PSIKOLOGI PENDIDIKAN
OLEH :
NIM : 18003054
ABSEN : 11
DOSEN PENGAMPU:
PADANG
2020
PEMBAHASAN
A. Pengertian Individu
Dalam kamus Echols dan Shadaly (1975), Individu adalah kata benda dari individual
yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Bedasarkan pengertian di atas dapat di
bentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat yang dapat merangsang
perkembanganpotensi-potensi yang di milikinya dan akan membawa perubahan-
perubahan apa saja yang di inginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Dalam
pertumbuhan dan perkembangan manusia, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan
pada awal kehidupannya. Manusia atau individu adalah Makhluk yang dapat di pandang
dari berbagai sudut pandang. Sejak ratusan tahun sebelum Isa, manusia telah menjadi
objek filsafat, baik objek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek
material yang memepersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dengan berbagai
kondisinya. Sebagaimana dikenal adanya manusia sebagai makhluk yang berfikir atau
homo sapiens, makhluk yang berbuat atau homo faber, makhluk yang dapat dididik atau
homo educandum dan seterusnya.
Bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa
yang terjadi di luar dirinya sendiri. Ia sudah senang jika kebutuhan fisiknya sudah
terpenuhi. Dalam perkembngan yang selanjutnya ia akan mulai mengenal lingkungannya,
memebutuhkan alat komunikasi (bahasa), membutuhkan teman, keamanan dan yang
lainnya. Semakin besar anak tersebut maka akan semakin banyak kebutuhan non fisiknya
atau psikologis yang di butuhkan dirinya.
a. Perbedaan fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan,
dan kemampuan bertindak.
b. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
c. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
d. Perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar.
e. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat kita peroleh bahwa perbedaan individual
adalah hal-hal yang berkaitan dengan “psikologi pribadi” yang menjelaskan perbedaan
psikologis maupun fisik antara orang-orang serta berbagai persamaannya.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan adalah faktor yang mengakibatkan perbedaan individu yang
berasal dari luar diri individu. Faktor lingkungan berasal dari beberapa macam yaitu
status sosial ekonomi orang tua, pola asuh orang tua, budaya, dan urutan kelahiran.
c. Budaya
Merupakan pikiran, akal budi, hasil karya manusia, atau dapat juga
didefinisikan sebagai adat istiadat. Adanya nilai-nilai dalam masyarkat
memberitahu pada anggotanya tentang apa yang baik dan atau penting dalam
masyarakatnya. Nilai-nilai tersebut terjabarkan dalam suatu norma-norma. Norma
masing-masing masyarakat berbeda, maka perilaku yang muncul dari anggota
masing-masing masyarakat berbeda satu dengan lainnya.
d. Urutan kelahiran
Walaupun masih menjadi kontroversi akan tetapi karakteristik kepribadian
seseorang dipengaruhi oleh urutan kelahiran. Anak yang lahir sulung atau anak
pertama cenderung lebih teliti, mempunyai ambisi, dan agresif dibandingkan
dengan adik-adiknya. Anak tengah sering menjadi mediator dan pecinta damai.
Anak bungsu cenderung paling kreatif dan biasanya menarik. Anak tunggal atau
si anak semata wayang biasanya sering merasa terbebani dengan harapan yang
tinggi dari orangtua mereka terhadap diri mereka sendiri. Mereka lebih percaya
diri, supel, dan memiliki imajinasi yang tinggi. Karakteristik yang berbeda-beda
pada individu dipengaruhi oleh perilaku orangtuanya berdasarkan urutan
kelahiran.
D. Bidang-Bidang Perbedaan
Telah kita ketahui bahwa perbedaan–perbedaan antara satu dengan yang lainnya dan
juga kesamaan-kesamaan diantara mereka merupakan cirri-ciri dari semua pelajaran pada
suatu tingkatan belajar. Sebab-sebab dan pengaruh perbedaan individu ini dan sejauh
mana tingkat tujuan pendidikan, isi dan tekhnik-tekhnik pendidikan di tetapkan,
hendaknya di sesuaikan dengan perbedaan-perbedaan tersebut. Antara lain perbedaan
tersebut seperti:
1. Perbedaan Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang hasil
pengamatan atau penyerapan atas suatu obyek. Yang berarti ia menguasai segala
segala sesuatu yang di ketahui, dalam arti dirinya terbentuk suatu persepsi, dan
pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk menjadi miliknya.
2. Perbedaan Kecakapan Berbahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangatpenting dalam
kehidupan. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan
berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan pemikirannya dalam
bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis, dan sistematik.
Kemampuan berbahasa sangat di pengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor
lingkungan serta faktor fisik( organ bicara).
3. Perbedaan Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psiko-motorik merupakan kemampuan
untuk melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat
untuk melakukan kegiatan.
4. Perbedaan Latar Belakang
Perbedaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat
memperlancar atau memperhambat prestasinya, terlepas dari potensi untuk menguasai
bahan.
5. Perbedaan Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan
tersebut akan berkebang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan
pemupukan secara tepat sebaliknya bakat tidak berkembang sama, maka lingkungan
tidak memberikan kesempatan untuk berkembang., dalam arti ada rangsangan dan
pemupukan yang menyentuhnya.
6. Perbedaan Kesiapan Belajar
Perbedaan latar belakang, yang meliputi perbedaan sosio-ekonomi, sosio-cultural,
amat penting artinyabagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang
sama tidak selalu berada pada tingkat persiapan yang sama dalam menerima pengaruh
dari luar yang lebih luas.
7. Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender
Istilah jenis kelamin dan gender sering dipertukarkan dan dianggap sama. Jenis
kelamin merujuk kepada perbedaan biologis dari laki-laki dan perempuan, sementara
gender merupakan aspek psikososial dari laki-laki dan perempuan berupa perbedaan
antara laki-laki dan perempuan yang dibangun secara sosial budaya. Perbedaan gender
termasuk dalam hal peran, tingkah laku, kecenderungan, sifat, dan atribut lain yang
menjelaskan arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan yang
ada.
8. Perbedaan Kepribadian
Kepribadian adalah pola perilaku dan cara berpikir yang khas yang menetukan
penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan (Atkinson, dkk, 1996). Kepribadian
sesesorang dapat kita tinjau melalui dua model yaitu model big five dan model brigg-
myers.
a. Model Big Five
Merupakan model yang diajukan oleh Lewis Goldberg (1993). Yang terdiri dari
model kepribadian lima dimensi.
1. Extroversion
Orang tipe ini menikmati keberadaannya bersama orang lain, penuh energi,
serta mengalami emosi positiv.
2. Agreeableness
Merupakan individu yang penuh perhatian, bersahabat, dermawan, suka
menolong, dan mau menyesuaikan keinginannya dengan orang lain.
3. Conscientiousness
Individu ini selalu menghindari kesalahan dan mencapai kesuksesan tingkat
tinggi melalui perencanaan yang penuh tujuan dan gigih. Mereka terlihat
cerdas dan dapat dipercaya. Akan tetapi individu ini juga terlihat kaku dan
membosankan.
4. Neoriticism atau sebaliknya stabilitas emosional
Orang yang neoriticsm-nya tinggi memiliki reaksi emosi negativ. Sedangkan
orang yang memiliki neoriticsm rendah cenderung tidak mudah terganggu,
kurang reaktif secara emosi, tenang, serta bebas dari emosi negative yang
menetap.
5. Opennes to experience
Individu ini cenderung terbuka secara intelektual selalu ingin tau, memiliki
apresiasi terhadap seni, serta sensitive terhadap kecantikan.
b. Model Brigg-Myers
Dikemukakan oleh Isabel Brigg Myers dan Katharine C. Model ini meliputi
empat dimensi yaitu:
1. Extraversion (E) versus Introversion (I)
Orang yang introvert menemukan tenaga didalam ide, konsep, dan abstraksi.
Mereka selalu ingin memahami dunia dan merupakan pemikir reflektif serta
konsentrator. Sementara orang yang extrovert, menemukan energy pada orang
dan benda benda. Mereka memilih berinteraksi dengan orang lain dan
berorientasi pada tindakan.
2. Sensing (S) versus Intuition (N)
Orang sensing berorientasi pada detail, menginginkan fakta, dan
mempercayainya. Orang-orang yang intuitif mencari pola dan hubungan
diantara fakta fakta yang diperoleh.
3. Thingking (T) versus Feeling (F)
Individu yang thingking menghargai kebebasan, mereka membuat keputusan
dengan mempertimbangkan kriteria objektiv dan logika dari situasi. Individu
yang feeling menghargai harmoni, mereka memusatkan pada nilai-nilai dan
kebutuhan-kebutuhan kemanusiaan pada saat membuat keputusan atau
penilaian.
4. Judging (J) dan Perceptive (P)
Orang orang judging cenderung tegas, penuh rencana, dan mengatur diri.
Mereka fokus untuk menyelesaikan tugas hanya ingin mengetahui esensi, dan
bertindak cepat. Orang orang perceptive selalu ingin tahu, dapat
menyesuaikan diri, dan spontan.
Nasution (2011:93) menjelaskan bahwa mengajar itu harus memperhatikan gaya belajar atau
“learning style” siswa yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang
diterimanya dlam proses belajar. Para peneliti menemukan adanya berbagai gaya belajar pada
siswa yang dapat digolongkan menurut kategori-kategori tertentu. Informasi tentang adanya
gaya belajar yang berbeda-beda mempunyai pengaruh atas kurikulum, administrasi, dan
proses belajar mengajar.
Untuk mempertinggi efektifitas proses belajar mengajar perlu diadakan penelitian
yang mendalam tentang gaya belajar siswa. Penelitian diadakan dalam tiga bidang yaitu:
1. Gaya kognitif siswa
2. Gaya respon siswa terhadap stimulus
3. Model belajar
a. Gaya kognitif
Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid
dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir, dan memecahkan
soal. Tidak semua rang mengikuti cara yang sama, masing-masing menunjukkan
perbedaan. Gaya belajar ini berkaitan erat dengan pribadi seseorang, yang tentu
dipengaruhi oleh pendidikan dan riwayat perkembangannya.
b. Tiga model gaya belajar.
Berdasarkan studi longitudinal yang dilakukan oleh H. Witkin atas 1600
mahasiswa sejak tahun 1954-1970, ia menemukan tes untuk membedakan tipe-tipe
gaya belajar mahasiswa. Pertama secara field dependent artinya sangat dipengaruhi
oleh lingkungan atau bergantung pada lingkungan ada pula yang tidak dipengaruhi
oleh lingkungan.
1.) Field dependent
Ciri-ciri tipe Field dependent
a) Sangat dipengaruhi oleh lingkungan banyak bergantung pada pendidikan
sewaktu kecil
b) Di didik untuk selalu memperhatikan orang lain
c) Mengingat hal-hal dalam konteks sosial
d) Bicara lambat agar dapat dipahami oleh orang lain
e) Mempunyai hubungan sosial yang luas
f) Tidak senang pelajaran matematika lebih menyukai bidang humanitas dan
ilmu-ilmu sosial
g) Guru yang field dependent cenderung diskusi dan demokratis
h) Memerlukan petunjuk yang lebih banyak untuk memahami sesuatu
i) Lebih peka akan kritik dan perlu mendapat dorongan.
2.) field independent
Ciri-ciri field independent
a) Kurang dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan masa lampau
b) Di didik untuk berdiri sendiri dan mempunyai otonomi atas tindakannya
c) Tidak peduli akan norma-norma orang lain
d) Berbicara cepat tanpa menghiraukan daya tangkap orang lain
e) Kurang mementingkan hubungan sosial
f) Dapat juga menghargai humanitas dan ilmu-ilmu sosial, walaupun lebih
cenderung pada matematika dan ilmu pengetahuan alam
g) Guru yang field independent cenderung untuk memberikan kuliah,
menyampaikan pelajaran dengan memberitahukannya.
h) Tidak memerlukan petunjuk yang terperinci
i) Dapat menerima kritik demi perbaikan
3.) Impulsive-reflektif
Orang yang implusif mengambil keputusan dengan cepat tanpa
memikirkannya secara mendalam. Sebaliknya orang yang reflektif
mempertimbangkan segala alternative sebelum mengambil keputusan dalam
situasi yang tidak mempunyai penyelesaian yang mudah. Jadi seorang reflektif
dan implusif bergantung pada kecendrungan untuk merefleksi atau memikirkan
alternative-alternatif, kemungkinan-kemungkinan pemecahan suatu masalah yang
bertentangan dengan kecendrungan untuk mengambil keputusan yang implusif
dalam menghadapi masalah-masalah yang tidak pasti jawabannya.
4.) Preseptif, reseptif, sistematis, intuitif
Ciri-ciri preseptif
a) Memperhatikan aturan
b) Memusatkan perhatian pada hubungan diantara informai atau data
c) Melompat dari data yang satu kepada data yang lain untuk mendapatkan
hubungannya
d) Ciri-ciri reseptif
e) Memperhatikan dengan detail
f) Menjauhi, membentuk konsep sebelum memperoleh seluruh keterangan
g) Mendesak atau menuntut segala keterangan sebelum mengambil kesimpulan
Ciri-ciri sistematis
a) Mula-mula mencari suatu metode pendekatan dan pemecahan
b) Menentukan jawaban berdasarkan suatu metode
c) Segera meniadakan alternative yang tidak sesuai
d) Melakukan penelitian dengan teratur untuk mencari data yang lebih banyak
e) Menyelesaikan setiap langkah sebelum meningkat kepada langkah
berikutnya
f) Ciri-ciri intuitif
g) Memperhatikan keseluruhan masalah
h) Mempercayai petunjuk perasaan
i) Melompat-lompat dlaam jalan pikirannya
j) Sering merumuskan masalah itu kembali
k) Mempertahankan jawaban atas dasar cocoknya jawaban itu dengan hal-hal
lain, jadi tidak berdasarkan metode yang digunakannya.
Referensi:
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta:Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Kholidah, Nur Enik. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UPY.
Nasution. 2011. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:Bumi
Aksara.