Anda di halaman 1dari 9

PEMBELAJARAN BINA DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA DI

SEKOLAH

Mirnawati, M.Pd
Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Brigjen H. Hasan basri, Banjarmasin, Indonesia
Mirnawati.plbunesa@gmail.com

Abstract. Children with special needs is someone who has / have significant barriers (psychological, social, physical) in the
growth and development so that it requires specialized services. children with mental retardation is a child with special needs
who have mental intellectual, barriers experienced by Retarded child resulting child is difficult to take care of himself from
waking to sleep again. Such limitations make children with mental retardation will always depend on the people around them
in doing any activity. Retarded child will always be in control so that the activity of the people around them, especially their
parents will also be hampered. Capability children with mental retardation in managing themselves course can not be happen
by itself, but it needs attention and assistance from the people in the surrounding areas, including teachers in learning in
school. Optimally learning activity daily living by the teacher as subjects specificity for children with mental retardation
expected to help minimize the dependence of children with mental retardation in doing daily activities.

Keyword: learning activity daily living, children with mental retardation

1. PENDAHULUAN mendengar arahan dari lingkungan sekitar namun


Anak tunagrahita adalah anak yang keterbatasan intelektual menjadikan mereka sulit
memiliki kecerdasan di bawah rata-rata yang terjadi memahami dan memaknai setiap pembelajaran
pada saat masa perkembangan dan memiliki yang mereka dapat, sehingga sulit dalam
hambatan dalam penilaian adaptif. Secara harafiah pengaplikasiannya. Anak tunagrahita memerlukan
kata tuna adalah merugi, sedangkan grahita adalah usaha keras untuk terus berlatih.
pikiran, dengan demikian ciri utama dari anak Pembelajaran bina diri bagi anak
tunagrahita adalah lemah dalam berpikir atau tunagrahita bukanlah semata-mata tugas orang tua,
bernalar. Kurangnya kemampuan belajar dan tapi juga merupakan tugas guru di sekolah.
adaptasi sosial berada di bawah rata-rata, untuk Pembelajaran bina diri merupakan mata pelajaran
mengatasi hambatan-hambatan tersebut, anak kekhususan bagi anak tunagrahita yang didalamnya
tunagrahita diberikan cara pelayanan pendidikan memuat banyak komponen, diantaranya mengurus
yang berbeda dengan anak normal dan harus diri, merawat diri, melindungi diri, dan lain-lain.
disesuaikan dengan taraf kelainannya. Oleh karena itu, Guru sebagai pelaksana kurikulum
Layanan pendidikan bagi anak berkewajiban untuk mengajarkan bina diri sesuai
tunagrahita ringan harus disesuaikan dengan dnegan kebutuhan dan potensi anak tunagrahita
karakteristik dan kemampuan anak. Layanan agar anak tunagrahita dapat menjalankan
tersebut dapat dilaksanakan di sekolah berupa aktivitasnya dengan baik tanpa banyak bergantung
rancangan program pembelajaran yang diberikan dengan orang-orang disekitarnya terutama pada
dalam bentuk mata pelajaran umum dan mata orang tua di rumah.
pelajaran khusus. Mata pelajaran umum seperti
pelejaran Agama, Bahasa Indonesia, Ilmu
Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, 2. PEMBAHASAN
Matematika, Pendidikan Kewaraganegaraan,
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan sedangka untuk 2.1 Hakekat Anak Tunagrahita
mata pelajaran khusus adalah Pembelajaran Bina
Diri. Program pembelajaran ini diharapkan dapat 2.1.1 Pengertian anak tunagrahita
membantu anak tunagrahita ringan agar mampu
menuju kemandirian dan kedewasaan seoptimal Tunagrahita merupakan kata lain dari
mungkin. retardasi mental yang berarti keterbelakangan
Kemampuan bina diri bukanlah mental. Anak tunagrahita merupakan suatu kondisi
kemampuan yang diwariskan dari orang tua, tetapi anak mengalami keterlambatan atau hambatan
harus dipelajari. Pembelajaran bina diri bagi anak dalam perkembangan mental (fungsi intektual di
normal pada umumnya tentu bukanlah hal yang bawah teman-teman seusianya) yang sehingga
sulit, mereka belajar dari apa yang mereka lihat dari berdampak pada kesulitan untuk belajar dan
lingkungannya dan mereka dengan mudah dapat menyesuaikan diri. Anak tunagrahita memiliki
mengaplikasikannya. Berbeda dengan anak tingkat kecerdasan jauh di bawah rata-rata anak
tunagrahita yang mengalami keterbelakangan normal, sehingga tidak mampu mengikuti program
mental, walaupun mereka juga dapat melihat, sekolah yang diperuntukan bagi anak-anak normal

1
Mereka membutuhkan pelayanan pendidikan tahun, mereka sulit dibedakan dari anak-anak
khusus. Untuk lebih memahami apa yang disebut normal, ketika mereka menjadi besar. Biasanya
anak tunagrahita, akan dikemukakan definisi yang mampu mengembangkan ketrampilan
sering dijadikan rujukan dalam berbagai tulisan komunikasi dan mampu mengembangkan
mengenai anak tunagrahita, Definisi tersebut dari ketrampilan sosial. Kadang-kadang pada usia
American Association on Mentally Deficiency dibawah 5 tahun mereka menunjukkan sedikit
(AAMD) yang dikutif Grossman sebagai berikut : kesulitan sensorimotor. Pada usia 6 hingga 21
“Mental retardation refers to significantly sub tahun, mereka masih bisa mempelajari
average general intellectuall functioning existing ketrampilanketrampilan akademik hingga kelas
concurrently with deficits adaptive behavior and 6 SD pada akhir usia remaja, pada umumnya
manifested during the development period sulit mengikuti pendidikan lanjutan,
(Hallahan and Kauffman, 1982 : 40). Tuna Grahita memerlukan pendidikan khusus.
adalah keterbatasan substansial dalam b. Tuna Grahita golongan moderate, masih bisa
memfungsikan diri. Keterbatasan ini ditandai dilatih (mampu latih). Kecerdasannya terletak
dengan terbatasnya kemampuan fungsi kecerdasan sekitar 40 hingga 51, pada usia dewasa usia
yang terletak dibawah rata-rata (IQ 70 atau kurang) mentalnya setara anak usia 5 tahun 7 bulan
dan ditandai dengan terbatasnya kemampuan hingga 8 tahun 2 bulan. Biasanya antara usia 1
tingkah laku adaptif minimal di 2 area atau lebih. hingga usia 5 tahun mereka bisa berbicara atau
(tingkah laku adaptif berupa kemampuan bisa belajar berkomunikasi, memiliki
komunikasi, merawat diri, menyesuaikan dalam kesadaran sosial yang buruk, perkembangan
kehidupan rumah, ketrampilan sosial, pemanfaatan motor yang tidak terlalu baik, bisa diajari untuk
sarana umum, mengarahkan diri sendiri, area merawat diri sendiri, dan bisa mengelola
kesehatan dan keamanan, fungsi akademik, dirinya dengan supervivi dari orang dewasa.
pengisisan waktu luang,dan kerja) Disebut Tuna Pada akhir usia remaja dia bisa menyelesaikan
Grahita bila manifestasinya terjadi pada usia pendidikan hingga setara kelas 4 SD bila
dibawah 18 tahun. diajarkan secara khusus.
Menurut WHO yang dikutip Menkes c. Tuna Grahita yang tergolong parah, atau yang
(1990), tuna grahita adalah kemampuan mental sering disebut sebagai Tuna Grahita yang
yang tidak mencukupi. Carter CH mengatakan tuna mampu latih tapi tergantung pada orang lain.
grahita adalah suatu kondisi yang ditandai oleh Rentang IQnya terletak antara 25 hingga 39.
intelligensi yang rendah yang menyebabkan ketidak Pada masa dewasanya dia memiliki usia mental
mampuan individu untuk belajar dan beradaptasi setara anak usia 3 tahun 2 bulan hingga 5 tahun
terhadap masyarakat atas kemampuan yang 6 bulan. Biasanya perkembangan motoriknya
dianggap normal. Menurut Crocker AC (1983), buruk, bicaranya amat minim, biasanya sulit
tuna grahita adalah apabila jelas terdapat fungsi dilatih agar bisa merawat diri sendiri (harus
intelligensi yang rendah yang disertai adanya dibantu), seringkali tidak memiliki ketrampilan
kendala dalam penyesuaian prilaku dan gejalanya berkomunikasi.
timbul pada masa perkembangan. Pakar lain
menyebutkan bahwa, tuna grahita disebut juga tuna 2.1.3 Karakteristik anak tunagrahita
grahita adalah anak yang meiliki tingkat kecerdasan
rendah (dibawah normal) sehingga untuk Karakteristik anak tunagrahita menurut
melakukan tugasnya memerlukan bantuan atau Sukoco, P (2009) menyatakan:
layanan 15 khusus, termasuk kebutuhan program a. Kesulitan dalam mempelajari hal hal baru,
pendidikan dan bimbingannya (Efendi, M. 2006:9). terlebih lagi untuk konspe yang abstrak atau
Menurut Amin, M (1995), anak keterbelakangan yang berkaitan, dan kesulitan atau bermasalah
mental adalah anak yang keadaan dan pertumbuhan pada ingatan jangka pendek sehingga
mentalnya terbelakang daripada anak normal anaktunagrahita cenderung cepat lupa terhadap
sebayanya, atau intelligensnya dibawah rata-rata. apa yang yag telah dipelajari.
b. Bagi anak tunagrahita berat, mengalami
2.1.2 Klasifikasi anak tunagrahita kesulitan dalam berbicara,kesulitanmembina
hubungan komunikasi dua arah karena
Efendi, M., (2006) Berdasarkan kemampuanbicaraanak tunagrahita berat
klasifikasi AAMR, maka Tuna Grahita ini bisa di kurang jelas sehingga sulit untuk dipahami.
golongkan sebagai berikut.: c. Anak tunagrahita berat juga mengalami
a. Golongan Tuna Grahita yang ringan yaitu keterbatasan daam gerak fisik, ada yang tidak
mereka yang masih bisa dididik pada masa dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun
dewasanya kelak, usia mental yang bisa tanpa bantuan. Mereka lambat dalam
mereka capai setara dengan anak usia 8 tahun mengerjakan tugas-tugas yang sangat
hingga usia 10 tahun 9 bulan. Dengan rentang sederhana , sulit menjangkau sesuatu, dan
IQ antara 55 hingga 69. Pada usia 1 hingga 5 mendonakan kepala.

2
d. Sebagian dari anak tunagrahita berat juga bersosialisasi mengalami hambatan. Disamping
sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, itu mereka ada kecenderungan diisolir oleh
sehingga selalu bergantung padaorang tua atau lingkungannya, apakah itu masyarakat ataupun
orang-orang disekitarnya setiap melaksanakan keluarganya. Dapat juga terjadi anak ini tidak
suatu pekerjaan seperti berpakaian, makan, diakui secara penuh sebagai individu yang
mengurus kebersihan diri. berpribadi dan hal tersebut dapat berakibat fatal
e. Anak tunagrahita ringan masih memiliki terhadap pembentukan pribadi, sehingga
potensi dalam bermain bersama dengan anak mengakibatkan suatu kondisi pada individu itu
reguler, namun hal demikian tidak dapat kita tentang ketidakmampuannya didalam
temui pada anak tunagrahita berat menyesuaikan diri baik terhadap tuntutan
f. Banyak anak tunagrahita berat bertingkah laku sekolah, keluarga, masyarakat, dan bahkan
tanpa tujuan yang jelas. misalnya memutar- terhadap dirinya sendiri.
mutar jari didepan wajahnya dan melakukan d. Masalah penyaluran ke tempat kerja
hal-hal yang membahayakan diri sendiri, Kehidupan anak tunagrahita cenderung banyak
misalnya menggigit diri sendir, membentur- yang masih menggantungkan diri kepada orang
bentukan kepala, dan hal tersebut terjadi lain terutama kepada keluarga (orang tua) dan
berulang-ulang seperti suatu ritual. masih sedikit sekali yang sudah dapat hidup
mandiri, inipun masih terbatas pada anak
2.1.4 Permasalahan anak tunagrahita tunagrahita ringan. Bila di perhatikan benar-
benar kehidupan anak tunagrahita ini cukup
Beberapa permasalah yang dihadapi memprihatinkan. Setelah selesai mengikuti
anak tunagrahita antara lain sebagai berikut: program pendidikan ternyata masih banyak
a. Masalah yang berhubungan dengan yang sangat menggantungkan diri dan
pemeliharaan diri dan kesehatan. Melihat membebani kehidupan keluarga. Perlu ada
kondisi keterbatasan anak-anak dalam imbangan dari pihak sekolah untuk lebih
kehidupan sehari-hari mereka banyak banyak meningkatkan kegiatan non-akademik
mengalami kesulitan, apalagi yang termasuk baik itu berupa kerajinan tangan, keterampilan,
kategori berat dan sangat berat. Pemeliharaan dan sebagainya. Yang semuanya itu diharapkan
kehidupan sehari-harinya sangat memerlukan dapat membekali mereka untuk terjun ke
bimbingan. Oleh sebab itu sekolah diharapkan masyarakat.
mampu memberikan latihan dan pembiasaan e. Masalah gangguan kepribadian dan emosi
kepada anak didik untuk merawat dirinya Memahami akan kondisi karakteristik
sendiri. Masalah-masalah yang sering ditemui mentalnya, nampak jelas bahwa anak
diantaranya adalah; cara makan, tunagrahita kurang memiliki kemampuan
menggosokkan gigi, memakai baju, memakai berpikir, keseimbangan pribadinya kurang
sepatu dan lain-lain. konsistan / labil, kadang-kadang stabil dan
b. Masalah kesulitan belajar kadang-kadang kacau. Kondisi yang demikian
Dapat disadari bahwa dengan keterbatasan itu dapat dilihat pada penampilan tingkah
kemampuan berpikir mereka, tidak dapat lakunya sehari-hari, misalnya : berdiam diri
dipungkiri lagi bahwa mereka sudah tentu berjam-jam lamanya, gerakan hiperaktif,
mengalami kesulitan belajar yang tentu pula mudah marah dan mudah tersinggung, suka
kesulitan tersebut terutama dalam bidang mengganggu orang lain di sekitarnya (bahkan
pengajaran akademik, sedangkan untuk bidang tindakan merusak/destruktif).
studi, non akademik mereka tidak banyak f. Masalah pemanfaatan waktu luang
mengalami kesulitan belajar. Masalah-masalah Wajar bagi anak tunagrahita dalam tingkah
yang sering dirasakan dalam kaitannnya lakunya sering menampilkan tingkah laku
dengan proses belajar mengajar antaralain: : nakal. Dengan kata lain bahwa anak-anak ini
kesulitan memahami pelajaran, kesulitan dalam berpotensi untuk mengganggu ketenangan
menggunakan metode yang tepat, terbatas lingkungannya, terhadap benda-benda ataupun
dalam hal berpikir abstrak, dan lemahnya daya manusia di sekitarnya, apalagi mereka yang
ingat. hiperaktif. Sebenarnya sebagian dari mereka
c. Masalah penyesuaian diri cenderung suka berdiam diri dan menjauhkan
Masalah ini berkaitan dengan masalah-masalah diri dari keramaian sehingga hal ini dapat
atau kesulitan dalam hubungannya dengan berakibat fatal bagi dirinya, karena dapat saja
kelompok maupun individu disekitarnya. terjadi bunuh diri. Untuk mengimbangi kondisi
Disadari bahwa kemampuan penyesesuaian diri ini sangat perlu imbangan kegiatan dalam
dengan lingkungan sangat dipengaruhi oleh waaktu luang, sehinggaa mereka dapat
tingkat kecerdasan. Karena tingkat kecerdasan terjauhkan dari kondisi yang berbahaya, dan
anak tunagrahita jelas-jelas berada dibawah pula tidak sampai mengganggu ketenangan
rata-rata (normal) maka dalam kehidupan

3
masyarakat maupun keluarga sendiri. sehingga aktualisasi keberadaan dirinya diakui
(Soemantri, S: 2006) oleh orang-orang disekitarnya.
c. Membantu Menumbuhkan dan meningkatkan
2.2 Hakekat Bina Diri kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus
bersosialisasi. Dengan memiliki kemampuan
komunikasi yang baik, maka anakberkebutuhan
2.2.1 Pengertian bina diri khusus dapat berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya dengan baik. Karena kemampuan
Istilah Activity of Daily Living (ADL) komunikasi sangat berhubungan dnegan
atau aktivitas kehidupan sehari-hari dikenal dengan kemampuan bicara dan komunikasi.
istilah Bina Diri dalam dunia pendidikan anak
berkebutuhan khusus. Bini diri berfokus pada
2.2.3 Prinsip Bina Diri
kegiatan yang bersifat pribadi namun berdampak
pada hubungan antar sesama. Merupakan suatu
Menurut Sudrajat dan Rosida (2013),
kegiatan yang bersifat pribadi karena setiap
beberapa prinsip bina diri antara lain sebagai
keterampilan yang diajarkan atau dilatihkan sanagat
berikut:
berkaitan dengan kebutuhan pribadi yang
a. Prinsip fungsional, adalah layanan yang
seharusnya dilakukan tanpa dibantu orang lain bila
diberikan dalam bentuk latihan-latihan fungsi
memungkinkan.
otot dan sendi. Tujuannya adalah
Kata Bina berarti suatu proses
meningkatkan fungsi gerak otot dan sendi agar
membangun/proses menyempurnakan untuk lebih
mencapai kemampuan gerak yang optimal
baik dari sebelumnya. Bina Diri merupakan suatu
sesuai dnegan standar gerak.
upaya membangun diri individu baik sebagai
b. Prinsip suportif, adalah latihan atau pembinaan
individu maupun sebagai makhluk sosial melalui
pendidikan, baikpendidikan formal di sekolah, untuk meningkatkan motivasi, dan percaya diri
bahwa dirinya mempunyai kemampuan yang
maupun pendidikan informal di keluarga, dan di
dapat dikembangkan. Tujuannya adalah
masyarakat dengan harapan dapat mewujudkan
menanamkan rasa percaya diri dan motivasi
kemandirian dalam kehidupan sehari-hari secara
sehingga mempunyai keyakinan bahwa
memadai. Bina Diri tidak hanya sekedar merawat
gangguan/ kecacatan yang dialaminya tidak
diri, mengurus diri, dan menolong diri, tetapi lebih
menjadi hambatan untuk berprestasi.
dari itu karena kemampuan bina diri akan
c. Prinsip evaluasi diri, adalah kegiatan layanan
mengantarkan anak berkebutuhan khusus mampu
atau pembinaan secara terstruktur dan
menyesuaikan diri dan mencapai kemandirian.
berkelanjutan diadakan evaluasi tentang
(Depdiknas:1997)
keberhasilan yang telah dicapai dengan standar
perkembangan atau kemampuan standar
2.2.2 Tujuan Bina Diri normal.
Secara umum, bidang kajian Bina Diri d. Prinsip Activity of Daily Living, adalah
bertujuan agar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pembinaan atau latihan yang diberikan
dapat mandiri dengan tidak/kurang bergantung pada mengacu kepada segala aktivitas yang dapat
orang lain dan mempunyai rasa tanggung jawab. dilakukan dalam kehidupan segari-hari mulai
Sedangkan tujuan khususnya adalah: dari bangun tidur sampai tidur kembali.
a. Membantu meningkatkan kemampuan Anak
Berkebutuhan Khusus dalam tatalaksana 2.2.4 Ruang Lingkup Bina Diri
pribadi (mengurus diri, menolong diri, dan
merawat diri). Dengan adanya program bina Program bina diri merupakan suatu
diri, diharapkan anak berkebutuhan khusus program pembinaan yang berksinambungan agar
akan mandiri dalam melaksanakan kegiatan anak dapat mengembangkan potensinya seoptimal
sehari-hari sehingga tidak lagi selalu mungkin. Program bina diri pada dasarnya dibuat
bergantung pada orang tua maupun orang- sebagai susatu upaya membantu anak agar hidup
orang di sekitarnya. lebih wajar dan lebih mandiri. Adapun ruang
lingkup program bina diri anatara lain sebagai
b. Membantu meningkatkan kemampuan dan
berikut:
menumbuhkan Anak Berkebutuhan Khusus
a. Merawat diri, merupakan kegiatan sehari-hari
dalam berkomunikasi sehingga anak
yang sangat mendasar berhubungan dengan
berkebutuhan khusus menjalin komunikasi
kesehatan diri seperti makan-minum,
dnegan orang-orang disekitarnya, mampu
kebersihan badan, menjaga kesehatan
mengkomunikasikan apa yangdiinginkan
b. Mengurus diri, merupakan kemampuan
maupun yang tidak diinginkan, mampu
kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan
menjawab pertanyaan yang diajukan padanya,
penampilan dan kerapihan diri, seperti cara
berhias dan cara berpakaian.

4
c. Menolong diri, merupakan kemampuan lingkungan b. Melakukan
mengatasi berbagai masaah dalam kehidupan orientasi
lingkungan
sehari-hari berhubungan dnegan pemecahan
c. Melakukan
masalah yang dihadapi oleh anak, misalnya kerjasama di
menghindari bahaya, melakukan kegiatan lingkungan
sehari-hari di rumah. keluarga
d. Komunikasi, merupakan sarana yang paling
SMP Merawat diri a. Melakukan tata
penting dalam mengungkapkan keinginan dan cara makan dan
memahami apa yang disampaikan oleh orang minum
lain. b. Membuat
e. Sosialisasi dan adaptasi, merupakan interaksi minuman
dengan lingkungan sekitar, misalnya bermain c. Memasak
sederhana
dengan teman, melakukan kerjasama dengan
d. Menjaga
lingkungan keluarga,dll. kesehatan badan
f. Penguasaan pekerjaan, adalah kemampuan e. Menggunakan
yang berhubungan dengan pemenuhan pembalut wanita
ekonomi. Mengurus diri a. Memakai pakaian
g. Pendidikan seks, merupakan suatu bentuk dalam
b. Memakai pakaian
pemahaman tentang seks misalnya: luar
membedakan jenis kelamin, menjaga diri dan c. Memakai sepatu
alat reproduksi, menjaga diri dari sentuhan d. Kebersihan
lawan jenis. (Sarwani, 1989) pakaian
e. Merias wajah
f. Kebersihan
2.3 Pembelajaran Bina Diri rambut
Menjaga a. Mengatasi bahaya
keselamatan diri b. Mengendalikan
2.3.1 Kurikulum bina diri anak diri dari bahaya
tunagrahita pada jenjang SD dan Berkomunikasi a. Berkomunikasi
SMP dengan orang lain secara lisan
(verbal)
Tabel 1. Kurikulum bina diri anak tunagrahita ringan
b. Berkomunikasi
secara non verbal
jenjang SD dan SMP
(menggunakan
Jenjang Standar Kompetensi dasar
isyarat dan
kompetensi
gambar)
SD Mampu merawat a. Mengenal tata
diri cara makan dan
c. Komunikasi
secara tulisan
minum
b. Melakukan Terampil a. Mengunjungi
makan dan beradaptasi di tempat-tempat
minum sendiri lingkungan pelayanan umum
c. Memelihara b. Menggunakan
kebersihan badan fasilitas pribadi
d. Menjaga c. Menggunakan
kesehatan badan fasilitas umum
Mampu mengurus a. Memakai pakaian d. Menggunakan
diri dalam waktu luang
b. Memakai pakaian e. Melakukan
luar kerjasama di
c. Memakai sepatu sekolah dan
d. Merawat pakaian masyarakat
e. Merias wajah Sumber: penduan pelaksanaan kurikulum
f. Memelihara pendidikan khusus, depdiknas: 2006
rambut
Mampu menjaga a. Mengatasi bahaya
keselamatan diri b. Mengendalikan Tabel 2. Kurikulum bina diri anak tunagrahita sedang
diri dari bahaya jenjang SD dan SMP
Mampu a. Berkomunikasi Jenjang Standar Kompetensi dasar
berkomunikasi secara lisan kompetensi
dengan orang lain (verbal) SD Mampu a. Mengenal tata cara
b. Berkomunikasi merawat diri makan dan minum
secara non verbal b. Melakukan makan
(menggunakan c. Melakukan minum
gambar dan d. Menjaga kesehatan
isyarat) badan
c. Berkomunikasi Mampu a. Memakai pakaian
dengan tulisan mengurus diri dalam
Mampu a. Bermain dengan b. Memakai pakaian
beradaptasi di teman luar

5
c. Memakai sepatu 2.3.2 Strategi pelaksanaan pembelajaran
d. Merias Diri
bina diri
Mampu a. Mengenal jenis-
menolong diri jenis benda
berbahaya Mumpuniarti (2007) Strategi
b. Mengatasi dari pelaksanaan program bina diri didasarkan atas
bahaya pendekatan-pendekatan sebagai berikut:
Mampu a. Berkomunikasi
berkomunikasi secara non verbal
a. Berorientasi pada kebutuhan anak dan
dengan orang (Berkomunikasi dilaksanakan secara integratif dan holistik.
lain dengan isyarat dan b. Lingkungan yang kondusif juga sangat perlu
gambar) diperhatikan dalam pelaksanaan program bina
b. Berkomunikasi diri. Sebaiknya lingkungan diciptakan
secara lisan
(verbal) diciptakan semenarik dan semenyenangkan
c. Menggunakan mungkin dengan tetap memperhatikan aspek
kata-kata sosial keamanan dan kenyamanan anak dalam
Mampu a. Bermain kelompok belajar.
beradaptasi di dengan teman di
lingkungan
c. Pelaksanaan program bina diri sebainya
rumah
b. Bermain kelompok
dilakukan dengan model pembelajaran
dengan teman di terpadu, atau dalam kurikulum dikenal
sekolah denganistilah model pembelajaran tematik
yang dalam hal ini pembelajaranbina diri
SMP Merawat diri a. Mengenal tata cara beranjak dari satu tema yang menarik dengan
makan dan minum
b. Melakukan makan
harapan anak mampu mengenal berbagai
dan minum sendiri konsep dengan mudah dan mengesankan.
c. Memelihara d. Pelaksanaan program bina diri juga berfokus
kebersihan badan pada materi pengembangan keterampilan atau
d. Menjaga kesehatan kecakapan hidup.
badan
Mengurus diri
e. Penggunaan berbagai media dan sumber
a. Memakai pakaian
dalam belajar juga sangat dianjurkan dalam
b. Memakai pakaian pelaksanaan program bina diri, agar materi
luar yang disampaikan dapat dnegan mudah
c. Memakai sepatu dipahami oleh peserta didik. Pemilihan media
d. Merawat pakaian dan sumber belajar harus mempertimbangkan
e. Merias wajah
materi ajar dan kondisi peserta didik.
f. Memelihara rambut
Menjaga a. Mengatasi bahaya
f. Pembelajaran bina diri seharusnya berorientasi
keselamatan diri b. Mengendalikan diri pada prinsip-prinsip perkembangan dan
dari bahaya kemampuan anak.
Berkomunikasi a. Berkomunikasi
dengan orang secara lisan
lain
2.3.3 Pedoman pembelajaran bina diri
(verbal)
b. Berkomunikasi
secara non verbal Dalam pembelajaran bina diri pada
(menggunakan anak berkebutuhan khusus tunagrahita, seorang
gambar dan isyarat) guru memerlukan sebuah pedoman pelaksanaan.
c. Berkomunikasi
dengan tulisan
Berikut beberapa pedoman yang bisa dijadikan
Terampil a. Bermain dengan referensi guru dalam melakukan pembelajaran di
beradaptasi di teman sekolah
lingkungan b. Melakukan a. Perhatikan apakah anak sudah siap (matang)
orientasi untuk menerima latihan-latihan.
lingkungan
b. Belajar dalam keadaan santai (rileks).
c. Melakukan
kerjasama di Segalanya dikerjakan dengan tegas tanpa ragu
lingkungan dan dengan lemah lembut. Bersikap tenang dan
keluarga manis, serta hindari suasana yang ribut.
Sumber: penduan pelaksanaan kurikulum c. Latihan hendaknya diberikan dengan singkat,
pendidikan khusus, depdiknas: 2006 sederhana, dan tahap demi tahap.
d. Tunjukkan pada anak cara melakukan sesuatu
yang benar. Jangan menggunakan banyak kata-
kata karena akan membuat anak menjadi
bingung. Satu macam latihan hendaknya
diulang-ulang sampai anak dapat melakukan
sendiri dengan benar. Bantulah anak hanya bila

6
perlu. Tidak usah tergesa-gesa yang penting diperlukan oleh guru dan penggunaanya
anak bisa. bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin
e. Sebaiknya dilakukan percakapan dengan dicapai setelah pengajaran berakhir. Menurut
menggunakan kata-kata yang sederhana, kata Daradjat, metode pemberian tugas/ penugasan/
yang mudah dipahami oleh anak, percakapan resitasi, adalah cara dalam proses pembelajaran
ini dilakukan saat anak sudah mulai melakukan bilamana guru memberi tugas tertentu dan
sesuatu. murid mengerjakannya, kemudian tugas
f. Pembelajaran bina diri sebaiknya dilakukan tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru
dengan disiplin, tidak menyimpang dari dari c. Metode simulasi
waktu dan tempat yang sudah ditentukan.. Simulasi dapat digunakan sebagai metode
g. bila anak menunjukkan suatu mengajar dengan asumsi tidak semua proses
keberhasilandalam melakukan sesuatu, maka pembelajaran dapat dilakukan secara langsung
berilah pujian, namun sebaiknya jangan pada objek yang sebenarnya (Senjaya, 2008).
memuji berlebihan bila usaha yang dikerjakan Gladi resik merupakan salah satu contoh
anak belum berhasil, sebaiknya tolong anak simulasi, yakni memperagakan proses
agar lain kali berusaha lebih baik dan terjadinya suatu upacara tertentu sebagai
sempurna. latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak
h. Kesalahan anak tidak usah menjadikan anda gagal dalam waktunya nanti. Jadi metode
marah dan cemas. Bila sudah lama berlatih simulasi adalah peniruan atau perbuatan yang
namun masih gagal juga, jangan kecewa dan bersifat menirukan suatu peristiwa seolah-olah
hentikan latihan agar anak tidak frustasi dan seperti peristiwa yang sebenarnya.
merasa gagal. d. Metode karyawisata
i. Fleksibilitas, jika latihan tidak berhasil Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar
analisalah persoalan dengan cermat. Mungkin mengajar, pengertian karyawisata berarti
metode perlu disusun kembali sesuai dengan siswa-siswa mempelajari suatu obyek di tempat
batas kemampuan dan kondisi anak. mana obyek tersebut berada. Karyawisata dapat
j. Hendaknya guru menggunakan kata-kata, atau dilakukan dalam waktu singkat beberapa jam
istilah, isyarat dan metode mengajar yang sama saja ataupun cukup lama sampai beberapa hari.
agar anak tidak menjadi bingung.
2.3.5 Teknik Pembelajaran Bina Diri

2.3.4 Metode Pembelajaran Bina Diri Ada beberapa teknik yang perlu
diperhatikan dalam mengajarkan suatu tingkah laku
Beberapa metode yang dapat atau ketrampilan yang baru kepada seorang anak,
digunakan dalam pembelajaran ini adalah: yaitu:
a. Metode demonstrasi a. Memberi contoh (modelling), yaitu
Metode demonstrasi adalah pertunjukan menunjukkan kepada anak apa yang harus
tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau dikerjakan
benda sampai pada penampilan tingkah laku b. Menuntun/mendorong (promting), ialah
yang dicontohkan agar dapat diketahui dan melakukan atau mengatakan sesuatu untuk
dipahami oleh peserta didik secara nyata atau membantu anak agar dapat mengerti apa yang
tiruannya (Syaiful, 2008:210). Metode harus dilakukan
demonstrasi adalah metode mengajar dengan c. Mengurangi tuntunan (fading), ialah
cara memperagakan barang, kejadian, aturan, mengurangi tuntunan secara bertahap sejalan
dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik dengan keberhasilan siswa
secara langsung maupun melalui penggunaan d. Pentahapan (shaping), ialah membagi kegiatan
media pengajaran yang relevan dengan pokok dalam beberapa pentahapan, bagi
bahasan atau materi yang sedang disajikan pekerjaan/kegiatan yang dimulai dari yang
(Muhibbin Syah, 2000:22). Tujuan pengajaran mudah ke yang sukar. (Astati:2011)
menggunakan metode demonstrasi adalah
untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu 2.3.6 Penilaian Pembelajaran Bina Diri
peristiwa sesuai materi ajar, cara
pencapaiannya dan kemudahan untuk dipahami Bentuk Penilaian yang dilakukan
oleh siswa dalam pengajarn kelas. Metode berupa Perbuatan, karena yang dinilai adalah
demonstrasi mempunyai beberapa kelebihan kemampuan dalam praktek melakukan kegiatan
dan kelekurangan. menolong diri sendiri. Selain tu penilaian juga
b. Metode pemberian tugas dapat berupa lisan, karena sebelum praktek anak
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan perlu mengenal alat, bahan, dan tempat yang
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan digunakan. Penilaian dilakukan pada saat proses
dalam kegiatan belajar mengajar, metode belajar mengajar berlangsung dan akhir pelajaran.

7
Sasarannya adalah kemampuan anak melaksanakan Gambar 1. Langkah-langkah pembelajaran bina diri
latihan mulai dari dengan bantuan sampai anak mencuci tangan dnegan baskom
mampu melakukan sendiri/mandiri.
3. SIMPULAN
2.3.7 Contoh langkah-langkah
pembelajaran bina diri Program Bina Diri memiliki peran
sentral dalam mengantarkan peserta didik dalam
Mencuci tangan dengan baskom melakukan Bina Diri untuk dirinya sendiri, seperti
a. Perlengkapan yang digunakan: waskom, sabun, merawat diri, mengurus diri, menolong diri,
handuk/lap tangan
komunikasi dan adaptasi lingkungan sesuai dengan
b. Cara melatih: kemampuannya. Melalui pembelajaran Bina Diri
1. Isilah waskom dengan air bersih diharapkan dapat hidup mandiri di keluarga,
2. Celuplah kedua belah tangan ke dalam air sekolah, dan masyarakat. Pembelajaran Bina Diri
dalam waskom diarahkan untuk mengaktualisasikan dan
3. Gosoklah kedua belah tangan dengan
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
sabun . Kembalikan sabun kedalam
melakukan Bina Diri untuk kebutuhan dirinya
wadahnya sendiri sehingga mereka tidak membebani orang
4. Gosoklah kedua belah tangan sampai lain. Olehnya itu sebaiknya dalam pembelajaran
sabun merata bina diri bagi anak berkebutuhan khusus
5. Bilaslah kedua belah tangan sampai bersih tunagrahita baik di Sekolah Luar Biasa maupun di
dengan air
sekolah inklusi selalu diintegrasikan dengan
6. Buanglah air bekas cucian pembelajaran mata pelajaran yang lain, misalnya
7. Keringkan tangan dengan handuk/lap dalam pembelajaran matematika atau mata
tangan pelajaran lain selalu memasukkan unsur
c. Catatan: Bila belum cukup bersih, ulangi pembelajaran bina diri di dalamnya.
sampai kedua belah tangan bersih betul.
4. DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. 1995. Ortopedagogik Anak Tunagrahita.


Bandung : Depdikbud.
Astati.(2011). Bina Diri Untuk Anak Tunagrahita, Edisi
kedua. Bandung:Amanah Offset.
Crocker, dan Nelson. 1983. Developmental Behavioral
Pediatrics, 1st ed., Philadelphia, WB Saunders.
Dediknas. 1997. Bina Diri. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. 2006. Penduan Pelaksanaan Kurikulum
Pendidikan Khusus.
Djamarah, S B dan Zain, A. 1997. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah, S B. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka
Cipta.
Efendi, M. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak
Berkelainan. Jakarta : Bumi Aksara.
Mumpuniarti. 2007. Pendekatan Pembelajaran Bagi
Anak Hambatan Mental. Yogyakarta: Kanwa
Publisher
Efendi, M. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak
Berkelainan. Jakarta: Bumi aksara.
Syah, M. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Senjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Sudrajat dan Rosida. 2013. Pendidikan Bina Diri Bagi
Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Luxima
Soemantri,S. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung:
Refika Aditama.
Sarwasih, S. 1989. Pengantar Pendidikan Menolong Diri
Sendiri. Yogyakarta: SGPLB
Sukoco, P., 2009, Social Behavior of Mentally-Retarded
Students in Physical Education Learning, Journal
of Education, Volume 1, Number 02.

8
9

Anda mungkin juga menyukai