda ke mulut Kegiatan memasukkan benda ke dalam mulut merupakan aktifitas yang khas untuk anak usia 6- 12 bulan. Anak cacat mental masih suka memasukkan benda atau mainan ke dalam mulutnya walaupun usianya sudah mencapai 2 atau 3 tahun. 8. Kurang perhatian dan kurang konsentrasi Anak cacat mental kurang memperhatikan lingkungan sekitar. Perhatiannya terhadap mainan hanya berlangsung singkat saja. Malahan seringkali tidak mengacuhkan kejadian-kejadian di sekelilingnya. Bila diberi mainan, ia kurang tertarik dan tidak berusaha untuk mengambilnya.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Anak cacat mental adalah anak yang memiliki kecerdasan jelas berada di bawah rata-rata. 2. Klasifikasi anak cacat mental antara lain : anak cacat mental ringan, anak cacat mental sedang, dan anak cacat mental berat dan sangat berat. 3. Karakteristik anak cacat mental antara lain karakteristik anak cacat mental ringan, karakteristik anak cacat mental sedang, dan karakteristik anak cacat mental berat dan sangat berat. 4. Penyebab anak cacat mental antara lain: a. Penyebab kelahiran b. Infeksi c. Malnutrisi berat d. Kekurangan yodium e. Terlambat memberi reaksi f. Memandang tangannya sendiri g. Memasukkan benda di mulut h. Kurang perhatian dan kurang konsentrasi 5. Cara menangani anak cacat mental antara lain:

B. Saran-saran

DAFTAR PUSTAKA

Amin Muhammad, 1995. Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung Delphie Bandi, 2006. Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: Refika Aditama Desmita, 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Dewi Rosmala, 2005. Berbagai Masalah Anak-Anak Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Hurlock Elizabeth B, 1988. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga Lask Bryan, 1985. Memahami dan Mengatasi Masalah Anak Anda. Jakarta: PT Gramedia Malik Muhammad Anas, 2005. Konsep Dasar Psikologi Sosial. Makassar Rochyadi Endang, 2005. Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Somantri H. T. Sutjihati, 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

http://sastranikychoysynyster.blogspot.com/2011/06/anak-cacat-mental.html

contoh kasus
Merdeka.com - Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa jumlah anak-anak dengan cacat fisik telah menurun selama 10 tahun terakhir di Amerika. Sebaliknya, jumlah anak-anak yang menderita cacat mental terus meroket. Peneliti studi tersebut, Dokter Amy Houtrow, profesor kedokteran fisik, rehabilitasi dan pediatri di University of Pittsburgh School of Medicine mengatakan bahwa hampir enam juta anak-anak di Amerika menderita cacat pada tahun 2010 dan hampir satu juta lebih pada tahun 2001. Amy dan rekan-rekannya ingin melihat lebih dekat apakah kondisi dan faktor sosiodemografi

berhubungan dengan kondisi tersebut. Untuk itu, mereka menganalisis data dari National Health Interview Survey yang dilakukan oleh Centres for Disease Control and Prevention pada tahun 2001-2002 dan data survei dari 2009-2010. Sebanyak 102.468 orang tua yang memiliki anak berusia 17 tahun berpartisipasi dalam survei tersebut. Para orang tua ditanya apakah anak mereka memiliki keterbatasan dalam bermain atau berkegiatan, menerima layanan pendidikan khusus, membutuhkan bantuan dengan perawatan pribadi, mengalami kesulitan berjalan tanpa peralatan, mengalami kesulitan dengan memori atau memiliki batasan lainnya.' Para peneliti beranggapan bahwa kenaikan kasus cacat mental pada anak ada hubungannya dengan peningkatan diagnosis autisme pada anak, suatu kondisi yang membuat seseorang sulit berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. "Survei ini tidak serta-merta dikaitkan dengan autisme, tapi kami menduga bahwa beberapa jenis peningkatan cacat perkembangan saraf dipicu meningkatnya insiden atau gangguan spektrum autisme," jelas Amy, seperti dilansir Daily Mail (7/5).

Kasus Penganiayaan Anak Cacat Mental, Keluarga Korban Tuntut Rp 20 juta


Selasa, 30 Oktober 2012 19:18 WITA Tweet + Share Laporan Wartawan Tribun Manado Susanty Otodu TRIBUNMANADO.CO.ID, AIRMADIDI - Lurah Sukur, Linda Pangow, Sos memediasi kasus panganiayaan terhadap anak keterbelakangan mental Junaidi Pontolondo (13) yang melibatkan pelaku Kepala Lingkungan Jaga V, Kelurahan Sukur, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Ventje Dumais dan sejumlah warga setempat yang terjadi pada Jumat, 5 Oktober lalu. Dalam proses mediasi tersebut, Mustafa Pontolondo yang merupakan Paman korban mengatakan tindakan yang dilakukan oleh oknum Kepala Lingkungan masih dapat diterima sebagai bentuk pengajaran. Namun yang sangat disesalkan penganiayaan yang diterima Junaidi hingga harus mengakibatkan kuku jari jempol di kaki kanan lepas. "Pala pukul ini anak, masih bisa kami anggap sebagai bentuk pengajaran. Hanya saja mengapa anak ini (Junaidi) harus di aniaya, sampai kukunya lepas," tutur Mustafa. Selain tindakan tersebut, pihak keluarga yang diwakili oleh Maria Taramen mengatakan tidak menerima tuduhan-tuduhan yang dilayangkan oleh sejumlah pihak kepada Junaidi. Diantaranya Junaidi tak hanya

dituduh mencuri tetapi juga dituduh hendak melakukan pemerkosaan. "Oke, anggap sudahlah yang itu (mencuri dan memerkosa), tetapi yang terbaru pihak pelaku turut menghadirkan saksi baru. Katanya kejadian terakhir baru terjadi kemarin (29/10), lagi-lagi Jun dituduh mencuri tapi sempat melarikan diri," kata Maria pada Tribun Manado, Selasa (30/10/2012). Hal tersebut terang saja tidak diterima oleh keluarga Junaidi, pasalnya waktu dan tempat kejadian yang disampaikan tidak sesuai dengan keberadaan Junaidi saat itu. Sesuatu yang tidak mungkin pula jika Junaidi masih sempat melarikan diri, sedangkan hingga kini kondisinya untuk jalan kaki masih pincang. "Katanya kejadian sore, sedangkan seharian penuh Junaidi dirumah bersama paman dan tantenya. Katanya lagi Junaidi masih sempat melarikan diri, bagaimana bisa sedangkan lukanya masih basah dan jalan kaki saja masih pincang," tambah Maria. Dari hasil pertemuan tersebut, hingga kini belum mendapatkan titik temu. Upaya damai yang dimediasi oleh Lurah Sukur, berakhir dengan pihak keluarga siap menyatakan damai asalkan para pelaku bersedia memberikan kompensasi sebesar Rp 20 juta. "Konpensasi yang diajukan itu bukan biaya ganti rugi, tetapi nilai nominal yang diajukan agar perbuatan serupa tidak dilakukan lagi, maksudnya sebagai efek jera," lanjutnya. Sekaligus, pihak keluarga mengimbau agar para pelaku penganiayaan secara terangan mengakui dan menyadari perbuatannya yang telah menganiaya anak dibawah umur berketerbelakangan mental. "Dan memang sebaiknya mereka menyesali perbuatannya dan turuti permintaan korban, sebab ini ada unsur pidana terkait perlindungan anak," tambah Maria. Dalam pertemuan tersebut pihak pelaku yang terlibat diantaranya, Kepala Lingkungan Jaga V, Ventje Dumais dan Bonnie Kumentas bersedia mengganti rugi. Keduanya kemudian secara resmi menyampaikan permohonan maaf secara tertulis. Namun untuk biaya konpensasi yang diajukan keluarga korban, dalam pertemuan tersebut belum mendapat titik temu. Hal itu pun dibenarkan oleh Lurah Sukur, Linda Pangow, Sos. "Nanti besok (hari ini) ada pertemuan lagi, untuk menyepakati berapa biaya konpensasi yang siap dibayar oleh pihak kepala kelurahan dan warga yang turut terlibat dalam penganiayaan. Pastinya upaya ini untuk memperoleh kesepakatan agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan," tutur Pangow. Awal mula kasus ini ketika Junaidy siswa Kelas III, SD Inpres Sukur dituduh mencuri ponsel. Ia kemudian dianiaya hingga mengakibatkan luka serius dibagian jempol kaki sebelah kanan. Kaki Jun diinjak, dilempari batu, dan kemudian diseret dijalan aspal menggunakan sepeda motor.

Kasus ini kemudian langsung dilaporkan di Polres Minut pada Sabtu (6/10). Sebelumnya ketika dikonfirmasi kepada Kapolres Minut, AKBP Harri Sarwono melalui Kasat Reskrim Minut, AKP Ferry Manoppo mengatakan masih dalam tahap penyelidikan dan akan segera masuk tahap penyidikan. "Yang pasti kita akan segera tetapkan tersangkanya," kata Manoppo.

KlasifikasiAnak Cacat Mental Pengelompokanpada umumnya berdasarkan pada tarafintelegensinya, yang terdiri dariterbelakang ringan, dan berat. Pengelompokan seperti ini sebenarnya bersifatartificial karena ketiga kelompok di atas tidak dibatasi oleh garis demargasiyang tajam. Gradasi dari satu level ke level berikutnya bersifat kontinyu. Kemampuaninteligensi anak cacat mental kebanyakan diukur dengan tes Stanford Binet danSkala Weschler (WISC). 1. Cacat Mental Ringan Cacat mentalringan disebut juga debil. Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet,sedangkan menurut Skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapatbelajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Namun pada umumnya anakcacat mental ringan tidak mampu melakukan penyesuaian social secara independendan anak ini tidak mengalami gangguan fisik. Mereka secara fisik tampak sepertianak normal pada umumnya. Oleh karena itu agak sukar membedakan secara fisikantara anak cacat mental dengan anak normal. 2. Cacat Mental Sedang Anak cacatmental sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki IQ 51-36 berdasarkanskala Binet sedangkan menurut Skala Wsechler memiliki IQ 54- 40. Anak cacatmental sedang masih memperoleh kecakapan komunikasi selama masa anak usia dini.Walaupun agak lambat. Anak dapat mengurus atau merawat diri sendiri denganpelatihan yang intensif. Mereka dapat memperoleh manfaat latihan kecakapansocial dan pekerjaan namun tidak dapat menguasai kemampuan akademik seperti;membaca, menulis, dan berhitung. Akan tetapi mereka masih dapat bepergian dilingkungan yang sudah dikenalnya. 3. Cacat Mental Berat Kelompokanak cacat mental berat disebut juga idiot. Kelompok ini dapat dibedakan lagiantara anak cacat mental berat dan sangat berat. Cacat mental berat (severe)memiliki IQ antara 3220menurut skala Binet dan antara 39-25 menurut SkalaWechsler (WISC) Anak cacat mental sangat berat (profound) memiliki IQ dibawah19 menurut Skala Binet dan IQ dibawah 24 menurut skala Wechsler (WISC). Anakcacat mental berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam halberpakaian, mandi, makan, dll. Hampir semua anak cacat mental berat dan sangatberat menyandang cacat ganda. Umpamanya sebagai tambahan cacat mental tersebutsi anak lumpuh (karena cacat otak) , tuli atau cacat lainnya. C. KarakteristikAnak Cacat Mental

1. Karakteristik Anak Cacat MentalRingan Anak cacat mental ringan banyak yanglancer berbicara tetapi kurang pembendaharaan katakatanya. Mereka mengalamikesukaran berfikir abstrak, tetapi mereka masih dapat mengikuti pelajaranakademik baik di sekolah biasa maupun di sekolah khusus. Sebagaimana tertulisdalam The New American Webster (1956:301)bahwa: Moron (debile) is a person whosementality

does not develop beyond the 12 year old level. Maksudnya,kecerdasan berfikir seseorang cacat mental ringan paling tinggi sama dengankecerdasan anak normal usia 12 tahun. 2. KarakteristikAnak Cacat Mental Sedang Anak cacat mental sedang hampertidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran akademik. Mereka padaumumnya belajar secara membeo. Perkembangan bahasanya lebih terbatas daripadaanak cacat mental ringan. Mereka hamper selalu bergantung pada perlindunganorang lain, tetapi dapat membedakan bahaya dan yang bukan bahaya. Mereka masihmempunyai potensi untuk belajar memelihara diri dan menyesuaikan diri terhadaplingkungan dan dapat mempelajari beberapa pekerjaan yang mempunyai artiekonomi. Pada umur dewasa mereka baru mencapai kecerdasan yang sama dengan anakumur 7 atau 8 tahun. 3. KarakteristikAnak Cacat Mental Berat Anak cacatmental berat dan sangat berat sepanjang hidupnya akan slalu tergantung padapertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidak dapat memelihara diri sendiri.Pada umumnya mereka tidak dapat membedakan mana yang berbahaya dan yang tidakberbahaya, tidak mungkin berpartisifasi dengan lingkungan di sekitarnya, danjika sedang berbicara maka kat-kata ucapannya sangat sederhana. Kecerdasanseorang anak cacat mental berat dan sangat berat hanya dapat berkembang palingtinggi seperti anak normal yang berumur 3 atau 4 tahun. SunaryoKartadinata (1998/1999) mengatakan karakteristik anak cacat mental antara lain(1) Keterbatasan inteligensi, (2) Keterbatasan social dengan ciri-ciri ;cenderung berteman dengan anak yang lebih muda, ketergantungan terhadap orangtua, tidak mampu memikul tanggung jawab. (3) Keterbatasan fungsi-fungsi mentallainnya seperti; kurang mampu mempertimbangkan sesuatu, kurang mampu membedakanyang baik dengan yang buruk, yang benar dan yang salah, tidak membayangkanterlebih dahulukonsekuensi suatu perbuatan. Guru TKmengenali anak keterbelakangan mental melalui berbagai aktifitas selamakegiatan, bermain, bercerita, makan, di kelas maupun di halaman sekolah ataubagaimana cara ia berinteraksi dengan anak lain, guru, atau orang disekitarnya. Begitu juga interaksinya dengan lingkungan alam, alat permainannya,dan rangsangan lain yang ada di sekitarnya.

Cara Menangani Anak Dengan Gangguan Mental


Posted, 2013-08-07 Exclusive Content

SMS this page Email this page Share this story

Gangguan mental pada anak harus segera diatasi agar kesehatan mental anak kembali pulih dan bisa ceria seperti anak normal lainnya. Jika gangguan mental ini dibiarkan dan tidak segera diperiksa, maka buah hati maka berpengaruh pada masa depannya. Lakukan hal ini pada anak dengan gangguan mental seperti dilansir Foxnews (29/7). Lakukan check-up Sangat penting untuk bertemu dengan dokter anak dan memeriksakan apakah kondisi anak baik dari segi fisik, alergi atau autisme. Pemeriksaan lebih dini akan lebih baik. Cari spesialis Seorang terapis atau psikolog anak dapat membuat diagnosis, atau memberi terapi agar kondisi kesehatan mental anak kembali membaik. Jangan menjudge anak! Hindari mengatakan pada anak jika ia terserang 'depresi' atau 'gangguan kecemasan,' karena hal tersebut dapat merusak harga diri anak. Sebaliknya, berbicara tentang gejala-gejala sebagai masalah dan menjelaskan bahwa anak Anda mendapatkan bantuan jadi saya atau dia Tidak Harus merasa khawatir, misalnya. Temukan diagnosis yang tepat Diagnosis yang salah tentu tidak akan membuat kesehatan mental anak Anda makin baik. Bisa jadi makin buruk. Oleh karena itu cari tahu secara pasti apa gangguan mental yang diderita anak. Bila perlu Anda berkonsultasi pada dua atau tiga dokter. Mendidik anak dengan baik Orang tua yang bisa mendidik anak dengan gangguan mental, secara otomatis dapat belajar bagaimana cara mengatasi penyakit anak lebih baik. Dapatkan dukungan Berbagi pengalaman dengan orang tua lain yang mengalami hal sama akan membantu Anda mengatasinya. Anda bisa mendapatkan pengetahuan baru bagaimana cara menangani anak dengan gangguan mental.

Selalu ada harapan Penyakit mental dapat diobati. Orang tua harus merasa yakin dengan bantuan profesional, kondisi mental anak mereka bisa menjadi lebih baik.

http://article.wn.com/view/2013/08/07/Cara_menangani_anak_den gan_gangguan_mental/

Anda mungkin juga menyukai