Anda di halaman 1dari 39

 

makalah tuna grahita

BAB
I PENDAHU
LUAN 

A.  Latar Belakang 


Istilah Tunagrahita mungkin masih asing bagi pendengaran meskipun bukan tidak
mungkin setiap hari berhadapan dengan salah seorang siswa yang sebenarnya mengalami
ketunagrahitaan. Mengenal siswa tersebut sebagai anak bodoh karena hampir pada semua
mata pelajaran akademik ia mengalami ketinggalan dibanding dengan teman sekelasnya atau
sebayanya. Mungkin pula telah melakukan berbagai upaya pembelajaran untuk membantu
siswa tersebut, tetapi tetap saja hasilnya mengecewakan.
Banyak yang berasumsi bahwa anak tunagrahita sama dengan anak idiot. Asumsi
tersebut kurang tepat karena sesungguhnya anak tunagrahita terdiri atas beberapa klasifikasi.
Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk anak yang memiliki perkembangan intelejensi
yang terlambat. Setiap klasifikasi selalu diukur dengan tingkat IQ mereka, yang terbagi
menjadi tiga kelas yakni tunagrahita ringan, tunagrahita sedang dan tunagrahita berat.
Banyak terminologi (istilah) yang digunakan untuk menyebut mereka yang kondisi
kecerdasannya di bawah rata-rata. Dalam bahasa Indonesia, istilah yang pernah di gunakan,
misalnya lemah otak, lemah ingatan, lemah pikiran, terbelakang mental, retardasi mental,
cacat grahita, dan tunagrahita. Dalam bahasa asing (Inggris) dikenal dengan beberapa istilah,
yaitu:
1)   mental retardation, banyak digunakan di Amerika Serikat dan diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia sebagai terbelakang mental.
2)   mental deficiency, menunjukkan kapasitas kecerdasan yang menurun akibat penyakit yang
menyerang organ tubuh.
3)   mentally handcapped, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah cacat mental.
4)   feebleminded, atau disebut juga lemah pikiran digunakan di Inggris untuk melukiskan
kelompok tunagrahita ringan.
5)   mental subnormality, digunakan di Inggris pengertiannya sama dengan mental retardation
yaitu keterbelakangan mental.
6)   intellectually handicapped, merupakan istilah yang banyak digunakan di New Zealand.
7)   intellectually disabled, istilah ini banyak digunakan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-
Bangsa).
Kata “mental” dalam peristilahan di atas adalah fungsi kecerdasan intelektual, dan
 bukan kondisi psikologi. Adapun peristilahan di Indonesia mengenai penyandang tunagrahita,
mengalami perkembangan, seperti berikut:
a.  Lemah pikiran, lemah ingatan, digunakan sekitar tahun 1967
 b.  Terbelakang mental, digunakan sejak tahun 1967 hingga tahun 1983
c.  Tunagrahita, digunakan sejak tahun 1983 hingga sekarang dan diperkuat dengan terbitnya
Peraturan Pemerintah No. 72/1991 tentang Pendidikan Luar Biasa.
Semua istilah yang digunakan disebabkan oleh perbedaan latar belakang keilmuan dan
kepentingan para ahli yang mengemukakannya. Namun, semua istilah tersebut tertuju pada
 pengetian yang sama yaitu menggambarkan kondisi terlambat dan terbatasnya perkembangan
kecerdasan seseorang sedemikian rupa jika dibandingkan dengan rata-rata atau anak pada
umumnya disertai dengan keterbatasan dalam perilaku penyesuaian. Kondisi ini berlangsung
 pada masa perkembangan.
 

BAB
II PEMBAH
ASAN 

A.  Pengertian Tuna Grahita 


Tunagrahita termasuk dalam golongan anak berkebutuhan khusus (ABK). Pendidikan
secara khusus untuk penyandang tunagrahita lebih dikenal dengan sebutan sekolah luar biasa
(SLB). Pengertian tunagahita pun bermacam-macam.
Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai
kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah lain untuk tunagrahita ialah sebutan untuk
anak dengan hendaya atau penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampuan dalam segi
kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas.
Pengertian lain mengenai tunagrahita ialah cacat ganda. Seseorang yang mempunyai
kelainan mental, atau tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu. Istilah cacat ganda
yang digunakan karena adanya cacat mental yang dibarengi dengan cacat fisik. Misalnya
cacat intelegensi yang mereka alami disertai dengan keterbelakangan penglihatan (cacat
mata). Ada juga yang disertai dengan gangguan pendengaran.
 
C.  Faktor Penyebab Tuna Grahita 
Seseorang menjadi tunagrahita disebabkan oleh berbagai faktor. Para ahli membagi
faktor penyebab tersebut atas beberapa kelompok.
Strauss membagi faktor penyebab ketunagrahitaan menjadi dua gugus yaitu endogen
dan eksogen. Faktor endogen apabila letak penyebabnya pada sel keturunan dan eksogen
adalah hal-hal diluar sel keturunan,misalnya infeksi,virus menyerang otak , benturan kepala
yang keras, radiasi, dan lain-lain.
Cara lain yang sering digunakan dalam pengelompokan faktor penyebab
ketunagrahitaan adalah berdasarkan waktu terjadinya, yaitu faktor yang terjadi sebelum lahir
(prenatal) saat kelahiran(natal) dan setelah lahir (postnatal). Berikut ini beberapa penyebab
ketunagrahitaan yang sering ditemukan baik yang berasal dari faktor keturunan maupun
faktor lingkungan.
1.   Faktor keturunan
Penyebab kelainan yang berkaitan dengan faktor keturunan, meliputi hal berikut:
1)   Kelainan kromosom, dapat dilihat dari bentuk dan nomornya. Dilihat dari bentuk dapat
 berupa inversi (kelainan yang menyebabkan berubahnya urutan gene karena melihatnya
kromosom; delesi (kegagalanmeiosis, yaitu salah satu pasangan tidak membelah sehingga
terjadi kekurangan kromosom pada salah satu sel); duplikasi (kromosom tidak berhasil
memisahkan diri sehingga trejadi kelebihan kromosom pada salah satu sel lainnya)
translokasi ( adanbya kromosom yang patah dan patahnya menempel pada kromosom lain).
2)   Kelainan gen. Kelainan ini terjadi pada waktu imunisasi, tidak selamanya tampak dari luar
(tetap dalam tingkat genotif). Ada 2 hal yang perlu diperhatikan untuk memahaminya, yaitu
kekuatan kelainan tersebut, dan tempat gena (lucos)yang mendapat kelainan.
BAB
III PENU
TUP 

A.  Kesimpulan 
Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai
kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah lain untuk tunagrahita ialah sebutan untuk
anak dengan hendaya atau penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampuan dalam segi
kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas.
Ada beberapa klasifikasi atau pengelompokan tunagrahita berdasarkan berbagai
tinjauan diantaranya :
1)  Berdasarkan kapasitas intelektual (sekor IQ)

  Tunagrahita ringan IQ 50-70 dengan tingkat kecerdasan

  Tunagrahita sedang IQ 35-50

  Tunagrahita berat IQ 20-35

  Tunagrahita sangat berat memiliki IQ dibawah

20 2)  Berdasarkan kemampuan akademik

  Tunagrahita mampudidik

  Tunagrahita mampulatih

  Tunagrahita perlurawat
3)  Berdasarkan tipe klini pada fisik

  Down’s syndrone (mongolism) 

  Marco Cephalic (Hidro Cephalic)

  Micro Cephalic
Faktor penyebab tuna grahita adalah faktor keturunan, gangguan metabolisme dan gizi,
infeksi dan keracunan, trauma dan zat radioaktif, masalah pada kelahiran, dan faktor
lingkungan.
Karakteristik anak tunagrahita secara umum menurut james D. Page (Amin, 1995:34-
37) dicirikan dalam hal : kecerdasan, sosial, fungsi mental, dorongan dan emosi, kepribadian
serta organisme.
Sedangkan karakteristik anak tunagrahita, yang lebih spesifik berdasarkan berat
ringannya kelainan ialah mampudidik, mampulatih, dan perlurawat.
Jenis dan layanan bagi anak tuna grahita adalah Sekolah Khusus, Sekolah Dasar Luar
Biasa, Kelas Jauh, Guru kunjung, dan Lembaga Perawatan (Institusi Khusus). Sedangkan
untuk di sekolah umum dengan sistem integrasi yaitu memberikan kesempatan kepada anak
tunagrahita belajar, bermain, atau bekerjasama dengan anak normal. Misalnya, di kelas biasa
tanpa kekhususan baik bahan pelajaran maupun guru, di kelas biasa dengan guru konsultan,
di kelas biasa dengan guru kunjung, di kelas biasa dengan ruang sumber, di kelas khusus
sebagian waktu, dan Kelas khusus.

DAFTAR PUSTAKA 

.A.K. Wardani, Tati Hernawati, Astati. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta:
Universitas Terbuka. 2007.
BAB IBAB

I PENDAHU

LUAN 

A.   Latar Belakang 
Dewasa ini masyarakat pada umumnya memiliki anggapan bahwa anak berkebutuhan
khusus merupakan anak-anak yang tidak memiliki kemampuan apapun. Salah satu anak
 berkebutuhan khusus yang tidak dikenal oleh masyarakat umum adalah tunagrahita.
Tunagrahita merupakan sebuah istilah bagi mereka yang mengalami gangguan mental
ataupun keterbelakangan mental khususnya dalam hal kecerdasan dan kemampuan dalam
 berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak sedikit yang menganggap anak tunagrahita
adalah “anak buangan”, “cacat mental”, “mental subnormal ”, “bodoh”, dan “idiot”. Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah anak “keterbelakangan mental”.
Pada kenyataannya istilah itu adalah sebutan untuk anak tunagrahita.
Bagi masyarakat awam, anak cacat adalah anak yang terlahir karena kutukan bagi
orang tuanya sehingga setiap orang tua yang mempunyai anak cacat (tuna) merasa malu dan
menyembunyikan anak tersebut. Akan tetapi, ada pula yang berpendapat bahwa anak cacat
adalah anak yang membawa keberuntungan. Masyarakat perlu lebih peduli terhadap anak-
anak berkebutuhan khusus sehingga mereka akan mendapat layanan pendidikan khusus untuk
mengembangkan potensinya secara optimal.
Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas-jelas berada di bawah rata-
rata. Disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Mereka memiliki hambatan pada dua sisi, yaitu pada sisi kemampuan
intelektualnya yang berada dibawah anak pada umumnya. Anak tunagrahita memiliki
kemampuan intelektual yang berada pada dua standar deviasi dibawah normal jika diukur
dengan tes intelegensi dibandingkan dengan anak normal lainnya. Hambatan yang kedua
anak tunagrahita dapat dilihat pada sisi prilaku adaptifnya atau kesulitan dirinya untuk
mampu bertingkah laku sesuai dengan situasi yang belum dikenal sebelumnya.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini kelompok kami akan membahas mengenai
 pengertian tunagrahita, karakteristik tunagrahita, tipe tunagrahita, faktor penyebab
tunagrahita, pendampingan yang dilakukan untuk tunagrahita dan menjelaskan hasil
observasi kelompok kami saat berada di SLB.

B.   Rumusan Masalah 
1.  Apakah yang dimaksud dengan tunagrahita ?
2.  Bagaimanakah karakteristik anak tunagrahita
?
3.  Apa saja tipe yang terdapat pada anak tunagrahita
? 4. Apa saja faktor penyebab tunagrahita ?
5.  Bagaimana pendampingan yang dilakukan terhadap anak tunagrahita ?

C.   Tujuan 
1.  Untuk mengetahui pengertian mengenai tunagrahita.
2.  Untuk mengetahui karakteristik pada anak
tunagrahita. 3.  Untuk mengetahui tipe - tipe anak
tunagrahita.
4.   Untuk mengetahui faktor penyebab anak tunagrahita.
5.   Untuk mengetahui cara pendampingan yang dapat dilakukan terhadap anak tunagrahita.

BAB
II PEMBAHASAN 

A.   Definisi Tunagrahita 
Tunagrahita merupakan salah satu bentuk gangguan pada anak dan remaja yang dapat
ditemui di berbagai tempat, yaitu suatu keadaan di mana anak mengalami keterbelakangan
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan ditunjukkan oleh kurang cakupnya
mereka dalam memikirkan hal-hal yang bersifat akademik, abstrak, cenderung sulit dan
 berbelit-belit hampir pada segala aspek kehidupan serta mereka juga kurang memiliki
kemampuan dalam menyesuaikan diri (Amin, M, 1955). Anak tunagrahita (retardasi mental )
sangat membutuhkan layanan pendidikan dan bimbingan secara khusus saat meniti tugas
 perkembangan di dalam hidupnya.

B.   Karakteristik Tunagrahita 
1.  Karakteristik tunagrahita ringan (Mumpuniarti,
2000) a.  Karakteristik kognitif
  Mempunyai IQ berkisar 50-70.
  Kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama untuk hal-hal yang abstrak, maka lebih banyak
 belajar dengan cara membeo (rote learning)  bukan dengan pengertian.
  Kemampuan berpikir rendah, lambat perhatian dan ingatannya rendah.
  Masih mampu untuk menulis, membaca, menghitung.
  Mengalami kesulitan dalam konsentrasi, sukar untuk diajak fokus.
  Umur kecerdasannya apabila sudah dewasa sama dengan anak normal yang berusia 12 tahun.

 b.  Karakteristik fisik


  Anak tunagrahita ringan nampak seperti anak normal, hanya sedikit mengalami kelambatan
dalam kemampuan sensomotorik.
c.  Karakteristik sosial/perilaku
  Anak tunagrahita ringan mampu bergaul, menyesuaikan di lingkungan yang tidak terbatas
 pada keluarga saja, namun ada yang mampu mandiri dalam masyarakat, mampu melakukan
 pekerjaan yang sederhana dan melakukannya secara penuh sebagai orang dewasa.
d.  Karakteristik emosi
  Anak tunagrahita ringan sukar berpikir abstrak dan logis, kurang memiliki kemampuan
analisis, asosiasi lemah, fantasi lemah, kurang mampu mengendalikan perasaan, mudah
dipengaruhi, kepribadian kurang harmonis karena tidak mampu menilai baik buruk.
  Tidak mampu mendeteksi kesalahan pada dirinya, sehingga acuh tak
acuh. e.  Karakteristik motorik
  Anak tunagrahita ringan mengalami kelambatan dalam kemampuan sensorimotorik.
  Dalam berbicaranya banyak yang lancar, tetapi perbendaharan kata

masih minim. 2. 
Karakteristik tunagrahita sedang (Mumpuniarti, 2000)
a.  Karakteristik kognitif
  Mempunyai IQ berkisar 30-50.
  Anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti
 belajar menulis, membaca dan berhitung tetapi dapat dilatih dalam hal yang sederhana
sekedar diperkenalkan membaca dan menulis namanya sendiri dan mengenal angka.
  Rendahnya perhatian anak dalam belajar akan menghambat daya ingat. Mereka mengalami
kesukaran dalam memusatkan perhatian, cepat beralih.
  Kurang tangguh dalam menghadapi tugas, pelupa dan sukar mengungkapkan ingatan dan
mudah bosan.
  Mudah beralih perhatiannya ke hal yang dianggapnya lebih menarik dan keterbatasannya
dalam kemampuan intelektualnya sehingga kemampuan dalam bidang akademik sangat
 bersifat sederhana.
  Pada umur dewasa anak tunagrahita baru mencapai kecerdasan setaraf anak normal umur 7
tahun atau 8 tahun.
 b.  Karakteristik fisik
  Penampilannya menunjukkan sebagai anak terbelakang, lebih menampakkan
kecacatannya. c.  Karakteristik sosial/ perilaku
  Banyak diantara anak tunagrahita sedang yang sikap sosialnya kurang baik, rasa etisnya
kurang dan nampak tidak mempunyai rasa terima kasih, rasa belas kasihan dan rasa keadilan.
  Masih mampu untuk mengurus, memimpin, memelihara dirinya sendiri dan bersosialisasi
dengan lingkungannya, walaupun butuh proses yang lama. Contohnya mandi, makan, minum,
 berpakaian.
  Sangat tergantung pada orang lain.
  Bersikap kekanak-kanakan, sering melamun atau hiperaktif
  Mampu melindungi diri dari bahaya dan dapat bekerja ringan tetapi tetap dalam pengawasan
karena tanpa pengawasan akan bekerja secara asal.
d.  Karakteristik emosi
Dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-beda sesuai dengan tingkat ketunagrahitaannya.
  Kehidupan emosinya sangat lemah, mereka jarang sekali menghayati perasaan tanggung jawab
dan hak sosialnya.
  Memiliki imajinasi yang
tinggi. e.  Karakteristik
motorik
  Kurang mampu untuk mengkoordinasikan gerak tubuhnya.
  Tangan-tangannya kaku.
3.  Karakteristik tunagrahita berat
Anak tunagrahita berat memiliki IQ di bawah 30. Anak ini sepanjang hidupnya memerlukan
 pertolongan dan bantuan orang lain, sehingga berpakaian, ke WC, dan sebagainya harus
dibantu. Mereka tidak tahu bahaya atau tidak bahaya. Kata-kata dan ucapannya sangat
sederhana. Kecerdasannya sampai setinggi anak normal yang berusia tiga tahun.

C.   Tipe Tunagrahita 
Tunagrahita dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok :
1.  Anak tunagrahita mampu didik/tunagrahita ringan (IQ 50-70)
Anak tunagrahita mampu didik/tunagrahita ringan merupakan anak tunagrahita yang tidak
mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang
dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal.
Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu didik adalah :
a.  Membaca, menulis, mengeja dan berhitung
 b.  Menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain
c.  Keterampilan sederhana untuk kepentingan kerja dikemudian hari.
Kesimpulan : anak tunagrahita mampu didik berarti anak tunagrahita yang dapat dididik
secara minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial, dan pekerjaan.
2.   Anak tunagrahita mampu latih/tunagrahita sedang (imbecil, IQ 30-50)
Anak tunagrahita mampu latih/tunagrahita sedang merupakan anak tunagrahita yang
memiliki kecerdasan sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk mengikuti
 program yang diperuntukkan bagi anak tunagrahita mampu didik.
Kemampuan anak tunagrahita mampu latih yang perlu diberdayakan yaitu :
a.  Belajar mengurus diri sendiri (makan, pakaian, tidur, mandi sendiri)
 b.  Belajar menyesuaikan dilingkungan rumah atau sekitarnya
c.  Mempelajari kegunaan ekonomi dirumah, dibengkel kerja (sheltered workshop) dan
dilembaga khusus
Kesimpulan : anak tunagrahita mampu latih berarti anak tunagrahita hanya dapat dilatih
untuk mengurus diri sendiri melalui aktivitas kehidupan sehari-hari (activity daily living),
serta melakukan fungsi sosial kemasyarakatan menurut kemampuannya.
3.   Anak tunagrahita mampu rawat (idiot, IQ <30)
Anak tunagrahita mampu rawat merupakan anak tunagrahitta yang memiliki kecerdasan
sangat rendah sehingga ia tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Selain itu anak
tunagrahita mampu rawat adalah anak tunagrahita yang membutuhkan perawatan sepenuhnya
sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang lain.

D.   Faktor Penyebab Tunagrahita 


Mengenai faktor penyebab ketunagrahitaan para ahli sudah berusaha membaginya
menjadi beberapa kelompok. Ada yang membaginya menjadi dua gugus, yaitu indogen dan
eksogen. Ada juga yang membaginya berdasarkan waktu terjadinya penyebab, disusun secara
kronologis sebagai berikut faktor-faktor yang terjadi sebelum anak lahir (prenatal), faktor-
faktor yang terjadi ketika anak lahir (natal), dan faktor-faktor yang terjadi setelah anak
dilahirkan (pos natal).
1.   Penyebab terjadinya anak tunagrahita menurut Kirk (1970)
a.  Faktor endogen (faktor yang dibawa sejak lahir) yaitu faktor ketidaksempurnaan
 psikoniologis dalam memindahkan gen.
 b.  Faktor eksogen yaitu faktor yang terjadi akibat perubahan patalogis dari perkembangan
normal seperti mengalami penyakit atau keadaan lainnya.
2.   Dari sisi pertumbuhan dan perkembangan, penyebab ketunagrahitaan menurut Devenportb
dapat dirinci melalui jenjang :
a.  Kelainan atau keturunan yang timbul pada benih plasma.
 b.  Kelainan atau ketunaan yang dihasilkan selama penyuburan telur.
c.  Kelainan atau ketunaan yang dikaitkan dengan implantasi.
d.   Kelainan atau ketunaan yang dikaitkan yang timbul dalam embrio.
e.   Kelainan atau keturunan yang timbul dari luka saat kelahiran.
f.   Kelainan atau keturunan yang timbul dalam janin.
g.   Kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi dan masa kanak-kanak..
3.  Menurut penyelidikan para ahli (tunagrahita) dapat terjadi :
a.  Prenatal (sebelum lahir)
Yaitu terjadi pada waktu bayi masih ada dalam kandungan, penyebabnya seperti : campak,
diabetes, cacar, virus tokso, juga ibu hamil yang kekurangan gizi, pemakai obat-obatan (naza)
dan juga perokok berat.
 b.   Natal (waktu lahir)
Proses melahirkan yang sudah terlalu lama dapat mengakibatkan kekurangan oksigen pada
 bayi, juga tulang panggul ibu yang terlalu kecil dapat menyebabkan otak terjepit dan
menimbulkan pendarahan pada otak (anoxia), juga proses melahirkan yang menggunakan alat
 bantu (penjepit, tang).
c.  Pos Natal (sesudah lahir)
Pertumbuhan bayi yang kurang baik seperti gizi buruk, busung lapar, demam tinggi yang
disertai kejang-kejang, kecelakaan, radang selaput otak (meningitis) dapat menyebabkan
seorang anak menjadi ketunaan (tunagrahita).

E.   Pendampingan Tunagrahita secara individual maupun


klasikal 1.  Rekomendasi untuk Sekolah
Berperan aktif dalam meningkatkan kualifikasi guru untuk menangani anak berkebutuhan
khusus dan memfasilitasi layanan pendidikan khusus.
2.   Rekomendasi untuk Guru
a.  Guru di sekolah inklusif diharapkan lebih sedikit banyaknya memahami konsep anak
 berkebutuhan khusus dan dapat membekali diri melalui pelatihan-pelatihan mengenai
 pendidikan inklusi dan konsep ABK, dengan memahami hal tersebut diharapkan
mempermudah guru untuk memberikan pelayanan terhadap ABK sesuai dengan kebutuhan
dan hambatannya, khususnya siswa dengan tunagrahita.
 b.  Sebagai bahan evaluasi untuk guru khususnya, guru di sekolah inklusi agar termotivasi untuk
meningkatkan pelayanan pendidikan yang baik dan sesuai bagi ABK, khususnya anak
tunagrahita yang ada di sekolah-sekolah inklusi.
3.   Rekomendasi untuk Orang Tua
a.  Orang tua ABK bersikap respontif terhadap pendidikan dan perkembangan anak agar
terciptanya perubahan dalam diri anak melalui program-program sekoalh inklusi.
 b.  Adanya wadah/forum bagi perkumpulan orang tua ABK di sekolah inklusi untuk berkerja
sama dalam upaya mendidik anaknya dan mengevaluasi kinerja guru mengenai pelayanan
anak tunagrahita di sekolah.
Pencegahan supaya anak tidak mengalami
tunagrahita: a.  Pencegahan primer
Dilakukan untuk meningkatkan kesehatan calon anak yaitu dengan imunisasi bagi anak dan
ibu sebelum kehamilan, konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan rutin, nutrisi yang
 baik, persalinan oleh tenaga kesehatan, memperbaiki sanitasi dan gizi keluarga, pendidikan
kesehatan mengenai pola hidup sehat dan program pengentasan kemiskinan.
 b.  Pencegahan sekunder
Dilakukan deteksi dini pada anak-anak yang mengalami kesulitan sekolah sehingga tindakan
yang tepat segera diberikan, dengan cara konseling individu dengan program pembimbing
sekolah dan layanan intervensi krisis bagi keluarga yang mengalami stress.
c.  Pencegahan tersier
Dilakukan dengan memberikan informasi berupa pendidikan kesehatan kepada orang tua dan
anak mengenai masalah kesehatan yang terjadi berulang kali dengan penekanan pada
kebutuhan gizi, kebersihan gigi, kebersihan tubuh, bahaya alkohol, narkotik, dan zat adiktif
serta merokok.
Pelatihan untuk Tunagrahita
1.   Occuppasional terapy ( terapi gerak)

Terapi ini diberikan kepada anak tuna grahita untuk melatih gerak

fungsional anggota tubuh gerak kasar atau halus.

2. Play terapi (terapi bermain)


Terapi yang diberikan kepada anak tuna grahita dengan cara
 bermain, misalnya : memberikan pelajaran tentang hitungan, anak
  diajarkan tentang tata cara sosial drama , bermain jual beli.
3. Aktivity daily living (ADL) atau kemampuan merawat diri
Untuk memandirikan anak tuna grahita, mereka harus diberikan pengetahuan dan ketrampilan
tentang kegiatan kehidupan sehari-hari (ADL) agar mereka dapat merawat diri sendiri tanpa
 bantuan orang lain dan tidak tergantung kepada orang lain.
4. Lives kill , keterampilan hidup
Anak yang memerlukan layanan khusus, terutama anak dengan IQ di bawah rata-rata
 biasanya tidak diharapkan bekerja sebagai administrator. Bagi anak tuna grahita yang
memiliki IQ di bawah rata-rata mereka juga diharapkan untuk dapat hidup mandiri. Oleh
karena itu, untuk bekal hidup mereka diberikan pendidikan keterampilan. Dengan
ketrampilan yang dimilikinya, mereka dapat hidup di lingkungan keluarga dan masyarakat
serta dapat bersaing di dunia industri dan usaha.
5. Fokastional terapy (terapy bekerja)
Selain diberikan latihan ketrampilan anak tuna grahita juga diberikan latihan kerja. Dengan
 bekal latihan yang telah dimilikinya, anak tuna grahita diharapkan dapat bekerja.
 

BAB
III KESIMPULAN 

Berdasarkan makalah yang sudah dibuat oleh kelompok kami, dapat disimpulkan
 bahwa anak tuna grahita adalah anak yang mempunyai tingkat intelegensi rendah di bawah
rata-rata yaitu berkisar antara 30-70 dan terbagi menjadi 3 tipe yaitu tipe tuna grahita ringan
(50-70), tuna grahita sedang (30-50), dan tuna grahita berat (<30). Oleh sebab itu,
kemampuan berpikir mereka sangat lambat dan kurang dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Setiap tipe memiliki karakteristik masing-masing yang dapat dilihat dari aspek
kognitif, fisik, sosial/perilaku, emosi, dan motorik. Faktor penyebabnya dapat berasal dari
keturunan dan gangguan pada saat sebelum kelahiran, proses kelahiran, dan sesudah
kelahiran. Pendampingannya dapat dilakukan oleh pihak sekolah, guru, dan orangtua.
Pelatihan untuk anak tuna grahita dapat dilakukan dengan berbagai terapi.
DAFTAR REFERENSI 

Amin, M. (1955). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan.
Delphie, P. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam Setting
 Pendidikan Inklusi). Bandung: PT. Refika Aditama.
Mumpuniarti. (2000). Penanganan Anak Tunagrahita (Kajian dari segi
 pendidikan Sosial Psikologi dan Tindak Lanjut Usia Dewasa).
Yogyakarta: UNY.

PENDAHULUAN 
BAB
I BA
B I 
PENDAHULUAN 

A.  LATAR BELAKANG 


Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih
 progressif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka
dapat hidup dalam lingkungan disekitarnya. Melalui pendidikan anak bias berkembang lebih
 baik dan optimal. Varietas progresivitas perkembangan anak sangat individual. Setiap
individu berkembang sesuai dengan irama perkembangannya. Pendidikan yang diberikan pun
sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.
Anak tunagrahita merupakan individu yang utuh dan unik. Mereka seperti anak-anak pada
umumnya, memiliki hak untuk mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan
mereka. Mereka memiliki hambatan intelektual tetapi mereka juga masih memiliki
potensi yang dapat dikembangkan seTUNAGRAHITA 

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Anak Berbakat Dan Berkebutuhan Khusus
Dosen pengampu: M.A. Primaningrum Dian, S.Psi., M.Psi., Psi

Oleh kelompok 6:
Gampang Sumartin NPM 12110170
Indah Tri Utami NPM 12110178
Siti Masitoh NPM 12110181
Yulia Kurniawati NPM 12110182
Khasanatul Lidayati NPM 12110183
Liska Maya Rina NPM 121101185
Ismadi NPM 12110026
Topik Arifin NPM 10110329

Kelas: 6A

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN


BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN 
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG 2014 

KATA PENGANTAR  

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
 penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Tunagrahita”. Penulisan
makalah ini guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Anak Berbakat Dan Berkebutuhan
Khusus.
Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, khususnya kepada :
1.   Ibu M.A. Primaningrum Dian, S.Psi., M.Psi., Psi selaku dosen pengampu mata kuliah Anak
Berbakat Dan Berkebutuhan Khusus.
2.   Semua pihak yang terlibat dan yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih
 banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak terutama
kepada dosen pengampu sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.

Semarang, 3 April 2014

Penyusun

DAFTAR ISI 

KATA PENGANTAR.......................................................................................................   ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN
 A.  Latar Belakang.......................................................................................................   1
B.  Rumusan Masalah..................................................................................................  1
C.  Tujuan....................................................................................................................   2
BAB II PEMBAHASAN
 A.  Pengertian Anak Tunagrahita...................................................................................  3
B.  Klasifikasi Anak Tunagrahita...................................................................................  4
C.  Etiologi Anak Tunagrahita.......................................................................................  5
D.  Dampak Ketunagrahitaan..........................................................................................  7
E.  Kemampuan Bahasa Dan Bicara Anak Tunagrahita..................................................  10
F.  Penyesuaiana Sosial Anak Tunagrahita.......................................................................  12
G.  Modifikasi Tingkahlaku Anak Tunagrahita...................................................................  13

BAB III PENUTUP


 A.  Simpulan...............................................................................................................   16
B.  Saran......................................................................................................................   16
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 

A.   Latar Belakang 
Istilah tunagrahita (intellectual disability)  atau dalam perkembangan sekarang lebih
dikenal dengan istilah developmental disability, sering keliru dipahami oleh masyarakat,
 bahkan sering terjadi pada para professional dalam bidang pendidikan luar biasa didalam
memahami konsep tunagrahita. Perilaku tunagrahita yang kadang-kadang aneh, tidak lazim
dan tidak cocok dengan situasi lingkungan seringkali menjadi bahan tertawaan dan olok-olok
orang yang berada didekat mereka. Keanehan tingkah laku tunagrahita dianggap oleh
masyarakat sebagai orang sakit jiwa atau orang gila. Tunagrahita sesungguhnya bukan orang
gila, perilaku aneh dan tidak lazim itu sebetulnya merupakan manifestasi dari kesulitan
meraka didalam menilai situasi akibat dari rendahnya tingkat kecerdasan. Dalam pengertian
lain terdapat kesenjangan yang signifikan antara kemampuan berfikir dengan perkembangan
usia.
Keterbelakangan mental yang biasa dikenal dengan anak tunagrahita biasa dihubungkan
dengan tingkat kecerdasan seseorang. Tunagrahita memiliki arti menjelaskan kondisi anak
yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan
am interaksi sosial. Kemampuan adaptif seseorang tidak selamanya tercermin pada hasil tes IQ. Latihan, pengalaman, motivasi, dan lingku
pada kemampuan adaptif seseorang.

B.   Rumusan Masalah 
1.   Apakah pengertian anak tunagrahita?
2.   Bagaimanakah klasifikasi anak
tunagrahita? 3.  Bagaimanakah etiologi
anak tunagrahita?
4.   Bagaimanakah dampak ketunagrahitaan?
5.   Bagaimanakah kemampuan bahasa dan bicara anak
tunagrahita? 6.  Bagaimanakah penyesuaiana sosial anak
tunagrahita?
7.  Bagaimanakah modifikasi tingkahlaku anak tunagrahita?

Anda mungkin juga menyukai