Anda di halaman 1dari 56

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MENGATASI KENAKALAN SISWA DI SEKOLAH


MENENGAH PERTAMA ISLAM TERPADU
PERMATA HATI BANGKO

SKRIPSI

EVA PRATIWI HANDAYANI


NIM. TP. 140815

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018

i
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENGATASI KENAKALAN SISWA DI SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA ISLAM TERPADU
PERMATA HATI BANGKO

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Strata Satu (S.1) Pendidikan Agama Islam

EVA PRATIWI HANDAYANI


NIM. TP. 140815

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
NOTA DINAS .................................................................................................. iii
PENGESAHAN ................................................................................................ iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................. vi
MOTTO ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
ABSTRAK ........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Fokus Penelitian ..................................................................... 3
C. Rumusan Masalah .................................................................. 4
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kajian Teoretik ....................................................................... 6
1. Upaya .............................................................................. 6
2. Guru pendidikan agama islam .......................................... 6
3 Kenakalan siswa…………………………………………. 12
B. Studi Relevan ……………………………………………….. 17

BAB III METODE PENELITIAN


A. Pendekatan dan Desain Penelitian ......................................... 19
B. Setting dan Subjek Penelitian ................................................ 20
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 21
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 22
E. Teknik Analisis Data .............................................................. 25
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .................................... 26
G. Jadwal Penelitian .................................................................... 28

iii
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum ....................................................................... 29
B. Temuan Khusus dan Pembahasan .......................................... 37

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………… 46
B. Saran………………………………………………………. 47
C. Kata Penutup……………………………………………… 47

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas pendidikan di negara Indonesia sampai saat ini pun
masih berlanjut, dengan menyeimbangkan antara ilmu-ilmu umum dengan ilmu-
ilmu agama. Sebagaimana yang telah difirmankan Allah:

ۖ ۖ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan
negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi ”(Anonim Al-qur’an dan terjemahan)
Sasaran utama dalam pendidikan atau subjek pendidikan adalah peserta
didik, yang dalam praktek kedudukannya sebagai subjek dan sekaligus sebagai
objek, yang dilaksanakan di sekolah.
Sekolah merupakan sumber pengalaman pendidikan, karena semua
sekolah secara keseluruhan merupakan lingkungan pendidikan, apapun jenis dan
jenjangnya. Oleh karenanya dapat dipahami peran strategis sekolah dalam
mengemban dan menjabarkan fungsi pendidikan secara luas dan
berkesinambungan. Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah serta
berlangsung seumur hidup (Marimba, 1984: 15).
Pendidikan identik dengan kegiatan belajar mengajar dan segala aspek
yang mempengaruhinya, untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka proses
pembelajaran tersebut dilakukan secara optimal, sehingga peserta didik dapat
meraih prestasi belajar yang lebih baik. Ahmadi (1991) mengemukakan bahwa
dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai peran untuk mendorong,
membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi murid-murid untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Salah satu tujuan pembelajaran jika ditinjau dari proses
adalah menciptakan anak didik menjadi generasi yang berdisiplin diri, baik
disiplin ilmu maupun waktu. (Basri, Hasan 1996)
2

Salah satu mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam


membentuk moral siswa adalah Pendidikan Agama Islam (PAI). Sebab PAI
mengajarkan pendidikan moral yang berdasarkan pada ajaran agama.
Keberhasilan pendidikan agama di sekolah dapat dilihat dalam tiga bidang, yaitu
pengetahuan, sikap, dan tingkah laku, ketiganya diharapkan tercipta dalam satu
wujud manusia yang beriman dan berilmu, sehingga peserta didik mampu
menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam sikap kesehariannya, serta
diwujudkan dengan perilaku yang sesuai dengan materi pembelajaran yang sudah
diterima di sekolah. Disamping itu, PAI berfungsi sebagai peran pencegahan yaitu
menangkal hal-hal negatif dari diri siswa sendiri juga lingkungan yang ada
disekitar siswa atau budaya lain yang dapat membahayakan atau menghambat
perkembangan menuju manusia seutuhnya. Dengan demikian, tampak jelas sudah
tanggung jawab guru mata pelajaran PAI untuk mendidik peserta didik dengan
pendidikannya yang baik dan berakhlakul karimah, agar peserta didik mampu
menyerap ilmu-ilmu yang diajarkannya dan mengamalkannya.

ْ‫ أَنَّ مَحْفُىظه مِهْ الْحَذِيث لَى‬: ‫ و ُمرَاده‬, ‫ وَىْعَيْهِ مِهْ ا ْل ِعلْم‬: ْ‫ظرْفَيْهِ … أَي‬
َ ْ‫ (وِعَاءَيْهِ) أَي‬:‫قَىْله‬
.‫كُتِبَ َل َملََأ وِعَاءَيْهِ” اوتهى ملخصا‬

Al-Hafizh (Ibnu Hajar al-Asqalani) –rahimahullah– berkata:

Ucapan Abu Hurairah, “Wi’a-ain (dua bejana),” maksudnya adalah, “Zharfain


(dua wadah),” … yaitu dua macam ilmu. Jadi maksud ucapan Abu Hurairah itu,
bahwasanya dia menghafal ilmu dari hadits, yang seandainya ilmu itu dituliskan,
niscaya memenuhi dua wadah.

Masa Remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan dari
masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa ini adalah masa yang paling kritis,
karena sangat berperan dalam membentuk kepribadiannya. Keinginan untuk
mencari jati diri dan mendapat pengakuan dari keluarga dan lingkungan sangat
kuat. (Basri, Hasan 1996)
Dalam proses pencarian jati dirinya, remaja seringkali menunjukan
perilaku yang tidak sesuai dengan nilai, norma agama, dan masyarakat. Perilaku
yang ditunjukan oleh remaja tersebut sesungguhnya merupakan reaksi dari dalam
3

jiwanya untuk mendapatkan suatu perhatian dari orang lain. Kondisi semacam ini
sering tidak mendapat respon dari orang tua ataupun orang yang lebih dewasa
lainya dan hal tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja
yang sedang mengalami gejolak (Daradjat, Zakiah 1978)
Karena kenakalan itu muncul pada jenjang sekolah dan integrasi yang
paling bisa dirasakan adalah antara guru dengan murid. Problem tersebut sering
kali terjadi dalam bentuk kesulitan dalam menghadapi pelajaran disekolah, baik
dalam lisan, tulisan, maupun penyelesaian tugas. Remaja yang mengalami
problem di sekolah pada umumnya mengemukakan keluhan bahwa mereka tidak
ada minat terhadap pelajaran dan bersikap acuh tak acuh, prestasi belajar menurun
kemudian timbul sikap-sikap dan perilaku yang tidak diinginkan seperti
membolos, melanggar tata tertib, menyontek, dan menentang guru. Disamping itu,
kenakalan juga dapat dipicu karena ingin diperhatikan sehingga anak menganggu
temannya, gaduh dikelas, dan berkelahi.
Berdasarkan pengamatan awal (grand tour) yang dilakukan oleh peneliti
di SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko, terdapat permasalahan kenakalan
siswa. Diantara kenakalan siswa yang dapat dilihat oleh peneliti adalah terlambat
masuk kelas, gaduh di dalam kelas, mengeluarkan perkataan kotor, dan berkelahi
sesama siswa. Dengan demikian diperlukan upaya dari guru Pendidikan Agama
Islam untuk mengatasi permasalahan kenakalan siswa tersebut.
Dari pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti
tentang: “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan
Siswa Kelas VIII SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko”.
B. Fokus Penelitian
Karena keterbatasan waktu, dana, referensi, dan tenaga, peneliti
membatasi dan memfokuskan penelitian ini pada kenakalan Siswa Kelas VIII
yang berjumlah sebanyak 15 siswa di SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko.
kenakalan siswa yang dapat dilihat oleh peneliti adalah terlambat masuk
kelas, gaduh di dalam kelas, mengeluarkan perkataan kotor, dan berkelahi sesama
siswa.
4

C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan di atas, maka yang
menjadi pokok-pokok permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Apa saja bentuk-bentuk kenakalan Siswa Kelas VIII SMP Islam Terpadu
Permata Hati Bangko?
2. Apa Saja Kendala guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi
kenakalan Siswa Kelas VIII SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko?
3. Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi
kenakalan Siswa Kelas VIII SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh
gambaran upaya guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kenakalan
siswa kelas VIII SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko.
Adapun secara khusus tujuan penelitian penelitian ini adalah:
a. Ingin mengetahui bentuk kenakalan Siswa Kelas VIII SMP Islam
Terpadu Permata Hati Bangko.
b. Ingin mengetahui kendala guru pendidikan agama Islam dalam
menangani kenakalan Siswa Kelas VIII SMP Islam Terpadu Permata
Hati Bangko.
5

c. Ingin mengetahui upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam


Mengatasi kenakalan Siswa Kelas VIII SMP Islam Terpadu Permata
Hati Bangko
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan, sebagai referensi atau
rujukan, dan pustaka pada UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
b. Sebagai bahan untuk guru pendidikan agama Islam dalam menambah
wawasan tentang upaya menangani kenakalan-kenakalan siswa.
c. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan berfikir
kritis dalam melatih kemampuan untuk memahami dan menganalisis
masalah- masalah pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoretik
1. Upaya
Upaya adalah "bagian yang dimainkan oleh orang atau bagian dari
tugas utama yang harus dilaksanakan". Berdasarkan pengertian di atas dapat
diperjelas bahwa upaya adalah bagian dari peranan yang harus dilakukan oleh
guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlaqul karimah belajar
peserta didik. Pada umumnya guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didiknya di depan kelas. Di samping itu guru
merupakan orang yang telah memberikan bimbingan pengajaran yaitu yang
berkenaan dengan pengetahuan yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotor.
Upaya yang dimaksud di sini adalah sebuah usaha yang dilakukan
oleh guru pendidikan agama Islam untuk mengatasi permasalahan kenakalan
pada siswa. Usaha ini dilakukan dengan melibatkan semua komponen di
sekolah baik itu kepala sekolah, guru pendidikan agama Islam, atau guru mata
pelajaran lain, terutama siswa yang diharapkan mampu bekerja sama dengan
baik.
2. Guru Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1991:335) guru berarti
orang yang kerjanya mengajar. Guru sering diidentifikasikan kepada
pengertian pendidik. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Sardiman A.M (1990:135), bahwa guru memang pendidik, sebab
dalam pekerjaannya ia tidak hanya mengajar seseorang agar tahu beberapa
hal, tetapi guru juga melatih beberapa keterampilan dan terutama sikap
mental peserta didik. Selanjutnya dalam pasal 39 ayat (2) UU No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan guru
atau pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan

6
7

dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,


melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Dari beberapa pengertian guru atau
pendidik di atas dapat disimpulkan bahwa guru atau pendidik adalah
tenaga profesional yang melaksanakan kegiatan operasional belajar dan
mengajar, serta melatih dan membimbing peserta didik agar menjadi
manusia yang berkepribadian baik.
Secara umum pengertian guru agama dapat diartikan guru yang
mengajarkan mata pelajaran agama (Kamus Umum Bahasa Indonesia,
1991:335). Menurut Ahmad D. Marimba (1998:98), pendidik Islam atau
guru agama Islam adalah orang yang bertanggung jawab mengarahkan
dan membimbing anak didik berdasarkan hukum-hukum agama Islam.
Sedangkan dalam literatur kependidikan Islam, seorang guru agama
memiliki pengertian ustadz, murabbi, mu’allim, mursyid, muddaris, dan
muaddib sekaligus.
Menurut ustadz seorang guru agama dituntut untuk komitmen
terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya. Murabbi merujuk
pada peran guru agama dalam menumbuhkan, membina, dan
mengembangkan potensi anak didik, serta membimbingnya. Muallim
berarti seorang guru agama harus mampu menjelaskan hakikat ilmu
pengetahuan yang diajarkannya, serta menjelaskan dimensi teoretis dan
praktisnya, dan berusaha membangkitkan peserta didik untuk
mengamalkannya. Selanjutnya, mursyid adalah guru pendidikan Islam
harus menjadi pusat panutan, teladan, dan konsultasi peserta didik.
Kemudian, muddaris adalah guru agama bertugas mencerdaskan peserta
didiknya, menghilangkan ketidaktahuan berlaku dalam masyarakat.atau
memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan mereka
sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
8

Terakhir, kata muaddab memiliki arti bahwa seorang guru agama


bertugas untuk menciptakan suasana belajar yang dapat menggerakkan
peserta didik untuk berprilaku atau beradab sesuai dengan norma-norma,
tata susila, dan sopan santun yang
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa guru
pendidikan agama Islam (PAI) adalah tenaga profesional yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan perkembangannya, baik dari segi potensi afektif, kognitif,
psikomotorik, dan spiritualnya sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama
Islam, sehingga nilai-nilai tersebut dapat tertanam pada diri peserta didik
dengan dicerminkan melalui kepribadian dan tingkah laku sehari-hari
dalam kehidupan di sekolah maupun di masyarakat. (Djamarah, Syaiful
Bahri 2000)
b. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam
Pada dasarnya, tugas pendidik adalah mendidik dengan
mengupayakan pengembangan seluruh potensi peserta didik, baik aspek
kognitif, afektif, psikomotorik, maupun spiritualnya. Dalam UU No. 14
tahun 2005 pasal 1 ayat (1) dikatakan bahwa, guru memiliki tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik. Selain itu, tugas guru adalah mendidik,
mendidik disini sebagian dilakukan dalam bentuk mengajar sebagaimana
dalam bentuk memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberikan
contoh, membiasakan hal yang baik. Selanjutnya, tugas guru agama Islam
adalah:
1) Mengajarkan ilmu pengetahuan Islam
2) Menanamkan keimanan dalam jiwa anak
3) Mendidik anak agar taat menjalankan agama
4) Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia
Dengan demikian tugas guru agama Islam tidak hanya
mempersiapkan bahan pelajaran, melaksanakan/ menyampaikan materi
9

pelajaran dan mengevaluasi hasil pengajaran. Akan tetapi, juga harus bisa
menanamkan nilai-nilai keimanan dalam jiwa anak agar taat dalam
menjalankan agama Islam dan mendidik siswa agar memiliki akhlak yang
mulia.
Di samping memiliki tugas-tugas di atas, guru memiliki juga
tanggung jawab yang berhubungan dengan kedudukannya sebagai salah
satu komponen tenaga kependidikan. Dikutip dari Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia (1991:1014), tanggung jawab merupakan suatu kondisi
wajib menanggung segala sesuatu sebagai akibat dari keputusan yang
diambil atau tindakan yang dilakukan (apabila terjadi sesuatu dapat
disalahkan). Tanggung jawab guru yang paling utama adalah mempunyai
rasa mengajar sebagai amanah. Sebagai pemegang amanat, guru
pendidikan agama Islam bertanggung jawab atas amanat yang diserahkan
kepadanya, sebagaimana firman Allah berikut

             

             

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada


yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat”
(anonim al-qur’an dan terjemahan)
Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan
kehidupan anak didik. Juga menjadi tanggung jawab guru untuk
memberikan sejumlah norma kepada anak didik agar tahu mana perbuatan
yang susila dan asusila, mana perbuatan yang bermoral dan amoral. Selain
itu, tanggung jawab guru tidak hanya menuangkan ilmu pengetahuan ke
dalam otak anak didik. Tapi yang terpenting adalah membentuk jiwa dan
10

watak anak didik. Sebab pendidikan dilakukan tidak semata-mata dengan


perkataan, tetapi dengan sikap, tingkah laku, dan perbuatan.
Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan di atas dapat
diketahui tugas dan tanggung jawab guru bukan hanya mengajar atau
menyampaikan kewajiban kepada anak didik, akan tetapi juga
membimbing mereka secara keseluruhan sehingga terbentuk kepribadian
muslim. Maka tugas dan tanggung jawab utama yang harus dilaksanakan
oleh guru, terutama guru pendidikan agama Islam adalah membimbing dan
mengajarkan seluruh perkembangan kepribadian anak didik pada ajaran
Islam.
c. Peran dan Fungsi Guru Pendidikan Agama Islam
Peran adalah tindakan yang dilakukan seseorang dalam sebuah
peristiwa. Peran (role) guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus di
lakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru (Thohirin,
2006:165). Peran guru pendidikan agama Islam pada dasarnya tidak jauh
berbeda dengan guru umum lainnya, yakni sama-sama berusaha untuk
memindahkan ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada anak didiknya, agar
mereka lebih banyak mengetahui dan memahami ilmu pengetahuan yang
lebih luas. Akan tetapi peranan guru pendidikan agama Islam selain
berusaha memindahkan ilmu (transfer of knowledge), juga harus
menanamkan nilai-nilai agama Islam kepada anak didiknya agar mereka
bisa mengaitkan antara ajaran-ajaran agama Islam dengan ilmu
pengetahuan. Di samping itu, peran guru PAI yang utama adalah
membentuk akhlak mulia dalam diri setiap siswa, sehingga bisa
diterapkannya sehari-hari.
Secara umum peran guru menurut Hasibuan sebagaimana yang
dikutip oleh Djamarah (2000:44), peran guru adalah sebagai berikut:
1) Sebagai komunikator, yaitu pendidik berfungsi mengajarkan ilmu
dan keterampilan kepada pihak peserta didik.
11

2) Sebagai fasilisator, yaitu pendidik berfungsi sebagai pelancar


proses belajar mengajar.
3) Sebagai motivator, yaitu pendidik berperan untuk menimbulkan
minat dan semangat belajar peserta didik yang dilakukan secara
terus menerus.
4) Sebagai administrator, yaitu pendidik itu berfungsi melaksanakan
tugas-tugas yang bersifat administrator.
5) Sebagai konselor, yaitu pendidik berfungsi untuk membimbing
peserta didik yang mengalami kesulitan, khususnya dalam belajar.
6) Sebagai inspirator, yaitu guru harus dapat memberikan ilham yang
baik bagi kemajuan belajar anak didik.
7) Sebagai informator, yaitu guru harus memberikan informasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi, selain sejumlah
bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah
diprogamkan dalam kurikulum.
Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Perkembangan sikap dan kepribadian tidak terbatas pelaksanaannya
melalui pembinaan di dalam kelas saja. Dengan kata lain, fungsi guru
agama dalam membina anak didik tidak terbatas pada interaksi belajar
mengajar saja, maka fungsi guru agama menurut Daradjat (2001: 265)
yaitu:
1) Guru agama sebagai pengajar, guru bertugas membina
perkembangan pengetahuan, sikap atau tingkah laku, dan
ketrampilan.
2) Guru Agama sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan.
Pemberian bimbingan meliputi bimbingan belajar dan bimbingan
perkembangan sikap atau tingkah laku. Membimbing dan
12

pemberian bimbingan dimaksudkan agar setiap anak didik


diinsyafkan mengenai kemampuan dan potensi diri anak didik yang
sebenarnya dalam kapasitas belajar dan bersikap. Jangan sampai
anak-anak didik menganggap rendah atau meremehkan
kemampuannya sendiri dalam potensinya untuk belajar dan
bersikap atau bertingkah laku sesuai dengan ajaran agama Islam.
3) Guru Agama Sebagai pemimpin (manager kelas) berarti sebagai
pengelola kelas atau pengelola (manajer) interaksi belajar
mengajar. Aspek pengelolaan yang perlu mendapat perhatian oleh
guru agama, yaitu membantu perkembangan anak didik sebagai
individu dan kelompok dan memelihara kondisi kerja dan kondisi
belajar yang sebaik-baiknya di dalam maupun di luar kelas.

3. Kenakalan Siswa
a. Pengertian Kenakalan Siswa
Kenakalan berasal dari kata ”nakal” yang dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia (1991:670) kenakalan adalah tingkah laku atau
perbuatan siswa yang merugikan dirinya sendiri atau orang lain dan
melanggar nilai-nilai moral maupun nilai-nilai sosial. Selanjutnya, Mussen
(1994:557) kenakalan remaja adalah suatu contoh perilaku yang di
tunjukan oleh remaja di bawah usia 18 tahun dan perbuatan tersebut
melanggar aturan, yang dianggap berlebihan dan berlawanan dengan
norma masyarakat. Kenakalan remaja disini merujuk pada kenakalan
siswa karena dilakukan pada usia sekolah. Dari beberapa pengertian
tersebut, maka yang dimaksud dengan kenakalan siswa adalah tingkah
laku atau perbuatan siswa yang melanggar hukum norma agama, norma
masyarakat, dan mengganggu ketertiban umum sehingga merugikan diri
sendiri dan orang lain.
13

b. Jenis dan Bentuk Kenakalan Remaja


Beraneka ragam tingkah laku atau perbuatan siswa yang sering
menimbulkan kegelisahan dan permasalahan terhadap orang lain yang
sering dikemukakan bahwa siswa itu nakal. Kenakalan itu sedemikian rupa
mengesalkan, melelahkan maupun merugikan orang lain. Kenakalan siswa
mempunyai beberapa jenis yang dapat dibedakan, menurut Qaimi
(1992:20), kenakalan siswa terbagi dalam dua jenis yaitu kenakalan secara
sadar dan sengaja, serta kenakalan secara tidak sadar dan tanpa sengaja.
1. Kenakalan secara Sadar dan Sengaja
Pada dasarnya seorang siswa memahami betul perbuatan
buruk yang dilakukannya. siswa tahu bahwa dirinya tengah melakukan
perbuatan tercela dan sadar terhadap apa yang diperbuatnya. Namun
siswa sengaja melakukan kenakalan itu demi memaksa orang lain
untuk memenuhi keinginannya. Hal ini timbul lantaran siswa tersebut
selalu dimanja oleh orang tuanya atau lantaran pendidikannya yang
keliru. Sehingga siswa merasa tidak mungkin mewujudkan
keinginannya kecuali dengan melakukan kenakalan. Contohnya
seorang siswa mulai memahami bahwa segala sesuatu bisa diperoleh
melalui tangisan, teriakan, rengekan, kekerasan, atau berbuat
kegaduhan.
2. Kenakalan secara Tidak Sadar dan Tanpa Sengaja
Kenakalan seperti ini terjadi dimana seorang siswa melakukan
perbuatan buruk tanpa memahami keburukan perbuatannya itu. Barang
kali siswa menyangka apa yang dilakukannya demi mencapai
keinginannya itu sebagai perbuatan baik. Kenakalan siswa secara tidak
sadar dan tanpa sengaja akan menyebabkan seorang siswa memiliki
sikap yang emosional, bahkan kadang sampai memicu terjadinya
kelainan jiwa.
Selanjutnya, Daradjat (1978:9-10) menyatakan bahwa kenakalan
remaja (siswa) dibagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu:
14

1) Kenakalan ringan, adalah suatu kenakalan yang tidak sampai pada


pelanggaran hukum, diantaranya: tidak patuh pada orang tua atau
guru, bolos sekolah, berkelahir, atau mengucapkan kata-kata kotor.
2) Kenakalan yang menganggu ketentraman dan keamanan orang
lain, kenakalan ini dapat digolongkan pada pelanggaran hukum
karena merugikan orang lain, yaitu: mencuri, memeras, dan
menindas (bully).
3) Kenakalan seksual, tidak terbatas pada masalah fisik saja,
melainkan juga masalah psikis dimana perasaan ingin tahu anak-
anak terhadap masalah seksual mulai muncul. Perkembangan
masalah seksual baik secara fisik maupun psikis, kerap sekali tidak
disertai dengan pengertian yang cukup untuk menghadapinya, baik
dari anak sendiri maupun pendidik serta orang tua yang tertutup
dengan masalah tersebut. Sehingga timbul kenakalan seksual
terhadap lawan jenis seperti pacaran, pemerkosaan, dan hamil di
luar nikah, kemudian kenakalan sesama jenis.
Menurut Qaimi (2002: 47), ada beberapa bentuk kenakalan siswa
yang sering menimbulkan masalah-masalah yang merugikan bagi dirinya
sendiri maupun orang lain. Bentuk-bentuk kenakalan tersebut sebagai
berikut:
1) Ketidakteraturan, misalnya melempar baju atau buang sampah
sembarang tempat, menghilangkan sarana-sarana atau barang-
barang sekolah, dan sebagainya.
2) Sifat ingin menguasai dan merasa unggul, menjadikan kedua orang
tua, pendidik dan orang sekelilingnya tunduk dan patuh kepadanya,
memenuhi segenap keinginannya dan selalu membantu dalam
meraih segala tujuannya.
3) Suka bertengkar, sikap yang merefleksikan terjadinya pemaksaan,
kejahatan, dan kekerasan.
4) Penentangan atau pembangkangan, suka melanggar peraturan.
15

5) Pergi tanpa tujuan, siswa yang pergi dari rumah atau sekolahannya.
Fakta ini terjadi lantaran siswa mengalami kondisi hidup yang
tidak harmonis atau menilai bahwa berlama-lama tinggal dalam
lingkungan tidak menguntungkan dirinya. Kemudian, siswa pun
berusaha menjaga jarak dan menjauhinya.
6) Kecendrungan membuat kelompok, hubungan anak dengan
keluarganya mulai renggang dan mulai mencoba mencari teman-
teman yang berasal dari satu golongan.
7) Menganggu dan menyakiti, kecenderungan siswa menyakiti orang
lain, siswa yang suka berbuat jahat kepada temannya, menyakiti
temannya yang lebih kecil atau lebih besar dari dirinya.
8) Keras dan tindak kekerasan, fenomena kekerasan dapat berbentuk
tindak mematahkan atau melukai, pemukulan, pengrusakan,
pelecehan, dan perkelahian.
9) Urakan, sikap urakan pada siswa sebagian besar berbentuk
pembangkangan, pelanggaran, penentangan keras terhadap
peraturan dan tata tertib rumah atau sekolah.
10) Pembuat masalah, siswa yang suka membuat-buat masalah
cenderung ceroboh. Selain itu, siswa nampaknya melakukan
perbuatan jahat tersebut dengan sengaja. Misalnya, membuang atau
menyembunyikan pena atau buku milik temannya sehingga sulit
ditemukan.
11) Kecenderungan melanggar batas, seperti mencuri.
12) Sadisme, jenis penyiksaan dan tindakan kejam yang dilakukan
seseorang terhadap orang lain.
1. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Siswa
Banyak faktor penyebab sehubungan dengan masalah kenakalan
siswa. Menurut Basri (1996:6-7) faktor penyebab terjadinya perilaku
kenakalan siswa yang memasuki usia remaja disebabkan keadaan berikut.
Pertama, kualitas diri pribadi siswa itu sendiri, seperti: perkembangan
16

emosional yang kurang bahkan tidak sehat, mengalami ketidakmampuan


mempergunakan waktu luang secara sehat dan ekonomis, kelemahan diri
dalam mengatasi kegagalan dengan memilih kegiatan alternatif yang
keliru, dan pengembangan kebiasaan diri yang kurang bahkan tidak sehat
di dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua kualitas lingkungan keluarga dan masyarakat, seperti:
rumah dan keluarga dengan situasi yang gersang dari kasih sayang dan
pengertian, ekonomi yang tidak mendukung kemauan dan kesempatan
belajar dan melakukan rekreasi yang lebih sehat dan berguna bagi
perkembangan kepribadian remaja, pergeseran nilai dan moral kesusilaan
masyarakat, suguhan media masa yang merusak perkembangan moral
yang sehat dan kondisi-kondisi setempat yang menyediakan dan
merangsang individu remaja.
Dalam lingkup sekolah, kenakalan mempunyai arti semacam
"seruan pemberontakan" terhadap gaya belajar tertentu yang dipaksakan.
Karena peserta didik menganggap gaya belajar yang di terapkan
kepadanya tidak sesuai dengan gaya belajar alamiah mereka. Artinya,
sistem yang disajikan oleh peraturan yang ada dalam lingkup sekolah tidak
mampu memberikan kenyamanan dalam interaksi kehidupan
kesehariannya di sekolah. Sehingga kesulitan dalam menghadapi pelajaran
di sekolah, dan menyebabkan siswa melakukan perbuatan menyimpang
atau kenakalan.
Selanjutnya, Daradjat (1989: 113) berpendapat, ada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan kenakalan siswa, sebagai berikut:
1) Kurangnya pendidikan agama.
2) Kurangnya perhatian orang tua terhadap dunia pendidikan.
3) Kurang teraturnya pengisian waktu.
4) Tidak stabilnya keadaan sosial, politik, dan ekonomi.
5) Banyaknya film-film dan buku-buku bacaan yang tidak baik.
6) Merosotnya moral dan mental orang dewasa.
17

7) Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik.


8) Kurangnya perhatian masyarakat dalam pendidikan anak- anak.

B. Studi Relevan
Dalam menyelesaikan penelitian yang berjudul Upaya Guru Pendidikan
Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan Siswa Kelas VIII SMP Islam Terpadu
Permata Hati Bangko, peneliti terlebih dahulu mengkaji dan mempelajari
beberapa penelitian terdahulu, yang terkait dengan penelitian ini sebagai bahan
acuan atau referensi.
Pertama, skripsi oleh Riyan Hidayat, mahasiswa Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, dengan judul “Upaya Guru
Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Terusan. Hasil penelitian skripsi tersebut menunjukkan usaha
yang dilakukan guru pendidikan agama Islam yaitu bekerjasama dengan guru
Bimbingan Konseling, waka kesiswaan, wali kelas serta kepala sekolah dengan
tiga fase yaitu prefentif, represif, dan kuratif. Selain itu kerjasama antara pihak
sekolah dengan orang tua menjadi faktor pendukung dalam mengatasi kenakalan
siswa.

Kedua, skripsi yang ditulis oleh Hamid, mahasiswa Jurusan Pendidikan


Agama Islam Fakultas Tarbiyah, dengan judul “Upaya Guru Pendidikan Agama
Islam dalam Mengatasi Kenakalan Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Olak
Kemang Kota Jambi. Penelitian skripsi ini menujukkan terdapat berbagai bentuk
kenakalan diantaranya berkelahi dan membuat kegaduhan dikelas yang di
sebabkan faktor internal dan ekternal. Ada beberapa usaha guru PAI dalam
mengatasi kenakalan siswa, yaitu prefentif, represif, dan kuratif. Faktor
pendukung usaha guru PAI yaitu kerjasama antara guru dan orang tua sedangkan
faktor penghambat kurangnya kesadaran siswa dalam mematuhi peraturan.
18

Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Laila Istikomah,mahasiswa Program


Studi Pendidikan Agama Islam , dengan judul “Peran Guru Pendidikan Agama
Islam (PAI) dalam menanggulangi Kenakalan Siswa di Desa Penerokan
Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari.”. Hasil penelitian dalam skripsi
tersebut menunjukkan pertama, guru pendidikan agama Islam berperan aktif dan
efektif dalam menanggulangi kenakalan siswa. Selanjutnya terdapat dua jenis
kenakalan siswa, yaitu kenakalan ringan dan berat. Terakhir, dalam
menanggulangi kenakalan siswa dengan menggunakan strategi prefentif, strategi
represif, dan strategi kuratif.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian


Berdasarkan dengan judul yang penulis ambil, jenis penelitian ini
termasuk dalam jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Yaitu
suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap
suatu organisasi, lembaga/gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka
penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subyek yang sangat sempit tetapi dari
sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam. (Suharsimi Arikunto, 2002:
120)
Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller dalam Moleong
mendefinisikan bahwa ”penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada
manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut
dalam bahasannya dan dalam peristilahannya. (Lexy J Moleong, 2011: 3) Metode
deskriptif juga dapat didefinisikan sebagai suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebagai upaya untuk
memberikan jawaban atas permasalahan yang telah dibentangkan, karena sifatnya
menggunakan penekatan analisis deskriptif. Dengan kata lain penelitian ini
berupaya menggambarkan, menguraikan suatu keadaan yang sedang berlangsung
berdasarkan fakta dan informasi yang diperoleh dari lapangan dan kemudian
dianalisis beradasarkan variable yang satu dengan lainnya sebagai upaya untuk
memberikan solusi tentang meningkatkan minat belajar siswa yang dimana lokasi
Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko.
Pemilihan metode ini didasarkan atas beberapa pertimbangan. Pertama,
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat

19
20

hubungan antara peneliti dengan responden; ketiga, metode ini lebih peka dan
lebih bisa menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan
terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. (Lexy J Moleong, 2011: 5)

B. Setting dan Subjek Penelitian


1. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMP Islam Terpadu Permata Hati
Bangko , atas berbagai pertimbangan; banyaknya fenomena-fenomena yang
terjadi pada siswa di SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko pertama saat
jam pembelajaran berlansung kebanyakan siswa ribut ketika guru
menjelaskan pelajaran . Kedua siswa terlihat tidak bersemangat dalam
mengikuti pelajaran di dalam kelas dan ketiga guru mengajar menggunakan
metode yang hanya bersifat menoton.

2. Subjek Penelitian
Atas berbagai pertimbangan sebagaimana dikemukakan di atas maka
yang akan dijadikan sebagai informan (Subjek penelitian) ini adalah:
a) Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Terpadu Permata Hati
Bangko
b) Kepala Sekolah Di Smp Islam Terpadu Permata Hati Bangko
c) Para Siswa Kelas Delapan Di Smp Islam Terpadu Permata Hati Bangko.
Penentuan subjek didasarkan dengan tekhnik purposive sampling.
Purposive sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan
persyaratan sampel yang di perlukan. Dalam bahasa sederhana purposive
sampling itu dapat dikatakan secara sengaja mengambil sampel tertentu (jika
orang maka berarti orang-orang tertentu) sesuai persyaratan (sifat-sifat,
karakteristik, ciri, kriteria) sampel. (Lexy J Moleong, 2011: 5) Sebagai subjek
utama yaitu guru Pendidikan Agama Islam Di SMP ISLAM TERPADU
PERMATA HATI BANGKO. Adapun sebagai sumber informasi untuk
memperoleh data tentang realita permasalahan siswa, metode-metode yang
21

diterapkan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kenakalan


siswa.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung
dari sumber utama melalui observasi dan wawancara di lapangan. Sedangkan
data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bacaan literatur-literatur serta
sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini, dengan kata
lain data sekunder dapat diperoleh dari sumber kedua berupa dokumentasi
serta peristiwa yang bersifat lisan atau tulisan. Data sekunder ini digunakan
sebagai data pelengkap atau data pendukung dari data primer.

a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari peneliti
kepada sumbernya, tanpa adanya perantara Yakni data yang diperoleh
secara langsung melalui wawancara dan pengamatan (observasi) terhadap
perkembangan permasalahan di SMP Islam Terpadu Permata Hati
Bangko.

b. Data Sekunder
Data sekunder ialah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti misalnya dari dokumentasi (profil sekolah
dan struktur organisasi) atau publikasi lainnya. (Mukhtar, 2010: 90) Data
sekunder adalah data yang diperoleh melalui dokumentasi yang meliputi
profil sekolah dan struktur organisasi SMP Islam Terpadu Permata Hati
Bangko.
22

2. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek
darimana data diperoleh. (Suharsimi Arikunto, 2002: 207) Sedangkan
menurut Suharsimi Arikunto, yang dimaksud dengan sumber data adalah
subyek darimana data-data diperoleh. (Suharsimi Arikunto, 2002: 106)
Sumber data yaitu berbentuk perkataan maupun tindakan, yang didapat
melalui wawancara. Sumber data peristiwa (situasi) yang didapat melalui
observasi. Dan sumber data dari dokumen didapat dari instansi terkait.
“menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-
kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain.(Jam‟an Satori, 2009: 105)
Sumber data di sini merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh
yaitu :
a. Sumber data berupa manusia, yakni Para guru, dan Para siswa.
b. Sumber data berupa suasana, dan kondisi di SMP Islam Terpadu Permata
Hati Bangko.
c. Sumber data berupa dokumentasi, berupa foto kegiatan, arsip
dokumentasi resmi yang berhubungan dengan keberadaan siswa, baik
jumlah siswa, dan bentuk kehidupan para siswa dalam proses belajar
mengajar di SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah cara yang ditempuh untuk mendapatkan
data/fakta yang terjadi pada subjek penelitian untuk memperoleh data yang valid.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui metode
observasi, wawancara, dokumentasi.
1. Metode Observasi
Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengamatan secara langsung,
(Lexy J Moleong, 2011: 125) Metode ini dilakukan dengan jalan terjun
langsung kedalam lingkungan dimana penelitian itu dilakukan disertai dengan
pencatatan terhadap hal-hal yang muncul terkait dengan informasi data yang
23

dibutuhkan. Penulis menggunakan metode ini untuk mengamati secara


langsung data yang ada di lapangan, terutama tentang data yang ada di SMP
Islam Terpadu Permata Hati Bangko.
Metode ini digunakan untuk mengungkapkan data yang mana secara
langsung dapat mengamati hal-hal yang berhubungan dengan mengatasi
kenakalan siswa.

Langkah-langkah yang dilakukan:


a) Mengamati bentuk kegiatan dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP
Islam Terpadu Permata Hati Bangko.
b) Memperhatikan metode-metode yang diterapkan para guru dalam
mengatasi masalah kenakalan siswa di SMP Islam Terpadu Permata Hati
Bangko.
c) Memperhatikan tanggapan guru terhadap permasalahan-permasalahan
siswa yang terjadi di SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko.

2. Metode Wawancara / interview


“interview atau wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal
semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi”(Nasution, 2006:
113) Metode wawancara ini penulis lakukan untuk mengambil data, dengan
mengadakan tanya jawab secara langsung dengan responden dan
mendengarkan langsung serta mencatat dengan teliti apa yang diterangkan
oleh responden, Metode ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi
dari beberapa sumber data yang bersangkutan yaitu, guru pendidikan agama
islam, anak, dan kepala sekolah. Sebelum penulis melalukan wawancara,
penulis sudah mempersiapkan seperangkat pertanyaan yang berkaitan dengan
penelitian.
Adapun datanya meliputi:
a) Metode yang digunakan dalam bentuk pelaksanaan dan kegiatan guru
pendidikan agama islam dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Islam
Terpadu Permata Hati Bangko
24

b) Cara yang digunakan dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Islam


Terpadu Permata Hati Bangko.
c) Upaya-upaya guru pendidikan agama islam dalam mengatasi kenakalan
siswa di SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko
d) Sejauh mana pencapaian yang diperoleh dari bentuk metode yang
digunakan.
Interview ditinjau dari segi pelaksanaannya, maka dibedakan menjadi:
a. Interview bebas (inguided interview) dimana pewancara bebas
menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan
dikumpulkan.
b. Interview terpimpin (guided interview) yaitu interview yang dilakukan
oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan
terperinci seperti, yang dimaksud dalam interview terstruktur.
c. Interview bebas terpimpin yaitu kombinasi antara interview bebas dan
interview terpimpin. (Suharsimi Arikunto, 2002: 132)
3. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah suatu cara mencari data terhadap hal-hal
seluk beluk penelitian baik berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
prasasti, majalah, agenda dan lain sebagainya. (Sugiono, 2012: 138) Data
tersebut antara lain :
1) Historis dan geografis
2) Struktur Organisasi
3) Keadaan sekolah, guru, karyawan dan siswa
4) Keadaan sarana dan prasarana.
25

E. Teknik Analisis Data


Dalam penelitian ini yang akan di analisis adalah melalui pendekatan
kualitatif dengan menggunakan cara deduktif. Deduktif adalah suatu proses
berfikir dengan mengemukakan permasalahan yang bersifat umum kemudian
dibahas kepada permasalahan yang bersifat khusus. Analisis data meliputi :
1. Reduksi Data
“Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari dri berbagai sumber yaitu dari wawancara, observasi, dan
dokumentasi”.(Jam‟an Satori, 2009: 219) Setelah dibaca, dipelajari, maka
langkah selanjutnya adalah reduksi data.
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data-data kasar yang muncul
dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data dilakukan selama
penelitian berlangsung.
2. Penyajian data
Setelah melalui reduksi data langkah selanjutnya dalam analisa data
adalah penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan
peneliti melalukan penarikan kesimpulan.
3. Verifikasi / penarikan kesimpulan
Setelah data terkumpul direduksi yang selanjutnya disajikan. Maka
langkah terakhir dalam penganalisa data adalah menarik kesimpulan atau
verifikasi dan analisanya menggunakan analisa model interaktif, artinya
analisa ini dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga komponen utama
tersebut.
26

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data


Ada beberapa tehnik yang digunakan dalam pengecekan keabsahan
temuan, diantaranya :
1. Perpanjang keikutsertaan
Perpanjang keikutsertaan dalam artian memperpanjang waktu di
lapangan sehingga kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal ini
dilakukan maka membatasi membatasi gangguan dari dampak peneliti pada
konteks, membatasi kekeliruan peneliti, dan mengkonpensasikan pengaruh
dari kejadian atau peristiwa yang memiliki pengaruh sesaat. Perpanjangan
waktu di lapangan akan memungkinkan penungkatan derajat kepercayaan
data yang dikumpul. (Sugiono, 2012: 219)
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan dalam pengamatan berarti menemukan ciri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
sedang dicari dan kemudian memusatkan diri terhadap hal-hal tersebut secara
rinci berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. (Sugiono,
2012: 99) Hal ini diharapkan dapat mengurangi distorsi data yang timbul
akibat peneliti terburu-buru dalam menilai suatu persoalaan, ataupun
kesalahan responden yang tidak benar dalam memberikan informasi.
3. Triangulasi
Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai perbandingan terhadap data itu. Penelitian ini menggunakan
triangulasi dengan sumber membandingkan dan mengecek balik derajat
keperayaan/informasi yang diperoleh melalui waktu penelitian kualitatif.
Triangulasi dengan metode menurut Moleong adalah: pertama,
pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data. Kedua, pengecekan derajat kepercayaaan beberapa
sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi dengan penyidik
memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan
27

kembali derajat kepercayaan data atau dengan cara membandingkan hasil


pekerjaan seorang analis dengan analis lainnya. Sedangkan, triangulasi
dengan teori dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara induktif dan secara
logika. (Lexy J. Moleong, 2004: 306-307)
Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, dan orang
berpendidikan.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan
28

G. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, mulai dari
November 2017 sampai Mei 2018. Tabel 1. menujukkan kegiatan peneliti dalam
melakukan penelitian.
Tabel 1. Jadwal Penelitian
Nov 2017 Des 2017 Jan 2018 Feb 2018 Mar 2018 Apr 2018 Mei 2018
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Menyusun √ √ √ √ √ √ √ √
proposal
skripsi
Konsultasi √ √ √ √
proposal
skripsi dengan
dosen
pembimbing
Seminar √
proposal
skripsi
Perbaikan √ √ √ √ √ √
proposal
skripsi
Mengumpulkan √ √ √
data
Menganalisis √ √ √
data
Memperbarui √ √
draf skripsi
Konsultasi √
skripsi dengan
dosen
pembimbing
Perbaikan √
skripsi
Menggandakan √
skripsi
30

BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum
1. Historis SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko
Sejarah berdirinya SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko, yaitu
merupakan pengembangan dari SD Islam terpadu Permata Hati yang berdiri
sejak tahun 2015. SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko dirancang
sebagai sekolah Menengah unggulan yang mempelopori penerapan
pendidikan menengah terpadu, berorientasi pada masa depan untuk
mewujudkan generasi berkarater Islami yang didambakan umat. Untuk daerah
Bangko, sekolah ini menjadi model pendidikan Islam terpadu yang pertama.
Dengan menerapkan konsep full day school system (sekolah sehari penuh, dari
jam 07.30 – 16.00), sekolah ini akan lebih leluasa dalam pengembangan
kurikulumnya, sebagaimana juga diterapkan oleh berbagai pendidikan
internasional.(Dokumentasi 02 mei 2018)

2. Letak Geografis SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko


SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko terletak satu komplek dengan
TK Islam Terpadu Permata Hati dan SD Islam Terpadu Permata Hati di Jalan
Ring Road Km. 03, Kelurahan Salam Buku, Kecamatan Batang Masumai,
Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jika dilihat dari letak geografisnya,
SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko terletak di wilayah yang cukup jauh
dari pusat kota sehingga menciptakan suasana tenang dan nyaman dalam
kegiatan belajar dan mengajar. (Dokumentasi 02 mei 2018)
3. Visi dan Misi SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko
Lembaga pendidikan SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko memiliki
Visi yaitu: “Menciptakan pendidikan yang berkualitas yang memiliki
kecerdasan intelektual dan spiritual”.
30

Sedangkan Misinya yaitu:


a. Memberikan pendidikan yang baik dan berkualitas.
b. Membina murid-murid menjadi anak yang cerdas, terampil dan
berakhlakul karimah.
c. Membina anak-anak agar siap bersaing di era global yang memiliki
ketahanan fisik dan mental.
d. Melakukan Islamisasi dalam isi dan proses pembelajaran.
e. Melakukan pemberdayaan SDM secara berjenjang dan berkesinambungan.
f. Melakukan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
g. Melakukan pembimbingan secara komprehensif dengan orientasi
terbentuknya akhlak yang mulia.
h. Melakukan penggalian dan pengembangan bakat secara terprogram
i. Memberian penghargaan kepada guru dan karyawan berdasarkan prestasi
kinerja.

4. Identitas SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko


a. Nama Sekolah : SMP Islam Terpadu Permata Hati
b. NPSN : 69929976
c. Jenjang Pendidikan : SMP
d. Status Sekolah : Swasta
e. Alamat Sekolah
Jalan : Ring Road Km. 03
Kelurahan : Salam Buku
Kecamatan : Batang Masumai
Kabupaten : Merangin
Kode Pos : 37315
f. No Telepon : 085266090970
g. Tahun Pendirian : 2015
h. Status Kepemilikan : Yayasan
i. NPWP :759619984333000
j. No Rekening : 102801570017660 An. SMP IT Permata Hati
k. Nama Bank : Bank Batara Cabang Bangko
l. Luas Tanah : 10.000 M2
m. Luas Bangunan : 200 M2
(Dokumentasi 02 mei 2018)

5. Tujuan Pendidikan SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko


Setiap lembaga pendidikan tentunya memiliki tujuan pendidikan tertentu
jika dibandingkan dengan lembaga lain. Demikian pula dengan SMP Islam
Terpadu Permata Hati Bangko, selain untuk menumbuhkembangkan potensi,
siswa-siswi SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko, diharapkan memiliki 8
(delapan) karakteristik:
a. Baraqidah yang bersih.
b. Beribadah sesuai dengan sunnah Rasul SAW.
c. Berahlakul Karimah.
d. Bertubuh sehat dan kuat.
e. Cerdas, kritis dan kreatif.
f. Berjuang melawan hawa nafsu.
g. Mandiri dan mampu mengelola waktunya.
h. Peduli dan berjiwa sosial. (Dokumentasi 02 mei 2018)

6. Tata Tertib SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko


Demi kelancaran dan ketertiban dalam kegiatan belajar dan mengajar
diperlukan adanya suatu aturan. Aturan tersebut di tertulis dalam tata tertib
sekolah. Berikut tata tertib yang ada di SMP Islam Terpadu Permata Hati
Bangko.
1. Siswa mengikuti belajar mulai jam 07. 15 – 16.00 WIB dengan hari efektif
Senin-Jum‟at.
2. Menggunakan pakaian seragam yang telah ditentukan secara lengkap.
3. Siswa diharuskan berpakaian rapi, bersih dan sopan.

47
4. Siswa tidak diperkenankan membawa uang kecuali untuk menabung dan
berinfak.
5. Siswa tidak diperkenankan membawa makanan kecil yang mengandung
MSG berlebihan.
6. Siswa tidak diperkenankan memakai atau membawa perhiasan emas.
7. Siswa tidak diperkenankan membawa mainan, benda tajam atau
sejenisnya.
8. Siswa tidak diperkenankan berperilaku tidak sopan, berkata kasar dan
kotor.
9. Siswa tidak diperkenankan bermain di luar area sekolah. (Dokumentasi 02
mei 2018)

7. Struktur Organisasi SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko


Untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, maka
diperlukan adanya suatu koordinasi yang efektif serta efisien. Untuk menjadi
organisasi yang baik, dituntut adanya sekelompok manusia yang melakukan
kerjasama dengan teratur dan harmonis untuk mencapai tujuan tertentu.
Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat
berbagai unsur atau bagian yang semuanya memerlukan suatu tatanan
kerjasama yang baik. Ketentuan tugas, baik yang menyangkut hak, kewajiban
serta tanggung jawab dalam mengkoordinir pelaksanaan tugas dan kelancaran
penyelenggaraan program di sekolah tersebut, maka diperlukan suatu struktur
yang mengatur dan menetapkan tugas dan hubungan antar suatu personil
dengan personil yang lain. Dengan adanya struktur organisasi akan
memudahkan bagi pemimpin mengadakan pengawasan, mengkoordinasi dan
pengambilan keputusan-keputusan yang diperlukan dalam organisasi.
Sebagaimana sekolah-sekolah lainnya, SMP Islam Terpadu Permata Hati
Bangko juga memiliki struktur organisasi sebagai wadah memperlancarkan
kerja unsur-unsur dalam lembaga pendidikan. Dengan struktur organisasi ini
SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko memiliki mekanisme organisasi

47
antara kepala sekolah dengan karyawan, majelis guru dan sesama petugas
lainnya. Untuk lebih jelas tentang struktur organisasi SMP Islam Terpadu
Permata Hati Bangko dapat dilihat pada bagan berikut.

Ketua Yayasan Kepala


Permata Hati SMP IT Permata Hati

Wakil Kepala Wakil Kepala


Tata Usaha
Kesiswaan Kurikulum

Wali Kelas Wali Kelas Wali Kelas


VII Ar-Rahman VIII Al-Malik IX Al-Mukmin

Wali Kelas Wali Kelas


VII Ar-Rahim VIII Al-Quddus

Wali Kelas
VIII As-Salam

(Dokumentasi 02 mei 2018)


8. Keadaan Guru dan Siswa SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko
a. Keadaan Guru
Guru memegang peranan penting dalam melaksanakan proses belajar
mengajar terutama dalam membentuk sumber daya manusia. Selain itu
guru juga merupakan faktor penentu dalam proses pembelajaran, dimana

47
guru bertugas mengajar, mendidik, dan membimbing siswa dalam
mencapai tujuan pendidikan.
Tenaga pendidik SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko merupakan
para guru yang sudah lama terbina, yang mempunyai kepribadian Islami
sehingga dapat menjadi tauladan bagi siswa dan siswi, baik sebagai orang
tua atau teman bagi mereka di sekolah. Jika dilihat dari latar belakang
pendidikan, pendidik SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko terdiri
dari lulusan IAIN Raden Intan Lampung, STAI Bangko, dan STKIP YPM
Bangko. Pembinaan SDM guru terus dilakukan dengan standar mengikuti
training 150 jam pertahun sebagai upaya untuk mengupgrade kompetensi
guru agar sesuai yang diharapkan. Berikut data guru di SMP Islam
Terpadu Permata Hati Bangko.
Tabel 2. Data Guru SMP Islam Terpadu Pertmata Hati Bangko
No. Nama Jabatan Status
1. Anggi Zeneri Guru Mapel GTY/ PTY
2. Cindi Berlian Guru Mapel GTY/ PTY
3. Eka Adi Candra Guru Mapel GTY/ PTY
4. Gita Mayanthy Guru BK GTY/ PTY
5. Isma Mukharomah Guru Mapel GTY/ PTY
6. Listra Pralina Guru Mapel GTY/ PTY
7. Mirnawati Guru Mapel GTY/ PTY
8. Muhammad Nanda Alfirdaus Guru Mapel GTY/ PTY
9. Suharwati Kepala Sekolah GTY/ PTY
10. Susianto Al- Bukhori Guru Mapel GTY/ PTY
11 Tanty Sriyono Guru Mapel GTY/ PTY
Keterangan:
GTY : Guru Tetap Yayasan
PTY : Pegawai Tetap Yayasan(Dokumentasi 02 mei 2018)

47
b. Keadaan Siswa
Siswa merupakan unsur utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan
pembelajaran di sekolah. Berdasarkan dokumen sekolah, pada tahun ajaran
2017/2018 siswa SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko berjumlah 117
siswa. Berikut rincian jumlah siswa SMP Islam Terpadu Permata Hati
Bangko.
Tabel 3. Rincian Jumlah Siswa SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko
Jumlah
No. Kelas
L P Jumlah
1. VII Ar-Rahman 16 11 27
2. VII Ar-Rahim 16 9 25
3. VIII Al-Quddus 21 5 26
4. VIII Al-Malik 12 3 15
5. VIII As-Salam 10 19 29
6. IX Al-Mukmin 15 21 36
(Dokumentasi 02 mei 2018)

9. Sarana dan Prasarana SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko


Kurikulum dan metode pembelajaran yang bagus tidak dapat
direalisasikan dengan maksimal jika tidak didukung dengan media serta
sarana dan prasarana yang memadai, sadar akan hal ini maka SMP Islam
Terpadu Permata Hati Bangko telah menyediakan sarana dan prasarana yang
mendukung proses belajar mengajar, yaitu:
Tabel 4. Kondisi Sarana SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko
No. Sarana Jumlah Keterangan
1. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
2. Ruang Guru 1 Baik
3. Ruang Tamu 1 Baik
4. Ruang TU 1 Baik
47
5. Ruang Kelas 6 Baik
6. Ruang Perpustakaan 1 Baik
7. Koperasi Siswa 1 Baik
8. Mushalla 1 Baik
9. Kamar Mandi/ Toilet 5 Baik
10. Lapangan Upacara 1 Baik
(Dokumentasi 02 mei 2018)

Tabel 5. Kondisi prasarana SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko


No. Prasarana Jumlah Keterangan
1. Papan Tulis 6 Baik
2. Meja 117 Kurang baik
3. Kursi 117 Kurang baik
4. Laptop 3 Baik
5. Printer 2 Baik
(Dokumentasi 02 mei 2018)

Berdasarkan tabel di atas, dapat di lihat dan diketahui keadaan sarana dan
prasana yang ada di SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko dapat
dikatakan cukup lengkap dan cukup memadai.

47
B. Temuan Khusus dan Pembahasan
1. Bentuk-bentuk Kenakalan Siswa Kelas VIII SMP Islam Terpadu
Permata Hati Bangko
Kenakalan siswa merupakan tingkah laku atau perbuatan siswa yang dapat
menimbulkan permasalahan-permasalahan, yang merugikan dirinya sendiri
atau orang lain, dan melanggar nilai-nilai moral maupun nilai-nilai sosial.
SMP Islam Permata Hati Bangko menyebut perbuatan siswa yang betingkah
laku tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah sebagai
siswa yang tidak shalih.
Kata shalih berasal bahasa Arab yang berarti baik, tidak rusak dan patut
menurut ajaran al-Quran, dengan kata lain orang shalih adalah orang yang
perilaku dan akhlaknya sesuai dengan ajaran-ajaran al-Quran. Adapun
kenakalan siswa atau dalam hal ini disebut perbuatan tidak sholih yang
dilakukan oleh siswa kelas VIII SMP Islam Permata Hati Bangko, berikut
jenis-jenisnya:
Berdasarkan wawancara dengan ibu Suharwati selaku Kepala sekolah
SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko, beliau mengatakan:
“Di SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko ini memang sering kali
ditemukan siswa yang melakukan kenakalan,siswa yang nakal adalah siswa
seringkali melanggar tata tertib/aturan yang berlaku, yang saya ketahui pernah
di SMP ini di temukan siswa yang berkata kotor,tidak memakai seragam,
mencoret fasilitas sekolah, ribut dan bermain sendiri ketika pelajaran
berlangsung, mencontek ketika ulangan. Dan bagi siswa yang bermasalah
tersebut biasanya akan dibina oleh wali kelas,kemudian setelah itu diserahkan
keruang BK,namun apabila tidak ada perubahan maka saya akan ambil
keputusan untuk memanggil orang tua siswa dan membuat surat perjanjian
bersama orang tua siswa yang bermasalah tersebut.‟‟(Wawancara. 02 mei
2018)

47
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara diatas dapat disimpulkan
bahwa di SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko memang seringkali
ditemukan siswa yang melakukan kenakalan hal ini dapat dibuktikan dari
seringnya siswa ditemukan melanggar aturan/tata tertib SMP seperti sering
ditemukan siswa yang berkata kotor di lingkungan SMP , tidak memakai
seragam,mencoret fasilitas sekolah.adapun bagi siswa yang bermasalah
tersebut langkah yang dilakukan adalah pembinaan oleh wali kelas,namun
apabila siswa masih sering melanggar peraturan maka akan diserahkan ke
ruang BK agar dapat pembinaan lebih lanjut,namun apabila masih tidak ada
perubahan maka akan diambil keputusan oleh kepala sekolah untuk
memanggil orang tua siswa yang bersangkutan dan membuat surat perjanjian
bersama orang tua siswa yang bermasalah tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis di SMP Islam Terpadu
Permata Hati bangko bahwa ada suatu peranan/tindakan yang dilakukan guru
pendidikan agama islam dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Islam
Terpadu Permata Hati Bangko. Seperti, bagi siswa yang ketahuan membolos
tindakan yang dilakukan dalam mengatasi hal tersebut adalah dengan
memanggil orang tua siswa, hal tersebut dilakukan agar orang tua siswa dapat
membantu dalam mengatasi hal tersebut dengan cara membantu mendidik dan
mengawasi anak secara baik di rumah, kemudian bagi siswa yang membuat
suasana gaduh di dalam kelas akan diberi tindakan dengan menyuruh siswa
tersebut mencatat satu bab pelajaran tujuannya agar ada efek jera bagi siswa
tersebut agar tidak membuat gaduh kembali di dalam kelas, kemudian bagi
siswa yang berpakaian tidak rapi, maka siswa tersebut mendapatkan saksi
berupa ia disuruh memasukkan baju nya di depan kelas,kemudian bagi siswa
yang mencotek ketika ulangan maka lembar jawaban siswa tersebut diambil
dan siswa tersebut dipersilahkan meninggalkan ruangan kelas.(observasi 04
mei 2018)

47
Berdasarkan wawancara peneliti bersama ibu mirnawati selaku guru
pendidikan agama islam di SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko
beliau mengatakan :
„‟ kami sebagai guru pendidikan agama islam di SMP Islam Terpadu
Permata Hati Bangko disini apabila ada akhlaknya kurang baik seperti
berkata kotor,maka kami akan berupaya memberikan bimbingan dan
nasehat agar siswa tersebut tidak mengulangi kesalahan- kesalahan yang
sering mereka lakukan.(wawancara 08 mei 2018)

Dan selanjutnya peneliti mewawancarai salah satu siswa yang tidak


memakai seragam,pada hari kamis semua siswa di SMP Islam Terpadu
Peermata Hati Bangko memakai seragam batik sedangkan Alvin hazel
memakai seragam olahraga,siswa tersebut mengatakan :

„‟saya tidak memakai seragam dikarnakan baju saya sudah sangat


kotor dan bau apek dikarnakan sekolah nya sampe sore sehingga saya
tidak nyaman lagi memakai seragam batik maka dari itu saya memakai
seragam olahraga . (wawancara 04 mei 2018)
Berdasarkan wawancara peneliti bersama ibu mirnawati selaku guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko
tentang siswa yang ribut dan sibuk sendiri di kelas beliau mengatakan :
„‟saya kadang geram dengan anak- anak di kelas, kalau di tegur dengan
tegas mereka ngambek,akibatnya keesokan harinya siswa tersebeut tidak
masuk di jam pelajaran yang sama. (wawancara 04 mei 2018)

47
2. kendala Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan
Siswa Kelas VIII SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko
Berikut upaya-upaya yang dilakukan Guru Pendidikan Agama Islam
dalam Mengatasi Kenakalan Siswa Kelas VIII SMP Islam Terpadu Permata
Hati Bangko.
a. Menghilangkan Rasa Tidak Percaya Diri Pada Siswa
Menghilangkan gejala dengan mengeluarkan unek-unek dari hati siswa
adalah suatu pencegahan yang dilakukan supaya siswa tidak akan
melampiaskan keinginan melakukan kenakalan dari hati mereka, dengan
diketahui unek-unek tersebut guru dapat mengarahkannya kepada perilaku
yang baik. Hal ini dilakukan dengan cara guru Pendidikan Agama Islam
mengobrol bersama siswa-siswa disela-sela waktu istirahat. Penanganan
ini diberikan oleh guru pendidikan agama Islam terhadap tingkah laku atau
kenakalan yang dilakukan siswa secara terus menerus atau terbiasa,
dengan tujuan supaya kenakalan yang siswa lakukan tidak menjadi sarana
keburukan maupun pengrusakan terhadap akhlaqnya. Hasil dari penangan
guru pendidikan agama Islam tersebut siswa menjadi kapok tidak
mengulanginya lagi.
Berdasarkan waawancara peneliti bersama ibu mirnawati selaku guru
pai beliau mengatakan:
„‟saya sebagai guru berusaha untuk lebih dekat kepada siswa baik itu
di dalam kegiatan belajar mengaajar maupun kegiatan diluar belajar,
seperti di sela- sela waktu istirahat ataupun kegiatan tambahan seperti,
exstrakurikuler tentang mata pelajaran pai,dengan adanya kegiatan seperti
ini bisa mendekatkan jarak yang lebih mendekat antara guru dan siswa,dan
juga bisa lebih terbuka dalam siswa mengeluarkan uneg- uneg tentang
masalah yang dihadapi terutama tentang hal yang dialami siswa yang
berkaitan dengan mata pelajaran agama.(wawancara 05 mei 2018)

47
b. Menerapkan Konsekuensi atau Peraturan dengan Prosedur yang
Jelas
Pencegahan semacam ini akan mengurangi siswa dalam berperilaku
tidak baik atau tidak akan melakukan kenakalan lagi, karena dengan
adanya konsekuensi atau peraturan tetap tinggal di kelas tidak boleh
istirahat atau dikeluarkan dari kelas sampai dititipkan ke kelas lain, ketika
melakukan pelanggaran tata tertib, maka mereka akan sadar dan merasa
malu sehingga menjadikan mereka untuk memikirkan akibat atau
konsekuensi dari peraturan yang mereka langgar.

c. Mengisi Waktu Kosong dengan Baik


Masalah pengisian waktu kosong dapat dilakukan dengan
memberikan kesibukan-kesibukan terhadap siswa, yaitu memberikan tugas-
tugas atau membaca al-Quran guna mencegah timbulnya tingkah laku yang
tidak baik atau kenakalan-kenakalan yang mereka buat.

3. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan


Siswa Kelas VIII SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko
Beberapa upaya yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam
dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Islam Terpadu Permata Hati
Bangko. Ialah, melalui kegiatan keagamaan ,melakukan pendekatan terhadap
siswa, dan memberikan sanksi yang tegas bagi siswa yang melanggar aturan,
semua hal tersebut dilakukan dalam upaya mengatasi kenakalan siswa di SMP
Islam Terpadu Permata Hati Bangko. (Observasi,05 mei 2018)
a) Melalui kegiatan keagamaan
Kegiatan keagamaan adalah segala kegiatan yang tidak
bertentangan dengan syariat islam dan dilakukan dengan mengharap ridho
Allah SWT. Di SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko memiliki suatu
kegiatan keagamaan yang rutin yaitu membaca surah yasin setiap hari jum‟at,
dan solat dhuha berjama‟ah (observasi , 02 mei 2018)

47
Berdasarkan wawancara dengan ibu mirnawati selaku guru
pendidikan agama islam di SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko beliau
mengatakan :
„‟Adanya kegiatan keagamaan adalah merupakan salah satu upaya
dari kami sebagai guru dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP
Islam Terpadu Permata Hati Bangko, kegiatan keagamaan di smp
ini adalah dengan membaca surah yasin setiap jum‟t, dan tujuan
dari kegiatan ini adalah agar siswa diberikan kemudahan dalam
menerima pelajaran” (Wawancara, 02 mei 2018 )
Berdasarkan pengamatan peneliti di SMP Islam Terpadu Permata
Hati Bangko bahwa di smp tersebut rutin mengadakan kegiatan keagamaan,
aktifitas tersebut adalah dengan membaca surah yasin dan kegiatan tersebut
di lakukan di kelas masing-masing siswa dan terkadang membaca secara
berjamaah dilapangan sekolah. (Observasi, 04 mei 2018)
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Ibu Suharwati, selaku
kepala sekolah SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangki, beliau mengatakan:
“Di SMP Islam Terpadu Permata Hati ini memiliki kegiatan
keagamaan dengan membaca surah yasin kegiatan ini rutin satu bulan
tiap minggu, dua kali secara berjamaah dan dan dua kali dilokal
masing-masing.(Wawancara, 04 mei 2018)
b) Melakukan pendekatan terhadap siswa
Pendekatan dari guru terhadap siswa adalah merupakan suatu hal
yang sangat penting,karena dengan melakukan pendekatan terhadap siswa
akan membuat siswa menjadi merasa lebih dekat terhadap guru,dengan
adanya rasa kedekatan terhadap guru akan membuat siswa menjadi lebih
menghormati seorang guru,sehingga ketika siswa melakukan kesalahan
kemudian ditegur oleh guru maka mereka akan senang hati mau menerima
teguran dari guru tersebut.pendekatan yang dimaksud di sini adalah
pendekatan pisikologis terhadap siswa,pendekatan psikologis terhadap siswa
ini sangat membantu guru untuk memahami tabiat dan kepribadian yang
dimiliki oleh masing- masing siswa,dengan melakukan pendekatan
psikologis terhadap siswa maka kenakalan siswa di SMP Islam Terpadu
Permata Hati Bangko dapat di atasi. (Observasi,02 mei 2018)
47
Berdasarkan wawancara dengan ibu mirnawati selaku guru
pendidikan agama islam di SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko,
beliau mengatakan:
“melakukan pendekatan terhadap masing-masing siswa adalah
merupakan upaya dari kami untuk mengatasi kenakalan siswa di
SMP Islam Terpadu Permata Hati bangko, pendekatan yang kami
lakukan adalah dengan memahami kepribadian siswa dan dengan
memahami tabi‟at masing-masing siswa maka akan membantu
kami untuk mendidik siswa tersebut menjadi lebih
baik.”(Wawancara, 02 mei 2018)

Pendekatan personal merupakan pendekatan yang sangat penting,


karena siswa memerlukan perhatian terutama dari guru yang merupakan
orang tua siswa ketika berada di SMP, berdasarkan pengamatan penulis di
SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko bahwa guru disana sudah
melakukan pendekatan yang sangat baik terhadap siswanya, bentuk
perhatiannya itu bias berupa senyum terhadap siswa ketika bertemu, dan
menanyakan kabar siswa, dan terkadang guru disana juga memuji sioswa
yang melaksanakan tugas dengan baik. (Observasi, 04 mei 2018)
Berdasarkan wawancara dengan ibu suharwati selaku kepala
sekolah di SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko, beliau mengatakan:
“tentu di SMP ini diharuskan bagi semua guru untuk melakukan
pendekatan terhadap masing-masing siswa, seperti dengan
memberikan senyuman ketika bertemu siswa, menyapa siswa, dan
lain sebagainya hal tersebut diharapkan agar terjadi suatu ikatan
emosional antara kami sebagai guru dan juga siswa.”(Wawancara,
04 mei 2018)
Hal yang sama juga diungkapkan oleh ustad Muhammad nanda al-
firdaus selaku wali kelas, beliau mengatakan:

“Hal-hal yang dapat saya lakukan dalam pendekatan dengan


siswa, adalah dengan melakukan pendekatan secara personal,
seperti senyum terhadap siswa ketika bertemu, menanyakan kabar
siswa tersebut, dan memuji hal tersebut diharapkan agar siswa
merasa menjadi lebih dekat dengan saya.”(Wawancara, 04 mei
2018)

Berdasarkan wawancara dengan Hafis Althofa siswa kelas VIII


SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko, siswa tersebut mengatakan :

„‟Guru disini terutama guru pendidikan agama islam dan wali kelas
kami sangat perhatian terhadap kami,biasanya ketika bertemu guru

47
tersebut tersenyum kepada kami,menyakan kabar kami,dan ketika
pulang guru tersebut mengingatkan kami agar pulang dengan hati-
hati, dan langsung pulang kerumah.‟‟(wawancara,04 mei 2018)

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara diatas dapat diambil


kesimpulan bahwa upaya yang dapat dilakukan para guru di SMP Islam
Terpadu Permata Hati Bangko terutama guru pendidikan agama islam
dalam mengatasi kenakalan siswa adalah dengan cara melakukan
pendekatan terhadap masing- masing siswa dengan adany‟a rasa kedekatan
antara guru dan siswa,akan membuat siswa lebih menghormati guru dan
mudah menerima saran dan masukan dari guru apabila mereka membuat
suatu kesalahan,dan adapun upaya lain yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan pendekatan secara personal terhadap siswa,seperti
menyapa siswa ketika bertemu dan menanyakan apa kabar siswa
tersebut,sehingga siswa tersebut berasa dekat dengan guru.

c) Memberi sanksi yang tegas terhadap siswa yang melakukan kenakalan


Sanksi adalah suatu perbuatan yang berupa tindakan yang
dilakukan oleh pihak sekolah,agar siswa yang berada di sekolah mau
mentaati peraturan- peraturan yang berlaku di sekolah tersebut dan dengan
adanya sanksi diharapkan agar siswa tidak mengulangi kesalahan yang telah
diperbuat,berdasarkan pengamatan penulis di SMP Islam Terpadu Permata
Hati Bangko bahwa di SMP sudah menerapkan sanksi terhadap siswa,dan
sanksi yang diberikan oleh pihak SMP tentunya diharapkan akan membuat
siswa menjadi jera dan tidak mengulangi perbuatan yang melanggar aturan
lagi.(observasi 10 mei 2018)

Berdasarkan wawancara penulis dengan ibu mirnawati selaku guru


pendidikan agama islam,di SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko beliau
mengatakan :

„‟hal pertama yang saya lakukan apabila siswa melakukan


kenakalan,adalah dengan menugur siswa tersebut dan saya juga
selalu bertindak tegas terhadap siswa yang melakukan pelanggaran
dengan cara menghukum siswa tersebut,sanksi yang pernah saya
berikan kepada siswa adalah seperti menyuruh siswa untuk
mencatat pelajaran,memanggil orang tua siswa,menyuruh siswa
memungut sampah yang ada di halaman sekolah,menggunting
celana pensil siswa apabila siswa memakainya di lingkungan SMP
dan lain sebagainya,hal tersebut dilakukan agar siswa menjadi jera
dan tidak mengulangi perbuatan nakal lagi.(wawancara 10 mei
2018)
Hal yang sama juga dikatakan oleh bapak muhamad nanda al
firdaus selaku wali kelas VIII beliau mengatakan :

47
„‟hal yang dapat saya lakukan apabila siswa di SMP ini melakukan
kenakalan adalah selalu menindak tegas bagi siswa yang melakukan
pelanggaran dengan memberikan sanksi terhadap siswa tersebut,menyuruh
mereka membersihkan toilet,atau keliling lapangan,dan biasanya sanksi
tersebut dapat memberikan perubahan terhadap siswa.(wawancara,02 mei
2018)
Berdasarkan wawancara dengan ibu suharwati selaku kepala
sekolah SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko,beliau mengatakan :

„‟mengenai sanksi bagi siswa yang melakukan kenakalan biasanya


sanksi tersebut diberikan oleh wali kelas,namu apabila tidak ada
perubahan dan siswa masih melakukan kenakalan,maka akan saya
ambil tindakan tegas dengan memanggil orang tua siswa dan
membuat surat perjanjian untuk tidak mengulangi kesalahan yang
sama.‟‟(wawancara 02 mei 2018)

Dari hasil pengamatan dan wawancara di atas dapat diambil


kesimpulan bahwa guru di SMP Islam Terpadu Permata Hati
Bangko,terutama guru pendidikan agama islam sudah bertindak
tegas untuk memberikan sanksi terhadap siswa yang melakukan
kenakalan sanksi yang diberikan seperti,melalui kegiatan
keagamaan,melakukan pendekatan terhadap siswa,memberi sanksi
yang tegas terhadap siswa yang melakukan kenakalan,tindakan
yang diambil oleh guru pendidikan gama islam di SMP dalam
mengatasi hal tersebut adalah dengan membawa siswa ke ruang
BK dan memanggil orang tua siswa yang bermasalah semua hal
tersebut dilakukan agar siswa dapat dibina dan agar siswa tersebut
tidak mengulangi nya lagi.kemudian guru pendidikan agama juga
memberikan sanksi yang tegas bagi siswa yang ribut di dalam
kelasdengan menyuruh siswa tersebut mencatat satu bab pelajaran
yang dipelajari pada hari tersebut,memberikan sanksi bagi siswa
yang tidak memasukkan bajunya dengan menyuruh siswa tersebut
memasukkan bajunya di depan kelas.(Observasi,02 mei 2018)

47
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan lapangan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Bentuk - bentuk kenakalan siswa kelas VIII SMP Islam Pertama Hati
Bangko, yaitu: (a) Berkata kotor, (b) Tidak memakai seragam, (c)
Mencoret fasilitas sekolah, (d) Ribut dan bermain sendiri ketika pelajaran
berlangsung, (e) Mencontek ketika ulangan.
2. Kendala guru pendidikan agama Islam dalam menanggulangi kenakalan
siswa kelas VIII SMP Islam Pertama Hati Bangko, yaitu: (a)
Menghilangkan rasa tidak percaya diri, (b) menerapkan konsekuensi atau
peraturan dengan prosedur yang jelas (c) mengisi waktu kosong dengan
baik.
3. Upaya – upaya yang dilakukan oleh guru pendidikan agama islam cukup
efektif untuk menanggulangi kenakalan siswa.

Saran-saran
Setelah melakukan penelitian dan pembahasan yang bersifat teori maupun dari
hasil penelitian, maka penulis dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada kepala sekolah

a. Masalah kenakalan siswa, hendaknya diserahkan dan ditangani oleh ahli


dibidangnya yaitu guru BP, karena sesuatu kalau tidak dipegang oleh ahlinya,
maka hasilnya kurang sempurna.

b. Hendaknya selalu memperhatikan dan mengevaluasi terhadap kinerja guru


khususnya dalam bidang menangani kenakalan siswa

47
47
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka


Cipta, 1991.
Basri, Hasan. 1996. Remaja Berkualitas, Problematika Remaja dan Solusinya.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Daradjat, Zakiah. 1978. Problematika Remaja di Indonesia. Jakarta: Bulan
Bintang
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia
Gunarsa, Singgih D. 1995. Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia.
Gunarsa, Singgih D. 1998. Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia
Jam‟an satori,aan komariah.(2009). Metodologi penelitian kualitatif
Moleong. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mukhtar, 2010: 86 Bimbingan skripsi,tesis dan artikel ilmiah panduan berbasis
penelitian kualitatif lapangan dan perpustakaan
Poerwadarminta. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Jakarta: Rineka Cipta
Suharsimi Arikunto, (2005). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek.
Qaimi, Ali. 2002. Keluarga Dan Anak Bermasalah. Bogor: Cahaya.
Sugiono, 2012: 219 Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D
Tohirin, Pskologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 2006.
Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang “Sistem Pendidikan Nasional”.
Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang “Guru dan Dosen”.

47
49

INSTRUMEN PENELITIAN

1. Pedoman Wawancara
A. Untuk Guru Pendidikan Agama Islam
1) Apa ijazah terakhir anda? Lulusan darimana?
2) Sudah berapa lama anda mengajar di SMP Islam Terpadu Permata Hati
Bangko?
3) Bagaimana keadaan siswa di SMP Islam Terpadu Permata Hati
Bangko?
4) Dikaitkan dengan gejolak yang ada pada siswa yang sedang memasuki
masa remaja, apakah siswa di SMP Islam Terpadu Permata Hati
Bangko banyak melakukan pelanggaran?
5) Perilaku menyimpang/ kenakalan apa saja yang dilakukan siswa di
SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko??
6) Apa yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang/ kenakalan
tersebut?
7) Apa upaya anda untuk mengatasi perilaku menyimpang/ kenakalan
yang dilakukan siswa tersebut?
8) Mengapa menggunakan upaya tersebut?
9) Bagaiman respon siswa?
10) Menurut anda sudah efektifkah upaya yang anda gunakan?
11) Apakah ada kegiatan/ program yang diadakan sekolah dalam upaya
mengatasi perilaku menyimpang/ kenakalan siswa?
12) Apa saja kegiatannya?
50

B. Untuk Kepala Sekolah


1) Sudah berapa lama anda memimpin di di SMP Islam Terpadu Permata
Hati Bangko?
2) Selama anda menjadi kepala sekolah, apakah siswa SMP Islam
Terpadu Permata Hati Bangko banyak melakukan pelanggaran?
3) Pelanggaran apa saja yang sering terjadi di SMP Islam Terpadu
Permata Hati Bangko?
4) Adakah kegiatan/ program yang diadakan sekolah dalam upaya
mengatasi perilaku menyimpang/ kenakalan siswa?
5) Menurut anda seberapa besar peran guru pendidikan agama Islam
dalam mengatasi perilaku menyimpang/ kenakalan siswa?

C. Siswa Kelas VIII


1. Sudah berapa lama anda belajar di SMP Islam Terpadu Permata
Hati Bangko?
2. Selama anda menjadi siswa di SMP Islam Terpadu Permata Hati
Bangko, menurut pengamatan anda apakah siswa-siswa disini
banyak melakukan perilaku menyimpang/ kenakalan?
3. Apa saja bentuk-bentuk kenakalan/ pelanggaran yang dilakukan
siswa SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko?
4. Dari berbagai bentuk kenakalan, menurut anda kenakalan apa yang
paling sering dilakukan?
5. Apa yang menjadi penyebab terjadinya kenakalan-kenakalan
tersebut?
6. Apa yang menjadi pendorong anda untuk melakukan tindakan
perilaku menyimpang/ kenakalan tersebut?
7. Apa yang anda harapkan dari sekolah, agar anda bisa
meninggalkan perilaku menyimpang/kenakalan tersebut
51

2. Pedoman Observasi
1) Perilaku keseharian para siswa di SMP Islam Permata Hati Bangko
2) Penguatan yang di berikan guru pendidikan agama Islam dalam
pembelajaran berkaitan dengan mengatasi perilaku menyimpang/
kenakalan.
3) Antusiasme siswa dalam kegiatan keagamaan di sekolah.

3. Pedoman Dokumentasi
1) Letak dan keadaan geografis SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko.
2) Sejarah berdirinya SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko.
3) Visi, misi, dan tujuan SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko.
4) Keadaan guru dan karyawan SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko.
5) Keadaan siswa di SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko.
6) Sarana dan prasarana yang terdapat di SMP Islam Terpadu Permata Hati
Bangko.
7) Data pelanggaran di SMP Islam Terpadu Permata Hati Bangko.
8) Kegiatan keagamaan sebagai upaya untuk menanggulangi perilaku
menyimpang.

Anda mungkin juga menyukai