Anda di halaman 1dari 5

Tugas Autisme

DOSEN PENGAMPU :

Prof. Dr. Hj Mega Iswari,M.Pd.

Disusun oleh :

Eni marlina (19003010)

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
Nama : eni marlina

Absen :2

Nim : 19003010

resume pertemuan 6: anak autis (selasa, 10:4012:20)

gejala dan identifikasi anak autis

A. Gejala Anak Autis

Seorang anak disebut sebagai penyandang autistic spectrum disorder, apabila


ia memiliki sebagian uraian dari gejala-gejala sebagai berikut:

1. Gangguan komunikasi Gangguan komunikasi yaitu suatu kecenderungan yang


memiliki hambatan dalam mengekspresikan diri, sulit bertanya jawab, sering membeo
ucapan orang lain, atau bahkan bicara secara total dan berbagai bentuk masalah
gangguan komunikasi lainnya.
2. Gangguan perilaku Gangguan perilaku yaitu adanya perilaku stereotip atau khas
seperti mengepakkan tangan, melompat-lompat, berjalan jinjit, senang pada benda
yang berputar atau memutar-mutar benda, mengetuk-ngetukan benada kepada benda
lain. Obsesi pada bagian benda yang tidak wajar dan berbagai bentuk masalah
perilaku yang tidak wajar bagi anak seusianya.
3. Gangguan interaksi Gangguan interaksi yaitu keengganan seorang anak untuk
berinteraksi dengan anak-anak sebayanya bahkan seringkai merasa terganggu dengan
kehadiran orang lain disekitarnya, tidak dapat bermain bersama anak lainnya dan
lebih senang hidup menyendiri. (Dyah Puspita (2003: 1)

Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat sejak bayi atau anak usia :
1) Usia 0-6 bulan
a) Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)
b) Terlalu sensitif, cepat terganggu
c) Gerakan tangan berlebihan terutama ketika mandi
d) Tidak ditemukan senyum sosial di atas 10 minggu
e) Tidak ada kontak mata diatas 3 bulan
2) Usia 6-12 bulan
a) Sulit bila digendong
b) Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
c) Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
d) Tidak ada kontak mata
3) Usia 12 bulan–2 tahun
a) Kaku bila digendong
b) Tidak mau permainan sederhana (ciluk ba, da da)
c) Tidak mengeluarkan kata
d) Tidak tertarik pada boneka
e) Memperhatikan tangannya sendiri
f) Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/ halus
4) Usia 2-3 tahun
a) Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
b) Melihat orang sebagai “benda”
c) Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
d) Kotak mata terbatas
e) Tertarik pada benda tertentu
5) Usia 4-5 tahun
a) Sering didapatkan ekolalia (membeo)
b) Mengeluarkan suara yang aneh
c) Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
d) Tempereamen tentrum atau agresif

B. Identifikasi Anak Autis

Istilah identifikasi dimaknai sebagai proses penjaringan, sedangkan assesment


dimaknai sebagai penyaringan. Identifikasi dilaksanakan oleh orang tua, guru, maupun
tenaga kependidikan lainnya sebagai upaya untuk melakukan proses penjaringan terhadap
anak yang mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, intelektual, sosial, emosional/tingkah
laku) dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Hasil dari identifikasi adalah
ditemukannya anak-anak berkelainan yang perlu mendapatkan layanan pendidikan khusus
melalui program inklusi.

Identifikasi anak berkebutuhan khusus adalah suatu upaya menemukenali anak


berkebutuhan khusus, dalam hal ini anak berkelainan dengan berbagai gejala-gejala yang
menyertainya.Identifikasi anak berkebutuhan khusus, khususnya anak berkelainan tidak
hanya sebagai suatu kegiatan dalam upaya untuk menemukan anak yang diduga anak
berkelainan, tetapi juga sekaligus untuk mengenali gejala-gejala prilaku yang menyimpang
dari kebiasaan prilaku pada umumnya.Identifikasi anak berkebutuhhan khusus ini perlu
dilakukan dengan cermat agar tidak terjadi penafsiran yang salah tentang kondisi objektif
perilaku anak sehingga dapat menentukan tindak lanjut yang tepat.

Menurut Lerner (1998) tujuan identifikasi dilakukan untuk lima keperluan, diuraikan
sebagai berikut. Pertama, Penjaringan (Screening), yaitu suatu kegiatan identifikasi yang
berfungsi untuk menandai dan menetapkan anak-anak yang memiliki kondisi kelainan secara
fisik, mental intelektual, sosial dan/atau emosi serta menunjukan gejala-gejala prilaku yang
menyimpang dari prilaku anak pada umumnya. Kedua, Pengalihtanganan (referal), yaitu
kegiatan identifikasi yang dilakukan untuk tujuan pengelihtanganan (referal) ke tenaga
profesi lainnya yang lebih berkompeten di bidangnya, seperti dokter, terapis, psikolog,
konselor, perawat, dan profesi lainnya apabila terdapat gejala-gejala yang memerlukan
pengamatan lebih lanjut secara teliti dan cermat.

Ketiga, Klasifikasi (classification), yaitu kegiatan identifikasi yang dilakukan untuk


tujuan menentukan atau menetapkan apakah anak tersebut tergolong anak kebutuhan
khusus yang memang memiliki kelainan kondisi fisik, mental intelektual, sosial dan/atau
emosional serta gejala-gejala prilaku yang menyimpang dari prilaku anak pada umumnya
sehingga memerlukan perhatian dan penangan khusus dalam pendidikannya. Keempat,
Perencanaan pembelajaran (instructional planning), yaitu kegiatan identifikasi bertujuan
untuk keperluan penyusunan program pengajaran individual.

Secara umum pelaksanaan identifikasi dapat dilakukan dengan langkah-langkah


sebagai berikut. a) Menghimpun data anak b) Menganalisis data c) Mengklasifikasikan anak
d) Menginformasikan hasil analisis e) Klasifikasi menyelenggarakan Pembahasan Kasus (Case
Conference) f)Menyusun laporan hasil pembahasan kasus.

Asesmen anak autis Menurut Lerner, asesmen adalah suatu proses pengumpulan
informasi selengkap-lengkapnya mengenai individu yang akan digunakan untuk membuat
pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan individu tersebut ( Mulyono, 1998).
Menurut Ainscow (1998) asesmen dilakukan berkenaan dengan pemberian informasi kepada
sejawat (teman guru), pencataan pekerjaan yang telah dilakukan oleh anak didik, pemberian
bantuan terhadap anak untuk meninjau kemajuan pembelajarannya. Berdasarkan pendapat
para ahli tersebut, pengertian asesmen adalah kegiatan untuk menghimpun informasi yang
komprehensif dan akurat pada individu autis yang dapat digunakan untuk bahan
pertimbangan dalam melakukan intervensi, yakni dengan melakukan program layanan
bantuan baginya.Informasi yang dihimpun adalah faktor-faktor protektif yang terdapat pada
individu anak.

Tujuan asesmen terhadap anak auits adalah: untuk memusatkan perhatian dengan
menghimpun informasi sebanyak-banyaknya terhadap permasalahan-permasalahan anak
(kelemahan) dan factor protektif (kekuatan) yang dimiliki oleh individu (autis) dalam rangka
melakukan penyaringan dan diagnosis, evaluasi atas intervensi dan riset terhadap kegiatan
asesmen itu sendiri. Informasi yang dihimpun diharapkan akan memberikan gambaran jelas
mengenai kondisi anak autis, sehingga selanjutnya dapat dilakukan suatu tindakan ataupun
intervensi secara dini, tepat dan akurat.
sumber

Sofyan, Ahmad, I. Y. (2014). Penerapan Identifikasi, Assessmen dan Pembelajaran Pada


Anak Autis di Sekolah Dasar Inklusif. Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Luar
Biasa, 1(1), 15–21. http://journal2.um.ac.id/index.php/jppplb/article/view/4946/2655
Suteja, J. (n.d.). BENTUK DAN METODE TERAPI TERHADAP ANAK AUTISME AKIBAT
BENTUKAN PERILAKU SOSIAL. III(1), 119–133.

Anda mungkin juga menyukai