Anda di halaman 1dari 14

RESUME

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“Perbedaan Individu Dalam Belajar”

“Diajukan untuk memenuhi tugas resume Psikologi Pendidikan tentang Perbedaan


Individu Dalam Belajar pada hari selasa jam 16.20-18.00 di ruangan UNP 9101”

OLEH :

NAMA : AULIA SHAFIRA

NIM : 18003054

ABSEN : 11

DOSEN PENGAMPU:

Drs. Taufiq M.Pd, Kons

Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

PADANG

2020
PEMBAHASAN

A. Pengertian Individu
Dalam kamus Echols dan Shadaly (1975), Individu adalah kata benda dari individual
yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Bedasarkan pengertian di atas dapat di
bentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat yang dapat merangsang
perkembanganpotensi-potensi yang di milikinya dan akan membawa perubahan-
perubahan apa saja yang di inginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Dalam
pertumbuhan dan perkembangan manusia, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan
pada awal kehidupannya. Manusia atau individu adalah Makhluk yang dapat di pandang
dari berbagai sudut pandang. Sejak ratusan tahun sebelum Isa, manusia telah menjadi
objek filsafat, baik objek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek
material yang memepersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dengan berbagai
kondisinya. Sebagaimana dikenal adanya manusia sebagai makhluk yang berfikir atau
homo sapiens, makhluk yang berbuat atau homo faber, makhluk yang dapat dididik atau
homo educandum dan seterusnya.
Bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa
yang terjadi di luar dirinya sendiri. Ia sudah senang jika kebutuhan fisiknya sudah
terpenuhi. Dalam perkembngan yang selanjutnya ia akan mulai mengenal lingkungannya,
memebutuhkan alat komunikasi (bahasa), membutuhkan teman, keamanan dan yang
lainnya. Semakin besar anak tersebut maka akan semakin banyak kebutuhan non fisiknya
atau psikologis yang di butuhkan dirinya.

B. Pengertian Perbedaan Individu


Bermacam-macam aspek perkembangan individu, ada dua fakta yang di kenal dan
menonjol, yaitu: dari dua garis keluarga, yaitu garis keturunan ayah dan garis keturunan
ibu. Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru, maka secara
berkesinambungan dipengaruhi oleh macam-macam faktor lingkungan di sekitarnya yang
merangsangpertumbuhan dan perkembangannya.
1. Semua manusia mempunyai unsur- unsur kesamaan di dalam pola perkembangannya.
2. Di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia secara
biologis dan sosial, tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda.
Perbedaan – perbedaan tersebut secara keseluruhan lebih banyak bersifat kuantitatif
dan bukan kualitatif. Sejauh mana individu berbeda akan mewujudkan kualitas perbedaan
mereka atau kombinasi-kombinasi dari berbagai unsur perbedaan tersebut. Setiap orang,
apakah ia seorang anak atau sudah dewasa, dan apakah ia berada di dalam suatu
kelompok atau seorang diri, ia di sebut individu. Individu menunjukan kedudukan
seseorang sebagai orang perorangan maupun perseorangan, berkaitan dengan perbedaan
individual perseorangan. Ciri serta sifat atau karakteristik antara orang satu dengan yang
lain berbeda-beda tidaklah sama. Perbedaan tersebut di sebut perbedaan individu da
perbedaan individual.

Menurut Lindgren (1980) makna “perbedaan” dan “perbedaan individual”


menyangkut tentang variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik dan psikilogis.
Perbedaan Individual menurut Chaplin (1995:244) adalah “sebarang sifat atau perbedaan
kuantitatif dalam suatu sifat, yang bisa membedakan satu individu dengan individu
lainnya”. Gerry (1963) dalam buku perkembangan peserta didik karya Sunarto dan B.
Agung Hartono mengategorikan perbedaan individual seperti berikut:

a. Perbedaan fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan,
dan kemampuan bertindak.
b. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
c. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
d. Perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar.
e. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat kita peroleh bahwa perbedaan individual
adalah hal-hal yang berkaitan dengan “psikologi pribadi” yang menjelaskan perbedaan
psikologis maupun fisik antara orang-orang serta berbagai persamaannya.

C. Sumber Perbedaan Individu


Sumber perbedaan individu dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor-faktor tersebut adalah
faktor bawaan dan faktor lingkungan. Untuk lebih jelasnya kami akan membahas satu per
satu.
1. Faktor Bawaan
Faktor bawaan merupakan faktor-faktor biologis yang diturunkan melalui
pewarisan genetic oleh orangtua. Pewarisan genetik ini dimulai saat terjadinya
pembuahan. Menurut Zimbardo dan Gerig (1999) penyatuab antara sebuah sperma
dab sebuah sel telur hanya menghasilkan satu diantara milyaran kemungkinan
kombinasi gen. Salah satu kromosom yaitu kromosom sex merupakan pembawa kode
gen untuk perkembangan karakteristik fisik laki-laki atau perempuan. Kkode untuk
kita mendapatkan kromosom X dari ibu, dan salah satu dari kromosom X atau Y dari
ayah. Kombinasi XX merupakan kode untuk perkembangan fisik perempuan, dan
kombinasi XY merupakan kode untuk perkembangan fisik laki-laki.
Meskipun rata-rata kita memiliki 50 persen gen yanbg sama dengan saudara
kita, kumpulan gen kita tetap khas kecuali kita adalah kembar identik. Perbedaan gen
ini merupakan satu alasab mengapa kita berbeda dengan orang lain, baik secara fisik,
psikologis, maupun perilaku, bahkan dengan saudara kita sendiri. Selebihnya adalah
dipengaruhi oleh lingkungan, karena kita pernah berada di lingkungan yang sama
persis. (Zimbardo & Gerig, 1999).

2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan adalah faktor yang mengakibatkan perbedaan individu yang
berasal dari luar diri individu. Faktor lingkungan berasal dari beberapa macam yaitu
status sosial ekonomi orang tua, pola asuh orang tua, budaya, dan urutan kelahiran.

a. Status sosial ekonomi orang tua


Meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan
orang tua. Tingkat orang tua berbeda satu dengan lainnya. Meskipun tidak mutlak
tingkat pendidikan ini dapat mempengaruhi sikap orang tua terhadap pendidikan
anak serta tingkat aspirasinya terhadap pendidikan anak. Demikian juga dengan
pekerjaan dan penghasilan orang tua yang berbeda-beda. Perbedaan ini akan
membawa implikasi pada berbedanya aspirasi orang tua terhadap pendidikan
anak, aspirasi anak terhadap pendidikannya, fasilitas yang diberikan pada anak
dan mungkin waktu disediakan untuk mendidik anak-anaknya. Demikian juga
perbedaan status ekonomi dapat membawa implikasi salah satunya pada
perbedaan pola gizi yang diterapkan dalam keluarga.

b. Pola asuh orangtua


Merupakan pola perilaku yang digunakan untuk berhubungan dengan anak-
anak. Pola asuh yang diterapkan tiap keluarga berbeda dengan keluarga lainnya.
Terdapat tiga pola asuh dalam pengasuhan anak yaitu otoriter, permisif, dan
autoritatif. Pola asuh otoriter adalah bentuk pola asuh yang menekankan pada
pengawasan orangtua kepada anak untuk mendapatkan ketaatan atau keputuhan.
Orangtua bersikap tegas, suka menghukum, dan cenderung mengekang anak. Pola
asuh permisif adalah pola asuh dimana orangtua memberi kebebasan sebanyak
mungkin kepada anak untuk mengatur dirinya, dan anak tidak dituntut untuk
bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol oleh orangtua. Sedangkan pola
asuh autoritatif adalah pola asuh dimana orangtua memberikan hak dan kewajiban
yang sama dalam arti saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab,
dan menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdisiplin.

c. Budaya
Merupakan pikiran, akal budi, hasil karya manusia, atau dapat juga
didefinisikan sebagai adat istiadat. Adanya nilai-nilai dalam masyarkat
memberitahu pada anggotanya tentang apa yang baik dan atau penting dalam
masyarakatnya. Nilai-nilai tersebut terjabarkan dalam suatu norma-norma. Norma
masing-masing masyarakat berbeda, maka perilaku yang muncul dari anggota
masing-masing masyarakat berbeda satu dengan lainnya.
d. Urutan kelahiran
Walaupun masih menjadi kontroversi akan tetapi karakteristik kepribadian
seseorang dipengaruhi oleh urutan kelahiran. Anak yang lahir sulung atau anak
pertama cenderung lebih teliti, mempunyai ambisi, dan agresif dibandingkan
dengan adik-adiknya. Anak tengah sering menjadi mediator dan pecinta damai.
Anak bungsu cenderung paling kreatif dan biasanya menarik. Anak tunggal atau
si anak semata wayang biasanya sering merasa terbebani dengan harapan yang
tinggi dari orangtua mereka terhadap diri mereka sendiri. Mereka lebih percaya
diri, supel, dan memiliki imajinasi yang tinggi. Karakteristik yang berbeda-beda
pada individu dipengaruhi oleh perilaku orangtuanya berdasarkan urutan
kelahiran.

D. Bidang-Bidang Perbedaan
Telah kita ketahui bahwa perbedaan–perbedaan antara satu dengan yang lainnya dan
juga kesamaan-kesamaan diantara mereka merupakan cirri-ciri dari semua pelajaran pada
suatu tingkatan belajar. Sebab-sebab dan pengaruh perbedaan individu ini dan sejauh
mana tingkat tujuan pendidikan, isi dan tekhnik-tekhnik pendidikan di tetapkan,
hendaknya di sesuaikan dengan perbedaan-perbedaan tersebut. Antara lain perbedaan
tersebut seperti:
1. Perbedaan Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang hasil
pengamatan atau penyerapan atas suatu obyek. Yang berarti ia menguasai segala
segala sesuatu yang di ketahui, dalam arti dirinya terbentuk suatu persepsi, dan
pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk menjadi miliknya.
2. Perbedaan Kecakapan Berbahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangatpenting dalam
kehidupan. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan
berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan pemikirannya dalam
bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis, dan sistematik.
Kemampuan berbahasa sangat di pengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor
lingkungan serta faktor fisik( organ bicara).
3. Perbedaan Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psiko-motorik merupakan kemampuan
untuk melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat
untuk melakukan kegiatan.
4. Perbedaan Latar Belakang
Perbedaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat
memperlancar atau memperhambat prestasinya, terlepas dari potensi untuk menguasai
bahan.
5. Perbedaan Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan
tersebut akan berkebang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan
pemupukan secara tepat sebaliknya bakat tidak berkembang sama, maka lingkungan
tidak memberikan kesempatan untuk berkembang., dalam arti ada rangsangan dan
pemupukan yang menyentuhnya.
6. Perbedaan Kesiapan Belajar
Perbedaan latar belakang, yang meliputi perbedaan sosio-ekonomi, sosio-cultural,
amat penting artinyabagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang
sama tidak selalu berada pada tingkat persiapan yang sama dalam menerima pengaruh
dari luar yang lebih luas.
7. Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender
Istilah jenis kelamin dan gender sering dipertukarkan dan dianggap sama. Jenis
kelamin merujuk kepada perbedaan biologis dari laki-laki dan perempuan, sementara
gender merupakan aspek psikososial dari laki-laki dan perempuan berupa perbedaan
antara laki-laki dan perempuan yang dibangun secara sosial budaya. Perbedaan gender
termasuk dalam hal peran, tingkah laku, kecenderungan, sifat, dan atribut lain yang
menjelaskan arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan yang
ada.
8. Perbedaan Kepribadian
Kepribadian adalah pola perilaku dan cara berpikir yang khas yang menetukan
penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan (Atkinson, dkk, 1996). Kepribadian
sesesorang dapat kita tinjau melalui dua model yaitu model big five dan model brigg-
myers.
a. Model Big Five
Merupakan model yang diajukan oleh Lewis Goldberg (1993). Yang terdiri dari
model kepribadian lima dimensi.
1. Extroversion
Orang tipe ini menikmati keberadaannya bersama orang lain, penuh energi,
serta mengalami emosi positiv.
2. Agreeableness
Merupakan individu yang penuh perhatian, bersahabat, dermawan, suka
menolong, dan mau menyesuaikan keinginannya dengan orang lain.
3. Conscientiousness
Individu ini selalu menghindari kesalahan dan mencapai kesuksesan tingkat
tinggi melalui perencanaan yang penuh tujuan dan gigih. Mereka terlihat
cerdas dan dapat dipercaya. Akan tetapi individu ini juga terlihat kaku dan
membosankan.
4. Neoriticism atau sebaliknya stabilitas emosional
Orang yang neoriticsm-nya tinggi memiliki reaksi emosi negativ. Sedangkan
orang yang memiliki neoriticsm rendah cenderung tidak mudah terganggu,
kurang reaktif secara emosi, tenang, serta bebas dari emosi negative yang
menetap.
5. Opennes to experience
Individu ini cenderung terbuka secara intelektual selalu ingin tau, memiliki
apresiasi terhadap seni, serta sensitive terhadap kecantikan.

b. Model Brigg-Myers
Dikemukakan oleh Isabel Brigg Myers dan Katharine C. Model ini meliputi
empat dimensi yaitu:
1. Extraversion (E) versus Introversion (I)
Orang yang introvert menemukan tenaga didalam ide, konsep, dan abstraksi.
Mereka selalu ingin memahami dunia dan merupakan pemikir reflektif serta
konsentrator. Sementara orang yang extrovert, menemukan energy pada orang
dan benda benda. Mereka memilih berinteraksi dengan orang lain dan
berorientasi pada tindakan.
2. Sensing (S) versus Intuition (N)
Orang sensing berorientasi pada detail, menginginkan fakta, dan
mempercayainya. Orang-orang yang intuitif mencari pola dan hubungan
diantara fakta fakta yang diperoleh.
3. Thingking (T) versus Feeling (F)
Individu yang thingking menghargai kebebasan, mereka membuat keputusan
dengan mempertimbangkan kriteria objektiv dan logika dari situasi. Individu
yang feeling menghargai harmoni, mereka memusatkan pada nilai-nilai dan
kebutuhan-kebutuhan kemanusiaan pada saat membuat keputusan atau
penilaian.
4. Judging (J) dan Perceptive (P)
Orang orang judging cenderung tegas, penuh rencana, dan mengatur diri.
Mereka fokus untuk menyelesaikan tugas hanya ingin mengetahui esensi, dan
bertindak cepat. Orang orang perceptive selalu ingin tahu, dapat
menyesuaikan diri, dan spontan.

9. Perbedaan Gaya Belajar


Gaya belajar adalah pola perilaku spesifik dalam menerima informasi baru dan
mengembangkan ketrampilan baru, serta proses menyimpan informasi atau
ketrampilan baru (Sarasin, 1999). Menurut Horne (2005) terdapat beberapa model atau
pendektan gaya belajar:
1. Modalitas belajar
2. Belajar dengan otak kiri otak kanan
3. Belajar sosial
4. Lingkungan belajar
5. Emosi belajar
6. Belajar kongkrit dan abstrak
7. Belajar global dan analitik
8. Multiple intelligence

Nasution (2011:93) menjelaskan bahwa mengajar itu harus memperhatikan gaya belajar atau
“learning style” siswa yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang
diterimanya dlam proses belajar. Para peneliti menemukan adanya berbagai gaya belajar pada
siswa yang dapat digolongkan menurut kategori-kategori tertentu. Informasi tentang adanya
gaya belajar yang berbeda-beda mempunyai pengaruh atas kurikulum, administrasi, dan
proses belajar mengajar.
Untuk mempertinggi efektifitas proses belajar mengajar perlu diadakan penelitian
yang mendalam tentang gaya belajar siswa. Penelitian diadakan dalam tiga bidang yaitu:
1. Gaya kognitif siswa
2. Gaya respon siswa terhadap stimulus
3. Model belajar
a. Gaya kognitif
Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid
dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir, dan memecahkan
soal. Tidak semua rang mengikuti cara yang sama, masing-masing menunjukkan
perbedaan. Gaya belajar ini berkaitan erat dengan pribadi seseorang, yang tentu
dipengaruhi oleh pendidikan dan riwayat perkembangannya.
b. Tiga model gaya belajar.
Berdasarkan studi longitudinal yang dilakukan oleh H. Witkin atas 1600
mahasiswa sejak tahun 1954-1970, ia menemukan tes untuk membedakan tipe-tipe
gaya belajar mahasiswa. Pertama secara field dependent artinya sangat dipengaruhi
oleh lingkungan atau bergantung pada lingkungan ada pula yang tidak dipengaruhi
oleh lingkungan.
1.) Field dependent
Ciri-ciri tipe Field dependent
a) Sangat dipengaruhi oleh lingkungan banyak bergantung pada pendidikan
sewaktu kecil
b) Di didik untuk selalu memperhatikan orang lain
c) Mengingat hal-hal dalam konteks sosial
d) Bicara lambat agar dapat dipahami oleh orang lain
e) Mempunyai hubungan sosial yang luas
f) Tidak senang pelajaran matematika lebih menyukai bidang humanitas dan
ilmu-ilmu sosial
g) Guru yang field dependent cenderung diskusi dan demokratis
h) Memerlukan petunjuk yang lebih banyak untuk memahami sesuatu
i) Lebih peka akan kritik dan perlu mendapat dorongan.
2.) field independent
Ciri-ciri field independent
a) Kurang dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan masa lampau
b) Di didik untuk berdiri sendiri dan mempunyai otonomi atas tindakannya
c) Tidak peduli akan norma-norma orang lain
d) Berbicara cepat tanpa menghiraukan daya tangkap orang lain
e) Kurang mementingkan hubungan sosial
f) Dapat juga menghargai humanitas dan ilmu-ilmu sosial, walaupun lebih
cenderung pada matematika dan ilmu pengetahuan alam
g) Guru yang field independent cenderung untuk memberikan kuliah,
menyampaikan pelajaran dengan memberitahukannya.
h) Tidak memerlukan petunjuk yang terperinci
i) Dapat menerima kritik demi perbaikan
3.) Impulsive-reflektif
Orang yang implusif mengambil keputusan dengan cepat tanpa
memikirkannya secara mendalam. Sebaliknya orang yang reflektif
mempertimbangkan segala alternative sebelum mengambil keputusan dalam
situasi yang tidak mempunyai penyelesaian yang mudah. Jadi seorang reflektif
dan implusif bergantung pada kecendrungan untuk merefleksi atau memikirkan
alternative-alternatif, kemungkinan-kemungkinan pemecahan suatu masalah yang
bertentangan dengan kecendrungan untuk mengambil keputusan yang implusif
dalam menghadapi masalah-masalah yang tidak pasti jawabannya.
4.) Preseptif, reseptif, sistematis, intuitif
Ciri-ciri preseptif
a) Memperhatikan aturan
b) Memusatkan perhatian pada hubungan diantara informai atau data
c) Melompat dari data yang satu kepada data yang lain untuk mendapatkan
hubungannya
d) Ciri-ciri reseptif
e) Memperhatikan dengan detail
f) Menjauhi, membentuk konsep sebelum memperoleh seluruh keterangan
g) Mendesak atau menuntut segala keterangan sebelum mengambil kesimpulan
Ciri-ciri sistematis
a) Mula-mula mencari suatu metode pendekatan dan pemecahan
b) Menentukan jawaban berdasarkan suatu metode
c) Segera meniadakan alternative yang tidak sesuai
d) Melakukan penelitian dengan teratur untuk mencari data yang lebih banyak
e) Menyelesaikan setiap langkah sebelum meningkat kepada langkah
berikutnya
f) Ciri-ciri intuitif
g) Memperhatikan keseluruhan masalah
h) Mempercayai petunjuk perasaan
i) Melompat-lompat dlaam jalan pikirannya
j) Sering merumuskan masalah itu kembali
k) Mempertahankan jawaban atas dasar cocoknya jawaban itu dengan hal-hal
lain, jadi tidak berdasarkan metode yang digunakannya.

E. Sosio-Ekonomi dan Budaya


Budaya merupakan pikiran, akal budi, hasil karya manusia, atau dapat juga
didefinisikan sebagai adat istiadat. Adanya nilai-nilai dalam masyarakat memberitahu
pada angotanya tentang apa yang baik dan atau penting dalam masyarakat. Nilai-nilai
tersebut terjabarkan dalam suatu norma-norma. Norma masing-masing masyarakat
berbeda, maka perilaku yang muncul dari anggota masing-masing masyarakat berbeda
satu dengan yang lainnya.Individu-individu yang status sosial ekonominya rendah, sering
kali mempunyai tingkat pendidikan dan kekuatan yang rendah untuk mempengaruhi
institusi masyarakat dan sumber ekonomi yang lebih sedikit.
1. Dampak budaya terhadap pembelajaran
Setiap siswa berasal dari ruang lingkup budaya yang berbeda, hal ini jelas
berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan. Banyak aspek budaya mempunyai
andil bagi identitas dan konsep diri pelajaran dan mempengaruhi nilai, sikap dan
harapan, hubungan sosial, penggunaan bahasa dan perilaku lain para pelajar. Hal ini
mewajibkan lingkungan pendidikan agar mampu merangkum semua siswa dari
berbagai budaya dan kebiasaan agar di didik secara efektif dan efisien.
2. Pengaruh status sosial ekonomi terhadap pencapaian siswa
Status sosio-ekonomi yang didasarkan pada penghasilan perkerjaan, pendidikan
dan gengsi sosial sangat mempengaruhi sikap pelajar terhadap sekolah, pngetahuan,
kesiapan beajar dan pencapaian akademis. Siswa yang berasal dari keluarga yang
berpendidikan rendah mengalami tekanan yang mempunyai andil bagi praktik
pengasuhan anak, pola komunikasi dan harapan yang rendah yang mungkin akan
kurang menguntungkan anak-anak ketika mereka memasuko sekolah.

F. Pendekatan Pembelajaran Sesuai dengan Perbedaan Individu


Pendekatan individual adalah suatu pendekatan yang melayani perbedaan-perbedaan
perorangan siswa sedemikian rupa sehingga dengan penerapan pendekatan individual
memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. Dasar
pemikiran dari pendekatan individual ini adanya perlakuan terhadap perbedaan individual
masing-masing siswa. Sebagai individu anak mempunyai kebutuhan dasar baik fisik
maupun kebutuhan anak untuk diakui sebagai pribadi, kebutuhan untuk dihargai dan
menghargai orang lain, kebutuhan rasa aman, dan juga sebagai makhluk sosial anak
mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan dengan lingkungan baik dengan temannya
ataupun dengan guru dan orang tuanya.
Pembelajaran individual merupakan salah satu cara guru untuk membantu siswa
belajar. Pendekatan individual akan melibatkan hubungan yang terbuka antar guru dan
siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi
hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa dalam belajar.
Untuk mencapai hal ini Djamarah (2005:165) menjelaskan guru harus melakukan hal
berikut ini:
1. Mendengarkan secara empati dan menanggapi secara positif pikiran anak didik
dan membuat hubungan saling percaya.
2. Membantu anak didik dengan pendekatan verbal dan nonverbal.
3. Membantu anak didik tampa harus mendominasi/mengambil alih tugas
4. Menerima perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima perbedaannya
dengan penuh perhatian.
5. Menangani anak didik dengan member rasa aman, penuh pengertian, bantuan dan
mungkin member beberapa alternative pemecahan.
Berikut ini beberapa cara pendekatan pembelajaran sesuai dengan gaya belajar individu
(Hamalik, 2008:187).
a. Gaya Visual
1) Gunakan materi visual seperti gambar-gambar, diagram dan peta
2) Gunakan warna untuk memperjelas hal-hal penting
3) Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi
4) Gunakan multimedia
5) Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
b. Gaya Auditori
1) Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi
2) Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3) Gunakan musik
4) Diskusikan ide dengan anak secara verbal
5) Biarkan anak merekam materi
c. Gaya Kinestik
1) Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam
2) Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya
3) Izinkan anak untuk mengunyah permenkaret pada saat belajar
4) Gunakan warna terang untuk memperjelas hal-hal penting dalam bacaan
5) Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik

G. Aplikasi Perbedaan Individu Dalam Pendidikan


1. Menggunakan pendekatan pembelajaran fleksibel disertai penggunaan multimedia
dan multimetode
2. Memahami pilihan gaya belajar siswa kemudian menyediakan lingkungan belajar
yang mendukung gaya belajar mereka.
3. Memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang menggabungkan pilihan cara
belajar siswa, menggunakan metode mangajar, insentif, alat, dan situasi yang
direncanakan sesuai dengan pilihan siswa
4. Gunakan kombinasi cooperative learning, pembelajaran individual, dan pembelajaran
kelompok, atau antara aktifitas-aktifitas belajar yang berpusat pada guru dengan
pembelajaran yang berpusat pada siswa.
5. Berikan waktu yang cukup untuk memproses dan memahami informasi.
6. Gunakan alat-alat multi sensory untuk memproses, mempraktekkan dan memperoleh
informasi.

Referensi:

Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta:Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Kholidah, Nur Enik. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UPY.
Nasution. 2011. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:Bumi
Aksara.

Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Kencana.

Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Kepribadian. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Anda mungkin juga menyukai