Anda di halaman 1dari 39

ANALISIS TERHADAP PERBANDINGAN ANTARA PRESTASI

SISWA YANG AKTIF ORGANISASI ROHIS DENGAN


SISWA YANG TIDAK AKTIF ORGANISASI
ROHIS DI MAN 1 KERINCI

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :

MIFTHAHUL JANNAH

1910201225

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Batasan masalah …………………………………………………………………………………………4
C. Rumusan Masalah....................................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ………………………………………………………………………………………..5
E. Manfaat penelitian ..................................................................................... 5
F. Definisi Oferasional ..................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori……………………………………………………………………………………………… 9
1. Konsep Kerohanian Islam…………… ……….………………………… 9
2. Keaktivan mengikuti Rohis …………………………………………………………………….. 12
3. Motivasi Belajar …………… ……………………………………………………………………… 17
4. Prestasi Belajar……………………………………………………………………………………… 24
B. Penelitian Relevan…………………………………………………………………………………... 26
C. Kerangka Pikir ……………………………………………………………………………………….. 27
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian ……………………………………………………………………….. 29


B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………………………………………… 29
C. Subjek Penelitian ………………………………………………………………………………………. 30
D. Teknik Pengumpul Data ……………………………………………………………… …………… 31
E. Instrumen pengumpulann Data ……………………………………………………………….. .31
F. Teknik Analisis Data ………………………………………………………………………………… . 32
G. Teknik Keabsahan Data ……………………………………………………………………………. . 34

i
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu wadah dalam meningkatkan kemajuan bagi

suatu bangsa. Peran pendidikan adalah menciptakan sumber daya manusia yang

unggul dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan untuk bersaing secara

nasional dan internasional dalam menghadapi persaingan global. Ilmu pengetahuan

sangat membantu dalam proses pendidikan dan membentuk generasi dengan

menyediakan suatu produk yang dapat digunakan dalam pembelajaran.

Pendidikan merupakan salah satu sektor paling penting dalam pembangunan

nasional, dijadikan andalan utama agar berfungsi semaksimal mungkin untuk

meningkatkan kualitas hidup manusia berdasarkan iman dan takwa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, menjadi sumber segala motivasi kehidupan disegala bidang. Ilmu

merupakan hal penting dalam Islam . perintah menuntut ilmu wajib bagi orang yang

beriman, karena orang yang menuntut ilmu akan memiliki kedudukan yang mulia

dihadapan- Nya.

Bangsa Indonesia sedang menghadapi globalisasi di bidang budaya, etika dan

moral sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahui dan teknologi, di bidang

informasi. Akibat kemajuan teknologi, muncul berbagai media seperti internet. Salah

satu manfaatnya adalah memberi kemudahan dalam belajar. Selain dampak positif

dari teknologi itu, internat juga berdampak negatif.

Aktivitas pergaulan anak - anak sekarang sunggu sangat berbeda dengan

perkembangan anak - anak pada masa sebelum era globalisasi. Jika dibandingkan

dengan masa sebelum era globalisasi, moralitas anak masih terjaga, terutama sekali
2

ketika mereka berhadapan dengan orang tuanya dan guru sebagai pembina serta

peserta didik bagi dirinya.

Banyaknya kasus penyimpangan yang terjadi di dunia pendidikan saat ini

membuat khawatir orang tua siswa. Beberapa kasus dilingkungan sekolah seperti

buuying, merokok, membolos sekolah dan tawuran. Memang tidak seluruhnya, hanya

sebagian saja yang melakukannya terutama usia remaja yang kurang peduli tentang

nilai - nilai ajaran islam.

Sekolah sebagai tempat anak - anak belajar mengembangkan potensi, sebagai

tempat untuk mencari jadi dirinya. Ketika di sekolah kegiatan keagamaan menjadi

pilihan sebagian besar siswa maka bisa berperan untuk memperbaiki mereka. Rohis

sebagai salah satu media dakwah pengembangan diri di sekolah dapat memberikan

dampak positif untuk memotivasi siswa belajar agama islam dapat menjadi pelajar -

pelajar yang kritis dan peduli terhadap lingkungan.

Kegitan kerohanian Islam itu pada dasarnya merupakan sebuat kegiatan yang

bertujuan untuk menembahkan wawasan peserta didik tentang pemahaman ilmu –

ilmu agama islam guna tercapainya tujuan pendidikan , mengangkatkan mutu

keterampilan, niali dan sikap, memperluas cara berpikir peserta didik, yang

kesemuanya itu dapat berpengaruh pada prestasi belajarnya.

Pada umumnya kegiatan rohis yang dilakukan disekolah yang mencakup

aspek keagamaaa berupa kegiatan kerohanian Islam yaitu pengajian sekali dalam

sebulan, pengajian mingguan serta pelatihan atau bimbingan baca tulis Al Qur’an.

Kegiatan – kegiatan rohis merupakan salah satu contoh pergerakan menyerukan

kapada kebaikan dan mencegah kepada kejahatan, sebagai mana firman Allah SWT

dalam Q.S Al Imran/3:110.


3

‫ٱ‬ ‫ٱ‬ ‫ٱ‬

‫ٱ‬ ‫ٱ‬ ‫ٱ‬

Referensi : https://tafsirweb.com/1242-surat-ali-imran-ayat-110.html

Artinya :

“Kamu adalah umat yang terbaik, yang dilahirkan untuk manusia, menyuruhkepada
yang ma’ruf, dan mencegah yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli
kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang – orang yang fasik”(Departemen Agama RI,
2015, p. 64)

Berdasarkan hasil observasi di MAN 1 Kerinci, adanya dedikasi moral yang

terjadi di kalangan pelajar dewasa ini, atau sering disebut dengan istilah kenakalan

remaja. Krisis kemerosotan moral atau kenakalan remaja di kalang pelajar sangat

memprihatinkan generasi muda di Kerinci, Khususnya di Kecamatan Sitinjau Laut

dan sekitarnya.

Oleh karena itu, perlu adanya usaha penanggulangan krisis kenakalan remaja

pada pelajar tersebut, dengan menunut kerjasama keluarga, masyarakat, lembaga -

lembaga pendidikan khususnya di bidang keagamaan Islam, dan pemuka - pemuka

agama. Selama ini sebagian besar di sekolah negeri, rohis belum dijadikan kegiatan

yang diunggulkan sekolah dan belum dijadikan pilihan siswa untuk aktif didalamnya.

Awal - awal pendaftaran memang banyak tetapi sedikit yang bisa iatiqomah aktif

untuk mengikuti.

Keberadaan Rohis di MAN sangat strategis membantu keberhasilan

keagamaan di sekolah, baik bagi pengurus, pembina keagamaan dan bagi siswa.

Keberhasilan ini dapat dilihat adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman

keagamaan. Rohis juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, mengembangkan

bakat dan kemampuan, menambahkan wawasan serta menanamkan budaya nilai -


4

nilai ajaran Islam serta mengaktualisasikannya dalam lingkungan sekolah maupun

kehidupan sehari – hari.

Berdasarkn pengamatan awal penulis mendapatkan ada beberapa siswa yang

meningkat prestasi belajar dengan mengikuti kegiatan rohis, dan masih ada juga yang

hasil belajarnya kurang memuaskan. Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian guna mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan rohis terhadap prestasi

belajar siswa.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

“Analisis Terhadap Perbandingan Antara Prestasi Siswa Yang Aktif

Organisasi Rohis Dengan Siswa Yang Tidak Aktif Organisasi Rohis di MAN 1

Kerinci”.

B. Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan permasalahan, maka penulis membatasi

permasalahan yakni terfokus pada pengaruh keaktifan siswa dalam mengikuti

kegiatan Kerohanian Islam terhadap prestasi belajar siswa di MAN 1 Kerinci.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka dapat diidentifikasi

beberapa permasalahan berikut :

1. Bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan Kerohanian Islam di Man 1

kerinci ?

2. Bagaimana prestasi siswa yang aktif mengikuti kegiatan kerohanian islam di

MAN 1 Kerinci ?

3. Adakah pengaruh keaktifan peserta didik dalam mengikuti kegiatan kerohanian

Islam terhadap prestasi belajar siswa di MAN 1 Kerinci ?


5

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan kerohanian islam di

MAN 1 kerinci .

2. Untuk mengetahui prestasi siswa dalam mengikuti kegiatan Kerohanian Islam di

MAN 1 Kerinci.

3. Untuk mengetahui adakah pengaruh keaktifan siswa dalam mengukuti kegiatan

kerohanian Islam terhadap Prestasi belajar siswa di MAN 1 kerinci.

E. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk guru dan pembina kerohanian

Islam sebagai bahan evaluasi dan masukan pada kegiatan rohis yang salah satunya

berperan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi peserta didk, sebagai informasi bagi peserta didik di MAN 1 kerinci

tentang pengaruh keaktifan kmengikuti kegiatan kerohanian Islam terhadap

prestasi belajar,

2) Bagi lembaga pendidkan, penelitin ini berguna untuk memberikan sumbangan

berupa ide yang baik bagi MAN 1 Kerinci dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan. .

3) Bagi peneliti, sebagai suatu pengalaman yang dapat dijadikan salah satu acuan

untuk melaksanakan penelitian selanjutnya.

4) Bagi guru, penelitian ini dapat menembahkan wawasan tentang upaya guru

dalam meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan kerohanian

islam.
6

F. Definisi Operasional

Judul skripsi yakni “Analisis Terhadap Perbandingan Antara Prestasi

Siswa Yang Aktif Organisasi Rohis Dengan Siswa Yang Tidak Aktif Organisasi

Rohis di MAN 1 Kerinci “ bahwa yang dimaksud peneliti diatas, peneliti

menyimpulkan penguraian definisi operasional dimaksudkan untuk mengetahui lebih

jelas konsep dasar penulisan yang kemungkinan dapat menimbulkan penafsiran yang

berbeda dan operasional ini juga dimaksudkan untuk mengetahui dan memahami

landasan pokok serta pengembangan pembahasan selanjutnya. Untuk lebih memahami

maksud dari penelitian tersebut maka peneliti akan memberikan defenisi dari masing-

masing kata yang terdapat dalam judul tersebut, yakni:

Definisi operasional ini merupakan penjabaran dalam bentuk konkrit dari

konsep teoretis agar mudah dipahami, diukur dan dijadikan sebagaiacuan bagi penulis

di lapangan. Adapaun variabel yang akan dioperasionalkan adalah keaktifan

mengikuti kegiatan kerohanian Islam (ROHIS) (variable X), dan prestasi belajar siswa

pada pelajaran pendidikan agama Islam (variable Y).

1. Variable X

Indikator-indiktor variabel X (keaktifan mengikuti kegiatan kerohanian Islam)

digunakan indikator sebagai berikut:

1. Siswa tepat waktu dalam mengghadiri ROHIS.

2. Siswa memperhatikan keterangan guru pembimbing dengan

sungguh-sungguh.

3. Siswa membuat catatan terhadap keterangan guru pembimbing

yangdianggap penting.

4. Siswa siswa mengajukan pertanyaan jika menemukan kesulitan dalam

belajar ketika kegiatan ROHIS.


7

5. Siswa bisa menjawab pertanyaan yang diberikan guru ketika

kegiatanROHIS.

6. Siswa dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat teman

ketikakegiatan ROHIS.

7. Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru pembimbing

ketika kegiatan ROHIS.

8. Siswa dapat menghubungkan materi baru dengan dengan materi

sebelumnya ketika kegiatan ROHIS berlangsung.

9. Siswa bisa menyimpulkan materi yang telah diajarkan.

Secara kuantitatif untuk menentukan keaktifan mengikuti kegiatan

kerohanian (ROHIS) dengan persentase jawaban sebagai berikut:

1. Memberi bobot setiap item angket:

a. Option A diberi skor 3

b. Option B diberi skor 2

c. Option C diberi skor 1

2. Variabel X dikategorikan:

a. Kategori aktif apabila indeks rata-rata mencapai 2,6-3,0

b. Kategori kurang aktif, apabila indeks rata-rata mencapai 1,6-2,5

c. Tidak aktif, apabila indeks rata-rata mencapai 0,1-1,5

3. Mencarikan persentase dari rekapitulasi jawaban angket.

a. 76%-100% (Tinggi)

b. 50%-75% (Sedang)

c. 0-49% (Rendah)

Sedangkan indikator-indikator dari variabel Y (prestasi belajar) adalah nilai

yang diperoleh siswa dari hasil ujian semester. Nilai siswa dalam penelitian ini
8

menggunakan skala interval 10-100.

1. Kategori tinggi, apabila nilai rata-rata yang dicapai siswa 85-100

2. Kategori sedang, apabila nilai rata-ratanya mencapai 75-84

3. Kategori rendah, pabila nilai nilai yang dicapai kurang dari 75


BAB II

LATAR BELAKANG

A. Kajian Teori

1. Konsep Kerohanian Islam

a. Pengertian Rohis

Rohis adalah kepanjangan dari dua kata, yaitu rohani dan Islam.

Kegiatan Kerohanian Islam (ROHIS) yaitu suatu kegiatan bimbingan,

arahan yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam rangka

menambah wawasan pengetahuan agama siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.

Meningkatkan suatu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, memperluas cara

berfikir siswa, yang kesemuanya itu dapat berpengaruh terhadap prestasi

belajarnya.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengungkapkan bahawa kegiatan berarti

aktivitas, kegairahan, usaha, pekerjaan, atau kekuatan, dan ketangkasan (dalam

berusaha)(Departemen Pendidikan Nasional, 2008, p. 267). Sedangkan kerohanian

berarti sifat-sifat rohani atau hal tentang rohani. Kerohanian Islam selain untuk

menambah wawasan siswa terhadap Agama Islam, juga untuk memahami dan

mengamalkannya dalam kehidupan, sehingga dapat menunjang pencapaian tujuan

dari pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah , dan siswa dapat memperoleh

hasil yang baik dari pelajaran Pendidikan Agama Islam itu sendiri.

Kegiatan Rohis yautu suatu kegiatan bimbingan, arahan yang dilakukan

oleh guru dalam rangka Kegiatan Rohis yaitu suatu kegiatan bimbingan, arahan

yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam rangka menambah

wawasan pengetahuan agama peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

Meningkatkan suatu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, memperluas cara


berfikir peserta didik, yang kesemuanya itu dapat berpengaruh terhadap prestasi

9
10

belajarnya.

1. Kegiatan Rohis

Menurut Paul B. Diedrich yang dikutip oleh Zakiah Derajad, bahwa

kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa,
antara lain:
(1) Visual activities seperti membaca, memperhatikan gambar,
demonstrasi, percobaan dan sebagainya. (2) Oral activities seperti
menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat,
interview, diskusi, dan sebagainya. (3) Listening activities seperti
mendengarkan uraian, percakapan, diskusi musik, pidato, ceramah dan
sebagainya. (4) Writing activities seperti menulis cerita, karangan laporan,
angket, menyalin dan sebagainya. (5) Drawing activities seperti
menggambar, membuat grafik, peta dan sebagainya.
(6) Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, medel
referensi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya. (7)
Mental activities seperti menangkap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisa, mengambil keputusan dan sebagainya. (8) Emosional activities
seperti menaruh minat, gembira, berani, tenang, gugup, kagum dan
sebagainya.(Zakiah Darajat, 2011, p. 138)

Peserta didik melakukan aktivitas tersebut untuk mencapai prestasi

belajarnya dengan baik. Namun demikian,baik atau buruknya prestasi belajar

yang dicapai oleh peserta didik tidak saja ditentukan oleh aktivitas-aktivitas

siswa itu sendiri, melainkan juga ditentukan oleh aktivitas guru dalam

mengajar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nana Sudjana pada

bidang pendidikan, ditemukan bahwa 76,6% prestasi belajar peserta didik

dipengaruhi oleh kompetensi guru dalam mengajar(Nana Sudjana, 2010, p.

42). Oleh karena itu, guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya,

baik dalam bidang yang diajarkannya maupun dalam cara mengajarnya, yang

dimaksud dalam aktivitas tersebut adalah aktifitas peserta didik ketika dalam

kegiatan Rohis.

Kegiatan ekstra kurikuler merupakan seperangkat pengalaman belajar

yang memiliki nilai-nilai manfaat bagi pembentukan kepribadian peserta

didik. Adapun tujuan dari pelaksanaan ekstrakurikuler di sekolah menurut


11

Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan adalah:

1. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan siswa

beraspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

2. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan

pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya.

3. Dapat mengetahui, mengenai serta membedakan antara hubungan satu

dengan mata pelajaran lainnya.(Suryobroto, 2002, p. 288)

“Menurut Suharsismi Arikunto, kegiatan ekstrakurikuler tersebut

adalah kegiatan tambahan di luar struktur program yang pada umumnya

merupakan kegiatan pilihan”(Suharsismi Arikunto, 1988, p. 58). Dalam setiap

kegiatan pengajaran atau pengajian sebenarnya tidak pernah ada siswa yang

sama sekali tidak aktif, hanya yang membedakan adalah kadar atau bobot

keaktifan siswa dalam belajar. Sebagaimana dikatakan oleh Syaiful Bahri

Djamarah bahwa “ada keaktifan belajar dengan kategori rendah, sedang dan

tinggi. Jika dibuat rentangan skala keaktifan 0-10, maka keaktifan belajar ada

dalam skala 1-10, tidak ada skala 1-10, tidak ada skala nol betapapun kecilnya

keaktifan tersebut”(Syaiful Bahri Djamarah, 2000, p. 79).

Untuk mencapai keberhasilan yang baik dalam proses belajar maka

diperlukan keaktifan yang baik dari semua pihak khususnya peserta didik itu

sendiri, dalam proses belajar mengajar peserta didik dituntut untuk aktif

karena salah satu pengajaran yang berhasil dilihat dari kadar kegiatan belajar,

semakin tinggi kegiatan yang dilakukan peserta didik semakin tinggi pula

peluang untuk keberhasilannya dalam pengajaran.(Nana Sudjana, 2010, p. 72)

Kegiatan kerohanian Islam pada dasarnya merupakan sebuah kegiatan

ekstrakurikuler yang bertujuan untuk menambah wawasan peserta didik


12

tentang pemahaman ilmu-ilmu Agama Islam guna tercapainya tujuan

pendidikan, meningkatkan mutu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap,

memperluas cara berfikir peserta didik, yang kesemuanya itu dapat

berpengaruh pada prestasi belajarnya.

Kegiatan kerohanian Islam (Rohis) di MAN 1 Kerinci adalah

kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat non formal. Kegiatan kajian kerohanian

Islam diadakan di luar jam pelajaran sekolah yaitu pada jam 02:15-15:30

wita. Organisasi Rohis ini sebagai wadah untuk mengembangkan

pengetahuan keagamaan peserta didik dan menanamkan nilai religius dalam

jiwa peserta didik sehingga dapat berpengaruh pada prestasi dan tingkah laku

peserta didik .

2. Keaktifan Mengikuti Rohis

a. Pengertian Keaktifan

Aktif berasal dari bahasa Inggris active, artinya gesit, giat, dan

bersemangat. Aktif artinya giat bekerja, giat berusaha, dinamis, dan mampu

bereaksi dan beraksi (Kompri, 2017, p. 257). Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia yang dikutip dalam Nugraho Wibowo bahwa aktif berarti giat

dalam bekerja atau berusaha. Kegiatan bekerja dan berusaha dilakukan oleh

siswa dalam proses pembelajaran sesuai dengan materi pelajaran yang

disampaikan oleh guru. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik

maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang

tidak dapat dipisahkan.(Nugroho Wibowo, 2016, p. 130)

Belajar yang berhasil harus melalui berbagai aktivitas, baik aktivitas

fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota

badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk


13

mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktivitas

psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau

banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Keaktifan siswa dalam

kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka

sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala

sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran.(Zakiah Darajat,

2011, p. 137)

Sejalan dengan beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

keaktifan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler merupakan segala kegiatan

yang bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam proses kegiatan tersebut

yang optimal sehingga dapat menciptakan suasana kegiatan yang kondusif,

aktif, dan dapat mencapai tujuan.

b. Indikator Keaktifan

Aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti

zaman sekolah masa dahulu. Menurut Dimyati dan Mudjiono yang dikutip

Fatkhan indikator keaktifan diantaranya:

1) Siswa mau mencatat atau sekedar mendengarkanpenjelasan guru.

2) Siswa memperhatikan hal-hal yang dijelaskan oleh guru tentang materi.

3) Siswa mencatat tugas yang diberikan dan

mengerjakannya.

4) Siswa mau berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan masalah yang

berkaitan dengan materi.

5) Siswa mampu melibatkan diri dalam diskusi.

6) Siswa mau terlibat dalam menyimpulkan materi.(Fatkhan, 2020)


14

Nana Sudjana menyatakan keaktifan siswa dapat dilihat

dalam hal sebagai berikut:

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.

2) Terlibat dalam pemecahan masalah.

3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan

yang dihadapinya.

4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan

untuk pemecahan masalah.

5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.

6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil– hasil yang diperolehnya.

7) Siswa mau mencatat atau sekedar mendengarkanpenjelasan guru.

8) Siswa memperhatikan hal-hal yang dijelaskan oleh guru tentang materi.

9) Siswa mencatat tugas yang diberikan dan mengerjakannya.

10) Siswa mau berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan masalah yang

berkaitan dengan materi.

11) Siswa mampu melibatkan diri dalam diskusi.

12) Siswa mau terlibat dalam menyimpulkan materi.

Nana Sudjana menyatakan keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal

sebagai berikut:

1). Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.

2). Terlibat dalam pemecahan masalah.

3). Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami
15

persoalan yang dihadapinya.

4). Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan

untuk pemecahan masalah.

5). Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.

6). Menilai kemampuan dirinya dan hasil– hasil yang diperolehnya.

7). Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.
8). Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh

dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang

dihadapinya.(Sudjana, 2007, p. 62)

Sejalan dengan penjelasan indikator keaktifan dalam ekstrakurikuler

menurut Suryosubroto, maka indikator keaktifan siswa dalam ekstrakurikuler

Rohis dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Tingkat kehadiran dalam kegiatan harian maupun acara besar yang

diadakan Rohis.

2) Turut serta dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya di

organisasi Rohis.

3) Aktif dan selalu hadir ketika rapat, kegiatan, maupun diskusi dalam

organisasi Rohis.

4) Bertanya kepada sesama anggota atau pembina organisasi Rohis apabila

terdapat materi yang kurang dipahami ketika diskusi berlangsung.

5) Memberi saran, masukan, kritikan dan menyampaikan pendapat dalam

rapat Rohis demi kemajuan Rohis.(suryosubroto, 2009, p. 302)

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan

Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat merangsang

dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, peserta didik juga dapat


16

berlatih untuk berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-

permasalahan dalam kehidupan sehari- hari.

Gagne dan Briggs dalam Martinis menyatakan bahwa keaktifan

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi

keaktifan belajar siswa adalah sebagai berikut:

1). Memberikan motivasi atau menarik perhatian peserta didik, sehingga

mereka berperan aktif dalamkegiatan pembelajaran.

2). Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada peserta

didik).

3). Mengingatkan kompetensi belajar kepada peserta didik.

4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan

dipelajari).

5). Memberikan petunjuk kepada peserta didik cara mempelajari.

6). Memunculkan aktifitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran.

7). Memberikan umpan balik (feedback).

8). Melakukan tagihan-tagihan kepada peserta didik berupa tes sehingga

kemampuan peserta didik selalu terpantau dan terukur.

9). Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir

pembelajaran.(Martinis yamin, 2007, p. 84)

Menurut Dollar and Miller yang dikutip Maradona bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi keaktifan perilaku belajar adalah:

1) Adanya Motivasi (drives), siswa harus menghendaki sesuatu (the learner

must want something).


17

2) Adanya perhatian dan mengetahui sasaran (cue), siswa harus

memperhatikan sesuatu (the learner must notice something)

3) Adanya usaha (response), siswa harus melakukan sesuatu (the learner

must do something).

4) Adanya evaluasi dan pemantapan hasil (reinforcement) siswa harus

memperoleh sesuatu (the learner must get something).

Maka faktor yang mempengaruhi peserta didik aktif dalam

ekstrakurikuler Rohis adalah sebagai berikut:

1) Memberi motivasi tentang pentingnya mengikuti ekstrakurikuler

Rohis atau menarik perhatian peserta didik agar mereka ikut

kegiatan tersebut.

2) Menjelaskan fungsi dan tujuan Rohis kepada peserta didik.

3) Memberikan stimulus kepada peserta didik, misalnya tentang

dampak positif mengikuti ekstrakurikuler Rohis.(Martinis yamin,

2007)

3.Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar


Prestasi adalah hasil yang dapat dicapai seseorang dalam

melakukan kegiatan.

Menurut T. Raka Joni mengatakan prestasi adalah usaha yang


dilakukan seseorang dalam bidang hasil proses yang sengaja, biasanya
dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan.(Raka Joni, 1886)
Menurut Winkel prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang
dapat dicapai. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa prestasi
adalah suatu hasil usaha yang diperoleh seseorang atas usaha yang
dilakukan.(James I. Winkel, 1982)

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang


18

sebagai bentuk usaha untuk menambah pengetahuan yang membawanya

kepada perubahan yang lebih baik, baik pada perubahan kognitif, afektif

dan psikomotorik. Belajar adalah perubahan-perubahan lahir dan batin,

tidak hanya perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati, perubahan

yang positif, yaitu perbuatan yang menuju ke arah kemajuan atau ke

arah perbaikan.(M. Dalyono, 2007)

Berdasarkan definisi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang lebih baik dengan melalui proses

latihan atau pengalaman secara keseluruhan. Secara formal, sesorang

melalui suatu tahap belajar pada suatu lembaga tertentu yang dikelola

oleh manusia tertentu dan di dalamnya terdapat model pembelajaran

tertentu. Jadi, hakekat sebuah pembelajaran itu sendiri adanya hasil atau

prestasi perubahan ke arah yang lebih baik.

Berprestasi adalah suatu dorongan yang ada pada setiap manusia

untuk mencapai hasil kegiatannya atau hasil kerjanya secara maksimal.

Secara naluri setiap orang mempunyai kebutuhan untuk mengerjakan

atau melakukan kegiatannya lebih baik dari sebelumnya, an bila mungkin

untuk lebih baik dari orang lain. Namun dalam realitanya, untuk

berprestasi atau mencapai hasil kegiatannya lebih baik dari sebelumnya

atau lebih baik dari orang lain itu tidak mudah, banyak kendalanya,

justru kendala yang dihadapi dalam mencapai prestasi inilah yang

mendorongnya untuk berusaha dan mengatasinya serta memelihara

semangat kerja yang tinggi dan bersaing mengungguli orang lain. Oleh

sebab itu maka motif berprestasi adalah sebagai pendorong untuk ukses
19

dalam situasi kompetisi yang didasarkan pada ukuran “keunggulan“

disbanding dengan standar ataupun orang lain.(Soekidjo Notoatmodjo,

2006)

Menurut Bloom, prestasi akademik atau prestasi belajar adalah proses


belajar yang dialami siswa dan menghasilkan perubahan dalam bidang
pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis dan
evaluasi.(Reni Akbar H, 2013)
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dijelaskan di atas,

prestasi akademik adalah hasil yang diperoleh berupa pengetahuan,

keterampilan, nilai (values) dan sikap yang menetap sehingga mengakibatkan

perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar,

sehingga dapat dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui sejauh mana siswa

menguasai bahan pelajaran yang diajarkan dan dipelajarinya. Kemampuan

peserta didik sangat menetukan keberhasilan peserta didik dalam

memperoleh prestasi, untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam

belajar maka perlu dilakukan evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi

yang dperoleh peserta didik setelah proses belajar mengajar berlangsung.

Semua pelaku pendidikan (peserta didik, orang tua dan guru) pasti

mengiginkan tercapainya sebuah prestasi belajar yang tinggi merupakan salah

satu indikator keberhasilan proses belajar. Namun kenyataannya tidak semua

peserta didik mendapatkan prestasi belajar yang tinggi dan terdapat peserta

didik mendapat prestasi belajar yang rendah. Tinggi atau rendahnya prestasi

belajar yang diperoleh prestasi dipengaruhi banyak faktor.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar merupakan ukuran keberhasilan kegiatan belajar, prestasi dalam

menguasai sejumlah mata pelajaran selama periode tertentu.


20

• Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Berhasil tidaknya seseorang dalam belajar itu disebabkan beberapa

faktor- faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu yang berasal

dari dalam diri orang yang belajar dan adapula yang berasal dari luar dirinya.

Prestasi belajar yang dilakukan semua peserta didik, karena dengan

proses belajar mereka mendapatkan sebuah pengalaman dari kondisi yang

dihadapinya. Peserta didik yang mengalami proses belajar akan mencapai

suatu tujuan seperti telah ditegaskan apa sebenarnya makna belajar itu. Karena

itu ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta

didik. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah:

• Faktor Internal
Faktor yang timbul dari dalam individu atau peserta didik itu sendiri,

yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani. Sumadi Suryabrata

mengatakan bahwa, faktor Internal yang mempengaruhi prestasi belajar

meliputi:(Suryabrata, 1998)

i. Aspek Fisiologis

Aspek fisiologis (yang bersifat jasmani) dapat mempengaruhi

semangat dan intensitas peserta didik, pada umumnya terutama fungsi-

fungsi panca indra. Panca indra adalah bagian-bagian tubuh yang

berfungsi untuk menerima rangsangan sesuai dengan modalitas masing-

masing. Jika panca indra terdapat kekurangan maka itu akan

mempengaruhi dirinya dalam belajar karena akan mengalami kesulitan.

ii. Aspek Psikologi


Aspek psikologis yang berkaitan dengan gejala kejiwaan. Faktor

yang termasuk dalam aspek psikologi yang dapat mempengaruhi kualitas


21

dan kuantitas perolehan pembelajaran peserta didik adalah sebagai berikut:

iii. Minat peserta didik

Minat yang besar terhadap seuatu terutama dalam belajar akan

mengakibatkanproses lebih mudah dilakukan.

iv. Motivasi peserta didik


Motivasi merupakan dorongan agar anak mau melakukan sesuatu.

Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak maupun dari luar lingkungan.

Motivasi sangat diperlukan dalam kegiatan/proses belajar. Jika seseorang

tidak memiliki motivasi dalam belajar, maka tidak akan mungkin

melaksanakan kegiatan belajar dengan baik. Oleh karena itu, motivasi

diperlukan dalam menentukan kegiatan belajar yang intens bagi para anak

didik.

Motivation is the crucial force which determines whether a learner


embarks on a task at all, how much energy he devotes to it, and
how long he perseveres. It is a complex phenomenon and includes
many components. The individuals drive, need for achievement and
success, curiosity, desire for stimulation and new experience, and so
on.(William T. Littlewood, 1984)

Motivasi adalah kekuatan penting yang menentukan apakah

seorang pembelajar memulai tugas sama sekali, berapa banyak energi yang

ia curahkan untuk itu, dan berapa lama dia bertahan. Ini adalah fenomena

yang kompleks dan mencakup banyak komponen. Individu mendorong,

kebutuhan untuk pencapaian dan kesuksesan, rasa ingin tahu, keinginan

untuk stimulasi dan pengalaman baru, dan seterusnya.

v. Intelegensi peserta didik


William mengemukakan bahwa “intelegensi adalah kesanggupan

untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru dengan menggunakan alat

berfikir yang sesuai dengan tujuan”.

vi. Bakat peserta didik


22

Bakat merupakan salah satu kemampuan manusia untuk melakukan

suatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada.

vii. Sikap peserta didik

Sikap peserta didik dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan

senang atau tidak senang pada performs guru, pelajaran, atau lingkungan

sekitar. Oleh karena itu sebagai seorang guru yang baik agar senantiasa

berusaha memberikan yang terbaik bagi peserta didiknya, berusaha

menyajikan materi pelajaran dengan baik dan menarik, serta selalu

meyakinkan peserta didik bahwa pelajaran tersebut sangat bermanfaat bagi

dirinya. Hal tersebut dapat membuat peserta didik senantiasa mengikuti

pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan sehingga prestasi

belajarnya pun dapat meningkat.

Apabila dari beberapa aspek tersebut di atas dimiliki oleh peserta

didik dan dapat dikembangkannya, maka tingkat prestasi belajar peserta

didik akan meningkat.

• Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar yang sifatnya di luar dari peserta didik. Muhibbin Syah mengatakan

bahwa, faktor eksternal prestasi belajar adalah sebagai berikut:(Syah, 2004)

i. Keluarga

Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak.

Pendidikan orang tua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan orang tua

dengan saudara, bimbingan orang tua, sangat mempengaruhi prestasi belajar

anak.
23

ii. Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sangat penting

dalam menentukan keberhasilan belajar bagi peserta didik, karena itu

lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong minat peserta didik untuk

belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran,

hubungan guru dengan peserta didik dan sebaliknya, alat-alat pelajaran dan

kurikulum serta sarana dan prasarana. Sekolah mempunyai peran yang

sangat penting dalam pendidikan. Sekolah memerlukan berbagai fasilitas

untuk menunjang proses belajar mengajar, salah satunya adalah

perpustakaan sekolah.

iii. Masyarakat

Disamping keluarga dan sekolah, lingkungan masyarakat juga

merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar

peserta didik dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan

masyarakat sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak

sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banya bergaul dengan

lingkungan dimana anak itu berada.

Apabila masyarakat sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan

dan moral yang baik, tentu anak-anak yang lain juga akan ikut termotivasi

untuk melakukan hal yang sama, akan tetapi apabila masyarakat sekitar

tidak berpendidikan dan merupakan kumpulan anak-anak nakal maka anak

pun dapat berpengaruh pula.

Lingkungan yang sangat mempengaruhi kegiatan belajar adalah

orang tua dan keluarga-keluarga peserta didik itu sendiri, sifat-sifat orang

tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan letak demograsi


24

keluarga (letak rumah) semua akan memberikan dampak baik atau buruk

terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai peserta didik.

• Faktor Pendekatan Belajar

Selain faktor internal dan eksternal, faktor pendekatan belajar

juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran.

Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajaran

deep misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi

belajar yang bermutu dari pada siswa yang menggunakan pendekatan

belajar surface atau reproduktif pernyataan ini menggambarkan bahwa

semakin tinggi kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, maka

semakin tinggi pula hasil belajar siswa.

Ngalim Purwanto dalam Buku Psikologi Pendidikan

mengatakan bahwa: Faktor guru dan cara mengajarnya merupakan

faktor yang paling penting,bagaimana sikap dan kepribadian guru,

tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan bagaimana

cara guru itu mengajarkan pengetahuan kepada anak-anak didiknya,

turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak.

• Pengaruh Rohis terhadap Prestasi Belajar

Untuk mendapatkan prestasi belajar yang bagus siswa harus mempunyai

wawasan yang luas. Salah satu cara untuk mendapatkan wawasan yang luas bagi

siswa adalah dengan cara mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan di sekolah.

Salah satu kegiatan yang diadakan disekolah adalah kegiatan rohis. Kegiatan

rohis yang diadakan di sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi

belajar siswa. Sebagaimana yang dikatakan oleh Syamsu Yusuf LN bahwa rohis

adalah suatu kegiatan bimbingan, arahan yang dilakukan oleh guru Pendidikan
25

Agama Islam dalam rangka menambah wawasan pengetahuan agama siswa, untuk

mencapai tujuan pendidikan, meningkatkan mutu pengetahuan, keterampilan, nilai

dan sikap, memperluas cara berpikir siswa, yang kesemuanya itu dapat

berpengaruh pada prestasi belajarnya.

Siswa yang aktif dalam kegiatan rohis akan senantiasa mempunyai

pengetahuan dan wawasan yang luas. Siswa yang mempunyai wawasan yang luas

bisa menjawab pertanyaan apapun yang diajukan kepada mereka, karena dengan

begitu akan membuat cara berpikirnya semakin luas. Dengan wawasan dan

penggetahuan luas yang dimilikinya itu, maka akan berpengaruh kepada prestasi

mereka di sekolah.

Kegiatan kerohanian Islam yang dilaksanakan di luar jam pelajaran ini

bertujuan untuk menambah wawasan siswa tentang keislaman sekaligus

membentuk generasi yang berakhlaqul karimah serta dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

sebagai penunjang dari tujuan dari Pendidikan formal itu sendiri. Dalam

pelaksanaannya siswa diberikan materi yang ada kaitannya dengan materi yang

dibahas dalam kelas dan akan dibimbing langsung guru Pendidikan Agama

Islam. Adapun materi yang disampaikan dalam kegiatan kerohanian Islam

ini adalah sebagai berikut:

1. Memahami macam-macam sholat sunnah.

2. Menghindari sifat Hasad, Suudzan, Khianat dan Jubun.

3. Keadaan Masyarakat Mekkah sebelum dan sesudah datangnya Islam.

Jadi jelaslah di sini bahwa kegiatan ROHIS yang diikuti oleh siswa akan

sangat berpengaruh kepada prestasi belajarnya di sekolah. Semakin banyak siswa

mengikuti kegiatan ROHIS maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa
26

tersebut.

B. Penelitian Relevan

Penelitian tentang kegiatan kerohanian Islam (ROHIS) sudah ada yang

meneliti,

1. Rubiana (2005) meneliti tentang minat siswa mengikuti kegiatan Rohani Islam

(ROHIS) di Madrasah Tsanawiyah Al Huda, Kecamatan Tampan Pekanbaru.

Adapun hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa minat siswa MTs Al-Huda

adalah tinggi.

2. Subaiah (2002) meneliti tentang meninggkatkan prestasi belajar pendidikan

Agama Islam melalui Kegiatan Kerohanin Islam Sekolah Menengah Atas

Negeri 9 Pekanbaru. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa prestasi

siswa SMA Negeri 9 Pekanbaru sangat tinggi.

3. Atika Imania( 2012), meneliti tentang “Pengaruh Keaktifan Berorganisasi

Kerohanian Islam (Rohis) Terhadap Kemandirian Belajar siswa di Sekolah

Menengah Atas Negeri 2 Salatiga”.

4. Fitria, mahasiswa (2015), meneliti tentang “Pengaruh Model Pembelajaran

Quantum Teaching Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam di Kelas VIII SMP Negeri 2 Baranti Kabupaten

SIDRAP”

Berdasarkan hasil penelitian penulis tentang penelitian yang terdahulu maka

memiliki perbedaan dan persamaan dengan penelitian ini. Persamaannya yaitu sama-

sama meneliti tentang ROHIS sedangkan perbedaanya adalah penelitian terdahulu

meneliti tentang minat dan meninggkatkan prestasi sedangkan penelitian yang sekarang

meneliti tentang pengaruh keaktifan mengikuti kegiatan kerohaian Islam (ROHIS)


27

terhadap prestasi belajar siswa di MAN 1 Kerinci.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir ini bertujuan sebagai landasan sistematika dalam berfikir dan

menguraikan masalah-masalah yang dibahas dalam proposal skripsi ini. Gambaran ini

mengenai tentang pengaruh keaktifan mengikuti kegiatan kerohaian Islam (ROHIS)

terhadap prestasi belajar siswa di MAN 1 Kerinci.

Untuk memudahkan penelitian ini, penulis membuat kerangka pikir sebagai


berikut:
Man 1 KERINCI

Kegiatan Kerohanian
Islam

Peserta Didik

Prestasi Belajar
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis dan pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan metode penelitian

lapangan (field research). Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang lebih menekankan

pada aspek pengukuran secara objektif kepada fenomena sosial, tidak mementingkan

kedalaman data, yang dapat merekam data sebanyak-banyaknya dari populasi yang

luas.(Masyhuri dan Zinuddin, 2009)

Untuk memperoleh data, fakta, dan informasi yang akan menggambarkan dan

menjelaskan tentang keaktifan mengikuti ekstrakulikuler Rohani Islam terhadap prestasi

belajar siswa, maka penulis menggunakan metode pendekatan kuantitatif dan analisis

statistik deskriptif dan inferensial yaitu menggunakan teknik analisis korelasi product

moment yang kemudian di analisis dengan analisis regresi sederhana untuk menguji

hipotesis.

Pendekatan korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antar

variabel yang ditentukan. Dengan demikian, pendekatan penelitian ini digunakan untuk

mengetahui adakah pengaruh keaktifan mengikuti ekstrakurikuler Rohis terhadap

prestasi belajar siswa di MAN 1 Kerinci.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan di MAN 1 KERINCI, Kecamatan Sitinjau

28
29

Laut Kabupaten Kerinci.. Penentuan lokasi tersebut atas pertimbangan bahwa sekolah

atau lokasi tersebut merupakan sekolah asal dari calon peneliti, sehingga

memudahkan untuk berkomunikasi dengan guru dan memudahkan memperoleh data

yang dibutuhkan dalam penelitian.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini rencananya akan dilakukan dari bulan ………., sampai

bulan……….

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Suatu kegiatan penelitian dibutuhkan adanya batas-batas lokasi penelitian atau

objek yang akan menjadi populasinya. Apabila sudah diketahui populasi yang akan

diteliti maka sudah dapat diduga bahwa keberadaan populasi tersebut dari segi kualitas

maupun kuantitasnya memungkinkan untuk diteliti.

Populasi merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitan yang dapat

berupa manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan

sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian(Burhan

Bungin, 2008). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; objek/ subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.(Sugiyono, 2002)

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain.

Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi

meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek itu.

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik yang
30

tergabung dalam kegiatan Rohis di MAN 1 Kerinci

2. Sampel
Sampel sering didefinisikan sebagai bagian dari populasi.(Nurul Zuriah, 2006).

Dengan artian bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk

menentukan sampel ialah simple random sampling yang merupakan teknik

pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota

yang ada dalam populasi untuk dijadikan sampel (Syofian Siregar, 2015).

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah dari peserta didik yang

tergabung dalam kegiatan Rohis.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Angket

Angket ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang keaktifan siswa dalam

mengikuti Rohis yaitu dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara tertulis kepada

responden (peserta didik) yang disusun berdasarkan indiator yang digunakan dalam

penelitian ini.

2. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mengetahui hasil ujian responden, juga data- data

lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Salah satu data yang ingin diambil calon

peneliti adalah data tentang prestasi belajar peserta didik yang merupakan variable

penelitian. Adapun prestasi belajar yang dimaksud adalah nilai raport peserta didik yang

aktif dalam kegiatan Rohis.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data merupakan karakteristik atau atribut yang bervariasi

yang melekat pada unit amatan yang berbeda untuk diukur. Adapun menurut F.N.
31

Kerlinger menyatakan bahwa variabel sebagai sebuah konsep seperti halnya laki-laki

dalam konsep jenis kelamin, insaf dalam konsep kesadaran. Macam- macam variabel

dalam penelitian dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

1) Variabel independen, variabel ini sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent.

Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai variabel bebas yang merupakan variabel

yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen. Variabel X: Ekstrakurikuler Rohis (Independen) dengan indikator

sebagai berikut:

a) Tingkat kehadiran dalam pertemuan

b) Tanggungjawab terhadap tugas yang dipegangdalam organisasi

c) Pemberian saran, usulan, masukan, kritik, dan pendapat bagi kemajuan

organisasi

d) Kesediaan anggota untuk berkorban

e) Ikut andil dalam acara atau event tertentu dalam organisasi

f) Motivasi anggota.

2) Variabel dependen, variabel ini sebagai variabel output, kriteria, dan konsekuen.

Dalam bahasa Indonesia sebagai variabel terikat yang merupakan variabel yang

dipengaruhi atau sebagai akibat karena adanya variabel bebas. Variabel Y: Prestasi

Belajar (Dependen) dengan indikator nilai rapor siswa.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis

statistik deskriptif dan inferensial.

1. Statistik Deskriptif

Analisis data dengan menggunakan statistik deskriptif, dilakukan dengan


32

mendeskripsikan semua data dari semua variabel yakni variabel keaktifan

mengikuti kegiatan Rohis (X) dan variabel prestasi belajar Siawa (Y) untuk

menjawab rumusan masalah pertama dan kedua dalam bentuk persentase, distribusi

frekuensi, histogram, grafik, mean, modus, median, dan standar deviasi dengan

menggunakan aplikasi IMB Statistik SPSS 21.

2. Statistik Inferensial

Statistik inferensial merupakan teknik analisis data statistik yang digunakan

untuk mendapatkan sebuah kesimpulan secara logis atas data yang ada dalam

penelitian ini, maka perlu diuji melalui uji hipotesis. Analisis statistik inferensial

digunakan untuk mengetahui korelasi dari pengaruh keaktifan mengikuti kegiatan

Rohis terhadap prestasi belajar siswa di MAN 1 Kerinci, dengan menggunakan

rumus korelasi product moment. Adapun rumus regresi linear sederhana digunakan

untuk mengetahui apakah variabel X berpengaruh positif atau negatif terhadap

variabel Y.

Rumus korelasi Product Moment


n∑XY−(∑X)(∑Y)
rxy =
√[n∑X2−(∑X) 2][n∑Y2−(∑Y) 2]

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi variabel X

dengan Yn = Number of case

∑XY = Jumlah hasil perkalian Antara skor X dan skor Y

∑X = Jumlah seluruh skor X

∑Y = Jumlah seluruh skor Y(Sugiyono, 2010)

Rumus Regresi linear sederhana:


33

𝑌 = 𝑎 + 𝑏. 𝑋
Keterangan:
Y : Variabel terikat
X : Variabel bebas
a dan b : Konstanta(Syofian Siregar, 2015)

G. Teknik Keabsahan Data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Dalam statistik

deskriptif juga dapat dilakukan mencari kuat hubungan antara variabel melalui

analisis korelasi, melakukan prediksi dengan analisis regresi dan membuat

perbandingan dengan membandingkan rata-rata sampel atau populasi.

1) Membuat tabel distribusi frekuensi

Analisis data dapat diawali dengan penyajian distribusi data melalui tabel

frekuensi. Dalam hal ini data yang diperoleh di lapangan setelah dikoding dan

diskoring selanjutnya ditabulasikan. Sampai di sini data tersebut masih termasuk

data mentah. Untuk memudahkan membaca, menganalisis dan memaknai data

tersebut, dibutuhkan penyajian data melalui tabel frekuensi.

Teknik untuk membuat tabel frekuensi adalah dengan terlebih dahulu

mengetahui tiga hal, yaitu:

a) Jarak dengan rumus: Nilai maksimum - nilai minimum

b) Untuk menghitung banyaknya kelas pada umumnya

mengoperasionalisasikan Rumus Sturges, dengan rumus:

K  1 3,3log n
34

Dimana:

n = Jumlah data

K = Interval Kelas

jarak
c) Besar interval dengan rumus

banyaknnyakelas
2) Mencari rata-rata (mean)

Mean atau rata-rata hitung dapat dihitung dengan dua pendekatan yaitu rata-

rata hitung dari data yang belum dikelompokkan dalam distribusi frekuensi dan

rata-rata hitung dari data yang telah dikelompokkan dalam distribusi frekuensi.

Jika data telah dikelompokkan dalam bentuk distribusi frekuensi dapat

digunakan rumus:(Tulus Winarsunu, 2002)

ZfN
X=
N

Menghitung varian dan standar deviasi

Varian merupakan indeks ukuran variabilitas yang melibatkan seluruh skor

dalam kelompok sehingga tidak hanya dipengaruhi oleh kedua skor yang berada

di ujung penyebaran (terbesar dan terkecil). Rumus untuk menentukan varian

yaitu:

Untuk menentukan standar deviasi adalah akar dari varian, yaitu :

a. Analisis Inferensial

Statistik inferensial sering juga disebut statistik induktif atau

adalah teknik statistik yang digunakan menganalisis data sampel dan


35

hasilnya diberlakukan untuk populasi.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui distribusi data

yang digunakan dalam penelitian. Suatu data dikatakan

berdistribusi normal, jika nilai Asymp.Sig lebih besar dari 0,05,

dan jika nilai Asymp.Sig lebih kecil dari 0,05 maka data

dikatakan tidak berdistribusi normal. Untuk mempermudah

perhitungan, penulis menggunakan bantuan software SPSS 16.0.

b) Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui linearitas data

yaitu apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau

tidak. Suatu data dikatakan linear apabila nilai signifikansi lebih

>0,05, maka dikatakan terdapat hubungan linear antara variabel

X dan Y. Akan tetapi, apabila nilai signifikansi <0,05, maka

dikatakan tidak terdapat hubungan linear antara variabel X dan

Y. Untuk mempermudah Untuk mempermudah perhitungan,

penulis menggunakan bantuan software SPSS 16.0


DAFTAR PUSTAKA

Burhan Bungin. (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif (Cet III). Fajar Interpratama.

Departemen Agama RI. (2015). Al-Qur’an dan terjemahannya. Diponegoro, CV. Penerbit.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Besar Bahasa Indonesia (P. G. P. Utama (ed.)).

Fatkhan. (2020). fatkhan.web.id/pengertian-keaktifan-belajar. Diakses Pada Tanggal 28

Januari 2020.

James I. Winkel. (1982). Pengajaran Berhasil. Penerjemah Simanjuntak. UI Pers.

Kompri. (2017). Belajar Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Media Akademi.

M. Dalyono. (2007). Psikologi Pendidikan (Cet IV). Reneka Cipta.

Martinis yamin. (2007). Kiat Membelajarkan siswa. R, Persada Press dan center for learning

Innovation.

Masyhuri dan Zinuddin. (2009). Metodologi Penelitian:Pendekatan Praktis dan Aplikatif.

Refika Aditama.

Nana Sudjana. (2010). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya.

Nugroho Wibowo. (2016). No Title. Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui

Pembelajaran Berdasarkan Gaya Belajar Di SMK N 1 Saptosari, Vol 1.No 1, 130.

Nurul Zuriah. (2006). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Cet I). PT Bumi

Aksarra.

Raka Joni. (1886). Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Aksara.

Reni Akbar H, S. (2013). Akaselerasi A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak

Berbakat Intelektual. PT Rasindo.

Soekidjo Notoatmodjo. (2006). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Reneka Cipta.

Sudjana, N. (2007). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2002). Statistika Untuk Penelitian (Cet IV). CV.Alvabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

36
37

R&D) (Cet XI). Alfabeta,.

Suharsismi Arikunto. (1988). Pengelolaan Kelas dan Siswa. CV. Rajawali.

Suryabrata, S. (1998). Psikologi Pendidikan (Cetak IX). PT. Raja Grafindo.

Suryobroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. PT. Renika Cipta.

suryosubroto. (2009). Proses belajar mengajar disekolah. Cipta Reneka, PT.

Syah, M. (2004). psikologi pendidikan dengan pendekatan terpadu. Scholar.Google.Co.Id.

https:/scholar.google.co.id/citations?user=BESdGL4AAAAJ&hl=id

Syaiful Bahri Djamarah. (2000). Guru dan Anak-anak Didik dalam Interaksi Edukatif.

Reneka Cipta.

Syofian Siregar. (2015). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif di Lengkapi dengan

Perbandingan Perhitungan Menual & SPSS Versi 17 (Cet V). Bumi Aksara.

Tulus Winarsunu. (2002). Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan,. UMM Press.

William T. Littlewood. (1984). Foreign and second language Learning. Cambridge

University Press.

Zakiah Darajat. (2011). Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai