Anda di halaman 1dari 69

YAYASAN LEMBAGA PENDIDIKANAGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


FAKULTAS AGAMA ISLAM

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI TOLERANSI


BERAGAMA TERHADAP AKHLAK PESERTA DIDIK KELAS IX
SMPN 3 MANDAU KABUPATEN BENGKALIS

PROPOSAL

Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Agama
Islam (FAI)Universitas Islam Riau (UIR) Pekanbaru Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH:
YANI ADRIANI
NPM: 162410074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
1441 H/ 2019 M
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Batasan Masalah..................................................................... 4

C. Rumusan Masalah .................................................................. 5

D. Tujuan Penulisan .................................................................... 5

E. Manfaat Penelitian .................................................................. 5

F. Sistematika Penulisan ............................................................. 6

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Konsep Teori .......................................................................... 8

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................. 8

2. Materi ................................................................................. 8

a. Pengertian Materi .......................................................... 8

b. Materi Toleransi Beragama diKelas IX SMPN 3 ..........

Mandau Kabupaten Bengkalis ..................................... 8

3. Toleransi Beragama .......................................................... 9

a. Pengertian Toleransi Beragama .................................... 9

b. Ayat-ayat al- Qur’an tentang Toleransi ......................... 13

c. Ruang Lingkup Toleransi .............................................. 20

d. Hal-hal yang diharamkan didalam Toleransi ................ 23

e. Tujuan Toleransi ............................................................ 30


f. Pendidikan Toleransi ..................................................... 31

4. Akhlak ................................................................................ 33

a. Pengertian akhlak .......................................................... 33

b. Sumber Akhlak .............................................................. 36

c. Ruang Lingkup Akhlak ................................................. 37

d. Wujud Perbuatan Akhlak .............................................. 42

e. Manfaat Akhlak Mulia................................................... 43

B. Penelitian Relevan .................................................................. 45

C. Konsep Operasional ............................................................... 49

D. Kerangka Berpikir .................................................................. 50

E. Hipotesis Penelitian ................................................................ 51

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian....................................................................... 52

B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 52

C. Subjek dan Objek Penelitian .................................................. 53

D. Populasi dan Sampel .............................................................. 53

E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 55

F. Teknik Pengolahan Data ......................................................... 58

G. Teknik Analisis Data.............................................................. 59

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada masa milenial ini kultur budaya asing seperti pragmatisme,

materialisme, sekularisme, hedonisme, kapitalisme, inklusivisme, pluralisme

serta multikulturalisme telah menghinopsis kehidupan bangsa-bangsa dunia

tak terkecuali bangsa Indonesia. Menghadapi gejolak ini maka peran

pendidikan dan keagamaan dipertanyakan, bahwa kerusakan moral, akhlak,

etika tersebut terjadi karena gagalnya dunia pendidikan dalam menyaring

budaya-budaya tersebut (Tambak, 2014: 9-10 ).

Manusia didalam hakekat konsep Islam merupakan makhluk yang Allah

SWT ciptakan, dengan berbagai potensi yang ia miliki untuk tumbuh dan

berkembang menuju kesempurnaan. Pendidikan Islam yang dibentuk harus

memiliki kesatuan qolbiah dan aqliah demi bisa membentuk manusia yang

berintelektual dan berakhlak (Syarif, 2017: 135-147).

Didalam Islam faktor yang sangat penting yaitu kepribadian, dapat dilihat

bahwa tujuan pendidikan Islam fokus membentuk kepribadian. Pada zaman

seperti saat ini, setiap peserta didik diajarkan Pendidikan Agama Islam

namun didalam diri mereka pembentukan kepribadian Islam itu sendiri belum

terbentuk (Hamzah, 2017: 75-95). Sehingga akhlak menjadi hal yang penting

untuk membentuk kepribadian yang baik didalam diri peserta didik.

Akhlak merupakan hal yang sangat penting bagi setiap diri individu

peserta didik, hal ini mendorong pendidik untuk berdedikasi dalam

1
2

meningkatkan pendidikan toleransi beragama didalam beberapa mata

pelajaran yang memiliki keterkaitan dengan pendidikan toleransi beragama

tersebut. Perikehidupan masyarakat yang efektif salah satunya dapat dilihat

dari prinsip-prinsip toleransi yang fungsinya harus bisa mengatur kehidupan

dimasyarakat (Bahari, 2010: 1). Dilihat dari sudut pandang Ahmad Wahib

dalam (Ischaq, 2017) toleransi memiliki manfaat yaitu mampu mengatasi

perpecahan, menguatkan rasa persaudaraan antar umat manusia, menambah

kekuatan iman dan akhlak dalam umat beragama, menambah kekuatan

nasionalisme didalam bermasyarakat, mencapai kesepakatan bermufakat dan

bermusyawarah, membunuh perasaan egoistis (merasa benar) dalam

berargumen serta beropini, mampu mempererat kesatuan kultur dan agama,

mempermudah merekonstruksi negara di Indonesia menjadi lebih maju, dan

juga memakmurkan masyarakat Indonesia dengan bentuk berpikir dan

berperilaku yang intelektual dengan kata lain terdidik dalam beragama. Dari

pernyataan diatas dapat dilihat bahwa akhlak adalah sesuatu yang penting

didalam toleransi beragama.

Islam mengajarkan bahwa yang menjadi dasar-dasar akhlak yaitu al-Qur-

an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

ukuran yang menjadi baik dan buruknya akhlak sumbernya adalah al-Qur’an

dan Sunnah tersebut (Fadillah, 2018). Oleh sebab itu pentingnya akhlak juga

dibahas Allah salah satunya didalam al- Qur’an surah Shaad ayat 46:

َ ‫ص ٰن ُه ِْۚم بخَال‬
ِۚ‫صةِۚ ذ ْك َرى الدَّار‬ ْ َ‫انَّاِۚ ا َ ْخل‬
3

Artinya : Sungguh, Kami telah menyucikan mereka dengan

(menganugerahkan) akhlak yang tinggi kepadanya yaitu selalu mengingatkan

(manusia) kepada negeri akhirat (Dep.Agama RI).

Hal ini mendorong berbagai peneliti untuk meneliti mengenai akhlak,

terdapat beberapa penelitian seperti menurut Irwansyah Suwahyu yang

melakukan penelitian dengan tentang pengaruh penggunaan media sosial

terhadap akhlak dan prestasi belajar peserta didik di SMA UII Yogyakarta

ditemukan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan oleh para

peserta didik akan sangat mempengaruhi akhlak dan prestasi belajarnya ke

arah yang negatif (Suwahyu, 2017). Kemudian menurut Akhmad Riyadi yang

melakukan penelitian tentang pengaruh keteladanan akhlak orang tua

terhadap akhlak remaja usia 12- 15 tahun didesa Purwosari Sayung Demak

menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif keteladanan akhlak orang tua

terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak

(Riyadi, 2007). Sedangkan menurut Moh Saifudin yang melakukan penelitian

yang tentang pengaruh kepribadian guru PAI terhadap akhlak siswa kelas X

di SMA Al- Islam Krian dengan kesimpulan bahwa kepribadian guru PAI di

SMA Al- Islam Krian dapat meningkatkan akhlak siswa kelas X (Saifudin,

2012).

Dari berbagai solusi yang diberikan oleh peneliti terdahulu mengenai

akhlak peserta didik, bahwa sampai saat ini akhlak peserta didik masih

menjadi masalah dalam dunia pendidikan. Masalah akhlak di SMPN 3

Mandau, Kabupaten Bengkalis sepertinya perlu dibenahi baik didalam


4

sekolah maupun diluar lingkungan sekolah. Hal ini diketahui pendidik dalam

setiap pengamatan dan penilaian afektif peserta didik. Kurangnya rasa

bersosial dengan teman yang lain agama; jarang bertegur sapa dengan teman

lain terlebih orang non muslim, kurang rasa berbagi kepada teman non-

Muslim, dan kurangnya rasa simpati kepada orang non-Muslim, kurang bisa

menerima argumentasi teman yang lain. Sering terjadi diskriminasi kelompok

seperti; bergaul secara berkelompok agama yang berbeda. Sering mengolok-

olok ajaran agama lain selain Islam; seperti menghina Tuhan yang diyakini

teman non-Muslim dan sebagainya.

Sebab kurangnya akhlak peserta didik seperti gejala- gejala yang terlihat,

maka peneliti melihat hal yang berbeda dari berbagai solusi yang diberikan

oleh peneliti sebelumnya hal ini dilihat dari segi dibutuhkannya penanaman

dan pemberian pendidikan toleransi beragama oleh pendidik secara intensif

dan berkesinambungan dengan penerapan sehari-hari mata pelajaran terkait

yang akan ditransfer dari pendidik kepada peserta didik.

Berdasarkan gejala dan solusi tersebut, maka peneliti akan melakukan

penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Agama Islam Materi Toleransi

Beragama Terhadap Akhlak Peserta Didik Kelas IX SMPN 3 Mandau

Kabupaten Bengkalis.

B. Pembatasan Masalah

Agar lebih terarahnya penelitian ini, peneliti merasa perlu membatasi

masalah penelitian ini pada pengaruh toleransi beragama terhadap akhlak


5

peserta didik. Akhlak peserta didik yang dimaksudkan adalah akhlak terhadap

sesama manusia khususnya kepada peserta didik non-Muslim.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah

dalam penelitian ini pada:

Bagaimana pengaruh Pendidikan Agama Islam materi toleransi beragama

terhadap akhlak peserta didik kelas IX SMPN 3 Mandau Kabupaten

Bengkalis?

D. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh Pendidikan Agama Islam materi toleransi beragama terhadap

akhlak peserta didik kelas IX SMPN 3 Mandau Kabupaten Bengkalis.

E. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah sumber pengetahuan mengenai toleransi bergama dan

akhlak peserta didik.

b. Sumber informasi bagi penelitian sejenis pada masa yang akan datang.

c. Berkontribusi dalam bidang pendidikan, khususnya tentang pengaruh

toleransi beragama dan akhlak peserta didik.

2. Manfaat Praktis
6

a. Bagi pendidik, untuk menambah pengetahuan sebagai bahan untuk

menjalankan profesi sebagai calon pendidik kelak dan mampu

meningkatkan pendidikan toleransi beragama pada peserta didik serta

mampu menyelesaikan problematika yang berhubungan dengan akhlak

peserta didik.

b. Bagi peserta didik, agar mampu memperbaiki pendidikan toleransi

beragama dan akhlak pada setiap individu mereka agar memiliki

proteksi diri dalam menjalankan kehidupan di era globalisasi ini.

c. Bagi sekolah, sebagai bahan evaluasi untuk lebih meningkatkan

kualitas mengajar pendidik terutama dibidang pendidikan toleransi

beragama dan pendidikan akhlak sebagai peran dan kewajiban yang

harus diemban.

d. Bagi masyarakat, sebagai bahan untuk membantu dalam pelaksanaan

peningkatan pendidikan toleransi beragama dan akhlak untuk

membentuk peserta didik.

e. Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan dan evaluasi terhadap

pelaksanaan sistem pendidikan khususnya pendidikan toleransi

beragama dan pendidikan akhlak agar apa yang menjadi tujuannya

tercapai.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penyusunan dan memberikan gambaran yang jelas

tentang penulisan dalam penelitian ini, maka dapat dilihat sistematika

penulisan sebagai berikut :


7

BAB I : PENDAHULUAN ; Terdiri dari latar belakang masalah,

pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI ; Terdiri dari konsep teori, penelitian

relevan konsep operasional, kerangka konseptual dan hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN ; Terdiri dari jenis penelitian,

tempat dan waktu, subjek dan objek penelitian, populasi dan

sampel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik

pengolahan data, dan teknik analisis data.

BAB IV : PENYAJIAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

DATA ; Terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian,

pengaruh toleransi terhadap akhlak peserta didik, dan analisis

data.

BAB V : KESIMPULAN ; Terdiri dari kesimpulan dan saran.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN- LAMPIRAN
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Teori

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam merupakan upaya sadar serta terencana

dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

mengimani, bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam

dari sumber utama yaitu al-Qur’an dan hadis, melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman (Ramayulis, 2010: 21 ).

2. Materi

a. Pengertian Materi

Materi yang dimaksud adalah materi pelajaran. Materi pelajaran

adalah bahan ajar yang disusun dalam pokok pembahasan dan sub-sub

pokok pembahasan, yang mengandung ide-ide pokok sesuai dengan

kompetensi dan tujuan pembelajaran (Ramayulis, 2010: 149).

b. Materi Toleransi Beragama Kelas IX

Berdasarkan materi “Damaikan Negeri dengan Toleransi” yang

diajarkan oleh pendidik kepeserta didik pada buku Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti SMP/MTs Kelas IX Kurikulum 2013

(Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015: 172).

Dalam kehidupan sehari-hari toleransi dapat diwujudkan dengan

sikap-sikap sebagai berikut:

1) Bergaul dengan semua teman tanpa membedakan agamanya.

8
9

2) Menghargai dan menghormati perayaan hari besar keagamaan umat

lain.

3) Tidak menghina dan menjelek-jelekkan ajaran agama lain.

4) Memberikan kesempatan kepada teman nonmuslim untuk

berdoa sesuai agamanya masing-masing.

5) Memberikan kesempatan untuk melaksana-kan ibadah bagi

nonmuslim.

6) Memberikan rasa aman kepada umat lain yang sedang

beribadah.

7) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

8) Mengadakan silaturahmi dengan tetangga yang berbeda agama.

9) Menolong tetangga beda agama yang sedang kesusahan.

3. Toleransi Beragama

a. Pengertian Toleransi Beragama

Didalam bahasa Arab toleransi mengutip dari religius Munawir

yaitu tasāmuḥ yang berasal dari kata samaḥa, tasāmaḥa bermakna

memudahkan, berperilaku lemah lembut yang dimanifestasikan

bersedia menerima bermacam-macam pandangan serta pendirian,

meski tidak sepaham dengannya (Bakar, 2006). Toleransi menurut

bahasa Inggris berasal dari kata tolerance yang bermakna sabar,

lapang dada, serta bisa menerima berarti juga membiarkan, mengakui

serta menghormati apa yang diyakini oleh orang lain tanpa perlu

disetujui. Toleransi berasal dari bahasa Latin Tolerare bermakna


10

menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat,

berhati lapang serta tenggang rasa kepada orang yang berlainan

pandangan, keyakinan, dan agama lain (Gularnic, 1959: 799).

Didalam kehidupan sehari-hari, selain kata toleransi juga digunakan

kata tolerer. Kata ini berasal dari bahasa Belanda berarti

membolehkan, membiarkan, serta pengertian membolehkan atau

membiarkan yang pada prinsipnya tidak perlu terjadi.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, toleransi

bermakna yaitu sikap atau sifat menenggang (menghargai,

membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan,

kepercayaan, kebiasaan kelakuan) selain dirinya meski bertentangan

dengan pendiriannya (Kebudayaan, 2005: 1204). Didalam deklarasi

Prinsip-prinsip Toleransi UNESCO mengemukakan bahwa toleransi

merupakan sikap homat, menerima, menghargai berbagai ragam

kebudayaan didunia, dengan mengungkapkan ekspresi diri serta

bagaimana cara menjadi manusia yang sebenarnya.

Toleransi bermakna memiliki rasa sabar, berlapang dada, serta

memperlihatkan sifat sabar itu sendiri (Shadily, 1984: 595). Toleransi

adalah elemen paling dasar yang harus dimiliki untuk memunculkan

sikap saling memahami serta menghargai segala perbedaan, serta

menjadi poin masuk agar terbentuknya keadaan dialog serta

kerukunan umat beragama didalam elemen masyarakat. Supaya tidak

terjadi konflik umat beragama, toleransi harus menjadi kesadaran


11

kolektif berbagai elemen masyarakat baik anak kecil, anak remaja,

orang dewasa, maupun orang tua, dari mahasiswa, pegawai, birokrat,

bahkan peserta didik yang masih mengenyam bangku sekolah

(Qowaid, 2013: 73-74).

Sedangkan “beragama” berasal dari kata “agama”. Dalam analisis

filsafat agama atau perbandingan agama mengemukakan bahwa kata

“agama” berasal dari bahasa Sansekerta. Kata “agama” bermakna

kepercayaan kepada Tuhan, dengan ajaran kebaktian serta kewajiban-

kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan itu. Kata “agama”

kemudian diberi imbuhan “ber” seterusnya menjadi “beragama”. Kata

ini bermakna: memuja, beribadah ataupun memeluk agama (Wijaya,

2009: 12).

Jadi Toleransi beragama memiliki arti kesabaran akan saling

menghormati antarumat beragama, dengan disertai sikap berlapang

dada kepada sesama manusia didalam beragama yang menimbulkan

keadaan damai serta kebersamaan, dengan batasan-batasan yang

sesuai dengan akidah serta kepercayaan masing-masing

(Fachrian,2018: 12 ).

Didalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, toleransi beragama

merupakan sikap bersedia menerima keanekaragaman serta kebebasan

beragama yang dianut dan kepercayaan yang diyakini oleh pihak

maupun golongan lain (Penyusun, 1996: 384).


12

Dari banyak penjabaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa

toleransi beragama adalah sikap saling menghormati diantara berbagai

pemeluk beragama maupun antar satu pemeluk namun berbeda

pandangan tetapi tetap mementingkan kerukunan didalam kehidupan

bermasyarakat. Toleransi diwajibkan didalam agama demi

membentuk kehidupan bermasyarakat yang harmonis dan dinamis

oleh pemeluk agama-agama yang ada diIndonesia. Tetapi hal ini

hanya diperkenankan untuk masalah muamalah duniawi layaknya

perdagangan, tolong menolong kemaslahatan umum. Namun tidak

didalam masalah aqidah dan juga ibadah yang menyebabkan

pencampur adukkan keyakinan seperti seorang Muslim yang

melaksanakan ritual non-Muslim seperti Yahudi, Kristen, dan orang

musyrik baik didalam perkataan, perbuatan, serta aqidah. Maka

hukumnya adalah haram(Yaqub, 2008: 43).

Toleransi umat beragama ada sejak zaman Nabi Muhammad

dibuktikan didalam piagam Madinah. Guillaume mengungkapkan

bahwa piagam Madinah yang dibuat oleh Muhammad merupakan

sebuah dokumen yang menyatakan hidup berdampingan diantara

orang-orang Muhajirin, Anshar dan Yahudi dengan pernyataan bahwa

masing-masing harus saling menghargai agama mereka, saling

melindungi hak serta kepemilikan mereka dan juga mereka harus

berkewajiban mempertahankan Madinah secara bersama-sama

(A.Guillaume,1970: 231).
13

Indonesia adalah Negara berbangsa (nation state). Didalam

paradigma negara yang memiliki landasan utama, didalamnya

menjamin keamanan, persatuan, kesatuan bangsa serta kesatuan antar

umat beragama hal ini berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Pasal 29

ayat 2 diungkapkan bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

penduduk untuk memeluk agamanya sendiri-sendiri dan beribadah

menurut agama dan kepercayan masing-masing” hal ini berpijak

seluruh manusia memiliki hak dan kewajiban yang setara dihadapan

konstitusi Negara (Fachrian, 2018: 2-3).

b. Ayat-ayat al-Qur’an tentang Toleransi

Berikut merupakan kandungan ayat-ayat al-Qur’an mengenai

toleransi menurut (Fachrian, 2018: 51-83).

1) Batasan Toleransi Terhadap Keimanan dan Peribadatan QS.

Al-Kafirun 109: 1-6.

a) Ayat dan Arti QS. Al-Kafirun 109: 1-6


ٰٓ ‫َل ا َ ْنت ُ ْم ٰع ِبد ُْونَ َما‬ َ ٢( َ‫)َل اَ ْعبُد ُ َما تَ ْعبُد ُْو َۙن‬
ٰٓ َ ‫)و‬ ٰٓ َ ١( َ‫قُ ْل ٰيٰٓاَيُّ َها ْال ٰك ِف ُر ْو َۙن‬
)٥(ُ ‫َل ا َ ْنت ُ ْم ٰع ِبد ُْونَ َما ٰٓ ا َ ْعبُ ُۗد‬ َ ‫َل اَن َ۠ا‬
َ ٤(‫عا ِبد ٌ َّما َع َب ْدت ُّ َۙ ْم‬
ٰٓ َ ‫)و‬ ٰٓ َ ‫)و‬ ُۚ
َ ٣(ُ ‫ا َ ْعبُد‬

َ ‫لَ ُك ْم ِد ْينُ ُك ْم َو ِل‬


)٦(‫ي ِدي ِْن‬
Artinya: (1)Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang
kafir! (2)aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah, (3)dan kamu bukan penyembah apa yang aku
sembah, (4)dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa
yang kamu sembah, (5)dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah apa yang aku sembah (6)Untukmu
agamamu, dan untukku agamaku”(Dep. Agama RI).
14

b) Kandungan Surat Al-Kafirun 109: 1-6

Tema utama mengenai penolakan asal usul kaum musyrikin

untuk penyatuan ajaran agama dalam rangka mencapai

kompromi, sambil mengajak agar masing-masing melaksanakan

ajaran agama dan kepercayaan masing-masing tanpa saling

menggangu.

Pokok-pokok isinya; pernyataan bahwa Tuhan yang

disembah Nabi Muhammad Saw dan pengikut-pengikutnya

bukanlah apa yang disembah oleh orang-orang kafir, dan Nabi

Muhammad Saw tidak akan menyembah apa yang disembah

oleh orang-orang kafir.

Kandungan utamanya berisi sikap toleransi antar umat

beragama. Dari batasan yang tidak boleh dilanggar, al-Qur’an

sebagai sumber utama, dasar dan prinsip pendidikan Islam sudah

mengatur batasan-batasan dalam bertoleransi yang baik dan

benar. Intoleransi terjadi karena tidak konsistennya tiap individu

maupun golongan didalam memahami batasan dan tanggung

jawab bertoleransi, terutama berkenaan dengan akidah masing-

masing.

2) Tidak Ada Paksaan dalam Beragama QS. Al-Baqarah 2: 256.

a) Ayat dan Arti QS. Al-Baqarah 2: 256

‫ت‬ ُ ‫الطا‬
ِ ‫غ ْو‬ َّ ‫فَ َم ْن يَّ ْكفُ ْر ِب‬ ُۚ ِ ‫الر ْشد ُ ِمنَ ْالغَي‬ ُّ َ‫الدي ُۗ ِْن َق ْد ت َّ َبيَّن‬
ِ ‫َل اِ ْك َراهَ ِفى‬ ٰٓ َ
‫ام لَ َها ُۗ َو ه‬
ُ‫ّٰللا‬ َ ‫ص‬ َ ‫ا ْن ِف‬ ‫س َك بِ ْالعُ ْر َو ِة ْال ُوثْ ٰقى ََل‬ ‫َويُؤْ ِم ْۢ ْن بِ ه‬
َ ‫اّٰللِ فَقَ ِد ا ْست َ ْم‬
)٢٥٦(‫ع ِل ْي ٌم‬ َ ‫س ِم ْي ٌع‬َ
15

Artinya: (256)”Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama

(Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan

yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar

kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia

telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak

akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui”(Dep.

Agama RI).

b) Kandungan Surat Al-Baqarah 2: 256

Didalam kandungan surat al-Baqarah ada empat pokok

utama. Pertama, keimanan yang meliputi dakwah Islamiyah

yang dihadapkan kepada umat Islam, ahli kitab dan para

musyrikin. Kedua, mengenai hukum-hukum diantaranya,

perintah mengerjakan shalat, menunaikan zakat, hukum

berpuasa, hukum haji dan umrah, hukum qishash, dan hal-hal

yang halal dan haram, bernafkah dijalan Allah, hukum arak dan

judi, cara menyantuni anak yatim, larangan riba, utang piutang,

nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada orang tua

ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban

menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum

mengubah kitab-kitab Allah, hukum haidh, ‘iddah, thalak,

khulu’, ila’, dan hukum susuan, hukum melamar, mahar,

larangan mengawini wanita musyrik, dan sebaliknya, serta

hukum perang. Ketiga, kisah Nabi Muasa a.s dengan Bani Israil.
16

Keempat, pemaparan tentang sifat-sifat orang bertakwa, sifat-

sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-

perumpamaan, kiblat, kebangkitan sesudah mati.

Al-Baqarah ayat 256 memiliki kandungan toleransi

mengenai tidak diperkenankannya memaksa didalam

menanamkan nilai-nilai dan ajaran keagamaan. Pendidikan

Islam memiliki peran yang penting didalam menyebarkan nilai-

nilai ajaran-ajaran Islam, dengan tetap berpegang teguh kepada

hal-hal tersebut maka unsur pemaksaan didalam penanamannya

kepada para generasi penerus tidak akan terjadi. Toleransi juga

merupakan kerelaan yang lahir didalam hati tanpa adanya

paksaan dan intervensi dari pihak lain. Justru dengan cara yang

baik dan tidak adanya pemaksaan nilai-nilai dan ajaran-ajaran

antarumat beragama akan saling menghasilkan perdamaian

antarumat beragama.

3) Larangan Memaki Sesembahan Non-Muslim QS. Al-An’am 6:

108.

a) Ayat dan Arti QA. Al-An’am 6: 108

‫عد ًْو ْۢا بِ َغي ِْر ِع ْل ُۗم‬


َ ‫ّٰللا‬
َ ‫سبُّوا ه‬ ُ ‫سبُّوا الَّ ِذيْنَ يَ ْد‬
ِ ‫ع ْونَ ِم ْن د ُْو ِن ه‬
ُ َ‫ّٰللا فَي‬ ُ َ ‫َو ََل ت‬

‫َك ٰذ ِل َك زَ يَّنَّا ِل ُك ِل ا ُ َّمة َع َملَ ُه ْۖ ْم ث ُ َّم ا ِٰلى َر ِب ِه ْم َّم ْر ِجعُ ُه ْم فَيُن َِبئ ُ ُه ْم ِب َما‬

)١٠٨( َ‫َكانُ ْوا َي ْع َملُ ْون‬


17

Artinya: (108)” Dan janganlah kamu memaki sesembahan

yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan

memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar

pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat

menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan

tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada

mereka apa yang telah mereka kerjakan.”(Dep. Agama RI).

b) Kandungan Surat Al-An’am 6: 108

Surat al-An’am memiliki empat pokok kandungan. Yang

pertama, keimanan yang meliputi bukti-bukti keesaan Allah

serta kesempurnaan sifat-sifatNya, kebenaran kenaikan Nabi

Muhammad Saw, penyaksian Allah atas kenabian Ibrahim,

Ishaq, Yaqub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayub, Yusuf, Musa,

Harun, Zakariyya, Yahya, Isa, Ilyas, Ilyasa, Yunus dan Luth,

penegasan tentang adanya risalah dan wahyu serta hari

pembalasan dan hari kebangkitan, kepalsuan kepercayaan

orang-orang musyrik dan keingkaran mereka terhadap hari

kiamat. Kedua, larangan mengikuti adat istiadat yang dibuat-

buat oleh kaum Jahiliyah, makanan yang halal dan haram,

wasiat yang sepuluh dari al-Qur’an, tentang tauhid keadilan

dan hukum-hukum, larangan mencaci maki berhala orang-

orang musyrik karena mereka akan membalas dengan mencaci

maki Allah. Ketiga, kisah umat-umat yang menantang rasul-


18

rasul, kisah pengalaman Nabi Muhammad Saw dan para Nabi

pada umumnya, cerita Nabi Ibrahim a.s membimbing kaumnya

kepada tauhid. Keempat, pemaparan tentang sikap kepala batu

kaum musyrikin, cara seorang nabi memimpin umatnya,

bidang-bidang kerasulan dan tugas rasul-rasul, tantangan kaum

musyrikin untuk melemahkan rasul, kepercayaan orang-orang

musyrik kepada jin, syaitan dan malaikat, beberapa prinsip

keagamaan dan kemasyarakatan, nilai hidup duniawi.

4) Berlaku Adil dan Baik Terhadap Non-Muslim QS. Al-

Mumtahanah 60: 7-9.

a) Ayat dan Arti QS. Al-Mumtahanah 60: 7-9

ُ‫ّٰللا‬ َ َ‫ّٰللاُ أ َ ْن َي ْج َع َل َب ْينَ ُك ْم َو َبيْنَ الَّذِين‬


َّ ‫عادَ ْيت ُ ْم ِم ْن ُه ْم َم َودَّة ً َو‬ َّ ‫سى‬َ ‫ع‬
َ

‫ع ِن الَّذِينَ لَ ْم يُقَاتِلُو ُك ْم‬ َّ ‫) ََل َي ْن َها ُك ُم‬٧( ‫ور َر ِحي ٌم‬


َ ُ‫ّٰللا‬ ٌ ُ ‫غف‬
َ ُ‫ّٰللا‬ ٌ ‫قَد‬
َّ ‫ِير َو‬

ُ ‫ار ُك ْم أ َ ْن تَ َب ُّرو ُه ْم َوت ُ ْق ِس‬


‫طوا ِإلَ ْي ِه ْم‬ ِ ‫ِين َولَ ْم ي ُْخ ِر ُجو ُك ْم ِم ْن ِد َي‬
ِ ‫ِفي الد‬

‫ع ِن الَّذِينَ قَاتَلُو ُك ْم فِي‬ ِ ‫ّٰللاَ ي ُِحبُّ ْال ُم ْقس‬


َّ ‫) إِنَّ َما َي ْن َها ُك ُم‬٨( َ‫ِطين‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َّ ‫إِ َّن‬

‫اج ُك ْم أ َ ْن‬
ِ ‫علَى ِإ ْخ َر‬ ِ ‫ِين َوأ َ ْخ َر ُجو ُك ْم ِم ْن ِد َي‬
َ ‫ار ُك ْم َو‬
َ ‫ظاه َُروا‬ ِ ‫الد‬
َّ ‫ت َ َولَّ ْو ُه ْم َو َم ْن َيت َ َولَّ ُه ْم فَأُولَ ِئ َك ُه ُم‬
ِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِۚۚۚۚۚۚۚۚۚۚۚۚۚۚۚۚۚۚۚۚۚ)٩( َ‫الظا ِل ُمون‬

Artinya: (7) “Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih

sayang di antara kamu dengan orang-orang yang pernah kamu

musuhi di antara mereka. Allah Mahakuasa. Dan Allah Maha

Pengampun, Maha Penyayang. (8) Allah tidak melarang kamu


19

berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak

memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu

dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai

orang-orang yang berlaku adil. (9) Sesungguhnya Allah hanya

melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-

orang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan

mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu

(orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan

mereka sebagai kawan, mereka itulah orang-orang yang

zalim”(Dep. Agama RI).

b) Kandungan Surat Al-Mumtahanah 60: 7-9

Ada dua kandungan pokok didalam Qur’an surah al-

Mumtahanah. Pertama, hukum larangan mengadakan

hubungan persahabatan dengan orang-orang kafir yang

memusuhi Islam, sedang dengan orang-orang kafir yang tidak

memusuhi Islam boleh mengadakan persahabatan, hukum

perkawinan orang-orang yang pindah agama. Kedua, kisah

Nabi Ibrahim a.s bersama kaumnya sebagai contoh dan teladan

bagi orang-orang mukmin.

Toleransi yang terkandung yaitu perintah untuk tetap

menjalin hubungan, berbuat baik dan berbakti terhadap kedua

orang tua bahkan non-Muslim sekalipun, selama keduanya


20

tidak mengajak kepada kekufuran dan kemungkaran kepada

Allah.

c. Ruang Lingkup Toleransi

Didalam toleransi terdapat beberapa ruang lingkup, hal ini

berdasarkan ayat-ayat diatas seperti tanggung jawab terhadap

keyakinan dan perbuatan, kebebasan memilih dan menjalankan

keyakinan tanpa adanya paksaan, saling mnghargai dan menghormati

keyakinan, serta berlaku adil dan berbuat baik kepada sesama manusia

(Fachrian, 2018: 88-92) yaitu sebagai berikut:

1) Bertanggung Jawab terhadap Keyakinan dan Perbuatan.

Didalam al-Qur’an yang dijadikan sebagai sumber dasar utama

sudah mengatur batas-batas toleransi yang baik dan benar sesuai

syariat. Sehingga terjadinya intoleransi dikarenakan tidak stabilnya

tiap individu, golongan dan juga kelompok didalam memahami

batasan serta tanggung jawab dalam bertoleransi, terutama didalam

konteks aqidah masing-masing.

Didalam Qur’an Surah Al- Kafirun ayat terakhir yang berarti

“bagimu agamamu dan bagiku agamaku”, membuktikan bahwa

didalam masalah aqidah, perindividu memiliki tanggung jawab

terhadap apa yang diyakini maupun apa yang dikerjakan.

Perbedaan yang terjadi dijadikan sebuah rahmat bukan untuk saling

menjatuhkan, namun tidak mencampuradukkan nilai-nilai dan

ajaran masing-masing.
21

2) Kebebasan dalam Memilih dan Menjalankan Keyakinan

Tanpa Adanya Paksaan.

Didalam Qur’an Surah Yunus (10) ayat 99 dan Qur’an Surah

Al-Baqarah (2) ayat 256 berisi tentang kandungan toleransi, yaitu

mengenai larangan melakukan paksaan didalam menganut agama

ataupun kepercayaan. Allah memiliki hak prerogratif yaitu

berkehendak, berketetapan serta memberi hidayah maupun

petunjuk karena Allah adalah Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha

Berkehendak. Didalam sikap memaksa akan mengakibatkan

intoleransi diantara umat beragama. Namun jika toleransi yang

diberikan sesuai dengan nilai-nilai, serta ajaran Islam, maka akan

membuat perdamaian dimuka bumi karena ketakwaan beragama.

3) Saling Menghormati dan Menghargai Keyakinan.

Sering kali terjadi sikap mencaci dan memaki yang

menimbulkan perpecahan, yang hal ini diluar dari nilai-nilai ajaran

Islam. Maka didalam Qur’an Surah Al-An’am ayat 108, Allah

melarang mencaci maki dan mencela sesembahan orang non-Muslim

karena akan mengakibatkan keadaan saling hina serta perpecahan

antarumat beragama. Larangan ini adalah bentuk pendidikan didalam

bertoleransi yang diharapkan mampu dilaksanakan dan diterapkan

didalam jiwa manusia didalam berinteraksi sosial antarumat

beragama.
22

4) Berlaku Adil dan Berbuat Baik Antarsesama Manusia

Didalam Qur’an Surah Al-Ankabut ayat 46 diterangkan

bagaimana menghadapi perdebatan yang terjadi diantara umat

beragama. Hal ini agar terciptanya keadilan, bagi setiap umat

manusia, hal ini akan terjadi apabila terjadi interaksi sosial yang baik

tanpa mendiskriminasi ras, suku, budaya maupun agama.

Toleransi juga bertujuan untuk menciptakan iklim masyarakat

yang harmonis serta bermartabat, yang mengarah kepada keadaan

yang baik demi mementingkan sikap saling menghargai,

menghormati tanpa adanya kekerasan. Didalam Qur’an Surah Al-

Ankabut ayat 8 diungkapkan bagaimana sikap anak kepada orang

tua yang berbeda keyakinanm, namun tetap berbakti dan berbuat

baik kepada mereka, hal ini apabila mereka tidak mengajak kepada

kekufuran serta kemungkaran kepada Allah ta’ala.

Didalam Qur’an Surah Al-Mumtahanah ayat 7-9 disebutkan

bahwa Allah tidak melarang untuk berlaku adil dan baik kepada

non-Muslim, namun hal terpenting adalah keadilan dan kebaikan

tersebut hanya berlaku selama mereka tidak memerangi Allah atau

mengusir Muslim dari kampung halamannya.

d. Hal-hal yang diharamkan didalam Toleransi

Toleransi didalam permasalahan aqidah dan ibadah seperti

keikutsertaan seorang Muslim didalam ritual non-Muslim ada

perbedaan pendapat dari beberapa ulama. Namun karena kita


23

berpatokan kepada MUI, maka pada hari kamis 26 Rabi’ al-Awwal

1429 H, bertepatan dengan 3 April 2008 M. Maka Komisi Fatwa MUI

mengeluarkan fatwa bahwa haram mengikuti perayaan hari besar kaum

non-Muslim. Didalam kitab al-Muwafaqat, Imam al-Syatibi (790 H)

mengungkapkan bahwa prinsip ritual didalam beragama bertujuan

dalam menjaga agama (hifzh al-din) dari aspek keimanan,

mengucapkan syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji (al-Syatibi, 790

H: 8-9). Bahwa hal tersebut merupakan sikap menjaga agama maka hal

ini wajib, sedangkan merusaknya merupakan hal yang haram. Menjaga

agama juga dikatakan menjaga aqidah (hifzh al-aqidah. Berikut ini hal-

hal yang diharamkan didalam bertoleransi (Yaqub, 2008: 11-26), yaitu:

1) Tolong-menolong dalam Dosa

Allah berfirman didalam Qur’an Surah al-Maidah (5) ayat 2:

َ ‫ام َو ََل ْال َهد‬


‫ْي َو ََل‬ َ ‫ش ْه َر ْال َح َر‬
َّ ‫ّٰللا َو ََل ال‬ َ ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ََل ت ُ ِحلُّوا‬
ِ َّ ‫ش َعائِ َر‬

َ ‫ْت ْال َح َر‬


‫ام َي ْبتَغُونَ فَض ًَْل ِم ْن َر ِب ِه ْم َو ِرض َْوانًا ُۚ َو ِإذَا‬ َ ‫ْالقَ ََل ِئدَ َو ََل ِآمينَ ْال َبي‬

‫ع ِن ْال َمس ِْج ِد‬ َ ‫َآن قَ ْوم أ َ ْن‬


َ ‫صدُّو ُك ْم‬ ُ ‫شن‬ ْ ‫َحلَ ْلت ُ ْم فَا‬
َ ‫ص‬
َ ‫طاد ُوا ُۚ َو ََل َي ْج ِر َمنَّ ُك ْم‬

‫اْلثْ ِم‬ َ ‫علَى ْالبِ ِر َوالت َّ ْق َو ٰى ْۖ َو ََل تَعَ َاونُوا‬


ِ ْ ‫علَى‬ َ ‫ْال َح َر ِام أ َ ْن تَ ْعتَدُوا ۘ َوتَعَ َاونُوا‬

ِ ‫شدِيدُ ْال ِعقَا‬


)٢(‫ب‬ َّ ‫ّٰللاَ ْۖ ِإ َّن‬
َ َ‫ّٰللا‬ ِ ‫َو ْالعُد َْو‬
َّ ‫ان ُۚ َواتَّقُوا‬

Artinya: (2)"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu

melanggar syiar-syiar kesucian Allah, dan jangan (melanggar

kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu

(hewan-hewan kurban) dan qala'id (hewan-hewan kurban yang diberi


24

tanda), dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang

mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia dan keridaan

Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka

bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu

kaum karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam,

mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan

tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.

Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-

Nya"(Dep Agama RI).

Didalam pemahaman Imam Ibn Katsir, ia menjelaskan didalam

tafsirnya bahwa Allah memerintah kepada orang yang beriman untuk

tolong-menolong didalam kebaikan dan meninggalkan hal yang

berbau kemungkaran. Kebaikan tersebut berupa berbuat kebajikan,

serta tidak melakukan kemungkaran adalah takwa. Allah juga

melarang dalam berbuat kebatilan, dosa maupun hal-hal yang haram.

Oleh karenanya, keikutsertaan Muslim didalam merayakan acara

keagamaan non-Muslim, menjadi panitia pelaksanaannya,

mengucapkan selamat, memberikan kartu selamat, serta

menandatanganinya termasuk kedalam hal tolong-menolong didalam

kebatilan, dosa, dan sesuatu yang bersifat haram. Dan haram dalam

pandangan syariat.
25

2) Merusak Akidah

Didalam Qur’an Surah al-Maidah (5) ayat 3, Allah berfirman:

ِ َّ ‫ير َو َما أ ُ ِه َّل ِلغَي ِْر‬


)٣(‫ّٰللا‬ ِ ‫علَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةُ َوالدَّ ُم َولَ ْح ُم ْال ِخ ْن ِز‬ ْ ‫ُح ِر َم‬
َ ‫ت‬
Artinya: )3(",Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging

babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah...”(Dep.

Agama RI).

Imam al-Thabrani mengungkapkan bahwa maksud dari firman

Allah “(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah”

adalah daging hewan yang disembelih dengan menyebut nama selain

Allah.

Imam al-Quthubi juga berpendapat, ayat ini mengenai dengan

sembelihan orang-orang Majusi (menyembah api), menyembah

berhala, serta mu’aththil (penafi sifat-sifat Allah). Ini dikarenakan

penyembahan berhala seorang Majusi menyembelih untuk disembah,

mu’aththil menyembelih untuk dirinya sendiri. Para ulama sepakat

bahwa sembelihan Majusi untuk api dan berhala tidak boleh dimakan.

Imam Malik dan al-Syafi’i mengungkapkan bahwa sembelihan

mereka memang benar tidak boleh dimakan meski tidak

dipersembahkan untuk api dan juga berhala.

Imam Ibn Katsir menguatkan ungkapan Imam al-Thabari bahwa

daging hewan yang sembelih tanpa nama Allah, atau dengan nama

selain Allah adalah haram. Allah mewajibkan menyembelihan hewan

dengan nama-Nya Yang Maha Agung. Ibn Katsir, mengungkapkan


26

bahwa ketika berpaling dari hal itu, sehingga menyebut nama-nama

selain-Nya seperti patung, thaghut, (sembahan selain Allah), berhala,

serta ciptaanNya yang lain, maka sembelihan tersebut haram

berdasarkan Ijma’ para ulama.

Maka kita dapat memaklumi bahwa daging-daging hewan yang

disembelih untuk selain Allah hukumnya haram. Adapun indikator

keharaman hal ini merupakan kesyirikan karena diperuntukkan untuk

yang lain. Meskipun proses menyembelih diungkapkan para ulama

Madzhab Hanafi, dan lainnya termasuk ibadah.

Hal yang sama apabila kita mengucapkan Selamat Hari Raya Natal

termasuk hal yang diharamkan. Hal ini karena adanya indikasi

perusakan agama dan aqidah. Terdapat penyebaran simbol-simbol

kekufuran dan kebathilan.

3) Mencampuradukkan Hak dan Batil.

Didalam Qur’an Surah al-Baqarah 2 ayat 42, Allah berfirman,

)٤٢( َ‫اط ِل َوتَ ْكت ُ ُموا ْال َح َّق َوا َ ْنت ُ ْم تَ ْعلَ ُم ْون‬
ِ ‫سوا ْال َح َّق ِب ْال َب‬
ُ ‫َو ََل ت َ ْل ِب‬

Artinya: (42)“ Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran

dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran,

sedangkan kamu mengetahuinya.”(Dep. Agama RI).

Menurut Imam al-Thabrani ia menukil Imam Mujahid (murid Ibn

‘Abbas) mengenai maksud ayat tersebut, bahwasannya jangan

mencampuradukkan ajaran Yahudi, Kristen dengan ajaran Islam.


27

Begitu juga pendapat dari Ibn Katsir, hal ini karena agama disisi

Allah hanyalah Islam, sedangkan Yahudi dan Kristen adalah bid’ah

yang tidak bersumber dari Allah.

Jadi, dengan demikian menghadiri perayaan hari raya non-Muslim,

dan mengucapkan selamat hari termasuk kepada mencampuradukkan

antara yang hak dengan yang batil. Maka hukumnya haram.

4) Menghadiri Perayaan Agama Non-Muslim (Syahadah al-zur).

Didalam Qur’an Surah al-Furqan ayat 72, Allah berfirman:

)٧٢(‫الز ْو َۙ َر َواِذَا َم ُّر ْوا ِباللَّ ْغ ِو َم ُّر ْوا ِك َرا ًما‬


ُّ َ‫َوالَّ ِذيْنَ ََل يَ ْش َهد ُْون‬
Artinya: (72)“Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian

palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang

mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka

berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya,”(Dep. Agama RI)

Imam Ibn Katsir menukil dari Abu al-Aliyah, Thawus, Muhammad

bin Sirin, al-Dahhak, al-Rabi’ bin Anas dan para Tabi’in lainnya

maksud dari “persaksian palsu” (syahadah zur) adalah menghadiri

perayaan non-Muslim.

Dikemukakan juga oleh Abu Hayyan al-Andusi (745 H) bahwa

kata “la yasyhadun ” berarti mereka tidak menyaksikan, dan kata “zur”

bermakna syirik atau berhala atau kebohongan, atau alat untuk hiburan,

atau hari-hari besar umat Kristen.

Jadi tafsir dari zur adalah hari-hari besar non-Muslim, oleh

karenanya sesuai konteks ayat dalam surah al-Furqan bahwa salah satu
28

tanda penghuni surga adalah tidak menghadiri acara non-Muslim.

Karena menghadirinya merupakan salah satu tanda penghuni neraka.

Maka hukumnya adalah haram, karena sesuatu yang menyebabkan

masuk neraka hukumnya haram.

5) Membantu Kezaliman.

Nabi saw besabda didalam Hadis Sahih Muslim bin Hajjaj,

‫ص ذَ ِل َك‬ ِ ‫ َكانَ لَهُ ِمنَ األ َ ْج ِر ِمثْ ُل أ ُ ُج‬،‫عا ِإلَى ُهدًى‬


ُ ‫ َلَ يُ ْن ِق‬،ُ‫ور َم ْن تَ ِب َعه‬ َ َ‫َم ْن د‬
‫اْلثْ ِم ِمثْ ُل آث َ ِام‬
ِ َ‫علَ ْي ِه ِمن‬ َ َ‫ َكان‬،‫ضَلَلَة‬ َ ‫عا ِإلَى‬ َ َ‫ َو َم ْن د‬،‫ش ْيئًا‬
َ ‫ور ِه ْم‬ ِ ‫ِم ْن أ ُ ُج‬
‫ش ْيئًا‬ ِ َ ‫ص ذَ ِل َك ِم ْن آث‬
َ ‫ام ِه ْم‬ ُ ‫ َلَ يُ ْن ِق‬،ُ‫َم ْن ت َ ِب َعه‬
Artinya: “Siapa yang mengajak kepada kebenaran, maka baginya

ganjaran pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya tanpa

dikurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, siapa yang mengajak

kepada kesesatan, maka baginya ganjaran dosa sebanyak dosa orang

yang mengikutinya tanpa dikurangi dosa mereka sedikitpun” (Muslim

bin Hajjaj, Shahih Muslim, iv)

Kehadiran seorang Muslim dalam perayaan acara non-Muslim

serta semua hal yang disebutkan tadi merupakan aniaya. Dan tolong-

menolong didalam aniaya merupakan kezaliman. Hal ini berkaitan

apabila beribadah kepada selain Allah termasuk kepada kezaliman dan

kekufuran.

Maka, keikutsertaan seorang Muslim dalam merayakan perayaan

keagamaan non-Muslim dan semua hal yang berkaitan dengan hal itu

termasuk tolong-menolong serta bekerjasama didalam kezaliman, dan

tindakan tersebut adalah haram.


29

6) Berbuat Bahaya.

Nabi saw bersabda,

‫ع ْنهُ أ َ َّن‬
َ ُ‫ي هللا‬ ِ ‫س ْع ِد ب ِْن َما ِل ِك ب ِْن ِسنَان ْالـ ُخد ِْري ِ َر‬
َ ‫ض‬ َ ‫ع ْن أ َ ِبـ ْي‬
َ ‫س ِعيْد‬ َ

َ ‫ ََل‬: ‫سلَّ َم قَا َل‬


ِ ‫ض َر َر َو ََل‬
‫ض َرار‬ َ ُ‫صلَّـى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫س ْو َل هللا‬
ُ ‫َر‬

Artinya: “Tidak boleh ada bahaya (terhadap diri sendiri) dan

melakukan sesuatu yang berbahaya (terhadap orang lain)” (HR.

Malik, Ahmad, Ibn Majjah, al-Hakim, al-Baihaqi, dan al-Daruqhthni).

Hadis ini menerangkan larangan kemudharatan (dharar) serta

melakukan sesuatu yang menimbulkan kemudharatan (dhirar) dalam

Islam. Minawi menerangkan didalam kitab Faydh al-Qadir

berkomentar itab al-Jami’ al-Shagir karya Imam al-Suyuthi, bahwa la

dharar berarti seseorang tidak boleh membahayakan saudaranya

dengan mengambil sesuatu haknya. Sedangkan la dhirar adalah tidak

melakukan pembalasan terhadap siapa yang membahayakan dirinya,

namun ia memaafkannya. Jadi hal ini bermakna dhararadalah tindakan

memulai dalam merusak, sedangkan dhirar adalah tindakan kerusakan

membalas. Masing-masingnya berkeinginan melakukan kemudharatan

kepada sahabatnya tanpa terjadi permusuhan yang sepadan.

Jadi merusak aqidah dan agama adalah hal terlarang yang

diharamkan. Dalam hal ini, mengucapkan Selamat Hari Raya Natal,

dan hal-hal lain berhubungan dengan menghidupkan serta

mensosialisasikan simbol-simbol hari-hari raya tersebut


30

7) Mengakui Agama Non- Islam.

Tindakan menghadiri perayaan hari besar non-Muslim,

mengucapkannya, mengirim kartu ucapan dan menandatangani kartu

tersebut merupakan tindakan pembenaran terhadap agama non-

Muslim. Maka jelas hukumnya haram, karena menjerumuskan kepada

sesuatu yang diharamkan yaitu terhadap agama-agama mereka. Jadi

tindakan menjerumuskan kepada sesuatu yang diharamkan hukumnya

haram.

e. Tujuan Toleransi

Didalam toleransi sebelumnya sudah dibahas bagaimana ruang

lingkup toleransi, diantaranya; bertanggung jawab terhadap keyakinan

serta perbuatan, kebebasan memilih dan menjalankan keyakinan tanpa

ada paksaan, saling menghargai serta menghormati keyakinan dan

berlaku adil serta berbuat baik kepada sesama manusia. Dari keempat

ruang lingkup ini maka lahirlah tujuan toleransi yang berorientasi

kepada elemen masyarakat. Tujuan toleransi tersebut akan dipaparkan

sebagai berikut (Fachrian, 2018: 92-94):

1) Menciptakan Keamanan serta Perdamaian diMuka Bumi.

Didalam Qur’an Surah Al-Kafirun ayat 1-6, Yunus ayat 99, dan

Al-Baqarah ayat 256 mengenai tanggung jawab serta tidak ada

paksaan didalam beragama, maka hal ini menjadi pemisah serta

rambu-rambu bagi setiap pemeluk agama, juga menjadi jaminan

keamanan didalam menjalankan keyakinan masing-masing. Setiap


31

orang bertanggung jawab atas apa yang ia inginkan, ia pilih, ia sukai,

yang diyakini serta tidak ada paksaan didalam beragama.

Keamanan serta kedamaian akan terbentuk jika tiap pemeluk

agama mampu menjalankan keyakinan berdasarkan kerelaan hati,

bebas didalam menentukan berbagai pilihannya tanpa ada paksaan

serta intervensi dari berbagai pihak. Namun apabila kesepakatan ini

dilanggar maka yang terjadi adalah tindakan intoleransi yang

menyebabkan berbagai perpecahan, kedengkian bahkan saling caci-

mencaci satu sama lain.

Perdamaian serta kerukunan umat merupakan tanggung jawab

setiap elemen masyarakat. Dan generasi muda bertanggung jawab

untuk menyebarkan nilai-nilai toleransi yang berdasarkan kepada

rasa menjaga, menghormati, sera menghargai perbedaan yang terjadi

antar umat beragama.

2) Menjadikan Manusia Sebagai Abdullah dan Khalifatullah.

Pendidikan Islam bertujuan untuk menjadikan manusia sebagai

hamba Allah/Abdullah yang bertakwa kepada Allah, dan juga

sebagai Khalifatullah yakni wakil Allah dimuka bumi, sebagai

pemimpin serta pemelihara.

f. Pendidikan Toleransi

Toleransi adalah hal yang sangat penting bagi keberlangsungan

interaksi sosial, untuk konsep pendidikan toleransi menjadi hal yang

sangat urgent didalam pendidikan siswa, hal ini setara dengan


32

pendapat Haricahyano (Haricahyono, 1995: 203), ia mengungkapkan

bahwa tujuan mengembangkan sikap toleransi dikalangan siswa

disekolah maupun kelompok sosial, disamping sarana latihan supaya

mereka lebih lanjut menerapkan serta mengembangkan secara luas

didalam elemen masyarakat.

Muliadi berpendapat pendidikan multikultural termasuk

implementasi pendidikan toleransi kehidupan umat beragama.

Pendidikan multikultural adalah respons terhadap perkembangan

keragaman populasi disekolah, layaknya tuntutan persamaan hak bagi

setiap kelompok. Dalam aspek yang luas pendidikan multikultural

merangkum seluruh siswa tanpa mendiskriminasi kelompok-

kelompoknya seperti gender, etnik, ras, budaya strata sosial serta

agama (Mulyadi, 2012: 58).

Pendidikan toleransi menjadi sangat penting, didalam dunia

pendidikan, melalui pendidikan meliputi nilai-nilai masyarakat

menjadi lebih kokoh. Harun Nasution berpendapat, pendidikan dan

pembinaan akhlak mulia didalam sistem pendidikan agama

diutamakan serta perlu terus ditingkatkan. Nantinya diharapkan sistem

tersebut yang dihasilkan bukan hanya orang-orang yang

berpengatahuan agama namun juga berakhlak mulia. Pendidikan

agama yang membawa kepada pandangan yang luas dan sikap yang

lebih terbuka untuk mementingkan serta meningkatkan pembinaan


33

kerukunan didalam beragama diharapkan dapat diwujudkan untuk

berkembang dimasyarakat (Nasution, 1998: 289).

Menurut Sumatdja N, mengungkapkan bahwa pendidikan toleransi

dapat dilakukan dalam beberapa pendekatan, yaitu perorangan

(personal approach), pendekatan kelompok (interpersonal approach),

serta pendekatan klasikal (classical approach) metode menyajikannya

sangat beragam dengan cara bercerita, berceramah, bermain simulasi,

tanya-jawab, diskusi, serta tugas mandiri. Semua bentuk sambung rasa

(komunikasi) dapat dimanfaatkan didalam proses pendidikan.

Pendidikan bertoleransi menjadi tugas bersama bagi orang tua

sebagai tempat pendidikan pertama anaknya, kemudian harus

bekerjasama dengan berbagai pihak seperti guru serta masyarakat. Hal

ini meliputi berbagai kalangan dari anak muda hingga dewasa lanjut.

Dunia pendidikan menjadi pondasi dan kekuatan atau tameng untuk

menyebarkan dan mengajarkan sikap toleransi. Dan diharapkan

mampu menjadi bekal untuk hidup damai dan sejahtera didalam

beragam agama yang ada sehingga menimbulkan interaksi sosial yang

baik.

4. Akhlak

a. Pengertian Akhlak

Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.

Sehingga “menyempurnakan” menyatakan bahwa akhlak itu

bertingkat, dan harus terus-menerus disempurnakan. Ini menunjukkan


34

bahwa akhlak bermacam-macam, dari akhlak yang sangat buruk,

buruk, sedang, baik, baik sekali hingga sempurna. Akhlak merupakan

buah dari akidah dan syariah yang benar. Akhlak merupakan buah,

buah akan rusak jika pohonnya rusak dan pohon itu adalah syariah, dan

pohonnya pun akan rusak jika akarnya rusak, maka akar tersebut

adalah akidah (Makbullah, 2012: 139).

Akhlak dari segi etimologis (bahasa) dalam bahasa Arab yaitu

“lughan” bentuk kata jamak dari khuluq yang bermakna budi pekerti,

perangai, tingkah laku serta tabiat. Akhlak berakar dari kata khalaqo,

yang bermakna menciptakan, serta akhlak juga seakar dengan kata

khaliq (pencipta), makhluk (yang diciptakan) serta khalaq (penciptaan)

(Ilyas, 2001).

Kemudian secara termonologis (Istilah) akhlak menurut Imam Al-

Ghazali merupakan sifat yang ditanamkan didalam hati yang

menghasilkan perbuatan-perbuatan dengan gampang serta mudah,

tanpa dipikirkan dan ditimbang-timbang.

Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah sifat yang ditanam

didalam hati yang mendorong diri untuk berbuat tanpa memikirkan dan

mempertimbangkannya (Miskawih, 1934: 40). Ibrahim Anis juga

berpendapat menganai akhlak, bahwa akhlak merupakan sifat yang

ditanamkan didalam hati yang dengan hal itu muncullah dalam bentuk-

bentuk perbuatan, baik dan buruk, tanpa dipikirkan dan ditimbang-

timbang.
35

Sedangkan menurut Abdul Karim Zidan akhlak merupakan nilai-

nilai serta sifat-sifat yang ditanam didalam jiwa, yang disorot serta

dipertimbangkan oleh orang lain bahwa hal yang dilakukan adalah

perbuatan yang baik atau buruk, dan selanjutnya dipilih untuk

dilakukan atau ditinggalkan.

Jadi akhlak merupakan sifat yang sudah tertanam didalam hati

untuk mendorong seseorang melakukan perbuatan, yang perbuatan

tersebut menjadi sebuah kebiasaan. Jika akhlak yang tercipta dalam

bentuk akhlak yang terpuji dinamakan akhlak yang baik atau “akhlak

mahmudah” sebaliknya jika hasilnya adalah perbuatan yang tercela

maka disebut akhlak buruk atau “akhlak mazmumah” (Makbuloh,

2012: 142).

Didalam perspektif Islam, akhlak adalah cerminan yang ada

didalam hati seseorang. Oleh sebab itu akhlak yang baik merupakan

wujud dari dorongan keimanan yang ada didalam hati, karena iman itu

terwujud dalam perbuatan yang baik didalam kehidupan sehari-hari

(Azra, 2002: 165).

Akhlak terpuji yang dibentuk sesuai harapan adalah akhlak

terhadap Allah, akhlak terhadap manusia, dan akhlak terhadap ibu

bapak (Hayati, 2017: 96-118). Penilaian baik dan buruknya seseorang

sangat ditentukan melalui akhlaknya. Akhir-akhir ini kerusakan akhlak

generasi muda tanpa terkecuali para mahasiswa dan pelajar dengan

segala jenis dan bentuknya adalah sebuah ancaman yang berbahaya


36

tidak saja terhadap para pelakunya, tapi merupakan ancaman yang

serius terhadap stabilitas sosial, ekonomi dan keamanan serta kesatuan

bangsa. Untuk membentuk akhlak yang mulia, hendaknya penanaman

akhak digalakkan sejak dini, karena pembentukannya akan lebih

mudah dibanding setelah anak tersebut menginjak dewasa (Sholeh,

2016: 55-70).

b. Sumber Akhlak

Sumber akhlak ialah yang menjadi ukuran baik atau buruknya,

kemudian mulia atau tercela. Akhlak bersumber dari al-Qur’an dan

Sunnah, bukan akal serta pikiran yang dikukur didalam elemen

masyarakat seperti konsep didalam etika dan moral. Serta bukan juga

pandangan baik atau buruknya sebagaimana yang dipandang

Mu’tazilah. Akhlak menggunakan konsep hukum syara’ (al-Qur’an

dan Sunnah) sebagai penilaian akhlak itu sendiri. Didalam syara’ sifat-

sifat yang dinilai baik berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah merupakan

sifat yang baik didalam perwujudan sebuah akhlak (Ilyas, 2002: 4-5).

Setiap fitrah manusia cinta terhadap kesucian dan cenderung

kepada kebenaran. Hati nurani selalu ingin mengikuti ajaran-ajaran

Allah, karena Allahlah sumber kebenaran yang mutlak. Namun fitrah

tersebut tidak selalu menjamin untuk terus berfungsi, karena berbagai

faktor eksternal. Fitrah merupakan potensi dasar yang sangat perlu

dipelihara dan dikembangkan. Banyak sekali manusia yang mata

hatinya tertutup dari kebenaran dan tidak memfungsikan fitrah mereka.


37

Akal pikiran merupakan sebuah kekuatan yang dimiliki manusia

untuk membedakan yang baik dan yang buruk. Dan apa yang

diputuskan berdasarkan pengalaman yang bersifat empiris dan diolah

oleh dengan kemampuan. Oleh karenanya akal bersifat relatif dan

subjektif. Maka al-Qur’an merupakan sumber yang bersifat obyektif,

komprehensif serta universal.

c. Ruang Lingkup Akhlak

Setelah merujuk mengenai definisi akhlak dan sumber akhlak maka

selanjutnya dapat diklasifikasikan ruang lingkup akhlak menurut

(Azra, 2002: 165-172) dapat dilihat sebagai berikut:

1) Akhlak Terhadap Allah SWT

Akhlak terhadap Allah terdiri dari delapan sikap taqwa, cinta

dan ridha, ikhlas, khauf dan raja’, tawakal, syukur, muraqabah, dan

taubat. Kemudian yang pertama takwa bermakna mengikuti segala

perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Yang kedua cinta

bermakna kesadaran diri, perasaan hati serta keinginan hati yang

menyebabkan seseorang terikat hatinya kepada apa yang ia cintai

dengan penuh kasih dan sayang, sejalan dengan ini maka seorang

Muslim dengan apa-apa yang telah Allah tetapkan. Yang ketiga

Ikhlas bermakna berbuat tanpa pamrih dan semata-mata karena

Allah ta’ala. Yang keempat Khauf bermakna kegalauan didalam

hati dengan membayangkan sesuatu yang tidak disukai akan

menimpanya, atau rasa takut kepada Allah, raja’ bermakna


38

memautkan hati kepada sesuatu yang disukai yaitu kepada Allah.

Yang kelima tawakal bermakna membebaskan hati dari

ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan sepenuhnya

keputusan kepada Allah namun setelah berikhtiar. Yang keenam

syukur bermakna menuji Allah yang telah memberikan nikmat dan

kebaikan yang telah diberikan oleh Allah. Yang ketujuh muraqabah

bermakna kesadaran seseorang bahwa ia berada didalam

pengawasan Allah ta’ala. Dan yang kedelapan taubat bermakna

kembali kepada Allah, dari sesuatu yang dilarangNya kepada

sesuatu yang diperintahkanNya.

2) Akhlak Kepada Sesama Manusia

a) Akhlak Terhadap Rasulullah saw

Akhlak terhadap Rasulullah teridiri dari tiga sikap yaitu:

mencintai dan memuliakan Rasul, mengikuti dan menaati Rasul,

serta mengungkapkan shalawat dan salam. Yang pertama

mencintai Rasul karena cinta kepada Rasul merupakan wujud

bentuk iman kita kepada ia setelah iman kepada Allah dan

memuliakan Rasul bermakna dengan mengikuti berbagai

ajarannya yang telah Allah perintahkan, dengan mengikuti juga

berbagai sunnah yang Rasul kerjakan. Yang kedua mengikuti

karena jika kita benar-benar mencintai Allah maka kita akan

mengikuti Rasul, maka Allah akan mengasihi dan mengampuni

dosa-dosa seseorang, dan menaati Rasul jika dilakukan maka


39

kita telah menaati Allah, dan siapa yang berpaling maka Rasul

tidak lagi berkewajiban untuk meluruskannya. Dan yang ketiga

mengucapkan shalawat dan salam berawal ketika Allah dan para

malaikat bershalawat kepada Rasul.

b) Akhlak Pribadi

Akhlak kepada diri sendiri terdiri dari sepuluh sikap yaitu:

shidiq, amanah, istiqamah, iffah, mujahadah, syaja’ah,

tawadhu’, malu, sabar, dan pemaaf. Yang pertama shidiq

bermakna bernar dan jujur didalam segi hati, perkataan dan

perbuatan. Yang kedua amanah bermakna artinya dipercaya atau

memelihara titipan dan mengembalikannya kepada pemiliknya

dalam bentuk semula. Yang ketiga istiqamah bermakna sikap

teguh dalam menjaga keimanan dan keislaman meski

menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Yang

keempat iffah bermakna menjauhkan diri dari berbagai hal-hal

yang buruk. Yang kelima mujahadah bermakna mencurahkan

kemampuan untuk melepaskan diri dari segala hal yang

menghambat pendekatan dengan Allah. Yang keenam syaja’ah

bermakna berani dengan berlandaskan kebenaran dan dilakukan

dengan penuh pertimbangan. Yang ketujuh tawadhu’ bermakna

rendah hati, tidak sombong dan tidak takabur. Yang kedelapan

malu bermakna sikap atau perasaan yang mengakibatkan

keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau tidak baik.


40

Yang kesembilan sabar bermakna menahan diri dari segala

sesuatu yang tidak disukai karena mengharap kepada ridho

Allah. Dan yang kesepuluh pemaaf bermakna sikap memaafkan

kesalahan orang lain tanpa sedikitpun rasa benci dan keinginan

untuk membalas.

c) Akhlak Dalam Keluarga

Akhlak didalam keluarga meliputi empat sikap yaitu: birrul

walidain; hak, kewajiban dan kasih sayang suami isteri; kasih

sayang dan tanggung jawab orang tua terhadap anak; serta

silaturrahim dengan karib kerabat. Yang pertama birrul walidain

bermakna berbuat baik kepada orang tua. Yang kedua hak yang

saling diberikan antara isteri dan suami, kewajiban suami

kepada isteri serta hak isteri kepada suami, dan kasih sayang

suami isteri berdasarkan syariat-syariat Islam. Yang ketiga kasih

sayang yang diberikan oleh orang tua kepada anak dan tanggung

jawab orang tua terhadap anak sesuai syariat. Dan yang keempat

silaturrahim dengan karib kerabat sebagai sebuah simbol

hubungan baik penuh kasih sayang dengan saudara yang asal

usulnya sedarah.

d) Akhlak Bermasyarakat (Muslim dan Non-Muslim)

Akhlak kepada masyarakat dapat dilihat melalui lima perbuatan

yaitu: bertamu dan menerima tamu, hubungan baik dengan

tetangga, hubungan baik dengan masyarakat, pergaulan muda-


41

mudi, serta ukhuwwah Islamiyah. Akhlak kepada masyarakat

dapat dilihat dari hubungan sesama muslim, dan kemudian

hubungan dengan penganut agama lain (non-Muslim). Yang

pertama hubungan sesama Muslim diumpamakan oleh Rasul

bagaikan hubungan antara satu anggota tubuh dengan anggota

tubuh lainnya yang bersatu secara utuh. Wujud dari sikapnya

seperti menjalin ukhuwah Islamiah (persaudaraan sesama

Muslim). Yang kedua hubungan antara Muslim dengan non-

Muslim, didalam Islam diajarkan untuk menjalin hubungan baik

dan keakraban dengan umat non-Muslim, layaknya Rasulullah

menjalin hubungan baik dengan kaum non-Muslim. Islam

memperbolehkan kerjasama dengan non-Muslim diluar kegiatan

ritual seperti menjalin hubungan ekonomi, perdagangan, politik,

sosial, budaya, sepanjang dapat menjaga kemurnian aqidah.

Sedangkan kerjasama dalam urusan ritual atau ibadah tidak

dibolehkan sama sekali, namun tetap diperintahkan untuk

menghargai, menghormati dan memberikan kebebasan mereka

untuk menjalankan agama yang mereka anut (Azra, 2002: 161-

162).

e) Akhlak Bernegara

Akhlak bernegara dapat dilihat dari empat sikap yaitu:

bermusyawarah, menegakkan keadilan, amar ma’ruf nahi

mungkar serta hubungan pemimpin dan yang dipimpin.


42

3) Akhlak Kepada Lingkungan Hidup

Agama Islam menjadikan alam dan lingkungannya sebagai

rahmat. Manusia berkewajiban memakmurkan alam dengan

mengelola sumber daya sehingga dapat memberi manfaat bagi

kesejahteraan manusia tanpa merugikan alam itu sendiri. Allah

melarang segala perbuatan yang merusak alam. Sehingga

dibutuhkan akhlak yang baik terhadap lingkungan hidup sebagai

bentuk menjaga amanah dari Allah untuk menjaga apa yang telah

Allah berikan.

d. Wujud Perbuatan Akhlak

Berikut ini wujud dari perbuatan akhlak menurut (Nata, 2015: 109-

123) :

1) Kebebasan

Kebebasan menurut Charris Zubair terjadi jika kemungkinan-

kemungkinan untuk bertindak tidak dibatasi oleh suatu paksaan

dari atau keterkaitan kepada orang lain. Kebebasan dari segi sifat

dibagi tiga, kebebasan jasmaniyah, kebebasan rohaniah dan

kebebasan moral.

2) Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah keyakinan bahwa suatu tindakan itu

baik. Tanggung jawab merupakan sikap dengan kesengajaan atau

perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran.


43

3) Hati Nurani

Perbuatan yang baik adalah perbuatan yang sesuai dengan hati

nurani, dan sebaliknya perbuatan buruk adalah sesuatu hal yang

tidak sesuai dengan hati nurani. Sehingga hati nurani memiliki

peran yang sangat kuat untuk menentukan bagaimana sesorang itu

berakhlak

4) Hak

Hak merupakan wewenang atau kekuasaan seseorang dapat

mengerjakan, memiliki, meninggalkan, mempergunakan, atau

menuntut sesuatu. Hak juga bermakna panggilan kepada kemauan

orang lain dengan perantara akal, perlawanan dengan kekuasaan

atau kekuatan fisik untuk mengakui wewenang yang ada pada

orang lain.

5) Kewajiban

Kewajiban ini terkait juga bagaimana sesorang memenuhi hak-

hak yang seharusnya ia penuhi. Orang yang tidak memenuhi

kewajiban berarti telah merenggut apa yang seharusnya tidak ia

renggut.

6) Keadilan

Keadilan menurut Poedjawijatna adalah pengakuan, persamaan

atau bersikap tengah-tengah atas dua perkara. Keadilan ini

berdasarkan dari keputusan akal dan dikonsultasikan dengan

agama.
44

e. Manfaat Akhlak Mulia

Berikut merupakan manfaat dari akhlak mulia menurut Abuddin

Nata:

1) Memperkuat dan Menyempurnakan Agama

Allah telah menetapkan Islam sebagai agama yang paling baik,

maka cara menghormati agama adalah dengan cara berakhlak dan

dermawan, karena Islam tidak akan sempurna jika tidak ada akhlak

dan kedermawanan.

2) Mempermudah Perhitungan Amal di Akhirat

Ketika memberikan suatu kepada orang yang yang kikir,

memaafkan orang yang menganiaya, dan menjalin tali silaturahim

kepada orang yang tak dikenal, maka hal ini merupakan perkara

yang mempermudah proses hisab dan menjadi salah satu hal yang

mempermudah masuk surga.

3) Menghilangkan Kesulitan

Jika seseorang mempermudah kesulitan seseorang mukmin dari

kehidupannya, maka Allah akan memudahkannya diakhirat kelak.

4) Selamat Hidup Dunia dan Akhirat

Takut kepada Allah ditempat yang tersembunyi maupun yang

terang, berlaku adil diwaktu rela maupun marah, dan hidup

sederhana diwaktu miskin maupun kaya maka itu merupakan tiga

perkara yang dapat menyelamatkan manusia.


45

B. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian yang

dilakukan oleh penulis, antara lain:

1. Di dalam penelitian Irwansyah Suwahyu pada jurnal UIN Sunan Kalijaga

(2007), pengaruh penggunaan media sosial terhadap akhlak dan prestasi

belajar peserta didik di SMA UII Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh penggunaan media sosial terhadap akhlak dan

prestasi belajar pes erta didik di SMA UII Yogyakarta. Penelitian ini juga

bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh-pengaruh negatif dan positif

yang muncul dari penggunaan media sosial. Pengaruh tersebut kemudian

akan dianalisa dengan akhlak dan juga prestasi belajar para peserta didik di

SMA UII Yogyakarta. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan

menggunakan metode penelitian kombinasi. Model yang digunakan dalam

penelitian kombinasi ini adalah model sequential explanatory dimana

tahap pertama akan digunakan metode kuantitatif dan pada tahap kedua

memakai metode kualitatif. Subjek penelitian ini adalah peserta didik

SMA UII Yogyakarta. Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah

melalui angket, observasi, data dokumentasi, dan wawancara. Hasil

penelitian ini menemukan bahwa: 1) Angka penggunaan media sosial

peserta didik di SMA UII Yogyakarta adalah tinggi. Hal ini dibuktikan

dari jumlah akun yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik yang

banyak dan juga intensitas penggunaan media sosial yang terlalu sering

dalam sehari. 2) Munculnya beberapa sifat yang kurang baik dari peserta
46

didik yang timbul akibat terlalu sering berinteraksi di media sosial seperti

malas, boros, hilangnya rasa malu, dan lain-lain. 3) Tidak adanya batasan

di dalam penggunaan media sosial menjadikan peserta didik lebih sering

mengabaikan hal-hal yang positif, seperti sebagian peserta didik sibuk

mengakses media sosialnya saat guru sedang menjelaskan materi

pelajaran. Hal ini kemudian menjadikan prestasi belajar peserta didik

menurun yang dibuktikan dengan nilai UTS peserta didik. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan oleh para

peserta didik akan sangat mempengaruhi akhlak dan prestasi belajarnya ke

arah yang negatif.

2. Kemudian menurut Akhmad Riyadi (2007) yang melakukan penelitian

tentang pengaruh keteladanan akhlak orang tua terhadap akhlak remaja

usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung Demak. Program Strata 1

Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo, 2007. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui; 1). Tingkat keteladanan akhlak orang tua

yang mempunyai anak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari Sayung

Demak; 2). Tingkat akhlak remaja usia 12-15 tahun di Desa Purwosari

Sayung Demak; dan 3) Adakah pengaruh keteladanan akhlak orang tua (X)

terhadap akhlak remaja usia 12-15 tahun (Y) di Desa Purwosari Sayung

Demak. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan

teknik korelasional. Subyek penelitian sebanyak 80 responden untuk

variabel X, dan 80 responden untuk variabel Y, yaitu 15% dari populasi

536 anak remaja. Pengambilan sampel menggunakan teknik proporsional


47

stratified random sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen

angket tertutup, untuk menjaring data X dan data Y.Sedangkan Observasi

dan interviu digunakan untuk mendapatkan data yang tidak dapat

diperoleh melalui angket. Data penelitian yang terkumpul dianalisis

dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan inferensial.

Pengujian hipótesis penelitian menggunakan analisis regresi satu prediktor

dengan skor deviasi. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa: korelasi

antara keteladanan akhlak orang tuaterhadap akhlak remaja usia 12-15

tahun di Desa Purwosari Sayung Demak adalah signifikan, hal ini

ditunjukkan oleh koefisien korelasi rxy= 0,798 > r,

tabel pada taraf signifikansi 0,01 dan 0,05. Dari hasil uji t juga menunjuk-

an bahwa T hitung=11,69 > t tabel (0,01)=2,638 dan t tabel (0,05)=1,990,

ini berarti signifikan, dan koefisien determinasinya r 2 =0,6368. Hal ini

menunjukkan bahwa 63,68 % nilai akhlak remaja usia 12-15 tahun

ditentukan oleh keteladanan akhlak orang tua, melalui fungsi taksiran

persamaan garis regresi: Y = 0,748X +18,575. Pengujian hipótesis

penelitian menunjukkan bahwa: terdapat pengaruh positif keteladanan

akhlak orang tua terhadap akhlak remaja usia 12-15. Hal ini ditunjukkan

oleh Freg = 137,486 > F tabel(0,01)=7,08 dan Ftabel (0,05)=4,00.

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahaninformasi

dan masukan bagi para orang tua dan seluruh penduduk desa tempatlokasi

penelitian, para perangkat Desa Purwosari Sayung Demak, juga

para pendidik umumnya, terutama dalam usaha untuk memberikan contoh


48

dan keteladanan yang baik bagi pembinaan dan pembentukan akhlak anak-

anaknya.

3. Sedangkan menurut Moh Saifudin (2012) yang melakukan penelitian yang

tentang pengaruh kepribadian guru PAI terhadap akhlak siswa kelas X di

SMA Al- Islam Krian. Penelitian ini dilatarbelakangi semakin merosotnya

akhlak siswa terutama siswa yang duduk di bangku SMA karena pengaruh

dari lingkungan yang selalu mempengaruhi akhlak siswa, peran seorang

guru, khususnya guru Pendidikan Agama Islam disini sangat berarti bagi

siswa siswi agar akhlak mereka bisa berubah semakin baik. Karena itulah

peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan rumusan masalah

sebagai berikut: (1) Bagaimana kepribadian guru Pendidikan Agama Islam

kelas X di SMA Al-Islam Krian. (2) Bagaimana akhlak siswa kelas X di

SMA Al-Islam Krian. (3) Bagaimana pengaruh kepribadian guru

Pendidikan Agama Islam terhadap akhlak Siswa di kelas X SMA Al-Islam

Krian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif korelasional.

Adapun teknik pengumpulan datanya menggunakan teknik angket.

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti yakni, peneliti melakukan

penyebaran angket kepada peserta didik dan selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan prosentasi. Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh

peneliti dari lapangan dan dari perhitungan dengan menggunakan rumus

prosentase dan product moment dapat disimpulkan kepribadian guru

Pendidikan Agama Islam kelas X di SMA Al-Islam Krian sebesar 65,98%.

Dan akhlak siswa kelas X di SMA Al-Islam Krian memiliki prosentase


49

75,51%. Dan untuk membuktikan pengaruh antara variabel X dan Y

menggunakan data statistik sederhana yaitu menggunakan rumus "r"

product moment. Setelah nilai Rxy diketahui yaitu 0, 82. Dan selanjutnya

dilihat dengan df-28 berarti taraf 1%=0,478 dan taraf 5%=0,374 berarti ro

> rt, maka konsekuensinya adalah (Ha) diterima dan (Ho) ditolak. Jadi,

kesimpulannya kepribadian guru PAI di SMA Al-Islam Krian dapat

meningkatkan akhlak siswa kelas X.

C. Konsep Operasional

Berikut ini merupakan Konsep operasional yang dapat dilihat dari Tabel

1, yaitu bagaimana keterkaitan antara variabel bebas yakni toleransi beragama

dengan dimensi dan indikator- indikatornya. Serta bagaimana keterkaitan

antara variabel terikat yakni akhlak dengan dimensi dan indikator-

indikatornya.

Tabel 1. Konsep Operasional Toleransi Beragama dan Akhlak

Variabel Dimensi Indikator


Bebas
Toleransi Bertanggung -Peserta didik mampu menerapkan sikap
Beragama Jawab bertanggung jawab terhadap keyakinan
masing-masing.
-Peserta didik mampu menunjukkan sikap
memberikan rasa aman kepada umat lain
yang sedang beribadah.
-Peserta didik mampu menunjukkan sikap
mengadakan silaturahmi dengan tetangga
yang berbeda agama.
-Peserta didik mampu menunjukkan sikap
menolong tetangga beda agama yang sedang
kesusahan.
Kebebasan -Peserta didik mampu menunjukkan sikap
memberikan kesempatan kepada teman
50

nonmuslim untuk berdoa sesuai agamanya


masing-masing.
-Peserta didik mampu menunjukkan sikap
memberikan kesempatan untuk melaksana-
kan ibadah bagi non-muslim.
-Peserta didik mampu menunjukkan sikap
membebaskan orang lain berkehendak
Menghargai -Peserta didik mampu menunjukkan sikap
menghargai dan menghormati perayaan hari
besar keagamaan umat lain.
-Peserta didik mampu menunjukkan sikap
menghargai ajaran agama lain.
Keadilan -Peserta didik mampu menunjukkan sikap
bergaul dengan semua teman tanpa
membedakan agamanya.
Variabel Dimensi Indikator
Terikat
Akhlak Kebebasan -Peserta didik mampu menunjukkan sikap
bebas berpendapat.
Bertanggung -Peserta didik mampu menunjukkan sikap
Jawab bertanggung jawab terhadap perbuatannya.
Hati Nurani -Peserta didik mampu menerapkan sikap
memiliki hati nurani terhadap teman yang
kesusahan.
Hak -Peserta didik mampu menunjukkan sikap
memberikan hak kepada teman.
Kewajiban -Peserta didik mampu menerapkan kewajiban.
Keadilan -Peserta didik mampu menunjukkan sikap adil.

D. Kerangka Berpikir

Berikut ini merupakan kerangka berpikir yakni toleransi beragama

berkaitan dengan akhlak. Toleransi beragama yang terbangun melalui

indikatornya. Serta akhlak yang terbangun melalui prinsipnya.


51

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Akhlak terhadap
Toleransi
Sesama Manusia
Beragama
(Non-Muslim)

Wujud Sikap Wujud


Toleransi Perbuatan
berdasarkan Akhlak
Materi menurut
Pelajaran Aduddin Nata

E. Hipotesis Penelitian

Dikutip oleh Riduwan, hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai

satu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal yang dituntut untuk dilakukan

pengecekannya (Sudjana, 1992: 219). Berdasarkan pengertian tersebut, maka

dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut, adakah hubungan antara

toleransi beragama dengan akhlak peserta didik dan adakah pengaruh

toleransi beragama terhadap akhlak peserta didik.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah uji regresi sederhana yang

bersifat kuantitatif. Adanya hubungan fungsional dan hubungan sebab akibat

(kausal) variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) (Riduan, 2010: 244).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMPN 3 Kecamatan Mandau Kabupaten

Bengkalis. Penelitian ini akan dilaksanakan bulan April 2019- Juni 2019.

Jadwal penelitian ini dapat di lihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2. Tabel Kegiatan Waktu Penelitian

Bulan dan Minggu


No Jenis
Kegiatan April 2019 Mei 2019 Juni 2019
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan X X X X

2 Pengumpulan X X X X
Data
3 Pengolahan X X X X
Dan Analisis
Data
4 Penyusunan X X X X
Laporan
Penelitian

52
53

C. Subjek dan Objek

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa muslim kelas

IX SMPN 3 Mandau. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengaruh toleransi beragama terhadap akhlak peserta didik.

D. Populasi dan Sampel

Dalam Riduwan, populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri dari

obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 1997: 57). Populasinya bersifat terbatas, karena

dapat dihitung jumlahnya secara jelas (Riduwan. 2010: 8). Populasi pada

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX di SMPN 3 Mandau yang

berjumlah 480 siswa yang terbagi kedalam 12 kelas.

Dalam Riduwan, sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang

akan diteliti (Arikunto, 1998: 117). Teknik pengambilan sampel dengan

teknik Proportionate Stratified Random Sampling, bermakna pengambilan

sampel dari anggota populasi secara acak, dilakukan apabila populasinya

heterogen (tidak sejenis) (Riduwan, 2010: 13). Jadi pengambilan sampelnya

hanya populasi peserta didik Muslim. Dari 391 populasi peserta didik

muslim 40 menjadi sampel penelitian berdasarkan rumus (Al-Rasyid, 1994:

156).
54

Tabel 3. Populasi dan sampel penelitian Pengaruh Toleransi Beragama

Terhadap Akhlak Peserta Didik Kelas IX SMPN 3 Mandau,

Kabupaten Bengkalis

Sampel
Populasi Populasi Peserta
No Kelas Peserta Didik
Keseluruhan Didik Muslim
Muslim

1. Kelas IX.1 40 32 4

2. Kelas IX.2 40 33 4

3. Kelas IX.3 40 35 4

4. Kelas IX.4 40 30 4

5. Kelas IX.5 40 35 3

6. Kelas IX.6 40 31 3

7. Kelas IX.7 40 32 3

8. Kelas IX.8 40 36 3

9. Kelas IX.9 40 33 3

10. Kelas IX.10 40 31 3

11. Kelas IX.11 40 34 3

12. Kelas IX.12 40 29 3

Jumlah 480 391 40


55

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang sesungguhnya dan relavan dengan tujuan

penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data yaitu

dengan cara:

1. Angket

Angket merupakan instrumen pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan permintaan

pengguna (Sugiyono, 2013: 86). Angket yang akan digunakan dalam

penelitian menggunakan skala Likert yang dimodifikasi.

Menurut (Arikunto, 2010: 194) angket adalah sejumlah pertanyaan

atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia

ketahui. Angket ini disebarkan kepada siswa untuk memperoleh data yang

berhubungan dengan toleransi beragama dan akhlak pada diri. Penggunaan

angket ini didasarkan dengan anggapan bahwa subjektif penelitian adalah

orang paling tahu dengan dirinya sendiri. Angket dalam penelitian ini

berpedoman pada indikator toleransi beragama dan indikator akhlak.

Jumlah item pertanyaan adalah 20 butir pertanyaan untuk toleransi

beragama dan 20 butir untuk akhlak.


56

Tabel 4. Kisi-Kisi Angket Toleransi Beragama

Nomor Item Jumlah


No. Dimensi Indikator
Positif Negatif Item
1 Bertanggung -Bertanggung jawab terhadap 1 2 8
keyakinan masing-masing.
Jawab
-Memberikan rasa aman 3 4
kepada umat lain yang
sedang beribadah.
-Mengadakan silaturahim 5 6
dengan tetangga yang
berbeda agama.
-Menolong tetangga beda 7 8
agama yang sedang
kesusahan.
2 Kebebasan -Memberikan kesempatan 9 10 6
kepada teman nonmuslim
untuk berdoa sesuai
agamanya masing-masing.
-Memberikan kesempatan 11 12
untuk melaksana-kan
ibadah bagi non-muslim.
-Orang lain bebas 13 14
berkehendak
3 Menghargai -Menghargai dan 15 16 4
menghormati perayaan hari
besar keagamaan umat lain.

-Menghargai ajaran agama 17 18


lain.
4 Adil -Bergaul dengan semua 19 20 2
teman tanpa membedakan
agamanya.
Jumlah 20

Tabel 5. Kisi-Kisi Angket Akhlak

Nomor Item Jumlah


No. Dimensi Indikator
Positif Negatif Item
1 Kebijaksanaan Memuji teman 1 2 6

Bertindak bijaksana 3 4

Berinteraksi secara merata 5 6


dalam bersosial
2 Keberanian Berani membela kebenaran 7 8 6
57

Berani berteman dengan 9 10


siapapun
Percaya diri dalam bergaul 11 12
3 Menjaga Bersikap baik dan berteman 13 14 4
kehormatan sewajarnya
diri Menjaga jarak dengan yang 15 16
bukan mahrom
4 Keadilan Membagi rata pemberian 17 18 4
kepada teman
Menyayangi teman dengan 19 20
tulus
Jumlah 20

Menurut (Riduwan, 2010: 38) “Skala Likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok

tentang kejadian atau gejala sosial”. Skala Likert yang biasanya

menggunakan empat kategori, yaitu Sangat Setuju, Setuju, Ragu-Ragu,

Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju. Skala Likert yang biasa ini

kemudi an dimodifikasi menjadi empat kategori, yaitu Sangat setuju

(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Adapun cara memberikan skor pada angket penelitian dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:

Tabel 6. Skor Pada Angket

Pilihan Jawaban Skor Jawaban

Positif (+) Negatif (-)

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3
58

Sangat Tidak Setuju 1 4

Sumber: Sugiyono, 2013:105

2. Dokumentasi

Menurut (Arikunto, 2010: 201) dokumentasi dari asal katanya dokumen,

yang artinya barang-barang tertulis. Dalam penelitian ini penulis telah

mengumpulkan data dan informasi yang berasal dari pihak sekolah, seperti

kepala sekolah untuk memperoleh data tentang sejarah sekolah dan

perkembangannya, tata usaha yaitu untuk memperoleh data tentang sarana dan

prasarana sekolah, keadaan siswa dan guru-guru.

F. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah data terhimpun dan telah dapat

memberikan gambaran yang menyeluruh tentang objek penelitian. Tahap-tahap

pengolahan data yang dilakukan sebagai berikut:

1. Editing

Data yang telah dikumpulkan mengenai penelitian ini akan diperiksa

dengan cara mengkoreksi atau melakukan pengecekan untuk memperoleh

data yang dipertanggung jawabkan.

2. Coding

Pemberian data, simbol, dan kode bagi tiap data yang termasuk dalam

kategori yang sama. Tanda ini dapat berupa angka atau huruf.
59

3. Tabulating

Jawaban-jawaban yang serupa dikelompokkan, dikategorikan. Kegiatan

tersebut dilaksanakan sampai terwujud tabel-tabel yang berguna, terutama

penting pada data kuantitatif.

4. Scoring

Scoring adalah memberikan skor terhadap butir-butir pertanyaan yang

terdapat dalam angket setelah penulis melakukan tahap editing. Butir

jawaban yang terdapat dalam angket ada 4 (empat). Semua pertanyaan

dalam angket atau kuesioner disajikan dalam bentuk skala peringkat yang

disesuaikan dengan indikator, artinya diberikan kepada responden untuk

menjawabnya seperti berikut:

1. Sangat Setuju (SS) diberi skor 4

2. Setuju (S) diberi skor 3

3. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2

4. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1

G. Teknik Analisis Data

Sebelum penelitian dilaksanakan maka langkah yang harus dilakukan

adalah melakukan uji coba instrumen penelitian. Uji coba dari butir-butir

instrumen pada kedua variabel dimaksudkan untuk menguji keabsahan dan

kehandalan butir-butir instrumen yang digunakan dalam penelitian.


60

1. Uji Reliabilitas dan Validitas

a) Uji Reliabilitas

Reliabilitas sebenarnya merupakan alat untuk mengukur suatu

kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk

(Ghozali, 2013: 47). Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika

jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari

waktu ke waktu. Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas

instrument adalah kuesioner Alfa dari Alpha Cronbach. Jika variabel

memiliki nilai ≥ 0,6 maka variabel tersebut dapat dikatakan reliabel.

b) Uji Validitas

Hasil penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara

data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek

yang diteliti (Sugiyono, 2010: 172). Validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument

(Arikunto, 2010: 11). Dengan kata lain, suatu kuesioner dikatakan valid

jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu

yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas dilakukan

dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan

dengan total skor pertanyaan.

Pengujian validitas dilakukan dengan membandingkan rhitung (tabel

corrected item-total correlation) dengan rtabel (tabel product momen

dengan signifikan 0,05 untuk degree of freedom (df) = n-2. Suatu

kuesioner dinyatakan valid apabila rhitung> rtabel


61

2. Uji Asumsi

Dalam penelitian ini uji asumsi dilakukan sebagai persyaratan untuk

menentukan jenis statistik yang akan digunakan dalam analisis penelitian

yang menggunakan metode kuantitatif dalam mengolah data penelitiannya.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu, atau residual memiliki distribusi normal

(Ghozali, 2013: 160). Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Kolmogorov Smirnov. Apabila dalam perhitungan diperoleh nilai

signifikan lebih dari 0.05 data berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai

signifikan kurang dari 0.05 data tersebut tidak berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 17

dengan cara test for linaerity pada taraf signifikansi 0,05. Dua variabel

mempunyai hubungan yang linear secara signifikan atau tidak. Data yang

baik seharusnya terdapat hubungan yang linear antara variabel

independen (X) dan variabel dependen (Y). Uji linearitas dalam

penelitian ini menggunakan program SPSS 17 dengan cara tes for

linearity pada taraf signifikan 0.05. Dua variabel dikatakan mempunyai

hubungan yang linear jika signifikansi linearity kurang dari 0.05.


62

3. Analisis Korelasi Pearson

Analisis Korelasi Pearson digunakan untuk mengukur keeratan hubungan

linear antara dua variabel yang mempunyai distribusi data normal (Priyatno,

2014: 79). Untuk menganalisis data tentang hubungan motivasi terhadap

prestasi belajar siswa dan untuk menentukan apakah variabel X dan variabel

Y terdapat hubungan yang signifikan, maka peneliti menggunakan rumus

korelasi product moment yaitu:

𝑛 (∑ 𝑋𝑌) − (∑ 𝑋). (∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑛. ∑ 𝑋 − (∑ 𝑌)2} . {𝑛 ∑𝑋 2 − (∑ 𝑌)2}

Keterangan:

𝑟𝑥𝑦 = Angka indeks korelasi antara variabel X dan Y

N = Jumlah Sampel

∑𝑋 = Jumlah Variabel X

∑𝑌 = Jumlah Variabel Y

∑ 𝑋𝑌 = Jumlah Perkalian antara variabel X dan Y

Untuk melihat tingkat hubungan antara variabel X dan variabel Y dapat

digunakan tabel interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:

Tabel 7. Interpretasi Koefisisen Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


63

0.80-1.000 Sangat Kuat

0.60-0.799 Kuat

0.40-0.599 Cukup Kuat

0.20-0.399 Rendah

0.00-0.199 Sangat Rendah

Sumber Data: Ridwan dan Sunarto, 2011:89

4. Uji Anova

Anova digunakan sebagai alat analisis untuk menguji hipotesis penelitian

yang mana menilai adakah perbedaan rerata antara kelompok. Hasil akhir dari

analisis ANOVA adalah nilai F test atau F hitung. Nilai F Hitung ini yang

nantinya akan dibandingkan dengan nilai pada tabel f. Jika nilai f hitung lebih

dari f tabel, maka dapat disimpulkan bahwa menerima H1 dan menolak H0

atau yang berarti ada perbedaan bermakna rerata pada semua kelompok.

5. Uji Regresi Sederhana

Analisis Regresi Sederhana adalah sebuah metode pendekatan untuk

pemodelan hubungan antara satu variabel dependen dan satu variabel

independen. Dalam model regresi, variabel independen menerangkan variabel

dependennya. Dalam analisis regresi sederhana, hubungan antara variabel

bersifat linier, dimana perubahan pada variabel X akan diikuti oleh perubahan

pada variabel Y secara tetap. Sementara pada hubungan non linier, perubahaan

variabel X tidak diikuti dengan perubahaan variabel y secara proporsional,


64

seperti pada model kuadratik, perubahan x diikuti oleh kuadrat dari variabel x.

Hubungan demikian tidak bersifat linier.

Secara matematis model analisis regresi linier sederhana dapat

digambarkan sebagai berikut:

Y = A + BX + e

Y adalah variabel dependen atau respon

A adalah intercept atau konstanta

B adalah koefisien regresi atau slope

e adalah residual atau error


65

DAFTAR KEPUSTAKAAN

A.Guillaume. (1970). The Life of Muhammad a Translation of Ibn Ishaq's Sirah


Rasul Allah. Ocford University Press.

Azyumardi Azra, T. S. (2002). Buku Teks Pendidikan Agama Islam. Jakarta :


Depag RI.

Bakar, '. A. (2006). Islam yang Paling Toleran: Kajian tentang Fanatisme dan
Toleransi dalam Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Fachrian, M. R. (2018). Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-Qur'an: Telaah


Konsep Pendidikan Islam. Depok: PT Raja Grafindo Persada.

Fadillah, E. N. (2018, Desember 03). Sumber Ajaran Akhlak.

Gularnic, D. G. (1959). Webster's World Dictionary of American Language . New


York: The World Publishing Company.

Haricahyono. (1995).

(t.thn.). HR. Malik, Ahmad, Ibn Majjah, al-Hakim, al-Baihaqi, dan al-Daruqhthni.

Ilyas, Y. (2012). Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan


Pengamalan Islam.

Ischaq, A. W. (2017, April 19). Pandangan Masyarakat dan Mahasiswa tentang


Toleransi di Indonesia saat ini.

Kebudayaan, D. P. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka.

Makbuloh, D. (2012). Pendidikan Agama Islam: Arah Baru Pengembangan Ilmu


dan Kepribadian diPerguruan Tinggi. Jakarta: PT Grafindo
Persada.

Miskawaih, I. (1934). Tahzib al-akhlak wa Tahthhit al-A'raq. Mesir: Al-


Mathaba,ah al-Mishriyyah.

Mulyadi. (2012).

(t.thn.). Muslim bin Hajjaj, Shahih Muslim, iv.


66

Najmi Hayati, M. Y. (2017). Hubungan Metode Sosiodrama dengan Akhlak


Terpuji Siswa Madrasah Aliyah Hidayatullah Kabupaten Siak. Al-
Hikmah, 96-118.

Nasution, H. (269). Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran . Bandung : Mizan .

Nata, A. (2015).

Penyusun, T. (1996). Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jilid XVI. Jakarta: Cipta


Adi Pustaka.

Qowaid. (2013). Gejala Intoleransi Beragama di Kalangan Peserta Didik dan


Upaya Penganggulangannya Melalui Pendidikan Agama Islam di
Sekolah. Dialog: Penelitian dan Kajian Keagamaan 36 No.1.

Ramayulis. (2010). metodologi pendidikan agamaa islam . jakarta : kalam mulia.

Riyadi, A. (2007). Pengaruh Keteladanan Akhlak Orang Tua Terhadap Akhlak


Remaja Usia 12-15 Tahun. Institut Agama Islam Negeri
Walisongo.

Saifudin, M. (2012). Pengaruh Kepribadian Guru PAI Terhadap Akhlak Siswa


Kelas X di SMA Al- Islam Krian. IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Shadily, M. E. (1984). An English-Indonesian Dictionary . New York: Cornell


University Press.

Suwahyu, I. (2017). Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap Akhlak dan


Prestasi Belajar Peserta Didik di SMA UII Yogyakarta. Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Yaqub, A. M. (2008). Toleransi Antar Umat Beragama. Jakarta : Pustaka Firdaus.

Anda mungkin juga menyukai