Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF

DOSEN PENGAMPU

Drs. Baharuddin, M.Pd

(0007035702)

DISUSUN OLEH:
NAHDA ZULFIA SANAKY
(1931041062)
PJKR C

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN


REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Atas terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Drs. Baharuddin, M.pd selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat
Pendidikan Jasmani Adaptif. Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekeliruan
dan kekurangan yang menyebabkan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Harapan penulis atas terbentuknya makalah ini, semoga makalah ini
memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Makassar, 16 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………………
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………
C. TUJUAN PENULISAN…………………………………………………………………..
D. MANFAAT PENULISAN………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

1. MORAL DALAM OLAHRAGA……………………………………………………….


 HAKIKAT MORAL………………………………………………………………
 HAKIKAT OLAHRAGA DAN PENJAS………………………………………
 PENGAJARAN ETIKA DALAM PENJAS……………………………………..
2. AGRESIVITAS DALAM OALAHRAGA……………………………………………...
 PENGERTIAN AGRESIVITAS………………………………………………….
 TUJUAN AGRESIVITAS………………………………………………………..
 JENIS AGRESIVITAS……………………………………………………………
 FAKTOR-FAKTOR AGRESIVITAS…………………………………………….

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………...
B. SARAN……………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Memiliki kondisi fisik yang cacat bukanlah hal yang diinginkan oleh setiap individu
karena harus menjalani hidup dengan keterbasan fisik, sehingga dapat menghambat
sebagian aktivitas yang harus dilakukan layaknya individu dalam kondisi normal.

Kondisi cacat fisik, salah satunya adalah penyandang tuna netra.cacat netra tidak hanya
dalam kondisi mata mereka yang buta, tetapi mencakup juga kondisi mata mereka yang
mampu melihat tapi sangat terbatas dan kurang dapat di manfaatkan untuk kepentingan
hidup sehari hari. Keterbatasan dalam melihat mengakibatkan para penyandang cacat
netra tidak memiliki gambaran jelas tentang bagamaina menggerakkan dianggota tubuh
mereka, kemudian memposisikanya dan mengkoordinasikan gerakkan tubuh dengan apa
yang di pikirkan atau di inginkan, sehingga banyak diantara mereka yang tidak atau
kurang memahami konsep dan penampilan diri.

Begitu pula dalam hal memperoleh sumber informasi. Terganggunya sistem syaraf pada
indra penglihatan, tidak dapat dipung kiri dapat mengurangi perolehan informasi kegiatan
sehari harinya pada umumnya dan informasi tentang pendidikan jasmani pada khususnya.

Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif


Secara mendasar pendidikan jasmani adaptif adalah sama dengan pendidikan jasmani
biasa. Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek dari seluruh proses pendidikan
secara keseluruhan. Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian
layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui,
menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis
ketunaan Anak Luar Biasa memiliki masalah dalam ranah psikomotor. Masalah
psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan
dalam kemampuan belajar.

Sebagian Anak Luar Biasa bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan
demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) sangat besar dan akan mampu mengembangkan mengkoreksi kelainan dan
keterbatasan tersebut.

1. Ciri dari Program Pengajaran Penjas Adaptif


Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang
menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Adapun ciri
tersebut adalah:
• Program Pengajaran Penjas adaptif disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan
siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang
berkelainan berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan. Misalnya
bagi siswa yang memakai kursi roda satu tim dengan yang normal dalam bermain basket,
ia akan dapat berpartisipasi dengan sukses dalam kegiata tersebut bila aturan yang
dikenakan kepada siswa yang berkursi roda dimodifikasi. Demikian dengan olahraga
lainnya. Oleh karena itu pendidikan jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong
siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.

• Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan
yang disandang oleh siswa. Kelainan pada Anak Luar Biasa bisa terjadi pada kelainan
fungsi postur, sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran
pendidikan jasmani adaptif harus dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari
kondisi yang memperburuk keadaannya.
• Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan jasmani individu ABK. Untuk itu pendidikan jasmani adaptif mengacu pada
suatu program kesegaran jasmani yang progresif, selalu berkembang dan atau latihan
otot-otot besar. Dengan demikian tingkat perkembangan ABK akan dapat mendekati
tingkat kemampuan teman sebayanya.

Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut diatas, maka
pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan
mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri. Perasaan ini akan dapat membawa
siswa berperilaku dan bersikap sebagai subyek bukan sebagai obyek dilingkungannya.

1. Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif


Sebagaimana dijelaskan diatas betapa besar dan strategisnya peran pendidikan jasmani
adaptifdalam mewujudkan tujuan pendidikan bagi ABK, maka Prof. Arma Abdoellah,
M.Sc. dalam buku yang berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif” memerinci tujuan
pendididkan jasmani adaptif bagi ABK sebagai berikut:
1. Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
2. Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk
keadaannya melalui Penjas tertentu.
3. Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam
sejumlah macam olahraga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
4. Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
5. Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan
memiliki harga diri.
6. Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap
mekanika tubuh yang baik.
7. Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat
diminatinya sebagai penonton.

1. Modifikasi dalam Pendidikan Jasmani Adaptif


Bila dilihat masalah dari kelainannya, jenis ABK dikelompokkan menjadi:
• ABK yang memilik masalah dalam sensoris
• ABK yang memiki masalah dalam gerak dan motoriknya
• ABK yang memiliki masalah dalam belajar
• ABK yang memiliki masalah dalam tingkah laku

Dari masalah yang disandang dan karakteristik setiap jenis ABK maka menuntut adanya
penyesuaian dan modifikasi dalam pengajaran Pendidikan Jasmani bagi ABK.
Penyesuaian dan modifikasi dari pengajaran penjas bagi ABK dapat terjadi pada:

1. Modifikasi aturan main dari aktivitas pendidikan jasmani.


2. Modifikasi keterampilan dan tekniknya.
3. Modifikasi teknik mengajarnya.
4. Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya.

Seorang ABK yang satu dengan yang lain, kebutuhan aspek yang dimodifikasi tidak
sama. ABK yang satu mungkin membutuhkan modifikasi tempat dan arena bermainnya.
ABK yang lain mungkin membutuhkan modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan
teraebut. Tetapi mungkin yang lain lagi disamping membutuhkan modifikasi area
bermainnya juga butuh modifikasi alat

B. HAKEKAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Apabila kita membicarakan Pendidikan Luar Biasa yang dalam bahasa Inggris disebut
“Special Education”, maka tidak bisa lepas dengan Anak Berkebutuhan Khusus atau
Exceptional Children. Untuk Anak Berkebutuhan Khusus dikenal juga istilah anak cacat,
anak berkelainan, anak tuna dan dalam pembelajarannya menjadi salah satu kelompok
anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Dalam penggunaan istilah tersebut anak berkebutuhan khusus di atas memiliki
konsekuensi berbeda. Istilah yang paling tepat tergantung dari mana kita memandang.
Seperti dalam bahasa Inggris dikenal istilah Impairment, disability, handicap.
Impairment berhubungan dengan penyakit dan kelainan pada jaringan.
Disability berhubungan dengan kekurangan/kesalahan fungsi atau tidak adanya bagian
tubuh tertentu.
Handicap berhubungan dengan kelainan dan ketidakmampuan yang dimiliki seseorang
bila berinteraksi dengan lingkungan.
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki kelainan pada fisik, mental,
tingkah laku (behavioral) atau indranya memiliki kelainan yang sedemikian sehingga
untuk mengembangkan secara maksimum kemampuannya (capacity) membutuhkan PLB
atau layanan yang berhubungan dengan PLB.
Sesuai dengan hak asasi sebagai anak dimana ia harus tumbuh dan berkembang di tengah
lingkungan keluarga, maka PLB dalam bentuk Kelas khusus yang lokasinya berada di
SLB harus dirancang sedemikian rupa sehingga program dan layanannya dekat dengan
lingkungan ABK.

Pada akhir perkembangan sekarang ini, Anak luar Biasa sudah mulai dianggap sebagai
manusia biasa sama seperti yang lain. Ia memilii hak yang sama. Hal ini menimbulkan
perlakuan yang wajar seperti pada anak yang lain yaitu dididik dan
disekolahkan.Perbedaannya hanya terletak pada adanya kelaian yang disandangnya,
Kelainan bisa terletak pada fisiknya, mentalnya, sosialnya atau perpaduan ketiganya.
Mereka mengalami kelainan sedemikian rupa sehingga membutuhkan pelayanan
Pendidikan Luar Biasa. Dengan sikap ini maka ia memiliki hak yang sama dengan anak
biasa lainnya. Dengan sikap ini timbul deklarasi hak asasi manusia penyandang cacat
yang meliputi:

1. Hak untuk mendidik dirinya. (The Right to Educated Oneself)


2. Hak untuk pekerjaan dan profesi.(The Right to Occupation or Profession)
3. Hak untuk memelihara kesehatan dan fisik secara baik ( The Right to Maintain Health
and Physical Well Being)
4. Hak untuk hidup mandiri (the Right to Independent Living)
5. Hak untuk kasih sayang (Right to Love)

Pengelompokan Anak Berkebutuhan Khusus


Untuk keperluan Pendidikan Luar Biasa, Anak Berkebutuhan Khusus dapat dibagi
kedalam 2 (dua) kelompok yaitu:
1. Masalah (problem) dalam Sensorimotor
Anak yang mengalami kelainan dan memiliki efek terhadap kemampuan melihat,
mendengar dan kemampuan bergeraknya. Problem ini kita sebut Sensorimotor Problem.
Kelainan sensorimotor biasanya secara umum lebih mudah diidentifikasi, ini tidak berarti
selalu lebih mudah dalam menemukan kebutuhannya dalam pendidikan.
Kelainan sensorimotor tidak harus berakibat masalah pada kemampuan inteleknya.
Sebagian besar anak yang mengalami masalah dalam sensorimotor dapat belajar dan
bersekolah dengan baik seperti anak yang tidak mengalami kelainan.
Ada tiga (3) jenis kelainan yang termasuk problem dalam sensorimotor yaitu:

a.Hearing disorders (Kelainan pendengaranatautunarungu)


b. Visual Impairment.(kelainan Penglihatan atau tunanetra)
c. Physical Disability (kelainan Fisik atau tunadaksa)
Setiap jenis kelainan tersebut akan melibatkan berbagai keahlian di samping guru khusus
yang memiliki keterampilan dan keahlian khusus sesuai kebutuhan setiap jenis kelainan.
Kerjasama sebagai tim dari setiap ahli sangat penting untuk keberhasilan pembelajaran
ABK.
2. Masalah (problem) dalam belajar dan tingkah laku.
Kelompok Anak Berkebutuhan Khusus yang mengalami problem dalam belajar adalah:
a. Intellectual Disability (keterbelakangan mental atau tunagrahita)
b. Learning disability (ketidakmampuan belajar atau Kesulitan belajar khusus)
c. Behavior disorders (anak nakal atau tunalaras)
d. Giftet dan talented (anak berbakat)
e. Multy handicap (cacat lebih dari satu atau tunaganda)
2. Penyebab Kelainan Pada ABK
Secara umum dapat dijelaskan bahwa penyebab terjadinya kelainan pada Anak
Berkebutuhan Khusus bisa dibagi atau dikelompokkan menjadi tiga (3) yaitu:
a) Pre Natal (sebelum kelahiran)
Sebelum kelahiran dapat terjadi di saat konsepsi atau bertemunya sel sperma dari bapak
bertemu dengan sel telur ibu, atau juga dapat terjadi pada saat perkembangan janin dalam
kandungan. Kejadian tersebut disebabkan oleh faktor internal yaitu faktor genetik dan
keturunan.

Penyebab kelainan prenatal dari faktor eksternal dapat berupa Ibu yang terbentur
kandungannya, karena jatuh sewaktu hamil, atau memakan makanan atau obat yang
menciderai janin dan sebagainya.

b) Natal (di saat melahirkan)


Pada saat ibu sedang melahirkan bisa menjadi penyebab, misalnya kelahiran yang sulit,
pertolongan yang salah, infeksi karena ibu mengidap Sepilis dan sebagainya.
c) Post Natal
Kelainan terjadi pada Post Natal artinya kelainan yang disebabkan oleh faktor setelah
anak ada di luar kandungan. Ini dapat terjadi karena kecelakaan, keracunan dan
sebagainya.
A. DEVINISI DESAIN PEMPELAJARAN ADAPTIF

Pembelajaran Penjas adaptif mempunyai peranan yang nyata dalam meningkatkan


kemampuan dan daya serap siswa berkebutuhan khusus,karena siswa dapat menyalurkan
kemampuan yang ada dalam dirinya,dan dapat di implementasikan melalui penjas.Tujuan
Utama Pembelajaran Penjas Adaptif adalah meningkatkan kemampuan
Psikomotor,Afektif,Kognitif. Supaya mereka dapat mandiri dan dapat menjalani masa
depanya secara mandiri agar mereka dapat terjun di masyarakat.
Tidak ada satu anak manusia yang diciptakan sama yang satu dengan lainnya. Tidak ada
satu anak manusia tidak memiliki kekurangan. Tidak ada satu anak manusia yang ingin
dilahirkan ke dunia ini dengan menyandang kelainan atau memiliki kecacatan.

Demikian juga tidak akan ada seorang Ibu yang menghendaki kelahiran anaknya
menyandang kecacatan. Dengan demikian maka sejak kelahirannya ke dunia, anak cacat
atau dikenal dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) sudah tidak dikehendaki oleh
kedua orang tuanya

Koskuensi logis bila ABK akan menghadapi banyak tantangan dari lingkungan keluarga,
masyarakat, maupun lingkungan pendidikan.
Kelahiran seorang ABK tidak mengenal apakah mereka dari keluarga kaya, keluarga
berpendidikan, keluarga miskin, keluarga yang taat beragama atau tidak. Bila Tuhan
menghendaki keluarga itu dititipi seorang ABK maka kemungkinan semua itu bisa
terjadi. Akan tetapi Tuhan melihat dan menghargai manusia tidak dari kecacatannya
secara fisik, mental atau social.

Tuhan melihat manusia dari ketakwaan kepada Nya. Dititipkannya ABK pada satu
keluarga bukan berarti keluarga tersebut mendapat kutukan, tetapi dititipkannya ABK
pada satu keluarga karena Tuhan menguji atau memberi kesempatan pada keluarga
tersebut untuk berbuat yang terbaik pada anaknya.
Sebagai manusia, ABK memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang di tengah-tengah
keluarga, masyarakatdan bangsa. Ia memiki hak untuk sekolah sama seperti saudara
lainnya yang tidak memiliki kelainan atau normal.

Tidak ada satu alasan bagi Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Sekolah Dasar (SD) umum
dimanapun adanya, melarang ABK untuk masuk di sekolah tersebut. Bersama Guru
Pembimbing Khusus yang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan PLB, Sekolah
dapat merancang pelayanan PLB bagi anak tersebut yang sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan anak. Apakah anak tersebut membutuhkan kelas khusus, program khusus dan
atau layanan khusus tergantung dari tingkat kemampuan dan kondisi kecacatan anak.

Semakin dini diberi kesempatan berinteraksi dengan anak seusianya, semakin kuat mental
ABK menghadapi tantangan lingkungan. Ia juga akan jauh lebih berkembang bila
dibandingkan dengan mereka yang diasingkan dan tidak disekolahkan.

Semakin dini mendapatkan layanan pendidikan semakin baik hasil yang diperoleh.

Sesuai dengan pengalaman, keuntungan PLB di lingkungan sekolah biasa ini tidak hanya
diperoleh anak saja saja tetapi juga dialami oleh orang lain anak lainnya.
Banyak orang awam berpandangan yang salah tentang pendidikan bagi ABK. Seolah olah
PLB hanya ada di SLB. Sehingga sering orang bila menemukan anak menyandang
kelainan atau ABK ia langsung menyuruh untuk masuk ke Sekolah Luar Biasa (SLB).
Hal ini tidak benar, sebab SLB bukan habitatnya. Habitat ABK sama dengan habitat anak
pada umumnya yang normal. Ia berada dilingkungan SLB bila di Sekolah Biasa sudah
tidak dapat menangani pendidikannya, atau memang kehendak dan hak dari anak itu
sendiri.

Pandangan lain yang salah dari sebagian besar orang umum yaitu seolah-olah PLB hanya
bisa diberikan di SLB atau seolah-olah PLB itu sama dan identik dengan SLB.

Hal tersebut tidak benar, sebab pelayanan PLB bisa diberikan di sekolah biasa dengan
pembelajaran yang di adaptifkan pada anak berdasarkan kelainan dan karakteristiknya
oleh guru biasa. Karena itu informasi tentang Pembelajaran adaptif bagi ABK perlu juga
bagi Guru biasa, sehingga bila ABK datang kesekolah biasa dapat diberikan pelayanan
PLB.
Mengacu pada perkem KONSEP DASAR
PEMBELAJARAN ADAPTIF DAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

A. HAKEKAT PEMBELAJARAN ADAPTIF


Pembelajaran adaptif merupakan pembelajaran biasa yang dimodifikasi dan dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari, dilaksanakan dan memenuhi kebutuhan
pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dengan demikian pembelajaran adaptif
bagi ABK hakekatnya adalah Pendidikan Luar Biasa (PLB). Sebab didalam pembelajaran
adaptif bagi ABK yang dirancang adalah pengelolaan kelas, program dan layanannya.
Pendidikan Luar Biasa adalah pendidikan biasa yang dirancang, diadaptasikan sesuai
dengan karakteristik masing-masing kelainan anak sehingga memenuhi kebutuhan
pendidikan ABK.
Rancangan Pendidikan Luar Biasa terdiri tiga komponen pokok kelas, program dan
layanan. Ketiga komponen tersebut bila dirancang dengan baik dan sempurna akan
memenuhi kebutuhan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Dengan demikian
Pendidikan Luar Biasa adalah Pembelajaran yang dirancang untuk merespon atau
memenuhi kebutuhan anak dengan karakteristik yang unik dan tidak dapat dipenuhi
kurikulum sekolah biasa, sehingga perlu diadaptasi yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Dengan uraian tentang Hakekat Pembelajaran adaptif di atas, maka secara operasional di
lapangan pengertian Pendidikan Luar Biasa dapat diartikan sebagai kelas khusus,
program khusus dan atau layanan khusus yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan
pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.

B. HAKEKAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


Apabila kita membicarakan Pendidikan Luar Biasa yang dalam bahasa Inggris disebut
“Special Education”, maka tidak bisa lepas dengan Anak Berkebutuhan Khusus atau
Exceptional Children. Untuk Anak Berkebutuhan Khusus dikenal juga istilah anak cacat,
anak berkelainan, anak tuna dan dalam pembelajarannya menjadi salah satu kelompok
anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Dalam penggunaan istilah tersebut anak berkebutuhan khusus di atas memiliki
konsekuensi berbeda. Istilah yang paling tepat tergantung dari mana kita memandang.
Seperti dalam bahasa Inggris dikenal istilah Impairment, disability, handicap.
Impairment berhubungan dengan penyakit dan kelainan pada jaringan.
Disability berhubungan dengan kekurangan/kesalahan fungsi atau tidak adanya bagian
tubuh tertentu.
Handicap berhubungan dengan kelainan dan ketidakmampuan yang dimiliki seseorang
bila berinteraksi dengan lingkungan.
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki kelainan pada fisik, mental,
tingkah laku (behavioral) atau indranya memiliki kelainan yang sedemikian sehingga
untuk mengembangkan secara maksimum kemampuannya (capacity) membutuhkan PLB
atau layanan yang berhubungan dengan PLB.
Sesuai dengan hak asasi sebagai anak dimana ia harus tumbuh dan berkembang di tengah
lingkungan keluarga, maka PLB dalam bentuk Kelas khusus yang lokasinya berada di
SLB harus dirancang sedemikian rupa sehingga program dan layanannya dekat dengan
lingkungan ABK.
Pada akhir perkembangan sekarang ini, Anak luar Biasa sudah mulai dianggap sebagai
manusia biasa sama seperti yang lain. Ia memilii hak yang sama. Hal ini menimbulkan
perlakuan yang wajar seperti pada anak yang lain yaitu dididik dan
disekolahkan.Perbedaannya hanya terletak pada adanya kelaian yang disandangnya,
Kelainan bisa terletak pada fisiknya, mentalnya, sosialnya atau perpaduan ketiganya.
Mereka mengalami kelainan sedemikian rupa sehingga membutuhkan pelayanan
Pendidikan Luar Biasa. Dengan sikap ini maka ia memiliki hak yang sama dengan anak
biasa lainnya. Dengan sikap ini timbul deklarasi hak asasi manusia penyandang cacat
yang meliputi:
1. Hak untuk mendidik dirinya. (The Right to Educated Oneself)
2. Hak untuk pekerjaan dan profesi.(The Right to Occupation or Profession)
3. Hak untuk memelihara kesehatan dan fisik secara baik ( The Right to Maintain Health
and Physical Well Being)
4. Hak untuk hidup mandiri (the Right to Independent Living)
5. Hak untuk kasih sayang (Right to Love)

Pengelompokan Anak Berkebutuhan Khusus


Untuk keperluan Pendidikan Luar Biasa, Anak Berkebutuhan Khusus dapat dibagi
kedalam 2 (dua) kelompok yaitu:
1. Masalah (problem) dalam Sensorimotor
Anak yang mengalami kelainan dan memiliki efek terhadap kemampuan melihat,
mendengar dan kemampuan bergeraknya. Problem ini kita sebut Sensorimotor Problem.
Kelainan sensorimotor biasanya secara umum lebih mudah diidentifikasi, ini tidak berarti
selalu lebih mudah dalam menemukan kebutuhannya dalam pendidikan.
Kelainan sensorimotor tidak harus berakibat masalah pada kemampuan inteleknya.
Sebagian besar anak yang mengalami masalah dalam sensorimotor dapat belajar dan
bersekolah dengan baik seperti anak yang tidak mengalami kelainan.
Ada tiga (3) jenis kelainan yang termasuk problem dalam sensorimotor yaitu:
a. Hearing disorders (Kelainan pendengaran atau tunarungu)
b. Visual Impairment.(kelainan Penglihatan atau tunanetra)
c. Physical Disability (kelainan Fisik atau tunadaksa)
Setiap jenis kelainan tersebut akan melibatkan berbagai keahlian di samping guru khusus
yang memiliki keterampilan dan keahlian khusus sesuai kebutuhan setiap jenis kelainan.
Kerjasama sebagai tim dari setiap ahli sangat penting untuk keberhasilan pembelajaran
ABK.
2. Masalah (problem) dalam belajar dan tingkah laku.
Kelompok Anak Berkebutuhan Khusus yang mengalami problem dalam belajar adalah:
a. Intellectual Disability (keterbelakangan mental atau tunagrahita)
b. Learning disability (ketidakmampuan belajar atau Kesulitan belajar khusus)
c. Behavior disorders (anak nakal atau tunalaras)
d. Giftet dan talented (anak berbakat)
e. Multy handicap (cacat lebih dari satu atau tunaganda)
2. Penyebab Kelainan Pada ABK
Secara umum dapat dijelaskan bahwa penyebab terjadinya kelainan pada Anak
Berkebutuhan Khusus bisa dibagi atau dikelompokkan menjadi tiga (3) yaitu:
a) Pre Natal (sebelum kelahiran)
Sebelum kelahiran dapat terjadi di saat konsepsi atau bertemunya sel sperma dari bapak
bertemu dengan sel telur ibu, atau juga dapat terjadi pada saat perkembangan janin dalam
kandungan. Kejadian tersebut disebabkan oleh faktor internal yaitu faktor genetik dan
keturunan.
Penyebab kelainan prenatal dari faktor eksternal dapat berupa Ibu yang terbentur
kandungannya, karena jatuh sewaktu hamil, atau memakan makanan atau obat yang
menciderai janin dan sebagainya.
b) Natal (di saat melahirkan)
Pada saat ibu sedang melahirkan bisa menjadi penyebab, misalnya kelahiran yang sulit,
pertolongan yang salah, infeksi karena ibu mengidap Sepilis dan sebagainya.
c) Post Natal
Kelainan terjadi pada Post Natal artinya kelainan yang disebabkan oleh faktor setelah
anak ada di luar kandungan. Ini dapat terjadi karena kecelakaan, keracunan dan
sebagainya.

bangan Paradigma baru tentang PLB dan hak asasi anak , maka PLB bergerak dari
pendidikan yang bersifat terpisah atau segregasi kearah pendidikan bersifat
integrasi(terpadu).
Kenyataan di Indonesia yang tidak bisa disangkal, SLB masih dominan sebagai tempat
pendidikan formal anak berkebutuhan khusus. Dimanapun ABK bersekolah pembelajaran
adaptif tetap dibutuhkan. Untuk itu maka pembahasan tentang pembelajaran adaptif ini
dirancang untuk dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembelajaran oleh guru PLB
pada ABK.

B. PENGETIAN DESAIN PEMBELAJARAN


Devinisi desain pembelajaran adaptif dapat diartikan sebagai: Skenario pembelajaran
penjas adaptif yang di susun sedemikian rupa guna meningkatkan kualitas pembelajaran
dan produk yang dihasilkan dari pembelajaran tersebut. Desain pembelajaran sebagai
suatu proses merupakan sistematika pengembangan spesifikasi pembelajaran yang
menggunakan teori belajar mengajar guna menjamin mutu pengajaran. Desain
pembelajaran mencakup keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan pembelajaran
dan pengembangan sistem penyajian dalam mencapai tujuan. Salah satu prinsip desain
pembelajaran yang telah menjadi standar model desain pembelajaran adalah sembilan
langkah pengajaran yang perta-ma kali dikemukakan oleh Gagne tahun 1965. Adapun
sembilan langkah dimaksud adalah:
a) Mendapatkan perhatian (gain attention): Lankah ini menyediakan stimulus untuk
menarik perhatian dan melibatkan pebelajar serta memotivasi. Langkah ini dimulai
dengan mengemukakan suatu masalah, menyajikan situasi baru, mengguna-kan
multimedia, mengajukan pertanyaan.
b) Menyampaikan tujuan pembelajaran (Inform about the goal and objective): Langkah
ini menjelaskan apa yang akan dapat dilakukan dan bagaimana pebelajar dapat mereka
menggunakan pengetahuan yang akan dipelajari sebagai hasil pem-belajaran.
c) Stimulasi untuk menghadirkan pengetahuan sebelumnya (Simulate recal of prior
knowledge). Langkah ini mengingatkan kembali pebelajar atas pengetahuan sebelumnya
untuk mengetahui apa yang telah mereka ketahui baik berupa fakta, aturan, prosedur atau
keterampilan. Langkah ini juga akan menggambarkan bagai-mana pengetahui saling
berkaitan. Sebaiknya langkah ini dilakukan dengan kerang-ka yang membantu
pembelajaran dan ingatan.
d) Menyajikan materi yang dipelajari (Present the material to be learned). Langkah ini
menyediakan dan menampilkan isi pembelajaran yang baru dalam bentuk teks, grafis,
simulasi, bagan, gambar atau suara. Informasi yang disampai-kan hendaknya disusun
(chunking) agar mudah diingat untuk menghindari kelebih-an beban memori.
e) Menyediakan bantuan pembelajaran (Provide learning guidance). Langkah ini
mengorganisasikan pembelajaran dengan meletakkannya ke dalam konteks. Per-lu diingat
bahwa presentasi isi berbeda dari petunjuk atua instruksi tentang bagai-mana belajar.
f) Memancing kegiatan pebelajar (Elicit performance). Pada langkah ini, pebelajar perlu
mendemonstrasikan dan menggunakan pengetahuan, keterampilan atau perilaku yang
baru diperoleh.
g) Berikan tanggapan balik (provide feedback). Pada langkah ini, pebelajar perlu
diberitahu tentang performans belajarnya dan menunjukkan hal-hal yang
dilahttp://www.blogger.com/img/blank.gif-kukan dengan benar, tingkah laku pebelajar
dianalisis, atau menunjukkan solusi atas kesulitan atau masalah.
h) Mengukur performans (assess performance). Langkah ini dilakukan untuk
mendapatkan informasi tentang kemajuan performans pebelajar secara umum
i) Meningkatkan retensi dan transfer (enhance retention and transfer). Tahap terakhir ini
memberikan kesempatan kepada pebelajar mengkonsolidasi pembela-jarannya. Tahap ini
juga diperlukan untuk menginformasikan situasi-situasi masa-lah yang serupa,
menyediakan latihan-latihan tambahan, dan mengupayakan agar mereka dapat
mengungkapkan kembali atau mengemukakan hasil pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai