Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4407/Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Kode/Nama UPBJJ : 20/ Bandar Lampung
Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA Jawaban
1. a. Berikut adalah contoh penerapan persepsi obyek yang dapat
dilakukan di kelas siswa tunanetra: - Pengenalan Objek Fisik: Guru dapat membantu siswa tunanetra mengenali dan memahami objek-objek fisik di sekitar mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan objek-objek fisik, seperti mainan atau alat-alat sehari-hari, kepada siswa. Siswa dapat merasakan, mencium, atau meraba objek-objek ini untuk mengidentifikasi mereka. Guru juga dapat memberikan deskripsi verbal tentang objek-objek tersebut. - Pengenalan Bentuk dan Ukuran: Siswa tunanetra dapat belajar mengen - Menggunakan Sentuhan: Sentuhan adalah salah satu cara utama bagi siswa tunanetra untuk memahami obyek. Guru dapat mengajarkan siswa cara menggunakan tangan mereka dengan hati-hati untuk meraba dan mengidentifikasi objek. Misalnya, siswa dapat mempelajari bagaimana cara meraba permuka - Deskripsi Verbal: Selain menggunakan sentuhan, deskripsi verbal juga penting. Guru dapat memberikan deskripsi verbal yang jelas tentang objek, termasuk karakteristik fisik, ukuran, bentuk, dan warna. Hal ini membantu siswa untuk membangun gambaran mental tentang objek tersebut. - Bahan Pengenalan: Siswa tunanetra - Pengenalan Taktile dan Braille: Siswa tunanetra juga perlu memahami sistem taktile dan Braille. Guru dapat mengajarkan siswa tentang bagaimana meraba dan membaca tulisan Braille.
b. Berikut adalah fungsi dari kemampuan persepsi obyek tersebut
adalah: - Sebagai pengenalan obyek, Kemampuan persepsi obyek memungkinkan siswa tunanetra untuk mengenali dan memahami objek- objek di sekitar mereka. Mereka dapat meraba, mencium, mendengar, dan menggunakan indra mereka dengan hati-hati untuk mengidentifikasi objek tersebut. - Sebagai Pemahaman Lingkungan, Melalui kemampuan persepsi obyek, siswa tunanetra dapat memahami lebih baik lingkungan mereka. Mereka dapat mengenali struktur ruangan, alat-alat sehari-hari, dan objek-objek lain yang ada dalam lingkungan mereka. - Sebagai Kemandirian, Kemampuan persepsi obyek membantu siswa tunanetra menjadi lebih mandiri. Mereka dapat belajar cara mengenali objek, mengidentifikasi bahan, dan berinteraksi dengan dunia sekitar mereka tanpa bergantung pada bantuan orang lain. - Sebagai Pengembangan Imajinasi, Dengan kemampuan persepsi obyek, siswa tunanetra dapat membangun gambaran mental tentang objek dan situasi yang tidak dapat mereka lihat atau rasakan secara langsung. Ini membantu mereka mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Berikut Manfaat Kemampuan Persepsi Obyek adalah: - Sebagai Peningkatan Keamanan, Dengan kemampuan persepsi obyek, siswa tunanetra dapat menghindari rintangan dan bahaya di lingkungan mereka. Mereka dapat meraba dan mengidentifikasi objek yang mungkin menjadi hambatan. - Sebagai Pengembangan Keterampilan Sehari-Hari, Kemampuan persepsi obyek membantu siswa tunanetra dalam keterampilan sehari.
2. a. Media pembelajaran yang paling sesuai untuk mendukung kegiatan
belajar siswa tunanetra adalah media yang menggabungkan aspek taktil dan audio. Beberapa pilihan media pembelajaran yang sesuai adalah: - Buku Braille: Buku Braille adalah salah satu media pembelajaran utama untuk siswa tunanetra. Mereka dapat membaca dan menulis dalam bahasa Braille, yang merupakan sistem penulisan taktile yang menggunakan titik-titik yang dirasakan oleh jari. Buku Braille memungkinkan siswa mengakses teks dan informasi dalam bentuk tertulis. - Audiobook: Audiobook adalah rekaman suara yang anggota - Perangkat Taktil: Perangkat taktil seperti peta takt - Komputer dengan Perangkat Lunak Aksesibilitas: Komputer dengan perangkat lunak aksesibilitas seperti pembaca layar memungkinkan siswa tunanetra untuk mengakses informasi digital.
b. Penerapan media pembelajaran di kelas untuk siswa tunanetra
memerlukan perhatian khusus untuk memastikan pembelajaran berjalan efektif.
3. Beberapa jenis gangguan berbahasa dapat terdeteksi sejak masa kanak-
kanak dikecamatan pubahe julu. Diantaranya yaitu spektrum autisme, apraksia lisan, disleksia, gagap, keterlambatan berbicara dan cerebral palsy.
4. Dalam situasi pandemi COVID-19, strategi pembelajaran yang paling
mudah untuk diterapkan pada anak tunarungu mungkin adalah *strategi individualisasi*. Hal ini karena strategi individualisasi memungkinkan siswa untuk belajar sendiri dengan tingkat dukungan yang sesuai dan dapat diakses secara online, mengingat pembelajaran jarak jauh yang lebih umum di masa pandemi. Berikut adalah contoh pelaksanaan strategi individualisasi: 1. Materi Pembelajaran yang Disesuaikan:*
- Guru dapat menyediakan materi pembelajaran dalam berbagai format
yang sesuai dengan kebutuhan siswa tunarungu, seperti teks, gambar, atau video dengan teks atau bahasa isyarat yang disertakan. Materi ini dapat diakses melalui platform pembelajaran online.
2. Jadwal Fleksibel:*
- Siswa tunarungu dapat memiliki jadwal pembelajaran yang lebih fleksibel,
memungkinkan mereka untuk belajar pada waktu yang paling sesuai dengan mereka, dengan panduan dari guru melalui komunikasi online atau konsultasi individual.
3. Dukungan Komunikasi Online:*
- Siswa dan guru dapat berkomunikasi melalui platform daring yang
mendukung bahasa isyarat, chat, atau video conference untuk menjawab pertanyaan siswa dan memberikan bimbingan secara individual.
4. Penilaian yang Disesuaikan:*
- Guru dapat memberikan tugas dan penilaian yang disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing siswa tunarungu, memungkinkan mereka untuk menunjukkan pemahaman mereka melalui metode yang paling sesuai.
5. Keluarga sebagai Pendukung:*
- Keluarga dapat memainkan peran penting dalam membantu siswa
tunarungu dalam pembelajaran mereka di rumah, dengan dukungan dari guru melalui panduan dan komunikasi online. Strategi individualisasi memungkinkan penyesuaian pembelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan dan kebutuhan siswa tunarungu, dan dapat dilaksanakan dalam situasi pembelajaran jarak jauh seperti yang dihadapi selama pandemi. Ini membantu menjaga kualitas pendidikan mereka dan memastikan bahwa mereka tetap terlibat dalam proses pembelajaran.
5. A. Karakteristik anak pada kategori ini mengalami perkembangan fisik
yang agak lambat dikbandingkan dengan rata-rata anak seusianya. Mereka juga kesuliutan untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik disekolah. Namun mereka dapat melakukan keterampilan praktis dan rumah tangga sehingga kelak dapat hidup secara mandiri. B. Seorang anak dianggap mengidap kondisi tunagrahita jika mereka memiliki defisit IQ dan perilaku adaptif (keterampilan seseorang yg diperlukan dikehidupan sehari-hari, seperti mampu berkomunikasi,berinteraksi, dan menjaga diri sendiri).
6. A. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada lima strategi yang digunakan
oleh SLB negri 1 panti dalam pembelajaran PAI bagi anak tunagrahita, antara lain : 1. Dengan metode ceramah 2. Metode tanya jawab 3. Metode pemberian tugas 4. Metode pengulangan 5. Dengan pendekatan individu.
B. Tujuan pendidikan anak tunagrahita ringan adalah :
- Agar dapat mengurus dan membina diri. - Agar dapat bergaul di masyarakat. - Agar dapat mengajarkan sesuatu untuk bekal hidupnya.
C. Aktivitas belajar yang dimaksud edalah aktivitas yang mengarah
pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas,dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerja sama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.