Anda di halaman 1dari 20

KONSEP DASAR ANAK TUNAGRAHITA

A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan
anak supaya lebih progresif baik dalam perkembangan akademik maupun
emosi sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya.
Melalui pendidikan anak bisa berkembang dengan lebih baik dan lebih
optimal. Varitas progresivitas perkembangan anak sangat individual. Setiap
individu berkembang sesuai dengan irama perkembangannya. Pendidikan
yang diberikanpun sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Anak
tunagrahita merupakan individu yang utuh dan unik. Mereka seperti anakanak pada umumnya, memiliki hak untuk mendapatkan layanan pendidikan
sesuai dengan kebutuhan mereka. Mereka memiliki hambatan intelektual tapi
mereka juga masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan sesuai dengan
kapasitas yang dimiliki oleh mereka dan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Oleh karena itu maka layanan pendidikan yang diberikan kepada mereka
diupayakan dapat mengembangkan potensi mereka secara optimal sesuai
dengan kebutuhan mereka. Pemahaman terhadap mereka baik secara teori
maupun praktis sangat diperlukan supaya

para professional dapat

memberikan layanan pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.


B. HAKEKAT

ANAK

DENGAN

HAMBATAN

INTELEKTUAL

(TUNAGRAHITA)
Dalam dunia pendidikan ditemukan anak-anak yang memiliki
kecerdasan di atas rata-rata anak pada umumnya dan cepat dalam belajar.
disamping itu ada juga anak-anak yang memiliki kecerdasan di bawah ratarata pada umumnya, Anak-anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata
anak pada umumnya disebut anak dengan hambatan intelektual (intellectual
disability) , DitPLB (2007) mengististilahkan anak-anak yang memiliki
kecerdasan di bawah rata-rata dengan sebutan Anak Tunagrahita.

Menurut Astati (2001) Anak tunagraita adalah anak yang secara signifikan
memiliki kecerdasan di bawa rata-rata anak pada umumnya dengan disertai
hambatan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya. Mereka
mengalami keterlambatan dalam segala bidang, dan itu sifatnya permanen,
Rentang memori mereka pendek terutama yang berhubungan dengan
akademik, kurang dapat berpikir abstrak dan pelik. Untuk anak-anak
tunagrahita tertentu dapat belajar akademik yang sifatnya aplikatif.
Pada dasarnya banyak terminologi (istilah) yang digunakan untuk
menyebut mereka yang kondisi kecerdasannya di bawah rata-rata. Dalam
bahasa Indonesia, istilah yang pernah digunakan, misalnya lemah otak, lemah
ingatan, lemah pikiran, retardasi mental, terbelakang mental, cacat grahita,
dan tunagrahita. Dalam Bahasa asing (Inggris) dikenal dengan istilah mental
retardation, mental deficiency, mentally handicapped, feebleminded, mental
subnormality (Moh. Amin, 1995: 20). Tunagrahita ialah istilah yang
digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di
bawah rata-rata (Somantri,2006:103). Istilah lain untuk siswa (anak)
tunagrahita dengan sebutan anak dengan hendaya perkembangan. Diambil
dari kata Children with developmental impairment. Kata impairment diartika
sebagai

hendaya

atau

penurunan

kemampuan

atau

berkurangnya

kemampauan dalam segi kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas (American


Heritage

Dictionary,1982:

644;

Maslim.R.,2000:119

dalam

Delphie:2006:113). Istilah lain yang banyak digunakan adalah intellectually


handicapped dan intellectually disabled.
Untuk lebih jelasnya mengenai peristilahan tersebut, Endang Rochyadi
(1998) menguraikan sebagai berikut.
a. Mental

retardation, banyak

digunakan

di Amerika Serikat dan

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai terbelakang mental.


b. Feebleminded (lemah pikiran) digunakan di Inggris untuk melukiskan
kelompok tunagrahita ringan.
c. Mental subnormality digunakan di Inggris, pengertiannya sama dengan
mental retardation.

d. Mental deficiency, menunjukkan kapasitas kecerdasan yang menurun


akibat penyakit yang menyerang organ tubuh.
e. Mentally handicapped, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah
cacat mental.
f. Intellectually handicapped, merupakan istilah yang banyak digunakan di
New Zealand.
g. Intellectual disabled, istilah ini banyak digunakan oleh PBB.
Kata mental dalam peristilahan di atas adalah fungsi kecerdasan
intelektual, dan bukan kondisi psikologis. Adapun peristilahan di Indonesia
mengenai penyandang tunagrahita, mengalami perkembangan, seperti berikut.
a. Lemah pikiran, lemah ingatan, digunakan sekitar tahun 1967
b. Terbelakang Mental, digunakan sejak tahun 1967 hingga tahun 1983
c. Tunagrahita, digunakan sejak tahun 1983 hingga sekarang dan diperkuat
dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No. 72/1991 tentang Pendidikan
Luar Biasa.
Beragamnya istilah yang digunakan disebabkan oleh perbedaan latar
belakang keilmuan dan kepentingan para ahli yang mengemukakannya.
Namun demikian, semua istilah tersebut tertuju pada pengertian yang sama,
yaitu menggambarkan kondisi terlambat dan terbatasnya perkembangan
kecerdasan seseorang sedemikian rupa jika dibandingkan dengan rata-rata
atau anak pada umumnya disertai dengan keterbatasan dalam perilaku
penyesuaian. Kondisi ini berlangsung pada masa perkembangan.
Pemahaman yang jelas tentang siapa dan bagaimanakah anak
tunagrahita itu merupakan hal yang sangat penting untuk menyelenggarakan
layanan pendidikan dan pengajaran yang tepat bagi mereka. Berbagai definisi
telah dikemukakan oleh para ahli. Salah satu definisi yang diterima secara
luas dan dan menjadi rujukan utama ialah definisi yang dirumuskan secara
resmi oleh AAIDD (American Association on Intelectual and Developmental
Disabilities) sebagai berikut:
Intellectual disability is a disability characterized by significant
limitations both in intellectual functioning and in adaptive behavior,
which covers many everyday social and practical skills. This disability
originates before the age of 18

Dari definisi-definisi tersebut, beberapa hal yang perlu kita


diperhatikan adalah berikut ini.
a. Fungsi intelektual umum secara signifikan berada di bawah rata-rata,
maksudnya bahwa kekurangan itu harus benar-benar meyakinkan
sehingga yang bersangkutan memerlukan layanan pendidikan khusus.
Sebagai contoh, anak normal rata-rata mempunyai IQ (Intelligence
Quotient) 100, sedangkan anak tunagrahita memiliki IQ paling tinggi 70.
b. Kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian (perilaku adaptif),
maksudnya

bahwa

yang

bersangkutan

tidak/kurang

memiliki

kesanggupan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan


usianya. Ia hanya mampu melakukan pekerjaan seperti yang dapat
dilakukan oleh anak yang usianya lebih muda darinya.
c. Ketunagrahitaan berlangsung pada periode perkembangan, maksudnya
adalah ketunagrahitaan itu terjadi pada usia perkembangan, yaitu sejak
konsepsi hingga usia 18 tahun.
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa untuk dikategorikan sebagai
penyandang tunagrahita, seseorang harus memiliki ketiga ciri-ciri tersebut.
Apabila seseorang hanya memiliki salah satu dari ciri-ciri tersebut maka yang
bersangkutan belum dapat dikategorikan sebagai penyandang tunagrahita.
Pada tahun 1970 an, di Amerika Serikat (Kirk & Gallagher, 1986:118)
muncul istilah Anak Tunagrahita Enam Jam, istilah itu menggambarkan anak
tunagrahita ringan yang tidak dapat menyesuaikan diri selama di sekolah
(antara jam 9 pagi sampai jam 3 sore) karena beban tuntutan untuk membaca
dan berfikir efektif. tetapi mereka dapat menyesuaikan diri dengan sukses
(pada jam-jam yang lain di hari yang sama) di lingkungan keluarga mereka.
C. PENYEBAB HAMBATAN INTELEKTUAL (TUNAGRAHITA)
Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan seseorang menjadi
tunagrahita. Para ahli dari berbagai ilmu telah membagi faktor-faktor
penyebab menjdi beberapa kelompok. Straus mengelompokkan faktor-faktor
tersebut menjadi dua gugus yaitu endogen dan eksogen. Suatu faktor
4

dimasukkan kedalam gugus endogen apabila letaknya pada sel keturunan,


faktor ini diturunkan. Sedangkan yang termasuk ked alam faktor eksogen
adalah hal-hal di luar sel keturunan, misalnya : infeksi dan virus yang
menyerang otak, benturan, radiasi dan sebagainya; faktor ini tidak diturunkan.
Kalangan lain membagi faktor-faktor penyebab ini atas faktor lingkungan dan
faktor individu. Kalangan ini biasanya tidak sama dalam mengelompokkan
faktor-faktor tersbut, mereka yang bekerja pada lapangan Sosiologi biasanya
memasukkan hal-hal yang terjadi sesudah lahir sebagai faktor lingkunngan;
yang terjadi sebelum lahir dimasukkannya sebagai faktor individu. Sedangkan
mereka yang bekerja di lapangan Biologi cenderung memasukkan semua hal
yang terjadi di kuar sel bibit benih (gene) sebagai faktor lingkungan; adapaun
yang mereka masukkan ke dalam faktor individu hanyalah faktor-faktor yang
terdapat pada sel benih. Cara lain yang juga sering digunakan dalam
pengelompokkan faktor-faktor penyebab ketunagrahitaan dalah membaginya
dalam 3 (tiga) gugus, yang jika disusun secara kronologis adalah : (1) faktorfaktor yang tejadi sebelum anak lahir (prenatal), (2) faktor-faktor yang terjadi
saat dilahirkan (natal atau perinatal), dan (3) faktor-faktor yang terjadi
sesudah dilahirkan (postnatal). Perlu diingat bahwa istilah prenatal, natal atau
perinatal, dan postnatal, bukanlah penyebab melainkan hanya waktu teradinya
penyebab terjadinya ketunagrahitaan. Pada gugus prenatal tercakup hal-hal
yang terjadi pada faktor keturunan dan yang tidak terjadi pada faktor
keturunan akan tetapi anak masih dalam kandungan. Berikut ini akan dibahas
beberapa penyebab ketunagrahitaan yang sering ditemukan baik berasal dari
faktor keturunan, maupun yang berasal dari faktor lingkungan.

PENYEBAB TUNAGRAHITA
Tunagrahita dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Genetik
a. Kerusakan/Kelainan Biokimiawi.
b. Abnormalitas Kromosomal (chromosomal Abnormalities).

c. Anak tunagrahita yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada umumnya
adalah Sindroma Down atau Sindroma mongol (mongolism) dengan
IQ antar 20 60, dan rata-rata mereka memliki IQ 30 50.
2. Pada masa sebelum kelahiran (pre-natal).
a. Infeksi Rubella (Cacar)
b. Faktor Rhesus (Rh)
3. Pada saat kelahiran (perinatal)
4. Retardasi mental/tunagraita yang disebabkan olek kejadian yang terjadi
pada saat kelahiran adalah luka-luka pada saat kelahiran, sesak nafas
(asphyxia), dan lahir rematur.
5. Pada saat setelah lahir (post-natal)
Penyakit-penyakit akibat infeksi misalnya: Meningitis (peradangan pada
selaput otak) dan problema nutrisi yaitu kekurangan gizi misalnya:
kekurangan protein yang diderita bayi dan awal masa kanak-kanak dapat
menyebabkan tunagrahita.
6. Faktor sosio-kultural.
Sosio kultural atau sosial budaya lingkungan dapat mempengaruhi
perkembangan intelektual manusia.
7. Gangguan Metabolisme/Nutrisi.
a. Phenylketonuria. Gangguan pada metabolisme asam amino, yaitu
gangguan pada enzym Phenylketonuria.
b. Gargoylisme. Gangguan metabolisme saccharide dalam hati, limpa
kecil, dan otak.
c. Cretinisme. Gangguan pada hormon tiroid yang dikenal karena
defisiensi yodium.
Secara umum, Grossman(1973), dalam B3PTKSM (p. 24) menyatakan
penyebab tunagrahita akibat dari:
a.
b.
c.
d.
e.

infeksi dan/atau intoxikasi,


rudapaksa dan/atau sebab fisik lain,
gangguan metabolisma, pertumbuhan atau gizi (nutrisi),
penyakit otak yang nyata (kondisi setelah lahir/post-natal),
akibat penyakit atau pengaruh sebelum lahir (pre-natal) yang tidak

diketahui,
f. akibat kelainan kromosomal,
g. gangguan waktu kehamilan (gestational disorders),
h. gangguan pasca-psikiatrik/gangguan jiwa berat

(post-psychiatrik

disorders),

i. pengaruh-pengaruh lingkungan, dan


j. kondisi-kondisi lain yang tak tergolongkan.

D. KARAKTERISTIK ANAK DENGAN HAMBATAN INTELEKTUAL


Karakteristik anak tunagrahita menurut Brown (1991) Wolery & Haring, 1994
pada Exceptional Children, fifth edition, p.485-486, 1996 menyatakan:
1. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan
dalam mempelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu
cepat lupa apa yang dia pelajari tanpa latihan yang terus menerus.
2. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
3. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak tunagrahita berat. Cacat
fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak denga tunagrahita berat
mempunyai ketebatasab dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan,
tidak dapat berdiri atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam
mengerjakan tugas-tugas yang sangat sederhana, sulit menjangkau
sesuatu , dan mendongakkan kepala.
4. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak
tunagrahita berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti:
berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan diri. Mereka selalu
memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar.
5. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahta ringan
dapat bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang
mempunyai tunagrahita berat tidak meakukan hal tersebut. Hal itu
mungkin disebabkan kesulitan bagi anak tunagrahita dalam memberikan
perhatian terhadap lawan main.

6. Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus. Banyak anak tunagrahita
berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan mereka seperti
ritual, misalnya: memutar-mutar jari di depan wajahnya dan melakukan
hal-hal yang membahayakan diri sendiri, misalnya: menggigit diri
sendiri, membentur-beturkan kepala, dll.
E. KLASIFIKASI HAMBATAN INTELEKTUAL (TUNAGRAHITA)
Pengklasifikasian
keperluan

pembelajaran

pengglongan

anak

tunagrahita

untuk

menurut America Association on Mental

Retardation dalam Spesial Education in Ontario Schools (p. 100) sebagai


berikut :
1. Educable
Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemmapuan dalam akademik
setara dengan anak reguler pada kelas 5 sekolah dasar.
2. Trainable
Mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan
diri,

dan

penyesuaian sosial. Sangat terbatas kemampuan untuk

pendidikan secara akademik


3. Custodial
Dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih
anak tentang dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang
bersifat komunikatif. Hal ini biasanya memerlukan pengawasan dan
dukungan terus menerus.
Sedangkan penggolongan tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menurut
B3PTKSM (P. 26) sebagai berikut :
1. Taraf perbatasan (border line) dalam pendidikan disebut sebagai
lamban belajar (slowlerner) dengan IQ 75 90
2. Tunagrahita mampu didik (educable mentally retarded dengan IQ 50
75)
3. Tunagrahita mampu latih ( dependent of proudlley retarded dengan IQ 35
50)
4. Tunagrahita butuh rawat (dependent of proudlly mentally retarded
dengan IQ 2035.

Ada 4 taraf tunagrahita berdasarkan kriteria psikometrik menurut skala


intelegensi Wechler ( Kirk and gallagher, 1979, dalam BPTKSM, p. 26) yaitu:
1. Retardasi mental ringan (mild mental retardation dengan IQ 55 69)
2. Retardasi mental sedang ( moderat e mental reterdation dengan IQ 40
54)
3. Retardasi mental berat (sever mental retardation dengan IQ 20 39)
4. Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation IQ <20)

DitPLB (2007) mengutarakan klasifikasi tunagrahita antaralain sebagai


berikut:
1.
2.
3.
4.

Tunagrahita ringan memiliki IQ 70-55


Tunagrahita sedang memiliki IQ 55-40
Tunagrahita berat memiliki IQ 40-25
Tunagrahita berat sekali memiliki IQ <25

Hambatan Intelektual seringkali juga terjadi pada individu-individu dengan


permasalahan klinis, diantaranya
1. Down Syndrome (Mongoloid). Sindrom ini disebut demikian karena
mereka memiliki raut muka menyerupai orang Mongol dengan mata sipit
dan miring, lidah tebal suka menjulur keluar, telinga kecil, kulit kasar,
susunan gigi kurang baik.

(http://linda-plb11.blogspot.com/2011/11/tunagrahita-down-syndrome.html)
2. Kretin (Cebol). Anak ini memperlihatkan ciri-ciri, seperti badan gemuk dan
pendek, kaki dan tangan pendek dan bengkok, kulit kering, tebal dan

keriput, rambut kering, lidah dan bibir, kelopak mata, telapak tangan dan
kaki tebal, pertumbuhan gigi terlambat.

(http://dymastunggulpanuju.blogspot.com)

3. Hydrocephal. Anak ini memiliki ciri-ciri kepala besar, raut muka kecil,
pandangan dan pendengaran tidak sempurna, mata kadang-kadang juling.

(http://wlittle.hubpages.com/hub/Lets-talk-about-Hydrocephalus)
4. Microcephal. Anak ini memiliki ukuran kepala yang kecil.

10

(http://elementsofmorphology.nih.gov/index.cgi?tid=8ae2118220c1308f)
5. Macrocephal. Memiliki ukuran kepala yang besar dari ukuran normal.

(sumber : http://www.springerimages.com/Images/Biomedicine/110.1007_s00439-009-0653-6-0)

F. DAMPAK HAMBATAN INTELEKTUAL TERHADAP KEMAMPUAN


BELAJAR
Dewi.K (2010) menggambarkan klasifikasi dan dampak hambatan intelektual
terhadap kemampuan belajar anak tunagrahita berdasarkan DSM-IV-TR,
yaitu :
Klasifikasi

IQ

Keterangan

Ekspektasi
Pendidikan

Borderline

Sekitar

Penyesuaian sosial

Mampu

70

yang tidak berpola

mengikuti

sampai

akan berbeda

kegiatan

89

dengan

sekolah

populasinya

sampai

walaupun pada

jenjang

segmen yang lebih

tertentu yang

bawah

dapat dicapai

11

pada

penyesuaiannya

tidak

sesuai

akan baik, dalam

dengan

arti lain

tahapan

perkembangan

kalender.

anak dalam

Memperoleh

penyesuaian sosial

kepuasan

akan berbeda

kerja dibidang

dengan teman-

non-teknis

teman seusianya

yang

yang normal.

dengan

usia

disertai

dukungan diri
yang

penuh

bila
diperlukan
Retardasi

Sekitar

Bisa mencapai

Dapat

mental

50-55

kemampuan

mempelajari

ringan

sampai

membaca sampai

kemampuan

(mild)

70

kelas 4-6.

pendidikan
dasar yang
diperlukan
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Mereka
memerlukan
pengawasan
dan
bimbingan
serta pelatihan
dan

12

pendidikan
khusus.
Retardasi

Sekitar

Mengalami

Dapat

mental

35-40

kelambatan dalam

mengikuti

moderat

sampai

belajar berbicara

sekolah

(moderate)

50-55

dan kelambatan

sampai

dalam mencapai

dua

tingkat

kelas

perkembangan

Dalam

lainnya (misalnya

penyesuaian

duduk dan

sosial

berbicara).

menampakkan

Dengan latihan

kemandirian

dan dukungan dari

dalam

lingkungannya,

komunitas.

mereka dapat

Dalam

hidup dengan

kemampuan

tingkat

kerja

kemandirian

didukung

tertentu.

secara

penuh

atau

hanya

kelas
sampai
lima.
hal

hal
harus

secara parsial.
Retardasi

Sekitar

Dapat dilatih

Kemampuan

mental

20-25

meskipun agak

belajar hanya

berat

sampai

lebih susah

pada

area

(severe)

35-40

dibandingkan

bantu

diri

dengan anak

seperti mandi,

retardasi mental

buang

moderat.

kemampuan

13

air,

terbatas dalam
bidang
akademik.
Kemampuan
penyesuaian
sosial
biasanya
terbatas hanya
pada anggota
keluarga atau
orang

yang

dikenal
lainnya.
Kemampuan
kerja biasanya
dapat terlihat
ketika bekerja
dibawah
setting
workshop atau
naungan suatu
lembaga
tertentu.
Retardasi

dibawah

Biasanya tidak

Biasanya tidak

mental

20 atau

dapat berjalan,

mampu

berat sekali

25

tidak dapat

belajar

berbicara atau

walaupun

memahami

mempunyai

perintah

kemampuan

(profound)

yang

14

cukup

untuk
memenuhi
kebutuhan
dasarnya.
Keinginan
biasanya
membutuhkan
perhatian yang
penuh

dan

pengawasan
untuk

waktu

seumur hidup.

G. PEMBELAJARAN

PADA

ANAK

DENGAN

HAMBATAN

INTELEKTUAL (TUNAGRAHITA)
Pelayanan pendidikan bagi anak tunagrahita/retadasi mental dapat
diberikan pada:
1. Kelas Transisi.
Kelas ini diperuntukkan bagi anak yang memerlukan layanan khusus
termasuk anak tunagrahita. Kelas tansisi sedapat mungkin berada disekolah
regler, sehingga pada saat tertentu anak dapat bersosialisasi dengan anak
lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan dan pengenalan pengajaran
dengan acuan kurikulum SD dengan modifikasi sesuai kebutuhan anak.
2. Sekolah Khusus (Sekolah Luar Biasa bagian C dan C1/SLB-C, C1).
Layanan pendidikan untuk anak tunagrahita model ini diberikan pada
Sekolah Luar Biasa. Dalam satu kelas maksimal 10 anak dengan
pembimbing/pengajar guru khusus dan teman sekelas yang dianggap sama
keampuannya (tunagrahita). Kegiatan belajar mengajar sepanjang hari
penuh di kelas khusus. Untuk anak tunagrahita ringan dapat bersekolah di
SLB-C, sedangkan anak tunagrahita sedang dapat bersekolah di SLB-C1

15

3. Pendidikan Terpadu.
Layanan pendidikan pada model ini diselenggarakan di sekolah reguler.
Anak tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler di kelas yang
sama dengan bimbingan guru reguler. Untuk mata pelajaran tertentu, jika
anak

mempunyai

kesulitan,

anak

tunagrahita

akan

mendapat

bimbingan/remedial dari Guru Pembimbing Khusus (GPK) dari SLB


terdekat, pada ruang khusus atau ruang sumber. Biasanya anak yang belajar
di sekolah terpadu adalah anak yang tergolong tunagrahita ringan, yang
termasuk kedalam kategori borderline yang biasanya mempunyai kesulitankesulitan dalam belajar (Learning Difficulties) atau disebut dengan lamban
belajar (Slow Learner).
4. Program Sekolah di Rumah.
Progam ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita yang tidak mampu
mengkuti pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya, misalnya:
sakit. Proram dilaksanakan di rumah dengan cara mendatangkan guru PLB
(GPK) atau terapis. Hal ini dilaksanakan atas kerjasama antara orangtua,
sekolah, dan masyarakat.
5. Pendidikan Inklusif.
Sejalan dengan perkembangan layaan pendidikan untuk anak berkebutuhan
khusus, terdapat kecenderungan baru yaitu model Pendidikan Inklusi.
Model ini menekankan pada keterpaduan penuh, menghilangkan labelisasi
anak dengan prinsip Education for All. Layanan pendidikan inklusi
diselenggarakan pada sekolah reguler. Anak tunagrahita belajar bersamasama dengan anak reguler, pada kelas dan guru/pembimbing yang sama.
Pada kelas inklusi, siswa dibimbing oleh 2 (dua) oarang guru, satu guru
reguler dan satu lagu guru khusus. Guna guru khusus untuk memberikan
bantuan kepada siswa tunagrahita jika anak tersenut mempunyai kesulitan
di dalam kelas. Semua anak diberlakukan dan mempunyai hak serta
kewajiban yang sama. Tapi saat ini pelayanan pendidikan inklusi masih
dalam tahap rintisan.
6. Panti (Griya) Rehabilitasi.
Panti ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita pada tingkat berat, yang
mempunyai kemampuan pada tingkat sangat rendah, dan pada umumnya

16

memiliki kelainan ganda seperti penglihatan, pendengaran, atau motorik.


Program di panti lebih terfokus pada perawatan. Pengembangan dalam
panti ini terbatas dalam hal:
a. Pengenalan diri
b. Sensori motor dan persepsi
c. Motorik kasar dan ambulasi (pindak dari satu tempat ke tempat lain)
d. Kemampuan berbahasa dan komunikasi
e. Bina diri dan kemampuan sosial.
Pendekatan yang dapat diberikan kepada anak tunagrahita adalah:
1. Occuppasional Therapy (Terapi Gerak)
Terapi ini diberikan kepada anak tunagrahita untuk melatih gerak funsional
anggota tubuh (gerak kasar dan halus).
2. Play therapy (Terapi bermain)
Terapi yang diberikan kepada anak tunagrahita dengan cara bermain,
misalnya: memberikan pelajaran tentang hitungan, anak diajarkan dengan
cara sosiodrama, bermain jual-beli.
3. Activity Daily Living (ADL) atau Kemampuan Merawat Diri
Untuk memandirikan anak tunagrahita, mereka harus diberikan
pengetahuan dan keterampilan tentang kegiatan kehidupan sehari-hari
(ADL) agar mereka dapat merawat diri sendiri tanpa bantuan orang lain
dan tidak tergantung kepada orang lain.
4. Life Skill (Keterampilan hidup)
Anak yang memerlukan layanan khusus, terutama anak dengan IQ di
bawah rata-rata biasanya tidak diharapkan bekerja sebagai administrator.
Bagi anak tunagrahita yang memiliki IQ dibawah rata-rata, mereka juga
diharapkan untuk dapat hidup mandiri. Oleh karena itu, untuk bekal hidup,
mereka diberikan pendidikan keterampilan. Dengan keterampilan yang
dimilikinya mereka diharapkan dapat hidup di lingkungan keluarga dan
masyarakat serta dapat bersaing di dunia industri dan usaha.
5. Vocational Therapy (Terapi Bekerja)
Selain diberikan latihan keterampilan. Anak tunagrahita juga diberikan
latihan kerja. Dengan bekal keterampilan yang telah dimilikinya, anak
tunagrahita diharapkan dapat bekerja.

17

PEMAHAAN YANG KELIRU TENTANG TUNAGRAHITA

No
.

PANDANGAN
YANG SALAH
(MITOS)

KENYATAAN YANG ADA


(FAKTA)
Fungsi intelektual tidak statis.

Anak tunagrahita
memiliki
1.

keterbatasan
intelektual seumur
hidup.

Khususnya bagi anak dengan


perkembangan kemampuan
yang ringan dan sedang,
perintah atau tugas yang terus
menerus dapat membuat
perubahan yang besar untuk
dikemudian hari.
Belajar dan berkembang dapat

2.

Anak tunagrahita

terjadi seumur hidup bagi

hanya dapat

semua orang. Jadi siapapun

mempelajari hal-hal

dapat mempelajari sesuatu,

tertentu saja.

begitu juga dengan anak


tunagrahita.
Kelompok tertentu, termasuk
beberapa dari Down syndrom,

3.

Anak tunagrahita

memiliki kelainan fisik

secara fisik kelihatan

dibanding teman-temannya,

berbeda dengan

tetapi mayoritas dari anak

anak-anak lain.

tunagrahita terutama yang


tergolong ringan, terlihat sama
seperti yang lainnya.

4.

Sebagian besar anak

Dari kebanyakan kasus banyak

dengan

anak tunagrahita terdeteksi

18

keterbelakangan
perkembangan sudah
teridentifikasi pada

setelah masuk sekolah.

saat bayi.
Tidak mungkin

5.

menggabungkan anak

Siswa/siswi dengan masalah

tunagrahita dalam

intelektual selalu belajar lebih

satu lingkungan

keras dan belajar lebih baik jika

belajar dengan

mereka berintegrasi dengan


siswa reguler.

anak reguler.
Dari segi tahapan,
pekembangan
6.

tunagrahita sangat

Mereka berkembang pada

berbeda pada tingkat

jenjang yang sama, tetapi tak

pemahamannya

jarang lebih lambat.

dibanding dengan
orang normal.
Hasil tes tunagrahita
biasanya mempunyai
kemampuan paling
tidak pada garis batas
7

antara IQ rata-rata
dan IQ dibawah ratarata (borderline), dan
tentu kemampuan
adaptifnya juga
dibawah normal.

Tes IQ mungkin bisa dijadikan


indikator dari kemampuan
mental seseorang. Kemampuan
adaptif seseorang tidak
selamanya tercermin pada hasil
tes IQ. Latihan, pengalaman,
motivasi, dan lingkungan sosial
sangat besar pengaruhnya pada
kemampuan adaptif seseorang.

19

Seseorang anak yang

telah ter-diagnosa

Tingkat fungsi mental mungkin

tunagrahita tingkat

saja dapat berubah terutama

tertentu, tidak akan

pada anak tunagrahita yang

berubah selama

tergolong ringan.

hidupnya

20

Anda mungkin juga menyukai