SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Seminar Skiripsi
Pada Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Universitas Islam Negeri Datokarama Palu
Oleh
MIFATHUL JANNAH
NIM 18.1.05.0018
Isi Hal
iii
iv
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 31
B.Saran ………….............................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul: Peran Guru Terhadap Pola Hidup Sehat Melalui
Agama Islam di SMA Negeri 1 Sarudu, apa implikasinya peran kepala sekolah
wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi
BAB I
PENDAHULUAN
Kebersihan dan kesehatan sudah sangat diperhatikan untuk anak usia dini.
Kebersihan merupakan syarat terwujudnya kesehatan dan sehat merupakan salah satu
faktor yang dapat memberikan kebahagiaan. Kebersihan yang sangat utama dan
Pendidikan anak usia dini memerlukan pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
stimulasi pendidikan yang dilaksanakan secara terpadu dan baik oleh pemerintah
program yang diperlukan untuk memenuhi semua kebutuhan dasar anak agar dapat
tumbuh kembang dengan sempurna. Proses tumbuh kembang dipengaruhi oleh tiga
pilar utama yaitu “gizi, kesehatan, dan stimulasi psikososial” yang dilaksanakan
secara terperinci2.
Anak merupakan generasi penerus bangsa. Awal kokoh atau rapuhnya suatu
Negara dapat dilihat dari kualitas para generasi penerusnya. Jika terlahir anak-anak
yang tingkat gizi dan kesehatannya rendah, maka kondisi bangsa akan menjadi
1
Irianto, K. Ilmu Kesehatan Anak (Pediatri). Jakarta: Alfabeta. 2018. h. 129
2
Inten, D.N & Permatasari, A.N.. Literasi kesehatan pada anak usia dini melalui kegiatan
eating clean. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2). 2019. h. 366
2
rendah dan tidak mampu membangun Negara secara optimal. Kesehatan merupakan
faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Oleh karena itu,
menjadi terjaga dan juga perkembangannya menjadi tidak terganggu. Anak yang
sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan wajar.
Kondisi sehat sejak dini akan memberi kesempatan tumbuhnya sumber daya manusia
Dengan tubuh yang sehat maka anak dapat melakukan berbagai aktivitas
belajar maupun bermain dengan baik dan lancar serta membantu proses pertumbuhan
dan perkembangan anak berjalan secara optimal. Pola hidup sehat tidak hanya
terdapat pada ilmu kesehatan dan pendidikan secara umum, akan tetapi sudah
dijelaskan dalam ilmu kesehatan secara keislaman. Kebersihan adalah upaya untuk
menjaga diri dan lingkungan dari segala yang kotor, dalam mewujudkan dan
Terjemahannya:“Islam itu adalah bersih, maka jadilah kalian orang yang bersih.
Sesungguhnya tidak masuk surga kecuali orang-orang yang bersih”.
(HR. Baihaqi)5
3
Wardhani, W.D.L. Jatmikowati, T.E & Rahman, A. U. Pangan thoyyibah: Mengenalkan gaya
hidup sehat pada anak usia dini. Early Childhood: Jurnal Pendidikan, 3(2). 2019. h. 10
4
Aisyah, S. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Andi. 2018.
5
Hartini, V. Program Penerapan Pola Hidup Sehat Bagi Anak Usia Dini Melalui Pembiasaan
Sarapan Bergizi di Paud It Nur’athifah di Kota Manna. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(1).
2020. h. 29
3
serta membiasakan pola hidup sehat melalui pembiasaan diri seperti mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan, membuang sampah pada tempatnya dan yang lainnya.
perkembangan anak khususnya pada pembelajaran di sekolah. Peran guru anak usia
dini lebih sebagai mentor atau fasilitator, dan bukan pentransfer ilmu pengetahuan
semata karena ilmu tidak dapat di transfer dari guru kepada anak tanpa keaktifan
Pentingnya perilaku sehat maka perlu untuk dapat diterapkan dan menjadi
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itulah maka dikenal istilah pola
hidup sehat atau gaya hidup sehat. Beberapa faktor yang mempengaruhi pola hidup
sehat pada anak usia dini yang dilakukan di sekolah yaitu dengan menjaga pola
kebersihan gigi, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan rambut, dan kebersihan
kaki. Selanjutnya yaitu pola makanan dan minuman sehat dengan gizi seimbang yang
6
Munatin, B. Pengenalan Pola Hidup Sehat Melalui Media Langsung Pada Anak usia 4-5
Tahun RA AL-Hidayah. Jurnal Pendidikan. 1 (2). 2022. h. 490
7
Darmadi, H. Tugas, Peran, Kompetensi dan Tanggung Jawab Menjadi GuruProfesional.
Edukasi: Jurnal Pendidikan. 13 (2). 2018. h. 219
4
bergizi menunjang tercapainya kondisi tubuh yang sehat. Kemudian terdapat pola
gerak badan dan olahraga yang mencakup aktivitas gerak dengan menggunakan otot-
otot sadar yang bermanfaat untuk perkembangan motorik anak serta membantu
syaraf dan keseimbangan tubuh anak agar berkembang dengan lebih optimal8.
Melalui Pendidikan Anak Usia Dini, anak dikenalkan dan dijelaskan tentang
bagaimana cara untuk hidup sehat yaitu dengan menjaga kebugaran tubuh dengan
melakukan aktivitas berolahraga seperti senam pagi setiap hari. Dengan demikian,
anak bukan hanya mengenal tapi mengetahui banyak hal tentang berbagai cara yang
dapat ia lakukan untuk hidup sehat. Pola hidup sehat yaitu segala upaya untuk
menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan
Pola hidup sehat dapat disebut juga suatu kebiasaan yang baik tentang
memelihara kesehatan, dimana kebiasaan tersebut sudah berjalan dalam waktu yang
cukup lama, sehingga seolah-olah telah menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan
dari orang tersebut. Oleh sebab itu, pola atau kebiasaan hidup sehat harus ditanamkan
sejak dini. Guru memegang peranan yang sangat strategis terutama dalam
Guru yang profesional yaitu guru yang mengetahui secara mendalam tentang
apa yang diajarkannya, cakap dalam cara mengajarkannya secara efektif dan efisien
8
Nurmala, I. Promosi Kesehatan. Surabaya : Airlangga University Press. 2021. h. 111
9
Soenarjo, R.J. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2018. h.
29
10
Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. 2016. h.
34
5
dan guru tersebut mempunyai kepribadian yang baik. Selain itu integritas diri serta
petunjuk bagaimana cara belajar yang baik agar anak dapat mengikuti pembelajaran
yang guru berikan11. Ada beberapa peran guru dalam pembiasaan pola hidup sehat
pada anak usia dini yaitu guru sebagai inspirator, motivator, fasilitator dan evaluator.
Guru sebagai inspirator dalam pembiasaan pola hidup sehat perlu menunjukkan
perilaku hidup sehat dirinya jadi bukan hanya memberikan materi pembelajaran
tetapi juga memberikan inspirasi bagi para peserta didiknya khususnya dalam
menumbuhkan kebiasaan pola hidup sehat dengan berbagai cara yang menarik agar
anak dapat turut serta dalam penerapannya. Selanjutnya sebagai motivator, guru
hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Guru
memotivasi belajar penting artinya dalam proses belajar siswa, karena berfungsi
diartikan sebagai daya pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah
memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Sudah menjadi tugas guru
untuk menyediakan fasilitas untuk berbagai kegiatan, lingkungan yang fleksibel dan
berbagai sumber belajar untuk kemudahan dalam proses pembelajaran agar tercipta
11
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda. 2015. h. 20
12
Harnum, A.L., Aunurrahman & Yuniarni, D. Peran Guru Dalam Pembiasaan Pola Hidup
Sehat Anak Usia 5-6 Tahun di ABC123 Kota Pontianak. JPPK Khatulistiwa, 12(5). 2023. h. 1317
6
lingkungan belajar yang menyenangkan bagi anak didik. Guru sebagai evaluator,
dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan
penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. Guru tidak hanya menilai
hasil, tetapi juga mengamati proses dari pembelajaran. Dengan evaluasi guru dapat
menentukan apakah peserta didik yang diajarkan memiliki kompetensi yang telah
Donggala menunjukkan bahwa pola hidup sehat siswa masih kurang baik, misalnya
siswa masih membuang sampah tidak pada tempatnya, siswa masih malas mengikuti
senam, siswa yang mencuci tangan tidak menggunakan sabun saat memegang
makanan, siswa yang tidak mencuci tangan setelah memegang benda yang kotor dan
siswa yang tidak menutup mulut dan hidung saat bersin di depan temannya.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Peran
Guru Terhadap Pola Hidup Sehat Melalui Pembiasaan di TK Beringin Jaya Dampal
teladan, bukan hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik dan pembimbing
yang banyak berperan memberi contoh, membiasakan anak usia dini tentang pola
B. Rumusan Masalah
dirumuskan yaitu:
2. Apa saja pembiasaan yang dilakukan guru terhadap pola hidup sehat di TK
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Kabupaten Donggala.
b. Tujuan Khusus
Donggala
Donggala
Donggala
Donggala.
8
2. Kegunaan Penelitian
pendidikan anak usia dini. Kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Manfaat Teoritis
pembaca dan sekaligus sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang
b. Manfaat Praktis
D. Penegasan Istilah
1. Peran Guru
pendidik profesional yang tugas utamanya adalah mengajar peserta didik dalam
sekolah adalah sebagai orang yang membimbing peserta didik menjadi manusia
yang dewasa, terampil, berbudi pekerti, luhur dan berakhlak mulia. Tanpa
bimbingan dari seorang guru, peserta didik akan megalami kesulitan dalam
13
Berry, D. Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2017. h.
230
9
dalam penelitian ini adalah peran guru sebagai inspirator, motivator, fasilitator
dan evaluator.
Pola adalah bentuk atau model yang memiliki keteraturan, baik dalam
desain maupun gagasan abstrak15. Hidup sehat adalah hidup yang bebas dari
semua masalah rohani (mental) ataupun masalah jasmani (fisik) 16. Pola hidup
sehat adalah gaya hidup yang memperhatikan semua aspek kondisi kesehatan
seseorang. Tak hanya soal makanan, tapi juga kebiasaan orang itu dalam
3. Pembiasaan
Anak usia dini adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Sedangkan
hakikat anak usia dini adalah individu yang unik dimana ia memiliki pola
kreativitas, bahasa, dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tahapan yang
Untuk memberikan gambaran awal mengenai isi proposal skripsi ini, maka
berikut peneliti kemukakan garis-garis besar isi proposal sebagai informasi awal
mengenai masalah yang akan di teliti. Proposal Skripsi ini terdiri dari lima bab yang
Bab I, merupakan pendahuluan yang terdiri dari beberapa hal terkait dengan
penelitian, yaitu latar belakang masalah yang menguraikan tentang maksud penelitian
ini dilakukan yaitu tentang Peran Guru Terhadap Pola Hidup Sehat Melalui
yang dimaksudkan agar penelitian lebih terfokus pada masalah yang akan diteliti.
akan diteliti
mengenai judul proposal skripsi ini antara lain yaitu Peran Peran Guru Terhadap Pola
penelitian ini yang mencakup pendekatan dan desain penelitian, lokasi penelitian,
kehadiran peneliti, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini menggunakan penelitian terdahulu sebagai tolak ukur dan acuan
1. Vivi Andriani (2021) dengan judul Peran Guru dalam Membentuk Pembiasaan
Perilaku Hidup Bersihdan Sehat Pada Anak Usia Dini di RA Darun Najah
pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak usia dini di RA Darun
Najah Kloposepuluh Sukodono Sidoarjo yaitu sudah berjalan dengan baik. Peran
guru disini yaitu membiasakan anak untuk selalu mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan meggunakan air yang mengalir dan sabun, membiasakan anak
sehat, pembiasaan buang air kecil dan buang air besar di kamar mandi dan
penting agar anak dapat membiasakan hidup bersih dan sehat dimanapun mereka
berada. Ada beberapa faktor pendukung untuk pembiasaan perilaku hidup bersih
dan sehat ini yaitu faktor lingkungan dimana terbagi menjadi tiga, sekolah,
keluarga dan masyarakat dan ada faktor hereditas. Faktor pendukung ini yang
sangat dibutuhkan untuk guru agar dapat tercapai pembiasaan hidup bersih dan
sehat pada anak sesuai harapan bersama. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu
hampir semua orang tua membawakan makanan yang tidak sehat dan sarana
2. Cut Mailani (2021) dengan judul Upaya Guru dalam Menerapkan Pembiasaan
Perilaku Hidup Sehat di Paud Bunga Harapan Jangka Buya Pidie Jaya. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui
observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini adalah guru di PAUD Bunga
Harapan belum membimbing anak dalam berperilaku hidup sehat dan kendala
yang dihadapi guru adalah tidak adanya fasilitas yang mendukung perilaku hidup
pentingya perilaku hidup sehat terhadap Anak Usia Dini yang perlu dievalusi
setiap sebulan sekali dikarenakan guru di PAUD Bunga Harapan ialah belum
3. Anggari Ludmilla Harnum dkk (2023) dengan judul Peran Guru dalam
Pembiasaan Pola Hidup Sehat Anak Usia 5-6 Tahun di ABC123 Kota Pontianak.
20
Andriani, V. Peran Guru dalam Membentuk Pembiasaan Perilaku Hidup Bersihdan Sehat
Pada Anak Usia Dini di RA Darun Najah Kloposepuluh Sukodono Sidoarjo. 2021. h. 76
21
Mailani, C. Upaya Guru dalam Menerapkan Pembiasaan Perilaku Hidup Sehat di Paud
Bunga Harapan Jangka Buya Pidie Jaya. 2021. h. 64
13
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bentuk penelitian
kualitatif. Lokasi penelitian ini dilakukan di ABC123 Early Preschool Time Kota
Pontianak. Subyek dalam penelitian ini adalah 12 anak dan 2 orang guru. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu teknik observasi dengan panduan
dengan dokumenter. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif mengikuti konsep Miles dan Huberman. Hasil penelitian
yaitu guru dalam pembiasaan pola hidup sehat pada anak usia 5-6 tahun di
ABC123 Early Preschool Time Kota Pontianak, secara umum bahwa guru telah
berperan aktif baik sebagai inspirator, guru menjadi panutan dan inspirasi dalam
langsung, meminta anak untuk ikut berperan aktif melakukannya. Guru mengajak
berbagai hal yang berkaitan dengan kebiasaan hidup sehat yang dapat anak
agar mau mengikuti setiap kegiatan maupun arahan yang diberikan. Bentuk
motivasi yang diberikan yaitu dengan cara memberi semangat, pujian maupun
tindakan, seperti tepuk tangan atau acungan jempol. Guru juga memberi dorongan
pembiasaan pola hidup sehat pada anak dan mengembangkan pembelajaran aktif
bagi anak dan fasilitas belajar dengan berbagai media yang menarik. Sebagai
kebersihan diri, pola makanan dan minuman sehat, serta pola gerak badan atau
olahraga22.
Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
B. Kajian Teori
1. Peran Guru
dihubungkan dengan kiprah para guru. Oleh karena itu, usaha-usaha yang
Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa peranan seorang guru penting
23
Djamarah, B.S. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. 2015. h. 22
24
Daradjat, Z. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang. 2014. h. 79
17
kulminaor25.
menjadi tujuannya. Guru memegang berbagai jenis peran yang mau tidak mau,
didik.
pemecahannya.
h. Mengembangkan kreativitas
dirinya sebagai orang tua ke dua. Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi
idola para siswanya. Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendaklah
dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku
kurang menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri siswa. Berikut
potensinya.
mampu membangkitkan spirit, etos kerja dan potensi yang luar biasa pada
diri peserta didik. Peran sebagai motivator penting artinya dalam rangka
27
Sanjaya, W. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: PT
Kencana. 2016. h. 220
19
siswa. Misalnya saja menengahi atau memberikan jalan keluar atau solusi
ketika diskusi tidak berjalan dengan baik. Mediator juga dapat diartikan
guru agar dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri
prestasi belajar peserta didik. Guru memiliki otoritas penuh dalam menilai
objektif. Evaluasi yang dilakukan guru harus dilakukan dengan metode dan
20
dimulai.
Tugas dan tanggung jawab seorang guru sangat besar dan berpengaruh
melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas serta membantu proses
maksimal dan tujuan yang diinginkan, sehingga siswa dapat berprestasi sesuai
a. Pengertian
Pengertian pola hidup sehat menurut Rusli Ruthan adalah setiap tindakan
Pola hidup sehat adalah pola yang berkaitan dengan upaya seseorang
jasmani, rohani dan sosial, lebih khusus lagi bahwa hidup sehat adalah suatu
keadaan hidup yang mencakup semua aspek, yaitu jasmani, rohani, sosial,
aktifitas yang dikerjakan oleh individu yang terwujud dalam tindakan atau
sikap karena adanya stimulus yang diterima dan dapat diamati oleh pihak
dan olahraga, hal ini dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Orang
diri dari penyakit yang menyiksanya baik berupa penyakit rohani maupun
jasmani30.
Jadi pola hidup sehat disini dapat disebut juga suatu kebiasaan yang
berjalan dalam waktu yang cukup lama, sehingga seolah-olah telah menjadi
kebiasaan yang tidak terpisahkan dari orang tersebut. Sehingga pola atau
kebiasaan hidup sehat harus ditanamkan sedini mungkin. Lebih rinci lagi
mulut dan gigi, serta memakai pakaian yang bersih dan serasi.
29
Iswanto. Pola Hidup Sehat Dalam Keluarga. Jakarta: PT Sunda Kelapa Pustaka. 2017. h. 114
30
Murniati, E. Aku Tahu Tentang Cara Hidup Sehat. Surabaya: Duta Graha Pustaka, 2018. h. 74
22
tidak mudah, namun bukan berarti tidak mungkin. Ajak anak untuk ikut
untuk mengenal beragam sayur dan buah. Gunakan kesempatan ini untuk
menjelaskan tentang berbagai manfaat tiap jenis sayur dan buah yang
ada. Selain itu, biasakan minum air putih cukup setiap hari, agar cairan
tubuh tetap seimbang dan semua organ dapat bekerja dengan baik. Jangan
Selandia Baru, aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin sejak dini dapat
31
Bawa. op.cit. h. 315
23
Dengan melakukan gaya hidup sehat anak sejak dini, tentu kesehatan
anak pun akan lebih terjaga saat dia menginjak usia dewasa. Berikut adalah
beberapa cara yang bisa dilakukan ibu untuk membiasakan gaya hidup sehat
pada anak32:
anak tentang gaya hidup sehat, orang tua harus lebih dulu memiliki
kebiasaan tersebut agar menjadi contoh bagi anak. Misalnya, jika anak
melihat ayah dan ibu suka makan buah dan sayuran selama waktu makan,
mereka pasti ingin menirunya. Jika anak melihat orang tuanya suka pilih
Sama seperti ketika ayah dan ibu menjaga mulut untuk memastikan
mengikutinya.
32
Sumantri, M. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka. 2014. h. 281
24
cenderung menyukai makanan cepat saji yang tidak sehat. Orang tua juga
perhari. Tubuh anak perlu tetap aktif. Untuk mendorong gaya hidup sehat
tersebut hanya akan mengajarkan anak bahwa makanan yang tidak sehat
adalah hadian untuk perilaku yang baik. Ini juga membuat anak lebih
makanan dengan hal lain. Misalnya memberikan alat tulis baru, mengajak
nonton ke bioskop, atau hadiah lainnya yang berupa kegiatan dan benda
bahwa ia harus memiliki kebiasaan tidur yang sehat dengan tanpa adanya
1) Makan dengan pola makan sehat dan perbanyak asupan sayuran setiap
harinya
2) Makan protein alami yang sehat, terutama ikan yang kaya dengan lemak
sehat
dan kesehatan tulang serta membantu menjaga suasana hati karena sinar
dirinya sendiri, serta meningkatkan rasa percaya diri pada anak, yaitu
termasuk:
c) Mengenakan kaos kaki dan sepatu yang bersih (biasakan cuci sepatu
h) Sikat gigi secara teratur, yaitu setelah makan pagi dan sebelum tidur.
Ada beberap manfaat dari pola hidup sehat yaitu sebagai berikut34:
lain.
berikut35:
1) Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga anak sekolah dan
3. Pembiasaan
34
Proverawati, A dan Rahmawati, A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yogyakarta: Nuha
Medika. 2016. h. 58
35
Iswanto. op.cit. h. 120
28
sudah sering kali. Dengan adanya perfiks “pe” dan sufiks “an” menunjukkan
diamalkan37.
berperilaku dan berpikir sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan
dari proses pembiasaan di sekolah untuk membentuk sikap dan perilaku siswa
36
Dalyono. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2016. h. 77
37
Majid, A. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 2015. h.19
29
sehari-hari seperti berpakaian rapi, berbahasa yang baik dan santun, memuji
C. Kerangka Pemikiran
Pembiasaan merupakan salah satu metode yang sangat tepat untuk diterapkan
kepada anak. Dalam pendidikan anak usia dini metode pembiasaan sangat
berpengaruh pada anak untuk meningkatkan pola hidup sehat yang konsisten secara
menerus tanpa dipaksa akan meningkatkan kesehatan dan kesadaran anak akan
tentang pola hidup sehat yang diberikan kepada anak usia dini akan menjadi sebagai
Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman tentang pola hidup sehat, sehingga sekolah
perlu melakukan pembiasaan untuk melatih anak dalam hidup bersih dan sehat dalam
kesehariannya. Dalam hal ini, peran guru dalam membentuk pola hidup sehat sangat
banyak pendukung termaksud kerja sama yang baik dengan orang tua untuk
38
Sudjiono, A. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo. 2018. h. 39
39
Aden, R. Menjalani Pola & Gaya Hidup Sehat. Yogyakarta: Hanggar Kreator. 2016. h.45
30
merealisasikan hidup sehat di lingkungan rumah agar pembiasaan pola hidup sehat
tersebut akan menjadi kebiasaan yang nantinya akan melekat pada diri anak.
Kebiasaan itu sendiri adalah perilaku seseorang yang ditunjukan secara berulang
tanpa berfikir lagi dalam kegiatan yang dilakukannya. Dalam hal ini, kerangka
Pembiasaan
Peran Guru
1. Peran Sebagai
Inspirator
2. Peran Sebagai
Motivator
3. Peran Sebagai
Fasilitator
4. Peran Guru
Sebagai Evaluator
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian
kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
penelitian kualitatif teori dan sumber data dapat berkembang di lapangan selama
terkait Peran Guru Terhadap Pola Hidup Sehat Melalui Pembiasaan di TK Beringin
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu
metode penelitian yang berupa gambaran mengenai situasi atau kejadian, kata-kata
yang tertulis atau dari lisan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam
melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen
40
Moleong, L.J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2017. h. 48
32
pribadi dan dokumen resmi lainnya. Peneliti deskriptif merupakan penelitian yang
B. Lokasi Penelitian
Donggala.
C. Kehadiran Peneliti
Kehadiran penulis dalam hal ini sangatlah penting dan utama, hal ini seperti
yang dikatakan Moleong bahwa dalam penelitian kualitatif kehadiran penulis sendiri
atau bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Sesuai dengan
makna dan sekaligus sebagai alat pengumpul data, karena itu penulis juga harus
terlibat dalam kehidupan orang-orang yang diteliti sampai pada tingkat keterbukaan
antara kedua belah pihak. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis terjun
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata atau pernyataan
yang disampaikan oleh responden dan tingkah laku yang ditunjukkan oleh objek
penelitian yang ada di lapangan. Data penelitian dikupulkan baik lewat instrumen
secara garis besar terbagi menjadi ke dalam dua bagian, yaitu data primer dan data
sekunder. Dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari hasil observasi,
41
Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian
Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2016. h.102
33
wawancara, dan dokumentasi Peran Guru Terhadap Pola Hidup Sehat Melalui
data juga dapat diperoleh melalui jurnal, artikel, dan juga buku.
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah semua data atau informasi yang
terkait dengan permasalahan peran guru terhadap pola hidup sehat melalui
sesuai dengan tujuanya. Data yang dimaksud merupakan data yang diperoleh
jawaban yang menjadi fokus penelitian. Data ini diperoleh dari hasil wawancara
yang dilakukan pada 4 guru dan 1 kepala sekolah yang ada di TK Beringin Jaya
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang
pada strategi dan alat pengambilan data yang digunakan. Hal ini pada akhirnya
akan menentukan ketepatan hasil penelitian. Data sekunder ini merupakan data-
data penunjang untuk memperkuat hasil yang telah diperoleh dari data primer.
Data sekunder yang dimaksudkan berupa hasil lembar kerja anak, laporan
Teknik atau cara pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan yang
penting dalam melaksanakan kegiatan penelitian. Data atau informasi yang diperoleh
dari hasil penelitian akan digunakan untuk membuat suatu kesimpulan ataupun
ini, perlu dilakukan beberapa kegiatan penting yang dalam hal ini disebut teknik
1. Observasi
dengan menggunakan seluruh alat indra seperti penglihatan, penciuman, dan peraba.
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi yang dimaksud disini adalah
observasi langsung yaitu bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian, sehingga observer
berada bersama objek yang diselidikinya. Observasi dalam penelitian ini akan
dilakukan pada 5 orang guru (termasuk kepala sekolah) dan pada murid-murid di TK
Beringin Jaya Dampal untuk melihat kebiasaan pola hidup sehat yang ada disana.
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan
ide yang ingin diketahui oleh peneliti melalui tanya jawab, sehingga dapat disusun
maknanya dalam suatu topik tertentu dan mendapatkan jawaban yang yang ingin
42
Bungin, B. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2015. h. 70
35
didapat oleh peneliti. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara langsung
3. Studi Dokumentasi
dokumen baik berupa gambar, tulisan atau bentuk lainnya. Dengan ini peneliti ingin
melihat semua kegiatan, program yang telah disusun dan hasil dari penerapan pola
temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Untuk menganalisis data
yang diperoleh dalam penelitian ini, maka peneliti menganalisa data, baik data dari
menggambarkan data yang telah terkumpul dari tempat penelitian guna memperoleh
1. Reduksi Data
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan demikian data yang telah
Data yang diperolah dari lapngan ditulis atau diketik dalam bentuk uraian atau
laporan yang terperinci. Laporan ini akan terus-menerus bertambah dan akan
43
Ulfatin, N. Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan: Teori dan Aplikasisnya.
Malang: Media Nusa Creatif. 2015. h. 224
36
menambah kesulitan apabila tidak dianalisis sejak awalnya. Jadi laporan lapangan
direduksi, disusun lebih sistematis sehingga lebih mudah dikendalikan. Data yang
direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga
mempermudah peneiti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan.
tertentu.
Maka peneliti dalam mereduksi data pada bidang peran guru terhadap pola
hidup sehat melalui pembiasaan akan memfokuskan pada bagaimana peran guru
terhadap pola hidup sehat melalui pembiasaan, yang dilihat dari peran inspirator,
motivator, fasilitator dan evaluator dari hasil observasi dan wawancara yang telah
dilaksanakan.
2. Penyajian Data
Dalam peneltian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori dan lain sebagainya. Dengan penyajian
data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Penyajian data ini
dimaksudkan untuk memilih data yang sesuai dengan kebutuhan peneliti tentang
3. Penarikan Kesimpulan
kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan ini akan diikuti dengan adanya bukti-bukti
penjelasan di atas bahwa yang dimaksud dengan penarikan kesimpulan yaitu hasil
dari penelitian yang dilakukan di TK Beringin Jaya Dampal yang akan dijadikan
data yang diperoleh, terutama pengecekan data yang terkumpul. Data yang terkumpul
akan dicek ulang oleh peneliti pada subjek data yang terkumpul dan jika kurang
informasi yang telah diperoleh. Keabsahan data merupakan konsep penting yang
diperbaharui dari konsep validitas dan reabilitas data. Eksistensi checking keabsahan
data merupakan hal yang mutlak adanya. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini ada
beberapa cara yang dilakukan untuk mencari validitasi suatu data yang terkumpul.
Teknik untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian kualitatif yang
pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun
yang baru. Dengan perpanjangan penelitian lapangan ini berarti hubungan peneliti
dengan narasumber akan semakin akrab, semakin terbuka dan saling mempercayai
44
Miles, M.B. & Huberman, M. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit. Universitas
Indonesia. 2014. h. 85
38
2. Meningkatkan Ketekunan
menggunakan waktu seefisien mungkin dan tekun dalam meneliti, sehingga pokok
apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Dekimian juga dengan
akurat dan sistematis tentang apa yang diamati sewaktu penelitian di lapangan.
3. Triangulasi Data
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar itu sendiri, untuk keperluan pengecekan
data atau sebagai pembanding terhadap data itu sendiri. Dari penjelasan di atas
dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian yang dilakukan keabsahan data sangat
data yang telah diteliti di lapangan dan dapat membangun kepercayaan pada
informasi yang telah diperoleh. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber ini tidak bisa diratakan seperti penelitian kuantitatif tetapi
berbeda dan spesifikasi dari sumber data tersebut. Sehingga data yang
b. Triangulasi Teknik
dengan cara mengecek data dengan sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Seperti data yang diperoleh dari hasil wawancara, kemudian dicek
lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain untuk
maka penelitian ini membandingkan data yang diperoleh dari sumber primer
dengan data yang diperoleh dari sumber sekunder. Dalam hal ini peneliti
membandingkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan guru dan
kepala sekolah. Peneliti juga akan membandingkan data yang diperoleh dari
BAB IV
pada tanggal…… tahun 2023. Peneliti melakukan penelitian tentang peran guru
terhadap pola hidup sehat melalui pembiasaan di TK Beringin Jaya Dampal dengan
informan adalah kepala sekolah dan 4 orang guru di di TK Beringin Jaya Dampal.
Guru merupakan pengajar utama atau sering disebut sebagai pendidik. Guru
juga sebagai peran terpenting untuk terlaksananya kegiatan pembiasaan pola hidup
sehat pada anak usia dini. Pada tingkat anak usia dini pola hidup sehat menjadi
program pembiasaan yang dilakukan di sekolah. Saat hidup bersih dan sehat telah
menjadi kebiasaan maka akan muncul dan berkembang budaya hidup sehat ketika
anak berada dimanapun. Pada dasarnya peran guru dalam membentuk pembiasaan
pola hidup sehat pada anak usia dini yaitu agar mereka dapat mengatasi, memelihara,
meningkatkan, dan melindungi kesehatanya. Peran guru dalam penelitian ini dilihat
dari Peran Sebagai Inspirator, Peran Sebagai Motivator, Peran Sebagai Fasilitator dan
semangat peserta didik untuk bisa menerapkan pola hidup sehat terutama jika berada
inspirator yaitu:
“Dalam hal ini kami memberikan contoh yang baik kepada murid seperti
membuang sampah pada tempatnya, mencuci tangan dengan sabun sebelum
dan sesudah makan, mencuci tempat makan setelah selesai makan, memotong
kuku kalau sudah panjang, menggunakan pakaian yang bersih dan wangi,
senam pagi seminggu sekali, berbicara yang baik dan sopan agar dapat
menginsipari murid agar mereka mau untuk menerapkannya bukan hanya di
sekolah tetapi dimana saja mereka berada”
Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu M yang merupakan salah satu guru di TK
Salah satu guru di TK Beringin Jaya Dampal yakni Ibu I juga memberikan
pernyataan yang sama terkait peran guru sebagai inspirator berikut ini:
guru yang ada di TK Beringin Jaya Dampal menunjukkan bahwa baik kepala sekolah
maupun guru sudah melakukan perannya sebagai inspirator dalam menerapkan pola
hidup sehat pada anak didiknya dengan memberikan contoh seperti membuang
sesudah makan dan setelah memegang benda kotor, melakukan senam seminggu
sekali, mengenakan pakaian rapi dan wangi serta berbicara dengan baik dan sopan.
42
Hal ini diharapkan dapat menginspirasi murid untuk menerapkannya tidak hanya di
Guru harus bisa menjadi insipirasi anak dalam menerapkan pola hidup sehat.
Untuk memiliki pola hidup sehat, anak didik bukan hanya perlu pengetahuan atau
dukungan fasilitas saja melainkan contoh dari lingkungannya. Jika guru sudah
berperan sebagai inspirator maka kemungkinan besar anak didik dapat mencontohi
Penerapan pola hidup sehat di sekolah adalah salah satu upaya strategis untuk
menggerakkan dan memberdayakan sekolah dan lingkungan untuk hidup bersih dan
sehat. Sekolah yang berperilaku hidup bersih akan membentuk siswa yang cerdas.
Anak yang sehat dan cerdas merupakan aset dan modal pembangunan kesehatan
dimasa depan.
Salah satu langkah yang dapat ditempuh oleh guru untuk menumbuhkan pola
hidup sehat pada murid adalah dengan cara menjadi inspirasi dan memberikan contoh
yang baik bagi murid setiap hari di lingkungan sekolah, seperti berpakaian rapi,
membuang sampah pada tempatnya, mencuci tangan pakai sabun agar pola hidup
Guru adalah seorang yang ditiru yang artinya seorang guru harus dapat menjadi
seorang panutan bagi semua muridnya. Sebagai model atau teladan menyiratkan
bahwa guru benar-benar menjadi sentral kegiatan bahkan kehidupan. Guru menjadi
cermin lingkungan sekitar khususnya anak didik dalam bertutur, berperilaku, bahkan
berpakaian. Untuk itu, berbagai tindak-tanduk guru ketika memasuki kelas, memulai
43
kemauan dan semangat pada diri peserta didik untuk menerapkan pola hidup sehat.
memotivasi murid agar mau menerapkan pola hidup sehat terutama di lingkungan
Beringin Jaya Dampal Kabupaten Donggala terkait peran guru sebagai motivator
yaitu:
Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu Z, salah satu guru di TK Beringin Jaya
“Ya.. biasanya dikasih pengertian pelan-pelan aja, nanti dia mau sendiri. Atau
misalnya habis berkegiatan kalau anaknya tidak mau, dikasih tau saja efeknya
kalau tidak cuci tangan. Tangannya kotor, nanti kalau tidak cuci tangan bisa
sakit perut, atau bisa juga dikasih imbalan bintang dulu. Jadi anak mau, terus
mereka langsung nyuci tangan”
Pernyataan dari Ibu A yang merupakan salah satu guru di TK Beringin Jaya
Dampal sejelan dengan apa yang sudah dijelaskan oleh guru lainnya bahwa:
“Biasanya dikasih tau sesuai dengan bahasa yang mudah dimengerti anak.
Misalnya nak cuci tangan yaa…, potong kuku yaa.. supaya tidak hidup cacing
44
di dalam perut. Memang ada beberapa anak yang agak sulit termotivasi tapi
kami tetap jelaskan dengan bahasa sederhana sampai mereka benar-benar
paham bahwa tidak cuci tangan itu bisa buat sakit”
guru yang ada di TK Beringin Jaya Dampal menunjukkan bahwa baik kepala sekolah
maupun guru sudah melakukan perannya sebagai motivator dalam menerapkan pola
hidup sehat pada anak didiknya, hal ini didukung pula dengan hasil observasi peneliti
selama penelitian berlangsung dimana saat kegiatan membuat miniatur benda langit,
guru menginstruksikan kepada anak didik untuk membuang sisa-sisa kertas hasil
melakukannya. Namun ada beberapa murid yang bandel ketika diperintah untuk
melakukan hal serupa. Guru langsung menegur dengan bahasa yang tidak menyakiti
anak tersebut. Sehingga tidak berselang lama, anak-anak tersebut mengangguk patuh
Selama penerapan pola hidup sehat di sekolah tidak jarang ada anak yang
malas atau asyik sendiri sehingga pura-pura tidak mendengar saat diperintah untuk
bagaimana akibatnya jika abai. Hal ini sejalan dengan karakteristik anak usia dini
diantaranya adalah memiliki daya konsentrasi pendek yang berarti anak akan
kesulitan untuk tetap fokus pada satu hal dalam waktu yang sama, perhatiannya
atau mendorong anak didik agar anak semangat dalam menjaga kebersihan (…).
45
Selain itu, untuk meningkatkan motivasi anak agar memiliki pola hidup sehat
ini maka guru memiliki beberapa cara lain yang diterapkan pada anak seperti
memberikan reward, baik itu berupa pujian atau memberikan bintang. Sebagaimana
menurut Sanjaya bahwa dengan memberikan pujian atau komentar positif terhadap
memadai kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat menerapkan pola hidup
sehat dengan penuh semangat. Agar berhasilnya penerapan pola hidup sehat di
sekolah maka diperlukan fasilitas yang memadai seperti kamar mandi yang terawat,
tempat mencuci tangan, tempat sampah, pagar, rak sepatu, UKS atau kota P3K yang
lengkap. Namun dari hasil observasi peneliti di TK Beringin Jaya Dampal ada salah
satu yang belum memadai atau tidak tersedia lengkap di TK Beringin Jaya Dampal
yakni kotak P3K yang hanya berisi minyak telon saja. Hasil observasi ini juga di
dukung oleh pernyataan dari Kepala Sekolah TK Beringin Jaya Dampal yaitu sebagai
berikut:
“Untuk fasilitas penunjang pola hidup sehat kayaknya hanya isi P3K yang tidak
lengkap. Kalau yang lainnya ada semua, tempat sampah di setiap ruangan,
kamar mandi/WC yang rutin dibersihkan guru-gurunya, ada pagar keliling
untuk mencegah anak keluar dari lingkungan sekolah, ada rak sepatu supaya
sepatu yang kotor tidak ikut masuk ke ruangan, ada tempat cuci tangan yang
lengkap dengan sabunnya. Isi P3K itu selalu lengkap cuman kemarin memang
belum sempat dibeli, biasanya isinya ada obat demam, minyak kayu putih,
minyak telon, minyak tawon, hansaplast, tisu, kapas, dan betadin. Rencana
besok atau lusa saya akan lengkapi semua itu. Cuman kalau UKS memang
ruangannya ada tapi jarang digunakan jadi sekarang ruangan itu hanya di
fungsikan untuk taruh barang-barang yang jarang atau belum terpakai sama
sekali”.
46
“Fasilitas sudah hampir semua tersedia, baik tempat sampah, tempat cuci
tangan, WC, dll. Hanya saja memang untuk isi P3K yang kurang karena kepsek
belum sempat berbelanja. Tapi Alhamdulillah sejauh ini tidak ada anak yang
membutuhkan penanganan P3K”
Ibu Z juga mengungkapkan hal serupa terkait fasilitas yang ada di TK Beringin
guru yang ada di TK Beringin Jaya Dampal menunjukkan bahwa baik kepala sekolah
maupun guru sudah melakukan perannya sebagai fasilitator dalam menerapkan pola
hidup sehat pada anak didiknya, namun salah satu fasilitas seperti isi P3K belum
memadai atau masih perlu menjadi bahan perhatian untuk guru-guru di TK Beringin
Jaya Dampal terutama kepala sekolahnya agar selalu menyediakan isi P3K secara
lengkap dan jangan dibiarkan dalam keadaan kurang lengkap, sebab musibah atau
sakit seseorang tidak ada yang bisa memprediksikan sehingga dapat memberikan
Menurut konsep yang diajukan Senjaya, peran guru sebagai fasilitator yaitu
penanaman pola hidup sehat. Adapun fasilitas yang tersedia di sekolah harus
menunjang perilaku ini, seperti kamar mandi yang terawat, tersedia air, sabun, juga
47
alat pembersih, UKS, tempat mencuci tangan, tanaman hias dan tanaman obat, pagar,
rak sepatu, dan tempat sampah. Agar lingkungan bersih, sehat, dan indah, maka
Selain menyediakan fasilitas sarana dan prasarana untuk penerapan pola hidup
sehat pada anak, guru juga bertanggung jawab memfasilitasi dengan menyediakan
anak saat ini sangat beragam dapat dijumpai di sekitar sekolah, di toko, warung atau
kaki lima namun tidak semuanya baik untuk kesehatan anak. Konsumsi pangan
adalah makanan dan minuman yang dikonsumsi seseorang untuk kehidupan sehari-
hari. Konsumsi pangan tersebut harus sehat (healthy foods) artinya mengandung zat
gizi dalam jumlah cukup yang diperlukan oleh tubuh agar anak tetap dapat tumbuh
dan berkembang. Konsumsi pangan selain menyehatkan juga harus aman (food
Untuk memfasilitasi anak saat menerapkan perilaku ini, guru juga mengadakan
olahraga untuk memelihara kebugaran dan kesehatan tubuh serta mental, sehingga
tidak mudah sakit. Selain itu, anak juga menjaga kebersihan lingkungan sekolah
Peran sebagai evaluator berarti guru memiliki tugas untuk menilai dan
mengamati perubahan pola hidup sehat dari peserta didik. Guru memiliki otoritas
48
penuh dalam menilai peserta didik, namun demikian evaluasi tetap harus
TK Beringin Jaya Dampal terkait peran guru sebagai evaluator yaitu sebagai berikut:
“Sejauh ini guru-guru sudah melakukan evaluasi tidak hanya pada prestasi
belajar anak saja namun pada pola hidup sehat yang anak-anak jalani. Memang
semua guru melaporkan ke saya itu bahwa belum semua anak-anak bisa
menerapkan pola hidup sehat misalnya masih ada anak yang sulit untuk
dinasehati agar jangan buang sampah sembarangan, masih suka minta jajan ke
mamanya snak yang tidak ada gizinya, tidak mau kukunya di potong. Tapi itu
hanya sebagian kecil anak-anak yaa.. kalau sebagian besarnya itu biasa biar
tidak disuruh mereka akan buang sampah pada tempatnya, kuku selalu minta di
potong sebelum panjang dan sebagainya lagi. Untuk anak-anak yang masih
sulit untuk menerapkan pola hidup sehat ini, pelan-pelan kami selalu nasehati,
kami ajar, kami beritahu yang mana yang benar supaya lambat laun mereka
akan menjadi terbiasa”.
Pernyataan dari Ibu A terkait peran guru sebagai evaluator untuk menerapkan
“Saya biasanya setiap hari senin dengan ibu guru yang lain adakan
pemeriksaan kuku, gigi, telinga dan kepala untuk memastikan tidak kotoran
atau gangguan kesehatan lainnya pada anak-anak. Untuk anak-anak yang
misalnya kukunya panjang maka kami akan langsung memotong kukunya,
kalau dia tidak mau maka kami akan bilang nanti ada cacing hidup di perut atau
kami akan memberi nilai bintang yang banyak sampai anak-anak jadi mau”
Pernyataan dari Ibu Z terkait peran guru sebagai evaluator untuk menerapkan
“Setiap hari senin itu ada pemeriksaan kuku, kepala, gigi dan telinga dari kami
guru-guru ke anak-anak. Pemeriksaan sederhana misalnya melihat kuku sudah
panjang atau belum, gigi di gosok atau tidak, dan seterusnya. Ketika kami
dapati ada anak-anak yang misalnya tidak gosok gigi atau kukunya kotor maka
kami akan menasehati untuk rajin gosok gigi agar gigi tidak berlubang dan
sakit, begitu juga kalau kuku panjang maka kami sudah menyediakan alat
potong kuku untuk anak-anak. Kami juga sering memantau siapa saja yang
malas cuci tangan, buang sampah sembarangan dan lain sebagainya maka kami
berikan penjelasan dan pengertian ke anak-anak bahwa itu salah dan tidak
boleh seperti itu, yaa meskipun ada beberapa anak-anak pas dijelaskan begitu
belum langsung berubah tapi kami yakin pasti kalau dibiasakan merekan akan
berubah”
49
Pernyataan dari Ibu M terkait peran guru sebagai evaluator untuk menerapkan
“Untuk evaluasi itu setiap seminggu sekali ada, kami biasanya periksa gigi,
kepala, telinga, kuku dan sebagainya pada anak-anak. Jika ditemukan seperti
telinga kotor atau ada congenya kami suruh mamanya untuk bersihkan di
puskesmas. Tapi sejauh ini sih aman-aman saja, paling hanya soal kuku yang
panjang dan buang sampah sembarangan. Paling hanya kami arahkan saja
secara terus-menerus supaya anak akan berubah ke arah lebih baik dan menjadi
terbiasa. Beberapa anak memang masih bandel itu kalau dikasih tahu, tapi
memang mesti sabar dan dijelaskan baik-baik supaya anak bisa berubah”
Pernyataan dari Ibu I terkait peran guru sebagai evaluator untuk menerapkan
“Ada, tetap ada tapi yang paling umum itu seminggu sekali. Paling setiap hari
juga hanya terkait buang sampah, cuci tangan, cuci tempat bekal. Dan
syukurnya kebanyakan anak-anak ini bagus penerapan pola hidup sehatnya.
Jarang yang bawa bekal seperti mie, nuget atau snak. Kebanyakan mereka ini
bawa nasi telur, ada juga yang bawa buah. Ada juga yang mamanya masakan
sayur dan ikan”
guru yang ada di TK Beringin Jaya Dampal menunjukkan bahwa baik kepala sekolah
maupun guru sudah melakukan perannya sebagai evaluator dalam menerapkan pola
hidup sehat pada anak didiknya, misalnya guru-guru selalu mengadakan pemeriksaan
kesehatan telingan, gigi, kuku dan kepala seminggu sekali. Guru juga akan
membimbing dan menasehati jika ditemukan ada anak yang tidak peduli terhadap
kesehatan kuku ataupun lainnya. Guru akan mengupayakan agar anak didik tetap
memperoleh penjelasan ataupun nasehat secara baik dan berulang kali meskipun
anak tersebut masih enggan untuk menerapkan pola hidup sehat, dengan keyakinan
kelak anak akan berubah ke arah positif jika diajarkan atau nasehati berkali-kali.
50
tanggung jawab untuk memantau dan membimbing anak didik untuk menjadi lebih
baik dengan cara yang baik. Jika ditemukan anak yang melenceng dari pola hidup
sehat, maka guru akan langsung mengarahkannya dengan cara yang baik. Anak yang
masih kurang pertimbangan dalam bertindak dan akibat apa yang akan mereka dapat
dari perilaku yang dilakukannya, termasuk hal-hal yang membahayakan diri mereka
Dari hasil evaluasi guru terhadap murid, guru mesti mengarahkan dan
mengajarkan pada anak didik untuk menerapkan pola hidup sehat ketika ditemukan
ada anak didiknya yang belum bisa menerapkan pola hidup sehat. Itulah mengapa
peranan ini harus lebih dipentingkan, karena hasil evaluasi akan menentukan kinerja
Pola hidup sehat merupakan suatu upaya yang dilakukan sebagai bentuk
pembiasaan yang baik guna menciptakan gaya hidup sehat agar seseorang bisa
terhindar dari masalah kesehatan. Dalam hasil observasi yang ditemukan dan
wawancara bersama kepala sekolah dan guru bahwa tidak semua anak melakukan
pembiasaan pola hidup sehat di lingkungan sekolah, masih ada anak yang sering lupa
mencuci tangan dengan sabun sebelum makan ataupun memegang benda yang kotor,
untuk itu perlu upaya yang komprehensif dari guru untuk menumbuhkan kemauan
anak agar bisa menerapkan pola hidup sehat setiap hari. Menurut hasil wawancara
“Setiap tahun ajaran baru, awal masuk sekolah, ketua dari lembaga
mengadakan rapat untuk membahas masalah kerja sama antara guru-guru dan
orang tua. Sebagian besar waktu anak berada di rumah, maka dari itu sangat
diperlukan kerja sama dengan orang tua dalam pengawasan anak ketika berada
di rumah. Kerjasama tidak hanya tentang belajar anak, akan tetapi tentang
pembiasaan pola hidup bersih dan sehat juga sangat penting bagi lembanga dan
juga anak-anak. Saya selaku kepala sekolah setiap ada waktu untuk rapat
menyampaikan agar orang tua lebih memperhatikan pola makan anak agar
dapat tercukupi gizi kembangnya, ketika sekolah lebih baik membawa bekal
makanan yang sehat dan bergizi, tidak membawa makanan yang instan seperti
mie, nugget, sosis dan lainnya. Jika anak mengkonsumsi makanan yang tidak
bergizi kemudian sakit ya akhirnya dapat menyebabkan penghambatan dalam
proses belajar juga. Maka dari itu orang tua anak yang harus benar-benar diberi
pemahaman dalam hal ini. Selain itu seperti yang sudah saya jelaskan
sebelumnya bahwa untuk membiasakan anak berpola hidup sehat, maka
mereka harus diajarkan dan dibiasakan misalnya kaya tadi cuci tangan pakai
sabun sebelum makan, nanti anak dikasih penjelasan secara berulang jika tidak
cuci tangan bikin sakit perut, bikin badan jadi tidak bugar. Kasih contoh ke
anak-anak bagaimana bertanggung jawab akan sampah yang dihasilkannya
seperti buang ke tong sampah, tunjukan kuku yang bersih dan jelaskan jika
kuku sudah kotor sebaiknya di potong agar tidak hidup cacing di perut. Selain
itu juga setiap jumat kami adakan senam pagi agar anak-anak mau bergerak,
kami jelaskan jika senam ini baik untuk tubuh agar tubuh tetap sehat dan kuat.
Selain itu mengajarkan anak agar mencuci tempat bekalnya setelah makan,
suruh mama untuk bersihkan telinga. Ada pemeriksaan juga disini setiap hari
senin, guru-guru yang periksa seperti periksa gigi bersih atau tidak, kuku bersih
atau tidak, telinga dan kepala juga begitu. Jika kotor guru atau dibantu sama
mamanya yang akan bersihkan. Kami juga setiap sebulan sekali mengadakan
makanan tambahan berupa bubur ayam dan sayuran, buah-buahan dan susu,
tiap bulan menunya beda-beda. Kami jelaskan ke anak-anak bahwa makan
buah dan sayur harus setiap hari agar anak bisa sehat dan pintar”.
Hal serupa juga dikatakan oleh Ibu A terkait pembiasaan yang dilakukan guru
“Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya bahwa pembiasaan disini seperti
membiasakan anak cuci tangan pakai sabun, buang sampah di tempatnya dan
lain sebagainya”
Pernyataan dari Ibu Z terkait pembiasaan yang dilakukan guru terhadap pola
“Yaa seperti saya bilang tadi itu, kami membiasakan anak-anak sebelum makan
cuci tangan dengan sabun di air mengalir yaa, buang sampah pada tempatnya,
52
potong kuku 1-2 kali seminggu, mengajarkan anak-anak untuk makan buah dan
sayur, sebelum ke sekolah mandi dan gosok gigi, jangan biasakan makan
makanan tidak sehat, lakukan senam kesegaran seminggu sekali. Kebiasaan-
kebiasaan ini jika dilakukan secara terus-menerus pasti anak-anak akan
terbiasa”
Pernyataan dari Ibu M terkait pembiasaan yang dilakukan guru terhadap pola
“Sama seperti yang sudah dijelaskan guru-guru lainnya yaitu biasakann cuci
tangan dengan sabun, buang sampah di tempat sampah dan lainnya”
Pernyataan dari Ibu I terkait pembiasaan yang dilakukan guru terhadap pola
sebelumnya yakni:
“Yaa seperti dijelaskan tadi, biasakann cuci tangan dengan sabun, buang
sampah pada tempat sampah yang disediakan, ajarkan untuk gosok gigi 2 kali
sehari, rambut seminggu 2-3 kali disampo, makan sayur dan buah dan tetap
ikuti senam”
guru yang ada di TK Beringin Jaya Dampal terkait pembiasaan yang dilakukan guru
terhadap pola hidup sehat di TK Beringin Jaya Dampal menunjukkan bahwa guru-
guru sudah melakukan pembiasaan seperti mencuci tangan menggunakan sabun di air
mengalir sebelum dan setelah makan serta setelah memegang benda kotor,
untuk buang sampah pada tempatnya, menggosok gigi 2 kali sehari, konsumsi buah
dan sayuran dan membatasi makan makanan tidak sehat seperti snak, potong kuku 1-
periksa kepala, telinga, gigi dan kuku seminggu sekali, tidak memasukan sepatu yang
kotor ke dalam kelas melainkan menaruhnya di tempat sepatu yang telah disediakan,
53
menggunakan pakaian yang bersih, rapi dan wangi dan rambut disampo 2-3 kali
seminggu.
Sejauh ini baik kepala sekolah ataupun guru sudah melakukan pembiasaan
dengan baik meskipun tidak seluruh anak dapat mempraktekannya baik di sekolah
maupun di rumah. Hal ini karena pola perkembangan anak berbeda-beda, ada yang
bisa merespon dan mempraktekannya dengan cepat dan adapula yang sebaliknya.
Maka dari itu, sudah sepatutnya guru membimbing secara terus-menerus dengan rasa
sayang, peduli dan sabar agar anak bisa mempraktekannya dikehidupannya sehari-
hari.
Mengajarkan anak-anak untuk hidup bersih dan sehat tidak harus dengan alat
bantu ajar yang lengkap, cukup dengan arahan yang baik atau contoh yang positif.
Pembiasaan pola hidup sehat berjalan dengan baik jika dapat dukungan dari orang
tua ketika di rumah. Sehingga guru dan orang tua memiliki kerja sama untuk
membentuk anak tersebut terbiasa hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah atau
rumah. Pembiasaan pola hidup sehat anak usia dini merupakan kunci utama dari
apapun, jika pembiasaan pola hidup sehat terlaksana dengan baik, maka prestasi anak
Menurut……. pola hidup sehat perlu diajarkan kepada anak sejak usia dini,
agar mereka terbiasa melakukan hal-hal yang dapat mencegah mereka dari penularan
kumat. Pola hidup sehat ini meliputi buang sampah pada tempatnya, cuci tangan
menggunakan sabun, menggosok gigi 2 kali sehari, makan makanan bergizi dan tidak
terbiasa makan makanan tidak sehat, potong kuku, dan mengikuti senam kesegaran.
54
Guru mengetahui tentang pola hidup sehat dan pentingnya untuk diterapkan.
Hal ini sesuai dengan teori faktor presdisposisi (presdisposing factors) yang
dikemukakan oleh Lawrence Green (1980) bahwa perilaku kesehatan itu dapat
terwujud dalam bentuk usia, jenis kelamin, pekerjaan, pengetahuan, sikap dan lain-
lain. Dengan pengetahuan tentang pola hidup sehat yang dimiliki oleh guru, menjadi
Guru merupakan pengajar utama atau sering disebut sebagai pendidik. Guru
juga sebagai peran terpenting untuk terlaksananya kegiatan pembiasaan pola hidup
sehat pada anak usia dini. Pada tingkat anak usia dini pola hidup sehat menjadi
program pembiasaan yang dilakukan di sekolah. Ketika hidup bersih dan sehat telah
menjadi kebiasaan maka akan muncul dan berkembang budaya hidup bersih dan
sehat ketika anak berada dimanapun. Pada dasarnya peran guru dalam membentuk
pembiasaan pola hidup sehat pada anak usia dini yaitu agar mereka dapat mengatasi
Pada dasarnya sikap pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat akan datang
dengan sendirinya maka dari itu dibutuhkan kesadaran dari dalam diri sendiri dan
dibantu oleh guru agar kebiasaan menjaga kebersihan dan kesehatan dapat diterapkan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peran guru terhadap pola hidup sehat melalui pembiasaan di TK Beringin Jaya
a. Peran sebagai inspirator dalam hal ini guru sudah meakukan perannya dengan
pakaian rapi dan wangi serta berbicara dengan baik dan sopan.
b. Peran sebagai motivator dalam hal ini guru sudah melakukan perannya dimana
ada beberapa murid yang bandel ketika diperintah untuk melakukan hal serupa.
Guru langsung menegur dengan bahasa yang tidak menyakiti anak tersebut.
c. Peran sebagai fasilitator dalam hal ini guru sudah melakukan perannya namun
salah satu fasilitas seperti isi P3K belum memadai atau masih perlu menjadi
bahan perhatian untuk guru-guru agar selalu menyediakan isi P3K secara
lengkap.
56
d. Peran guru sebagai evaluator dalam hal ini guru sudah melakukan perannya
kuku dan kepala seminggu sekali. Guru juga akan membimbing dan
menasehati jika ditemukan ada anak yang tidak peduli terhadap kesehatan kuku
ataupun lainnya.
2. Pembiasaan yang dilakukan guru terhadap pola hidup sehat di TK Beringin Jaya
mengalir sebelum dan setelah makan serta setelah memegang benda kotor,
untuk buang sampah pada tempatnya, menggosok gigi 2 kali sehari, konsumsi
buah dan sayuran dan membatasi makan makanan tidak sehat seperti snak, potong
kuku 1-2 kali seminggu, membiasakan anak-anak cuci tempat bekalnya sesudah
makan, periksa kepala, telinga, gigi dan kuku seminggu sekali, tidak memasukan
sepatu yang kotor ke dalam kelas melainkan menaruhnya di tempat sepatu yang
telah disediakan, menggunakan pakaian yang bersih, rapi dan wangi dan rambut
B. Saran
1. Bagi Kepala Sekolah TK Beringin Jaya agar kiranya bekerjasama dengan tenaga
sehat tidak hanya pada guru melainkan pada orang tua anak, dan kepala sekolah
57
2. Bagi guru TK Beringin Jaya sebaiknya menyampaikan pada kepala sekolah jika
ada fasilitas atau kelengkapan isi P3K berkurang agar kepala sekolah cepat
tanggap dalam penyediaannya, dan juga guru tetap sabar dan ikhlas dalam
mengajarkan anak didik untuk menjadi anak yang lebih sehat, cerdas dan ceria.
3. Bagi peneliti berikutnya, untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam dan
spesifikasi yang berbeda atau mungkin bisa membandingkan dengan lokasi lain
berikutnya.
43
DAFTAR PUSTAKA
Aden, R. Menjalani Pola & Gaya Hidup Sehat. Yogyakarta: Hanggar Kreator. 2016.
Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada. 2016.
Aisyah, S. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Andi. 2018
Andriani, V. Peran Guru dalam Membentuk Pembiasaan Perilaku Hidup Bersihdan
Sehat Pada Anak Usia Dini di RA Darun Najah Kloposepuluh Sukodono
Sidoarjo. Skripsi. Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. 2021.
Bawa, A.A.W. Budaya Hidup Sehat. Tangerang: PT Pantja Simpati. 2016.
Berry, D. Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2017.
Bungin, B. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2015.
Dalyono. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2016.
Daradjat, Z. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang. 2014.
Darmadi, H. Tugas, Peran, Kompetensi dan Tanggung Jawab Menjadi Guru
Profesional. Edukasi: Jurnal Pendidikan. 13 (2). 2018.
Djamarah, B.S. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka
Cipta. 2015.
Hanifah, F. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama. 2015.
Harnum, A.L., Aunurrahman & Yuniarni, D. Peran Guru Dalam Pembiasaan Pola
Hidup Sehat Anak Usia 5-6 Tahun di ABC123 Kota Pontianak. JPPK
Khatulistiwa, 12(5). 2023.
Hartini, V. Program Penerapan Pola Hidup Sehat Bagi Anak Usia Dini Melalui
Pembiasaan Sarapan Bergizi di Paud It Nur’athifah di Kota Manna. Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 2(1). 2020.
Inten, D.N & Permatasari, A.N.. Literasi kesehatan pada anak usia dini melalui
kegiatan eating clean. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2).
2019.
Irianto, K. Ilmu Kesehatan Anak (Pediatri). Jakarta: Alfabeta. 2018.
Iswanto. Pola Hidup Sehat Dalam Keluarga. Jakarta: PT Sunda Kelapa Pustaka.
2017.
Kurniadi, T.K. Kalau Bisa Sehat, Kenapa Harus Sakit. Depok: Puspa Swara. 2020.
Mailani, C. Upaya Guru dalam Menerapkan Pembiasaan Perilaku Hidup Sehat di
Paud Bunga Harapan Jangka Buya Pidie Jaya. Skripsi. Banda Aceh: UIN Ar-
Raniry. 2021.
Majid, A. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 2015.
Mansur, M.A. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2017.
Miles, M.B. & Huberman, M. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit. Universitas
Indonesia. 2014.
Moleong, L.J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2017.
Mulyadi. Upaya meningkatkan Kesehatan. Jakarta: PT raja Grafindo Persada. 2015.
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda. 2015.
Munatin, B. Pengenalan Pola Hidup Sehat Melalui Media Langsung Pada Anak usia
4-5 Tahun RA AL-Hidayah. Jurnal Pendidikan. 1 (2). 2022.
Murniati, E. Aku Tau Tentang Cara Hidup Sehat. Surabaya: Duta Graha Pustaka,
2018.
Nasution, H. Berbagai Pendekatan Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
2016.
Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakt Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. 2018.
Nurmala, I. Promosi Kesehatan. Surabaya : Airlangga University Press. 2021.
Proverawati, A dan Rahmawati, A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yogyakarta:
Nuha Medika. 2016.
Rusman, I. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2016.
Rusman, U. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2012.
Sanjaya, W. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
PT Kencana. 2016.
Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
2016.
Sharkey, J. Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2018.
Soenarjo, R.J. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2018.
Sudjiono, A. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo. 2018.
Sumantri, M. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka. 2014.
Ulfatin, N. Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan: Teori dan
Aplikasisnya. Malang: Media Nusa Creatif. 2015.
Wardhani, W.D.L. Jatmikowati, T.E & Rahman, A. U. Pangan thoyyibah:
Mengenalkan gaya hidup sehat pada anak usia dini. Early Childhood: Jurnal
Pendidikan, 3(2). 2019.