SKRIPSI
OLEH
EKO SAPUTRO
NIM. 210617086
i
ABSTRAK
Saputro, Eko. 2021. Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan agama Islam Dalam Kegiatan
Ekstrakurikuler Reog Mini di SDN Kalimalang Ponorogo. Skripsi. Jurusan Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri Ponorogo. Pembimbing. Muhammad Widda Djuhan, S.Ag., M.Si.
vii
c. Tokoh dan Alat ................................................................................ 42
d. Pementasan Reog ............................................................................ 45
e. Nilai-nilai dalam Kesenian Reog Ponorogo..................................... 48
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................................... 52
B. Kehadiran Peneliti ......................................................................................... 53
C. Lokasi Penelitian ........................................................................................... 54
D. Data dan sumber Data ................................................................................... 54
E. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................................... 55
F. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 57
G. Pengecekan Keabsahan Data ......................................................................... 59
H. Tahapan-Tahapan Penelitian ......................................................................... 60
BAB IV : TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Data Umum
1. Sejarah Singkat Berdirinya SDN Kalimalang Ponorogo ....................... 61
2. Letak Geografis SDN Kalimalang Ponorogo ........................................ 62
3. Visi dan Misi SDN Kalimalang Ponorogo ............................................. 62
4. Tujuan SDN Kalimalang Ponorogo ....................................................... 63
5. Sarana dan Prasarana SDN Kalimalang Ponorogo ................................ 64
6. Keadaan Guru dan Peserta Didik SDN Kalimalang Ponorogo ............. 64
7. Data Terkait Kegiatan Ekstrakurikuler Reog Mini di SDN Kalimalang
Ponorogo ................................................................................................ 65
B. Deskripsi Data Khusus
1. Data Terkait Pendidikan Agama Islam di SDN Kalimalang Ponorogo.. 73
2. Data Terkait Proses Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam
Melalui Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Reog Mini Di SDN
Kalimalang Ponorogo ............................................................................. 74
3. Data Terkait Implikasi Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama
Islam Melalui Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Reog Mini Di
SDN Kalimalang Ponorogo .................................................................... 80
BAB V : PEMBAHASAN
A. Pendidikan Agama Islam di SDN Kalimalang Ponorogo ............................. 81
B. Proses Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Melalui
Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Reog Mini Di SDN Kalimalang
viii
Ponorogo ....................................................................................................... 85
C. Implikasi Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Melalui
Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Reog Mini Di SDN Kalimalang
Ponorogo ....................................................................................................... 94
BAB VI : PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 99
B. Saran .............................................................................................................. 100
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 101
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................... 107
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................................... 148
SURAT IJIN PENELITIAN ............................................................................................. 149
SURAT TELAH MELAKUKAN PENELITIAN ........................................................... 150
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................................ 151
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia sejatinya adalah sebuah bangsa dan negara yang besar, negara dengan
kepulauan terbesar dan jumlah umat Muslim terbesar di dunia, serta bangsa yang memiliki
keragaman etnik dan bahasa. Indonesia juga memiliki banyak warisan sejarah yang
menakjubkan dan keindahan alam yang luar biasa.1 Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh yang bersumber dari akal manusia berupa cipta, rasa dan karsa.2 Budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosio budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia. Budaya masyarakat yang sudah melekat erat menjadikan masyarakat sangat
Sejarah Islam di Jawa berjalan cukup lama. Banyak berbagai ritual dan tradisi
budaya yang dilaksanakan secara Islami di Jawa. Hal ini dilakukan sebagai unsur dakwah
Islamiyah. Islam memberikan pengaruh kepada tradisi dan budaya atau kepercayaan, dan
begitu juga sebaliknya budaya juga memberikan pengaruh pada pelaksanaan dari ajaran-
ajaran Islam. Pengaruh budaya Islam mencakup dua hal yang mendasar yaitu berupa budaya
material dan non material. Agama dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak
terpisahkan, meskipun keduanya dapat dibedakan. Islam adalah agama yang berasal dari
wahyu Tuhan. Ajaran-ajarannya bersifat teologis karena didasarkan pada kitab suci al-
Qur’an. Kebudayaan didefinisikan sebagai hasil cipta, karsa, dan karya manusia sehingga
bersifat antropologis. Dalam proses penciptaan kebudayaan tersebut tidak dapat dilepaskan
dari kepercayaan atau keyakinan masyarakat terhadap agama. Ajaran agama yang dipahami
1
Novan Ardy Wiyani, Konsep, Praktik, Dan Strategi Membumikan Pendidikan Karakter Di SD
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 16.
2
Achmad Nadlif and Muhammad Fadlun, Tradisi Keislaman (Surabaya: Al-Miftah, n.d.), 1.
3
Maisyanah and Lilis Inayati, “Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Pada Tradisi Meron,”
Edukasia 13, no. 2 (2018): 330.
1
2
masyarakat membentuk pola pikir yang kemudian dituangkan dalam bentuk tradisi yang
disepakati bersama. Islam bukanlah produk budaya. Tetapi ajaran Islam mampu mewarnai
berbagai aspek kebudayaan. Dalam implementasi ajarannya, Islam memerlukan media untuk
sinilah muncul keragaman kebudayaan Islam yang disebabkan adanya perbedaan penafsiran
korupsi, kekerasan, anarkis, remanisme, dan nakorba. Hal itu sudah melanda kalangan
pelajar. Nilai-nilai ajaran Islam yang ada dimata pelajar PAI seperti halnya nilai-nilai PAI
tidak terinernalisasi dengan baik dalam diri setiap individu sehingga kebrobokan moral tidak
bisa dihindari, dan kemudian menjadikan seseorang cenderung kepada kehidupan hedonis
seperti halnya internalisasi nilai-nilai PAI pada anak masih belum berhasil, padahal dari
pihak sekolah terutama dari guru pendidikan agama Islam senantiasa berusaha untuk
menanamkan akhlak mulia serta budi pekerti yang baik kepada peserta didiknya melalui
pelajaran PAI di sekolah. Hal ini menjadi sebuah dasar bahwa internalisasi nilai-nilai PAI
seharusnya tidak hanya dilakukan melalui sebuah mata pelajaran akan tetapi juga dapat
ditujukan untuk membantu perkembangan dari peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, dan minat mereka melalui suatu kegiatan yang tepat dan secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
4
Ali Sodiqin and Dkk, Islam Dan Budaya Lokal (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009), 1–2.
5
Evi Rohmawati, “Penanaman Nilai-Nilai Karakter Cinta Tanah Air Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler
Berbasis Kearifan Lokal Reog Ponorogo Di MI Ma’arif Polorejo Babadan Ponorogo” (IAIN Ponorogo, 2020).
3
langsung yang dikendalikan oleh lembaga sekolah untuk membentuk pribadi peserta didik
seutuhnya.6
Salah satu bentuk kegiatan ekstrakurikuler adalah seni budaya. Kesenian ialah
kompleks dari berbagai ide-ide, norma-norma, gagasan, nilai-nilai, serta peraturan dimana
komplek aktivitas dan tindakan tersebut berpola dari manusia itu sendiri dan pada umumnya
berwujud berbagai benda-benda hasil ciptaan manusia. Kesenian merupakan salah satu
bentuk aktivitas manusia yang dalam kehidupannya (kesenian) selalu tidak dapat berdiri
sendiri. Pertumbuhan dan perkembangan kesenian rakyat dapat dipisahkan dari ciri warna
Indonesia mempunyai bentuk kesenian yang menggambarkan budaya daerah setempat, yang
tentu saja setiap kesenian daerah mempunyai latar belakang sejarah dan sosial yang
berbeda.7
Wujud dari kesenian dapat bermacam-macam mulai dari drama (teater), lagu atau
tembang, dan tari tradisional. Salah satu bentuk kesenian tradisi adalah tari. Tari adalah satu
Kesenian Reog adalah salah satu kesenian khas dari Kabupaten Ponorogo dan telah diakui
sebagai salah satu tari yang menjadi identitas bangsa Indonesia di mata dunia. Kesenian reog
merupakan kesenian tradisional yang telah lama hidup di daerah Kabupaten Ponorogo,
Provinsi Jawa Timur. Kesenian ini hidup dan berkembang seiring dengan perkembangan
masyarakat di wilayah tersebut. Kesenian reog berupa tarian yang dimainkan sekelompok
orang. Ada yang membawa dhadhak merak, pemain jathil, penabuh gamelan, dan kelompok
senggakan. Mereka bermain dengan diiringi gamelan dan teriakan senggakan. Kesenian
khas Ponorogo ini dibawakan dengan sangat dinamis dan riang.9 Reog Ponorogo mengalami
6
Evi Rohmawati, “Penanaman Nilai-Nilai Karakter Cinta Tanah Air Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler
Berbasis Kearifan Lokal Reog Ponorogo Di MI Ma’arif Polorejo Babadan Ponorogo” (IAIN Ponorogo, 2020), 32.
7
Sidi Gazalba, Pandangan Islam Tentang Kesenian (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), 85.
8
Claire Holt, Melacak Jejak Perkembangan Seni Di Indonesia, Terj. Seodarsono (Bandung: Arti Line,
2000), 124.
9
Herry Lisbijanto, Reog Ponorogo (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), 1.
4
dalam beberapa versi penyajian. Sebagai produk seni dan budaya, Reog perlu dilestarikan.
Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah setempat untuk melakukan
nilai-nilai PAI adalah kesenian Reog Ponorogo. Beberapa fakta umum tentang kesenian
reog ini adalah besarnya topeng reog yang harus digigit dan diangkat oleh seorang penari
barong, hal ini seolah mustahil jika dilakukan oleh orang biasa sehingga para pemain dalam
kesenian tradisi ini tidak jarang menggunakan bantuan makhluk gaib dalam
pertunjukkannya, padahal mereka secara formal menganut agama Islam. Selain itu, ada juga
beberapa hal yang kontra produktif dengan ajaran luhur tradisi Jawa yang termuat
didalamnya. Oleh karena itu, penelitian ini sangat penting dalam mengkaji bagaimana
proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam kesenian reog melalui kegiatan
ekstrakurikuler.
Sebagai salah satu wujud nyata atau contoh kongkret dari adanya internalisasi nilai-
nilai pendidikan agama Islam dalam tradisi Reog Ponorogo adalah terletak pada nilai-nilai
dalam kesenian reog yang dapat digunakan untuk memberikan pembelajaran atau
pendidikan agama kepada masyarakat atau peserta didik. Seperti kita ketahui bahwa dalam
kesenian reog terdapat sebuah figur atau tokoh Singo Barong yang kemudian digambarkan
dengan topeng kepala macan yang tampak garang dengan diatasnya berdiri tegak burung
merak dengan bulu-bulunya yang indah. Hal ini merupakan pembelajaran agama Islam jika
dilihat dan dimaknai sebagai simbol bahwa kejahatan akan kalah dengan kebaikan atau kita
tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan yang sama namun harus kita balas dengan
10
Dhika Yuan Yurisma Muhammad Bahruddin, “Pemaknaan Simbol Reog Ponorogo Dalam Tradisi Jawa:
Sebuah Kajian Kritis,” Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi 6 (2020), 102.
5
kebaikan dan kesabaran. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an Surah
Dari ayat diatas dapat kita ketahui bahwa Allah mengutus kita untuk berbuat baik
kepada siapapun bahkan kepada orang yang telah berbuat jahat kepada kita. Niscaya jika
kita melakukan perintah Allah itu, suatu saat orang-orang yang membenci dan memusuhi
kita akan berbalik menyukai dan menjadi teman baik bagi kita.
yang menjabat sebagai kepala desa Kalimalang, Kecamatan Sukorejo, Ponorogo, peneliti
Kalimalang, salah satunya adalah Ekstrakurikuler Reog Mini di SDN Kalimalang. 12 Beliau
juga merupakan salah satu perintis berdirinya ekstrakurikuler Reog Mini di SDN
Kalimalang tersebut. Reog Mini SDN Kalimalang ini sudah cukup dikenal masyarakat
sekitar dan tidak jarang ikut berpartisipasi dalam berbagai acara di desa Kalimalang dan
pernah juga diundang keluar kota. Hal tersebut adalah yang dikatakan oleh Ibu Wahyu
Pujiastuti yang menjabat sebagai PJ Kepala SDN Kalimalang sewaktu peneliti melakukan
wawancara dan observasi tempat penelitian.13 Beliau juga menambahkan bahwa tidak
banyak sekolah setingkat SD atau MI yang memiliki ekstrakurikuler Reog Mini yang
11
Al-Qur’an, 41: 34.
12
Wawancara dengan Bapak Riyadi Kepala desa Kalimalang, 10 November 2020.
13
Wawancara dengan Ibu Wahyu Puji Astuti Kepala SDN Kalimalang, 11 November 2020.
6
Berangkat dari permasalah yang telah dipaparkan dalam latar belakang diatas dan
mengingat pentingnya penelitian ini dilakukan, maka peneliti tertarik untuk meneliti dan
mengetahui lebih lanjut tentang kegiatan tersebut, untuk itu peneliti akan melakukan
penelitian tentang bagaimana proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam
B. Fokus Penelitian
nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam kegiatan ekstrakurikuler Reog Mini di SDN
Kalimalang Ponorogo maka penelitian ini perlu dibatasi. Oleh karena itu, fokus penelitian
ini adalah proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam yang terdapat dalam
C. Rumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, dapat dirumuskan dalam daftar
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan
Mini.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dan referensi rujukan untuk
2. Manfaat praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan kajian dan penunjang dalam
Mini.
8
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk menanamkan kecintaan terhadap
kesenian tradisi Reog mini dan tambahan ilmu pengetahuan agama Islam terhadap
peserta didik.
c. Bagi Guru
Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dan informasi bagi guru dalam proses
d. Bagi Sekolah
F. Sistematika Pembahasan
Untuk memperoleh hasil paparan penelitian yang mudah dibaca dan dimengerti,
Bab pertama, memuat latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah,
Bab kedua, meliputi telaah hasil penelitian terdahulu dan kajian teori yang memuat
tentang penelitian yang terkait dengan penelitian ini dan teori-teori yang memberikan
Bab ketiga, berisi Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian yang akan
peneliti lakukan, antara lain terdiri dari pendekatandan jenis penelitian, kehadiran penelitian,
lokasi penelitian, data dan sumber data, prosedur pengumpulan data, teknik analisis data,
penelitian. Berisi tentang paparan data secara rinci dan umum, antara lain sejarah berdirinya
SDN Kalimalang, letak geografis, visi misi, tujuan, data guru, data peserta didik, keadaan
sarana dan prasarana SDN Kalimalang. Dan data khusus meliputi kegiatan pendidikan
agama Islam, proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler reog mini, dan implikasi proses internalisasi nilai-nilai pendidikan
agama Islam dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler reog mini di SDN Kalimalang.
Bab kelima, memuat tentang analisis data. Menganalisis data yang diperoleh selama
pendidikan agama Islam dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler reog mini, dan
Bab keenam, penutup. Pada bab ini memaparkan kesimpulan yang diambil dari
rumusan masalah untuk mempermudah para pembaca dalam mengambil inti sari dari isi dan
BAB II
Berikut adalah daftar dan garis besar dari karya-karya penelitian sebelumnya yang
1. Hasil penelitian yang berjudul “Relasi Nilai Agama Islam dan Budaya dalam Kesenian
Reog Ponorogo” yang termuat dalam jurnal “An-Nuha” oleh Alfiati (2018) mahasiswa
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Madiun. Penelitian Alfiati membahas mengenai
relasi nilai-nilai ajaran Islam dengan budaya yang ada pada kesenian Reog Ponorogo.
Penelitian Alfiati dan penelitian yang akan peneliti lakukan memiliki kesamaan yaitu
sama-sama membahas mengenai adanya keterkaitan antara kesenian reog dan agama
Islam. Perbedaan antara penelitian Alfiati dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah
dari segi sudut pandang analisisnya. Alfiati menganalisis hubungan atau relasi antara
nilai-nilai ajaran agama Islam yang ada pada salah satu budaya atau kesenian tradisi
Reog Ponorogo secara umum dan lebih mengutamakan pengungkapan makna filosofis
Islami terhadap atribut atau kelengkapan dan alat musiknya, seperti topeng, busana,
aksesoris, serta alat musik kendang, gong, sompret, kethuk, dan sebagainya. Sedangkan
penelitian yang akan peneliti lakukan lebih mengutamakan pada analisis proses
2. Penelitian selanjutnya yang peneliti jadikan kajian pustaka adalah penelitian yang
berjudul “Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Pada Tradisi Meron” oleh
Maisyanah dan Lilis Inayati (2018) yang termuat dalam jurnal Edukasia IAIN Kudus.
pada tradisi Meron yang mana dalam penelitian tersebut mengungkapkan adanya
10
11
internalisasi pendidikan agama Islam melalui sebuah tradisi budaya, sedangkan yang
membedakan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah
terletak pada objek penelitian dan jenis tradisinya. Pada penelitian tersebut yang diteliti
adalah tradisi Meron yang berbentuk ritual keagamaan lokal, sedangkan dalam penelitian
yang akan peneliti lakukan mengambil jenis kesenian tradisi Reog, khususnya
3. Selanjutnya terdapat skripsi yang berjudul “Penanaman Nilai-Nilai Karakter Cinta Tanah
Ma'arif Polorejo Babadan Ponorogo” Tahun 2020. Penelitian tersebut dilakukan oleh Evi
Rohmawati mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. dalam penelitian
tersebut Evi menganalisis adanya upaya penanaman karakter cinta tanah air melalui
kemudian Evi menyimpulkan bahwa nilai-nilai karakter cinta tanah air yang terdapat
kesenian lokal; 7) melestarikan budaya lokal. Selain itu hasil dari penelitian tersebut juga
Ponorogo terhadap karakter cinta tanah air peserta didik yang dapat diamati, meliputi: 1)
terkadang peserta didik mampu menunjukkan sikap tanggung jawab, kerja sama yang
baik; 2) antusias pada kegiatan reog dan banyak meluangkan waktu untuk latihan reog,
dan baik; 5) menunjukkan moralitas yang baik; 6) kedisiplinan yang baik; 7) memiliki
rasa cinta terhadap kesenian reog; dan 8) ikut andil melestarikan kesenian reog.
Penelitian yang dilakukan Evi Rohmawati dan penelitian yang akan peneliti lakukan
Ponorogo pada jenjang sekolah dasar (SD/MI) dan menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif studi kasus. Sedangkan di sisi lain juga terdapat perbedaan yang terletak pada
penanaman karakter cinta tanah air dalam ekstrakurikuler Reog Ponorogo, sedangkan
penelitia akan membahas internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam yang terdapat
dalam ekstrakurikuler Reog Mini. Adapun lokasi penelitian yang dipilih Evi Rohmawati
4. Penelitian yang berjudul “Pemaknaan Simbol Reog Ponorogo Dalam Tradisi Jawa:
Sebuah Kajian Kritis” oleh Dhika Yuan Yurisma, dan Muhammad Bahruddin
termuat dalam Jurnal Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi. Hasil penelitian ini
dengan nafsu yang ada dalam diri manusia. Simbolisasi dalam kesenian Reog
menjalani kehidupan bagi yang melihatnya atau mengerti secara mendalam. Reog kaya
akan makna dan nilai yang ditanamkan oleh para penciptanya sehingga menjadi sebuah
peninggalan budaya yang ada saat itu. Namun dalam banyak pertunjukan, seperti festival
tahunan Reog Ponorogo dalam rangka memperingati Tahun Baru Hijriyah atau Tahun
Baru Islam (masyarakat menyebut sebagai Grebeg Suro), Reog Ponorogo kerap
mengalami reduksi nilai-nilai yang seharusnya ada dalam pertunjukan. Sejak tahun
1990-an seni dan budaya Indonesia telah mengalami perubahan orientasi di berbagai
bidang seperti ekonomi, politik, dan sosial. Perubahan ini terjadi karena kesenian
dipahami sebagai sebuah kegiatan bisnis. Karena itu, banyak masyarakat yang
komoditas, kesenian Reog kerap „dijual‟ murah-meriah dalam setiap pertunjukan. Hal ini
menghilangkan nilai-nilai budaya maupun kekuatan magis yang selama ini menjadi ciri
khas dan kekuatan Reog Ponorogo. Penelitian tersebut memliki kesamaan dengan
penelitian yang akan peneliti lakukan adalah terletak pada pengambilan sudut pandang
yakni adanya proses internalisasi nilai-nilai agama Islam dalam kesenian Reog
Berdasarkan penelitian yang sudah ada, hanya dijelaskan tentang nilai-nilai yang
terkandung pada kesenian Reog Ponorogo, dan pada tulisan ini akan membahas bagaimana
proses internalisas nilai, penanaman nilai-nilai agama Islam, dan sekaligus menjelaskan nilai-
nilai edukatif secara umum dari ekstrakurikuler Reog Mini. Oleh karena itu, penelitian ini
B. Kajian Teori
1. Pengertian Internalisasi
budaya menjadi bagian diri (self) orang yang bersangkutan. Penamaan dan
sebagainya.1
pada seseorang yang akan membentuk pola pikirnya dalam melihat makna realitas
empiris. Nilai-nilai tersebut bisa dari agama, budaya, kebiasaan, hidup, dan norma sosial.
1
Asmaun Sahlan, Religiusitas Perguruan Tinggi (Malang: UIN Maliki Press, 2012), 45.
14
Pemaknaan atas nilai inilah yang mewarnai pemaknaan dan penyikapan manusia
terhadap diri, lingkungan, dan kenyataan di sekelilingnya. Dalam konteks agama, para
pendakwah adalah orang yang sangat berperan pada fase ini.2 Sedangkan dalam
standar tingkah laku, pendapat dan seterusnya di dalam kepribadian. Freud yakin bahwa,
superego atau aspek moral kepribadian berasal dari internalisasi sikap-sikap parental
orang tua.3
pembinaan peserta didik atau anak asuh dalam rangka mengembangkan potensi-
Tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pendidik dalam
menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kurang baik. Pada tahap ini hanya
terjadi komunikasi verbal antara pendidik dan peserta didik atau anak asuh.
arah, atau interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang bersifat interaksi
timbal balik.
c. Tahap Transinternalisasi.
Tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap tansaksi. Pada tahap ini bukan
hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tetapi juga sikap mental dan
kepribadian. jadi pada tahap ini komunikasi kepribadian yang berperan secara aktif.4
2
Heni Puspitasari, “Internalisasi Nilai-Nilai Islam Dalam Pembentukan Akhlak Siswa Di Madrasah Aliyah
Negeri Malang I” (UIN Malang, 2009), 12.
3
James P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1989), 256.s
4
Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: Citra Media, 1996), 154.
15
Secara umum internalisasi akan berjalan mengalir dalam aktivitas lembaga pendidikan,
baik pada KBM maupun kegiatan yang telah diagendakan sekolah. Maka, sebaiknya
2. Pengertian Nilai-Nilai
pembaharuan.
menjadi lima, yaitu orientasi pada pelestarian nilai-nilai, orientasi pada kebutuhan sosial
(social demand), orientasi pada tenaga kerja, orientasi pada peserta didik, orientasi pada
masa depan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.5 Untuk itu, dalam rangka
terlebih dahulu definisi nilai-nilai, agar kita dapat merealisasikan betul-betul berbagai
perihal yang diharapkan oleh pendidikan Islam sendiri. Berikut ini adalah definisi
a. Nilai adalah prinsip atau hakikat yanggmenentukan harga atau nilai dan makna bagi
sesuatu.
5
M. Fahim Tharaba and Moh. Padil, Sosiologi Pendidikan Islam Realitas Sosial Umat Islam (Malang: CV
Dream Litera, 2015), 260.s
16
b. Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai
suatu identitas yang memberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan,
c. Nilai adalah suatu pola normatif, yang menentukan tingkah laku yang diinginkan
bagi suatu sistem yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan
fungsi-fungsi bagian-bagiannya.7
d. Nilai merupakan kualitas empiris yang tidak didefinisikan, tetapi hanya dapat
e. Nilai adalah suatu yang bersifat abstrak, ideal, bukan benda konkrit, bukan fakta,
bukan hanya persolan benar salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan
dalam kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan dapat merubah kualitas
Sedangkan agama secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta terdiri dari
kata a yang berarti tidak, dan gam yang berarti pergi. Secara harfiah agama berarti
tidak pergi, tetap pada tempatnya, langgeng, abadi dan diteruskan secara terus-
menerus. Selain itu agama juga dapat diartikan tidak kacau. Hal ini berarti orang
yang memeluk agama hidupnya tidak akan mengalami kekacauan. Sedangkan secara
6
Zakiyah Daradjat, Dasar-Dasar Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), 260.
7
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bina Aksara, 1987), 141.
8
Thoha Chatib, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1996), 61.
9
Ibid.
10
Ahmadi, Manajemen Kurikulum: Pendidikan Kecakapan Hidup (Yogyakarta: Pustaka Ifada, 2013), 2.
17
Adapun Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah upaya sadar yang terencana
sumber utamanya kitab suci al-Qur‟an dan al-hadis, melalui kegiatan bimbingan,
penerus agar ia mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Melalui pendidikan agama
seorang anak didik bukan hanya dibelajarkan persoalan-persoalan ibadah, tetapi juga
lain penerapan pembelajaran PAI memiliki karakteristik dan penekanan pada aspek
pendidikan akidah, akhlak, dan ibadah. Semua aspek dalam kajian PAI berlandaskan
al-Qur‟an dan hadis. Oleh karena itu perlu pemahaman yang kuat dari guru tentang
metodologi pembelajaran PAI yang benar sehingga pendidik tidak salah dalam
penerapannya.13
Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah
11
Koko Abdul Kodir, Metodologi Studi Islam, 2nd ed. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2017), 38.
12
Sulaiman, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) (Kajian Teori Dan Aplikasi
Pembelajaran PAI) (Banda Aceh: Yasasan Pena, 2017), 27.
13
Sulaiman, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) (Kajian Teori Dan Aplikasi
Pembelajaran PAI) (Banda Aceh: Yasasan Pena, 2017), 27.
14
Ibid., 34–35.
18
Pondok (sebelum tahun 1960-an) dan kini sering disebut dengan Pesantren.15
Pesantren merupakan tempat para santri (siswa pondok) berkumpul untuk mengkaji
dan memperdalam pengetahuan mengenai agama Islam kepada Kyai atau guru yang
dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah swt, hubungan manusia
dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan
Agama Islam juga identik dengan aspek-aspek Pengajaran Agama Islam karena
1) Al-Qur‟an
2) Akidah
3) Syariah
4) Akhlak
5) Tarikh18
15
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, 10th ed. (Jakarta: LP3ES, 2019), 41.
16
Abdul Mun‟im Saleh, Kedudukan Al-Qawaid Al-Fiqhiyah Dalam Tradisi Keilmuan Pesantren Salaf
(Ponorogo: Stain Ponorogo Press, 2015), 51.
17
Sulaiman, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) (Kajian Teori Dan Aplikasi
Pembelajaran PAI) (Banda Aceh: Yasasan Pena, 2017), 31.
18
Ibid., 32.
19
pemaknaan, intisari pokok dari ajaran-ajaran Islam itu sendiri. yang mana
penanaman nilai-nilai Islami terhadap peserta didik. Sistem iman/ takwa/ sistem
pendidikan Islam akan eksis atau tampil di dalam kepribadian peserta didik sesuai
maupun non pondok.19 Sistem Nilai yang terilhami dari nilai iman atau dari nilai
1) Tolong-menolong.
2) Cinta-mencintai.
3) Pengendalian emosi.
4) Kesabaran.
5) Keikhlasan.
6) Rendah hati.
7) Jujur.
8) Amanah.
9) Menjaga kehormatan.
10) Malu.
11) Berani.
19
Suroso Abdussalam, Arah Dan Asas Pendidikan Islam (Bekasi: Sukses Publising, 2011), 84.
20
13) Setia.
dalam berhubungan dengan sesama makhluk dan menentukan proses berfikir, dan
sebagai sebuah struktur yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya.
1) Aqidah
para malaikat, kitab-kitab, nabi dan Rasul Allah, hari akhir, serta qadha dan
qadar. Dalam ajaran Islam aqidah saja tidalah cukup. Tidaklah cukup kalau kita
hanya menyatakan percaya kepada Allah, tetapi tidak percaya akan kekuasaan
20
Ibid., 85.
21
dan keagungan dan printahnya. Tidaklah bermakna percaya kepada Allah, jika
kepercayaan (belief). Agama adalah Iman (belief), dan amal shaleh (good
action). Iman mengisi hati, ucapan mengisi lidah, perbuatan mengisi gerak
2) Syariah
pelaksanaan dan penyerahan diri secara total melalui proses ibadah secara
langsung maupun tidak langsung kepada Allah SWT dalam hubungan dengan
sesama makhluk lain, dengan sesama manusia, maupun dengan alam sekitar.
menuruti syariah yang telah ditentungkan Allah yang ditunjukan jalanya oleh
3) Akhlak
Akhlah adalah bentuk plural dari khuluq yang artinya tabiat budi pekerti.
yang luhur.”23
adalah suatu sifat yang teguh terhunjam pada jiwa, yang timbul dari padanya
21
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai Perkembangan Moral Keagamaan Mahasiswa PTAIN
(Bengkulu: Pustaka Pelajar, 2011), 24–25.
22
Ibid., 25–26.
23
Al-Qur‟an, 68 : 4.
22
pertimbangan.24
menjadi adat kebiasaan yang mengarah kepada kebaikan dan keburukan. Komponen
dalam ajaran Islam adalah aqidah, syariah dan akhlak. Ketiganya merupakan suatu
kesatuan integral yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.25
Akhlak atau amal saleh merupakan hasil yang keluar dari aqidah dan syariah,
bagaikan buah yang keluar dari cabang pohon yang rindang. Perumpamaan ini
menunjukkan arti bahwa kualitas amal saleh yang dilakukan oleh seseorang
merupakan cerminan kualitas iman dan Islam seseorang. Perilaku tersebut baru
dapat dikatakan sebagai amal saleh, apabila dilandasi dengan keimanan, sedang
pelaksanaanya didasari dengan pengetahuan syariah Islam. Kualitas iman dan Islam
dapat diukur dari kualitas sikap dan perilaku dalam kehidupan seharihari.26
Internalisasi nilai agama Islam adalah suatu proses memasukkan nilai agama
Islam secara penuh ke dalam hati, sehingga ruh dan jiwa bergerak berdasarkan
ajaran agama Islam. Internalisasi nilai agama Islam terjadi melalui pemahaman
ajaran agama Islam secara utuh, dan diteruskan dengan kesadaran akan pentingnya
kehidupan nyata. Dari segi isi, agama terdiri dari seperangkat ajaran yang
24
Ibid., 26.
25
Ibid., 27.
26
Ibid., 28.
23
secara populer disebut dengan nilai agama. Oleh sebab itu nilai-nilai agama
Oleh karena itu seberapa banyak dan seberapa jauh nilai-nilai agama bisa
sikap religiusnya akan muncul dan terbentuk. Jika sikap religius sudah muncul dan
terbentuk, maka nilai-nilai agama akan menjadi pusat nilai dalam menyikapi segala
terasa kurang terkait atau kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah
pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi makna dan nilai yang perlu
motivasi bagi peserta didik untuk bergerak, berbuat dan berprilaku secara kongkrit
Bila mengamati fenomena empirik yang ada di hadapan dan sekeliling maka
tampaklah bahwa pada saat ini terdapat banyak kasus kenakalan dikalangan pelajar.
(kejahatan kerah putih), konsumsi minuman keras, etika berlalu lintas, perubahan
pola konsumsi makanan, kriminalitas yang semakin hari semakin menjadi-jadi serta
semakin rumit dan sebagainya, telah mewarnai halaman surat kabar, majalah dan
kegagalan PAI di sekolah yang lebih menekankan aspek kognitif, tetapi bagaimana
27
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan Pemikiran Dan Kepribadian Muslim)
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), 10.
24
itu semua Guru PAI untuk mencermati kembali dan mencari solusi lewat
agama Islam tidak mungkin dapat berhasil dengan baik sesuai dengan misinya
bilamana hanya berpaut pada transfer atau pemberian ilmu pengetahuan agama
(afektif) yang dibarengi dengan aspek kognisi sehingga timbul dorongan yang
sangat kuat untuk mengamalkan dan menaati ajaran dan nilai-nilai dasar agama
Menurut Noeng Muhadjir ada beberapa strategi yang bisa digunakan dalam
pembelajaran nilai, yaitu Strategi tradisional, Strategi bebas, Strategi refleksif, dan
dengan jalan memberikan nasihat atau indoktrinasi. Dengan kata lain, strategi
yang baik dan yang kurang baik. penerapan strategi tersebut akan menjadikan
peserta didik hanya mengetahui dan menghafal jenis-jenis nilai tertentu yang
tetapi peserta didik justru diberi kebebasan sepenuhnya untuk memilih dan
menentukan nilai mana yang akan diambilnya. Karena nilai bagi orang lain
28
Muhaimin and Dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di
Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), 168.
25
belum tentu baik pula bagi peserta didik itu sendiri. Dengan demikian, peserta
yang baik dan tidak baik, dan peran peserta didik dan guru sama-sama terlibat
aktif.
dengan transaksi dan transinternalisasi. Dalam hal ini, guru dan peserta didik
29
Ibid., 173.
26
terpuji, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-
kisah keteladanan.30
Agama dan kehidupan manusia pada dasarnya memiliki sumber yang sama,
fitrah dari sang pencipta, dari kedua hal tersebut tentunya akan terus tumbuh dan
Islam yang hadir sebagai pendatang Tanah Jawa adalah agama yang tergolong asing,
hal ini disebabkan hampir seluruh masyarakat Jawa ketika itu sudah menganut
berlangsung lama dan sudah mengakar kuat.32 Meskipun dengan kondisi yang
seperti itu, Islam dapat mengalami pertumbuhan yang baik, hal ini menyebabkan
agama Islam dapat melembaga dan berhasil membuat mayoritas penduduk Jawa
Islam yang bersifat misionaris terlahir bukan hanya bertujuan mengatur segi
kehidupan manusia yang berhubungan dengan akhirat saja, akan tetapi, Islam juga
didalamnya adalah tradisi dalam kehidupan masyarakat Jawa. Islam dan tradisi Jawa
30
Ibid., 174.
31
Mizan Khairusani, “Seni Budaya Sebagai Upaya Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bernilai
Estetika,” Ta’dibuna 3, no. 2 (2020): 49.
32
Samidi Khalim, Islam Dan Spiritualitas Jawa (Semarang: Rasail Media Group, 2008), 1.
33
Ibid.
34
Ahmad Khalil, Islam Jawa (Sufisme Dalam Etika Dan Tradisi Jawa) (Malang: UIN Malang Press,
2008), 10.
27
memiliki hubungan yang begitu erat sehingga ketika membahas Islam di tanah Jawa
pasti akan membahas pula tradisi Jawa yang sudah mengakar kuat selama bertahun-
tahun.35 Tradisi Jawa yang mengakar tersebut tetap lestari dan mengalami
perkembangan bahkan di setiap tahunnya masih tetap digelar oleh masyarakat Jawa.
Namun, hal tersebut tidak menyimpang dari esensi tradisi jawa yang sudah bersatu
dengan ajaran Islam.36 Selain itu, masyarakat jawa memegang prinsip harmoni
yakni tata titi tentrem raharjo yang berarti tertata, cermat, tentram, serta sejahtera.37
Dakwah yang bersifat toleran terhadap tradisi yang ada membuat walisongo
sangat sesuai dengan watak orang Nusantara yang cenderung bersifat moderat serta
tidak saja terjadi dalam acara ritual keagamaan, tetapi juga dalam kebudayaan
material yang lain, seperti dalam kesenian, arsitekstur, dan sebagainya. Apalagi,
dalam beberapa hal terdapat persamaan antara agama dan kesenian. Agama
mempunyai unsur ritual dan emosional. Demikian pula dengan kesenian. Maka
tidak mengherankan apabila dalam agama-agama primitif antara seni dan agama
Islam dan dunia seni bagaikan sebuah mata uang yang memiliki dua sisi.
Islam tanpa seni dan seni tanpa Islam tidak akan mencapai kesempurnaan. Islam
kedalaman aspek kebatinan dari ajaran itu. Seni merupakan bagian dari sisi manusia
35
Zuly Qodir, Sosiologi Agama Esai-Esai Agama Di Ruang Publik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011),
153.
36
Ismail Yahya and Dkk, Adat-Adat Jawa Dalam Bulan-Bulan Islam Adakah Pertentangan (Solo: Inti
Medina, 2009), 3.
37
Yahya and Dkk, Adat-Adat Jawa Dalam Bulan-Bulan Islam Adakah Pertentangan.
38
Maharsi, “Pola-pola Perpaduan Islam dan Budaya Nusantara” dalam Ali Sodiqin dkk, Islam dan Budaya
Lokal (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009), 29-30.
28
keheningan. Suasana batin seperti ini sangat dibutuhkan dan merupakan dambaan
Agama Islam tidak memberikan atau menggariskan teori dan ajaran yang
tentang seni Islam yang diterima semua pihak.40 Seni menurut bahasa adalah sesuatu
yang halus. Menurut istilahnya seni adalah sesuatu yang mengandung nilai estetik.
Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari kehidupan seni karena posisi seni di sini
sebagai stabilisator antara perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, seni
sendiri memiliki nilai strategis dan mempunyai peranan penting agar kehidupan bisa
Secara umum kesenian merupakan sesuatu benda atau sajian yang indah.
Dalam Islam dijelaskan bahwa Allah menyukai keindahan. Dengan kata lain ajaran
agama Islam tidak pernah melarang bentuk-bentuk kesenian, bahkan dalam tradisi
Islam sendiri ada kesenian seperti menulis ayat Al-Qur‟an (kaligrafi), seni membaca
Al-qur‟an (tilawah atau qiro’ah), seni arsitektur ala Islami dan sebagainya. Dalam
hal ini yang terpenting adalah seni tidak keluar dari prinsip-prinsip seni dalam
Islam. Adapun prinsip-prinsip seni menurut Islam adalah sebagai berikut :42
1) seni yang dapat mengangkat martabat manusia dan tidak meninggalkan nilai-
nilai kemanusiaan
kepada seuruh kesahihan Islam itu sendiri, dimana menurut Islam seni yang
39
Akhmad Akromusyuhada, “Seni Dalam Perspektif Al-Qur'an dan Hadits,” Tahdzibi 3, no. 1 (2018): 2.
40
Nanang Rizali, “Kedudukan Seni Dalam Islam,” TSAQAFA, Jurnal Kajian Seni Budaya Islam 1, no. 1
(2012): 3.
41
Yedi Purwanto, “Seni Dalam Pandangan Alquran,” Sosioteknologi, 2010, 782.
42
Raina Wildan, “Seni Dalam Perspektif Islam,” Islam Futura 6, no. 2 (2007): 84.
29
Berkaitan dengan hal diatas, wilayah Ponorogo sendiri merupakan salah satu
wilayah yang kental akan perpaduan agama Islam dan kesenian Jawa. Menurut
sejarah yang terdapat tokoh yang bernama Raden Bathoro Katong yang mendirikan
kadipaten Panaraga diawal tahun 1486 Masehi.43 Raden Bathoro Katong yang sering
sebagai media penyampaian ajaran Islam kepada masyarakatnya. Selain itu ada juga
kesenian Jemblung yang diciptakan oleh Raden Bathoro Katong dan Ki Ageng
5. Ektrakurikuler
a. Pengertian Ekstrakurikuler
yang ditujukan untuk membantu perkembangan dari peserta didik yang sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui suatu kegiatan yang tepat dan
secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang
43
Soemarto, Melihat Ponorogo Lebih Dekat (Yogyakarta: Terakata, 2019), 23.
44
Muhammad Fajar Pramono, Raden Bathoro Katong Bapak-E Wong Ponorogo (Ponorogo: Lembaga
Penelitian Pemberdayaan Birokrasi dan Masyarakat Ponorogo, 2006), 29.
45
Evi Rohmawati, “Penanaman Nilai-Nilai Karakter Cinta Tanah Air Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler
Berbasis Kearifan Lokal Reog Ponorogo Di MI Ma‟arif Polorejo Babadan Ponorogo” (IAIN Ponorogo, 2020).
30
pengembangan bagi pribadi peserta didik melalui berbagai aktivitas, baik yang terkait
langsung maupun tidak langsung dengan materi kurikulum, sebagai bagian yang tidak
kegiatan yang memiliki nilai tambah dan diberikan sebagai pendamping pelajaran
yang diberikan secara intrakurikuler, dan tidak hanya sebagai pelengkap suatu proses
kegiatan belajar mengajar, melainkan sebagai sarana agar peserta didik memiliki nilai
lebih.47
adalah kegiatan tambahan di luar struktur program, yang dilaksanakan di luar jam
46
Evi Rohmawati, “Penanaman Nilai-Nilai Karakter Cinta Tanah Air Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler
Berbasis Kearifan Lokal Reog Ponorogo Di MI Ma‟arif Polorejo Babadan Ponorogo” (IAIN Ponorogo, 2020), 32.
47
Popi Sopiatin, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), 99.
48
William F. O‟neil, Ideologi-Ideologi Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 54.
31
psikomotorik.
2) Mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi
yang ada. Kegiatan ini dilakukan melalui berbagai macam bentuk seperti lomba
5) Meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
dan prasarana melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama;
(b) mengupayakan penggunaan sarana dan prasarana secara tepat dan efisien; (c)
hari, sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai ketika diperlukan.50
49
Novan Ardy Wiyani, Konsep, Praktik, Dan Strategi Membumikan Pendidikan Karakter Di SD
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 111.
50
Sopiatin, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa, 101.
32
Reog merupakan salah satu budaya yang berkembang di Jawa sejak dulu.
Kesenian tersebut mengandung nilai etis dan estetika. Menurut Mbah Wo Kucing,
seseorang yang dianggap sesepuh dan Warok Reog Ponorogo dan salah satu seniman
paling berpengaruh di Jawa Timur, bahwa “Reog” itu aslinya “Reyog”. Kata “Reyog”
merupakan singkatan dari R-E-Y-O-G. R kepanjangan dari rukun yang artinya damai,
E kepanjangan dari eling yang artinya ingat, Y kepanjangan dari yakin yang artinya
percaya sepenuh hati, O kepanjangan dari ono yang artinya ada, dan G kepanjangan
dari gunane yang artinya gunanya atau manfaatnya. Jika dirangkaikan “Reyog” itu
maknanya rukun lan eling yakin ono gunane yang dalam Bahasa Indonesia artinya
Kesenian Reog Ponorogo merupakan kesenian budaya lokal asli dari Ponorogo
yang sejarahnya terjadi sebelum Kabupaten Ponorogo itu sendiri terbentuk yang
kemudian turun temurun tumbuh dan berkembang hingga saat ini yang sudah menjadi
hak milik Kabupaten Ponorogo.52 Kesenian reog berupa tarian yang dimainkan oleh
sekelompok orang. Ada yang membawa dhadhak merak, pemain jathil penabuh
gamelan, dan kelompok senggakan. Mereka bermain dengan iringan gamelan dan
teriakan senggakan. Dengan iringan tersebut menjadikan kesenian khas Ponorogo ini
dibawakan dengan sangat dinamis dan riang.53 Reog Ponorogo mengalami beberapa
51
Rusmiyati, “Nilai Budaya Dan Pendidikan Dalam Tradisi Reog” (Program Pascasarjana Universitas
PGRI Yogyakarta, 2017), 2–3.
52
Fitriana, Yusuf Adam Hilman, and Bambang Triono, “Peran Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Dalam
Upaya Pelestarian Kesenian Budaya Lokal,” Jurnal Inovasi Ilmu Sosial Dan Politik (JISoP) 2 (2020): 2.
53
Herry Lisbijanto, Reog Ponorogo (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), 1.
33
beberapa bentuk penyajian yakni, Reog Kawak (asli), Reog festival (baku), Reog
Selain festival reog dewasa, di Ponorogo juga sering diadakan festival reog
mini pada saat perayaan Grebeg Suro. Dalam hal ini, Reog Mini menggunakan
bentuk penyajian Reog Festival, baik dalam konsep garap maupun tata gerak
Pementasan Reog dilakukan oleh anak-anak usia remaja dan faktor usia tersebut
Fakta yang cukup unik sebenarnya terkait dengan dimasukkannya seni Reog
Ponorogo ke dalam kurikulum sekolah, baik melalui intra maupun ekstra kurikuler.
karena tuntutan seni, juga adanya fakta tentang maraknya pentas Reog Ponorogo
yang sarat dengan perilaku “kontra produktif” dengan nilai-nilai luhur yang terbabar
khamr), ritual sesaji menjelang pentas, saweran (memberi hadiah berupa uang kepada
penari jathil yang dilakukan penonton pria dengan menyentuk bagian tubuh “sensitif”
bertentangan dengan norma sosial maupun terutama norma agama (Islam). Tradisi
Ponorogo. Beberapa oknum seniman Reog terkadang masih memiliki rasa malu dan
karena itu mereka memilih meminum khamr itu jauh sebelum pentas dan dilakukan di
tempat yang tersembunyi, tetapi tidak sedikit mereka yang secara terang-terangan
meminum khamr di area pentas. Bahkan ada “norma illegal” dibakukannya tradisi
54
Dhika Yuan Yurisma and Muhammad Bahruddin, “Pemaknaan Simbol Reog Ponorogo Dalam Tradisi
Jawa : Sebuah Kajian Kritis,” Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi 6 (2020): 102.
55
Jarumi, “Festival Reyog Mini (FRM) Di Ponorogo Dan Sistem Transmisinya” (Institut Seni Indonesia
Sukarakarta, 2017), 2.
34
minum khamr ini sebagai modal memperkuat pentas (adanya keyakinan bahwa reaksi
minuman keras tersebut akan berpengaruh pada keberanian dan kekuatan pada saat
versi Bantar Angin, versi Ki Ageng Kutu, dan versi Raden Katong. Berikut asal-
Klana Bagus. Pada suatu hari ia bermimpi bertemu dengan seorang putri cantik
jelita yang membuatnya jatuh cinta. Prabu Klana Bagus kemudian menceritakan
gerangan putri yang diimpikan oleh sang raja. Pada akhirnya informasi pun
didapat. Putri yang diimpikan itu ternyata putri Kerajaan Daha, Kediri, bernama
maka diutuslah Patih Kerajaan Bantar Angin, Klana Wijaya alias Pujangga Anom
Sanggalangit atas lamaran dari Raja Bantar Angin itu. Sang Putri bersedia
dipersunting oleh Raja Bantar Angin dengan beberapa syarat (bebana). Pertama,
agar diciptakan suatu tontonan yang belum ada di dunia ini. Kedua, sang putri
56
Rido Kurnianto, “Pembelajaran Agama Islam Berbasis Budaya Lokal (Strategi Internalisasi Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Islam Melalui Seni Reyog Ponorogo),” PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN,
2015, 862.
35
meminta hewan-hewan seisi hutan untuk mengisi Taman Sari Kerajaan Kediri, di
mana salah satunya adalah seekor hewan yang terdiri dari 2 jenis hewan tetapi
satu tubuh.
Sewandana sangat marah karena menganggap bebana tersebut tidak masuk akal
dan tidak mungkin terpenuhi. Namun Patih Klana Wijaya mencoba menenangkan
rajanya. Sebagai patih yang sangat patuh pada rajanya, Klana Wijaya sebelum
Betapa senangnya Prabu Klana Sewandana atas kerja sang patih yang
telah mempersiapkan dengan lengkap semua bebana yang diminta sang putri.
Oleh sebab itu Prabu Klana Sewandana berniat untuk segera berangkat menuju
Kerajaan Kediri dengan diiringi 144 pasukan berkuda yang semuanya berwajah
juga jatuh hati kepada Putri Sanggalangit tengah berusaha agar niat Prabu Klana
Sewandana untuk melamar sang putri bisa digagalkan. Oleh karena itu Patih
lama. Satu per satu pasukan kedua belah pihak tewas atau luka dalam
pertempuran tersebut.
Kemenangan Prabu itu berkat kesaktian senjata pusaka yang berupa pecut
(cambuk) Samandiman, sebuah pusaka sakti yang mampu membelah gunung dan
menguras samudra.
Klana Wijaya yang juga mempunyai kesaktian dapat berubah wujud. Saat
bertempur dengan Patih Singalodra yang berubah wujud menjadi macan, maka
Patih Klana Wijaya berubah wujud menjadi burung merak yang selalu
mengembangkan ekornya yang indah. Pada waktu Patih Klana Wijaya bergulat
dengan Patih Singalodra maka yang tampak adalah 2 hewan yang menjadi satu
Kerajaan Kediri. Dengan tetabuhan yang dibawa dari Bantar Angin dan pengiring
lain seperti beberapa warok, pasukan berkuda berwajah tampan dan wujud Patih
Singalodra yang berwajah macan ini dinilai oleh beberapa orang sebagai asal
57
Lisbijanto, Reog Ponorogo, 4.
37
Konon istilah reog berasal dari kata reyog atau riyeg yang berarti kondisi
bangunan yang hampir rubuh. Suara gamelan pengiring reog yang riuh diartikan
Menurut versi ini, seni Reog Ponorogo lahir dan terbentuk karena sindiran
politik yang dilakukan oleh Demang Suryongalam (Ki Ageng Kutu) Surukubeng
Putri Campa, sehingga paduan dari keduanya ini melahirkan makna flosofis,
Bentuk sindiran Reog versi Suryongalam ini juga diwujudkan dalam pemeranan
penari Jatil dengan pelaku diperankan anak laki-laki memakai busana perempuan
isteri Arjuna), dan dengan gerak tari yang lemah gemulai menyerupai
yang menyerupai “banci”. Sudah barang tentu, sindiran ini dalam tradisi
ini dimainkan oleh 2 (dua) tokoh saja, yakni; Barongan dan Jathilan. Alur cerita
Sewandana kepada Dewi Songgolangit dalam versi ini tidak ada. Sementara
sebutan untuk seni Reog, lebih populer dengan nama Barongan. Pada
58
Ibid., 5.
38
Kesenian itu di bawa oleh Ki Ageng Kutu Suryongalam yang berasal dari Bali.
Oleh karena itu kesenian reog hampir mirip dengan kesenian dari Bali yang
bernama Barong. Reog bukanlah barong asli, karena itu disebut Barongan.
Awalnya pemain reog yang membawakan dhadak merak terdiri dari dua orang,
satu di depan dan satunya di belakang. Seperti yang diungkapkan tokoh besar
reog tersebut bahwa pemain barongan adalah pemain sebagai singa yang
kepalanya dihinggapi bulu merak dan selalu diikuti oleh pembarong yang ada di
Salah satu tokoh yang ada dalam tari Reog adalah Warok. Warok menurut
sudah memiliki tingkatan ilmu kadigdayan tingkat tinggi dengan ilmu yang tidak
mempan terhadap senjata tajam. Sebutan Warok ini dimaknai sebagai Tetunggul
atau prajurit unggulan dan akan digolongkan kedalam golongan prajurit pilihan.
Selain prajurit, banyak juga masyarakat biasa yang belajar ilmu-ilmu kanuragan
hingga menjadi seseorang yang dianggap pemberani dan berilmu tinggi, orang-
Raden Katong, atau yang sering disebut Batara Katong, merupakan tokoh
yang sangat terkenal di Ponorogo. Bagi masyarakat didaerah ini, ia bukan hanya
59
Rido Kurnianto, Seni Reyog Ponorogo Sejarah, Nilai, Dan Dinamika Dari Waktu Ke Waktu
(Yogyakarta: Buku Litera, 2017), 28.
60
Sururil Mukarromah and Shinta Devi I.S.R, “Mobilisasi Massa Partai Melalui Seni Pertunjukkan Reog
Di Ponorogo Tahun 1950-1980,” Verleden 1, no. 1 (2012), 65-66.
61
Poetoet Lebdo Djiwo, Babad Ponorogo Babon Saking R.M. Soerjobroto (Ponorogo: Semeroe-
Bibliotheek, 1939), 6.
39
sekedar figur yang ada dalam sejarah. Sebagian masyarakat Ponorogo, khususnya
Lembu Kanigoro, nama asli Batara Katong, adalah salah seorang putra
Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V dari selir, yakni Putri Campa yang beragama
Demak Bintara, yang kemudian dikenal sebagai Raden Patah. Adiknya yang
bernama Lembu Kanigoro juga mengembara mengikuti jejak sang kakak dengan
berguru kepada Wali Songo di Demak. Proses menarik Prabu Brawijaya V yang
kala itu masih beragama Hindu untuk diislamkan oleh Wali Songo dengan
menawarkan seorang Putri Campa yang beragama Islam untuk menjadi Istrinya
Songo, Batoro katong di masa kecil bernama Raden Jaka Piturun disebut juga
sebagai Raden Harak Kali. Perkawinan Prabu Brawijaya V dengan Putri Campa
perkawinan itu diprotes oleh para elit istana salah satu petinggi kerajaan yang
kurang senang adalah Pujangga Anom Ketut Suryanglam. Pujangga Anom Ketut
Gunung Wilis yang kemudian daerah ini dikenal dengan nama Wengker, yang
selanjutnya dikenal sebagai Ponorogo saat ini. Tokoh ini kemudian disebut Ki
Ageng Kutu atau Demang Kutu. Daerah yang dikuasai Demang Kutu selanjutnya
40
Barongan yang kemudian disebut reog. Kesenian yang diciptakan Demang Kutu
mengkritik Raja Majapahit, yang disimbolkan dengan kepala harimau yang dapat
ditundukkan oleh rayuan seorang perempuan yang dalam hal ini adalah Putri
sendiri disimbolkan sebagai Pujangga Anom atau Bujang Ganong seorang ksatria
Demang Kutu sebagai ancaman yang harus segera disingkirkan. Berbagai cara
digunakan oleh Raden Patah untuk merebut wilayah Ponorogo ini, salah satunya
dilakukan oleh Sunan Kalijaga bersama muridnya yang bernama Kiai Muslim
dikenal dengan nama Batara Katong. Perwira itu dibantu oleh seorang santri
bernama Selo Aji dan 40 orang santri pilihan untuk menetap di daerah Kutu.63
Katong dan Ki Ageng Kutu kemudian terlibat perselisihan. Karena kekuatan dan
kesaktian Batara Katong tidak dapat menandingi Ki Ageng Kutu, Batara Katong
kemudian mendekati putri Ki Ageng Kutu yang bernama Niken Gandini. Batara
Katong merayu Niken Gandini agar mau dijadikan istri. Melalui Niken Gandini
inilah Batara Katong dapat mengambil pusaka Koro Welang, sebuah pusaka sakti
62
Lisbijanto, Reog Ponorogo, 7.
63
Ibid., 8.
41
milik Ki Ageng Kutu. Setelah berhasil memiliki pusaka Koro Welang, Batara
Kutu menghilang. Peristiwa itu terjadi pada hari Jumat Wage di sebuah
Ageng Kutu, hari itu dianggap sebagai hari naas. Menurut cerita, tempat
Ageng Kutu sudah moksa dan akan terlahir kembali di kemudian hari.
batara, manusia setengah dewa. Hal itu dilakukannya untuk meredam amarah
wilayah ini.
gangguan, baik dari hewan maupun makhluk halus yang menghalangi usaha
tersebut. Namun berkat bantuan para warok dan prajurit Wengker, akhirnya
Karena dusun tersebut memberikan harapan baru bagi masyarakat maka banyak
orang yang datang sehingga dusun tersebut berkembang hingga menjadi sebuah
64
Ibid., 9.
42
permaisurinya, yakni Niken Gandini. Kadipaten baru ini kemudian diberi nama
Ponorogo, yang terdiri dari kata Pono yang berarti wasis, pinter, mumpuni dan
raga berarti jasmani. Para punggawa, petinggi dan anak cucu Batara Katong,
Islam. Dalam penyebaran agama Islam di wilayah ini Batara Katonglah yang
Adipati Sri Batara Katong. Ia membawa kejayaan bagi Ponorogo pada saat itu.
Kejayaan tersebut dapat dilihat dengan adanya prasasti berupa sepasang batu
gilang yang terdapat di depan gapura kelima di kompleks makam Batara Katong.
Pada batu gilang tersebut terdapat tulisan candrasengkala memet berupa gambar
manusia, pohon, burung garuda dan gajah, yang mana dalam simbol sanskerta
identik dengan angka 1418 Saka yang berarti tahun 1496 M. Pada batu gilang
Ponorogo, yakni pada hari Ahad Pon tanggal 1 Bulan Besar, Tahun 1418 Saka
Oleh karena itu tanggal 11 Agustus ditetapkan sebagai Hari jadi Kabupaten
Ponorogo.65
kesenian, diantaranya adalah seni tari, seni bela diri, seni musik, dan lain sebagainya.
Ada beberapa peralatan yang digunakan dalam kesenian reog, di antaranya sebagai
berikut:66
1) Dadhak Merak, merupakan peralatan yang utama digunakan dalam kesenian reog,
65
Ibid., 10.
66
Ibid., 10–19.
43
macan. Dhadhak Merak juga disebut Barongan. Dhadhak Merak ini hanya dapat
dimainkan oleh seorang pria dengan tubuh yang kuat karena harus dipakai
sebagai topeng. Agar dapat memainkan dengan baik maka pemain harus
2) Gamelan, peralatan ini terdiri dari beberapa peralatan lainnya di antaranya gong,
a) Gong: sebagai tanda kumpul. Gong atau kempul besar yang berlaras slendro
dan bernada dua, berfungsi sebagai bas, dipukul bersamaan dengan pukulan
genap kenong.
b) Slompret: tanda kegiatan sudah berjalan. Alat ini sebagai pembuat melodi
c) Kethuk dan Kenong: sebagai tanda adanya pengumuman. Kethuk dan kenong
berfungsi sebagai ritme yang dipukul secara bergantian dan dengan tempo
gending yang tetapdi mana setiap pukulan genap kenong dibarengi dengan
d) Kendang dan ketipung: sebagai tanda penentu gerak. Kendang dan ketipung
e) Angklung: berfungsi sebagai ritme. Angklung yang dipakai ada 4, yaitu yang
3) Jaran kepang (eblek) yakni kuda-kudaan yang berasal dari bambu yang dianyam.
4) Topeng Ganongan atau topeng penthul yang berfungsi sebagai penggoda reog.
masing-masing, yaitu:
2) Jathil cilik, yaitu seorang penari yang berperan sebagai penunggang kuda. Mereka
memakai eblek yang terbuat dari bambu yang dianyam, mereka bergerak seolah-
olah menunggang kuda sungguhan. Jathil cilik biasanya berumur 10-12 tahun dan
berjumlah 4 orang.
3) Jathil dewasa, yakni penari yang menggambarkan pasukan kerajaan yang tampan.
merupakan sosok yang diperankan oleh kelompok penari gemblak, yang saat ini
lebih sering dibawakan oleh beberapa perempuan dengan gerakan yang gagah
4) Klana Sewandana, penari menggambarkan sosok raja dari Kerajaan Bantar Angin.
Samandiman, sebuah senjata sakti yang menjadi andalan Klana Sewandana. Pecut
ini berbentuk tongkat lurus dari rotan berhias jebug dari sayet warna merah
tampang yang terkesan gaagh, garang, dan dengan kumis melintang. Mereka
45
selalu membawa tali besar berwarna putih (Kolor). Pada setiap pementasan reog,
para pengawal ini merupakan sosok muda yang sedang berlatih ilmu kanuragan.
Warok berbadan gempal dengan bulu dada, mempunyai kumis dan jambang lebat
serta mata yang tajam memandang penonton. Sedangkan warok tua dalam
berjenggot putih panjang, dan kalau berjalan selalu membawa tongkat kayu.
6) Ganongan atau Bujang ganong, yaitu penari yang menggambarkan seorang patih
muda yang cekatan, cerdik, jenaka, dan sakti. Penari ini tidak memakai baju,
hanya rompi berwarna merah dan topeng yang juga berwarna merah.
d. Pementasan Reog
arakan atau iring-iringan berjalan yang berpindah tempat secara aktif. Akan tetapi,
adakalanya reog diadakan di panggung pertunjukan seperti pada festival reog yang
1) Reog Kawak atau Reog Pusaka, yaitu kesenian reog yang penampilannya sesuai
Jathilan, dan Barongan. Penari Jathil diperankan oleh Gemblakan dua atau empat
anak, berbusana perempuan dengan penutup kepala jamang (tutup kepala wayang
2) Reog Obyog, merupakan kesenian reog Ponorogo yang pentasnya sekedar untuk
menghibur penonton saja. kesenian Reog obyogan yaitu kesenian yang hidup di
46
jalan desa. Perbedaannya dengan Reog baku adalah pada formasi pemain, musik,
Kelana Sewandhana dan Warok. Reog ini hanya menampilkan Dhadak Merak,
menampilkan kedua tokoh reog itu (Klana Sewandana dan Warok) sebagai
3) Reog Baku (Reog Festival), yaitu kesenian reog yang sudah dibakukan dengan
reog yang ditunjukkan dalam festival Grebeg Suro yang merupakan sebuah sajian
kesenian reog yang bertujuan untuk memeriahkan festival dengan versi yang
telah dibakukan yakni lengkap dengan semua figurnya mulai Prabu Kelana
Sewandhana, Dhadhak merak, Bujang Ganong, Jathil, Warok dan Warok Sepuh.
4) Reog Mini merupakan pagelaran Reog yang dapat menggunakan pakem apa saja.
Yang menjadi pembeda adalah Reog ini dimainkan oleh anak-anak dan remaja.
Hal ini merupakan upaya dari para seniman dan pemerintah untuk melestarikan
kesenian pada generasi muda. Yang menjadi pembeda lainnya adalah topeng
Dhadak Merak yang digunakan dalam Reog mini berukuran minimalis (kecil)
67
Dhika Yuan Yurisma Muhammad Bahruddin, “Pemaknaan Simbol Reog Ponorogo Dalam Tradisi Jawa:
Sebuah Kajian Kritis,” Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi 6 (2020): 103.
68
Soemarto, Menelusuri Perjalanan Reyog Ponorogo (Ponorogo: CV Kotareog Media, 2014), 33.
69
Dhika Yuan Yurisma and Muhammad Bahruddin, “Pemaknaan Simbol Reog Ponorogo Dalam Tradisi
Jawa : Sebuah Kajian Kritis,” Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi 6 (2020): 103.
47
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena saling melengkapi isi cerita yang
pemeran secara bergantian dan berurutan sesuai dengan cerita. Urut-urutan dalam
peragaan tari lepas tersebut diawali dengan peragaan tokoh warok, jathil,
sama dalam satu area kemudian dilanjutkan dengan perang antara barongan
3) Peragaan Iring-iringan
(lagu) yang dipakai untuk mengiringi tari reog sejak dahulu adalah lagu-lagu yang
berirama khas Ponorogo, lagu itu antara lain: Potro Jayan, Ijo-Ijo, Sampak, Iring-
iring (Ponoragan).
Sekarang ini banyak lagu-lagu baru yang dimainkan untuk selingan ketika
kelompok reog berjalan, lagu yang dimaksudkan antara lain lagu-lagu daerah,
70
Maryaeni, Metode Penelitian Kebudayaan (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 89–91.
48
juga dapat untuk mengiringi suatu formula lagu tertentu yang diperdengarkan
lewat slompretnya.
c) Gending Sampak, berfungsi untuk mengiringi tari Barongan, tari Jathil dan
adegan perang dalam pentas seni yang utuh atau tari Merak tarung.
d) Gending Potro Jayan atau gending Ponoragan dengan tempo lambat, yang
Nilai-nilai yang terkandung dalam keseniaan Reog dilihat dari sudut pandang
1) Nilai dakwah. Kaitannya dengan kesenian reog, sejak zaman Bathara Katong
Banyak masjid apabila akan mengadakan peringatan hari besar Islam sebelumnya
keramaian juga menunjukkan bahwa di kalangan umat Islam tidak alergi terhadap
seni-budaya reog. Terdapat faktor eksternal dari ajaran Islam yang disiarkan
Walisanga (Bathara Katong) banyak unsur Islam yang memiliki kesamaan dan
71
Soemarto, Menelusuri Perjalanan Reyog Ponorogo, 56.
49
pada tokoh warok. Warok yang artinya berhati-hati (wira’i) adalah orang yang
3) Nilai kepercayaan. Religi memiliki dua artian, yaitu religi sebagai agama berdasar
wahyu, dan religi berarti variasi pemujaan, spiritual, dan sejumlah praktek hidup
yang telah bercampur dengan budaya. Tradisi religi dalam Reog terdapat pada
ritual Slametan.
4) Nilai magis. Kaitannya dengn kesenian reog, nilai magis menunjuk pada
keberadaan ilmu magis yang digunakan dalam permainan reog. Keberadaan unsur
magis/ mistis dalam Reog hingga tahun 1990-an masih dilakukan dalam kesenian
Reog obyog. Semua kesenian tradisional tidak lepas dari unsur magisnya.
1) Nilai budaya. Kaitannya dengan kesenian reog, dari segi budaya, suatu unsur
khas (seperti reog) membentuk suatu sistem pemikiran atau falsafah yang
mendasari pola kehidupan sebagian warga masyarakat Jawa hingga masa kini.
2) Nilai keindahan. Keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai. Nilai yang
disebut nilai estetis. Dalam kesenian Reog terungkap pada : gerak tari, tata
3) Nilai moral. Kaitannya dengan kesenian reog, nilai moral menunjuk bahwa
kesenian Reog dapat dipakai sebagai tali pengikat merukunkan dan menyatukan
4) Nilai seni. Kaitannya dengan kesenian reog, nilai seni menunjuk pada istilah seni
6) Nilai superioritas. Kaiannya dengan kesenian reog, nilai superioritas yang artinya
keunggulan atau daya linuwih. Hal ini menunjuk pada khususnya pemain barong
harus memiliki daya linuwih, karena barongan dengan beban 60 kilogram lebih
terungkap pada pemain Reog. Para pemain Reog seperti warok, klana, jathil
Dari dalam kekeluargaan dan kegotongroyongan itu memuat hak dan kewajiban.
mengandung makna kesejahteraan lahir dan batin. Kesejahteraan lahir dan batin
inilah yang akan menjadi tujuan pertunjukan reog. Kesejahteraan lahir didapat
1) Nilai hiburan. Kaitannya dengan kesenian reog, nilai hiburan terletak pada para
pemain Reog dan penontonnya. Biasanya menjadi pemain Reog hanya hobi atau
2) Nilai kepuasan. Kaitannya dengan kesenian reog, nilai kepuasan ini terungkap
pada para pemain setelah mengadakan pentas, penanggap merasa puas setelah
3) Nilai kompetitif. Kaitannya dengan kesenian reog, nilai kompetitif terletak pada
setiap group Reog harus selalu memperbaiki pertunjukannya agar dalam acara
4) Nilai material. Kaitannya dengan kesenian reog, nilai material terungkap dalam
rasa senang. Sejauh mana kesenian Reog sebagai sumber rasa senang. Beberapa
pada dua jenis pertunjukan, yaitu pertunjukan di panggung pada Reog pentas dan
72
Asmoro Achmadi, “Pasang Surut Dominasi Islam Terhadap Kesenian Reog Ponorogo,” Analisis 8, no. 1
(2013) : 123-126.
52
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme dan enterpretif, dimana suatu
realitas dapat dipandang secara menyeluruh atau holistik dan penuh makna.2 karena
Mini di SDN Kalimalang, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo baik dari sisi konsep
humaniora, dalam setting kajian mikro. Terutama berkaitan dengan pola dan tingkah laku
manusia (behavior) dan apa yang dibalik tingkah laku tersebut yang biasanya sukar untuk
diukur dengan angka-angka. Karena apa yang tampak menggejala tidak selalu sama dengan
apa yang ada di dalam fikiran dan keinginan sebenarnya. Penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang berpangkal dari pola fikir induktif, yang didadasarkan atas pengamatan
obyektif partisipatif teradap suatu gejala (fenomena) sosial. Gejala-gejala sosial yang
dimaksud meliputi keadaan masa lalu, masa kini, dan bahkan yang akan datang. Berkaitan
dengan objek-objek ilmu sosial, ekonomi, budaya, hukum, sejarah, humaniora, dan ilmu-
ilmu sosial lainnya. Pengamatan tersebut diarahkan pada individu atau kelompok sosial
tertentu dengan berpedoman pada tujuan tertentu atau fokus permasalahan tertentu.3
Menurut Bogdan dan Biklen penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri : (1) Penelitian
kualitatif dilakukan pada latar alamiah (the natural setting) sebagai sumber data langsung
1
Lexy Moleong, Methodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), 3.
2
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Penelitian Yang Bersifat : Eksploratif, Enterpretif, Interaktif,
Dan Konstruktif (Bandung: Alfabeta, 2017), 8–10.
3
Suyitno, Metode Penelitian Kualitatif Konsep, Prinsip Dan Operasionalnya (Tulungagung: Akademia
Pustaka, 2018), 6.
52
53
dan peneliti merupakan instrumen kunci (key instrumen), (2) Bersifat deskriptif yaitu
menggambarkan situasi tertentu atau data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata atau
gambar daripada angka, (3) Lebih memperhatikan proses ketimbang hasil atau produk
semata, (4) Dalam menganalisa datanya cenderung induktif, dan (5) Makna merupakan soal
essensial bagi penelitian kualitatif. Pendekatan ini dipilih juga dengan alasan bahwa Melalui
pendekatan kualitatif, peneliti dapat mengenal subyek secara mendalam karena adanya
Adapun jenis penelitian ini adalah studi kasus, yaitu sebuah studi dalam penelitian
lapangan dengan mengambil sebuah kasus dalam lokasi tertentu untuk diketahui fenomena
yang senyatanya dan makna dibalik fenomena tersebut dengan mengembangkan teori yang
diambil dari latar penelitian, kemudian dari teori tersebut ingin dilihat makna yang lebih
B. Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan serta sebab
penelitian.5 Sebab penelitian inilah yang menentukan keseluruhannya, maka dalam penelitian
ini, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, yaitu peneliti sebagai pengumpul data melalui
mereduksi atau merangkum, memilih hal-hal yang penting, setelah itu di display yaitu
disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, langkah terakhir yaitu verifikasi data
4
Hardani and Dkk., Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif (Yogyakarta: Pustaka Ilmu Group, 2020), 17.
5
Emzir, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), 46.
6
Jhonatan Sarwono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Edisi 2, 2nd ed. (Yogyakarta: Suluh
Media, 2018), 189.
54
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SDN Kalimalang Sukorejo Ponorogo, hal ini berdasarkan
dari beberapa pertimbangan. Pertama, akses ke lokasi penelitian mudah dijangkau oleh
peneliti. Kedua, kesenian Reog Mini SDN Kalimalang telah dikenal baik dan mendapat
tanggapan positif dari masyarakat. Ketiga, sumber informasi yang cukup terkait penelitian
ini. Lokasi sekolah ini berada di sebalah barat Jembatan Sekayu dan berdampingan dengan
kantor Kepala desa Kalimalang yang beralamat di Jalan Onggojoyo, Dukuh Sragi Lor, Desa
tempat yang strategis untuk melakukan penelitian karena selain ekstrakulikuler Reog Mini di
SDN Kalimalang yang sudah berlangsung cukup lama kegiatan ini juga bekerjasama dengan
paguyuban Reog Singo Mudo Onggojoyo yang berasal dari daerah setempat.
Data adalah segala bentuk informasi, fakta dan realita yang terkait atau relevan dengan
apa yang dikaji/diteliti. Data dalam konteks ini bisa berupa kata-kata, lambang, simbol
ataupun situasi dan kondisi riil yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.7
Data dapat berupa gejala-gejala, kejadian dan peristiwa yang kemudian dianalisis
dalam bentuk kategori. Data dalam penelitian ini dapat berupa data langsung yang berbentuk
tulisan atau data tidak langsung yang berupa tindakan, dalam hal ini data diperoleh dari hasil
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ini adalah kata-kata dan tindakan
sebagai sumber utama/primer, selebihnya adalah tambahan/ sekunder seperti data tertulis dan
foto. Kata-kata/ tindakan yang dimaksud, yaitu kata-kata dan tindakan orang yang diamati
atau diwawancarai. Sumber data ini dicatat melalui catatan tertulis dan pengambilan foto
7
Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif (Pontianak: Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan,
2015), 69.
55
sedangkan sumber data tertulis, dokumentasi, dan lain sebagainya merupakan pelengkap dari
1. Data Primer
Sumber data primer ini meliputi kegiatan mencari Informasi dengan wawancara
kepada Kepala Sekolah, guru agama Islam, pelatih tari, tokoh agama, tokoh masyarakat,
tokoh kepemerintahan dan seluruh tokoh yang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler
2. Data Sekunder
Data sekunder ini meliputi dokumentasi, arsip dan lain sebagainya yang dimiliki
oleh SDN Kalimalang kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo hingga peneliti terjun di
lokasi yakni selama penelitian ini berlangsung. Dokumentasi atau arsip dalam bentuk
print out akan lebih membantu peneliti dalam hal ini, tanpa mengesampingkan yang
lainnya. Dokumentasi bisa berupa foto, video, atau tulisan megenai hal yang terkait
1. Wawancara/ Interview
dengan Tradisi Jawa dalam ekstrakurikuler Reog Mini di SDN Kalimalang Kabupaten
peneliti bisa mendorong narasumber atau informan agar mengeksplor informasi dari
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya secara lebih luas. Untuk memperoleh data
peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah, guru agama Islam, pelatih tari,
tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh kepemerintahan dan seluruh tokoh yang terlibat
Kabupaten Ponorogo.
8
Moleong, Methodologi Penelitian Kualitatif, 157.
56
pencarian data dengan memberikan beberapa pertanyaan mengenai beberapa hal atau data
yang diperlukan dalam penelitian. Hasil wawancara berupa berbagai jawaban atau
terstruktur, maksudnya adalah pertanyaan yang akan diajukan dalam proses wawancara
tersebut disesuaikan dengan persoalan yang akan dikaji. Selain itu sebagian wawancara
ditanyakan secara langsung atau spontan tanpa disusun terlebih dahulu. Dari beberapa
sumber tersebut peneliti akan menggali informasi lebih lanjut terkait dengan pelaksanaan
2. Observasi
yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam penelitian.9 Observasi yang biasa
dilakukan terbagi dalam observasi partisipatif dan non partisipatif. Dalam observasi
dalam observasi non partisipatif, pengamat hanya melakukan pengamatan dari luar atau
tidak ikut serta secara langsung dalam kegiatan. Dalam penelitian ini, peneliti
Dari observasi tersebut peneliti akan mencari korelasi data dengan cara ,
mengenali berbagai kondisi, mengamati dan mencatat, berbagai proses dan perilaku objek
9
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), 224.
57
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah kegiatan membuat dan menyimpan bukti-bukti. Bukti tersebut dapat
berupa gambar, tulisan, suara, video, ataupun sesuatu yang lain dari segala hal, baik objek
seperti dokumen profil lembaga, foto kegiatan, arsip-arsip, dan sebagainya. Selain itu
penulis juga mengakses sumber lain dari internet untuk menambah keterangan dan
menggali data yang berkaitan dengan topik kajian yang berasal dari dokumen-dokumen
Kabupaten Ponorogo. Karena penelitian ini dilaksanakan pada saat pandemi Covid-19
yang menghalangi peneliti untuk mengamati pelaksanaan ektrakurikuler reog mini ini
Secara umum, analisis data dalam penelitian kualitatif bergerak secara induktif, yaitu
dari data/fakta menuju ketingkat abstraksi yang lebih tinggi. Artinya, analisis data pada
penelitian kualitatif lebih bersifat open ended dan harus disesuaikan dengan data/informasi di
lapangan sehingga prosedur analisisnya sukar untuk dispesifikkan sedari awal.10 Akan tetapi,
Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Seperti yang dikemukakan oleh
Miles dan Huberman yang dikutip oleh Emzier dalam bukunya Metodologi penelitian
Kualitatif disebutkan ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif yaitu11:
10
Hardani and Dkk., Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, 36.
11
Emzir, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif, 129.
58
a. Reduksi data, mereduksi data berarti merangkum atau meringkas, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya serta
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.12 Dalam praktiknya, data yang diperoleh
dari wawancara, observasi dan dokumentasi nantinya akan dipilah sesuai dengan
masalah penelitian yang diangkat. Adapun ketika terdapat yang tidak memiliki
b. Penyajian data, Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Melalui penyajian data,
maka data dapat terorganisir, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah
dipahami. Data nantinya akan disusun dan ditulis secara naratif. Miles dan Huberman
menyatakan, bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
hasil deskripsi yang sebelumnya masih kurang jelas kemudian diteliti menjadi lebih jelas
dan selanjutnya akan diambil kesimpulan.14 Yang dimaksudkan yaitu untuk penentuan
data akhir dari semua proses tahapan analisis, sehingga keseluruhan permasalahan bisa
dijawab sesuai dengan data aslinya dan sesuai dengan permasalahannya dengan obyektif.
Menurut Miles dan Huberman, kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
12
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2015), 338.
13
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), 341.
14
Mattew B. Milles and A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif Terj. Tjetjep Rohendi Rohidi
(Jakarta: UI Press, 1992), 16.
15
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), 345.
59
Pada penelitian ini nantinya peneliti akan melakukan pemeriksaan keabsahan data
yang didasarkan pada kriteria derajat kepercayaan (credibility). Beberapa teknik untuk
a. Triangulasi, yaitu teknik pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara
dan berbagai waktu.16 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi teknik. Triangulasi sumber yaitu menguji kredibilitas data dengan cara
mengecek atau membandingkan data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dengan
tersebut dan di diperhatikan secara teliti sehigga mendapatkan data yang lengkap dan
c. Peningkatan Ketekunan, artinya dari peneliti selama proses penelitian tersebut selalu
kontinyu dan menjaga kestabilan dalam proses awal hingga akhir sehingga hasilnya
d. Diskusi dengan Teman Sejawat, yaitu hasil sementara maupaun hasil akhir penelitian
16
Ibid., 274.
60
H. Tahapan-tahapan Penelitian
Penelitian ini direncanakan menghabiskan waktu paling lama 4 (empat) bulan, sejak
Tahapan
NO Rancangan Kegiatan Penelitian Alokasi Waktu
Penelitian
Menyusun Rancangan Proposal
Tahap Pra
1. penelitian 3 minggu
Lapangan
Memilih obyek penelitian
Penyusunan instrumen interview
Penyusunan
2 Uji Instrumen interview 2 minggu
Interview
Revisi Instrumen
Pengumpulan data lapangan obyek
penelitian, baik melalui wawancara,
Tahap observasi, maupun kajian
3 penelusuran dokumentasi. 4 minggu
Data Membuat catatan-catatan hasil kajian
data awal
Verifikasi/koding data
Reduksi data,
Tahap
display data
4 analisis 3 minggu
verifikasi dan Conclusi
Data
Penulisan Laporan Hasil Penelitian
5 Seminar Seminar hasil penelitian 1 minggu
Revisi Penulisan Laporan Hasil
Penelitian
6 Tahap Akhir 2 minggu
Penjilidan dan Penggandaan
Penyerahan Hasil Laporan Penelitian
61
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
SDN Kalimalang merupakan sekolah dasar negeri yang dibangun pada tahun 1979.
SDN Kalimalang dahulu merupakan sekolah dasar yang berdiri akibat adanya instruksi
presiden nomor 12 tahun 1979 yang pada saat itu berlangsung kepemerintahan presiden
Soeharto. Adapun isi dari inpres tersebut adalah instruksi presiden untuk melaksanakan
Sejak mulai berdiri, SDN Kalimalang sudah memiliki status sekolah negeri.
Namun, pada saat itu SDN Kalimalang masih menginduk kepada sekolah yang telah ada
sebelumnya yakni SDN Morosari. Informasi terkait sejarah berdirinya SDN Kalimalang
ini diperoleh dari hasil wawancara dengan bapak Sarmin, S.Pd. Beliau merupakan
mantan kepada sekolah SDN Kalimalang masa jabatan 2014 sampai 2020. Adapun
informasi yang disampaikan oleh bapak sarmin saat peneliti melakukan wawancara
1
Inpres Nomor 12 Tahun 1979.
2
Transkrip wawancara kode 05/W/5-III/2021
61
62
SDN Kalimalang merupakan salah satu Sekolah Dasar Negeri yang letaknya cukup
strategis. Sekolah ini terletak tidak jauh dari pusat kota dan kantor pemerintahan
kabupaten Ponorogo. SDN Kalimalang terletak kurang lebih 2 Km sebelah barat laut
Sukorejo Kabupaten Ponorogo. Luas tanah yang dimiliki SDN Kalimalang adalah 1989
m2 sedangkan luas bangunannya adalah 408 m2. Adapapun batas-batas wilayah SDN
a. VISI :
b. MISI :
3
Hasil observasi kode 02/O/11-XI/2020
63
6) Mengembangkan bakat dan minat serta ketrampilan peserta didik melalui program
pengembangan diri.
8) Membudayakan claen, green dan Healt ( bersih, hijau dan sehat ) dalam kegiatan
sekolah.4
a. Membangun peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c. Peserta didik memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, karakter anti korupsi
d. Peserta didik memiliki kemampuan mengapresiasi nilai sosial budaya daerah maupun
f. Menjadikan peserta didik yang kreatif, terampil dan mandiri untuk dapat
mengembangkan diri. 5
4
Hasil dokumentasi kode 04/D/4-II/2021
64
Dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan adanya sarana dan prasaran yang
memadai agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Dengan adanya sarana
dan prasarana yang memadai maka akan mempermudah dalam mencapai tujuan
pembelajaran sesuai dengan yang diharapakan. Adapun sarana dan prasarana yang
dimiliki SDN Kalimalang meliputi 6 ruang kelas, 1 Ruang Guru dan kepala sekolah, 1
guru sangat berperan dalam pembentukan kualitas siswanya. Adapun jumlah guru di
SDN Kalimalang adalah 9 orang, 5 orang PNS dan selebihnya mendapat honor daerah
bahkan juga terdapat 2 guru yang telah menempuh jenjang pendidikan S2.
Adapun siswa di SDN Kalimalang terbagi dalam 6 tingkatan kelas yang masing-
masing tingkatan terdiri dari 1 rombel. Jumlah Siswa di SDN Kalimalang menurut
Kelas I : 19 Siswa
Kelas II : 6 Siswa
Kelas IV : 23 Siswa
Kelas V : 18 Siswa
Kelas VI : 18 Siswa
5
Hasil dokumentasi kode 04/D/4-II/2021
6
Hasil dokumentasi kode 04/D/4-II/2021
7
Hasil dokumentasi kode 04/D/4-II/2021
65
Kalimalang Ponorogo
Ektrakurikuler reog mini SDN Kalimalang berdiri pada tahun 2014 pada saat
itu yang menjabat kepala sekolah adalah bapak Sarmin, S.Pd. Beliau merupakan
perintis berdirinya ektrakurikuler reog mini di SDN Kalimalang dengan dibantu oleh
SDN Kalimalang ini tidak terlepas dari perjuangan bapak Sarmin, bapak Toto (Tokoh
sesepuh kesenian reog desa Kalimalang), dan bapak Riyadi (Kepala desa Kalimalang)
adalah adanya potensi yang besar dari masyarakat dan anak-anak desa Kalimalang
dalam hal kesenian reog. Pada awalnya, beliau melihat potensi masyarakat desa
Kalimalang sejak tahun 1995 sudah menunjukkan potensi yang luar biasa terhadap
kesenian reog. Pada saat itu tahun 1995 sudah terbentuk paguyuban reog mini
Morosari. Paguyuban ini merupakan gabungan dari anak-anak yang berasal dari
Pada saat itu, bapak Sarmin menjabat sebagi guru di SDN Sragi. Beliau pernah
mengikuti penataran pelatih kesenian reog pada saat itu, tetapi belum begitu
menguasai sepenuhnya karena profesi utamanya sebagai guru cukup menyita waktu
sehingga belum dapat fokus melatih reog. Pada waktu itu, reog mini “Gilangsari”
masih belum memiliki pengrawit cilik sehingga pengrawit diambil dari masyarakat
dewasa. Namun hal yang sangat memprihatikan yaitu tradisi minum minuman keras
oleh pengrawit saat itu belum bisa dihilangkan, sehingga lambat laun banyak orang
tua yang tidak mengizinkan anaknya untuk bergabung dan berlatih reog mini di
66
paguyuban “Gilangsari” tersebut. Pada akhirnya paguyuban tersebut vakum dan tidak
tingginya minat siswa terhadap kesenian reog. Hal ini didukung kondisi dimana
reog. Bapak Sarmin melihat fenomena unik pada saat jam istirahat anak-anak sering
Klothekan bangku (menabuh bangku seakan-akan membunyikan alat musik reog) hal
ini mengindikasikan tingginya minat siswa untuk bisa bermain kesenian reog. Pada
saat itu, putra bapak Toto (Pelatih dan wali murid reog mini SDN Kalimalang) dari
mulai TK sudah bisa ngendhang. Hal ini merupakan aset yang dapat dimanfaatkan
Akhirnya pada tahun 2014, bapak Sarmin sebagai kepala sekolah bersama komite
sekolah, bapak Riyadi selaku kepala desa dan bapak Toto selaku tokoh kesenian reog
paguyuban reog mini yang diberi nama “Putro Onggojoyo” yang menjadi
memakai gamelan bekas dan peralatan lain yang belum begitu memadai. Setelah
beberapa waktu berlalu penampilan dan kemampuan siswa mulai terlihat bagus dan
menarik. Di akhir tahun 2014 atau awal 2015 paguyuban reog mini “Putra
kembali untuk memberikan fasilitas yang layak kepada siswa. Karena adanya
67
kerjasama yang erat dari pihak sekolah, komite, pemerintah desa, dan masyarakat
akhirnya pada tahun 2016 reog mini SDN Kalimalang berhasil membeli seperangkat
alat reog dan gamelan dengan dana swadaya masyarakat terutama wali murid. Sejak
saat itu ekstrakurikuler reog mini “Putra Onggojoyo” berdiri dan masih tetap ada
adanya kerjasama antara pihak sekolah dengan pemerintah desa kalimalang. Menurut
bapak Riyadi selaku kepala desa kalimalang beliau menyampaikan bahwa untuk
merealisasikan kegiatan tersebut perlu adanya tindakan khusus dari pemerintah desa.
Wujud dari tindakan kerjasama desa pada saat awal pembentukan ektrakurikuler ini
adalah dari pihak pemerintah desa hadir untuk membantu meyakinkan wali murid
pihak pemerintah desa meyakinkan wali murid dan menegaskan bahwa tujuan reog
mini ini murni seni budaya dan untuk kemajuan bersama, baik sekolah maupun desa.
Selain itu pemerintah desa juga menjamin bahwa kegiatan tersebut bebas dari alkohol
dan hal buruk lainnya yang selama ini menjadi citra buruk kesenian reog dimata
masyarakat setempat.9
Pada saat itu SDN Kalimalang masih menggunakan kurikulum KTSP. Namun setelah
berlakunya K-13, latihan dilaksanakan setelah pulang sekolah setiap hari sabtu.11
Namun adakalanya latihan diadakan bersama dengan reog yang ada di masyarakat
lebih sering dilaksanakan di malam hari karena masyarakat banyak yang bekerja pada
8
Transkrip wawancara kode 05/W/5-III/2021 dan transkrip dokumentasi kode 01/D/3-II/2021
9
Transkrip wawancara kode 04/W/3-II/2021
10
Transkrip observasi kode 02/O/11-XI/2020
11
Transkrip wawancara kode 02/W/3-II/2021
68
siang harinya. Sedangkan untuk tempat latihan biasanya di halaman sekolah atau di
Menurut hasil observasi peneliti, halaman rumah bapak Toto tergolong cukup
luas dan memadai untuk digunakan dalam berlatih reog mini. Alasan pemilihan
tempat tersebut adalah tempatnya yang cukup luas, selain itu memudahkan Pak Toto
dalam melatih karena tidak perlu membawa perlengkapan gamelan dan topeng dadak
merak ke sekolah.13 Peneliti juga mengamati bahwa sebagian besar peralatan dan
perlengkapan reog mini SDN Kalimalang disimpan di rumah Pak Toto. Hal ini
tersebut. Peneliti melihat bahwa di rumah Pak Toto terdapat 8 buah kepala barong, 2
buah dadak merak, 1 buah topeng ganongan, dan satu set gamelan reog lengkap yang
diantaranya adalah milik SDN Kalimalang dan yang lainnya milik masyarakat.14
dalam berlatih kesenian reog mini.15 Antusias siswa dalam berlatih juga terlihat dalam
dokumentasi video saat siswa berlatih pada masa sebelum pandemi covid-19.16
Siswa-siswi SDN Kalimalang berlatih sesuai dengan peran masing-masing. Ada yang
berperan sebagai pengrawit dan ada pula yang berperan sebagai penari. Semua
Pelatih reog mini di SDN Kalimalang ada beberapa orang, untuk pelatih reog
umum adalah bapak Toto beliau merupakan tokoh utama reog Singo Mudo
Onggojoyo dari masyarakat desa Kalimalang sekaligus wali murid dari salah satu
siswa SDN kalimalang, untuk tari reog garapan diampu oleh M. Robithoh Anshori
beliau merupakan alumni siswa SDN Kalimalang yang pernah kuliah di UNESA
12
Transkrip wawancara kode 03/W/3-II/2021.
13
Transkrip observasi kode 03/O/3-II/2021
14
Transkrip dokumentasi kode 03/D/3-II/2021
15
Transkrip observasi kode 04/O/24-V/2021
16
Transkrip dokumentasi kode 05/D/6-III/2021
69
jurusan seni tari. Beliau juga merupakan penata tari yang sudah memiliki prestasi baik
ekstrakurikuler reog mini di SDN Kalimalang yaitu Ibu Chrisna Dinaningrum, S.Pd.17
2) Senam pemanasan
3) Latihan tari
4) Latihan karawitan
7) Doa penutup
memiliki bebarapa tujuan yakni, Pertama, tujuannya adalah melatih siswa agar dapat
kesenian reog yang selalu dihubungkan dengan pergaulan bebas, minuman keras, dan
unsur mistis atau magis dalam pertunjukkanya yang telah menjadi tradisi. Ketiga,
melestarikan reog ponorogo. Keempat, mendidik mental siswa sejak dini agar
melestarikan kesenian reog secara baik dan benar serta tidak meninggalkan unsur
religius dalam diri siswa. Kelima, menghindarkan siswa dari pergaulan bebas agar
orang tua pada saat anaknya belajar kesenian reog mini.18 Hal senada juga dikatakan
ibu Wahyu bahwa tujuan berdirinya reog mini di SDN Kalimalang tidak lain adalah
17
Transkrip wawancara kode 03/W/3-II/2021.
18
Transkrip wawancara kode 05/W/5-III/2021
70
untuk membina dan mempersiapkan generasi yang memiliki potensi baik dibidang
kesenian reog.19
Pada kesenian reog terdapat beberapa pakem atau versi yang digunakan.
Terkait teori dan pakem reog telah peneliti paparkan di kajian teori. Adapun reog
mini SDN Kalimalang menggunakan pakem obyog atau garapan. Hal ini sesuai
dengan yang dikatakan oleh bapak Toto bahwa setiap pementasan memiliki cara
penyajian rangkaian tari yang berbeda.20 Maksudnya adalah setiap tampil di satu
tempat dengan di tempat lain, garapan yang disajikan kepada penonton selalu berbeda
baik urutan penari maupun gerakan tari yang dimodifikasi agar lebih menarik minat
penonton.
Adapun secara umum tampilan yang di disajikan oleh reog mini SDN
1) Tari Jathil
2) Tari Warok
Dari segi musik, reog mini SDN Kalimalang menggunakan alat musik pakem
reog yang hanya menggunakan beberapa alat seperti kendhang, kempul, kenong,
tipung, angklung, dan Slompret. Sedangkan dari segi kostum, reog mini SDN
Kalimalang menggunakan kostum yang sesuai dengan pakem reog asli atau pakem
reog festival.21
Menurut pak Toto, untuk melatih siswa menjadi ahli atau pandai dalam
berkesenian reog memang tidak mudah, ada berbagai rintangan dan upaya yang harus
19
Transkrip wawancara kode 02/W/3-II/2021
20
Transkrip wawancara kode 03/W/3-II/2021
21
Transkrip wawancara kode 03/W/3-II/2021
71
dihadapi. Menurut beliau yang paling susah adalah mengajari kendang kepada siswa.
Hal ini dikarenakan posisi kendang sebagai pemangku tempo dan pemimpin dalam
musik reog. Kendang berperan untuk memulai dan mengakhiri musik reog. Selain itu
irama-irama kendang ada berbagai model atau variasi yang harus sesaui dengan
gerakan penari. Untuk menyiasati hal tersebut, pak Toto meminta tolong kepada
wali murid. Wujud dukungan dari masyarakat dapat berupa harta benda maupun
tenaga. Sebagi cotoh, warga sekitar rumah pak Toto yang dengan sukarela
memberikan konsumsi dan makanan ringan kepada siswa saat latihan reog mini di
rumah pak Toto. Dengan begitu pak Toto tidak merasa keberatan dalam melatih
Reog mini di SDN Kalimalang merupakan reog mini yang lain daripada yang
lain. Hal inilah yang dikatakan pak Toto kepda peneliti. Menurutnya, keunikan yang
dimiliki reog mini SDN Kalimalang terletak pada pengrawitnya. Umumnya reog mini
pengrawitnya adalah orang dewasa. Lain hanya dengan reog mini SDN Kalimalang
yang seluruh pemain dan pengrawitnya adalah anak-anak. Hampir semua anak yang
berperan sebagai pengrawit dapat memainkan semua alat musik reog (gamelan). Tak
hanya itu sebagian anak ada juga yang menguasai alat musik sekaligus tariannya. Hal
ini merupakan kebanggaan tersendiri khusunya bagi pak Toto sebagai pelatih dan
22
Transkrip wawancara kode 03/W/3-II/2021
23
Transkrip wawancara kode 03/W/3-II/2021
72
Dari hasil wawancara dengan pak Toto, peneliti menemukan data beberapa
anak yang dianggap sudah mahir dalam berkesenian reog yakni sebagai berikut :
3) Kenong : Irul
4) Tipung : Adam
6) Jathil : Melani, Fitri, Ana, Tiara, Ratih, Aul, Almira, dan Ayu
8) Klana : Galih
dikenal baik oleh masyarakat. Reog mini Putra Onggojoyo ini telah sering tampil
diberbagai acara.24 Adapun acara yang pernah dimeriahkan dengan pementasan reog
mini ini mulai dari gebyar reog di kabupaten, mewakili reog mini se-Kabupaten
Ponorogo pada acara festival tari topeng 7 negara di kabupaten Ponorogo, mengisi
pagelaran reog tanggal 11 di Balai desa kalimalang25, serta selalu tampil pada acara-
acara di kecamatan. Bahkan dahulu pernah diliput dalam berita di radio Gema Surya
yang akhirya menjadikan ektrakurikuler ini semakin dikenal luas oleh masyarakat
Ponorogo khususnya wilayah Kalimalang dan sekitarnya. Selama ini ketika reog
dewasa dari masyarakat ada job atau tanggapan anak-anak reog mini selalu diajak
dan tidak pernah ada perselisihan antara reog mini dan reog besar, justru saling
24
Transkrip dokumentasi kode 07/D/6-III/2021
25
Transkrip observasi kode 01/O/10-XI/2020 dan transkrip dokumentasi kode 02/D/3-II/2021
26
Transkrip dokumentasi kode 06/D/6-III/2021
73
ekstrakurikuler ini, ada juga masyarakat yang memberikan berbagai sumbangan baik
tenaga, fikiran, maupun harta benda untuk kelestarian reog mini ini.27
membentuk karakter siswa yang religius serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang
Maha Esa.28 Dalam hal ini pendidikan agama sangat diperlukan guna menggapai tujuan
tersebut. Cakupan karakter religius dan keimanan tersebut akan selalu bergantung pada
atau dapat dikatakan tidak seluruhnya beragama Islam. Namun dalam hal ini siswa yang
bersekolah di SDN Kalimalang seluruhnya memeluk agama Islam.29 Oleh karena itu,
Pendidikan agama Islam merupakan sesuatu yang fundamental yang harus terselenggara
yang berlaku yakni kurikulum K-13. Pendidikan agama Islam di SDN Kalimalang juga
pembelajaran PAI. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Ibu Dra. Siti Nurjanah selaku
pendekatan atau model pembelajaran. Model pembelajaran ini merupakan pola yang
digunakan guru untuk menyampaikan materi atau membuat siswa belajar pengetahuan
27
Transkrip wawancara kode 05/W/5-III/2021.
28
Transkrip dokumentasi kode 04/D/4-II/2021
29
Transkrip wawancara kode 04/W/3-II/2021
30
Transkrip wawancara kode 01/W/3-II/2021
74
baru. Adapun model pembelajaran yang sering digunakan oleh ibu Dra. Siti Nurjanah
merupakan model pembelajaran yang mengaitkan materi atau bahan ajar dengan
kehidupan nyata atau fenomena yang benar-benar terjadi di sekitar siswa. Alasan lain
penggunaan model pembelajaran ini adalah agar pembelajaran menjadi semakin berkesan
siswa. Salah satu ekstrakurikuler yang menonjol di SDN kalimalang adalah kesenian reog
mini yang disebut dengan paguyuban reog mini Putra Onggojoyo. Oleh karena itu dalam
dapat dikaitkan dengan berbagai aspek. Ektrakurikuler ini selain berkaitan erat dengan
tujuan pewarisan budaya juga berkaitan dengan pendidikan karakter dan juga masalah
keagamaan khususnya agama Islam yang dianut mayoritas siswa. Terlebih lagi,
berdasarkan hasil wawancara degan Ibu Wahtu Pujiastuti, M.Pd selaku kepala sekolah
bahwa SDN Kalimalang yang mengatakan bahwa Sekolah ini memiliki tujuan agar siswa
memiliki kepribadian yang religius. Oleh karena itu, ekstrakurikuler ini juga bertujuan
Menurut Ibu Dra. Siti Nurjanah nilai-nilai PAI bisa saja diinternalisasikan melalui
kegiatan apapun. Hal ini disebabkan karena agama Islam merupakan sebuah keyakinan
yang selalu mendasari perilaku manusia. Begitu pula dengan kegiatan ektrakurikuler reog
31
Transkrip wawancara kode 01/W/3-II/2021
32
Transkrip wawancara kode 01/W/3-II/2021
33
Transkrip wawancara kode 02/W/3-II/2021
75
mini di SDN Kalimalang. Adapun contoh materi pendidikan agama Islam yang dapat
diinternalisasikan melalui ektrakurikuler reog mini adalah berdoa harus kepada Allah,
larangan berbuat syirik atau menyekutukan Allah, Kerukunan sesama teman, gotong
Penginternalisasian nilai suatu ajaran pasti melalu berbagai cara. Cara tersebut
bisa saja sengaja dibuat atau tanpa perencanaan sebelumnya. Berdasrkan hasil wawancara
dengan guru PAI SDN Kalimalang, pada kasus ini internalisasi ajaran agama Islam
memulai latihan reog mini, mengajak siswa untuk berhenti berlatih dan mengerjakan
sholat ketika waktu sholat tiba, berdoa sebelum dan sesudah latihan, dan menanam
konsep berpikir pada siswa bahwa segala kekuatan dan kemampuan yang dimiliki
manusia seperti dapat mengangkat topeng reog yang berukuran besar itu datangnya hanya
Berdasarkan hasil observasi peneliti, internalisasi nilai-nilai PAI juga terlihat dari
adanya penyisipan makna nilai-nilai dan pesan moral yang dilakukan pelatih
ekstrakurikuler ini di sela-sela waktu latihan. Dengan cara ini siswa menjadi tahu makna-
makna sesungguhnya dibalik kesenian reog. Dengan cara ini pula, siswa tidak hanya
pandai dalam mambawakan kesenian reog ini, akan tetapi dapat mengambil berbagai
nilai-nilai PAI yang terkandung dalam kesenian reog mini untuk diamalkan dalam
di SDN kalimalang juga terus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mendidik calon
generasi penerus bangsa pelestari kesenian reog agar memiliki jiwa dan karakter religius
yang kuat. Dengan karakter religius dan pemahaman terdapat ajaran Islam yang kuat
34
Transkrip wawancara kode 01/W/3-II/2021
35
Transkrip wawancara kode 01/W/3-II/2021
36
Transkrip observasi kode 04/O/24-V/2021
76
maka seseorang akan terhindar dari pergaulan bebas dan segala bentuk perbuatan buruk
yang tentunya dilarang oleh agama. Hal ini terlihat dari beberapa hasil dokumentasi video
Salah satu bentuk upaya yang dilakukan SDN Kalimalang adalah menysisipkan
tersebut. Misalnya seperti berdo’a sebelum dan sesudah latihan, menyuruh siswa untuk
sejenak dan melaksanakan sholat pada saat memasuki waktu sholat di tengah-tengah
latihan, dan sisipan materi yang lain seperti pemaknaan simbol-simbol ajaran Islam
dalam reog, mengedepankan gotong royong, menghargai orang lain dan sebagainya.38
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Toto selaku pelatih utama dalam
reog, dan memberi nasehat secara langsung kepada siswa saat latihan. Pengintenalisasian
nilai-nilai ini dirasa sangat penting untuk dilakukan. Beliau mengupayakan agar siswanya
tidak hanya dapat menguasai tari dan alat musi reog saja, akan tetapi juga mengetahui
sejarah, makna, dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kesenian Reog Ponorogo.39
ekstrakurikuler reog mini, bapak Toto mengatakan bahwa beliau juga menjelaskan
berbagai nilai pendidikan agama Islam yang terkandung dalam kesenian reog seperti
gotong royong, guyub rukun, tekun, dan selalu berdoa kepada Allah. Selain itu, ada juga
37
Transkrip dokumentasi kode 05/D/6-III/2021
38
Transkrip wawancara kode 01/W/3-II/2021
39
Transkrip wawancara kode 03/W/3-II/2021
77
hal lain seperti yang dicontohkan beliau tentang pemaknaan warok, kendhang, dan
Menurut bapak Toto, pemaknaan tentang warok dapat dimaknai dengan kata
Wira’i yang artinya berhati-hati. Maksudnya adalah menjaga diri dari perilaku tercela,
dari segala kemaksiatan, dan hal-hal yang dilarang Allah. Beliau juga menyebutkan
bahwa hal ini perlu diterangkan kepada siswa agar mereka menjauhi perbuatan yang
tidak sesuai tuntunan agama. Apalagi, dalam hal ini kesenian reog sangat rawan dengan
hal-hal negatif seperti minuman keras dan sebagainya yang harus dihindari.41
Contoh lain yang diberikan oleh bapak Toto adalah pemaknaan alat musik
kendhang. Kendhang dapat dimaknai dengan kalimat dalam bahasa Jawa “kendalinen
diri tumuju dalan sing padhang” yang artinya kendalikan diri menuju jalan yang terang.
Maksudnya adalah siswa harus mampu menjadi sesorang yang dapat mengendalikan diri
agar tetap dijalan yang benar, tidak berprilaku jahat, dan senantiasa berjuang dijalan
Allah. Selain itu, kendhang juga dapat dimaknai berdasarkan fungsinya sebagai alat
musik. Fungsi kendhang adalah mengatur dan memimpin tempo dalam gamelan. Dengan
begitu dapat dijelaskan maknanya bahwa siswa diharapkan agar menjadi pribadi yang
mempunyai jiwa kepemimpinan dan mengendalikan dirinya agar tidak menyimpang dari
aturan dan ajaran agama serta selalu berada di jalan yang lurus yang diridhoi Allah.42
Bapak Toto juga menambahkan dari segi sejarah Reog Ponorogo. beliau
menjelaskan mengenai sejarah Reog Ponorogo yang penuh nilai-nilai luhur. Sebagai
contoh adalah sosok Raden Batara Katong yang dikenal sebagai tokoh pembabad
Ponorogo dan salah satu penyiar Islam yang terkenal dan tetap dikenang hingga saat ini.
Beliau merupakan sosok yang cerdas, berwibawa, dan memiliki jiwa kepemimpinan.
Beliau juga berdakwah dengan menggunakan kesenian Reog Ponorogo untuk menarik
40
Transkrip wawancara kode 03/W/3-II/2021
41
Transkrip wawancara kode 03/W/3-II/2021
42
Transkrip wawancara kode 03/W/3-II/2021
78
minat masyarakat belajar tentang agama Islam, selain itu juga untuk melestarikan tradisi
asli Ponorogo yang tidak bisa dilepaskan dari masyarakat Ponorogo. Dengan menjelaskan
hal-hal tersebut, bapak Toto berharap agar siswa mampu meneladani sosok Raden Batara
seorang budayawan sekaligus ketua Lesbumi PCNU Ponorogo beliau adalah bapak
Ahmad Sauji yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Jenggo. Menurut beliau adanya
persinggungan antara agama Islam dan Reog Ponorogo telah ada sejak dahulu. Pada
akhirnya persinggungan antara kedua hal tersebut membuahkan hasil pemikiran kearah
Islamisasi reog dengan adanya Reog Santri. Reog santri menurut beliau merupakan
pertunjukan kesenian reog yang dibalut dengan nuansa keislaman mulai dari lagu-lagu
yang bernuansa Islami hingga gerakan dan busana penari yang tidak meninggalkan
norma-norma dan syariat agama Islam. Hal-hal tersebut yang selanjutnya menjadi jalan
Ponorogo.44
Menurut Mbah Jenggo dengan adanya reog santri ini kita akan tetap melestarikan
budaya kita warisan leluhur bangsa khususnya Ponorogo. Namun tentu kita sebagai orang
muslim harus juga mengedepankan tata cara dan perilaku yang harus selalu sesuai
dengan tuntunan Islam. Dengan berpadunya antara reog dan agama Islam ini akan
menambah khazanah keilmuan dan variasi yang menjadikan bangsa kita semakin kaya
akan budaya.45
mini di SDN Kalimalang tidaklah sia-sia. Beliau mengatakan bahwa setelah kegiatan
43
Transkrip wawancara kode 03/W/3-II/2021
44
Transkripwawancara kode 06/W/3-III/2021
45
Transkripwawancara kode 06/W/3-III/2021
79
kegiatan yang positif dan dibalut dengan nuansa religius. Semenjak saat itu antusias
mayarakat dan kecintaan mereka terhadap kesenian reog pada akhirnya justru membuat
masyarakat mendukung sepenuh hati demi kelancaran dan kelestarian reog mini di SDN
tersebut.46
di SDN Kalimalang diatas hampir mirip dengan reog santri yang diutarakan Mbah
Jenggo. Menurut beliau dalam melestarikan reog itu juga harus tetap melestarikan tradisi
Jawa karena memang reog itu penuh dengan falsafah hidup orang jawa dan ajaran
reog secara tidak langsung juga turut menurunkan ajaran leluhur Jawa. Namun, tentunya
disini juga tidak boleh melenceng dari aqidah Islam. Dalam melestarikan budaya harus
bisa memilah mana yang baik dan mana yang kurang baik untuk diteruskan kepada
generasi selanjutnya.47
Seperti yang dikatakan bapak Sarmin tentang kebiasaan beberapa oknum seniman
reog yang ada di desa Kalimalang yang menggelar acara minum minuman keras pada
saat atau setelah pagelaran reog berlangsung. Peneliti disini mengatakan oknum karena
tidak semua seniman reog seperti itu. Fenomena seperti itu sudah bukan menjadi rahasia
umum lagi bahkan tidak hanya di desa Kalimalang saja, hampir diseluruh wilayah
Ponorogo dan sekitarnya banyak paguyuban yang mengaitkan kesenian reog Ponorogo
dengan minum minuman keras. Tradisi seperti ini tentu harus perlahan-lahan dihilangkan
agar tidak mencemari citra kesenian tradisi reog Ponorogo yang sudah berada di tingkat
Internasional. Menghapus hal-hal negatif ini salah satunya adalah melalui internalisasi
46
Transkrip wawancara kode 04/W/3-II/2021
47
Transkrip wawancara kode 06/W/3-III/2021
80
nilai-nilai pendidikan agama Islam sejak dini kepada generasi penerus dalam kesenian
Reog Ponorogo. 48
Dalam sebuah proses apapun, tentunya diharapkan dapat membuahkan hasil yang
optimal. Dalam hal ini, pencapaian hasil tersebut dapat diketahui dari implikasi adanya
Berkaitan dengan hal tersebut, menurut pengamatan Ibu Siti Nurjanah selaku guru PAI
mengatakan bahwa selama ini siswa SDN Kalimalang yang ,engikuti ekstrakurikuler reog
mini mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Meskipun pada dasarnya memang
perlu waktu untuk berproses. Menurut beliau, hal yang bisa dirasakan adalah siswa sudah
gotong royong saat latihan maupun dalam kegiatan sehari-hari untuk mencapai tujuan,
serta bertambah keimanan kepada Allah.49 Kerjasama yang terjalin dengan baik dan sikap
gotong royong dan menghargai orang lain juga dapat terlihat melaui dokumentasi video
Selaras dengan pernyataan diatas, Ibu Wahyu selaku kepala sekolah mengatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada siswa cukup memuaskan, meskipun perlu waktu
untuk mendidik siswa dan menginternalisasikan nilai-nilai PAI kepada siswa. Menurut
beliau alangkah lebih baik jika dalam hal ini guru dan siswa menikmati prosesnya.
Sedangkan menurut bapak Toto selaku pelatih utama dalam ekstrakurikuler reog
mini di SDN Kalimalang mengatakan bahwa perubahan yang terjadi pada siswa sedikit
48
Transkrip wawancara kode 05/W/5-III/2021
49
Transkrip wawancara kode 01/W/3-II/2021
50
Transkrip dokumentasi kode 05/D/6-III/2021
51
Transkrip wawancara kode 02/W/3-II/2021
81
bahwa kemampuan yang dimiliki siswa itu berbeda satu sama lain, ada yang cepat dalam
memahami dan ada juga yang masih perlu bimbingan lagi. Menurut beliau, wajar saja
jika ketercapaian hasil internalisasi nilai-nilai PAI dalam ekstrakurikuler reog mini ini
sikap yang baik saat latihan seperti sopan saat berhadapan dengan gurunya, bekerjasama
dengan temannya, dan saling bertukar pengetahuan. Diawal latihan, siswa juga terlihat
memanjatkan doa agar diberikan kelancaran pada saat latihan dan akhir latihan terlihat
pula siswa berdoa bersama dan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan latihan pada
hari itu. Hal ini menunjukkan terkait implikasi internalisasi nilai-nilai PAI yang telah
Bapak Toto menambahkan bahwa perubahan positif yang terlihat pada diri siswa
ada beberapa hal yang sudah bisa diamati. Perubahan tersebut diantaranya siswa menjadi
penurut dan tidak berani melawan gurunya, siswa juga dapat hidup rukun dengan sesama
temannya karena merasa masih sama-sama belajar dan harus berjuang bersama. Adapun
terkait ibadah sholat, siswa sudah menunjukkan perubahan positif seperti ketika waktu
Menurut bapak Riyadi selaku kepala desa Kalimalang, beliau mengatakan bahwa
perubahan siswa yang merupakan dampak dari internalisasi nilai-nilai PAI dalam
ekstrakurikuler reog mini di SDN Kalimalang sudah selayaknya untuk diapresiasi. Hal
tersebut menurut beliau sangatlah bagus, karena selain pandai dalam melestarikan tradisi
budaya, siswa juga pandai dalam agamanya dan baik perilakunya. Bapak Riyadi sangat
52
Transkrip wawancara kode 03/W/3-II/2021
53
Transkrip observasi kode 04/O/24-V/2021
54
Transkrip wawancara kode 03/W/3-II/2021
82
mendukung hal tersebut, karena dengan begitu akan terbetuk generasi-generasi unggul
Adapun menurut bapak Sarmin sebagai perintis ekstrakurikuler reog mini SDN
Kalimalang, beliau mengatakan bahwa implikasi dari internalisasi nilai-nilai PAI dalam
ekstrakurikuler reog mini di SDN Kalimalang ini sudah bagus. Hal ini dapat diketahui
karena menurut beliau siswa SDN Kalimalang sudah mampu memahami mana yang
diperbolehkan dan mana yang dilarang dalam agama Islam. Contohnya saat pentas dan
kolaborasi dengan reog dewasa, siswa menjauh ketika ada oknum pemain reog yang
minum-minuman keras. Sejauh ini menurut beliau perkembangan siswa juga sudah bisa
di rasakan dan dapat dikatakan ada keberhasilan dalam Internalisasi nilai-nilai PAI
tersebut. Akan tetapi, tentunya pihak sekolah tidak boleh cepat merasa puas dengan
menginternalisasikan nilai-nilai PAI dalam ekstrakurikuler reog mini tersebut agar hasil
55
Transkrip wawancara kode 04/W/3-II/2021
56
Transkrip wawancara kode 05/W/5-III/2021.
83
BAB V
PEMBAHASAN
SDN Kalimalang merupakan sekolah yang salah misi dan tujuan pendidikannya
adalah membentuk karakter siswa yang religius serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan
yang Maha Esa. Hal ini termuat dalam dokumen profil singkat SDN Kalimalang yang
didalamnya memuat visi, misi, dan tujuan pendidikan. Dalam hal ini internalisasi nilai-nilai
pendidikan agama menjadi sangat diperlukan guna menggapai tujuan tersebut. Menurut data
yang peneliti dapatkan, siswa yang bersekolah di SDN Kalimalang seluruhnya memeluk
agama Islam.
Pendidikan Agama Islam merupakan bentuk usaha secara sadar yang telah
bertakwa dan berakhlak mulia, serta mengamalkan ajaran Islam yang bersumber dari Al-
Qur’an dan Hadis, dengan cara bimbingan, pembelajaran, pelatihan, serta menerapkan
pengalaman.1 Pendidikan Agama Islam memiliki tujuan agar peserta didik dapat
meningkatkan iman dan taqwa, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama
Islam yang akan menjadikan peserta didik sebagai muslim yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT. memiliki akhlakul karimah dalam kehidupan serta untuk bekal
Berdasarkan data diatas dapat dianalisa bahwa adanya pendidikan agama Islam di
SDN Kalimalang merupakan suatu hal yang sangat penting. Mengingat bahwa seluruh siswa
SDN Kalimalang merupakan pemeluk agama Islam. Dengan adanya internalisasi nilai-nilai
pendidikan agama Islam di SDN Kalimalang akan menjadikan siswa semakin bertambah
wawasan mengenai agamanya. Dengan luasnya pengetahuan mengenai agama Islam, maka
1
Sulaiman, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) (Kajian Teori Dan Aplikasi
Pembelajaran PAI) (Banda Aceh: Yasasan Pena, 2017), 27.
2
Ibid., 34–35.
83
84
perilaku dan kepribadian siswa akan terbentuk menjadi seorang yang religius, berakhlak
mulia, dan bijak dalam menghadapi segala permasalahan hidup. Dalam hal ini PAI juga
merupakan sarana untuk mewujudkan salah satu tujuan sekolah yakni mendidik siswa
dengan menanamkan karakter religius dan keimanan serta ketaqwaan terhadap Tuhan YME.
atau model pembelajaran. Model pembelajaran ini merupakan pola yang digunakan guru
untuk menyampaikan materi atau membuat siswa belajar pengetahuan baru. Menurut ibu
Dra. Siti Nurjanah dalam mengajar beliau sering menggunakan model pembelajaran
kontekstual. Alasan penggunaan model pembelajaran ini adalah agar pembelajaran menjadi
semakin berkesan dan mudah dipahami oleh siswa karena dikaitkan dengan fenomena nyata
yang ada kehidupan siswa sehari-hari. Contoh dari implementasi model pembelajaran
membuat rangsangan otak untuk menyusun berbagai pola pengetahuan dalam menemukan
suatu makna. Model pembelajaran kontekstual ini menuntut siswa aktif untuk mempelajari
dan menerapkan konsep dengan mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari.3 Di sisi lain,
Penerapan Pembelajaran PAI memiliki karakteristik yang menekankan pada segi pendidikan
aqidah, perilaku, dan tata cara ibadah dalam kehidupn sehari-hari. Aspek-aspek dalam PAI
ini selalu berlandaskan sumber hukum utamanya yakni Al-Qur’an dan hadis.4
Berdasarkan data diatas peneliti dapat menganalisa bahwa guru PAI di SDN
Kalimalang yakni Ibu Dra. Siti Nurjanah telah berinovasi dalam menentukan model
disekitar siswa. Beliau sering menggunakan model pembelajaran kontekstual salah satunya
3
Raja Usman, “Penggunaan Metode Pembelajaran Kontektual (Contextual Teaching And Learning) Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas III A SD Negeri 02 Kundur,” Primary 6, no. 2 (2017):
401.
4
Sulaiman, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) (Kajian Teori Dan Aplikasi
Pembelajaran PAI) (Banda Aceh: Yasasan Pena, 2017), 27.
85
dengan mengaitkan materi pembelajaran PAI dengan ekstrakurikuler reog mini. Model
pembelajaran ini dirasa cocok karena dengan model pembelajaran ini siswa akan terlibat
aktif untuk mencari, mengaitkan, dan menerapkan konsep pengetahuan tentang agama Islam
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga menunjukkan bahwa guru PAI di SDN Kalimalang
telah menguasai metode pembelajaraan dengan benar sehingga mampu memadukan dan
dikaitkan dengan berbagai aspek. Ektrakurikuler ini selain berkaitan erat dengan tujuan
pewarisan budaya juga berkaitan dengan pendidikan karakter dan juga masalah keagamaan
khususnya agama Islam yang dianut mayoritas siswa. Terlebih lagi sekolah ini memiliki
tujuan agar siswa memiliki kepribadian yang religius, maka ekstrakurikuler ini juga
Internalisasi nilai agama Islam adalah suatu proses memasukkan nilai agama Islam
secara penuh ke dalam hati, sehingga ruh dan jiwa bergerak berdasarkan ajaran agama Islam.
Internalisasi nilai agama Islam terjadi melalui pemahaman ajaran agama Islam secara utuh,
dan diteruskan dengan kesadaran akan pentingnya ajaran agama, serta ditemukannya
posibilitas untuk merealisasikannya dalam kehidupan nyata. Dari segi isi, agama terdiri dari
seperangkat ajaran yang merupakan perangkat nilai-nilai kehidupan yang harus dijadikan
barometer pada pemeluknya dalam menentukan pilihan tindakan dalam kehidupannya. Nilai-
nilai ini secara populer disebut dengan nilai agama. Oleh sebab itu nilai-nilai agama
merupakan seperangkat standar kebenaran dan kebaikan. Dengan begitu dapat dikatakan
bahwa seberapa banyak dan seberapa jauh nilai-nilai agama bisa mempengaruhi dan
membentuk sikap serta perilaku seseorang sangat tergantung dari seberapa dalam nilai-nilai
dalam “din” seseorang, kepribadian dan sikap religiusnya akan muncul dan terbentuk. Jika
sikap religius sudah muncul dan terbentuk, maka nilai-nilai agama akan menjadi pusat nilai
Berdasarkan data diatas, peneliti dapat menganalisa bahwa, proses internaliasi nilai-
nilai pendidikan agama Islam melalui kegiatan ekstrakurikuler reog mini di SDN Kalimalang
memang sangat perlu dilakukan. Tujuan sekolah yang menginginkan siswa menjadi pribadi
yang religius dan adanya potensi siswa yang baik di bidang kesenian reog menjadikan nilai-
nilai PAI lebih cenderung maksimal jika diinternalisasikan melalui ekstrakurikuler tersebut.
Sehingga ketercapaian hasil yang diharapkan dari proses internalisasi ini akan lebih
memuaskan.
Islam meliputi aspek serasi, selaras, dan seimbangnya hubungan antara manusia dengan
Allah SWT, manusia dengan sesamanya, manusia dengan diri sendiri, dan manusia dengan
lingkungan serta makhluk lainnya.6 Keseimbangan ini akan dapat dicapai dengan
Menurut Ibu Dra. Siti Nurjanah pembelajaran PAI bisa saja di internalisasikan dalam
kegiatan apapun. Hal ini disebabkan karena agama Islam merupakan sebuah keyakinan
mendasari setiap perilaku manusia. Sehingga dalam kegiatan ekstrakurikuler pun juga dapat
disisipi dengan materi PAI. Adapun contoh materi pendidikan agama Islam yang dapat
diinternalisasikan melalui ektrakurikuler reog mini adalah berdoa harus kepada Allah,
larangan berbuat syirik atau menyekutukan Allah, Kerukunan sesama teman, gotong royong,
pantang menyerah dalam belajar, sikap tawakal, dan sebagainya. Pada kasus ini internalisasi
ajaran agama Islam dilakukan dengan cara menyuruh anak-anak menghafalkan surat-surat
5
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan Pemikiran Dan Kepribadian Muslim)
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), 10.
6
Sulaiman, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) (Kajian Teori Dan Aplikasi
Pembelajaran PAI) (Banda Aceh: Yasasan Pena, 2017), 31.
87
pendek sebelum memulai latihan reog mini, mengajak siswa untuk berhenti berlatih dan
mengerjakan sholat ketika waktu sholat tiba, berdoa sebelum dan sesudah latihan, dan
menanam konsep berpikir pada siswa bahwa segala kekuatan dan kemampuan yang dimiliki
manusia seperti dapat mengangkat topeng reog yang berukuran besar itu datangnya hanya
Salah satu bentuk upaya yang dilakukan SDN Kalimalang adalah menysisipkan
materi-materi pendidikan agama Islam dalam pelaksanaan ekstrakurikuler reog mini tersebut
seperti yang terlihat saat peneliti melakukan observasi. Misalnya seperti berdo’a sebelum dan
sesudah latihan, menyuruh siswa untuk menghafalkan surat-surat pendek sebelum latihan,
menyuruh siswa untuk berhenti sejenak dan melaksanakan sholat pada saat memasuki waktu
sholat di tengah-tengah latihan, dan sisipan materi yang lain seperti pemaknaan simbol-
simbol ajaran Islam dalam reog, mengedepankan gotong royong, menghargai orang lain dan
sebagainya.
Berdasarkan data diatas peneliti dapat menganalisa bahwa guru PAI di SDN
Kalimalang selalu berusaha untuk menginternalisasikan nilai-nilai ajaran Islam dalam semua
kegiatan siswa di sekolah termasuk dalam kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini sesuai dengan
ruang lingkup PAI yang mecakup segala kegiatan manusia dan hubungannya baik dengan
Tuhan, sesama manusia, dengan lingkungan ataupun makhluk hidup lain, bahkan hubungan
manusia dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa dengan
adanya internalisasi nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari akan menjadikan materi
PAI yang diajarkan didalam kelas dapat benar-benar dipahami dan diamalkan dengan baik
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Toto selaku pelatih utama dalam
ektrakurikuler reog mini di SDN Kalimalang, diketahui bahwa beliau menyisipkan berbagai
tersebut melalui pemaknaan simbol-simbol, keteladanan para tokoh, sejarah reog, dan
88
memberi nasehat secara langsung kepada siswa saat latihan. Pengintenalisasian nilai-nilai ini
dirasa sangat penting untuk dilakukan. Beliau mengupayakan agar siswanya tidak hanya
dapat menguasai tari dan alat musi reog saja, akan tetapi juga mengetahui sejarah, makna,
ekstrakurikuler reog mini, bapak Toto mengatakan bahwa beliau juga menjelaskan berbagai
nilai pendidikan agama Islam yang terkandung dalam kesenian reog seperti gotong royong,
guyub rukun, tekun, dan selalu berdoa kepada Allah. Selain itu, ada juga hal lain seperti yang
dicontohkan beliau tentang pemaknaan warok, kendhang, dan keteladanan sosok Raden
Batara Katong.
Menurut Noeng Muhadjir ada beberapa strategi yang bisa digunakan dalam
pembelajaran nilai, yaitu strategi tradisional, strategi bebas, strategi refleksif, dan strategi
transinternal. Adapun dalam hal pendekatan, internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam
keteladanan.7
Dari data diatas, peneliti dapat menganalisa bahwa internalisasi nilai-nilai PAI yang
strategi tradisional yakni dengan jalan memberikan nasihat atau indoktrinasi. Dengan kata
lain, strategi ini ditempuh dengan jalan memberitahukan secara langsung nilai-nilai mana
yang baik dan yang kurang baik. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah keenam
Seperti yang dikatakan bapak Sarmin tentang kebiasaan beberapa oknum seniman
reog yang ada di desa Kalimalang yang menggelar acara minum minuman keras pada saat
7
Muhaimin and Dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di
Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), 174.
89
atau setelah pagelaran reog berlangsung. Peneliti disini mengatakan oknum karena tidak
semua seniman reog seperti itu. Fenomena seperti itu sudah bukan menjadi rahasia umum
lagi bahkan tidak hanya di desa Kalimalang saja, hampir diseluruh wilayah Ponorogo dan
sekitarnya banyak paguyuban yang mengaitkan kesenian reog Ponorogo dengan minum
minuman keras. Tradisi seperti ini tentu harus perlahan-lahan dihilangkan agar tidak
mencemari citra kesenian tradisi reog Ponorogo yang sudah berada di tingkat Internasional.
Menghapus hal-hal negatif ini salah satunya adalah melalui internalisasi nilai-nilai
pendidikan agama Islam sejak dini kepada generasi penerus dalam kesenian Reog Ponorogo.
Dakwah yang bersifat toleran terhadap tradisi yang ada membuat walisongo berhasil
menginternalisasikan Islam kedalam tradisi Jawa. Pendekatan semacam ini sangat sesuai
dengan watak orang Nusantara yang cenderung bersifat moderat serta menguatamakan
keselarasan dalam hidupnya. Perpaduan Islam dan tradisi Jawa tidak saja terjadi dalam acara
ritual keagamaan, tetapi juga dalam kebudayaan material yang lain, seperti dalam kesenian,
arsitekstur, dan sebagainya. Apalagi, dalam beberapa hal terdapat persamaan antara agama
dan kesenian. Agama mempunyai unsur ritual dan emosional. Demikian pula dengan
kesenian. Maka tidak mengherankan apabila dalam agama-agama primitif antara seni dan
agama terjadi percampuran. Masyarakat Nusantara juga selalu menghubungkan antara agama
dan kesenian.8
PAI dalam ekstrakurikuler reog mini di SDN Kalimalang dapat dikategorikan sebagai usaha
dakwah Islamiyah. Dakwah ini tentunya dengan cara yang unik yang berwujud kesenian.
Keberhasilan dakwah atau penginternalisasian nilai ini sudah dapat dirasakan sejak zaman
wali songo. Dengan berdakwah melalui kesenian atau tradisi yang telah mendarah daging
dimasyakarat membuat internalisasi nilai-nilai PAI lebih mudah diterima. Hal ini
8
Maharsi, “Pola-pola Perpaduan Islam dan Budaya Nusantara” dalam Ali Sodiqin dkk, Islam dan Budaya
Lokal (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009), 29-30.
90
dan menjunjung tinggi keselarasan hidup. Dengan dakwah semacam ini diharapkan berbagai
Dalam agama Islam manusia wajib mempunyai keimanan yang kuat kepada Allah
SWT. Keimanan kepada Allah biasanya telah ditanamkan sejak dini kepada anak agar kelak
memiliki kualitas iman dan taqwa yang kuat dalam kehidupannya. Dalam hal ini peneliti
mengetahui fakta bahwa SDN Kalimalang mencoba menanamkan keimanan terhadap Tuhan
melalui kegiatan ekstrakurikuler reog mini yang disisipi dengan pendidikan agama Islam.
Usaha internalisasi nilai keimanan yang dilakukan SDN Kalimalang ini pada
hakikatnya merupakan sebuah usaha yang berkiblat pada perjuangan Islamisasi Jawa oleh
Wali Songo sejak dahulu. Telah diketahui bahwa Wali Songo dalam menyebarkan agama
Islam adalah dengan memasukkan nilai-nilai ajaran Islam dalam tradisi, budaya, dan
kesenian Jawa seperti wayang, karawitan, gending dan berbagai tradisi Jawa lainnya.9
Strategi dakwah Wali Songo dalam proses Islamisasi Jawa seperti ini, lebih dikenal dengan
istilah strategi dakwah “Cultural”, yaitu dakwah yang dilakukan dengan mempertimbangkan
unsur-unsur budaya lokal yang sudah ada sebelumnya, kemudian mengambil bentuk-bentuk
wadah kesenian yang sudah ada dan mengkreasikan isinya dengan nilai-nilai Islam yang
Sudah tidak menjadi rahasia lagi bahwa sejak dulu kesenian Reog Ponorogo selalu
identik dengan tradisi Jawa yang dekat dengan unsur-unsur magis didalamnya.11 Contoh
nyatanya seperti ketika membawa topeng barongan atau dhadhak merak raksasa, tak jarang
diantara penari (pembarong) menggunakan bantuan makhluk gaib agar kuat dalam menari
9
Muhammad Irfan Riyadi, Fatwa Sunan Bonang (Ponorogo: Stain Ponorogo Press, 2015), 36.
10
Salim B. Pili, “Dialektika Tradisi Seni Bedendang Di Kota Bengkulu,” Tsaqofah & Tarikh 3, no. 2
(2018): 101.
11
Petir Abimanyu, Mistik Kejawen Menguak Rahasia Hidup Orang Jawa (Yogyakarta: Palapa, 2014), 15–
16.
91
dengan hanya menggigit topeng raksasa tersebut. Adanya hal semacam ini sudah merupakan
mencoba untuk menghilangkan unsur-unsur magis yang menyesatkan dan diganti dengan
keimanan yang lurus terhadap Tuhan. Jika sebelumnya siswa percaya bahwa mengangkat
topeng raksasa itu membutuhkan bantuan makhluk gaib yang dalam agama Islam dilarang,
maka selanjutnya ditanamkan bahwa segala kekuatan itu datangnya hanya dari Allah dengan
keyakinan bahwa La Khaula Wa La Quwwata Illa Billah dan Kun Fa Yakun. Dengan begitu,
pemahaman tentang keimanan kepada Allah akan tertanam kepada siswa bahwa tiada yang
magis didalamnya.12 Penggunaan bantuan makhluk gaib akan berakibat pada perbuatan
Syirik jika tidak dibarengi dengan keimanan yang kokoh kepada Allah. Dalam ajaran Islam
manusia memang wajib percaya terhadap suatu hal yang gaib seperi disebutkan dalam
Artinya : 1. Alif laam miin. 2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, 3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang
ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka.13
Maksud dari ayat diatas adalah kepercayaan terhadap hal yang gaib berarti percaya
terhadap sesuatu yang tidak dapat dilihat dengan pancaindera seperti percaya kepada Allah
dan makhluk gaib yang diciptakan oleh Allah seperti malaikat, jin, dan kehidupan akhirat.
12
Ibid.
13
Al-Qur’an 2: 1-3.
92
Percaya terhadap yang gaib ini berarti manusia harus percaya dan menyebah Allah sebagai
pencipta dan jangan sampai menyekutukan Allah dengan makhluk gaib yang diciptakan-Nya.
Kalimalang selalu disisipi dengan materi-materi pendidikan agama Islam. Salah satu materi
yang dinternalisasikan melalui ekstrakurikuler reog mini ini adalah keimanan kepada Allah
melalui berbagai cara yang telah disebutkan di bab sebelumnya. Adapun pelaksanaan
ekstrakurikuler reog mini di SDN Kalimalang jauh dari kesan magis dan penggunaan
ekstrakurikuler reog mini di SDN Kalimalang berusaha untuk menjauhkan siswa dari
kemungkinan berbuat syirik. Internalisasi nilai ajaran Islam akan membuat keimanan siswa
kepada Allah semakin kuat. Adapun jika ada kesulitan yang dihadapi siswa, guru selalu
menasehati agar terus berusaha dan berdoa kepada Allah agar diberikan pertolongan.
menanamkan karakter religius kepada siswa. Usaha tersebut juga diwujudkan dengan
Internalisasi ajaran Islam ke dalam ekstrakurikuler reog mini dengan berbagai kegiatan atau
penyisipan materi PAI. Hal ini juga merupakan tindakan untuk mengatasi fenomena bahwa
ada hal yang sangat memprihatikan yaitu perilaku kontra produktif yang sulit dihilangkan
Perilaku kontra produktif tersebut seperti minuman keras (minum khamr), ritual
pemberian sesajen kepada makhluk gaib menjelang pentas, saweran kepada jathil perempuan
(memberi uang kepada penari jathil yang dilakukan penonton laki-laki dengan menyentuh
penari pada bagian tubuh yang dianggap sensitif), Sotren (menggunakan bantuan makhluk
93
gaib), dan bebagai hal yang bertentangan dengan nilai-nilai kesopanan, norma sosial, dan
ekstrakurikuler reog mini di SDN kalimalang berusaha menghilangkan tradisi Jawa yang
kontra produktif dalam kesenian Reog Ponorogo. Selain menghilangkan tradisi yang kontra
produktif, ekstrakurikuler reog mini ini juga berupaya untuk menggantikan tradisi kontra
produktif tersebut dengan kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islami. Dengan begitu, dapat
negatif dan menggantinya dengan unsur positif dalam kesenian Reog Ponorogo.
Pada awalnya reog mini di SDN Kalimalang sempat mengalami kendala dalam
pelaksanaanya. Sisi kontra produktif kesenian reog telah melekat dibenak masyarakat
sehingga masyarakat menganggap bahwa semua paguyuban reog itu sama saja. Hal tersebut
pada awalnya menjadi hambatan ketika reog mini Putra Onggojoyo SDN Kalimalang akan
didirikan. Banyak dari wali murid yang tidak setuju dan takut jika putra-putri mereka
terjerumus kedalam hal-hal kontra produktif tersebut sehingga tidak mengizinkan putra-
Pada sudut pandang yang lain, pada dasarnya reog memiliki begitu banyak ajaran
yang diwariskan oleh nenek moyang terdahulu yang memiliki nilai-nilai luhur dalam
kehidupan. Kesenian reog memiliki nilai-nilai seperti nilai kerohanian, nilai spiritual, nilai-
nilai kehidupan, dan nilai kesenangan yang telah dijelaskan pada kajian teori.15 Nilai-nilai
luhur tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Oleh karena itu, SDN
Kalimalang dibantu oleh pemerintah desa Kalimalang berusaha meyakinkan para wali murid
14
Rido Kurnianto, “Pembelajaran Agama Islam Berbasis Budaya Lokal (Strategi Internalisasi Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Islam Melalui Seni Reyog Ponorogo),” PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN,
2015, 862.
15
Asmoro Achmadi, “Pasang Surut Dominasi Islam Terhadap Kesenian Reog Ponorogo,” Analisis 8, no. 1
(2013) : 123-126.
94
mini SDN Kalimalang telah merubah pandangan buruk masyarakat terhadap reog dengan
internlisasi nilai-nilai PAI. Selain itu internalisasi nilai dalam kesenian reog juga bertujuan
untuk mewariskan dan melestarikan nilai-nilai luhur dalam kesenian reog. Hasil dari
ekstrakurikuler reog mini SDN Kalimalang yang bernuansa Islami. Seiring berjalannya
waktu dan dengan pembuktian bahwa pelaksanaan ekstrakurikuler ini murni pelestarian seni
tradisi dan internalisasi ajaran agama Islam justru dari wali murid dan masyarakat banyak
yang mendukung pelaksanaan ekstrakurikuler reog mini Putra Onggojoyo SDN Kalimalang
ini.
Sebuah proses akan menghasilkan sesuatu. Dalam hal ini, pencapaian hasil tersebut
dapat diketahui dari implikasi adanya internalisasi nilai-nilai PAI dalam ekstrakurikuler reog
mini di SDN Kalimalang. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Ibu Siti Nurjanah selaku
guru PAI mengatakan bahwa selama ini siswa SDN Kalimalang yang mengikuti
ekstrakurikuler reog mini mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Meskipun pada
dasarnya memang perlu waktu untuk berproses. Menurut beliau, hal yang bisa dirasakan
adalah siswa sudah mampu menghormati orang tua, bekerjasama secara baik dengan teman-
temannya, gotong royong saat latihan maupun dalam kegiatan sehari-hari untuk mencapai
tujuan, serta bertambah keimanan kepada Allah. Kerjasama yang terjalin dengan baik dan
sikap gotong royong dan menghargai orang lain juga dapat terlihat melaui observasi
Salah satu nilai yang terkandung dalam kesenian reog Ponorogo adalah nilai moral.
Kaitannya dengan kesenian reog, nilai moral menunjuk bahwa kesenian Reog dapat dipakai
sebagai tali pengikat merukunkan dan menyatukan masyarakat Ponorogo. Dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Ponorogo jarang sekali muncul konflik sosial. Selain itu terdapat juga
Berdasarkan data diatas, peneliti dapat menganalisa bahwa hasil yang dicapai dalam
internalisasi nilai-nilai PAI dalam ekstrakurikuler reog mini di SDN Kalimalang telah
merasuk kedalam ranah nilai-nilai moral. Terlihat bahwa kerukunan siswa dapat dikatakan
terjaga dengan baik. Sikap gotong royong, kerjasama yang baik menunjukkan nilai moral
yang telah tertanam dalam diri siswa. Bertambahnya keimanan siswa juga merupakan
Selaras dengan pernyataan diatas, Ibu Wahyu selaku kepala sekolah mengatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada siswa cukup memuaskan, meskipun perlu waktu untuk
mendidik siswa dan menginternalisasikan nilai-nilai PAI kepada siswa. Menurut beliau
alangkah lebih baik jika dalam hal ini guru dan siswa menikmati prosesnya. Karena menurut
Sistem nilai yang terilhami dari nilai iman atau dari nilai taqwa akan melahirkan
cabang-cabang berupa nilai-nilai pendidikan yang berasaskan ajaran Islam salah satunya
adalah kesabaran.17 Sabar adalah sikap yang mudah diucapkan tetapi kenyataannya sangat
sulit untuk dilakukan. Sabar memiliki arti luas seperti menerima dengan lapang dada semua
cobaan dari Allah dan menerima semua takdir dengan lapang dada.
kesabaran dalam ekstrakurikuler reog mini di SDN Kalimalang. Implikasi dari internalisasi
nilai ini dapat dilihat dari pernyataan Ibu Wahyu selaku kepala sekolah yang menekankan
16
Asmoro Achmadi, “Pasang Surut Dominasi Islam Terhadap Kesenian Reog Ponorogo,” Analisis 8, no. 1
(2013) : 123-126.
17
Suroso Abdussalam, Arah Dan Asas Pendidikan Islam (Bekasi: Sukses Publising, 2011), 85.
96
kepada guru dan siswa agar menikmati dalam proses internalisasi nilai-nilai tersebut.
Menikmati proses berarti bersabar menunggu hasil yang diharapkan. Tentunya ini juga
Sedangkan menurut bapak Toto selaku pelatih utama dalam ekstrakurikuler reog
mini di SDN Kalimalang mengatakan bahwa perubahan yang terjadi pada siswa sedikit demi
kemampuan yang dimiliki siswa itu berbeda satu sama lain, ada yang cepat dalam memahami
dan ada juga yang masih perlu bimbingan lagi. Menurut beliau, wajar saja jika ketercapaian
hasil internalisasi nilai-nilai PAI dalam ekstrakurikuler reog mini ini berbeda-beda antara
Bapak Toto menambahkan bahwa perubahan positif yang terlihat pada diri siswa ada
beberapa hal yang sudah bisa diamati. Perubahan tersebut diantaranya siswa menjadi penurut
dan tidak berani melawan gurunya, siswa juga dapat hidup rukun dengan sesama temannya
karena merasa masih sama-sama belajar dan harus berjuang bersama. Adapun terkait ibadah
sholat, siswa sudah menunjukkan perubahan positif seperti ketika waktu sholat siswa
Sistem nilai yang terilhami dari nilai iman atau dari nilai taqwa juga akan melahirkan
cabang-cabang berupa nilai-nilai pendidikan yang berasaskan ajaran Islam seperti tolong-
menolong, murah hati, setia, dan menghormati orang lain.18 Nilai-nilai tersebut dapat
dalam ekstrakurikuler reog mini di SDN kalimalang mencakup nilai-nilai yang luas. Nilai-
nilai tersebut meliputi tolong-menolong, murah hati, setia, dan menghormati orang lain.
implikasi dari penanaman nilai tersebut dapat terlihat dari sikap siswa yang penurut dan tidak
18
Ibid.
97
berani melawan gurunya, siswa juga dapat hidup rukun dengan sesama temannya karena
merasa masih sama-sama belajar dan harus berjuang bersama. Ada juga nilai ketaatan yang
Islam dan dunia seni bagaikan sebuah mata uang yang memiliki dua sisi. Islam tanpa
seni dan seni tanpa Islam tidak akan mencapai kesempurnaan. Islam merupakan ajaran Tuhan
yang memerlukan seni di dalam mengartikulasikan kedalaman aspek kebatinan dari ajaran
itu. Seni merupakan bagian dari sisi manusia dalam mengaktualisasikan nilai-nilai estetisnya.
kesyahduan, dan keheningan. Suasana batin seperti ini sangat dibutuhkan dan merupakan
Menurut bapak Riyadi selaku kepala desa Kalimalang, beliau mengatakan bahwa
perubahan siswa yang merupakan dampak dari internalisasi nilai-nilai PAI dalam
ekstrakurikuler reog mini di SDN Kalimalang sudah selayaknya untuk diapresiasi. Hal
tersebut menurut beliau sangatlah bagus, karena selain pandai dalam melestarikan kesenian
tradisi dan budaya, siswa juga pandai dalam agamanya dan baik perilakunya. Bapak Riyadi
sangat mendukung hal tersebut, karena dengan begitu akan terbetuk generasi-generasi unggul
ekstrakurikuler reog mini di SDN Kalimalang dengan internalisasi nilai-nilai PAI merupakan
sebuah hal yang wajar. Seperti disebutkan diatas bahwa dalam beragama, seseorang juga
membutuhkan seni. Keterkaitan antara dua hal ini juga berimpilkasi pada internalisasi nilai-
nilai PAI pada siswa yang diharapkan pandai dalam melestarikan kesenian tradisi dan
Fakta yang cukup unik sebenarnya terkait dengan dimasukkannya seni Reog
Ponorogo ke dalam kurikulum sekolah, baik melalui intra maupun ekstra kurikuler.
19
Akhmad Akromusyuhada, “Seni Dalam Perspektif Al-Qur'an dan Hadits,” Tahdzibi 3, no. 1 (2018): 2.
98
tuntutan seni, juga adanya fakta tentang maraknya pentas Reog Ponorogo yang sarat dengan
perilaku “kontra produktif” dengan nilai-nilai luhur yang terbabar dalam simbol-simbol
budayanya.20
Berkenan dengan hal tersebut bapak Sarmin mengatakan bahwa implikasi dari
internalisasi nilai-nilai PAI dalam ekstrakurikuler reog mini di SDN Kalimalang ini sudah
bagus. Hal ini dapat diketahui karena menurut beliau siswa SDN Kalimalang sudah mampu
memahami mana yang diperbolehkan dan mana yang dilarang dalam agama Islam.
Contohnya saat pentas dan kolaborasi dengan reog dewasa, siswa menjauh ketika ada oknum
pemain reog yang minum-minuman keras. Sejauh ini menurut beliau perkembangan siswa
juga sudah bisa di rasakan dan dapat dikatakan ada keberhasilan dalam Internalisasi nilai-
nilai PAI tersebut. Akan tetapi, tentunya pihak sekolah tidak boleh cepat merasa puas dengan
menginternalisasikan nilai-nilai PAI dalam ekstrakurikuler reog mini tersebut agar hasil yang
nilai-nilai PAI dalam ekstrakurikuler reog mini di SDN Kalimalang telah merasuk dalam
kepribadian siswa. Hal ini tercermin dalam sikap siswa yang menghindar ketika melihat
fenomena-fenomena kontra produktif. Hal ini menunjukkan perubahan nyata dalam diri
siswa.
20
Kurnianto, “Pembelajaran Agama Islam Berbasis Budaya Lokal (Strategi Internalisasi Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Islam Melalui Seni Reyog Ponorogo),” 862.
99
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
membentuk karakter siswa yang religius serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang
Maha Esa. Dengan begitu internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam di SDN
mengaitkan materi-materi PAI dengan fenomena atau kegiatan nyata disekitar siswa
2. Proses yang ditempuh dalam internalisasi nilai-nilai PAI dalam ekstrakurikuler reog mini
keteladanan tokoh, dan menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian reog
pendidikan agama Islam dalam eksrakurikler reog mini di SDN Kalimalang dilaksanakan
Kalimalang dapat dikatakan berhasil. Akan tetapi untuk mencapai keberhasilan tersebut
memerlukan waktu yang cukup untuk siswa dalam berproses. Dengan melihat
pembahasan di bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa sistem nilai yang telah
tertanam dalam diri siswa diantaranya kesabaran, tolong-menolong, murah hati, setia,
menghormati orang lain, serta taat dan patuh pada perintah Allah dan menjauhi larangan-
99
100
larangannya. Implikasi internalisasi nilai-nilai PAI tersebut dapat diamati secara langsung
pada perilaku siswa sehari-hari seperti sikap sabar menikmati proses, penurut dan tidak
berani melawan gurunya, hidup rukun dengan sesama temannya, merasa masih sama-
sama belajar, kerjasama baik dengan teman, dan melaksanakan rajin melaksanakan
ibadah sholat.
B. Saran
Dalam sebuah penelitian, seorang peneliti tentunya berharap bahwa penelitian yang
sudah dilakukan akan berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan, lembaga serta berbagai
pihak yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun saran yang peneliti berikan setelah
yang dapat menumbuhkan dan menanamkan karakter religius dan cinta budaya pada
Bagi guru dan pelatih diharapkan banyak memberikan contoh tentang penerapan
Semua warga sekolah, terlebih peserta didik bisa lebih menghayati dan
Ponorogo.
melaksanakan penelitian dan dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan rujukan dan
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Amin. Studi Agama Normativitas Atau Historisitas? V. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011.
Abdussalam, Suroso. Arah Dan Asas Pendidikan Islam. Bekasi: Sukses Publising, 2011.
Achmadi, Asmoro. “Pasang Surut Dominasi Islam Terhadap Kesenian Reog Ponorogo.” Analisis
8, no. 1 (2013).
Akromusyuhada, Akhmad. “Seni Dalam Perspektif Al-Quran Dan Hadits.” Tahdzibi 3, no. 1
(2018).
Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan Pemikiran Dan Kepribadian
Muslim). Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Arifin, Bambang Syaiful. Psikologi Agama. 3rd ed. Bandung: Pustaka Setia, 2018.
Chaplin, James P. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1989.
Chatib, Thoha. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1996.
Dhika Yuan Yurisma, and Muhammad Bahruddin. “Pemaknaan Simbol Reog Ponorogo Dalam
Tradisi Jawa : Sebuah Kajian Kritis.” Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi 6
(2020).
Djiwo, Poetoet Lebdo. Babad Ponorogo Babon Saking R.M. Soerjobroto. Ponorogo: Semeroe-
Bibliotheek, 1939.
Emzir. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Fitriana, Yusuf Adam Hilman, and Bambang Triono. “Peran Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan
Dalam Upaya Pelestarian Kesenian Budaya Lokal.” Jurnal Inovasi Ilmu Sosial Dan Politik
(JISoP) 2 (2020).
Gazalba, Sidi. Pandangan Islam Tentang Kesenian. Jakarta: Bulan Bintang, 1977.
Ghazali, Adeng Muchtar. Ilmu Studi Agama. Bandung: Pustaka Setia, 2005.
Hardani, and Dkk. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Ilmu Group,
2020.
Holt, Claire. Melacak Jejak Perkembangan Seni Di Indonesia, Terj. Seodarsono. Bandung: Arti
Line, 2000.
Jarumi. “Festival Reyog Mini (FRM) Di Ponorogo Dan Sistem Transmisinya.” Institut Seni
Indonesia Sukarakarta, 2017.
Khairusani, Mizan. “Seni Budaya Sebagai Upaya Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Bernilai Estetika.” Ta’dibuna 3, no. 2 (2020).
Kodir, Koko Abdul. Metodologi Studi Islam. 2nd ed. Bandung: CV Pustaka Setia, 2017.
Kurnianto, Rido. “Pembelajaran Agama Islam Berbasis Budaya Lokal (Strategi Internalisasi
Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Melalui Seni Reyog Ponorogo).” PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN, 2015.
103
———. Seni Reyog Ponorogo Sejarah, Nilai, Dan Dinamika Dari Waktu Ke Waktu.
Yogyakarta: Buku Litera, 2017.
Lubis, Bustanuddin, and Dkk. Mitologi Nusantara: Penerapan Teori. Bengkulu: Quiksi, 2011.
Maisyanah, and Lilis Inayati. “Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Pada Tradisi
Meron.” Edukasia 13, no. 2 (2018).
Milles, Mattew B., and A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif Terj. Tjetjep Rohendi
Rohidi. Jakarta: UI Press, 1992.
Moleong, Lexy. Methodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000.
Muhaimin, and Dkk. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam Di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002.
Mukarromah, Sururil, and Shinta Devi I.S.R. “Mobilisasi Massa Partai Melalui Seni
Pertunjukkan Reog Di Ponorogo Tahun 1950-1980.” Verleden 1, no. 1 (2012).
Nadlif, Achmad, and Muhammad Fadlun. Tradisi Keislaman. Surabaya: Al-Miftah, n.d.
O’dea, Thomas F. Sosiologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996.
Pramono, Muhammad Fajar. Raden Bathoro Katong Bapak-E Wong Ponorogo. Ponorogo:
Lembaga Penelitian Pemberdayaan Birokrasi dan Masyarakat Ponorogo, 2006.
104
Qodir, Zuly. Sosiologi Agama Esai-Esai Agama Di Ruang Publik, 153. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011.
Riyadi, Muhammad Irfan. Fatwa Sunan Bonang. Ponorogo: Stain Ponorogo Press, 2015.
Rizali, Nanang. “Kedudukan Seni Dalam Islam.” TSAQAFA, Jurnal Kajian Seni Budaya Islam 1,
no. 1 (2012).
Rohmawati, Evi. “Penanaman Nilai-Nilai Karakter Cinta Tanah Air Melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler Berbasis Kearifan Lokal Reog Ponorogo Di MI Ma’arif Polorejo Babadan
Ponorogo.” IAIN Ponorogo, 2020.
Rusmiyati. “Nilai Budaya Dan Pendidikan Dalam Tradisi Reog.” Program Pascasarjana
Universitas PGRI Yogyakarta, 2017.
Sarwono, Jhonatan. Metodologi Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Edisi 2. 2nd ed.
Yogyakarta: Suluh Media, 2018.
Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2006.
Sopiatin, Popi. Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010.
———. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Penelitian Yang Bersifat : Eksploratif, Enterpretif,
Interaktif, Dan Konstruktif. Bandung: Alfabeta, 2017.
Sulaiman. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) (Kajian Teori Dan Aplikasi
Pembelajaran PAI). Banda Aceh: Yasasan Pena, 2017.
Tharaba, M. Fahim, and Moh. Padil. Sosiologi Pendidikan Islam Realitas Sosial Umat Islam.
Malang: CV Dream Litera, 2015.
Wildan, Raina. “Seni Dalam Perspektif Islam.” Islam Futura 6, no. 2 (2007).
Wiyani, Novan Ardy. Konsep, Praktik, Dan Strategi Membumikan Pendidikan Karakter Di SD.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.