Mata Kuliah :
Pendidikan Jasmani Adaptif
Dosen Pengampu :
Utomo, M.Pd
Disusun Oleh :
1. M. Ridho Illahi (
2. Mardiah (1710127320014)
3. Takhmidah Rahida (
4. Tri Haryanto (
ii
KATA PENGANTAR
Penyusun
Kelompok 7 A01
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI s
BAB I PENDAHULUAN iii
A. Latar Belakang .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .....................................................
C. Tujuan .......................................................................
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................
B. Saran ........................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DESKRIPSI TUGAS ANGGOTA KELOMPOK
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Jasmani Khusus didefinisikan sebagai satu
sistem penyampaian pelayanan yang komprehensif yang
dirancang untuk mengidentifikasi, dan memecahkan masalah
dalam ranah psikomotor. Pelayanan tersebut mencakup
penilaian, program pendidikan individual (PPI), pengajaran
bersifat pengembangan dan/atau yang disarankan, konseling dan
koordinasi dari sumber atau layanan yang terkait untuk
memberikan pengalaman pendidikan jasmani yang optimal
kepada semua anak dan pemuda.
Pelayanan ini dapat diberikan oleh spesialis dalam
pendidikan jasmani khusus atau oleh seorang guru Pendidikan
Jasmani yang telah memperoleh latihan khusus untuk
melaksanakan berbagai macam tugas.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendidikan jasmani
khusus adalah satu bagian khusus dalam pendidikan jasmani
yang dikembangkan untuk menyediakan program bagi individu
dengan kebutuhan khusus. Selain itu diketahui pula bahwa
tujuan pendidikan jasmani bagi yang berkelainan adalah untuk
membantu mereka mencapai pertumbuhan dan perkembangan
jasmani, mental, emosional dan sosial yang sepadan dengan
potensi mereka melalui program aktivitas pendidikan jasmani
biasa dan khusus yang dirancang dengan hati-hati. Maka dari itu
1
disusunlah makalah ini untuk menambah pengetahuan pembaca
mengenai pendekatan penjas adaptif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pendidikan jasmani adaptif?
2. Bagaimana tujuan pendidikan jasmani adaptif?
3. Apa saja manfaat dari penjas adaptif?
4. Sebutkan dan jelaskan apa saja Inovasi alat permainan
pendidikan jasmani adaptif untuk anak berkebutuhan
khusus?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan jasmani
adaptif.
2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan jasmani adaptif.
3. Untuk mengetahui apa saja inovasi alat permainan
untuk anak berkebutuhan khusus.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
psikomotorik. Tujuannya adalah untuk menolong siswa
mengkoreksi kondisi yand dapat diperbaiki, membantu siswa
melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk
keadaannya melalui Penjas tertentu.
Pendidikan Jasmani Adaptif adalah program atau
pendidikan yang bersifat individual yang meliputi fisik atau
jasmani, kebugaran gerak, pola dan keterampilan gerak dasar,
keterampilan-keterampilan dalam aktifitas permainan olahraga
baik individu ataupun beregu yang didesain untuk anak
berkebutuhan khusus. Pendidikan olahraga harus menekankan
pada program aktifitas fisik yang aktif. Untuk mendapatkan
program aktifitas fisik yang aktif para guru harus melibatkan
orang tua, siswa, guru dan bagian administrasi dan bidang
disiplin ilmu lainnya untuk bersamasama menentukan program
Pendidikan Jasmani yang baik (Yudi Hendrayana, 2007: 6).
4
jasmani yang didasarkan pada kecacatan pada diri siswa. Secara
umum tujuan pendidikan jasmani adaptif sama dengan tujuan
pendidikan jasmani untuk anak normal. Namun demikian di
dalam pendidikan jasmani adaptif ada beberapa perbedaan yang
harus ditanamkan kepada anak-anak cacat.
Berkaitan dengan tujuan pendidikan jasmani adaptif
Beltasar Tarigan (2000: 10) menyatakan:
Tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan adaptif bagi anak
cacat juga bersifat holistic, seperti tujuan penjaskes untuk anak-
anak normal, yaitu mencakup tujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan jasmani, keterampilan gerak,
sosial dan intelektual. Di samping itu, proses pendidikan itu
penting untuk menanamkan nilai-nilai dan sikap positif terhadap
keterbatasan kemampuan baik dari segi fisik maupun mentalnya
sehingga mereka mampu bersosialisasi dengan lingkungan dan
memiliki rasa percaya diri dan harga diri.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, tujuan pendidikan
jasmani adaptif sama dengan tujuan pendidikan jasmani untuk
anak-anak normal. Namun dalam pendidikan jasmani adaptif
banyak menanamkan nilai-nilai dan sikap yang positif bahwa
kecacatan atau keterbatasan yang dimilikinya bukan menjadi
masalah untuk melakukan kegiatan olahraga. Di samping itu juga,
melalui pendidikan jasmani adaptif anak-anak cacat diharapkan
mampu bersosialisasi dengan lingkungan dan memiliki rasa
5
percaya diri dan harga diri bahwa dirinya memiliki hak dan
kewajiban yang sama seperti orang normal.
6
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, guru penjas adaptif
mempunyai peran penting dalam membelajarkan anak-anak
cacat. Seorang guru penjas harus merancang bentuk pembelajaran
yang sesuai dengan kecacatan siswa, sehingga siswa yang cacat
dapat terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar pendidikan
jasmani.
Berdasarkan kecacatan yang dimiliki siswa, maka siswa
yang cacat tentunya memiliki gerak yang sangat terbatas. Namun
dalam hal ini guru harus bertindak sebaik mungkin, dimana harus
mengetahui jenis olahraga yang bagaimana yang dapat dilakukan
secara bersama-sama antara anak cacat dan anak normal. Disisi
lain, guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang
tepat untuk anak-anak cacat di antaranya dengan memodifikasi
pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat kecacatan dan
kondisi fisiknya. Keputusan untuk membedakan aktivitas yang
berbeda bagi siswa cacat, sungguh sulit bagi seorang guru penjas.
Sangat disadari bahwa, memberikan perbedaan materi dan jenis
olahraga kepada siswa cacat berdampak pada kondisi psikologis
anak. Namun hal ini perlu diberikan penjelasan kepada anak
tersebut dan teman-teman sekelasnya, sehingga semua pihak
memahami dan menerimanya secara wajar. Cara ini merupakan
startegi dalam upaya membudayakan nilai-nilai pendidikan
jasmani kepada seluruh siswa. Agar dapat memberikan pelayanan
secara optimal kepada siswa cacat, guru penjaskes adaptif
seyogyanya memiliki kemampuan dan keterampilan khusus
7
dalam mengelola pembelajaran penjas untuk siswa cacat.
Kemampuan tersebut dapat diperoleh melalui praktek langsung
dan melalui pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh lembaga
terkait. Misalnya para guru penjas yang telah berpengalaman
dilatih khusus sehingga memilki kemampuan dan keterampilan
dalam bidang penjas adaptif. Di samping itu dapat pula dilakukan
melalui pengadaan program mata kuliah penjas adaptif di
lembaga pendidikan olahraga. Melalui perkuliahan tersebut teori-
teori yang diperoleh di kelas dapat diaplikasikan dalam proses
pembelajaran.
8
menganggap bahwa kecacatan dipandang secara negatif. Anak
yang berkebutuhan khusus dianggap tidak mampu melakukan
kegiatan apa-apa termasuk berolahraga. Hal ini sering dijumpai
dalam pembelajaran pendidikan jasmani, anak yang
membutuhkan pelayanan khusus sering tidak diikutsertakan
dalam kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani.
Pengalaman menunjukkan bahwa guru penjas umumnya
memberikan dispensasi kepada siswa yang memiliki kondisi
fisik, organis, dan fungsional untuk tidak ikut serta dalam
pembelajaran penjas. Dispensasi tersebut didasarkan pada rasa
belas kasihan terhadap anak yang lemah atau cacat. Masih ada
pandangan masyarakat bahwa anak cacat tidak etis diikutsertakan
dalam penjas kerena kemampuannya berbeda dengan anak
normal (Tarigan, 1999/2000:11).
Pendidikan jasmani adaptif pada dasarnya merupakan
olahraga yang diperuntukkan bagi orang pada umumnya
kemudian disesuaikan dengan kondisi ABK karena mereka akan
mengalami hambatan beraktifitas olahraga jika olahraga tersebut
tidak disesuaikan. Pendidikan jasmani adaptif bisa juga bukan
merupakan adaptasi olahraga yang ada, namun menciptakan
olahraga baru yang “inovatif” yang perencanaan dan
pelaksanaannya mempertimbangkan karakteristik, hambatan dan
kemampuan kompensatoris/program khusus ABK. Atas dasar
kedua wilayah tersebut (adapasi jenis olahraga yang sudah ada
dan penciptaan olahraga baru/kreatif) maka pendidikan jasmani
9
adaptif memerlukan beberapa penysesuaian. Penyesuaian
pendidikan jasmani adaptif lebih ditekankan pada ruang lingkup
pengetahuan dan keterampilan olahraga adaptif , sedangkan ruang
lingkup yang lain tidak terlalu banyak menekankan penyesuaian.
Penyesuaian bidang olahraga diperlukan bagi ABK, karena
hal ini termasuk dalam teori aksesibilitas, seperti yang
diungkapkan oleh Tarsidi (2008) “Sesungguhnya para
penyandang ketunaan tidak mengharapkan dan tidak pula
memerlukan lebih banyak hak daripada orangorang pada
umumnya. Mereka hanya menghendaki agar dapat bergerak di
dalam lingkungannya dengan tingkat kenyamanan, kemudahan
dan keselamatan yang sama dengan warga masyarakat lainnya,
memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam
kehidupan yang normal, dapat semandiri mungkin dalam batas-
batas kemampuannya.” Salah satu ruang lingkup adaptasi
olahraga yang diperlukan adalah adaptasi sarana dan prasarana
atau biasa disebut alat.
Adaptasi sarana dan prasarana dalam pendidikan jasmani
adaptif sepertinya yang paling banyak mendapat kajian. Hal itu
biasanya menjadi tolak ukur penyesuaian terhadap kemampuan
dan hambatan yang dimiliki oleh ABK. Pengadaptasian sarana
dan prasarana olahraga akan membawa perubahan/adaptasi
lainnya seperti adaptasi cara bermain, adaptasi peraturan
permainan, adaptasi waktu yang dibutuhkan, adaptasi petugas
10
olahraga yang mengawasinya, termasuk wasit dan adaptasi-
adaptasi lainnya.
Beberapa contoh adaptasi sarana/peralatan olahraga
diantaranya adalah:
1. Lari
11
Meski memiliki banyak kesamaan dengan voli
konvensional, namun juga memiliki beberapa perbedaan,
yang sebagian besar timbul karena keterbatasan fisik para
praktisi.
Ini hampir sama dengan bola voli biasa. Ini dibagi
dengan set, menjadi yang terbaik dari lima, jadi siapa pun
yang mendapatkan set 3 memenangkan pertandingan. Di
setiap set harus menandai titik 25 dan harus ada perbedaan
dua poin sehingga kedua tim bisa memenangkan set. Jika 2
× 2 berakhir di set, satu set terakhir disebut dasi istirahat,
yang sama dengan yang lain, tapi ini berakhir di titik 15.
Setiap tim terdiri dari pemain 12, hanya 6 yang ada di
lapangan, dibagi oleh pemain yang sedang menyerang.
3. Bola basket
12
4. Catur
13
teknik permainan yang dilakukan hampir sama dengan
orang melihat. Hanya saja, Tunanetra lebih banyak
menggunakan daya ingat dalam bermain.
5. Bowling
14
6. Tenis meja
15
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Meimulyani Yani dan Asep Tiswara. 2013. Pendidikan Jasmani
Adaptif. Luxima metro media. Jakarta
17
LAMPIRAN
18
DESKRIPSI TUGAS ANGGOTA KELOMPOK
19