Dosen pengampu :
Lisa Putriani, M.Pd, Kons
Disusun oleh :
NAMA : Aulia Shafira
NIM : 18003054
1
PEMBAHASAN
A. Aplikasi Instrumentasi BK
1. Pengertian
Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling merupakan kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta
didik (klien), keterangan tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih
luas, yang dilaksanakan dengan berbagai instrument, baik tes maupun non tes.
Sukardi (2008) dalam (Damayanti et al., 2016) mengatakan bahwa aplikasi
instrumentasi bimbingan konseling yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan peserta didik (klien), keterangan
tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih luas. Tohirin juga
mengungkapkan bahwa, aplikasi instrumentasi dapat bermakna upaya pengungkapan
melalui pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen.
Atau kegiatan menggunakan instrumen untuk mengungkapkan kondisi tertentu atas
diri siswa dalam (Anas Salahudin, Amirah Diniyati, 2013).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa aplikasi instrumentasi
merupakan salah satu kegiatan pendukung dalam BK pola 17 plus yang digunakan
oleh guru BK sebagai upaya untuk mengungkapkan data dan keterangan siswa
dengan menggunakan alat ukur atau instrumen tertentu.
2. Tujuan dan fungsi
1) Tujuan umum
“Tujuan umum Aplikasi Instrumentasi (AI) adalah diperolehnya data hasil
pengukuran terhadap kondisi tertentu klien”.
2) Tujuan khusus
Secara khusus apabila dikaitkan dengan fungsi-fungsi bimbingan dan
konseling terutama fungsi pemahaman, data hasil aplikasi instrumentasi bertujuan
untuk memahami kondisi klien (siswa) seperti potensi dasarnya, bakat dan
minatnya, kondisi diri dan lingkungannya, masalah-masalah yang dialami, dan
lain sebagainya dalam (Anas Salahudin, Amirah Diniyati, 2013).
1
Adapun tujuan dan fungsi aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling
bermaksud mengumpulkan data dan keterangan peserta didik baik secara individual
maupun kelompok, keterangan tentang lingkungan yang termasuk didalamnya
informasi pendidikan dan jabatan (Mugiarso,dkk, 2011) dalam (Damayanti et al.,
2016). Secara khusus, apabila dikaitkan dengan fungsi-fungsi bimbingan dan
konseling terutama fungsi pemahaman, data hasil aplikasi instrumentasi bertujuan
untuk memahami kondisi klien (siswa) seperti potensi dasarnya, bakat dan minatnya,
kondisi diri dan lingkungan-lingkungannya, masalah-masalah yang dialami, dan lain
sebagainya. Pemahaman yang baik tentang klien melalui aplikasi instrumentasi dapat
dijadikan oleh konselor sebagai bahan pertimbangan dalam rangka memberikan
bantuan kepada klien sesuai dengan kebutuhan dan masalah-masalah yang dialami
klien (Tohirin,2007) dalam (Damayanti et al., 2016).
3. Bentuk-bentuk
Adapun bentuk-bentuk aplikasi instrumentasi yaitu:
a. Instrumen tes
2
“Tes merupakan prosedur untuk mengungkapkan tingkah laku seseorang dan
menggambarkannya dalam bentuk skala angka atau klasifikasi tertentu”. Suatu
instrumen dikatakan dalam bentuk tes jika:
1) Jawaban responden atau orang yang mengerjakan instrumen atas soal yang
diperiksa berdasarkan benar salah jawabannya.
2) Jawaban yang benar diberi skor positif dan jawaban yang salah diberi skor
negatif.
3) Penyelenggara terstandar dari segi waktu, instruksi/ pengadministrasian.
4) Ada persyaratan validitas, reliabilitas dan objektifitas dari alat yang
digunakan.
5) Dapat diselenggarakan secara tertulis atau lisan, secara individual atau
kelompok.
b. Instrumen non tes
“Instrumen non tes meliputi berbagai prosedur, seperti pengamatan, wawancara,
catatan anekdot, angket, sosiometri, inventori yang dibakukan”. Instrumentasi
dikatakan bentuk non tes jika:
1) Diperiksa bukan atas benar salahnya jawaban responden.
2) Melihat gambaran tentang kondisi responden apa adanya.
3) Tidak menekankan mutu jawaban tinggi atau rendah, positif, negatif.
4) Pengadministrasiannya tidak terlalu terstandar, waktu mengerjakan tidak
terbatas.
5) Validitas, reliabilitas dan objektifitas alat tidak menjadi tuntutan.
6) Dapat diselenggarakan secara tertulis atau lisan, secara individual atau
kelompok. (Anas Salahudin, Amirah Diniyati, 2013).
B. Himpunan Data
Himpunan data merupakan salah satu dari lima kegiatan pendukung dalam
bimbingan dan konseling. Dalam kegiatan bimbingan dan konseling tersebut himpunan
data banyak mendukung kelancaran pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
Kelancaran yang dimaksud adalah seperti, pelaksana kegiatan bimbingan dan konseling
3
(guru BK) mempunyai data yang relevan dalam melaksanakan tugasnya. Istilah
himpunan data itu sendiri adalah kegiatan menghimpun data yang relevan dengan
pengembangan siswa, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis,
komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia (Anas Salahudin, 2012). Konselor sebagai
penyelenggara himpunan data memiliki fungsi: Menghimpun data, mengembangkan data
dan menggunakan data.
Dalam kegiatan menghimpun data, yang menjadi isi atau pokok data bukan hanya
sekadar hasil dari aplikasi instrumentasi saja. Ada hal penting lain dalam melengkapi
data. Termasuk juga berbagai berbagai karya tulis atau rekaman kemampuan siswa,
catatan anekdot, laporan khusus, dan informasi pendidikan, dan jabatan. Tidak dipungkiri
bahwa ketidaklengkapan data siswa dapat menimbulkan hambatan-hambatan dalam
perumusan program bimbingan dan konseling. Hasil aplikasi instrumentasi pada
umumnya menjadi isi yang dianggap penting dalam himpunan data. Lebih dari itu,
himpunan data juga dapat meliputi hasil wawancara, konferensi kasus, kunjungan rumah,
analisis hasil belajar, pengamatan, dan hasil upaya pengumpulan bahan lainnya yang
dianggap relevan dengan pelayanan bantuan terhadap siswa.
Prayitno dalam (Anas Salahudin, 2012) juga mengatakan bahwa data sering
dilengkapi dengan hasil-hasil pengamatan dan wawancara, catatan anekdot, hasil angket
dan isian tertentu, hasil inventori khusus, misalnya tentang masalah-masalah yang
dialami, sikap dan kebiasaan belajar, serta pelayanan yang pernah diterima masing-
masing siswa. Program bimbingan dan konseling adalah suatu perencanaan yang
mencakup kuantivikasi yang akan dilaksanakan. Program pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah juga disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (need
assessment). Perlu diketahui bahwa program pelayanan bimbingan dan konseling pada
masing-masing satuan sekolah/madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan
dan kesinambungan program antar kelas dan antar jenjang kelas.
Dari kegiatan himpunan data siswa, maka diharapkan guru BK mampu
melakukan tugasnya dengan bantuan dari kegiatan tersebut. Sebab, di dalam kegiatan
himpunan data siswa sudah tercantum seluruh data dan keterangan terkait dengan siswa.
4
Baik itu didapat dari kegiatan aplikasi instrumentasi tes atau nontes ataupun didapat dari
catatan pribadi, anekdot dan lain sebagainya.
C. Kunjungan Rumah
Fungsi utama bimbingan yang diemban oleh kegiatan kunjungan rumah ialah
fungsi pemahaman dan pengetasan. Dengan kunjungan rumah akan diperoleh berbagai
data dan keterangan tentang berbagai hal yang besar kemungkinan ada sangkut-pautnya
dengan permasalahan siswa.
D. Konferensi Kasus
Kasus yang telah ditetapkan oleh konselor/guru pembimbing, ada yang bisa
dipecahkan secara tuntas dengan hanya melalui penanganan konselor sekolah, tetapi
banyak pula kasus-kasus yang belum bisa ditangani sendiri yang sangat memerlukan
campur tangan dari personel lain: bantuan pemecahan masalah terhadap kasus tersebut
kan ditangani secara team: teknik-teknin bantuan yang akan diberikan dibicarakan dalam
suatu pertemuan yang disebut dengan konferensi kasus atau case conference.
Secara umum tujuan dari konferensi kasus ialah mencari intrerpretasi yang tepat
dan tindakan-tindakan konkret yang dapat diambil. Atau dengan kata lain konferensi
6
kasus kasus bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lebih tepat mengenai diri kasus
dengan maksud untuk memberikan pertolongan kepada kasus tersebut dalam
memecahkan masalahnya.
a. Untuk memperoleh gambaran tentang inti masalah yang diderita oleh kasus.
b. Untuk memperoleh gambaran tentang latar belakang serta berbagai faktor yang
memungkinkan menjadi penyebab masalahnya.
c. Untuk memperoleh yang jelas tentang langkah-langkah atau tindakan yang dapat
dapat diambil untuk menolong kasus dalam menyelesaikan memecahkan masalah.
d. Untuk memperoleh gambaran tentang kasus, sampai sejauh mana kasus telah
menunjukkan perubahan-perubahan ke arah perbaikan atau dapat memecahkan
masalahnya.
2. Peserta konferensi kasus
Konferensi dipimpin oleh ahli bimbingan yang secara langsung menangani kasus
tersebut. Peserta lain yang ikut terlibat di dalamnya adalah personel yang ada sangkut
pautnya dengan permasalahan yang dihadapi kasus seperti kepala sekolah, guru guru
bidang studi, wali kelas, petugas kesehatan (tim medis), dan lain lainnya.
Masing-masing peserta sudah siap dengan berbagai data dan informasi tentang
kasus yang akan dibahas dalam konferensi kasus. Maka dari itusebelum konferensi kasus
dilaksanakan mutlak diperlukan pembagian tugas diantara peserta konferensi kasus.
Supaya konferensi kasus berjalan sesuai dengan waktu dan rencana yang telah ditetapkan,
dan terarah moderator dan notulis perlu ditunjuk.
Masalah yang akan menjadi titik pusat pembahasan dalam konferensi kasus
adalah kasus yang telah dipersiapkan dan diajukan oleh peserta konferensi kasus.
Klasifikasi masalah siswa yang dapat diajukan dalam pembahsan konferensi kasus salah
7
satu atau beberapa masalah yang dihadapi siswa dibawah ini: Masalah belajar, yang
antara lain berkenaan dengan:
8
itu, perlu diadakan pertemuan berikutnya sesuai dengan waktu yang telah disepakati
bersam antara peserta konferensi kasus.
E. Tampilan Kepustakaan
1. Tujuan
a. Melengkapi subtansi layanan berupa bahan-bahan tertulis dan rekaman yang ada
dalam layanan tampilan kepustakaan.
b. Mendorong klien memanfaatkan data yang ada untuk mengentaskan masalah
c. Mendorong klien memanfaatkan pelayanan konseling secara langsung
dan berdaya guna.
2. Komponen
a. Konselor : Adalah seorang yang memiliki akses dengan berbagai bahan yang
tersedia di perpustakaan.
b. Peserta kegiatan
9
Individu (atau lebih) yang berkepentingan dalam mengakses terhadap bahan
kepustakaan tertentu. Peserta layanan untuk tahap pra-konseling adalah mereka yang
tanpa terikat dengan layanan konseling. Peserta pada dalam-konseling adalah mereka
yang sedang menjalani konseling dan peserta pasca-konseling adalah mereka yang
sebelumnya sudah menjalani layanan konseling. Peserta hendaknya paham membaca dan
mampu mengaitkan materi dengan permasalahan dan pengembangan diri.
a. Persiapan
10
3) Menyiapkan klien untuk mampu mengakses bahan-bahan tersebut dengan
cara dan teknik yang benar.
4) Menetapkan waktu kegiatan mengakses bahan-bahan dan bentuk perolehan
yang diharapkan
5) Menetapkan (kontrak) kapan hasil TKp itu dibicarakan dengan konselor.
b. Monitoring pelaksanaan
Dapat dilaksanakan secara tidak langsung (klien dimandirikan) dan secara
langsung dimana peserta layanan ditugaskan menyiapkan diri dengan bahan atau
topic tugas tertentu
4. Format
Dalam pelaksanaan kegiatan TKp konselor perlu memperhatikan kelima format
layanan konseling.
a. Format Individual, pada dasarnya TKp dilaksanakan sendiri-sendiri oleh individu
atau klien yang bersangkutan.
b. Format Kelompok, kegiatan TKp dapat dilaksanakan terhadap sekelompok
individu. Sekelompok siswa misalnya diminta mempelajari bahan tertentu
diperpustakaan.
11
c. Format Klasikal, kegiatan TKp dalam kelompok dapat diperlukan menjadi
kegiatan klasikal. Semua siswa dalam satu kelas diminta mempelajari bahan
tertentu diperpustakaan.
d. Format Lapangan, kegiatan TKp dapat terselanggara dalam format lapangan,
dalam arti individu yang menjadi peserta mecari sendiri bahan-bahan kepustakaan
ditempat yang berbeda.
e. Format Kolaboratif, format ini dilaksanakan oleh konselor dalam rangka
pengadaan bahan-bahan kepustakaan, agar menjadi ada dan semakin lengkap,
serta kemudahan dalam prosedur dan cara-cara pengaksesan bahan-bahan tersebut
oleh siapapun juga, terutama klien dan peserta TKp lainnya.
5. Teknik
Pelaksanaan TKp oleh individu atau klien secara mandiri memerlukan teknik atau
arahan yang tepat agar kegiatan tersebut efektif. Teknik dan arahan tersebut adalah;
a. Teknik mencari bahan yang diperlukan, dalam hal ini dapat memanfaatkan
katalog, daftar subjek dalam buku, dan lain-lain.
b. Teknik membaca cepat dan tepat, melalui kemampuan 5M;
1) Membaca yang tertulis dengan akurat
c. Arah aplikasi materi yang dibaca, bahan yang diambil dan dibaca dari kumpulan
tampilan kepustakaan akan memperoleh makna yang lebih besar apabila dapat
diterapkan dalam praktik.
12
F. Alih tangan kasus
Alih tangan kasus yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah
peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya. Di mana alih tangan
kasus merupakan kegiatan untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntasatas
permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain
yang lebih kompeten, seperti guru mata pelajaran atau konselor, dokter setra ahli
lainnyadengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penangananyang lebih tepat
dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kometen.
Fungsi kegiatan ini adalah pengentasan.
Materi alih tangan kasus pada pokok kasus yang dialih tangankan adalah
keseluruhan kasus yang dialih tangankan. Secara khusus, materi alih tangan ialah bagian
permasalahan yang belum tuntas ditangani konselor sekolah dan materi itu di luar bidang
keahlian ataupun kewenangan konselor sekolah. Penyelenggaraan alih tangan kasus
hanya dilakukan apabila konselor sekolah menjumpai kenyataan bahwa sebagian atau
keseluruhan inti permasalahan siswa berada di luar kemempuan atau kewenangan
konselor sekolah.
1. Tujuan
Tujuan umum ATK adalah diperolehnya pelayanan yang optimal, setuntas mungkin
atas masalah yang dialami klien.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus berkaitan dengan fungsi-fungsi konseling yaitu :
a. Fungsi pengentasan. Tenaga ahli yang menjadi arah ATK diminta memberikan
pelayanan yang secara spesifik lebih menuntaskan pengentasan masalah klien.
b. Fungsi pemahaman. Untuk memahami masalah yang sedang dihadapi klien guna
pengentasan.
c. Fungsi pencegahan. Merupakan dampak positif yang diharapkan dari ATK untuk
menghindari masalah yang lebih pelik lagi.
d. Fungsi pengembangan dan pemeliharaan. Dengan terentaskannya masalah
berbagai potensi dapat terpelihara dan terkembang.
13
e. Fungsi advokasi. Berhubungan dengan masalah klien berkenaan dengan
terhambatnya atau teraniayanya hak-hak klien.
3. Komponen
a. Klien dengan masalahnya
Tidak semua masalah dapat dialih tangankan, untuk itu perlu dikenali masalah-
masalah apa saja yang menjadi kewenangan konselor. Seperti masalah-masalah
berkenaan dengan :
1) Penyakit, baik penyakit fisik ataupun mental (kejiwaan), Kriminalitas,
dengan segala bentuknya.
2) Psikotropika, yang didalamnya dapat terkait masalah kriminalitas dan
penyakit.Guna-guna, dalam segala bentuknya yaitu kondisi yang berada
diluar akal sehat.
3) Keabnormalan akut, kondisi fisik dan mental yang bersifat luar biasa dalam
arah dibawah normal.
b. Konselor
Dalam menangani klien, hal-hal yang perlu dikenali secara langsung oleh
konselor, yaitu :
1) Keadaan keabnormalan diri klien.
2) Substansi masalah klien.
Hanya klien-klien yang normal saja yang ditangani konselor, diluar itu
dialih tangankan kepada ahlinya. Untuk dapat mengalih tangankan klien
14
dengan baik, konselor dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai
tentang para ahli yang dapat menjadi arah ATK beserta nama dan alamatnya
hendak dimiliki konselor.
c. Operasionalisasi
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan
3) Evaluasi
Membahas hasil ATK melalui: Klien, laporan dari ahli lain dan analisis
hasil ATK kemudian mengkaji hasil ATK terhadap pengentasan masalah
klien.
5) Tindak lanjut
6) Pelaporan
15
DAFTAR PUSTAKA
Anas Salahudin, Amirah Diniyati, T. (2013). Modul Praktikum Aplikasi Instrumentasi BK bagi
Mahasiswa Prodi BK Jurusan KI. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Damayanti, M., Anni, C. T., & Mugiarso, H. (2016). Indonesian Journal of Guidance and
Counseling. Indonesian Journal of Guidance and Counseling : Theory and Application,
5(1), 39–44. Retrieved from journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk
16