Anda di halaman 1dari 65

PERAN GURU TERHADAP POLA HIDUP SEHAT MELALUI

PEMBIASAAN DI TK BERINGIN JAYA DAMPAL


KABUPATEN DONGGALA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Seminar Skiripsi
Pada Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Universitas Islam Negeri Datokarama Palu

Oleh

MIFATHUL JANNAH
NIM 18.1.05.0018

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) DATOKARAMA PALU
SULAWESI TENGAH
2024
DAFTAR ISI

Isi Hal

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i


HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................... 7
D. Penegasan Istilah ........................................................................... 8
E. Garis-garis Besar Isi....................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu...................................................................... 11
B.Kajian Teori …………................................................................... 16
C.Kerangka Pemikiran........................................................................ 29
BAB III KAJIAN PUSTAKA
A. Pendekatan dan Desain Penelitian................................................. 31
B.Lokasi Penelitian …………............................................................ 32
C.Kehadiran Peneliti........................................................................... 32
D.Data dan Sumber Data.................................................................... 32
E.Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 34
F.Teknik Analisis Data....................................................................... 35
G.Pengecekan Keabsahan Data.......................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian................................................. 31
B.Lokasi Penelitian …………............................................................ 32

iii
iv

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 31
B.Saran ………….............................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v

ABSTRAK

Nama : Mifathul Jannah


Nim : 18.1.05.0018
Judul : Peran Guru Terhadap Pola Hidup Sehat Melalui Pembiasaan di TK
Beringin Jaya Dampal Kabupaten Donggala

Skripsi ini berjudul: Peran Guru Terhadap Pola Hidup Sehat Melalui

Pembiasaan di TK Beringin Jaya Dampal Kabupaten Donggala

Berdasarkan observasi penulis di TK Beringin Jaya Dampal Kabupaten


Donggala menunjukkan bahwa pola hidup sehat siswa masih kurang baik, misalnya
siswa masih membuang sampah tidak pada tempatnya, siswa masih malas mengikuti
senam, siswa yang mencuci tangan tidak menggunakan sabun saat memegang
makanan, siswa yang tidak mencuci tangan setelah memegang benda yang kotor dan
siswa yang tidak menutup mulut dan hidung saat bersin di depan temannya.
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data
melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan menyimpulkan bahwa guru sudah
melakukan perannya sebagai inspirator, motivator, fasilitator dan evaluator. Namun
salah satu fasilitas seperti isi P3K belum memadai atau masih perlu menjadi bahan
perhatian untuk guru-guru agar selalu menyediakan isi P3K secara lengkap.
Pembiasaan yang dilakukan guru terhadap pola hidup sehat di TK Beringin Jaya
Dampal Kabupaten Donggala meliputi mencuci tangan menggunakan sabun di air
mengalir sebelum dan setelah makan serta setelah memegang benda kotor,
melakukan senam kesegaran jasmani seminggu sekali, membiasakan anak-anak
untuk buang sampah pada tempatnya, menggosok gigi 2 kali sehari, konsumsi buah
dan sayuran dan membatasi makan makanan tidak sehat seperti snak, potong kuku 1-
2 kali seminggu, membiasakan anak-anak cuci tempat bekalnya sesudah makan,
periksa kepala, telinga, gigi dan kuku seminggu sekali, tidak memasukan sepatu yang
kotor ke dalam kelas melainkan menaruhnya di tempat sepatu yang telah disediakan,
menggunakan pakaian yang bersih, rapi dan wangi dan rambut disampo 2-3 kali
seminggu.

Kata Kunci: Peran, Inspirator, Motivator, Fasilitator, Evaluator dan Pola Hidup Sehat
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebersihan dan kesehatan sudah sangat diperhatikan untuk anak usia dini.

Kebersihan merupakan syarat terwujudnya kesehatan dan sehat merupakan salah satu

faktor yang dapat memberikan kebahagiaan. Kebersihan yang sangat utama dan

terpenting untuk diterapkan dikehidupan sehari-hari karena kebersihan merupakan

salah satu yang menentukan status kesehatan seseorang. Apabila seseorang

menerapkan hidup bersih di dalam dirinya maka ia akan mendapatkan kesehatan

yang lebih baik1.

Pendidikan anak usia dini memerlukan pendekatan yang bersifat holistik, yaitu

keseimbangan dalam pemenuhan asupan gizi, layanan kesehatan, psikosional, dan

stimulasi pendidikan yang dilaksanakan secara terpadu dan baik oleh pemerintah

maupun komponen masyarakat yang mendukungnya. Anak juga membutuhkan

program yang diperlukan untuk memenuhi semua kebutuhan dasar anak agar dapat

tumbuh kembang dengan sempurna. Proses tumbuh kembang dipengaruhi oleh tiga

pilar utama yaitu “gizi, kesehatan, dan stimulasi psikososial” yang dilaksanakan

secara terperinci2.

Anak merupakan generasi penerus bangsa. Awal kokoh atau rapuhnya suatu

Negara dapat dilihat dari kualitas para generasi penerusnya. Jika terlahir anak-anak

yang tingkat gizi dan kesehatannya rendah, maka kondisi bangsa akan menjadi
1
Irianto, K. Ilmu Kesehatan Anak (Pediatri). Jakarta: Alfabeta. 2018. h. 129
2
Inten, D.N & Permatasari, A.N.. Literasi kesehatan pada anak usia dini melalui kegiatan
eating clean. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2). 2019. h. 366
2

rendah dan tidak mampu membangun Negara secara optimal. Kesehatan merupakan

faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Oleh karena itu,

kebutuhan dasar anak harus mendapatkan perhatian lebih sehingga kesehatannya

menjadi terjaga dan juga perkembangannya menjadi tidak terganggu. Anak yang

sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan wajar.

Kondisi sehat sejak dini akan memberi kesempatan tumbuhnya sumber daya manusia

yang sehat dan berkualitas dimasa depan3.

Dengan tubuh yang sehat maka anak dapat melakukan berbagai aktivitas

belajar maupun bermain dengan baik dan lancar serta membantu proses pertumbuhan

dan perkembangan anak berjalan secara optimal. Pola hidup sehat tidak hanya

terdapat pada ilmu kesehatan dan pendidikan secara umum, akan tetapi sudah

dijelaskan dalam ilmu kesehatan secara keislaman. Kebersihan adalah upaya untuk

menjaga diri dan lingkungan dari segala yang kotor, dalam mewujudkan dan

melestarikan hidup sehat4. Berikut kutipan hadist tentang kebersihan:

Terjemahannya:“Islam itu adalah bersih, maka jadilah kalian orang yang bersih.
Sesungguhnya tidak masuk surga kecuali orang-orang yang bersih”.
(HR. Baihaqi)5

3
Wardhani, W.D.L. Jatmikowati, T.E & Rahman, A. U. Pangan thoyyibah: Mengenalkan gaya
hidup sehat pada anak usia dini. Early Childhood: Jurnal Pendidikan, 3(2). 2019. h. 10
4
Aisyah, S. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Andi. 2018.
5
Hartini, V. Program Penerapan Pola Hidup Sehat Bagi Anak Usia Dini Melalui Pembiasaan
Sarapan Bergizi di Paud It Nur’athifah di Kota Manna. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(1).
2020. h. 29
3

Terjemahannya:“Dari Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam: Sesungguhnya Allah


SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih
yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai
kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu
bersihkanlah tempat-tempatmu”. (HR. Tirmizi)6

Dalam pembelajaran di sekolah, peran guru sangat penting untuk menerapkan

serta membiasakan pola hidup sehat melalui pembiasaan diri seperti mencuci tangan

sebelum dan sesudah makan, membuang sampah pada tempatnya dan yang lainnya.

Guru memiliki peranan yang penting dalam membantu pertumbuhan dan

perkembangan anak khususnya pada pembelajaran di sekolah. Peran guru anak usia

dini lebih sebagai mentor atau fasilitator, dan bukan pentransfer ilmu pengetahuan

semata karena ilmu tidak dapat di transfer dari guru kepada anak tanpa keaktifan

anak itu sendiri7.

Pentingnya perilaku sehat maka perlu untuk dapat diterapkan dan menjadi

kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itulah maka dikenal istilah pola

hidup sehat atau gaya hidup sehat. Beberapa faktor yang mempengaruhi pola hidup

sehat pada anak usia dini yang dilakukan di sekolah yaitu dengan menjaga pola

kebersihan diri seperti kebersihan kulit, kebersihan hidung, kebersihan telinga,

kebersihan gigi, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan rambut, dan kebersihan

kaki. Selanjutnya yaitu pola makanan dan minuman sehat dengan gizi seimbang yang

6
Munatin, B. Pengenalan Pola Hidup Sehat Melalui Media Langsung Pada Anak usia 4-5
Tahun RA AL-Hidayah. Jurnal Pendidikan. 1 (2). 2022. h. 490
7
Darmadi, H. Tugas, Peran, Kompetensi dan Tanggung Jawab Menjadi GuruProfesional.
Edukasi: Jurnal Pendidikan. 13 (2). 2018. h. 219
4

dibutuhkan untuk tumbuh dan kembang anak. Pemenuhan komposisi makanan

bergizi menunjang tercapainya kondisi tubuh yang sehat. Kemudian terdapat pola

gerak badan dan olahraga yang mencakup aktivitas gerak dengan menggunakan otot-

otot sadar yang bermanfaat untuk perkembangan motorik anak serta membantu

syaraf dan keseimbangan tubuh anak agar berkembang dengan lebih optimal8.

Melalui Pendidikan Anak Usia Dini, anak dikenalkan dan dijelaskan tentang

bagaimana cara untuk hidup sehat yaitu dengan menjaga kebugaran tubuh dengan

melakukan aktivitas berolahraga seperti senam pagi setiap hari. Dengan demikian,

anak bukan hanya mengenal tapi mengetahui banyak hal tentang berbagai cara yang

dapat ia lakukan untuk hidup sehat. Pola hidup sehat yaitu segala upaya untuk

menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan

menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan9.

Pola hidup sehat dapat disebut juga suatu kebiasaan yang baik tentang

memelihara kesehatan, dimana kebiasaan tersebut sudah berjalan dalam waktu yang

cukup lama, sehingga seolah-olah telah menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan

dari orang tersebut. Oleh sebab itu, pola atau kebiasaan hidup sehat harus ditanamkan

sejak dini. Guru memegang peranan yang sangat strategis terutama dalam

membentuk watak bangsa serta mengembangkan potensi peserta didik melalui

pengembangan kepribadian dan nilai-nilai karakter10.

Guru yang profesional yaitu guru yang mengetahui secara mendalam tentang

apa yang diajarkannya, cakap dalam cara mengajarkannya secara efektif dan efisien
8
Nurmala, I. Promosi Kesehatan. Surabaya : Airlangga University Press. 2021. h. 111
9
Soenarjo, R.J. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2018. h.
29
10
Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. 2016. h.
34
5

dan guru tersebut mempunyai kepribadian yang baik. Selain itu integritas diri serta

kecakapan keguruannya juga perlu ditumbuhkan serta dikembangkan. Seorang guru

yang kompeten harus mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk

mendukung keberhasilan dalam proses belajar mengajar serta dapat memberikan

petunjuk bagaimana cara belajar yang baik agar anak dapat mengikuti pembelajaran

yang guru berikan11. Ada beberapa peran guru dalam pembiasaan pola hidup sehat

pada anak usia dini yaitu guru sebagai inspirator, motivator, fasilitator dan evaluator.

Guru sebagai inspirator dalam pembiasaan pola hidup sehat perlu menunjukkan

perilaku hidup sehat dirinya jadi bukan hanya memberikan materi pembelajaran

tetapi juga memberikan inspirasi bagi para peserta didiknya khususnya dalam

menumbuhkan kebiasaan pola hidup sehat dengan berbagai cara yang menarik agar

anak dapat turut serta dalam penerapannya. Selanjutnya sebagai motivator, guru

hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Guru

memotivasi belajar penting artinya dalam proses belajar siswa, karena berfungsi

mendorong, menggerakkan dan mengarahkan kegiatan belajar. Motivasi dapat

diartikan sebagai daya pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah

laku ke arah tujuan tertentu. Dikarenakan dalam proses pembelajaran, motivasi

merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting12.

Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang

memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Sudah menjadi tugas guru

untuk menyediakan fasilitas untuk berbagai kegiatan, lingkungan yang fleksibel dan

berbagai sumber belajar untuk kemudahan dalam proses pembelajaran agar tercipta
11
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda. 2015. h. 20
12
Harnum, A.L., Aunurrahman & Yuniarni, D. Peran Guru Dalam Pembiasaan Pola Hidup
Sehat Anak Usia 5-6 Tahun di ABC123 Kota Pontianak. JPPK Khatulistiwa, 12(5). 2023. h. 1317
6

lingkungan belajar yang menyenangkan bagi anak didik. Guru sebagai evaluator,

dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan

penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. Guru tidak hanya menilai

hasil, tetapi juga mengamati proses dari pembelajaran. Dengan evaluasi guru dapat

menentukan apakah peserta didik yang diajarkan memiliki kompetensi yang telah

ditetapkan sehingga dapat diberi pembelajaran selanjutnya.

Berdasarkan observasi penulis di TK Beringin Jaya Dampal Kabupaten

Donggala menunjukkan bahwa pola hidup sehat siswa masih kurang baik, misalnya

siswa masih membuang sampah tidak pada tempatnya, siswa masih malas mengikuti

senam, siswa yang mencuci tangan tidak menggunakan sabun saat memegang

makanan, siswa yang tidak mencuci tangan setelah memegang benda yang kotor dan

siswa yang tidak menutup mulut dan hidung saat bersin di depan temannya.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Peran

Guru Terhadap Pola Hidup Sehat Melalui Pembiasaan di TK Beringin Jaya Dampal

Kabupaten Donggala”. Pentingnya penelitian ini mengingat bahwa guru adalah

teladan, bukan hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik dan pembimbing

yang banyak berperan memberi contoh, membiasakan anak usia dini tentang pola

hidup sehat selama mengikuti pembelajaran di kelas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah ini dapat

dirumuskan yaitu:

1. Bagaimana peran guru terhadap pola hidup sehat melalui pembiasaan di TK

Beringin Jaya Dampal Kabupaten Donggala?


7

2. Apa saja pembiasaan yang dilakukan guru terhadap pola hidup sehat di TK

Beringin Jaya Dampal Kabupaten Donggala?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui peran guru

terhadap pola hidup sehat melalui pembiasaan di TK Beringin Jaya Dampal

Kabupaten Donggala.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu:

1) Untuk mengetahui peran guru sebagai inspirator terhadap pola hidup

sehat melalui pembiasaan di TK Beringin Jaya Dampal Kabupaten

Donggala

2) Untuk mengetahui peran guru sebagai motivator terhadap pola hidup

sehat melalui pembiasaan di TK Beringin Jaya Dampal Kabupaten

Donggala

3) Untuk mengetahui peran guru sebagai fasilitator terhadap pola hidup

sehat melalui pembiasaan di TK Beringin Jaya Dampal Kabupaten

Donggala

4) Untuk mengetahui peran guru sebagai evaluator terhadap pola hidup

sehat melalui pembiasaan di TK Beringin Jaya Dampal Kabupaten

Donggala.
8

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat atau berguna dalam

pendidikan anak usia dini. Kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan baik peneliti maupun

pembaca dan sekaligus sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang

akan mengadakan penelitian lebih lanjut menyangkut pola hidup sehat

melalui pembiasaan pada anak usia dini.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah pengetahuan guru

tentang pentingnya pola hidup sehat pada anak usia dini.

D. Penegasan Istilah

1. Peran Guru

Peran merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh

orang yang berkedudukan dalam masyarakat13. Guru merupakan tenaga

pendidik profesional yang tugas utamanya adalah mengajar peserta didik dalam

membentuk generasi unggul untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Peran guru

adalah sebagai pembimbing harus lebih diutamakan, karena kehadiran guru di

sekolah adalah sebagai orang yang membimbing peserta didik menjadi manusia

yang dewasa, terampil, berbudi pekerti, luhur dan berakhlak mulia. Tanpa

bimbingan dari seorang guru, peserta didik akan megalami kesulitan dalam

13
Berry, D. Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2017. h.
230
9

menghadapi perkembangan dirinya14. Adapun peran guru yang akan diteliti

dalam penelitian ini adalah peran guru sebagai inspirator, motivator, fasilitator

dan evaluator.

2. Pola Hidup Sehat

Pola adalah bentuk atau model yang memiliki keteraturan, baik dalam

desain maupun gagasan abstrak15. Hidup sehat adalah hidup yang bebas dari

semua masalah rohani (mental) ataupun masalah jasmani (fisik) 16. Pola hidup

sehat adalah gaya hidup yang memperhatikan semua aspek kondisi kesehatan

seseorang. Tak hanya soal makanan, tapi juga kebiasaan orang itu dalam

menjalani gaya hidupnya17.

3. Pembiasaan

Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus

dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang baik18.

4. Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Sedangkan

hakikat anak usia dini adalah individu yang unik dimana ia memiliki pola

pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosial emosional,

kreativitas, bahasa, dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tahapan yang

sedang dilalui oleh anak tersebut19.


14
Nasution, H. Berbagai Pendekatan Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. 2016. h. 139
15
Rusman, I. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
Raja Grafindo Persada. 2016. h. 110
16
Sharkey, J. Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2018. h. 39
17
Mulyadi. Upaya meningkatkan Kesehatan. Jakarta: PT raja Grafindo Persada. 2015. h.39
18
Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakt Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta. 2018. h. 138
19
Mansur, M.A. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2017.
h. 209
10

E. Garis-garis Besar Isi

Untuk memberikan gambaran awal mengenai isi proposal skripsi ini, maka

berikut peneliti kemukakan garis-garis besar isi proposal sebagai informasi awal

mengenai masalah yang akan di teliti. Proposal Skripsi ini terdiri dari lima bab yang

terdiri dari beberapa sub bab yaitu:

Bab I, merupakan pendahuluan yang terdiri dari beberapa hal terkait dengan

penelitian, yaitu latar belakang masalah yang menguraikan tentang maksud penelitian

ini dilakukan yaitu tentang Peran Guru Terhadap Pola Hidup Sehat Melalui

Pembiasaan di TK Beringin Jaya Dampal Kabupaten Donggala. Rumusan masalah

yang dimaksudkan agar penelitian lebih terfokus pada masalah yang akan diteliti.

Tujuan dan kegunaan penelitian yang mengemukakan sasaran dan kegunaan

dilakukannya peneliti. Penegasan istilah yang mengemukakan tentang konsep yang

akan diteliti

Bab II, tinjauan pustaka menguraikan tentang penelitian terdahulu, teori-teori

mengenai judul proposal skripsi ini antara lain yaitu Peran Peran Guru Terhadap Pola

Hidup Sehat Melalui Pembiasaan dan kerangka pemikiran.

Bab III, menguraikan tentang metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini yang mencakup pendekatan dan desain penelitian, lokasi penelitian,

kehadiran peneliti, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis

data dan pengecekan keabsahan data.


11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini menggunakan penelitian terdahulu sebagai tolak ukur dan acuan

untuk menyelesaikannya, penelitian terdahulu memudahkan peneliti dalam

menentukan langkah-langkah yang sistematis untuk penyusunan penelitian dari segi

teori maupun konsep. Berikut merupakan uraian penelitian terdahulu berupa

beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan peneliti:

1. Vivi Andriani (2021) dengan judul Peran Guru dalam Membentuk Pembiasaan

Perilaku Hidup Bersihdan Sehat Pada Anak Usia Dini di RA Darun Najah

Kloposepuluh Sukodono Sidoarjo. Penelitian tersebut menggunakan metode

kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui

observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data terkumpul semua proses

selanjutnya yaitu menganalisis data yang telah diperoleh ketika obervasi di

lapangan yaitu teknik pengumpulan data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan peran guru dalam membentuk

pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak usia dini di RA Darun

Najah Kloposepuluh Sukodono Sidoarjo yaitu sudah berjalan dengan baik. Peran

guru disini yaitu membiasakan anak untuk selalu mencuci tangan sebelum dan

sesudah makan meggunakan air yang mengalir dan sabun, membiasakan anak

untuk selalu membuang sampah pada tempatnya, mengkonsumsi makanan yang

sehat, pembiasaan buang air kecil dan buang air besar di kamar mandi dan

pembiasaanberpakaian rapih dan bersih. Peran guru di sini sangat berperan


12

penting agar anak dapat membiasakan hidup bersih dan sehat dimanapun mereka

berada. Ada beberapa faktor pendukung untuk pembiasaan perilaku hidup bersih

dan sehat ini yaitu faktor lingkungan dimana terbagi menjadi tiga, sekolah,

keluarga dan masyarakat dan ada faktor hereditas. Faktor pendukung ini yang

sangat dibutuhkan untuk guru agar dapat tercapai pembiasaan hidup bersih dan

sehat pada anak sesuai harapan bersama. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu

hampir semua orang tua membawakan makanan yang tidak sehat dan sarana

prasarana di sekolah yang belum mendukung pembiasaan perilaku hidup bersih

dan sehat pada anak usia dini20.

2. Cut Mailani (2021) dengan judul Upaya Guru dalam Menerapkan Pembiasaan

Perilaku Hidup Sehat di Paud Bunga Harapan Jangka Buya Pidie Jaya. Jenis

penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui

observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini adalah guru di PAUD Bunga

Harapan belum membimbing anak dalam berperilaku hidup sehat dan kendala

yang dihadapi guru adalah tidak adanya fasilitas yang mendukung perilaku hidup

sehat dan kurangnya pengetahuan guru di PAUD Bunga Harapan tentang

pentingya perilaku hidup sehat terhadap Anak Usia Dini yang perlu dievalusi

setiap sebulan sekali dikarenakan guru di PAUD Bunga Harapan ialah belum

memahami tentang perilaku hidup sehat terhadap Anak usia Dini21.

3. Anggari Ludmilla Harnum dkk (2023) dengan judul Peran Guru dalam

Pembiasaan Pola Hidup Sehat Anak Usia 5-6 Tahun di ABC123 Kota Pontianak.

20
Andriani, V. Peran Guru dalam Membentuk Pembiasaan Perilaku Hidup Bersihdan Sehat
Pada Anak Usia Dini di RA Darun Najah Kloposepuluh Sukodono Sidoarjo. 2021. h. 76
21
Mailani, C. Upaya Guru dalam Menerapkan Pembiasaan Perilaku Hidup Sehat di Paud
Bunga Harapan Jangka Buya Pidie Jaya. 2021. h. 64
13

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bentuk penelitian

kualitatif. Lokasi penelitian ini dilakukan di ABC123 Early Preschool Time Kota

Pontianak. Subyek dalam penelitian ini adalah 12 anak dan 2 orang guru. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu teknik observasi dengan panduan

observasi, teknik wawancara dengan panduan wawancara dan teknik dokumentasi

dengan dokumenter. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis data kualitatif mengikuti konsep Miles dan Huberman. Hasil penelitian

yaitu guru dalam pembiasaan pola hidup sehat pada anak usia 5-6 tahun di

ABC123 Early Preschool Time Kota Pontianak, secara umum bahwa guru telah

berperan aktif baik sebagai inspirator, guru menjadi panutan dan inspirasi dalam

menunjukkan penerapan kebiasaan pola hidup sehat dengan menunjukkan contoh

langsung, meminta anak untuk ikut berperan aktif melakukannya. Guru mengajak

anak berpikir dan mencari tahu bersama-sama, berdiskusi dan membicarakan

berbagai hal yang berkaitan dengan kebiasaan hidup sehat yang dapat anak

lakukan secara sendiri dalam kehidupannya sehari-hari. Sebagai motivator, guru

memberikan motivasi pada anak untuk membangkitkan minat dan semangatnya

agar mau mengikuti setiap kegiatan maupun arahan yang diberikan. Bentuk

motivasi yang diberikan yaitu dengan cara memberi semangat, pujian maupun

tindakan, seperti tepuk tangan atau acungan jempol. Guru juga memberi dorongan

dan penguatan terhadap perilaku-perilaku positif anak, sehingga anak menjadikan

perilaku tersebut sebagai kebiasaan yang dilakukannya sehari-hari khususnya

terkait dengan pembiasaan pola hidup sehat. Sebagai fasilitator, guru


14

memfasilitasi anak dengan berbagai kegiatan, media, lingkungan, dan

menyediakan berbagai sumber belajar yang diperlukan untuk menunjang

pembiasaan pola hidup sehat pada anak dan mengembangkan pembelajaran aktif

bagi anak dan fasilitas belajar dengan berbagai media yang menarik. Sebagai

evaluator, guru mengumpulkan data atau informasi dari masing-masing anak

tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan dan guru berperan

sebagai penilai pencapaian masingmasing anak dalam berbagai kegiatan pola

kebersihan diri, pola makanan dan minuman sehat, serta pola gerak badan atau

olahraga22.

Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Persamaan Perbedaan


1 Vivi Andriani (2021) 1. Kualitatif 1. Jumlah informan
deskriptif 2. Anak TK
2. Objek penelitian: sedangkan
peran guru penelitian ini
3. Teknik anak Paud
Pengumpulan data 3. Pola hidup sehat
wawancara, sedangkan
observasi, & penelitian ini
dokumentasi PHBS
4. Analisis data
menggunakan
reduksi data,
penyajian data dan
penarikan
kesimpulan
5. Sumber data
primer dan
sekunder
2 Cut Mailani (2021) 1. Kualitatif 1. Jumlah informan
deskriptif 2. Objek penelitian:
2. Teknik peran guru
Pengumpulan data sedangkan
22
Harnum, L.A., Aunurrahman & Yuniarni, D. Op.cit. h. 1315
15

No Nama Peneliti Persamaan Perbedaan


wawancara, penelitian ini
observasi upaya guru
3. Analisis data 5. Teknik
menggunakan Pengumpulan
reduksi data, data menggunkan
penyajian data dan dokumentasi
penarikan sedangkan
kesimpulan penelitian ini
4. Sumber data tidak
primer dan menggunakan
sekunder 3. Anak TK
sedangkan
penelitian ini
anak Paud
4. Pola hidup sehat
sedangkan
penelitian ini
PHBS

3 Anggari Ludmilla 1. Kualitatif 1. Jumlah informan


Harnum dkk (2023) deskriptif 2. Anak TK
2. Objek penelitian: sedangkan
peran guru penelitian ini
3. Teknik anak Paud
Pengumpulan data
wawancara,
observasi, &
dokumentasi
4. Analisis data
menggunakan
reduksi data,
penyajian data dan
penarikan
kesimpulan
5. Sumber data
primer dan
sekunder
6. Pola hidup sehat
16

B. Kajian Teori

1. Peran Guru

Guru adalah faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran yang

berkualitas. Sehingga berhasil tidaknya pendidikan mencapai tujuan selalu

dihubungkan dengan kiprah para guru. Oleh karena itu, usaha-usaha yang

dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan hendaknya dimulai dari

peningkatan kualitas guru. Guru yang berkualitas diantaranya adalah

mengetahui dan mengerti peran dan fungsinya dalam proses pembelajaran23.

Guru memiliki peran penting di dalam kelas untuk membantu siswa di

dalam membangun sikap yang positif, membangkitkan rasa ingin tahu,

mendorong siswa agar mandiri dan ketepatan logika intelektual, serta

menciptakan kondisi-kondisi agar pembelajaran berjalan dengan baik.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa peranan seorang guru penting

dalam membantu siswa berperilaku positif, membantu siswa meningkatkan

potensi yang dimiliki dan memotivasi siswa untuk dapat mengikuti

pembelajaran dengan baik.

Peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai informator,

organisator, motivator, pengarah/direktor, inisiator, transmiter, fasilitator,

mediator, dan evaluator24. Sedangkan menurut Pullias dkk mengatakan bahwa

peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai pendidik, pengajar,

pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (inovator), model dan teladan,

pribadi, peneliti, pendorong kretivitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin,

23
Djamarah, B.S. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. 2015. h. 22
24
Daradjat, Z. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang. 2014. h. 79
17

pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansipator, pengawet, dan sebagai

kulminaor25.

Peran (role) guru artinya terciptanya serangkaian tingkah laku yang

saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta behubungan

dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang

menjadi tujuannya. Guru memegang berbagai jenis peran yang mau tidak mau,

harus dilaksanakannya sebagai seorang guru26.

Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan

kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik agar dapat mengembangkan

potensinya secara optimal. Guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan,

dengan memposisikan diri sebagai berikut:

a. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.

b. Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta

didik.

c. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta

didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya.

d. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat

mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memeberikan saran

pemecahannya.

e. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab

f. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan (bersilaturahmi)

dengan orang lain secara wajar.


25
Hanifah, F. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama. 2015. h. 340
26
Rusman, U. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
Raja Grafindo Persada. 2012. h. 119
18

g. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antara peserta didik, orang

lain dan lingkungannya.

h. Mengembangkan kreativitas

i. Menjadi pembantu ketika diperlukan.

Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk

pengabdian. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan

dirinya sebagai orang tua ke dua. Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi

idola para siswanya. Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendaklah

dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku

kurang menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri siswa. Berikut

beberapa peran guru akan dibahas berikut ini, yaitu27:

a. Guru Sebagai Insipirator

Peran sebagai inspirator berarti seorang guru harus mampu

membangkitkan semangat peserta didik untuk maju mengembangkan

potensinya.

b. Guru Sebagai Motivator

Peran sebagai motivator, mengandung makna bahwa setiap guru harus

mampu membangkitkan spirit, etos kerja dan potensi yang luar biasa pada

diri peserta didik. Peran sebagai motivator penting artinya dalam rangka

meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru

harus mampu memberikan rangsangan, dorongan serta reinforcement untuk

27
Sanjaya, W. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: PT
Kencana. 2016. h. 220
19

mengembangkan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya

cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika dalam proses belajar.

c. Guru Sebagai Mediator

Mediator ini dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar

siswa. Misalnya saja menengahi atau memberikan jalan keluar atau solusi

ketika diskusi tidak berjalan dengan baik. Mediator juga dapat diartikan

sebagai penyedia media pembelajaran, guru menentukan media

pembelajaran mana yang tepat digunakan dalam pembelajaran.

d. Guru Sebagai Organisator

Pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran dan

lain-lain. Organisasi komponen-komponen kegiatan belajar harus diatur oleh

guru agar dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri

guru maupun siswa.

e. Guru Sebagai Fasilitator

Guru sebagai fasilitator bertugas memberikan kemudahan belajar

(facilitate of learning) kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat

belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak

cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka.

f. Guru Sebagai Evaluator

Guru memiliki tugas untuk menilai dan mengamati perkembangan

prestasi belajar peserta didik. Guru memiliki otoritas penuh dalam menilai

peserta didik, namun demikian evaluasi tetap harus dilaksanakan dengan

objektif. Evaluasi yang dilakukan guru harus dilakukan dengan metode dan
20

prosedur tertentu yang telah direncanakan sebelum kegiatan pembelajaran

dimulai.

Tugas dan tanggung jawab seorang guru sangat besar dan berpengaruh

pada prestasi belajar mengajar. Guru mempunyai tanggung jawab untuk

melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas serta membantu proses

perkembangan siswa. Tugas guru sebagai pengajar memberikan bantuan

kepada siswa dalam proses pembelajaran agar mendapatkan hasil yang

maksimal dan tujuan yang diinginkan, sehingga siswa dapat berprestasi sesuai

dengan kemampuan yang ada pada diriinya.

2. Pola Hidup Sehat

a. Pengertian

Pengertian pola hidup menurut Soekidjo adalah suatu gaya hidup

dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi

kehidupan sehari-hari. Pengertian hidup sehat menurut Hanlon yaitu sehat

itu mencakup keadaan pada diri seseorang secara menyeluruh tetapi

mempunyai kemampuan melakukan fisiologis maupun psikologis penuh.

Pengertian pola hidup sehat menurut Rusli Ruthan adalah setiap tindakan

yang mempengaruhi peluang secara langsung atau jangka panjang semua

konsekuensi fisik yang menjadi lebih baik28.

Pola hidup sehat adalah pola yang berkaitan dengan upaya seseorang

untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan melalui interaksi

dengan lingkungan khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.

Sedangkan kesehatan adalah suatu keadaan yang meliputi kesehatan


28
Bawa, A.A.W. Budaya Hidup Sehat. Tangerang: PT Pantja Simpati. 2016. h. 310
21

jasmani, rohani dan sosial, lebih khusus lagi bahwa hidup sehat adalah suatu

keadaan hidup yang mencakup semua aspek, yaitu jasmani, rohani, sosial,

serta produktif secara ekonomi. Sedangkan, pengertian pola hidup adalah

aktifitas yang dikerjakan oleh individu yang terwujud dalam tindakan atau

sikap karena adanya stimulus yang diterima dan dapat diamati oleh pihak

luar serta dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu29.

Pola hidup sehat adalah suatu gaya hidup dengan memperhatikan

faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi kesehatan, antara lain makanan

dan olahraga, hal ini dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Orang

yang memiliki kesehatan dalam hidupnya berarti ia telah dapat melepaskan

diri dari penyakit yang menyiksanya baik berupa penyakit rohani maupun

jasmani30.

Jadi pola hidup sehat disini dapat disebut juga suatu kebiasaan yang

baik tentang memelihara kesehatan, dimana kebiasaan tersebut sudah

berjalan dalam waktu yang cukup lama, sehingga seolah-olah telah menjadi

kebiasaan yang tidak terpisahkan dari orang tersebut. Sehingga pola atau

kebiasaan hidup sehat harus ditanamkan sedini mungkin. Lebih rinci lagi

tentang pembinaan serta pemeliharaan hidup sehat yaitu meliputi, menjaga

kesehatan kulit, memelihara kebersihan kuku, memelihara kebersihan

rambut, memelihara kebersihan dan kesehatan mata, memelihara kebersihan

mulut dan gigi, serta memakai pakaian yang bersih dan serasi.

b. Cara Memperkenalkan Pola Hidup Sehat

29
Iswanto. Pola Hidup Sehat Dalam Keluarga. Jakarta: PT Sunda Kelapa Pustaka. 2017. h. 114
30
Murniati, E. Aku Tahu Tentang Cara Hidup Sehat. Surabaya: Duta Graha Pustaka, 2018. h. 74
22

Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk

memperkenalkan pola hidup sehat kepada anak31:

1) Konsumsi Makanan Sehat

Membiasakan anak untuk makan cukup sayur dan buah kadang

tidak mudah, namun bukan berarti tidak mungkin. Ajak anak untuk ikut

terlibat menyiapkan makanan, sehingga mendorong ketertarikannya

untuk mengenal beragam sayur dan buah. Gunakan kesempatan ini untuk

menjelaskan tentang berbagai manfaat tiap jenis sayur dan buah yang

ada. Selain itu, biasakan minum air putih cukup setiap hari, agar cairan

tubuh tetap seimbang dan semua organ dapat bekerja dengan baik. Jangan

lupa untuk membatasi asupan gula sehari-hari, misalnya dengan

menyiapkan camilan sehat di rumah atau untuk bekal ke sekolah.

2) Aktif Melakukan Kegiatan Fisik

Menurut penelitan dari Liggins Institute, University of Auckland,

Selandia Baru, aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin sejak dini dapat

mempengaruhi metabolisme tubuh dalam membakar kalori saat dewasa.

Ajak anak untuk melakukan aktivitas fisik yang menyenangkan baginya,

seperti bermain di taman atau melakukan jenis olahraga kesukaannya.

Jika memungkinkan, sediakan peralatan olahraga di rumah.

3) Menjaga Kebersihan Diri

31
Bawa. op.cit. h. 315
23

Kebersihan diri adalah awal dari hidup yang sehat. Menjaga

kebersihan diri membantu melindungi anak dari kuman dan mencegah

timbulnya berbagai penyakit. Oleh sebab itu, pendidikan tentang

kebersihan perlu diberikan sedini mungkin agar anak terbiasa untuk

merawat tubuhnya sendiri.

Dengan melakukan gaya hidup sehat anak sejak dini, tentu kesehatan

anak pun akan lebih terjaga saat dia menginjak usia dewasa. Berikut adalah

beberapa cara yang bisa dilakukan ibu untuk membiasakan gaya hidup sehat

pada anak32:

1) Ajarkan dengan Memberi Contoh

Sebagai orang tua, ayah dan ibu memiliki kesempatan untuk

membantu membentuk anak, agar ia tumbuh menjadi individu yang

bahagia serta mampu menyesuaikan diri dengan baik. Sebelum mengajari

anak tentang gaya hidup sehat, orang tua harus lebih dulu memiliki

kebiasaan tersebut agar menjadi contoh bagi anak. Misalnya, jika anak

melihat ayah dan ibu suka makan buah dan sayuran selama waktu makan,

mereka pasti ingin menirunya. Jika anak melihat orang tuanya suka pilih

makanan atau makan berlebihan, maka mereka pun akan menirunya.

Sama seperti ketika ayah dan ibu menjaga mulut untuk memastikan

tidak melontarkan kata-kata kotor, yang mungkin dipelajari atau ditiru

anak. Perlu diingat, anak-anak selalu memperhatikan dan dengan melihat

orang tuanya melakukan gaya hidup sehat, mereka juga akan

mengikutinya.
32
Sumantri, M. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka. 2014. h. 281
24

2) Berikan pilihan Makanan yang Sehat di Meja Makan

Banyak penelitian yang menunjukkan, bahwa makanan yang orang

tua berikan kepada anak sekarang, akan secara langsung membentuk

preferensi makanan mereka dikemudian hari. Jika orang tua sering

memberikan pilihan makanan cepat saji, maka hingga tumbuh besar ia

cenderung menyukai makanan cepat saji yang tidak sehat. Orang tua juga

perlu memastikan bahwa waktu makan adalah acara keluarga, dengan

makanan yang disajikan di meja makan. Dengan menetapkan waktu

makan keluarga, orang tua dapat memastikan anak-anak tumbuh dengan

kebiasaan sehat yang sama.

3) Lakukan Olahraga atau Aktivitas Fisik Bersama Anak

Anak-anak membutuhkan setidaknya satu jam aktivitas fisik

perhari. Tubuh anak perlu tetap aktif. Untuk mendorong gaya hidup sehat

anak, pertimbangkan untuk menjadwalkan kegiatan olahraga atau

aktivitas fisik lainnya bersama anak. Aktivitas fisik tidak hanya

membantu anak mempertahankan berat badan yang sehat, tapi juga

membantu mereka mengembangkan otak yang sehat juga. Perlu

diketahui, waktu bermain dan olahraga yang teratur ternyata bisa

membuat anak jadi lebih pintar.

4) Jangan Gunakan Makanan sebagai Hadiah


25

Misalnya anak mendapatkan nilai A pada ujian matematikanya,

kemudian ayah dan ibu mengajaknya untuk makan es krim untuk

merayakannya. Sebaiknya pikirkan lagi tentang hal tersebut. Tindakan

tersebut hanya akan mengajarkan anak bahwa makanan yang tidak sehat

adalah hadian untuk perilaku yang baik. Ini juga membuat anak lebih

memilih junk food dibandingkan makanan sehat. Sebaiknya ganti hadiah

makanan dengan hal lain. Misalnya memberikan alat tulis baru, mengajak

nonton ke bioskop, atau hadiah lainnya yang berupa kegiatan dan benda

yang lebih bermanfaat untuk anak.

5) Jangan Sediakan Gadget di Kamarnya

Anak-anak harus memiliki waktu tidur yang cukup. Hal tersebut

bermanfaat untuk kesehatan tubuh anak, mempertahan berat badan sehat,

dan menjadikan anak lebih berprestasi di sekolah. Tegaskan pada anak

bahwa ia harus memiliki kebiasaan tidur yang sehat dengan tanpa adanya

TV, video game, dan gadget di kamar tidur.

c. Ciri Anak Sehat

Hidup sehat untuk anak pada dasarnya adalah sebagai berikut33:

1) Makan dengan pola makan sehat dan perbanyak asupan sayuran setiap

harinya

2) Makan protein alami yang sehat, terutama ikan yang kaya dengan lemak

sehat

3) Makan cemilan sehat secukupnya dan hindari cemilan-cemilan tinggi

gula, tepung sederhana, susu sapi, dan lemak tidak sehat


33
Kurniadi, T.K. Kalau Bisa sehat, Kenapa Harus Sakit. Depok: Puspa Swara. 2020. h. 39
26

4) Makan teratur dengan komposisi seimbang dan porsi sehat

5) Berolahraga, minimal 60 menit setiap hari

6) Mendapat cukup sinar matahari pagi yang diperlukan untuk pertumbuhan

dan kesehatan tulang serta membantu menjaga suasana hati karena sinar

matahari dapat memicu produksi hormon rasa senang.

7) Tidur teratur dan cukup tidur

8) Menjaga kebersihan diri sendiri dengan wajar, merasa nyaman dengan

dirinya sendiri, serta meningkatkan rasa percaya diri pada anak, yaitu

termasuk:

a) Mandi dengan bersih dan teratur untuk menghindari bau badan

b) Mengenakan pakaian yang bersih, terutama pakaian dalam

c) Mengenakan kaos kaki dan sepatu yang bersih (biasakan cuci sepatu

sekolah anak secara rutin

d) Mencuci kaki setiap hari untuk menghindari kaki mengeluarkan bau

yang tidak sedap

e) Mencuci tangan sebelum makan

f) Mengunting kuku tangan dan kaki secara teratur

g) Mencuci rambut secara benar dan teratur

h) Sikat gigi secara teratur, yaitu setelah makan pagi dan sebelum tidur.

d. Manfaat Pola Hidup Sehat


27

Ada beberap manfaat dari pola hidup sehat yaitu sebagai berikut34:

1) Setiap individu maupun rumah tangga meningkat kesehatannya serta

tidak mudah sakit.

2) Anak tumbuh sehat dan cerdas.

3) Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat karena biaya yang terjadi

dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk kepentingan yang

lain.

Ada beberapa manfaat pola hidup sehat di sekolah yaitu sebagai

berikut35:

1) Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga anak sekolah dan

guru dilindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit.

2) Semakin meningkatnya semangat proses belajar mengajar yang

berdampak pada prestasi belajar anak sekolah.

3) Citra sekolah sebagai sarana pendidikan semakin meningkat sehingga

mampu menarik minat orang tua (masyarakat).

4) Semakin meningkatnya citra pemerintah di bidang kesehatan.

5) Dapat menjadi percontohan sekolah ber-PHBS bagi daerah lain.

3. Pembiasaan

Secara etimologi pembiasaan berasal dari kata dasar “biasa” berdasarkan

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “biasa” adalah 1) lazim, umum, 2)

seperti sediakala/seperti yang sudah-sudah, 3) sudah menjadi kebiasaan, 4)

34
Proverawati, A dan Rahmawati, A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yogyakarta: Nuha
Medika. 2016. h. 58
35
Iswanto. op.cit. h. 120
28

sudah sering kali. Dengan adanya perfiks “pe” dan sufiks “an” menunjukkan

arti proses, sehingga pembiasaan dapat diartikan sebagai proses membuat

sesuatu/seseorang menjadi terbiasa36.

Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang

agar sesuatu tersebut dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan adalah segala

sesuatu yang dilakukan secara berulang untuk membiasakan individu dalam

bersikap, berperilaku, dan berpikir dengan benar. Dalam proses pembiasaan

berintikan pengalaman, sedangkan yang dibiasakan adalah sesuatu yang

diamalkan37.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembiasaan

merupakan proses kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang yang

bertujuan untuk membuat individu menjadi terbiasa dalam bersikap,

berperilaku dan berpikir sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan

dari proses pembiasaan di sekolah untuk membentuk sikap dan perilaku siswa

yang relatif menetap karena dilakukan secara berulang-ulang baik di dalam

proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran.

Bentuk-bentuk kegiatan pembiasaan peserta didik dapat dilaksanakan

dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan secara terjadwal seperti

upacara bendera, senam, memelihara kebersihan diri sendiri, dan lingkungan

dan kegiatan lainnya

36
Dalyono. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2016. h. 77
37
Majid, A. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 2015. h.19
29

b. Kegiatan yang dilakukan secara spontan yakni pembiasaan yang dilakukan

tidak terjadwal dalam kejadian khusus, misalnya pembentukan perilaku

membuang sampah pada tempatnya

c. Kegiatan dengan keteladanan yaitu pembiasaan dalam bentuk perilaku

sehari-hari seperti berpakaian rapi, berbahasa yang baik dan santun, memuji

kebaikan atau keberhasilan orang lain.

C. Kerangka Pemikiran

Pembiasaan merupakan salah satu metode yang sangat tepat untuk diterapkan

kepada anak. Dalam pendidikan anak usia dini metode pembiasaan sangat

berpengaruh pada anak untuk meningkatkan pola hidup sehat yang konsisten secara

terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan yang dilakukan secara terus

menerus tanpa dipaksa akan meningkatkan kesehatan dan kesadaran anak akan

pentingnya mempratekkan pola hidup sehat. Melalui pembiasaan maka pemahaman

tentang pola hidup sehat yang diberikan kepada anak usia dini akan menjadi sebagai

dasar pola perilaku kehidupan sehari-harinya38.

Kesehatan dan kebersihan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak.

Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman tentang pola hidup sehat, sehingga sekolah

perlu melakukan pembiasaan untuk melatih anak dalam hidup bersih dan sehat dalam

kesehariannya. Dalam hal ini, peran guru dalam membentuk pola hidup sehat sangat

berperan penting agar dapat terwujud sekolah sehat39.

Pembiasaan pola hidup sehat di sekolah dimana guru sangat membutuhkan

banyak pendukung termaksud kerja sama yang baik dengan orang tua untuk

38
Sudjiono, A. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo. 2018. h. 39
39
Aden, R. Menjalani Pola & Gaya Hidup Sehat. Yogyakarta: Hanggar Kreator. 2016. h.45
30

merealisasikan hidup sehat di lingkungan rumah agar pembiasaan pola hidup sehat

tersebut akan menjadi kebiasaan yang nantinya akan melekat pada diri anak.

Kebiasaan itu sendiri adalah perilaku seseorang yang ditunjukan secara berulang

tanpa berfikir lagi dalam kegiatan yang dilakukannya. Dalam hal ini, kerangka

pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Pembiasaan

Pola Hidup Sehat

Peran Guru
1. Peran Sebagai
Inspirator
2. Peran Sebagai
Motivator
3. Peran Sebagai
Fasilitator
4. Peran Guru
Sebagai Evaluator

Kebiasaan Pola Hidup


Sehat Murid di TK
Beringin Jaya

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian

Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian

kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah40.

Penelitian kualitatif dipilih karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang

natural atau menggambarkan keadaan yang sesungguhnya di lapangan. Dalam

penelitian kualitatif teori dan sumber data dapat berkembang di lapangan selama

proses penelitian. Jenis penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi

terkait Peran Guru Terhadap Pola Hidup Sehat Melalui Pembiasaan di TK Beringin

Jaya Dampal Kabupaten Donggala.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu

metode penelitian yang berupa gambaran mengenai situasi atau kejadian, kata-kata

yang tertulis atau dari lisan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam

penelitian deskriptif kualitatif data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka

melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen

40
Moleong, L.J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2017. h. 48
32

pribadi dan dokumen resmi lainnya. Peneliti deskriptif merupakan penelitian yang

berusaha mendeskripsikan atau menginterpretasikan data yang ada di lapangan41.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di TK Beringin Jaya Dampal Kabupaten

Donggala.

C. Kehadiran Peneliti

Kehadiran penulis dalam hal ini sangatlah penting dan utama, hal ini seperti

yang dikatakan Moleong bahwa dalam penelitian kualitatif kehadiran penulis sendiri

atau bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Sesuai dengan

penelitian kualitatif, kehadiran di lapangan adalah sangat penting dan diperlukan

secara optimal. Penulis merupakan instrumen kunci utama dalam mengungkapkan

makna dan sekaligus sebagai alat pengumpul data, karena itu penulis juga harus

terlibat dalam kehidupan orang-orang yang diteliti sampai pada tingkat keterbukaan

antara kedua belah pihak. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis terjun

langsung ke lapangan untuk mengamati dan mengumpulkan data yang dibutuhkan.

D. Data dan Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata atau pernyataan

yang disampaikan oleh responden dan tingkah laku yang ditunjukkan oleh objek

penelitian yang ada di lapangan. Data penelitian dikupulkan baik lewat instrumen

pengumpulan data, observasi, wawancara maupun data dokumentasi. Sumber data

secara garis besar terbagi menjadi ke dalam dua bagian, yaitu data primer dan data

sekunder. Dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari hasil observasi,

41
Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian
Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2016. h.102
33

wawancara, dan dokumentasi Peran Guru Terhadap Pola Hidup Sehat Melalui

Pembiasaan di TK Beringin Jaya Dampal Kabupaten Donggala. Selain itu sumber

data juga dapat diperoleh melalui jurnal, artikel, dan juga buku.

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah semua data atau informasi yang

terkait dengan permasalahan peran guru terhadap pola hidup sehat melalui

pembiasaan di TK Beringin Jaya Dampal. Data tersebut diperoleh dari sumber

pertama melalui prosedur dan teknik pengambilan data berupa interview,

observasi, maupun penggunaan instrumen pengukuran yang khusus dirancang

sesuai dengan tujuanya. Data yang dimaksud merupakan data yang diperoleh

langsung dari informan kemudian dianalisa sehingga mendapatkan hasil atau

jawaban yang menjadi fokus penelitian. Data ini diperoleh dari hasil wawancara

yang dilakukan pada 4 guru dan 1 kepala sekolah yang ada di TK Beringin Jaya

Dampal Kabupaten Donggala.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang

biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip di lembaga tersebut. Ketepatan

dan kecermatan informasi mengenai subjek dan variabel penelitian tergantung

pada strategi dan alat pengambilan data yang digunakan. Hal ini pada akhirnya

akan menentukan ketepatan hasil penelitian. Data sekunder ini merupakan data-

data penunjang untuk memperkuat hasil yang telah diperoleh dari data primer.

Data sekunder yang dimaksudkan berupa hasil lembar kerja anak, laporan

kegiatan anak, serta laporan hasil belajar anak.


34

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau cara pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan yang

penting dalam melaksanakan kegiatan penelitian. Data atau informasi yang diperoleh

dari hasil penelitian akan digunakan untuk membuat suatu kesimpulan ataupun

rekomendasi42. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk tujuan penelitian

ini, perlu dilakukan beberapa kegiatan penting yang dalam hal ini disebut teknik

pengumpulan data yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

Metode observasi yaitu kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek

dengan menggunakan seluruh alat indra seperti penglihatan, penciuman, dan peraba.

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi yang dimaksud disini adalah

observasi langsung yaitu bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian, sehingga observer

berada bersama objek yang diselidikinya. Observasi dalam penelitian ini akan

dilakukan pada 5 orang guru (termasuk kepala sekolah) dan pada murid-murid di TK

Beringin Jaya Dampal untuk melihat kebiasaan pola hidup sehat yang ada disana.

2. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan

ide yang ingin diketahui oleh peneliti melalui tanya jawab, sehingga dapat disusun

maknanya dalam suatu topik tertentu dan mendapatkan jawaban yang yang ingin

42
Bungin, B. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2015. h. 70
35

didapat oleh peneliti. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara langsung

dengan informan yaitu guru TK Beringin Jaya Dampal.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu metode untuk mendapatkan data dari dokumen-

dokumen baik berupa gambar, tulisan atau bentuk lainnya. Dengan ini peneliti ingin

melihat semua kegiatan, program yang telah disusun dan hasil dari penerapan pola

hidup sehat pada anak usia dini di TK Beringin Jaya Dampal.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan,

mengelompokkan, memberi tanda dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu

temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Untuk menganalisis data

yang diperoleh dalam penelitian ini, maka peneliti menganalisa data, baik data dari

hasil observasi, wawancara, maupun dokumentasi, dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul dari tempat penelitian guna memperoleh

fakta-fakta dari responden43. Langkah-langkah dalam analisis data sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan demikian data yang telah

direduksiakan memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

Data yang diperolah dari lapngan ditulis atau diketik dalam bentuk uraian atau

laporan yang terperinci. Laporan ini akan terus-menerus bertambah dan akan

43
Ulfatin, N. Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan: Teori dan Aplikasisnya.
Malang: Media Nusa Creatif. 2015. h. 224
36

menambah kesulitan apabila tidak dianalisis sejak awalnya. Jadi laporan lapangan

direduksi, disusun lebih sistematis sehingga lebih mudah dikendalikan. Data yang

direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga

mempermudah peneiti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan.

Reduksi dapat pula membantu dalam memberikan kode kepada aspek-aspek

tertentu.

Maka peneliti dalam mereduksi data pada bidang peran guru terhadap pola

hidup sehat melalui pembiasaan akan memfokuskan pada bagaimana peran guru

terhadap pola hidup sehat melalui pembiasaan, yang dilihat dari peran inspirator,

motivator, fasilitator dan evaluator dari hasil observasi dan wawancara yang telah

dilaksanakan.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data.

Dalam peneltian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori dan lain sebagainya. Dengan penyajian

data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Penyajian data ini

dimaksudkan untuk memilih data yang sesuai dengan kebutuhan peneliti tentang

peran guru terhadap pola hidup sehat melalui pembiasaan.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data

kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk

mengambil tindakan. Menarik kesimpulan adalah sebagian dari suatu kegiatan


37

konfigurasi yang utuh. Kesimpulan ini akan diikuti dengan adanya bukti-bukti

yang diperoleh ketika melaksakanan penelitian di lapangan44. Berdasarkan

penjelasan di atas bahwa yang dimaksud dengan penarikan kesimpulan yaitu hasil

dari penelitian yang dilakukan di TK Beringin Jaya Dampal yang akan dijadikan

kalimat yang runtut sesuai dengan fakta-fakta di lapangan.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Selanjutnya teknik dalam melakukan pengecekkan dan pemeriksaan keabsahan

data yang diperoleh, terutama pengecekan data yang terkumpul. Data yang terkumpul

akan dicek ulang oleh peneliti pada subjek data yang terkumpul dan jika kurang

sesuai peneliti mengadakan perbaikan untuk membangun kepercayaan pada

informasi yang telah diperoleh. Keabsahan data merupakan konsep penting yang

diperbaharui dari konsep validitas dan reabilitas data. Eksistensi checking keabsahan

data merupakan hal yang mutlak adanya. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini ada

beberapa cara yang dilakukan untuk mencari validitasi suatu data yang terkumpul.

Teknik untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian kualitatif yang

perlu dibahas adalah penggunaan teknik sebagai berikut:

1. Perpanjangan Penelitian Lapangan

Dengan perpanjangan ini berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan

pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun

yang baru. Dengan perpanjangan penelitian lapangan ini berarti hubungan peneliti

dengan narasumber akan semakin akrab, semakin terbuka dan saling mempercayai

sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan.

44
Miles, M.B. & Huberman, M. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit. Universitas
Indonesia. 2014. h. 85
38

2. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan yang dilakukan peneliti selama di lapangan

menggunakan waktu seefisien mungkin dan tekun dalam meneliti, sehingga pokok

permasalahan dalam penelitian tersebut dapat dimegerti dan dipahami.

Meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat melakukan pengecekkan kembali

apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Dekimian juga dengan

meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat memberikan deskripsi data yang

akurat dan sistematis tentang apa yang diamati sewaktu penelitian di lapangan.

3. Triangulasi Data

Triangulasi merupakan suatu cara mendapatkan data yang benar-benar valid.

Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar itu sendiri, untuk keperluan pengecekan

data atau sebagai pembanding terhadap data itu sendiri. Dari penjelasan di atas

dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian yang dilakukan keabsahan data sangat

dibutuh diakhir penelitianya. Keabsahan data sendiri dipergunakan untuk megecek

data yang telah diteliti di lapangan dan dapat membangun kepercayaan pada

informasi yang telah diperoleh. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik

triangulasi sebagai berikut:

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber yaitu untuk menguji keabsahan data yang dilakukan

dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber.

Triangulasi sumber ini tidak bisa diratakan seperti penelitian kuantitatif tetapi

dideskripsikan, dikategorikan, dari beberapa pandangan yang sama atau


39

berbeda dan spesifikasi dari sumber data tersebut. Sehingga data yang

dianalisis oleh peneliti dapat menghasilkan kesimpulan yang baik

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik yaitu untuk menguji kreadibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data dengan sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda. Seperti data yang diperoleh dari hasil wawancara, kemudian dicek

dengan cara observasi dan dokumentasi. Setelah dilakukan pengujian

kreadibilitas didapatkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi

lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain untuk

memastikan data mana yang benar. Berdasarkan teknik triangulasi di atas,

maka penelitian ini membandingkan data yang diperoleh dari sumber primer

dengan data yang diperoleh dari sumber sekunder. Dalam hal ini peneliti

membandingkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan guru dan

kepala sekolah. Peneliti juga akan membandingkan data yang diperoleh dari

hasil wawancara dengan fakta di lapangan.


40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian telah dilakukan di TK Beringin Jaya Dampal Kabupaten Donggala

pada tanggal…… tahun 2023. Peneliti melakukan penelitian tentang peran guru

terhadap pola hidup sehat melalui pembiasaan di TK Beringin Jaya Dampal dengan

informan adalah kepala sekolah dan 4 orang guru di di TK Beringin Jaya Dampal.

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat sebagai berikut:

A. Peran Guru Terhadap Pola Hidup Sehat Melalui Pembiasaan di TK Beringin

Jaya Dampal Kabupaten Donggala

Guru merupakan pengajar utama atau sering disebut sebagai pendidik. Guru

juga sebagai peran terpenting untuk terlaksananya kegiatan pembiasaan pola hidup

sehat pada anak usia dini. Pada tingkat anak usia dini pola hidup sehat menjadi

program pembiasaan yang dilakukan di sekolah. Saat hidup bersih dan sehat telah

menjadi kebiasaan maka akan muncul dan berkembang budaya hidup sehat ketika

anak berada dimanapun. Pada dasarnya peran guru dalam membentuk pembiasaan

pola hidup sehat pada anak usia dini yaitu agar mereka dapat mengatasi, memelihara,

meningkatkan, dan melindungi kesehatanya. Peran guru dalam penelitian ini dilihat

dari Peran Sebagai Inspirator, Peran Sebagai Motivator, Peran Sebagai Fasilitator dan

Peran Guru Sebagai Evaluator.

1. Peran Sebagai Inspirator

Peran sebagai inspirator berarti seorang guru harus mampu membangkitkan

semangat peserta didik untuk bisa menerapkan pola hidup sehat terutama jika berada

di lingkungan sekolah. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala TK


41

Beringin Jaya Dampal Kabupaten Donggala terkait peran guru sebagai inspirator

yaitu:

“Dalam hal ini kami memberikan contoh yang baik kepada murid seperti
membuang sampah pada tempatnya, mencuci tangan dengan sabun sebelum
dan sesudah makan, mencuci tempat makan setelah selesai makan, memotong
kuku kalau sudah panjang, saat batuk dan bersin tutup mulut, menggunakan
pakaian yang bersih dan wangi, senam pagi seminggu sekali, berbicara yang
baik dan sopan agar dapat menginsipari murid agar mereka mau untuk
menerapkannya bukan hanya di sekolah tetapi dimana saja mereka berada”45

Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu M yang merupakan salah satu guru di TK

Beringin Jaya Dampal berikut ini:

“Kami biasanya memberi contoh dengan membuang sampah pada tempatnya,


mencuci tangan dengan sabun baik sebelum ataupun sesudah makan atau
memegang benda yang kotor, melakukan senam, mengenakan pakaian yang
rapi dan sebagainya. Hal ini kami maksudkan agar murid-murid bisa
mencontohi apa yang sudah kami lakukan”46

Salah satu guru di TK Beringin Jaya Dampal yakni Ibu I juga memberikan

pernyataan yang sama terkait peran guru sebagai inspirator berikut ini:

“Untuk menginspirasi pola hidup sehat anak-anak, kami biasa mencontohkan


sebelum makan cuci tangan dengan sabun, buang sampah di tempatnya, saat
batuk tutup mulut melakukan senam supaya anak-anak bisa mengikuti apa yang
sudah kami contohkan dan bias terus mempraktekannya tidak hanya di sekolah
namun di rumah”47

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada kepala sekolah ataupun

guru yang ada di TK Beringin Jaya Dampal menunjukkan bahwa baik kepala sekolah

maupun guru sudah melakukan perannya sebagai inspirator dalam menerapkan pola

hidup sehat pada anak didiknya dengan memberikan contoh seperti membuang

45
WK, Kepala TK Beringin Jaya “wawancara” oleh peneliti di ruang kantor pada tanggal 20
November 2023
46
M, Guru TK Beringin Jaya “wawancara” oleh peneliti di ruang tamu pada tanggal 21 November
2023
47
I, Guru TK Beringin Jaya “wawancara” oleh peneliti di ruang tamu pada tanggal 21 November 2023
42

sampah di tempatnya, mencuci tangan dengan menggunakan sabun sebelum dan

sesudah makan dan setelah memegang benda kotor, saat batuk dan bersin tutup

mulut, melakukan senam seminggu sekali, mengenakan pakaian rapi dan wangi serta

berbicara dengan baik dan sopan. Hal ini diharapkan dapat menginspirasi murid

untuk menerapkannya tidak hanya di lingkungan sekolah, namun dimana saja ia

berada.

Guru harus bisa menjadi insipirasi anak dalam menerapkan pola hidup sehat.

Untuk memiliki pola hidup sehat, anak didik bukan hanya perlu pengetahuan atau

dukungan fasilitas saja melainkan contoh dari lingkungannya. Jika guru sudah

berperan sebagai inspirator maka kemungkinan besar anak didik dapat mencontohi

apa yang sudah guru ajarkan48.

Penerapan pola hidup sehat di sekolah adalah salah satu upaya strategis untuk

menggerakkan dan memberdayakan sekolah dan lingkungan untuk hidup bersih dan

sehat. Sekolah yang berperilaku hidup bersih akan membentuk siswa yang cerdas.

Anak yang sehat dan cerdas merupakan aset dan modal pembangunan kesehatan

dimasa depan.

Salah satu langkah yang dapat ditempuh oleh guru untuk menumbuhkan pola

hidup sehat pada murid adalah dengan cara menjadi inspirasi dan memberikan contoh

yang baik bagi murid setiap hari di lingkungan sekolah, seperti berpakaian rapi,

membuang sampah pada tempatnya, mencuci tangan pakai sabun agar pola hidup

sehat dapat terlaksana49.

48
Izhar. Peranan Guru dan dalam Pembelajaran Berkarakter di Era Revolusi Industri. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada. 2018. h.77
49
Lestariningrum, A. Perencanaan Pembelajaran Anak Usia Dini. Yogyakarta: Andi. 2017. h. 4.
43

Guru adalah seorang yang ditiru yang artinya seorang guru harus dapat menjadi

seorang panutan bagi semua muridnya. Sebagai model atau teladan menyiratkan

bahwa guru benar-benar menjadi sentral kegiatan bahkan kehidupan. Guru menjadi

cermin lingkungan sekitar khususnya anak didik dalam bertutur, berperilaku, bahkan

berpakaian. Untuk itu, berbagai tindak-tanduk guru ketika memasuki kelas, memulai

pembelajaran, saat berlangsung pembelajaran hingga guru menutup pelajaran dapat

menginspirasi muridnya50.

2. Peran Sebagai Motivator

Peran sebagai motivator berarti setiap guru harus mampu membangkitkan

kemauan dan semangat pada diri peserta didik untuk menerapkan pola hidup sehat.

Guru harus mampu memberikan rangsangan, dorongan serta bantuan untuk

memotivasi murid agar mau menerapkan pola hidup sehat terutama di lingkungan

sekolah. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala TK Beringin Jaya

Dampal Kabupaten Donggala terkait peran guru sebagai motivator yaitu:

“Saya selalu menyampaikan pada guru-guru untuk tidak memarahi anak-anak


jika melakukan kesalahan, namun disampaikan dengan baik-baik, dengan halus
agar anak-anak tidak takut dan bisa memotivasi mereka untuk yang tadinya
tidak benar menjadi benar dan untuk menjadi mereka lebih baik lagi. Misalnya
ada anak-anak yang membuang sampah sembarangan, jangan marahi mereka
tetapi disampaikan dengan pelan bahwa membuang sampak tidak pada
tempatnya akan menjadikan lingkungan kelas menjadi kotor, tidak cantik dan
bikin tidak nyaman, dan sejauh ini kalau anak-anak dijelaskan pelan begitu
mereka langsung turuti”.51

Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu Z, salah satu guru di TK Beringin Jaya

Dampal sebagai berikut:

50
Hanifah, op.cit. h. 352
51
WK, op.cit
44

“Ya.. biasanya dikasih pengertian pelan-pelan aja, nanti dia mau sendiri. Atau
misalnya habis berkegiatan kalau anaknya tidak mau, dikasih tau saja efeknya
kalau tidak cuci tangan. Tangannya kotor, nanti kalau tidak cuci tangan bisa
sakit perut, atau bisa juga dikasih imbalan bintang dulu. Jadi anak mau, terus
mereka langsung nyuci tangan”52

Pernyataan dari Ibu A yang merupakan salah satu guru di TK Beringin Jaya

Dampal sejelan dengan apa yang sudah dijelaskan oleh guru lainnya bahwa:

“Biasanya dikasih tau sesuai dengan bahasa yang mudah dimengerti anak.
Misalnya nak cuci tangan yaa…, potong kuku yaa.. supaya tidak hidup cacing
di dalam perut. Memang ada beberapa anak yang agak sulit termotivasi tapi
kami tetap jelaskan dengan bahasa sederhana sampai mereka benar-benar
paham bahwa tidak cuci tangan itu bisa buat sakit”53

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada kepala sekolah ataupun

guru yang ada di TK Beringin Jaya Dampal menunjukkan bahwa baik kepala sekolah

maupun guru sudah melakukan perannya sebagai motivator dalam menerapkan pola

hidup sehat pada anak didiknya, hal ini didukung pula dengan hasil observasi peneliti

selama penelitian berlangsung dimana saat kegiatan membuat miniatur benda langit,

guru menginstruksikan kepada anak didik untuk membuang sisa-sisa kertas hasil

mengguntingnya ke tempat sampah dan anak-anak berbondong-bondong

melakukannya. Namun ada beberapa murid yang bandel ketika diperintah untuk

melakukan hal serupa. Guru langsung menegur dengan bahasa yang tidak menyakiti

anak tersebut. Sehingga tidak berselang lama, anak-anak tersebut mengangguk patuh

dan langsung memungut sampahnya dan membuangnya ke tempat sampah.

Selama penerapan pola hidup sehat di sekolah tidak jarang ada anak yang

malas atau asyik sendiri sehingga pura-pura tidak mendengar saat diperintah untuk

52
Z, Guru TK Beringin Jaya “wawancara” oleh peneliti di ruang tamu pada tanggal 21 November
2023
53
A, Guru TK Beringin Jaya “wawancara” oleh peneliti di ruang tamu pada tanggal 21 November
2023
45

menjaga kebersihan sehingga guru akan langsung mengintervensi dengan bicara

menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak, seperti memberitahu

bagaimana akibatnya jika abai. Hal ini sejalan dengan karakteristik anak usia dini

diantaranya adalah memiliki daya konsentrasi pendek yang berarti anak akan

kesulitan untuk tetap fokus pada satu hal dalam waktu yang sama, perhatiannya

mudah teralihkan kecuali kegiatan yang sedang dilakukannya menyenangkan dan

menarik perhatiannya. Sehingga guru sebagai motivator harus mampu memotivasi

atau mendorong anak didik agar anak semangat dalam menjaga kebersihan54.

Selain itu, untuk meningkatkan motivasi anak agar memiliki pola hidup sehat

ini maka guru memiliki beberapa cara lain yang diterapkan pada anak seperti

memberikan reward, baik itu berupa pujian atau memberikan bintang. Sebagaimana

menurut Sanjaya bahwa dengan memberikan pujian atau komentar positif terhadap

prestasi anak maka akan menciptakan kelas yang menyenangkan55.

3. Peran Sebagai Fasilitator

Peran sebagai fasilitator berarti guru bertugas memberikan fasilitas yang

memadai kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat menerapkan pola hidup

sehat dengan penuh semangat. Agar berhasilnya penerapan pola hidup sehat di

sekolah maka diperlukan fasilitas yang memadai seperti kamar mandi yang terawat,

tempat mencuci tangan, tempat sampah, pagar, rak sepatu, UKS atau kota P3K yang

lengkap. Namun dari hasil observasi peneliti di TK Beringin Jaya Dampal ada salah

satu yang belum memadai atau tidak tersedia lengkap di TK Beringin Jaya Dampal

54
Djamarah, S. op.cit. h.34
55
Dwi, Y. Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT. Indeks. 2016. h.69
46

yakni kotak P3K yang hanya berisi minyak telon saja. Hasil observasi ini juga di

dukung oleh pernyataan dari Kepala TK Beringin Jaya Dampal yaitu sebagai berikut:

“Untuk fasilitas penunjang pola hidup sehat kayaknya hanya isi P3K yang tidak
lengkap. Kalau yang lainnya ada semua, tempat sampah di setiap ruangan,
kamar mandi/WC yang rutin dibersihkan guru-gurunya, ada pagar keliling
untuk mencegah anak keluar dari lingkungan sekolah, ada rak sepatu supaya
sepatu yang kotor tidak ikut masuk ke ruangan, ada tempat cuci tangan yang
lengkap dengan sabunnya. Isi P3K itu selalu lengkap cuman kemarin memang
belum sempat dibeli, biasanya isinya ada obat demam, minyak kayu putih,
minyak telon, minyak tawon, hansaplast, tisu, kapas, dan betadin. Rencana
besok atau lusa saya akan lengkapi semua itu. Cuman kalau UKS memang
ruangannya ada tapi jarang digunakan jadi sekarang ruangan itu hanya di
fungsikan untuk taruh barang-barang yang jarang atau belum terpakai sama
sekali”.56

Pernyataan dari Ibu M membenarkan apa yang sudah dijelaskan kepala

sekolah, berikut pernyataan dari Ibu M:

“Fasilitas sudah hampir semua tersedia, baik tempat sampah, tempat cuci
tangan, WC, dll. Hanya saja memang untuk isi P3K yang kurang karena kepsek
belum sempat berbelanja. Tapi Alhamdulillah sejauh ini tidak ada anak yang
membutuhkan penanganan P3K”57

Ibu Z juga mengungkapkan hal serupa terkait fasilitas yang ada di TK Beringin

Jaya Dampal sebagai berikut:

“Peran kami dalam memfasilitasi anak-anak dengan sudah menyediakan tempat


sampah agar memudahkan anak-anak buang sampah, menyediakan tempat cuci
tangan dengan sabun agar anak-anak mudah mengaplikasikan cuci tangannya,
menyediakan WC yang bersih agar anak-anak nyaman dan terbiasa BAB di
WC, menyediakan P3K agar dapat melakukan pertolongan pertama kalau anak-
anak jatuh, terluka atau tiba-tiba demam. Hanya memang isi P3K saat ini masih
sementara diupayakan untuk dilengkapi kembali”58

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada kepala sekolah ataupun

guru yang ada di TK Beringin Jaya Dampal menunjukkan bahwa baik kepala sekolah

maupun guru sudah melakukan perannya sebagai fasilitator dalam menerapkan pola
56
WK, op.cit
57
M, op.cit
58
Z, op.cit
47

hidup sehat pada anak didiknya, namun salah satu fasilitas seperti isi P3K belum

memadai atau masih perlu menjadi bahan perhatian untuk guru-guru di TK Beringin

Jaya Dampal terutama kepala sekolahnya agar selalu menyediakan isi P3K secara

lengkap dan jangan dibiarkan dalam keadaan kurang lengkap, sebab musibah atau

sakit seseorang tidak ada yang bisa memprediksikan sehingga dapat memberikan

pertolongan pertama dengan segera.

Menurut konsep yang diajukan Senjaya, peran guru sebagai fasilitator yaitu

memberikan pelayanan untuk memudahkan anak didik dalam kegiatan proses

penanaman pola hidup sehat. Adapun fasilitas yang tersedia di sekolah harus

menunjang perilaku ini, seperti kamar mandi yang terawat, tersedia air, sabun, juga

alat pembersih, UKS, tempat mencuci tangan, tanaman hias dan tanaman obat, pagar,

rak sepatu, dan tempat sampah. Agar lingkungan bersih, sehat, dan indah, maka

sampah harus dibuang pada tempat sampah59.

Selain menyediakan fasilitas sarana dan prasarana untuk penerapan pola hidup

sehat pada anak, guru juga bertanggung jawab memfasilitasi dengan menyediakan

anak makan-makanan yang bergizi. Sebetulnya, makanan/minuman jajanan untuk

anak saat ini sangat beragam dapat dijumpai di sekitar sekolah, di toko, warung atau

kaki lima namun tidak semuanya baik untuk kesehatan anak. Konsumsi pangan

adalah makanan dan minuman yang dikonsumsi seseorang untuk kehidupan sehari-

hari. Konsumsi pangan tersebut harus sehat (healthy foods) artinya mengandung zat

gizi dalam jumlah cukup yang diperlukan oleh tubuh agar anak tetap dapat tumbuh

dan berkembang. Konsumsi pangan selain menyehatkan juga harus aman (food

59
Fadli, Muhammad. Desain pembelajaran PAUD. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2017. h.27
48

safety) artinya tidak mengandung bahan kimia berbahaya, termasuk mikroorganisme

yang dapat menyebabkan keracunan60.

Untuk memfasilitasi anak saat menerapkan perilaku ini, guru juga mengadakan

olahraga untuk memelihara kebugaran dan kesehatan tubuh serta mental, sehingga

tidak mudah sakit. Selain itu, anak juga menjaga kebersihan lingkungan sekolah

dengan memungut sampah. Dengan adanya kegiatan tersebut di atas, selain

bermanfaat untuk memelihara kebugaran anak, bermanfaat juga untuk

pengembangan otot-otot kecil maupun besar anak61.

4. Peran Guru Sebagai Evaluator

Peran sebagai evaluator berarti guru memiliki tugas untuk menilai dan

mengamati perubahan pola hidup sehat dari peserta didik. Guru memiliki otoritas

penuh dalam menilai peserta didik, namun demikian evaluasi tetap harus

dilaksanakan dengan objektif. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala TK

Beringin Jaya Dampal terkait peran guru sebagai evaluator yaitu sebagai berikut:

“Sejauh ini guru-guru sudah melakukan evaluasi tidak hanya pada prestasi
belajar anak saja namun pada pola hidup sehat yang anak-anak jalani. Memang
semua guru melaporkan ke saya itu bahwa belum semua anak-anak bisa
menerapkan pola hidup sehat misalnya masih ada anak yang sulit untuk
dinasehati agar jangan buang sampah sembarangan, masih suka minta jajan ke
mamanya snak yang tidak ada gizinya, tidak mau kukunya di potong. Tapi itu
hanya sebagian kecil anak-anak yaa.. kalau sebagian besarnya itu biasa biar
tidak disuruh mereka akan buang sampah pada tempatnya, kuku selalu minta di
potong sebelum panjang dan sebagainya lagi. Untuk anak-anak yang masih
sulit untuk menerapkan pola hidup sehat ini, pelan-pelan kami selalu nasehati,
kami ajar, kami beritahu yang mana yang benar supaya lambat laun mereka
akan menjadi terbiasa”.62

60
Kurniadi, T. op.cit. h. 44
61
Proverawati, A dan Rahmawati, A. op.cit. h. 69
62
WK, op.cit
49

Pernyataan dari Ibu A terkait peran guru sebagai evaluator untuk menerapkan

pola hidup sehat pada anak didik yakni:

“Saya biasanya setiap hari senin dengan ibu guru yang lain adakan
pemeriksaan kuku, gigi, telinga dan kepala untuk memastikan tidak kotoran
atau gangguan kesehatan lainnya pada anak-anak. Untuk anak-anak yang
misalnya kukunya panjang maka kami akan langsung memotong kukunya,
kalau dia tidak mau maka kami akan bilang nanti ada cacing hidup di perut atau
kami akan memberi nilai bintang yang banyak sampai anak-anak jadi mau”63

Pernyataan dari Ibu Z terkait peran guru sebagai evaluator untuk menerapkan

pola hidup sehat pada anak didik yakni:

“Setiap hari senin itu ada pemeriksaan kuku, kepala, gigi dan telinga dari kami
guru-guru ke anak-anak. Pemeriksaan sederhana misalnya melihat kuku sudah
panjang atau belum, gigi di gosok atau tidak, dan seterusnya. Ketika kami
dapati ada anak-anak yang misalnya tidak gosok gigi atau kukunya kotor maka
kami akan menasehati untuk rajin gosok gigi agar gigi tidak berlubang dan
sakit, begitu juga kalau kuku panjang maka kami sudah menyediakan alat
potong kuku untuk anak-anak. Kami juga sering memantau siapa saja yang
malas cuci tangan, buang sampah sembarangan dan lain sebagainya maka kami
berikan penjelasan dan pengertian ke anak-anak bahwa itu salah dan tidak
boleh seperti itu, yaa meskipun ada beberapa anak-anak pas dijelaskan begitu
belum langsung berubah tapi kami yakin pasti kalau dibiasakan merekan akan
berubah”64

Pernyataan dari Ibu M terkait peran guru sebagai evaluator untuk menerapkan

pola hidup sehat pada anak didik yakni:

“Untuk evaluasi itu setiap seminggu sekali ada, kami biasanya periksa gigi,
kepala, telinga, kuku dan sebagainya pada anak-anak. Jika ditemukan seperti
telinga kotor atau ada congenya kami suruh mamanya untuk bersihkan di
puskesmas. Tapi sejauh ini sih aman-aman saja, paling hanya soal kuku yang
panjang dan buang sampah sembarangan. Paling hanya kami arahkan saja
secara terus-menerus supaya anak akan berubah ke arah lebih baik dan menjadi
terbiasa. Beberapa anak memang masih bandel itu kalau dikasih tahu, tapi
memang mesti sabar dan dijelaskan baik-baik supaya anak bisa berubah”65

63
A, op.cit
64
Z, op.cit
65
M, op.cit
50

Pernyataan dari Ibu I terkait peran guru sebagai evaluator untuk menerapkan

pola hidup sehat pada anak didik yakni:

“Ada, tetap ada tapi yang paling umum itu seminggu sekali. Paling setiap hari
juga hanya terkait buang sampah, cuci tangan, cuci tempat bekal. Dan
syukurnya kebanyakan anak-anak ini bagus penerapan pola hidup sehatnya.
Jarang yang bawa bekal seperti mie, nuget atau snak. Kebanyakan mereka ini
bawa nasi telur, ada juga yang bawa buah. Ada juga yang mamanya masakan
sayur dan ikan”66

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada kepala sekolah ataupun

guru yang ada di TK Beringin Jaya Dampal menunjukkan bahwa baik kepala sekolah

maupun guru sudah melakukan perannya sebagai evaluator dalam menerapkan pola

hidup sehat pada anak didiknya, misalnya guru-guru selalu mengadakan pemeriksaan

kesehatan telingan, gigi, kuku dan kepala seminggu sekali. Guru juga akan

membimbing dan menasehati jika ditemukan ada anak yang tidak peduli terhadap

kesehatan kuku ataupun lainnya. Guru akan mengupayakan agar anak didik tetap

memperoleh penjelasan ataupun nasehat secara baik dan berulang kali meskipun

anak tersebut masih enggan untuk menerapkan pola hidup sehat, dengan keyakinan

kelak anak akan berubah ke arah positif jika diajarkan atau nasehati berkali-kali.

Peran guru sebagai evaluator merupakan peran dimana guru memegang

tanggung jawab untuk memantau dan membimbing anak didik untuk menjadi lebih

baik dengan cara yang baik. Jika ditemukan anak yang melenceng dari pola hidup

sehat, maka guru akan langsung mengarahkannya dengan cara yang baik. Anak yang

masih kurang pertimbangan dalam bertindak dan akibat apa yang akan mereka dapat

dari perilaku yang dilakukannya, termasuk hal-hal yang membahayakan diri mereka

sendiri maupun orang lain67.


66
I, op.cit
67
Aden, R. op.cit. h.58
51

Dari hasil evaluasi guru terhadap murid, guru mesti mengarahkan dan

mengajarkan pada anak didik untuk menerapkan pola hidup sehat ketika ditemukan

ada anak didiknya yang belum bisa menerapkan pola hidup sehat. Itulah mengapa

peranan ini harus lebih dipentingkan, karena hasil evaluasi akan menentukan kinerja

guru selama ini68.

B. Pembiasaan yang Dilakukan Guru Terhadap Pola Hidup Sehat di TK

Beringin Jaya Dampal Kabupaten Donggala

Pola hidup sehat merupakan suatu upaya yang dilakukan sebagai bentuk

pembiasaan yang baik guna menciptakan gaya hidup sehat agar seseorang bisa

terhindar dari masalah kesehatan. Dalam hasil observasi yang ditemukan dan

wawancara bersama kepala sekolah dan guru bahwa tidak semua anak melakukan

pembiasaan pola hidup sehat di lingkungan sekolah, masih ada anak yang sering lupa

mencuci tangan dengan sabun sebelum makan ataupun memegang benda yang kotor,

untuk itu perlu upaya yang komprehensif dari guru untuk menumbuhkan kemauan

anak agar bisa menerapkan pola hidup sehat setiap hari. Menurut hasil wawancara

bersama kepala TK Beringin Jaya Dampal menunjukkan bahwa:

“Setiap tahun ajaran baru, awal masuk sekolah, ketua dari lembaga
mengadakan rapat untuk membahas masalah kerja sama antara guru-guru dan
orang tua. Sebagian besar waktu anak berada di rumah, maka dari itu sangat
diperlukan kerja sama dengan orang tua dalam pengawasan anak ketika berada
di rumah. Kerjasama tidak hanya tentang belajar anak, akan tetapi tentang
pembiasaan pola hidup bersih dan sehat juga sangat penting bagi lembanga dan
juga anak-anak. Saya selaku kepala sekolah setiap ada waktu untuk rapat
menyampaikan agar orang tua lebih memperhatikan pola makan anak agar
dapat tercukupi gizi kembangnya, ketika sekolah lebih baik membawa bekal
makanan yang sehat dan bergizi, tidak membawa makanan yang instan seperti
mie, nugget, sosis dan lainnya. Jika anak mengkonsumsi makanan yang tidak
bergizi kemudian sakit ya akhirnya dapat menyebabkan penghambatan dalam
proses belajar juga. Maka dari itu orang tua anak yang harus benar-benar diberi
68
Agustin, Retno. Perilaku Kesehatan Anak Sekolah. Jember: CV Pustaka Abadi. 2015. h.118
52

pemahaman dalam hal ini. Selain itu seperti yang sudah saya jelaskan
sebelumnya bahwa untuk membiasakan anak berpola hidup sehat, maka
mereka harus diajarkan dan dibiasakan misalnya kaya tadi cuci tangan pakai
sabun sebelum makan, nanti anak dikasih penjelasan secara berulang jika tidak
cuci tangan bikin sakit perut, bikin badan jadi tidak bugar. Kasih contoh ke
anak-anak bagaimana bertanggung jawab akan sampah yang dihasilkannya
seperti buang ke tong sampah, tunjukan kuku yang bersih dan jelaskan jika
kuku sudah kotor sebaiknya di potong agar tidak hidup cacing di perut. Selain
itu juga setiap jumat kami adakan senam pagi agar anak-anak mau bergerak,
kami jelaskan jika senam ini baik untuk tubuh agar tubuh tetap sehat dan kuat.
Selain itu mengajarkan anak agar mencuci tempat bekalnya setelah makan,
suruh mama untuk bersihkan telinga. Ada pemeriksaan juga disini setiap hari
senin, guru-guru yang periksa seperti periksa gigi bersih atau tidak, kuku bersih
atau tidak, telinga dan kepala juga begitu. Jika kotor guru atau dibantu sama
mamanya yang akan bersihkan. Kami juga setiap sebulan sekali mengadakan
makanan tambahan berupa bubur ayam dan sayuran, buah-buahan dan susu,
tiap bulan menunya beda-beda. Kami jelaskan ke anak-anak bahwa makan
buah dan sayur harus setiap hari agar anak bisa sehat dan pintar”.69

Hal serupa juga dikatakan oleh Ibu A terkait pembiasaan yang dilakukan guru

terhadap pola hidup sehat di TK Beringin Jaya Dampal yakni:

“Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya bahwa pembiasaan disini seperti
membiasakan anak cuci tangan pakai sabun, buang sampah di tempatnya dan
lain sebagainya”70

Pernyataan dari Ibu Z terkait pembiasaan yang dilakukan guru terhadap pola

hidup sehat di TK Beringin Jaya Dampal yaitu:

“Yaa seperti saya bilang tadi itu, kami membiasakan anak-anak sebelum makan
cuci tangan dengan sabun di air mengalir yaa, buang sampah pada tempatnya,
potong kuku 1-2 kali seminggu, mengajarkan anak-anak untuk makan buah dan
sayur, sebelum ke sekolah mandi dan gosok gigi, jangan biasakan makan
makanan tidak sehat, lakukan senam kesegaran seminggu sekali. Kebiasaan-
kebiasaan ini jika dilakukan secara terus-menerus pasti anak-anak akan
terbiasa”71

Pernyataan dari Ibu M terkait pembiasaan yang dilakukan guru terhadap pola

hidup sehat di TK Beringin Jaya Dampal yaitu:

69
WK, op.cit
70
A, op.cit
71
Z, op.cit
53

“Sama seperti yang sudah dijelaskan guru-guru lainnya yaitu biasakann cuci
tangan dengan sabun, buang sampah di tempat sampah dan lainnya”72

Pernyataan dari Ibu I terkait pembiasaan yang dilakukan guru terhadap pola

hidup sehat di TK Beringin Jaya Dampal hampir sama dengan pernyataan

sebelumnya yakni:

“Yaa seperti dijelaskan tadi, biasakann cuci tangan dengan sabun, buang
sampah pada tempat sampah yang disediakan, ajarkan untuk gosok gigi 2 kali
sehari, rambut seminggu 2-3 kali disampo, makan sayur dan buah dan tetap
ikuti senam”73

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada kepala sekolah ataupun

guru yang ada di TK Beringin Jaya Dampal terkait pembiasaan yang dilakukan guru

terhadap pola hidup sehat di TK Beringin Jaya Dampal menunjukkan bahwa guru-

guru sudah melakukan pembiasaan seperti mencuci tangan menggunakan sabun di air

mengalir sebelum dan setelah makan serta setelah memegang benda kotor,

melakukan senam kesegaran jasmani seminggu sekali, membiasakan anak-anak

untuk buang sampah pada tempatnya, menggosok gigi 2 kali sehari, konsumsi buah

dan sayuran dan membatasi makan makanan tidak sehat seperti snak, potong kuku 1-

2 kali seminggu, membiasakan anak-anak cuci tempat bekalnya sesudah makan,

periksa kepala, telinga, gigi dan kuku seminggu sekali, tidak memasukan sepatu yang

kotor ke dalam kelas melainkan menaruhnya di tempat sepatu yang telah disediakan,

menggunakan pakaian yang bersih, rapi dan wangi dan rambut disampo 2-3 kali

seminggu.

Sejauh ini baik kepala sekolah ataupun guru sudah melakukan pembiasaan

dengan baik meskipun tidak seluruh anak dapat mempraktekannya baik di sekolah

72
M, op.cit
73
I, op.cit
54

maupun di rumah. Hal ini karena pola perkembangan anak berbeda-beda, ada yang

bisa merespon dan mempraktekannya dengan cepat dan adapula yang sebaliknya.

Maka dari itu, sudah sepatutnya guru membimbing secara terus-menerus dengan rasa

sayang, peduli dan sabar agar anak bisa mempraktekannya dikehidupannya sehari-

hari.

Mengajarkan anak-anak untuk hidup bersih dan sehat tidak harus dengan alat

bantu ajar yang lengkap, cukup dengan arahan yang baik atau contoh yang positif.

Pembiasaan pola hidup sehat berjalan dengan baik jika dapat dukungan dari orang

tua ketika di rumah. Sehingga guru dan orang tua memiliki kerja sama untuk

membentuk anak tersebut terbiasa hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah atau

rumah. Pembiasaan pola hidup sehat anak usia dini merupakan kunci utama dari

apapun, jika pembiasaan pola hidup sehat terlaksana dengan baik, maka prestasi anak

juga akan baik.

Pola hidup sehat perlu diajarkan kepada anak sejak usia dini, agar mereka

terbiasa melakukan hal-hal yang dapat mencegah mereka dari penularan kumat. Pola

hidup sehat ini meliputi buang sampah pada tempatnya, cuci tangan menggunakan

sabun, menggosok gigi 2 kali sehari, makan makanan bergizi dan tidak terbiasa

makan makanan tidak sehat, potong kuku, dan mengikuti senam kesegaran74.

Guru mengetahui tentang pola hidup sehat dan pentingnya untuk diterapkan.

Hal ini sesuai dengan teori faktor presdisposisi (presdisposing factors) yang

dikemukakan oleh Lawrence Green (1980) bahwa perilaku kesehatan itu dapat

terwujud dalam bentuk usia, jenis kelamin, pekerjaan, pengetahuan, sikap dan lain-

74
Agustin, Retno. op.cit. h.200
55

lain. Dengan pengetahuan tentang pola hidup sehat yang dimiliki oleh guru, menjadi

salah satu faktor yang mendukung terlaksananya perilaku ini75.

Guru merupakan pengajar utama atau sering disebut sebagai pendidik. Guru

juga sebagai peran terpenting untuk terlaksananya kegiatan pembiasaan pola hidup

sehat pada anak usia dini. Pada tingkat anak usia dini pola hidup sehat menjadi

program pembiasaan yang dilakukan di sekolah. Ketika hidup bersih dan sehat telah

menjadi kebiasaan maka akan muncul dan berkembang budaya hidup bersih dan

sehat ketika anak berada dimanapun. Pada dasarnya peran guru dalam membentuk

pembiasaan pola hidup sehat pada anak usia dini yaitu agar mereka dapat mengatasi

memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatanya76.

Pada dasarnya sikap pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat akan datang

dengan sendirinya maka dari itu dibutuhkan kesadaran dari dalam diri sendiri dan

dibantu oleh guru agar kebiasaan menjaga kebersihan dan kesehatan dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari77.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

75
Notoatmodjo, S. op.cit. h. 59
76
Nuraini, Yuliani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indek. 2016. h.217
77
Mailani, C. op.cit. h. 79
56

Berdasarkan pada hasil penelitin yang telah dikemukakan pada bab

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Peran guru terhadap pola hidup sehat melalui pembiasaan di TK Beringin Jaya

Dampal Kabupaten Donggala dilihat dari:

a. Peran sebagai inspirator dalam hal ini guru sudah meakukan perannya dengan

memberikan contoh seperti membuang sampah di tempatnya, mencuci tangan

dengan menggunakan sabun sebelum dan sesudah makan dan setelah

memegang benda kotor, melakukan senam seminggu sekali, saat batuk dan

bersin tutup mulut, mengenakan pakaian rapi dan wangi serta berbicara dengan

baik dan sopan.

b. Peran sebagai motivator dalam hal ini guru sudah melakukan perannya dimana

guru menginstruksikan kepada anak didik untuk membuang sisa-sisa kertas ke

tempat sampah dan anak-anak berbondong-bondong melakukannya. Namun

ada beberapa murid yang bandel ketika diperintah untuk melakukan hal serupa.

Guru langsung menegur dengan bahasa yang tidak menyakiti anak tersebut.

Sehingga tidak berselang lama, anak-anak tersebut mengangguk patuh dan

langsung memungut sampahnya dan membuangnya ke tempat sampah.

c. Peran sebagai fasilitator dalam hal ini guru sudah melakukan perannya namun

salah satu fasilitas seperti isi P3K belum memadai atau masih perlu menjadi

bahan perhatian untuk guru-guru agar selalu menyediakan isi P3K secara

lengkap.

d. Peran guru sebagai evaluator dalam hal ini guru sudah melakukan perannya

misalnya guru-guru selalu mengadakan pemeriksaan kesehatan telinga, gigi,


57

kuku dan kepala seminggu sekali. Guru juga akan membimbing dan

menasehati jika ditemukan ada anak yang tidak peduli terhadap kesehatan kuku

ataupun lainnya.

2. Pembiasaan yang dilakukan guru terhadap pola hidup sehat di TK Beringin Jaya

Dampal Kabupaten Donggala meliputi mencuci tangan menggunakan sabun di air

mengalir sebelum dan setelah makan serta setelah memegang benda kotor,

melakukan senam kesegaran jasmani seminggu sekali, membiasakan anak-anak

untuk buang sampah pada tempatnya, menggosok gigi 2 kali sehari, konsumsi

buah dan sayuran dan membatasi makan makanan tidak sehat seperti snak, potong

kuku 1-2 kali seminggu, membiasakan anak-anak cuci tempat bekalnya sesudah

makan, periksa kepala, telinga, gigi dan kuku seminggu sekali, tidak memasukan

sepatu yang kotor ke dalam kelas melainkan menaruhnya di tempat sepatu yang

telah disediakan, menggunakan pakaian yang bersih, rapi dan wangi dan rambut

disampo 2-3 kali seminggu.

B. Saran

Bedasarkan analisis dari kesimpulan yang berkaitan dengan penelitian ini,

maka saran-saran yang dapat diajukan adalah:

1. Bagi Kepala Sekolah TK Beringin Jaya agar kiranya bekerjasama dengan tenaga

kesehatan untuk megupayakan sebulan sekali memberikan edukasi pola hidup

sehat tidak hanya pada guru melainkan pada orang tua anak, dan kepala sekolah

juga sebaiknya selalu menyediakan kelengkapan fasilitas yang dibutuhkan dalam

menerapkan pola hidup sehat.


58

2. Bagi guru TK Beringin Jaya sebaiknya menyampaikan pada kepala sekolah jika

ada fasilitas atau kelengkapan isi P3K berkurang agar kepala sekolah cepat

tanggap dalam penyediaannya, dan juga guru tetap sabar dan ikhlas dalam

mengajarkan anak didik untuk menjadi anak yang lebih sehat, cerdas dan ceria.

3. Bagi peneliti berikutnya, untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam dan

spesifikasi yang berbeda atau mungkin bisa membandingkan dengan lokasi lain

serta penelitian ini cukup sebagai wacana untuk melaksanakan penelitian

berikutnya.
43

DAFTAR PUSTAKA

Aden, R. Menjalani Pola & Gaya Hidup Sehat. Yogyakarta: Hanggar Kreator. 2016.
Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada. 2016.
Agustin, Retno. Perilaku Kesehatan Anak Sekolah. Jember: CV Pustaka Abadi. 2015.
Aisyah, S. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Andi. 2018
Andriani, V. Peran Guru dalam Membentuk Pembiasaan Perilaku Hidup Bersihdan
Sehat Pada Anak Usia Dini di RA Darun Najah Kloposepuluh Sukodono
Sidoarjo. Skripsi. Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. 2021.
Bawa, A.A.W. Budaya Hidup Sehat. Tangerang: PT Pantja Simpati. 2016.
Berry, D. Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2017.
Bungin, B. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2015.
Dalyono. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2016.
Daradjat, Z. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang. 2014.
Darmadi, H. Tugas, Peran, Kompetensi dan Tanggung Jawab Menjadi Guru
Profesional. Edukasi: Jurnal Pendidikan. 13 (2). 2018.
Djamarah, B.S. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka
Cipta. 2015.
Dwi, Y. Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT. Indeks.
2016
Fadli, Muhammad. Desain pembelajaran PAUD. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2017.
Harnum, A.L., Aunurrahman & Yuniarni, D. Peran Guru Dalam Pembiasaan Pola
Hidup Sehat Anak Usia 5-6 Tahun di ABC123 Kota Pontianak. JPPK
Khatulistiwa, 12(5). 2023.
Hartini, V. Program Penerapan Pola Hidup Sehat Bagi Anak Usia Dini Melalui
Pembiasaan Sarapan Bergizi di Paud It Nur’athifah di Kota Manna. Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 2(1). 2020.
Inten, D.N & Permatasari, A.N.. Literasi kesehatan pada anak usia dini melalui
kegiatan eating clean. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2).
2019.
Irianto, K. Ilmu Kesehatan Anak (Pediatri). Jakarta: Alfabeta. 2018.
Iswanto. Pola Hidup Sehat Dalam Keluarga. Jakarta: PT Sunda Kelapa Pustaka.
2017.
Izhar. Peranan Guru dan dalam Pembelajaran Berkarakter di Era Revolusi Industri.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2018
Kurniadi, T.K. Kalau Bisa Sehat, Kenapa Harus Sakit. Depok: Puspa Swara. 2020.
Lestariningrum, A. Perencanaan Pembelajaran Anak Usia Dini. Yogyakarta: Andi.
2017
Mailani, C. Upaya Guru dalam Menerapkan Pembiasaan Perilaku Hidup Sehat di
Paud Bunga Harapan Jangka Buya Pidie Jaya. Skripsi. Banda Aceh: UIN Ar-
Raniry. 2021.
Majid, A. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 2015.
Mansur, M.A. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2017.
Miles, M.B. & Huberman, M. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit. Universitas
Indonesia. 2014.
Moleong, L.J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2017.
Mulyadi. Upaya meningkatkan Kesehatan. Jakarta: PT raja Grafindo Persada. 2015.
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda. 2015.
Munatin, B. Pengenalan Pola Hidup Sehat Melalui Media Langsung Pada Anak usia
4-5 Tahun RA AL-Hidayah. Jurnal Pendidikan. 1 (2). 2022.
Murniati, E. Aku Tau Tentang Cara Hidup Sehat. Surabaya: Duta Graha Pustaka,
2018.
Nasution, H. Berbagai Pendekatan Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
2016.
Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakt Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. 2018.
Nuraini, Yuliani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indek.
2016.
Nurmala, I. Promosi Kesehatan. Surabaya : Airlangga University Press. 2021.
Proverawati, A dan Rahmawati, A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yogyakarta:
Nuha Medika. 2016.
Rusman, I. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2016.
Rusman, U. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2012.
Sanjaya, W. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
PT Kencana. 2016.
Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
2016.
Sharkey, J. Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2018.
Soenarjo, R.J. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2018.
Sudjiono, A. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo. 2018.
Sumantri, M. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka. 2014.
Ulfatin, N. Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan: Teori dan
Aplikasisnya. Malang: Media Nusa Creatif. 2015.
Wardhani, W.D.L. Jatmikowati, T.E & Rahman, A. U. Pangan thoyyibah:
Mengenalkan gaya hidup sehat pada anak usia dini. Early Childhood: Jurnal
Pendidikan, 3(2). 2019.

Anda mungkin juga menyukai