Anda di halaman 1dari 10

PENTINGNYA MENGENAL LATAR BELAKANG PESERTA DIDIK

USIA 12-16 TAHUN DAN APLIKASINYA BAGI GURU PAK


Apriani Hara Adji
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta

Abstrak

Skripsi ini berjudul “Pentingnya Mengenal Latar Belakang Peserta Didik Usia 12-16 Tahun
dan Aplikasinya Bagi Guru Pendidikan Agama Kristen (PAK).” Pemahaman mengenai guru PAK
tentang mengenal latar belakang peserta didik usia 12-16 tahun masih rendah dalam mengenal
peserta didik. Karena kekurangannya guru untuk melakukan pendekatan terhadap peserta didik.
Sehingga peserta didik kurang memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh setiap pendidik.
Oleh karena itu dalam membahas skripsi ini, maka penulis memakai metode deskriptif untuk
membantu guru PAK di dalam mengenal latar belakang peserta didik, yang membawa pendidik
untuk melakukan suatu pendekatan kepada peserta didik, sehingga peserta didik dapat memperoleh
perhatian dari pendidiknya.
Dengan demikian, pendidik mampu mengajar dan mendidik peserta didik dengan baik
sehingga dapat mencapai hasil yang efektif dan efisien.
Karya ilmiah ini terdiri atas lima bab yaitu: pertama, Pendahuluan; kedua, Latar Belakang
Pesserta Didik Usia 12-16 Tahun; ketiga, Pentingnya Mengenal Latar Belakang Peserta Didik Usia
12-16 Tahun; keempat, Aplikasi Bagi Guru PAK Dalam Proses Pembelajaran PAK; kelima,
Kesimpulan dan Saran.

Pdt. Mortan Sibarani, S.PAK, M.M.


Pdt. Drs. Joni Salman Gonto, M.A.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN LEMBAGA PENDIDIKAN .................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ..................................................................... iii
HALAMAN DOSEN PEMBIMBING ................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................................
ABSTRAKSI ..........................................................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................................................
DAFTAR lSI ...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................................
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................
D. Pentingnya Penelitian .........................................................................................
E. Hipotesis ..............................................................................................................
F. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................................
G. Metode dan Prosedur Penelitian .........................................................................
H. Definisi Istilah ......................................................................................................
I. Sistematika Penulisan .........................................................................................
BAB II LATAR BELAKANG PESERTA DIDIK USIA 12-16 TAHUN
A. Belakang Sosial ....................................................................................................
1. Lingkungan Keluarga .................................................................................
2. Lingkungan Masyarakat ............................................................................
3. Lingkungan Sekolah ..................................................................................
B. Latar Belakang Budaya .......................................................................................
C. Latar Belakang Rohani........................................................................................
D. Latar Belakang Perkembangan Kognitif ............................................................
E. Belakang Perkembangan Afektif .......................................................................
F. Latar Belakang Perkembangan Psikomotorik ..................................................
BAR III PENTINGNYA MENGENAL LATAR BELAKANG PESERTA
DIDIK USIA 12-16 TAHUN
A. Guru Dapat Menetapkan Tujuan Pembelajaran Dengan Tepat .......................
B. Guru Dapat Memberikan Materi Pendikan Agama Kristen (PAK)
Sesuai dengan Kemampuan Peserta Didik .........................................................
a. Guru Sebagai Pendidik ...............................................................................
b. Rencana Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) .....................
c. Metode Mengajar........................................................................................
C. Guru Dapat Menentukan Strategi Pembelajaran dengan Tepat ......................
D. Guru Dpat Menentukan Sumber Dan Media Belajar ........................................
a. Sumber Belajar ...........................................................................................
b. Media Pembelajaran ..................................................................................
E. Guru Dapat Membangun Kembali Spiritualitas Peserta Didik
Dalam Pembelajaran ...........................................................................................
BAB V APLIKASINYA BAGI GURU PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN (PAK) .........
A. Guru Menyadari Panggilannya Sebagai Guru Pendidikan Agama Kristen .....
B. Guru Mengenal Latar Belakang Peserta Didik dengan Baik ............................
C. Guru Memanfaatkan Pendekatan Mengenal Latar Belakang Peserta Didik Dalam
Proses Pengajaran PAK.......................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..........................................................................................................
B. Saran ....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................
BIODATA ..............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan membahas: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, pentingnya penelitian, hipotesis, ruang lingkup penelitian, metode dan prosedur
penelitian, definisi istilah dan sistematika penulisan.

Latar Belakang Masalah


Guru sebagai pendidik harus mempunyai kemampuan untuk berpikir yang tinggi dan yang
terutama adalah kebutuhan guru-guru yang bermutu tinggi, sehingga dapat mendirikan pendidikan
yang baik bagi peserta didik. 1 Proses belajar-mengajar adalah proses yang melibatkan faktor
psikologis peserta didik antara lain: ingatan, intelegensi, motivasi dan sebagainya. Oleh karena itu
kegiatan mengajar memerlukan strategi yang mempertimbangkan kapasitas psikologi peserta didik. 2
Perlu juga memperhatikan bahwa pembelajaran materi yang akan disalurkan guru kepada peserta
didik dan bahan yang akan dipakai oleh guru untuk mendidik jiwa-jiwa yang diserahkan oleh Tuhan
untuk dididik. 3
Pendekatan sosiologi juga sangat penting dalam mengenal latar belakang peserta didik, di
mana lokasi atau letak sekolah juga dapat memberi dampak tersendiri terhadap keberhasilan
pembelajaran. Misalnya sekolah yang terletak di pegunungan, pusat kota dan daerah pemukiman
akan memberi dampak yang besar terhadap proses pembelajaran. Pola pikir, adat kebiasaan,
kebudayaan masyarakat setempat turut memberi pengaruh dalam keberlangsungan kegiatan
pembelajaran. Contohnya, di daerah pedesaan, di mana mayoritas penduduk bercocok tanam, ketika
panen tiba maka semua penduduk dari anak-anak sampai lansia sibuk dengan upacara kegiatan
panen sehingga proses kegiatan belajar-mengajar mengalami hambatan. Menyadari akan hal ini
maka kehidupan sosial dapat terjadi secara internal dan eksternal. 4 Selanjutnya menurut Wina
Sanjaya yang dimaksud dengan kehidupan sosial secara internal dan eksternal sebagai berikut:

Secara internal yaitu hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah,
misalnya hubungan antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, antara guru
dengan guru, bahkan antar guru dan pimpinan. Secara eksternal yaitu keharmonisan
antar pihak sekolah dan pihak luar, misalnya hubungan sekolah dengan orang tua
siswa, hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat dan lain sebagainya.5

Karena itu seorang guru harus mengenal target pengajarannya karena peserta didik tidak
mempunyai kemampuan yang sama. Karena proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh
perkembangan peserta didik yang berbeda. Wina Sanjaya mengatakan, latar belakang peserta didik
meliputi: jenis kelamin siswa, tempat kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa
dari keluarga mana siwa berasal, dan lain-lain. Sedangan dilihat dari sifat yang dimiliki siswa
meliputi kemampuan dasar pengetahuan dan sikap. 6
Mengenal latar belakang peserta didik akan membantu guru menentukan di mana titik tolak
pengajarannya. Karena sikap dan penampilan peserta didik di dalam kelas juga bisa mempengaruhi
proses pembelajaran. Ada kalanya ditemukan peserta didik yang sangat efektif (hiper kinetic) dan
ada pula peserta didik yang pendiam dan juga memiliki motivasi yang rendah dalam mengajar. 7
Semua itu akan mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas.

1
Stphentong, Arsitek Jiwa l, (Surabaya:Momentum, 2005), HLL 53
2
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 229
3
Ibid; Stephentong, hlm. 55
4
Ibid; Wina Sanjaya, hlm.57
5
Ibid.
6
Ibid; hlm.54
7
Ibid; hlm.55
BAB II
LATAR BELAKANG PESERTA DIDIK USIA 12-16 TAHUN

Di dalam bab ini, penulis akan menjelaskan tentang latar belakang peserta didik usia 12-16
tahun. Peserta didik usia 12-16 tahun digolong dalam masa awal remaja. Di mana masa ini
merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa anak-anak menuju ke masa dewasa. Oleh
karena itu, perlu adanya pendekatan terhadap peserta didik, karena dengan demikian dapat diawali
dengan langkah pengenalan, yaitu usaha mengenal seluk beluk peserta didik. 8
Proses pembelajaran pendidikan agama Kristen, dilakukan dengan harapan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan, baik tujuan nasional, tujuan lembaga dan mata pelajaran. Di dalam
mencapai tujuan pembelajaran tersebut banyak hal yang sangat mempengaruhi dan perlu mendapat
perhatian dari pendidik. Oleh karena itu, uraian berikut ini akan dipaparkan beberapa latar belakang
yang mempengaruhi peserta didik dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

A. Latar Belakang Sosial


Peserta didik adalah mahluk sosial, yang sejak lahirnya sampai akhir hayatnya ia tidak
mungkin dapat hidup sendiri karena selamanya ia membutuhkan komunikasi dan bantuan dari orang
lain (individu lain). 9 Karena itu peserta didik yang mempunyai kemampuan untuk hidup dengan
orang lain akan memudahkan di dalam bersosial karena dapat menerima keadaan orang lain, dengan
demikian kehidupan sosial akan berlangsung dengan baik bagi peserta didik.
Peserta didik usia 12-16 tahun disebut sebagai proses “pelepasan diri” dari orang tua dan juga
dari orang lain dan akan menunjukkan perbedaan-perbedaan sesuai dengan lingkungan di mana
peserta didik itu hidup dan dibesarkan.10 Hal ini sangat mempengaruhi peserta didik dalam proses
pembelajaran PAK. Oleh karena itu, dalam latar belakang sosial ini maka perlu diperhatikan
beberapa aspek kehidupan sosial peserta didik berikut:

1. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama peserta didik berinteraksi. Dapat
dikatakan bahwa dasar keberadaan keluarga yaitu, keluarga berasal atau dibangun di atas pondasi
yang kokoh (Bnd. Kej. 2:18; 3:20-21) yaitu sebuah perjanjian seumur hidup, holistik (menyangkut
seluruh aspek hidup: fisik, mental, sosial dan spiritual untuk hidup bersama). Keluarga yang terdiri
atas laki-laki dan perempuan yang sudah dipersatukan oleh Tuhan yang disebut suami-istri.11
Keluarga merupakan lingkungan awal pembentukan peserta didik dalam aspek moral ataupun
kepribadian dan untuk menguasai ilmu pengetahuan.
Seorang peserta didik dalam keluarga berkedudukan sebagai anak didik atau peserta didik dan
orang tua sebagai pendidiknya. Dalam buku Siti Hartinah, yang berjudul Perkembangan Peserta
Didik, memaparkan tentang:

Banyak corak dan pola penyelenggaraan pendidikan keluarga yang secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok pola pendidikan yaitu: pendidikan otoriter,
pendidikan demokratis dan pendidikan liberal.

B. LATAR BELAKANG BUDAYA


Berbicara mengenai budaya maka sebelumnya dapat dilihat bagaimana Allah menciptakan
manusia dan seluruh ciptaan-Nya. Ketika Allah menciptakan manusia dengan cara kapasitas untuk
berinteraksi dengan dunia dan memberikan tanggung jawab untuk melakukannya dengan cara
mencerminkan diri-Nya. Allah menghendaki agar manusia “mengalah” dunia di sekitar mereka. Ia
8
Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), hlm. 1
9
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana 2008),
hlm. 30
10
Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Op. Cit, hlm. 13
11
Totok S. Wiryasaputra, Menolong Kleuarga Bermasalah, (Jakarta: Persekutuan Pelayanan Kristen untuk
Kesehatan di Indonesia (PELKESI), 2007), hlm. 8
menciptakan manusia menurut gambar-Nya dengan kemampuan yang kreatif yang tidak pernah
diberikan kepada ciptaan lain, dan memerintahkan manusia untuk menggunakan semua dengan
kemampuan itu (Kej. 1:26; 2:15-20).
Manusia merupakan ciptaan yang berbeda dengan makhluk ciptaan yang lain, yaitu manusia
dianug’rahkan perasaaan dan kemampuan untuk mengenal Allah dan bersekutu dengan Allah serta
melakukan perintah-Nya. Manusia mengalami perkembangan mental, sosial, emosi, dan juga
peserta didik usia 12-16 tahun mengalami perkembangan rohani. Ruth Laufer mengemukakan
bahwa, perkembangan secara psikologi, sosial, mental, dan moral mempengaruhi perkembangan
rohani remaja. Injil dan iman Kristen berkaitan erat dengan seluruh eksistensi manusia.12
Oleh karena itu latar belakang kerohanian peserta didik ikut menentukan pencapaian tujuan
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.

12
Ruth Laufer, Pedoman Pelayanan Remaja, (Batu Malang: YPPII.1990),53
BAB III
PENTINGNYA MENGENAL LATAR BEAKANG PESERTA
DIDIK USIA 12-16 TAHUN

Di dalam bab ini, penulis akan menjelaskan tentang pentingnya mengenal latar belakang
peserta didik usia 12-16 tahun, karena dengan mengenal latar belakang peserta didik guru dapat
melakukan hal-hal yang berkaitan dengan peserta didik.

A. Guru dapat Menetapkan Tujuan Pembelajaran dengan Tepat


Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam
merencanakan pembelajaran. Sebab segala kegiatan pembelajaran berakhirnya dengan tercapai
suatu tujuan yang diinginkan.
Dilihat dari sejarahnya, tujuan pembelajaran pertama kali dikenalkan oleh “B.F. Skinner”
pada tahun 1950 yang diterapkan dalam ilmu perilaku (behavior science) dengan maksud untuk
meningkatkan mutu pembelajaran.13 Kemudian diikuti oleh Robert Mager yang menulis buku yang
berjudul Preparing Instructional Objective pada tahun 1970 di seluruh lembaga pendidikan
termasuk Indonesia. 14 Tujuan pembelajaran ini, bukan hanya mempelajari arah yang ingin dicapai
dalam suatu kegiatan belajar, tetapi dari segi efisiensi yang diperoleh hasil yang maksimal.

B. Guru dapat Memberikan Materi Pendidikan Agama Kristen (PAK) sesuai dengan
Keperluan Peserta Didik
Ada beberapa poin yang perlu dilihat di dalam guru memberikan materi Pendidikan Agama
Kristen (PAK) kepada peserta didik.

a. Guru sebagai Pendidik


Guru adalah orang yang identik dengan pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab
membentuk karakter generasi bangsa, karena di tangan para gurulah tunas-tunas bangsa terbentuk,
sikap dan moralitasnya. 15 Sehingga pendidik mampu memberikan yang terbaik bagi peserta didik
untuk masa depannya yang akan datang. Guru yang baik adalah yang menyadari kesalahan ketika
melakukan kesalahan dan tidak malu untuk mengakui kesalahannya. Dengan demikian akan
mengajar peserta didik untuk bisa bertanggung jawab dan juga bisa mengukur kesalahannya dengan
apa yang dibuatnya itu tidak benar. Dan juga guru yang baik adalah yang mampu memberikan
pelajaran dengan wibawa seorang guru, mengajar bukan dengan sesuatu yang keras, tetapi dengan
cara menguasai ruangan kelas dengan pandangan di setiap peserta didik, karena di dalam Alkitab
mengajar para pendidik untuk mempunyai hati yang berani yang sadar dan penuh dengan kasih (1
Kor. 13:4-7):
Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu, ia tidak memegahkan diri dan tidak
sombong, ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan sendiri, ia tidak
pemarah dan menyimpan kesalahan orang lain, ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi
karena kebenaran. Ia menutup segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu
serta sabar menanggung segala sesuatu.
Seorang guru PAK berbeda dengan guru-guru yang lain yaitu yang bukan guru PAK. Guru
PAK haruslah yang sudah memahami lahir baru dan bertobat yaitu mengenal dan mengakui Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamatnya. Guru Kristen sangat berbeda dengan guru-guru yang
lain. Perbedaan yang paling utama adalah keutamaan pribadi dan karya Kristus yang mati dan
bangkit bagi orang percaya, selain itu perlu juga dilihat bahwa perbedaan konsep keselamatan,
konsep kasih, karna di dalam agama Kristen, Allah mencari manusia dan dalam Alkitab
menjelaskan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat mencari Allah (Roma 3:10-12). Oleh sebab itu

13
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 34
14
Ibid, hlm. 34
15
Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 3
guru PAK harus memiliki keunikan iman dan kepercayaan Kekristenan di dalam hidupnya yang
menjadikan dia sebagai seorang guru Kristen yang selalu mengandalkan TUHAN dalam hidupnya.
Seorang guru mempunyai figur seorang pemimpin, guru juga adalah sosok arsitektur yang
dapat membentuk jiwa dan watak peserta didik. Karna itu semua orang yakin memilih andil yang
sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Keyakinan ini muncul karna manusia
adalah mahluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain. Dengan
demikian guru sangat berperan di dalam lembaga pendidikan. Sebagai guru PAK yang mengajar
atau mendidik peserta didik maka seorang guru harus mempunyai perasaan, kasih sayang yang akan
diberikan kepada peserta didik secara melimpah.
BAB IV
APLIKASINYA BAGI GURU PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN (PAK)

Dalam bab ini, penulis akan membahas aplikasinya bagi Guru Pendidikan Agama Kristen
(PAK). Diharapkan bagi setiap guru PAK mampu mengaplikasikannya di dalam setiap tanggung
jawab untuk menjadi guru yang berhasil dalam melaksanakan tugasnya. Karena itu, setiap guru
PAK diharapkan dapat memahami tugas panggilannya dan juga dapat memahami akan latar
belakang peserta didik usia 12-16 tahun, yang akan membantu guru PAK untuk mengajar dan
mendidik peserta didik untuk memperoleh peserta didik yang berkualitas. Dengan demikian guru
dapat melakukan tugasnya dengan baik.

A. Guru Menyadari Panggilannya sebagai Guru Pendidikan Agama Kristen


Guru yang menyadari panggilannya sebagai guru Pendidikan Agama Kristen (PAK), maka ia
telah dilahirkan kembali atau yang disebut dengan kata lain lahir baru.
Dalam Alkitab memakai empat istilah mengenai dilahirkan kembali atau lahir baru yaitu:
1. Dilahirkan kembali oleh Roh Kudus (Yoh. 3:5)
2. Dilahirkan pula dari Allah (1 Yoh. 3:9)
3. Dilahirkan pula dari Firman
4. Dilahirkan kembali dari Injil. 16
Jadi guru Pendidikan Agama Kristen yaitu mereka yang mempunyai jiwa Injil dan yang telah
lahir baru dan yang mendapatkan hidup baru sebagai ciptaan yang baru di dalam Tuhan. Karena ini
merupakan hal yang utama dalam menjadi seorang guru PAK, yang telah hidup dalam Tuhan dan
yang telah menjadi ciptaan baru.

16
Stephentong, Arsitek Jiwa II, (Surabaya: Momentum, 2008), hlm. 24
BAB V
KESIMPULAN

Dalam bab ini, merupakan kesimpulan dan penjelasan mengenai pentingnya Mengenal Latar
Belakang Peserta Didik Usia 12-16 tahun, bagi guru PAK. Selain itu penulis juga memberikan saran
yang berupa masukan yang bersifat positif bagi guru Pendidikan Agama Kristen (PAK).

Kesimpulan
Latar belakang peserta didik usia 12-16 tahun merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan
oleh setiap guru PAK. Karena pada usia 12-16 tahun merupakan masa di mana peserta didik akan
melakukan suatu yang ia ingin lakukan serta mengikuti teman-teman sebayanya. Dan merupakan
masa transisi yaitu masa peralihan dari anak-anak menuju kedewasaan atau juga disebut dengan
masa awal remaja.
Oleh karena itu, guru PAK harus berusaha untuk mengenal latar belakang peserta didik. Baik
dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan juga dalam lingkungan sekolah. Karena melalui
pendekatan yang dilakukan oleh guru pada peserta didik, dapat memudahkan guru untuk
mengetahui sejauh mana peserta kemampuan peserta didik di dalam mengikuti proses belajar-
mengajar di sekolah, karena latar belakang peserta didik sangat mempengaruhi peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran di kelas.
Dengan mengenal latar belakang peserta didik usia 12-16 tahun, maka guru dapat
mempersiapkan diri dengan baik dalam memberikan materi yang perlu diberikan kepada peserta
didik dengan mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik. Sehingga guru dapat mengajar
dengan melihat kemampuan tersebut sehingga bisa mengembangkan kemampuan atau memberi
semangat dorongan kepada peserta didik dalam pembelajaran.
Oleh sebab itu, guru perlu melakukan pendekatan untuk mengenal latar belakang peserta
didik. Dengan demikian guru dapat mengetahui apa yang harus dilakukan atau yang perlu
dipersiapkan untuk peserta didiknya, sehingga guru dapat melakukan tanggung jawabnya dengan
baik.

Anda mungkin juga menyukai