Anda di halaman 1dari 17

Pemanduan Bakat Olahraga Siswa SMP Negeri 18 Semarang dengan Metode

Sport Search

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang

Disusun oleh:

Yoga Adriansyah

6101418068

PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang maha kuasa, atas berkat
dan penyertaannya sehingga saya diberikan kekuatan dan kemampuan untuk
menyelesaikan proposal ini.
Proposal ini berjudul “Pemanduan Bakat Olahraga Siswa SMP Negeri 18
Semarang dengan Metode Sport Search”. Saya susun dengan tujuan Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pemanduan Bakat Olahraga. Saya mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan
informasi sehingga saya dapat mudah menyelesaikan proposal ini.
Walaupun proposal ini menurut saya telah tersusun dengan baik, namun
saya merasa masih banyak kekurangan yang terdapat baik dari segi cara
menganalisa, mengkaji, memaparkan, maupun dari segi penyusunanya. Oleh
karena itu masukan yang bersifat membangun seperti saran, kritik, sanggahan
maupun yang lainnya saya terima dengan senang hati demi penyempurnaan
laporan ini selanjutnya.
Terima kasih.

Semarang, 29 Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................1
BAB I..........................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................6
2.1 Bakat.................................................................................................................................................6
2.2 Identifikasi Bakat...............................................................................................................................7
2.3 Karakteristik Pertumbuhan Siswa Menengah Pertama......................................................................8
2.4 Pembinaan dan Pemanduan............................................................................................................10
2.5 Pemanduan Bakat Metode Sport Search..........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................15

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Olahraga merupakan bagian hidup dan kebutuhan setiap manusia. Selain untuk mendapatkan
tubuh yang sehat, olahraga bisa dijadikan sebagai hobi atau kesenangan. Bahkan olahraga bisa
menjadi sumber mata pencaharian jika digeluti secara profesioanl. Pada masa sekarang, olahraga
sangat dirasakan manfaatnya bagi kehidupan masyarakat. Kegiatan olahraga merupakan arena
untuk menggali dan mengembangkan potensi manusia untuk berprestasi dalam bidang olahraga.

Olahraga prestasi merupakan salah satu dari kegiatan olahraga dipandang sebagai profesi.
Untuk mencapai prestasi olahraga yang tinggi tidaklah mudah, karena harus melalui proses
pembinaan yang panjang. Meskipun dilakukan pembinaan dalam jangka panjang jika atlet yang
dibina tidak berbakat terhadap cabang olahraga yang diperlajari, maka prestasi yang tinngi tidak
dapat dicapai. Hal ini karena bakat merupakan syarat mutlak agar mampu berprestasi secara
maksimal. Adisasmita dan Syasifuddin (1996: 54) menyatakan bahwa “Bakat dan kemampuan
akan menentukan prestasi seseorang, dimana prestasi yang sangat menonjol dalam satu bidang
tertentu adalah mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tertentu”. Makin besar bakat
seseorang, makin cepat menguasai suatu keterampilan dan pengetahuan. Dengan demikian bakat
pada dasarnya bukan sesuatu yang bersifat permanen, akan tetapi harus diupayakan, selalu
ditumbuhkembankan sehingga akan berubah menjadi suatu potensi atau kapasitas yang unggul.

Seorang dikatakan berbakat dalam bidang olahraga apabila dirinya terdapat ciri-ciri yang
dapat dikembangkan dan dilatih keberhasilan pencapaian prestasi yang tinggi dalam olahraga.
Seorang atlet dalam suatu cabang olahraga memiliki usia keemasan atau usia pencapaian prestasi
yang berbeda-beda, sebagai contoh menurut Bopma (1990: 35) dalam cabang olahraga tenis
pencapaian prestasi pada usia 22-25 tahun, sepak bola pada usia 18-24, bolavoli pada usia 20-25,
dan masih banyak lagi cabang olahraga yang memiliki usia keemasan sendiri-sendiri. Bangun &
Sabaruddin Yunis (2012) menyatakan bahwa “Pembinaan prestasi olahraga harus dikembangkan
sistematis, mulai dari usia dini, massal, berjenjang hingga pada tingkat atlet elit, untuk semua

2
cabang olahraga (cabor). Tim nasional pada semua cabor merupakan puncak dari proses
pembinaan olahraga yang berkelanjutan”.

Untuk melahirkan calon atlet usia muda potensial dan berbakat dalam cabang olahraga
prestasi tertentu yang diprediksi dapat dibina dan dikembangkan secara intensif dan optimal ke
prestasi puncak salah satu upaya yang harus dilakukan adalah dengan cara mengidentifikasi
potensi anak sejak dini. Pemanduan bakat dapat dilakukan di klub-klub olahraga maupun di
sekolah-sekolah. Karena selain di klub, sekolah juga merupakan tempat yang ideal dan potensial
bagi berseminya anak-anak yang berbakat olahraga.

Saat ini banyak kejuaran yang melibatkan sekolah sebagai peserta antara lain POPDA, O2SN
dan masih banyak lagi, kegiatan itu dilaksanakan tidak lain untuk menjaring bakat olahraga sejak
usia sekolah. Program tersebut tidak akan tercapai maksimal apabila tidak ada peran aktif dari
pihak sekolah, bakat anak tidak akan terlihat apabila tidak ada upaya dari sekolah untuk
melakukan pembinaan bakat. SMP Negeri 18 Semarang walaupun terletak tidak terlalu deket
dengan kota, tetapi ekstrakulikuler yang disediakan sekolah cukup banyak, terdapat beberapa
cabang olahraga yang dijadikan ekstrakulikuler seperti bola tangan, futsal, bola voli, bulu
tangkis. Hal tersebut sangat memberikan varian siswa dalam memilih cabang olahraga yang
diikuti. Disisi lain masih banyak siswa di sekolah yang mempunyai potensi bakat luar biasa
secara alamiah belum pernah tersentuh pembinaan secara optimal.

Agar lebih cermat dan teliti untuk menemukan bibit-bibit atlet yang berbakat, guru olahraga
dan pelatih dituntut untuk mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Untuk menemukan bibit-bibit atlet yang berbakat pelatih maupun guru olahraga harus
mengambil langkah yang tepat. Semua kalangan harus bisa mengerti dan memahami unsur-unsur
apa saja yang berkaitan untuk mengadakan pemanduan anak-anak yang berpotensi dalam hal
olahraga. Menurut Yusuf Adisasmita dan Aif Syarifudin (1996: 36) berpendapat bahwa
“Pemasalan olahraga, pemanduan bakat dan kriteria bibit unggul adalah unsur-unsur yang
penting dipahami dan dimiliki pelatih maupun guru olahraga untuk menemukan anak-anak yang
unggul”.

Salah satu ilmu yang berkembang dalam pemandua bakat olahraga adalah dengan
menggunakan metode sport search. Furqon dan Dowes (1999: 7) menyatakan bahwa “Sport

3
search adalah suatu praktik interaktif yang memungkinkan anak menyesuaikan antara ciri-ciri
fisik dan penilaian olahraga yang disesuaikan antara ciri-ciri fisik dan pilihan olahraga yang
disesuaikan dengan potensi anak”. Sport search merupakan sebuah pendekatan yang unik dan
inovatif untuk membantu anak (yang berusia antara 11-15 tahun), supaya bisa membuat
keputusan-keputusan yang didasari pada informasi mengenai olahraga, bukan hanya menarik
tetapi juga sesuai dengan anak tersebut.

Melihat bagaimana pentingnya proses identifikasi dan pemanduan bakat bagi anak usia di
sekolah menengah tingkat pertama, khususnya di SMP Negeri 18 Semarang. Untuk mengetahui
bakat siswa sekolah, maka dibutuhkan cara mengidentifikasi bakat olahraga yang baik dan
efektif. Metode pemanduan bakat sport search belum dimanfaatkan secara maksimal untuk
mendapatkan atlet-atlet yang berbakat, terutama di lingkungan sekolah. Masih banyak para
pelatih atau guru pendidikan jasmani belum mengetahui metode pemanduan bakat sport search,
karena selam ini kebanyakan dari guru membina atlet-atlet yang sudah berkelanjutan dari
sekolah dasar.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian
ini yakni :

1. Bagaimanakah jenis bakat olahraga yang dimiliki siswa-siswi dengan metode Sport
Search di SMP Negeri 18 Semarang?
2. Apa saja potensi keberbakatan olahraga siswa-siswi dengan metode Sport Search di SMP
Negeri 18 Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui jenis bakat keterbakatan olahraga siswa-siswi dengan metode Sport
Search di SMP Negeri 18 Semarang
2. Mengetahui potensi bakat olahraga yang dimiliki siswa-siswi dengan metode Sport
Search di SMP Negeri 18 Semarang

4
1.4 Manfaat Penelitian
1.1.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan
dan mengembangkan bakat olahraga yang dimiliki oleh siswa. Sehingga siswa dapat
mengetahui bakat olahraga yang dimiliki.
1.1.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Peneliti

Manfaat penelitian ini bagi saya adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan saya dalam menyusun proposal penelitian dan juga menambah wawasan
terkait pemanduan bakat/identifikasi bakat siswa-siswi di sekolah menggunakan metode
Sport Search.

1.4.2.2 Bagi Guru PJOK

1. Dapat memberikan informasi, masukan dan rekomendasi kepada guru PJOK tentang
pentingnya dilakukan tes identifikasi dan pemanduan bakat di sekolah secara berkala.
2. Mengetahui siswa yang berbakat sehingga dapat mengoptimalkan keberbakatannya dan
mampu membina siswa hingga dapat prestasi dan membanggakan nama sekolah.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bakat
2.1.1 Pengertian Bakat
Bakat adalah kondisi yang dimiliki seseorang, hanya dengan intervensi pelatihan
seseorang memungkinkan untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan
keterampilan tinggi (Afif 2017). Bakat (attitude) diartikan sebagai salah satu kemampuan
bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu untuk dikembangkan lebih lanjut dan
dilatih agar bakat itu dapat terwujud (Yusuf Adisasmita dan Aif Syarifudin, 1996: 53).
Penting bagi seorang guru untuk mengetahui bakat dari siswanya, sehingga bisa
diarahkan sesuai dengan bakat masing-masing. Dengan begitu pembinaan yang dilakukan
dapat berjalan secara efektif. Untuk dapat mengetahui bakat seseorang maka bisa
dilakukan pemanduan bakat. Melalui pemanduan bakat dapat mengetahui potensi yang
dimiliki seseorang. Apabila potensi bakat digabungkan dengan program latihan yang baik
maka diharapkan prestasi yang tinggi akan dapat tercapai.
Bakat dibagi menjadi dua, yakni bakat umum dan bakat khusus. Bakat umum
yaitu bakat yang dimiliki setiap orang, meskipun dalam keadaannya biasa disebut
intelegnesia. Bakat khusus yaitu kemampuan yang menonjol pada seseorang yang tidak
terdapat pada setiap orang. Sedangkan bakat olahraga yaitu : kemampuan dasar yang
berkenaan dengan penampilan gerak (motor performance) dan merupakan kombinasi dari
beberapa kemampuan dengan sikap badan seseorang (M. Furqon H dan Muchsin
Doewess, 1999).
2.1.2 Prinsip-prinsip Pemanduan Bakat
Dalam pemanduan bakat olahraga terdapat beberapa prinsip yang telah
dikembangkan oleh Reigner, Salmela dan Russel (1993), sebagai berikut : 1) pemanduan
bakat olahraga harus dilihat sebagai sebuah proses dalam konteks pengembangan bakat
secara luas, 2) pemanduan bakat olahraga merupakan prediksi jangka panjang terhadap
prestasi olahraga seorang anak, 3) pemanduan bakat harus mempertimbangkan tuntutan
spesifik setiap cabang olahraga, 4) pemanduan bakat olahraga berdasarkan pendekatan

6
berbagai disiplin ilmu disebabkan penampilan olahraga dipengaruhi banyak aspek, 5)
pemanduan bakat harus dapat menentukan aspek penentu prestasi olahraga, yang
dipengaruhi oleh hereditas atau bawaan, 6) pemanduan bakat olahraga harus
mempertimbangkan aspek dinamis dari penampilan olahraga, akrena adanya factor usia,
pertumbuhan dan latihan.

2.2 Identifikasi Bakat


Identifikasi bakat olahraga adalah proses pemberian ciri (karakteristikisasi)
terhadap dasar kemampuan yang dibawa dari lahir yang dapat melandasi keterampilan
olahraga. Menurut Wiliams & Reilly (2000) identifikasi bakat dapat didefinisikan sebagai
proses mengenali peserta saat ini dengan potensi untuk menjadi pemain elit. Tujuan
utama pengidentifikasian bakat adalah untuk mengidentifikasi dan memilih calon atlet
yang memiliki berbagai kemampuan tertinggi dalam cabang olahraga tertentu.
Menurut Vaeyens, R et.al. (2009) program identifikasi bakat dirancang untuk
mengidentifikasi atlet muda yang memiliki potensi luar biasa untuk sukses dalam
olahraga elit senior, untuk memilih dan merekrutnya ke dalam program promosi bakat.
Semakin awal anak menunjukan kesesuaian latihan dengan kemampuan untuk belajar,
maka makin berhasil anak dalam menyelesaikan program latihannya. Hal ini akan
menyebabkan ia memiliki lebih banyak waktu untuk berlatih sebelum mencapai usia
prestasi puncak dan akan memiliki pengaruh yang berakhir positif pada latihannya.
2.2.1 Metode Identifikasi Bakat
Bompa (2013 : 334) mengungkapkan dua metode dalam mengidentifikasi bakat
calon atlet, yaitu (1) seleksi alam; dan (2) seleksi ilmiah. Seleksi alam merupakan
pendekatan yang normal dan merupakan cara pengembangan dalam olahraga tertentu.
Seleksi ini menganggap bahwa atlet mengikuti olahraga tertentu sebagai hasil dari
pengaruh setempat, misalnya tradisi sekolah, harapan orang tu, atau teman sebaya.
Dengan demikian evolusi prestasi atlet ditentukan oleh seleksi alam yang tergantung pada
beberapa faktor. Oleh karena itu pendekatan dengan seleksi alam ini sering kali berjalan
lambat.
Seleksi ilmiah adalah metode yang digunakan untuk memilih calon atlet yang
memiliki potensi untuk dibina. Seleksi ini lebih sedikit memerlukan waktu untuk

7
mencapai prestasi yang tinggi bila dibandingkan dengan metode seleksi alam. Untuk
olahraga yang memerlukan persyaratan tinggi atau berat badan, misalnya bola basket,
bola voli, sepak bola, nomor-nomor lempar dan sebgaianya perlu mempertimbangkan
seleksi ilmiah. Demikian juga olahraga yang memerlukan kecepatan, waktu reaksi,
koordinasi, dan power, seperti lari cepat, judo, hoki, nomor-nomor lompat dan sebgainya.
Melalui pendekatan seleksi ilmiah, kualitas-kualitas semacam itu akan dapat
diketahui. Dengan pengujian ilmiah, maka calon atlet yang berbakat secara ilmiah
diseleksi atau diarahkan pada cabang olahraga tertentu sesuai dengan bakat masing-
masing.
2.2.2 Manfaat Identifikasi Bakat
Bopma (2013; 334) mengemukakan bahwa penggunaan kriteria ilmiah dalam
proses pengidentifikasian bakat memiliki beberapa manfaat, yaitu : 1) Menurunkan waktu
yang diperlukan untuk prestasi yang tinggi dengan menyeleksi calon atlet berbakat dalam
cabang olahraga tertentu. 2) Mengeliminasi volume kerja, energy dan memisahkan bakat
yang tinggi bagi pelatih. Keefektifan latihan dapat dicapai, terutama bagi calon atlet yang
memiliki kemampuan tinggi. 3) Meningkatkan daya saing dan jumlah atlet dalam
mencapai tingkat prestasi yang tinggi. 4) Meningkatkan kepercayaan diri calon atlet,
karena perkembangan prestasi tampak makin dinamis disbanding dengan atlet-atlet yang
memiliki usia sama yang tidak mengalami seleksi. 5) Secara tidak langsung
mempermudah penerapan latihan.

2.3 Karakteristik Pertumbuhan Siswa Menengah Pertama


Pembinaan dan pengelolaan anak usia dini akan menentukan manusia yang
bagaimana akan berkembang dikemudian hari. Baiknya pada masa “krisis” anak
memperoleh rangsangan dan latihan yang tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan
potensi fisik serta kepribadiannya maka akan mendapatkan kesempatan emas baginya
untuk berkembang secara optimal. Menurut Desmita (2010: 36) ada beberapa
karakteristik siswa usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) antara lain :
1. Terjadinya ketidak seimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
2. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder.

8
3. Kecenderungan ambivalensi, serta keinginan meyendiri dengan keinginan
bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan
bimbingan dan bantuan dari orang tua.
4. Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma dengan
kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
5. Mulai mempertanyakan secara skeptic mengenai eksistensi dan sifat
kemurahan dan keadilan Tuhan.
6. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
7. Mulai mengembangkan standard dan harapan terhadap perilaku diri sendiri
yang sesuai dengan dunia sosial.
8. Kecenderungan minat dan pilihan karier relative sudah lebih jelas.

Menurut Yusuf (2011: 26-27) masa usia Sekolah menengah bertepatan dengan
masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian
karena sifat-sifat khasnya dan perannya yang menentukan dalam kehidupan
individu dalam masyarakat orang dewasa. Masa ini dapat diperinci lagi menjadi
beberapa masa, yaitu sebagai berikut:

1. Masa Praremaja (Remaja Awal)


Masa praremaja biasanay berlangsung hanya dalam waktu relative
singkat. Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif pada si remaja sehingga
seringkali masa ini disebut masa negative dengan gejalanya seperti tida
tenang, kurang suka bekerja, pemisitik, dan sebagainya. Sifat-sifat
negative tersebut seperti 1) negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani
maupun mental, 2) negatif dalam sikap sosial, baik dalam bentuk menarik
diri dalam masyarakat (negatif pasif) maupun dalam bentuk agresif
terhadap masyarakat (negatif aktif).
2. Masa Remaja (Madya)
Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk
hidup, proses terbentuknya pendirian atau pandangan hidup atau cita-cita
hidup itu dapat dipandang sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan. Proses
penemuan nilai-nilai kehidupan tersebut karena tiadanya pedoman, si

9
remaja merindukan sesuatu yang dianggap bernilai, pantas dipuja,
seringkali remaja hany mengetahui bahwa dia menginginkan sesuati tetapi
tidak mengetahui apa yang diinginkan, objek pemujaan itu telah menjadi
lebih jelas, yaitu pribadi-pribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai
tertentu.
3. Masa Remaja Akhir
Setelah dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah
tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas
perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup dan
mamsuklah individu ke dalam masa dewasa.
Untuk masa remaja khususnya anak SMP adalah masa yang tepat
untuk diketahui bakatnya karena sifat-sifat khasnya dan perannnya yang
menentukan dalam kehidupan individu.

2.4 Pembinaan dan Pemanduan


2.4.1 Pengertian Pembinaan
Menurut Poerwadarmita Pembinaan adalah suatu usaha, tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara berdaya guna berhasil guna untuk memperoleh hasil yang
lebih baik. Menurut Mitha Thola Pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil,
atau pernyataan yang lebih baik. Dalam hal ini menunjukan adanya kemajuan,
peningkatan pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan, berkembang atau
peningkatan atas sesuatu. Ada dua unsur dari definisi pembinaan yaitu :
1. Pembinaan itu bisa berupa suatu tindakan, proses, atau pernyataan tujuan.
2. Pembinaan bisa menunjukan kepada perbaikan atas sesuatu.

Secara umum pembianaan disebut sebagai sebuah perbaikan terhadap pola


kehidupan yang direncanakan. Setiap manusia memiliki tujuan hidup tertentu dan ia
memiliki keinginan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Apabila tujuan hidup tidak
tercapai maka manusia akan berusaha untuk menata ulang pola kehidupannya.

2.4.2 Tahapan Pembinaan dan Pemanduan

10
Pembinaan olahraga yang dilakukan secara sistematik, tekun dan berkelanjutan,
diharapkan akan dapat mencapai prestasinya yang bermakna. Proses pembinaan
memerlukan waktu yang lama, yakni mulai masa kanak-kanak atau usia dini sehingga
anak mencapai tingkat efisiensi kompetensi yang tinggi (Harre, Ed, 1982: 21 dalam
M. Furqon H. dan Sapta Kunta Purnama, 2008: 1).
Pemanduan dan pembinaan calon olahragawan berbakat harus dilihat sebagai
suatu proses yang berkesinambungan, yang secara garis besar terdiri dari empat
tahap, yaitu 1) tahap identifikasi bakat olahraga, 2) tahap pemilihan cabang olahraga,
3) tahap pembinaan keterampilan cabang olahraga, dan 4) tahap pembinaan olahraga
berprestasi (KONI, 2000: 53).
Pemanduan dan pembinaan atlet usia dini dalam lingkup perencanaan untuk
mencapai prestasi puncak, memerlukan latihan jangka panjang, kurang lebih berkisar
antara 8 s.d 10 tahun secara bertahap, continue, meningkat, dan berkesinambungan
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : 1) pembibitan/panduan bakat, 2)
spesialisasi cabang olahraga, 3) peningkatan prestasi (Said Junaidi 2003: 10).

2.5 Pemanduan Bakat Metode Sport Search


Pemanduan bakat dengan metode Sport Search adalah suatu model
pengidentifikasian bakat terdiri dari 101 butir tes yang bertujuan membantu anak (yang
berusia antar 11-15 tahun), untuk menemukan potensi anak dalam berolahraga yang
disesuaikan dengan karakteristik potensi anak (M. Furqon Hidayatullah dan Sapta Kunta
Purnama, 2008:75). Kemudian M. Furqon Hidayatullah (1999) sendiri juga menjelaskan
bahwa sport search adalah suatu paket komputer interaktif yang memungkinkan anak
menyesuaikan antara ciri-ciri fisik dan pilihan olahraga yang disesuaikan dengan potensi
olahraga anak.
Sport search ini merupakan salah satu program yang dikembangkan oleh komisi
olahraga Australia (The Australian Commision) sebagai bagian daro AUSSIE SPORT,
yaitu satu pendekatan bangsa Austalia secara menyeluruh terhadap pengembangan
olahraga junior. Sport search dapat memberikan rekomendasi cabang olahraga apa saja
yang digemari anak dan disesuaikan dengan profil ketrampilannya dan kemungkinan
besar dapat mencapai prestasi maksimal jika didukung dengan pembinaan dan saran yang

11
baik. Sport search bisa memberikan suatu gambaran tentang olahraga apa saja termasuk
di dalam program dan informasi yang berkenaan dengan bagaimana cara untuk
menghubungi organisasi-organisasi yang bergerak di bidang olahraga jika anak tertarik
untuk mengetahui sesuatu mengenai olahraga (Malik, Sunardi, and Ardianto 2020).
Terdapat sepuluh butir tes dalam Sport Search, antara lain adalah tes tinggi badan,
tes tinggi duduk, tes berat badan, tes rentang lengan, tes lempar tangkap bola tenis, tes
lempat bola basket, tes loncat tegak (vertical jump), tes lari kelincahan (agility), tes lari
40 m, dan terakhir adalah tes lari multitahap atau biasa disingkat MFT (Multi Fitness
Test).
1. Tes Tinggi Badan
Tinggi badan adalah jarak vertikal dari lantai ke ujung kepala (vertex).
Tinggi badan ini merupakan salah satu factor penting yang dibutuhkan di
dalam berbagai cabang olahraga. Misalnya, para pemain bola basket dan atlet
dayung (rower), biasanya memiliki tubuh yang tinggi, sedangkan pemain
senam sering kali badannya kecil (Widiastuti, 2015: 59).
2. Tes Tinggi Duduk
Tinggi duduk adalah jarak vertikal dari atas permukaan tempat testi duduk
sehingga bagian atas (vertex) kepala. Pengukuran ini meliputi panjang togok,
leher, dan sampai panjang kepala (Widiastuti, 2015: 60-61).
3. Tes Berat Badan
Berat badan berkaitan dengan beberapa cabang olahraga yang
membutuhkan tubuh ringan, seperti senam, apabila dibandingkan dengan
cabang olahraga yang memerlukan berat badan lebih berat, seperti olahraga
dalam lempar dalam atletik (Widiastuti, 2015: 62).
4. Tes Rentang Lengan
Rentang lengan adalah jarak horizontal antara ujung jari tengah dengan
lengan teretntang secara menyamping setinggi bahu. Rentang lengan berkaitan
erat dengan olahraga, seperti dalam olahraga dayung dan melempar, lengan
terentang lebar, karena sangat bermanfaat bagi penampilannya (Widiastuti,
2015: 63).
5. Tes Lempar Tangkap Bola Tenis

12
Tes lempar tangkap bola tenis adalah mengukur kemampuan akurasi atau
ketepatan seseorang melempar bola tenis dengan ayunan dari bawah lengan
(under arm) ke arah sasaran dan menangkapnya dengan satu tangan.
Ketepatan berkaitan erat dengan sistem syaraf dalam memproses input atau
stimulus yang datang dari luar. Hal ini berkaitan dengan penampilan dalam
berbagai permainan bola yang bersifat beregu yang menuntut atlet membawa,
menggiring, dan menangkap bola (Widiastuti, 2015).
6. Tes Lempar Bola Basket
Tes melempar bola basket adalah mengukur kekuatan tubuh bagian atas
dengan memposisikan bola basket didepan dada menggunakan kedua tangan
lalu bola dilempar lurus sejauh mungkin. Olahraga yang membutuhkan
kekuatan yang tinggi pada tubuh bagian atas, antara lain gulat dan angkat besi
(Widiastuti, 2015: 66)
7. Tes Loncat Tegak (vertical jump)
Tes loncat tegak adalah mengukur kemampuan untuk meloncat dalam arah
vertikal. Daya ledak kedua kaki berkaitan dengan penampilan dalam olahraga,
misalnya bola basket, bola voli dan sepak bola Australia (Australian Footbal)
(Widiastuti, 2015: 67-68).
8. Tes Lari Kelincahan (agility)
Kelincahan (kemampuan untuk mengubah arah tubuh secara cepat sambal
bergerak) merupakan komponen penting di dalam kebanyakan olahraga
beregu, misalnya squash dan tenis (Widiastuti, 2015: 69).
9. Tes lari 40 Meter
Kemampuan lari dengan cepat dari posisi tak bergerak dibutuhkan dalam
permainan beregu, kecepatan juga penting di dalam beberapa cabang olahraga
yang membutuhkan ledakan aktivitas yang pendek dengan intensitas yang
tinggi (Widiastuti, 2015: 70).
10. Tes Lari Multi Tahap (MFT)
Kesegaran Aerobik merupakan komponen penting dari berbagai cabang
olahraga berbasiskan daya tahan (endurance). Misalnya olahraga renang jarak
jauh, bersepeda dan lari jarak jauh. Kebanyakan permainan-permainan

13
berergu/tim juga mempersyaratkan kesegaran aerobic karena para pemain
dituntut harus senantiasa bergerak selama jangka waktu yang lama. Lari
bolak-balik (shuttle run) atau lari multitahap (multi fitness test) digunakan
untuk menilai kesegaran aerobic (Widiastuti, 2015: 71). Pelaksanaan tes
Multistage Fitness Test (MFT) bertujuan untuk mengetahui kemampunan
daya tahan umum seseorang .

Untuk pelaksanaan tes sebaiknya dimulai dari bagian pertama, yaitu


meliputi tinggi badan, tinggi duduk, berat badan, rentang lengan, dan lempar
tangkap bola tenis. Kemudian bagian kedua meliputi lempar bola basket,
loncat tegak, lari kelincahan, lari cepat 40 meter, dan lari multithap.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Y. & Syarifuddin, A. 1996. Pembinaan dan Pemanduan Bakat Olahraga. Jakarta:
Dirjendikti.Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, Depdikbud.

Afif, Ucu Muhammad. 2017. “Identifikasi Bakat Olahraga Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Di
Desa Manonjaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya.” Journal of Physical
Education and Sports 6(3): 291–98.

Bangun & Sabaruddin Yunis. 2012. Pembinaan Keolahragaan Nasional Menuju Indonesia Emas.
Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan. 6 (2): 576-590.

Bompa, T. O. & Haff, G. G. 2009. Periodization Theory and Methodology of Training – Fifth
Edition. United State: Library of Congress Cataloging-inPublication Data.

Bompa. Tudor. 2013. Periodezation Theory and Methodology Of Training. Tudor O. Bompa, G.
Gregory Haff

Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Furqon H. dan Mucshin Doewes. 1999. Pemanduan Bakat Olahraga Model Sport Search.
Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Keolahragaan (PUSLITBANG-OR) UNS.M

KONI. 2000. Pemanduan dan Pembinaan Usia Dini. KONI

Malik, Abdul, Sunardi Sunardi, and Deny Try Ardianto. 2020. “Pengembangan Panduan
Identifikasi Bakat Olahraga Berbasis Teknologi Sport Search.” Journal of Curriculum
Indonesia 3(2): 54.

Suryadia, Lalu Erpan. 2020. “Identification of Sport Talents with the Sport Search Methods.”
Journal of Physics: Conference Series 1539(1).

Unnithan, Viswanath et al. 2017. “Talent Identification in Youth Soccer Talent Identification in
Youth Soccer.” 0414(November).

Vaeyens, Roel, Arne Güllich, Chelsea R Warr, and Renaat Philippaerts. “Talent Identification
and Promotion Programmes of Olympic Athletes.” (May 2013): 37–41.

Widiastuti. 2015. Tes dan Pengukuran Olahraga. Rajawali.

15

Anda mungkin juga menyukai