Anda di halaman 1dari 11

NAMA KELOMPOK:

1. JANETRIA SIMALANGO
2. JUNIKA SESILIA SIMANJUNTAK
3. MEGRIVA BR PURBA
4. SRI WAHYUNI
5. RAHMA FADILA

PEMBELAJARAN LEARNING CENTRE


Mengajar merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan
belajar. Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika anak belajar secara aktif
mengalami sendiri proses belajar. Banyak inovasi pendidikan yang dikembangkan,
SPICES diantaranya, student-centred learning, problem based, integrated
curriculum, community oriented, elective program dan systematic. SPICES
merupakan elemen yang sangat penting dan pelaksanaanya memerlukan kontribusi
yang arif dari semua pihak yang terkait di dalam proses pendidikan.

Penerapan SLC dapat dimulai dengan penetapan atau pengubahan tujuan


pembelajaran, siswa mengintergrasikan hal yang baru di dapat, dengan
pengetahuan yang telah dimiliki, dapat terjadi pada diri individu siswa maupun
sebagai makhluk sosial, pengalaman sendiri maupun pengalaman dari orang lain
dan melakukan interaksi sosial yang kolaboratif dalam proses pembelajaran. Hal
yang perlu diperhatikan guru dalam kontribusinya dalam SLC, dalam pengertian
sumber belajar, diantaranya, bagaimana sumber belajar dimanfaaatkan oleh siswa
maupun mahasiswa sebagai teknologi dan mesin, tutor,pengubah perilaku,
pemotivasi belajar, sebagai alat berpikir dan memcahkna masalah.

Adapun metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan SLC


adalah:

1
1) Metode kerja kelompok adalah setiap kelompok dipandang sebagai satu
kesatuan tersendiri untuk mempelajari materi pelajaran yang telah
ditetapkan untuk diselesaikan secara bersamaan
2) Metode karya wisata adalah siswa dibawah bimbingan guru mengunjungi
tempat tertentu dengan maksud mempelajari objek belajar yang terjadi
ditempat itu.
3) Metode penemuan adalah mementingkan pembelajaran
perseorangan,manipulasi objek dll
4) Metode eksperimen adalah penyajian bahan pembelajaran yang
memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk membuktikan diri sendiri
suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari
5) Metode pengajaran unit adalah dimana siswa dan guru mengarahkan segala
kegiatan pada suatu pemecahan masalah yang dipelajari
6) Metode pengajaran dengan modul pembelajaran adalah yang dibicarakan
satu satuan konsep tunggal mata pelajaran, merupakan salah satu bentuk drai
bentuk bentul belajar mandiri.

1. Pengembangan Tema
Pembelajaran tematik memiliki karakteristik- karakteristik sebagai berikut:

1) Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai
dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai
subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu
memberikan kemudahan-kemudahan pada siswa untuk melakukan aktifitas belajar.

2) Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa (direct


experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu
yang nyata (konkret)sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebihabstrak.

3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

2
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antarmatapelajaranmenjaditidkbegitujelas.
Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang paling dekat
berkaitan dengan kehidpansiswa.

4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep- konsep dari berbagai mata pelajaran


dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami
konsep- konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa
dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini doperlukan untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
khidupan sehari-hari.

5) Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan


bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan
mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah
dan siswa berada.

Implementasi Pengembangan Tema dalam pembelajaran anak usia dini

Mengembangkan Tema dalam Pembelajaran berhubungan dengan delapandomain


anak yang dikembangkan antara lain :

1) Estetik (Estetik),

2) Afeksi (Afefective Development),

3) Kognisi (Cognition),

4) Bahasa (Languange),

5) Fisik (Phisical),

6) Sosial (Social Development),

7)Pembangunan(Contruction),

8) Bermain Pura-pura (Pretend Play). (Latif, 2014:50).

Tema-tema dapat disusun atau dibangun dengan cara sebagai berikut:


3
1. Pilihan pertama

Memberikan anak dengan gambaran umum tentang ‘Tema” selama 2-3 minggu.

2. PilihanKedua

- Minggu pertama memberikan pengenalan umum tentang “Tema”

- Minggu kedua sampai minggu keempat: fokus pada bagian khusus

Contoh pada “Tema Tanaman”

• Minggu pertama : pengenalan umum tentangtanaman

• Minggu kedua : fokus pada akar dan batang

• Minggu ketiga : fokus padadaun

2. Pembelajaran Area/sudut
Berikut aspek aspek model pembelajaran sudut atau arenya yaitu:

1. Sudut ketuhanan

Alat alat yang ditempatkan adalah market tempat ibadah, peralatan ibadah,gambar
gambar , dan alat lainnya yang sesuai dengan keagamaan.

2. Sudut keluarga

Alat alat pada sudut keluarga terdiri dari kursi tamu, meja makan, perlatan
dapur,peralatan kamar tidur dan peralatan lain di ruang tamu

3. Sudut alam sekitar dan pengetahuan

Alat alat pada sudut alam sekitar dan pengetahuan terdiri dari akuarium, meja/rak
untuk benda benda obyek pengetahuan, biji bijian dan lain lain

4. Sudut pembangunan

4
Alat alat yang ditempatkan pada suatu sudut ini adalah alat alat untuk permainan
kontruksi, seperti balok , keeping, geometri, dan berbagai jenis kendaraan, plastisin,
dan tanah liat

5. Sudut kebudayaaan

Alat alat yang ditempatkan pada suatu kebudayaan adalah peralatan music/perkusi,
rak rak buku, buku perpustakaan, alat untuk pengenalan bentuk, warna, konsep
bilangan, symbol symbol dan alat untuk kreativitas.

3.Circle Time
pendekatan BCCT (beyond centers and circle time), yakni konsep pembelajaran
anak usia dini yang ditemukan dan dikembangkan oleh Dr. Pamela Phelps,
merupakan tokoh pendidikan di Amerika Serikat. Beliau telah mengabdi lebih dari
40 tahun di dunia Pendidikan Anak Usia Dini, melalui sekolah Creative Pre Schooldi
Tallahase Florida, sekaligus menjadi konsultan berkenaan dengan penerapan
konsep pembelajaran BCCT di Indonesia.Sentra dapat diartikan sebagai suatu
wadah yang disiapkan oleh guru untuk kegiatan bermain anak, dimana dalam
kegiatan tersebut guru dapat mengalirkan materi pembelajaran yang sebelumnya
telah direncanakan dan disusun. Sehingga pembelajaran sentra lebih memberi
keleluasaan kepada anak-anak untuk bebas bermain di sentra-sentra yang sudah
disiapkan.

Ki Hadjar Dewantara jugamenganjurkan bahwa dalam pendidikan, anak


memperoleh pendidikan untuk mencerdaskan (mengembangkan) pikiran, hati
nurani, dan keterampilan melalui bermain di “taman”. Bagaikan keluarga yang
sedang mengasuh dan membimbing anak-anak secara alamiah sesuai dengan kodrat
anak di sebuah taman. Jadi, bermain menjadi sarana untuk anak belajar, sehingga
dapat dikatakan bahwa belajarnya anak usia dini adalah bermain.Sebuah
pendekatan yang baik tidak jarang mengalami kendala yang terjadi dalam
pelaksanaan dan aplikasinya. Hal ini tentu menjadi tidak sejalan dengan tujuan
Pendidikan Anak Usia Dini itu sendiri.

Tujuan Pendidikan:

5
Anak Usia Dini ialah mengembangkan semua potensi peserta didik melalui
pengembangan multiple intelligences anak, sehingga perlu adanya manajemen
pembelajaran atau pengelolaan dari pendekatan beyond centers and circle time
tersebut, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.Selain itu, dengan
adanya manajemen pembelajaran, maka dapat mempermudah guru dalam
mengelola, mengatur, dan menata berbagai kegiatan dan bahan main untuk
menghasilkan program yang paling baik dan memberikan lingkungan belajar yang
peka, bersahabat, memberi kesempatan pada anak, dan mendukung perkembangan
positif. Karena segala sesuatu yang direncanakan tidak dapat tercapai secara
optimal, manakala manajemen yang ada tidak dikelola dengan sebaik-baiknya.Lebih
lanjut, manajemen pendidikan dijadikan sebagai suatu sistem pengelolaan dan
penataan sumber daya pendidikan, seperti tenaga kependidikan, peserta didik,
masyarakat, kurikulum, dana, sarana dan prasarana pendidikan, tata laksana dan
lingkungan dipetakan menjadi dua, yakni sentra persiapan 123 dan sentra
persiapan ABC. Begitu pula dengan sentra peran, asal mula hanya sentra peran,
akan tetapi setelah dievaluasi ternyata dapat dipetakan menjadi dua, yakni sentra
peran makro dan sentra peran mikro. Selain itu, ada sentra alam yang
dikembangkan lagi menjadi sentra memasak. Selanjutnya, ada sentra balok, sentra
seni, sentra ibadah dan sentra olah tubuh. Masing-masing sentra mempunyai ciri
khas atau konsentrasi main yang berbeda-beda, oleh karenanya anak bisa memilih
sentra manapun yang sesuai dengan kecenderungan kecerdasan yang
dimilikinya.Pembelajaran beyond centers and circle time diberikan dengan bermain
dan berpusat pada anak, sehingga guru hanya sebagai fasilitator, motivator, dan
tidak menggurui. Dengan demikian, dalam belajar, anak tidak merasa dipaksa, tetapi
lebih pada mengembangkan kecerdasan majemuk anak yang dimilikinya. Hal
tersebut dapat tercapai manakala pihak sekolah memperhatikan manajemen
pembelajarannya, agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Tujuan pembelajaran circle time:

pembelajaran beyond centers and circle time dalam mengembangkan multiple


intelligences yang meliputi tahap perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan pengawasan pembelajaran mengandung
beberapa kecerdasan majemuk yang memang harus diajarkan dan dikembangkan
kepada peserta didik melalui belajar sambil bermain.

6
Main sensorimotor merupakan main anak usia dini yang ditunjukkan oleh
belajarnya anak melalui pancaindra dan hubungan fisik dengan lingkungan mereka.
Perkembangan main sensorimotor terdapat empat tahap, yakni :

(1) Anak mengulang gerakan beberapa kali untuk melanjutkan tanggapan


pancaindra tanpa melibatkan mainan atau benda lain,

(2) Anak mengulang-ulang gerakan dengan satu benda,

(3) Anak mengulang-ulang urutan sebab akibat sederhana yang menjadi tujuan
pertama yang dipilihnya, kemudian memilih cara untuk mencapainya,
mengosongkan/mengisi, menyembunyikan/ menemukan,
membangun/merobohkan.

(4) Anak mulai melakukan percobaan coba-coba dan salah, cara yang digunakan
anak selama pengulangan berubah-ubah,perilaku ini ditujukan untuk anak memiliki
perasaan “saya

sedang mencoba mengerti ini”

4. Kegiatan Transisi
Setelah mengakhiri tema guru harus dapat mengkaitkan tema sebelum dan tema
yang akan digunakan selanjutnya untuk membangun minat dan ketertarikan anak
dalam memasuki kegiatan main di tema berikutnya. Proses ini disebut transisi antar
tema. Transisi antar tema yang dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

1.Diskusi tentang pengalaman anak terkait tema lama

2.Berkunjung ke suatu tempat yang terkait dengan tema baru

3.Membacakan cerita yang terkait dengan tema baru

4.Berdiskusi sesuai dengan pengalaman anak yang terkait dengan tema baru

5.Mengundang narasumber yang memiliki keahlian/pengetahuan terkait dengan


tema baru

Tema yang paling bagus adalah tema yang memiliki kegiatan potensial serta
anak dapat melakukan pengalaman pertamanya melalui kegiatan tersebut.
Ketentuan jumlah tema yang dibahas tidak dapat berbeda-beda, hal tersebut sesuai
7
dengan hasil penelitian (Hegde & Cassidy, 2009) tentang kindergaten teachers’
perspective on developmentally ap-propraite practice (DAP): A study conducted
in mumbay Iindia),

ada 11 tema yang digunakan dalam proses pembel-ajaran. Oleh karena itu
banyak sedikitnya tema ditentukan oleh bagaimana keadaan anak dan kondisi
sekolah. Berikut ini tema pembelajaran tematik yang dituangkan ke dalam
program tahunan pada beberapa lem-baga PAUD yang ada di Kabupaten Melawi
yang di jadikan sebagai sasaran penelitian. Secara sederhana yaitu;

1. Diri Sendiri 2. Lingkunganku 3. Kebutuhanku 4. Binatang 5. Tanaman 6. Rekreasi


7. Pekerjaan 8. Air, Api dan Udara 9. Alat Komunikasi 10. Tanah Airku 11. Alam
Semesta.

Tema program tahunan ini yang nanti-nya di turunkan menjadi program semseter.
Program semester ini terdiri dari rangkaian tema-tema, subtema serta alokasi
waktu, pada program semester ini kita dapat menen-tukan kegiatan puncak tema,
baik di akhir tema ataupun transisi antara tema. Penentu-an tema dilaksanakan
dalam agenda perte-muan awal tahun pelajaran yang dikuti oleh semua guru dan
kepala sekolah. Hasil dari pertemuan ini menentukan tema yang akan digunakan
selama satu tahun. Hal ini dapat diperkuat dari hasil wawancara dengan guru-
guru PAUD yang ada di Kabupaten Melawi mengatakan bahwa: selama ini dalam
menen-tukan tema pembelajaran kami melakukan diskusi di awal tahun
pelajaran dan di ikuti oleh semua guru dan kepala sekolah. Tema yang sudah
ditentukan kemudian di buat oleh guru dalam program tahunan.

5. Kegiatan Makan Bersama


Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga memberikan pengalaman yang
bermakna bagi peserta didik (Martiono dalam Saptiani, 2016 : 24). Pembelajaran
tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan
sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang
pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa (Joni,
2009 : 43). Dalam model pembelajaran tematik terpadu di PAUD, kegiatan-kegiatan
yang dilakukan untuk satu tema, sub tema, sub-sub tema dirancang untuk mencapai
8
secara bersama-sama kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan dengan
mencakup sebagian atau seluruh aspek pengembangan (Permendikbud, 2014 : 3).

Pembelajaran tematik adalah salah satu bentuk pembelajaran terpadu yang


menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa pengembangan pada anak usia dini
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah
pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Dengan tema
diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:

1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.

2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai


kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama.

Berdasarkan tahapan perkembangan tersebut, kecenderungan belajar anak usia


TK/RA memiliki tiga ciri, yaitu konkret, integrative, hierarkis. Dengan demikian,
dalam mengembangkan model pembelajaran PAUD harus memerhatikan
karakteristik anak dan dan kompetensi yang akan dicapai, interaksi dalam proses
pembelajaran, alat/media, dan penilaian. Ada banyak model pembelajaran yang
dapat dikembangkan dan diterapkan di TK/RA. Namun, yang terpenting dalam
mengembangkan model pembelajaran di PAUD harus memerhatikan karakteristik
anak dan kompetensi yang akan dicapai, interaksi dalam proses pembelajaran,
alat/media, dan penilaian. Tetapi berdasarkan sifat dan karakter anak usia dini,
maka pembelajaran di TK/RA bersifat tematik yang dilakukan secara integrative,
artinya bahwa pembelajaran di TK/RA tidak bisa dilakukan dengan metode tunggal.
Itulsh sebabnya, model pembelajaran yang dikenalkan adalah yang bersifat paduan
(integral).(Suryana, 2013:67)

Menurut Siti Johariyah dan Nadlifah (2015)Pembelajaran saintifik merupakan


keterampilan dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik,
baik keterampilan guru dalam mengajar disebut keterampilan belajar saintifik guru
maupun anak dalan belajar disebut keterampilan pembelajaran saintifik siswa.
Keterampilan diharapkan menghasilkan guru professional yang memiliki highskill
atau skillfull, maupun keterampilan siswa dalam melaksanakan pembelajaran
dengan pendekatan saintifik. Karena itu kurikulum 2013 mengamanatkan esensi
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pembelajaran tematik terpadu merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari
berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema sehingga dalam kurikulum 2013,
pembelajaran dituntut untuk menerapkan saintifik/ilmiah yang dipadu dengan

9
model pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran saintifik pada anak usia dini
juga dapat memberikan stimulus kecerdasar spiritual, seperti: membentuk sikap
jujur, beradab, bertanggung jawab, dan menghargai orang lain (Hidayatu
Munawaroh dan Banar Dwi Retyanto, 2016).

Pada kegiatan maka bersama ini dapat dilakukan dalam ruangan, dimana anak
dilatih dalam kemandirian, kebersihan, serta dengan kelakuan baik. Ada pun juga
dilakukan kegiatan makan bersama ini agar anak dapat bertoleransi, membagi
untuk sesama teman dan juga dapat mengenal jenis makanan yang anak tersebut
makan. Kegiatan dalam makan bersama meningkatkan selera terhadap anak, dan
membuat tubuh semangkuk sehat

6.Kegiatan Istirahat
Mengajak anak untuk duduk melingkar dan menanyakan perasaan setelah
bermain.

1. Menanyakan kegiatan bermain yang sudah dilakukan anak.


2. Untuk memperkuat kembali konsep pengetahuan yang sudah di dapat anak
selama bermain.
3. Ajak si anak bercakap-cakap karna tiiap anak terlibat dalam kegiatan itu saat
bermain atau belajar bersama gurunya.
4. Ajak si anak untuk bercerita karna bercerita pemberian pengalaman belajar
bagi anak usia dini dengan membawakan cerita kepada anak, cerita yang
dibawakan guru harus menarik, mengundang perhatian anak dan tidak lepas
dari tujuan pendidikan anak usia dini. Bercerita dalam kegiatan pembelajaran
anak mempunyai beberapa manfaat penting bagi pencapaian tujuan
pendidikan anak usia dini.

Setiap program harus ada waktu istirahat untuk menghindari mereka dari
kelelahan. Program dengan waktu setengah hari (half day) menyediakan waktu
istirahat setelah kegiatan fisik, sambil melihat buku, bermain, puzzle atau
mendengar musik. Berikan waktu istirahat selama 30 menit. Berikan anak sebuah
mainan yang mereka lakukan saat istirahat seperti permainan puzzle untuk

10
mengembangkan kemampuan nya, guru mengawasi dan memberi bantuan jika
dibutuhkan anak

11

Anda mungkin juga menyukai