Anda di halaman 1dari 4

PERSPEKTIF PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ANAK

TUNAGRAHITA
“Tugas 7 “

NAMA : SITI ASIYA


NIM : 20003091
DOSEN PENGAMPU : DR. JON EFENDI, M.PD.
KODE KELAS : 202020030014 (SELASA 13.20-15.50)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Menganalisis Hasil Identifikasi Anak Tunagrahita

A.Pengertian Anak Tunagrahita

Istilah yang digunakan untuk menyebut Anak Tunagrahita cukup beragam. Dalam bahasa Indone-
sia, istilah yang pernah digunakan, misalnya lemah otak, lemah ingatan, lemah pikiran, retar-
dasi mental, terbelakang mental, cacat grahita, dan tunagrahita. Dalam Bahasa asing (Inggris)
dikenal dengan istilah mental retardation, mental deficiency, mentally handicapped, feeblemind-
ed, mental subnormality (Moh. Amin, 1995: 20). Istilah lain yang banyak digunakan adalah intellec-
tually handicapped dan intellectually disabled. Beragamnya istilah yang digunakandisebabkan oleh
perbedaan latar belakang keilmuan dan kepentingan para ahli yang men
gemukakannya. Ada beberapa ahli yang mengungkapkan pengertian dari tunagrahita itu sendiri,
sebagai berikut :

a.Menurut AAMD (Moh., 1995)Mendefinisikan tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi
intelektual umum di bawah rata-rata, yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes dan muncul sebelum
usia 16 tahun.Sejalan dengan definisi tersebut, AFMR (Vivian, 1987) menggariskan bahwa
seseorang yang dikategorikan tunagrahita harus melebihi komponen keadaan kecerdasannya yang
jelas-jelas di bawah rata-rata, adanya ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan norma dan
tuntutan yang berlaku di masyarakat.

b.Menurut Endang Rochyadi dan Zainal Alimin (2005)Menyebutkan bahwa tunagrahita berkaitan erat
dengan masalah perkembangan kemampuan kecerdasan kemampuan kecerdasan yang rendah dan
merupakan sebuah kondisi. Hal ini ditunjang dengan penyataan dari Kirk (Muhammad Efendi,
2006) yaitu “Mental Retarded is not a disease but a condition”. Jadi dapat dipertegas tunagrahita
merupakan suatu kondisi yang tidak bisa disembuhkan dengan obat.

Potensi dan kemampuan setiap anak tunagrahita berbeda-beda, maka untuk kepentingan pendidikan
diperlukan pengelompokkan anak tunagrahita. Pengelompokkan itu berdasarkan berat ringannya ke-
tunaan, atas dasar itu anak tungrahita dapat dikelompokkan.

1) Tunagrahita Ringan Anak tunagrahita ringan pada umumnya tampang atau kondisi fisiknya tidak ber-
beda dengan anak normal lainnya, mereka mempunyai IQ antara kisaran 50 s/d 70. Mereka juga terma-
suk kelompok mampu didik, mereka masih bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis dan berhitung,
anak tunagrahita ringan biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD Umum.

2) Tunagrahita Sedang Anak tunagrahita sedang termasuk kelompok latih. Tampang atau kondisi fisiknya
sudah dapat terlihat, tetapi ada sebagian anak tunagrahita yang mempunyai fisik normal. Kelompok ini
mempunyai IQ antara 30 s/d 50. Mereka biasanya menyelesaikan pendidikan setingkat kelas 2 SD
Umum.

3) Tunagrahita Berat Kelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya tidak mampu menerima
pendidikan secara akademis. Anak tunagrahita berat termasuk kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-
rata 30 kebawah. Dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain.
Ketunagrahitaan mengacu pada intelektual umum yang secara signifikan berada di bawah rata-rata. Pa-
ra tunagrahita mengalami hambatan dalam tingkah laku dan penyesuaian diri. Semua gangguan terse-
but berlangsung atau terjadi pada masa perkembangannya. Lebih lanjut, Dudi Gunawan (2011)
mengemukakan bahwa seseorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki tiga indikator, yaitu:
1) keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata;
2) ketidakmampuan dalam prilaku sosial/adaptif; dan
3) hambatan perilaku sosial/adaptif terjadi pada usia perkembangan yaitu sampai dengan usia 18 tahun

B.Pengertian identifikasi

Identifikasi dilakukan untuk mengetahui profile peserta didik. Secara normatif setiap sekolah (penye-
lenggara pendidikan), baik di sekolah umum maupun di sekolah luar biasa (SLB) melakukan identifikasi
kepada peserta didik di setiap awa tahun pelajaran. Namun demikian, belum semua sekolah
melakukannya. Di SLB pelaksanaan identifikasi merupakan menu wajib yang disajikan pada setiap awal
tahun pelajaran. Proses identifikasi dilakukan kepada 3 (tiga) kelompok peserta didik, yaitu
1) peserta didik yang sudah terdaftar sebagai peserta didik di sekolah tersebut,
2) peserta didik baru yang akan menjadi peserta didik, dan
3) Identifikasi peserta didik bagi anak-anak yang tidak sekolah. Pada bahan ajar ini proses identifikasi
dilakukan pada peserta didik yang sudah terdaftar sebagai peserta didik di sekolah dan peserta didik ba-
ru yang mendaftar pada sekolah tersebut.

c.Menganalisis Hasil Identifikasi Anak Tunagrahita

anak tunagrahita ringan jika dianalisis dari instrument diatas yaitu masih mampu melakukan hal-hal
yang dilakukan dalam instrument diatas,karena anak tunagrahita ringan memiliki iQ 50-75.Mereka
menurut karakteristik mempunyai kemampuan berfikir walaupun jauh di bawah anak mormal,anak
tunagrahita ringan jika mampu mengikuti aspek komunikasi walaupun mereka kurang kendaraan kata-
kata anak tunagrahita sedang jika identifikasi dengan instrument diatas mereka mampu dengan bantuan
karena jika dilihat dari karakteristikny anak tunagrahita sedang yang memiliki iQ 20-50 ini hamper selalu
bergantung kepada orang lain jika dalam komunikasinya adanya perbatasan bahasa .anak tunagrahita
sedang ini mampu membedakan benda-benda yang telah dipaparkan bahwa jika 25 ini jika dilihat sulit
untuk mampu yang dilakukan dalam paparan instrument tersebut karena selalu tergantung dengan
orang lain dan tidak mampu rawat.
Daftar Pustaka :

Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus. (2014). Pedoman Program Pengem-
bangan Diri bagi Anak Tunagrahita.Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menen-
gah.

Moh. A. (1995). Ortopedagogik anak tunagrahita. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai