Anda di halaman 1dari 13

Dampak Ketunaan Anak

Dengan Hambatan Penglihatan


Terhadap Perkembangan Sosial
dan Kepribadian

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
KELOMPOK 7
AULIA SHAFIRA (18003054)
IRFANDI (180030 )
SENTIA FAJRIANTI (18003033)
VIVIN ANDRIANI (18003170)
Welcome!
!
Dampak Ketunaan Anak Dengan Hambatan Penglihatan Terhadap Perkembangan
Sosial dan Kepribadian

1. faktor hubungan ayah-ibu-anak


2. faktor pemahaman orang terhadap anak
dengan hambatan penglihatan

3. faktor komunikasi dengan teman sebaya

4. faktor bahasa non- verbal

5. sikap mudah curiga, ketergantungan dan


mudah tersinggung anak tunanetra
Faktor Hubungan Ayah-Ibu-Anak
Sikap orang tua menjadi dasar bagi perkembangan psikis anak, baik yang menyangk
ut perkembangan emosi, sosial, atau kepribadian anak. Secara kodrati orang tua
cenderung memiliki sikap kasih sayang, melindungi, memberi perlindungan memberi
nasehat, dan berusaha melakukan yang terbaik bagi anaknya (Anastasia Widdjajantin
(1999).
Orang tua anak berkelainan yang memiliki wawasan yang cukup tentang anak berkela
inan ini juga akan berpengaruh terhadap sikapnya dengan anak, pengetahuan yang di
miliki dapat memberikan kesadaran dan penerimaan yang baik karena apa yang terja
di pada anaknya itu bukan semata-mata suatu yang jelek tapi semua itu ada hikmah d
ibaliknya, hal ini juga akan menambah sikap yang positif
Sedangkan para tunanetra beranggapan bahwa orang normal memiliki sikap, antara lain
:

1. Orang awas tidak tahu secara detail mengenai orang tunanetra dan kemudian mereka
akan terheran-heran saat orang tunanetra menunjukkan kemampuannya
2. Orang awas akan cenderung kasihan pada tunanetra, pada saat yang sama oranbg tu
nanetra berpikir bahwa ia memiliki keuatan yang lebih dari orang awas pada umumnya.

Adapun secara umum sikap orang tua terhadap anaknya yang cacat ada tiga macam yait
u:
1. Sikap demokratis
2. Sikap over protection (perlindungan yang berlebihan).
3. Sikap penolakan.
Sommers (1944) yang dikutip oleh Tien Supartinah (1994:25) telah mengadakan penelitian tentang
sikap orang tua terhadap
anaknya yang tuna netra, hasilnya sebagai berikut:

1) 8 orang tua jelas secara terbuka menolak,


2) 9 orang tua menolak anaknya secara teratur
3) 13 orang tua memberi perlindungan yang berlebih-
lebihan (over protection)
4) 4 orang tua menganggap sama dengan anak awas
5) 9 orang tua lainya menerima kecacatan dan berusaha m
emberikan hal yang terbaik bagi anaknya.

.
Faktor Pemahaman Orang Terhadap Anak dengan
Hambatan Penglihatan/Tunanetra

Adapun sikap masyarakat dalam memandang tuna netra bersifat variasi, namun sebagian
besar masyarakat lebih memandang positif dan menerima secara baik.
Sebagian juga ada yang
berpandangan bahwa tuna netra sebagai kecacatan yang paling berat oleh masyarakat
karena dianggap sebagai anak yang penuh dengan sifat-sifat negatif, seperti kesedihan,
keputus-asaan, ketidak berdayaan, kelemahan dan ketergantungan kepada orang lain.

Anggapan semacam itu akan menumbuhkan rasa penolakan, rasa kasihan dan merangsang
untuk memperhatikan kepada masalah anak tuna netra.
Anggapan seperti itu juga akan menimbulkan sikap penolakan terhadap tuna netra, sikap
masyarakat yang demikian juga akan berakibat anak tuna netra merasa kurang percaya diri,
menyendiri, dan isolasi sosial bahkan anggapan masyarakat yang negatif terhadap anak tuna
netra juga bisa timbul karena rasa kasihan.
Faktor Komunikasi Dengan
Teman Sebaya

Masalah lain dapat timbul pada saat anak tunanetra itu mulai berinteraksi
dengan teman-teman sebayanya. Arena utama untuk interaksi sosial bagi
anak adalah kegiatan bermain, dan kajian yang dilakukan oleh McGaha &
Farran (2001) terhadap sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa anak
tunanetra menghadapi banyak tantangan dalam interaksi sosial dengan
sebayanya yang awas. Agar efektif dalam interaksi sosial, anak perlu
memiliki keterampilan-keterampilan tertentu, termasuk kemampuan untuk
membaca dan menafsirkan sinyal sosial dari orang lain dan untuk bertindak
dengan tepat dalam merespon sinyal tersebut.
Faktor Bahasa non Verbal

1. Body Language 2. Perilaku stereotipik


Keterampilan bahasa tubuh (body
Disebut juga dengan (Blindism)
language) anak tunanetra mungkin
yaitu gerakan- gerakan yang
berbeda dengan anak pada . dilakukan tunanetra tanpa mereka
umumnya, dikarenakan
sadari. Gerakan-gerakan ini sangat
kebanyakan bahasa tubuh
tidak enak untuk dipandang,
diperoleh melalui proses peniruan
misalnya selalu menggeleng-
secara visual. Sehingga hambatan
gelengkan kepala tanpa sebab,
dalam penglihatan yang dimiliki
menggoyangkan badan dan
anak tunanetra mempengaruhi
sebagainya
proses penguasaan keterampilan
bahasa tubuh. Adapun kesulitan-
.kesulitan yang dialami anak
tunanetra terhadap keterampilan
bahasa tubuh yaitu tidak bisa
melakukan gerakan badan dan
ekspresi wajah yang sesuai dengan
dialog percakapan.
Sikap yang ditimbulkan Anak Tunanetra

1. Sikap mudah curiga


3. Perasaan mudah
Keterbatasan akan rangsang
tersinggung
pengihatan yang diterima
Perasaan mudah tersinggung ini
anak tunanetra akan
timbul karena pengalaman
menyebabkan anak
sehari-hari yang selalu
tunanetra kurang mampu
menyebabkan
dalam berorientasi dengan
kecewa, curiga pada orang lain.
lingkungannya.

2. Sikap ketergantungan
Sikap ketergantungan adalah
sikap tunanetra yang lainnya.
Mereka tidak mau mengatasi
kesulitan diri sendiri.
PERTANYAAN
1. Ermayani (3)
Jelaskan kenapa faktor pemahaman masyarakat itu berdampak pada sosial anak
tersebut!
2. Sunyi (2)
Apakah sikap over protektion orang tua berdampak pada sosial anak? Jika ia jel
askan dan sejauh mana dampak nya ?
3. Sari (6)
Contoh drama modern?
4. Agung (1) dan yora (4)
Bagaimana cara kita memberikan pemahaman berupa kemandirian, sementara d
an orang tua anak tunanetra over protektion? (yora) cara guru mengajar k
emandirian anak tunanetra?
5. Lathifah (5)
Bagaimana cara kita menghadapi anak yang mudah tersinggung?
6. Lagenda = mengapa kedua faktor non verbal mengakibatkan terhambatnya so
sial dan kepribadian anak ?

Anda mungkin juga menyukai