Anda di halaman 1dari 7

PERSPEKTIF PENDIDIKAN DAN

PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA


Resume ke 03

Drs. H. Asep Ahmad Sopandi, M.Pd

Disusun Oleh :
ASELLA ISMAIL,S.Pd
NIM. 23003231

PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
A. Bentuk dan sistem pendidikan bagi anak tunanetra

Anak tunanetra sebagaimana anak lainnya, membutuhkan pendidikan untuk


mengem-bangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Oleh karena adanya gangguan
penglihatan, anak tunanetra membutuhkan layanan khusus untuk merehabilitasi
kelainannya, yang meliputi: latihan membaca dan menulis huruf Braille, penggunaan
tongkat, orientasi dan mobilitas, serta latihan visual/fungsional penglihatan.

Layanan pendidikan bagi anak tunanetra dapat dilaksanakan melalui sistem


segregasi, yaitu secara terpisah dari anak awas; dan integrasi atau terpadu dengan anak
awas di sekolah biasa. Tempat pendidikan dengan sistem segregasi, meputi: sekolah
khusus (SLB-A), SDLB, dan kelas jauh/kelas kunjung. Bentuk-bentuk keterpaduan yang
dapat diikuti oleh anak tunanetra yang mengikuti sistem integrasi, meliputi: kelas biasa
dengan guru konsultan, kelas biasa dengan guru kunjung, kelas biasa dengan ruang-ruang
sumber, dan kelas khusus.Alat Pendidikan

B. Alat Peraga
1. Tunanetra
Alat pendidikan bagi tunanetra terdiri dari : Alat pendidikan khusus, alat Bantu peraga
dan alat peraga.

a. Alat Pendidikan Khusus :


- Reglet dan pena
- Mesin tik Baille
- Printer Braille
- abacus

b. Alat Bantu
- Alat bantu perabaan (buku-buku, air panas/dingin, batu, dsb)
- Alat Bantu pendengaran (kaset, CD, talkingbooks)

c. Alat Peraga
Alat peraga tactual atau audio yaitu alat peraga yang dapat diamati melalui perabaan atau
pendengaran.(patung hewan, patung tubuh manusia , peta timbul)

2. Low Vision
Alat Bantu pendidikan bagi anak low vision terdiri dari alat Bantu optic, alat Bantu
kacamata, kaca mata pembesaran dan alat peraga.
a. Alat Bantu Optik :
- Kaca mata
- Kaca mata perbesaran
- Hand magnifer

b. Alat Bantu
- Kertas bergaris besar
- Spidol hitam
- Lampu meja
- Penyangga buku

c. Alat Peraga
- Gambar yang diperbesar
- Benda asli yang diawetkan
- Patung / benda model tiruan

Tenaga Kependidikan
Tenaga Kependidikan yang dibutuhkan antra lain :
1. Guru
2. Psikolog
3. Dokter mata
4. Optometris

Layanan Pendidikan
1. Jenjang Pendidikan dan lama pendidikan :
a. TKKh/TKLB : 3 tahun
b. SDKh/SDLB : 6 tahun
c. SMPKh/SMPLB : 3 tahun
d. SMAKh/SMALB : 3 tahun

C. Model Pendidikan
a. Pendidikan Inklusif

Pendidikan Inklusif adalh pendidikan pada sekolah umum yang disesuaikan


dengan kebutuhan siswa yang memerlukan pendidikan khusus pada sekolah umum dalam
satu kesatuan yang sistemik.
Kurikulum yang digunakan pada pendidikan inklusif adalah kurikulum yang fleksibel
yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa.

b. Pendidikan Khusus (SLB)


Pendidikan Khusus (SLB) adalah lembaga pendidikan yang menyeleng-garakan program
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.

c. Guru Kunjung
Model guru kunjung dilakukan dalam upaya pemerataan pendidikan bagi anak tunanetra
usia sekolah. Model ini diberlakukan dalam hal anak tunanetra tidak dapat belajar di
sekolah khusus atau sekolah lainnya karena tempat tinggal yang sulit dijangkau, jarak
sekolah dan rumah terlalu jauh, kondisi anak tunanetra yang tidak memungkinkan untuk
berjalan, menderita berkepanjuangan , dan lain-lain.

D. Prinsip-prinsip pembelajaran anak tunanetra

Dalam pembelajaran anak tunanetra, terdapat prinsip-prinsip yang harus diperhatikan,


antara lain :

1) Prinsip Individual

Prinsip individual adalah prinsip umum dalam pembelajaran manapun (PLB


maupun pendidikan umum) guru dituntut untuk memperhatikan adanya
perbedaan-perbedaan individu. Dalam pendidikan tunanetra, dimensi perbedaan individu
itu sendiri menjadi lebih luas dan kompleks. Di samping adanya perbedaan-perbedaan
umum seperti usia, kemampuan mental, fisik, kesehatan, sosial, dan budaya, anak
tunanetra menunjukkan sejumlah perbedaan khusus yang terkait dengan
ketunanetraannya (tingkat ketunanetraan, masa terjadinya kecacatan, sebab-sebab
ketunanetraan, dampak sosial-psikologis akibat kecacatan, dll). Secara umum, harus ada
beberapa perbedaan layanan pendidikan antara anak low vision dengan anak yang buta
total. Prinsip layanan individu ini lebih jauh mengisyaratkan perlunya guru untuk
merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan anak. Inilah alasan dasar
terhadap perlunya (Individual Education Program – IEP).
2) Prinsip kekonkritan/pengalaman penginderaan

Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memungkinkan anak


tunanetra mendapatkan pengalaman secara nyata dari apa yang dipelajarinya. Dalam
bahasa Bower (1986) disebut sebagai pengalaman penginderaan langsung. Anak
tunanetra tidak dapat belajar melalui pengamatan visual yang memiliki dimensi jarak,
bunga yang sedang mekar, pesawat yang sedang terbang, atau seekor semut yang sedang
mengangkut makanan. Strategi pembelajaran harus memungkinkan adanya akses
langsung terhadap objek, atau situasi. Anak tunanetra harus dibimbing untuk meraba,
mendengar, mencium, mengecap, mengalami situasi secara langsung dan juga melihat
bagi anak low vision. Prinsip ini sangat erat kaitannya dengan komponen alat/media dan
lingkungan pembelajaran. Untuk memenuhi prinsip kekonkritan, perlu tersedia alat atau
media pembelajaran yang mendukung dan relevan. Pembahasan mengenai alat
pembelajaran akan disampaikan pada bagian khusus.

3) Prinsip totalitas

Strategi pembelajaran yang dilakukan guru haruslah memungkinkan siswa untuk


memperoleh pengalaman objek maupun situasi secara utuh dapat terjadi apabila guru
mendorong siswa untuk melibatkan semua pengalaman penginderaannya secara terpadu
dalam memahami sebuah konsep. Dalam bahasa Bower (1986) gagasan ini disebut
sebagai multi sensory approach, yaitu penggunaan semua alat indera yang masih
berfungsi secara menyeluruh mengenai suatu objek. Untuk mendapatkan gambaran
mengenai burung, anak tunanetra harus melibatkan perabaan untuk mengenai ukuran
bentuk, sifat permukaan, kehangatan. Dia juga harus memanfaatkan pendengarannya
untuk mengenali suara burung dan bahkan mungkin juga penciumannya agar mengenali
bau khas burung. Pengalaman anak mengenai burung akan menjadi lebih luas dan
menyeluruh dibandingkan dengan anak yang hanya menggunakan satu inderanya dalam
mengamati burung tersebut. Hilangnya penglihatan pada anak tunanetra menyebabkan
dirinya menjadi sulit untuk mendapatkan gambaran yang utuh/menyeluruh mengenai
objek-objek yang tidak bisa diamati secara seretak (suatu situasi atau benda berukuran
besar). Oleh sebab itu, perabaan dengan beberapa tekhnik penggunaannya menjadi
sangatlah penting.

4) Prinsip aktivitas mandiri (selfactivity)

Strategi pembelajaran haruslah memungkinkan atau mendorong anak tunanetra


belajar secara aktif dan mandiri. Anak belajar mencari dan menemukan, sementara guru
adalah fasilitator yang membantu memudahkan siswa untuk belajar dan motivator yang
membangkitkan keinginannya untuk belajar. Prinsip ini pun mengisyaratkan bahwa
strategi pembelajaran harus memungkinkan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan
mendengar dan mencatat. Keharusan ini memiliki implikasi terhadap perlunya siswa
mengetahui, menguasai, dan menjalani proses dalam memperoleh fakta atau konsep. Isi
pelajaran (fakta, konsep) adalah penting bagi anak, tetapi akan lebih penting lagi bila
anak menguasai dan mengalami guna mendapatkan isi pelajaran tersebut.

Pola Pembelajaran

Permasalahan pembelajaran dalam pendidikan tunanetra adalah masalah


penyesuaian. Penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran pada anak tunanetra lebih
banyak berorientasi pada pendidikan umum, terutama menyangkut tujuan dan muatan
kurikulum. Dalam strategi pembelajaran, tugas guru adalah mencermati setiap bagian dari
kurikulum, mana yang bisa disampaikan secara utuh tanpa harus mengalami perubahan,
mana yang harus dimodifikasi, dan mana yang harus dihilangkan sama sekali.
Daftar Pustaka

Hadi, purwaka. 2007. Komunikasi Aktif Bagi Tunanetra. Jakarta: Departemen


Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

https://azizplb.blogspot.com/2016/03/4-prinsip-yang-harus-diperhatikan-bagi.html.
Diakses tanggal 13 oktober 2023

https://www.ins-nita.com/2023/03/layanan-pendidikan-bagi-anak-tunanetra.html. Diakses
pada tanggal 13 oktober 2023

Anda mungkin juga menyukai