Anda di halaman 1dari 22

i

MOVEMENT (GERAK)
&
PERMAINAN TRADISIONAL LARI BALOK

Dipresentasikan dalam Mata Kuliah


“Pengembangan Mental Training, Psikometri dan High Performance”

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. dr. James Tangkudung, Sportmed, M.Pd


dr. Junaidi, Sp.KO

Oleh:

Ramadan
No. Reg. 9904919006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
ii

2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “movement dalam Permainan
Tradisional (Permainan Lari Balok)”. Makalah ini penulis susun sebagai tugas dari mata
kuliah Pengembangan Mental, Training, Psikometrik dan High Perfomance dengan dosen
pengampuh mata kuliah Prof. Dr. dr. James Tangkudung, Sportmed, M.Pd. bersama dr.
Junaidi, Sp. Ok.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan ini
oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik, dan saran yang membangun
agarpenulis bisa memperbaiki kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan dan penulisan
makalah ini. Semoga makalah ini bisa berguna dan bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.

Jakarta, 25 April 2020


iii

DAFTAR ISI
Halaman

COVER............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

A. Movement (Bergerak)
1. Pengertian Movement ........................................................................... 4
2. Kecemasan pada atlit ............................................................................ 8
3. Sumber Kecemasan .............................................................................. 13
4. Hubungan Movement dengan Olahraga ............................................... 15

B. Lari Balok
1. Asal Usul .............................................................................................. 18
2. Pemain .................................................................................................. 19
3. Tempat permainan ............................................................................... 19
4. Peralatan Permainan ............................................................................. 20
5. Aturan Permainan ................................................................................. 21
6. Proses Permainan .................................................................................. 21
7. Nilai Budaya ......................................................................................... 24
8. Manfaat bermain lari balok................................................................... 24
iv

C. INSTRUMEN MOVEMENT
1. Definisi Konseptual .............................................................................. 21
2. Definisi Operasional ............................................................................ 21
3. Pengembangan Instrumen..................................................................... 21
4. Angket .................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 29


5

BAB 1

A. MOVEMENT (BERGERAK)
1. Pengertian
Saat ini, masalah kesehatan pada individu sedang meningkat karena kurang olahraga dan
aktivitas fisik, seperti mesin melakukan sebagian besar pekerjaan, yang membuat aktivitas tubuh
penting secara individual. Di sisi lain, lewat acara olahraga, banyak orang terlibat dengan olahraga
secara langsung atau tidak langsung, baik dengan aktif tampil atau dengan menonton olahraga.
Secara umum, olahraga membantu individu menjaga kesehatan fisik dan mental mereka dan
menjadi sumber kesenangan dan hiburan. Dari hal inilah bahwa dengan melakukan aktifitas fisik
atau dengan kita berolahraga akan memberikan berbagai manfaat bagi tubuh kita (Suleyman Yildiz,
2012: 689). Olahraga saat ini menjadi sebuah trend atau gaya hidup bagi sebagian masyarakat
umum, bahkan hingga menjadi sebuah kebutuhan mendasar dalam hidup. Olahraga menjadi
kebutuhan yang sangat penting karena tidak terlepas dari kebutuhan mendasar dalam melaksanakan
aktivitas gerak sehari-hari. Olahraga itu sendiri pada dasarnya merupakan serangkaian gerak raga
yang teratur dan terencana untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan gerak, serta bertujuan
untuk mempertahankan, dan meningkatkan kualitas hidup seseorang. Hal tersebut sejalan dengan
yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional Nomor 3 Tahun 2005
bahwa, “olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis 14 untuk mendorong, membina, serta
mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial”. Secara sederhana olahraga dapat dilakukan
oleh siapapun, kapanpun, dimanapun, tanpa memandang dan membedakan jenis kelamin, suku, ras,
dan lain sebagainya. Toho Cholik Mutohir (2007: 23) menjelaskan bahwa, hakekat olahraga adalah
sebagai refleksi kehidupan masyarakat suatu bangsa. Di dalam olahraga tergambar aspirasi serta
nilai-nilai luhur suatu masyarakat, yang terpantul melalui hasrat mewujudkan diri melalui prestasi
olahraga. Kita sering mendengar kata-kata bahwa kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat
tercermin dari prestasi olahraganya. Harapannya adalah olahraga di Indonesia dijadikan alat
pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental,
intelektual, sosial, serta mampu membentuk manusia seutuhnya. Menurut Giriwijoyo (2005: 30)
mengatakan bahwa olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang
dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya. Kusmaedi (2002:
1) menyatakan bahwa kata olahraga berasal dari: 1) Disport, yaitu bergerak dari satu tempat ke
tempat lain. 2) Field Sport, kegiatan yang dilakukan oleh para bangsawan yang terdiri dari kegiatan
menembak dan berburu 3) Desporter, membuang lelah 4) Sport, pemuasan atau hobi 5) Olahraga,
latihan gerak badan untuk menguatkan badan, seperti berenang, main bola, agar tumbuh menjadi
6

sehat. Jane Ruseski (2014: 396 ) mengatakan dengan berolahraga atau melakukan aktifitas fisik
yang teratur dapat mengurangi resiko penyakit kronis, mengurangi stress dan depresi, meningkat
kesejahteraan emosional, tingkat energi, kepercayaan 15 diri dan kepuasan dengan aktivitas sosial.
Douglas Hartmann, Christina Kwauk. (2011: 285) mengatakan pada dasarnya olahraga adalah
tentang partisipasi. Olahraga menyatukan individu dan komunitas, menyoroti kesamaan dan
menjembatani perbedaan budaya atau etnis. Olahraga menyediakan forum untuk belajar
keterampilan seperti disiplin, kepercayaan diri, dan kepemimpinan dan mengajarkan prinsip-prinsip
inti seperti toleransi, kerja sama, dan rasa hormat. Olahraga mengajarkan nilai usaha dan bagaimana
mengatur kemenangan dan juga kekalahan. Saat ini aspek positif dari olahraga ditekankan, olahraga
menjadi kendaraan yang kuat yang melaluinya. Berdasarkan penjelasan menurut para ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa olahraga merupakan suatu kegiatan yang bersifat fisik mengandung
unsur-unsur permainan serta berisi perjuangan dengan diri sendiri dengan orang lain yang terkait
dengan interaksi lingkungan atau unsur alam yang terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat sesuai
dengan kemampuan dan kesenangan. Kegiatan olahraga tergantung dari sikap sesorang dari mana
dia memaknainya, karena beragam definisi olahraga disebabkan oleh karakteristik olahraga itu
sendiri yang semakin berkembang, semakin lama semakin berubah dan semakin kompleks baik dari
jenis kegiatannya, dan juga penekanan motif yang ingin dicapai ataupun konteks lingkungan sosial
budaya tempat pelaksanaannya.
a) Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani memiliki kajian tersendiri namun sebenarnya
merupakan satu kesatuan dalam konsep Penjasorkes. Definisi Pendidikan Jasmani menurut
Sugiyanto (2012: 16) menyatakan “Pendidikan Jasmani, suatu bagian integral dari proses
pendidikan total, adalah suatu bidang upaya yang bertujuan mengembangkan warga negara yang
segar (fit) secara fisik, mental, emosi dan sosial melalui medium aktivitas fisik yang dipilih sesuai
sudut pandang perealisasian tujuan tersebut. 18 Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan
yang melibatkan aktivitas fisik dengan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan yang ingin
dicapai bersifat menyeluruh, mencakup aspek fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral.
Berkenaan dengan aspek fisik, tujuan utama pendidikan jasmani adalah untuk memperkaya
perbendaharaan gerak dasar anak-anak dengan aktivitas fisik, sesuai dengan tingkat perkembangan
dan pertumbuhannya. b) Pendidikan Olahraga Pendidikan olahraga merupakan sebuah konsep hasil
pengembangan dari Penjasorkes diamana memiliki tujuan yang lebig spesifik yaitu mengarah pada
prestasi olahraga peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sugiyanto (2012: 34) yang
berpendapat bahwa,” model pendidikan olahraga dinilai memiliki tujuan yang lebih ambisius
dibanding dengan program olahraga di dalam pendidikan jasmani. Pendidikan olahraga berusaha
mendidik murid untuk menjadi olahragawan yang kompeten, cerdas dan antusias. Selanjutnya
dijelaskan bahwa olahraga yang kompeten berarti memiliki keterampilan yang memadai untuk
7

berpartisispasi dalam pertandingan, memahami dan dapat melakasanakan strategi sesuai dengan
kompleksitas permainan dan sebagai pemain yang berpengetahuan. Olahragawan yang cerdas
berarti mudah untuk memahami peraturan, tatacara dan tradisi dalam olahraga serta dapat
membedakan anatara 19 praktek olahraga yang baik dan yang buruk, baik pada anak-anak maupun
olahragawan profesional. Olahragawan yang antusias berarti berpartisipasi dan berperilaku dalam
cara memelihara, melindungi dan mempertinggi budaya olahraga. Sebagai anggota kelompok
olahraga turut mengembangkan olahraga pada tingkat lokal, nasional dan internasional. c)
Pendidikan Kesehatan Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap aktivitas kehidupan
dimana kesehatan harus selalu dijaga dan ditingkatkan. Untuk menjaga kesehatan adalah dengan
berolahraga dan menjaga pola hidup sehat. Slogan yang berbunyi “kesehatan merupakan harta yang
paling berharga” adalah benar adanya. Banyak orang yang tidak perduli akan kesehatan bahkan
tidak mementingkan kesehatan untuk dirinya sendiri. Ketidaktahuan akan cara yang benar untuk
menjaga kesehatan menjadi salah satu faktor penyebabnya. Kehidupan sekolah yang terlalu
membebankan kepada tugas-tugas berkombinasi pula dengan kehidupan di rumah yang tidak
menekankan pentingnya hidup sehat akan berdampak buruk pada kesehatan itu sendiri. Kemajuan
teknologi yang semakin tidak terkendali akan memberikan efek yang buruk jika tidak diimbangi
dengan kemawasan diri akan pentingnya hidup sehat sehingga anak-anak akan terfokus pada
kemajuan teknologi dan tidak menyediakan waktu luang untuk berolahraga. Hal ini dapat 20
menyebabkan kebugaran tubuh anak-anak sekarang akan cenderung semakin rendah. Seiring
semakin rendahnya kesegaran jasmani, kian meningkat kemalasan seseorang dalam melakukan
gerak tubuh, lambat laun hal ini dapat menimbulkan gejala penyakit yang diakibatkan oleh
kekurangan gerak (hipokinetik) seperti kegemukan, tekanan darah tinggi, kencing manis, nyeri
pinggang bagian bawah. Selain itu penyakit jantung yang biasanya menyerang manusia pada saat
dewasa bisa saja beralih menyerang pada masa kanak-kanak. Sejalan dengan itu, pengetahuan dan
kebiasaan makan yang tidak sehatpun semakin memperburuk masalah kesehatan anak-anak.
Dengan pola gizi yang tidak seimbang, mereka menhadapkan diri mereka sendiri pada resiko
penyakit degenerative (menurunnya fungsi organ) yang semakin besar. Sangat penting untuk
menjaga kesehatan baik jasmani maupun rohani oleh karena itu pendidikan kesehatan menjadi
krusial khsusunya untuk pelajar di sekolah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Giriwijoyo dan
Sidik (2012: 28) bahwa “ olahraga kesehatan meningkatkan derajat sehat dinamis (sehat dalam
gerak), pasti juga sehat statis (sehat dikala diam), tetapi tidak pasti sebaliknya, gemar berolahraga:
mencegah penyakit, hidup sehat dan nikmat. Malas berolahraga: mengundang penyakit. Tidak
berolahraga: menelantarkan diri”. 21 Sugiyanto (2013: 34) menyatakan bahwa, “pendidikan
kesehatan pada dasarnya merupakan kajian yang bersifat multi disiplin”. Isinya diambil dari banyak
bidang ilmu lain kedokteran, kesehatan masyarakat, kejasmanian, psikologi, biologi dan sosiologi.
8

Lingkup kajiannya pun luas yang mencakup antara lain hakekat sehat dan penyakit, kegizian,
pencegahan cedera, pertolongan pertama pada kecelakaan, pencegahan penggunaan narkotika dan
obat-obat terlarang, hakekat perilaku dan kebiasaan hidup sehat dan pemeliharaan kesehatan. Aspek
layanan yang termasuk di dalamnya meliputi penanganan kehidupan sekolah yang sehat melalui
pembelajaran pendidikan kesehatan dan diaplikasikan dalam bentuk organisasi UKS dan PMR. 2)
Olahraga Prestasi Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan
olahragawan secara khusus dengan cara, terprogram, berjenjang dan berkelanjutan melalui
kompetisi yang dilakukan selanjutnya para olahragawan yang memiliki potensi untuk dapat
ditingkatakan prestasinya akan dimasukan kedalam asrama maupun tempat pelatihan khusus agar
dapat dibina lebih lanjut guna mendapatkan prestasi yang lebih tinggi dan dengan didukung bantuan
ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan yang lebih modern. Pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi keolahragaan adalah peningkatan kualitas maupun kuantitas
pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaedah dan teori ilmu pengetahuan yang
telah 22 terbukti kebenarannya untuk peningkatan fungsi, manfaat dan aplikasi ilmu pengetahuan
dan teknologi yang telah ada atau menghasilkan teknologi baru bagi kegiatan keolahragaan. Hal
tersebut sejalan dengan pendapat Kristiyanto (2012: 12) yang menyatakan bahwa, “Dalam lingkup
olahraga prestasi, tujuannya adalah untuk menciptakan prestasi yang setinggi-tingginya. Artinya
bahwa berbagai pihak seharusnya berupaya untuk mensinergikan hal-hal dominan yang
berpengaruh terhadap peningkatan prestasi di bidang olahraga. Untuk mendapatkan atlet olahraga
yang berprestasi, disamping proses latihan yang terprogram dan terencana dengan menerapkan
prinsip-prinsip latihan, juga harus memperhatikan asupan gizi para atlet, selain itu harus pula di
barengi dengan pengadaan kompetisi-kompetisi secara rutin agar atlet dapat menerapkan teknik dan
taktik yang diperoleh selama pelatihan di arena sesungguhnya dan itu dapat mengasah mental para
atlet itu sendiri dalam menghadapi kompetisi yang sesungguhnya. Semakin banyak jam terbang
atlet dalam suatu kompetisi maka akan semakin berpengalaman pula atlet itu dalam megnhadapi
situasi yang berubah-ubah dalam pertandingan. Pembinaan olahraga prestasi bertujuan untuk
mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi
untuk mencapai yang prestasi yang tinggi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi
keolahragaan. Keterbatasan dari pemerintah menuntut cabangcabang olahraga lain yang belum
menjadi prioritas pendanaan pemerintah, perlu menggalang dana kolektif dari masyarakat dan
swasta. Para pemerhati 23 olahraga di Indonesia perlu menyatukan suara guna membangun
kejayaan olahraga. Salah satunya dengan menetapkan sebuah badan yang benar-benar independen
dan hanya berfokus pada pembangunan olahraga di Indonesia serta bebas dari segala kepentingan
politik di dalamnya. Pembinaan olahraga prestasi berbentuk segitiga atau sering disebut pola
piramida adan berporos pada proses pembinaan yang berkelanjutan. Dikatakan berkelanjutan
9

karena pola itu harus didasari cara pandang yang utuh dalam memaknai program pemassalan dan
pembibitan dengan program pembinaan prestasinya. Program tersebut memandang arti penting
pemassalan dan pembibitan yang bisa jadi berlangsung dalam program pendidikan jasmani yang
baik, diperkuat dengan program pengembangannya dalam kegiatan klub olahraga sekolah,
dimatangkan dalam berbagai aktivitas kompetisi intramural dan idealnya tergodok dalam program
kompetisi intersklastik, serta dimantapkan melalui pemuncakan prestasi dalam bentuk training
camp bagi para bibit atlet yang terbukti berbakat. Membangun strategi pembinaan olahraga secara
nasional memerlukan waktu dan penataan sistem secara terpadu. Pemerintah dalam hal ini adalah
Kementerian Pemuda dan Olahraga tidak dapat bekerja sendiri tanpa sinergi dalam kelembagaan
lain yang terkait dengan pembinaan sistem keolahragaan secara nasional. Penataan olahraga prestasi
harus dimulai dari pemassalan olahraga dimasyarakat yang diharapkan memunculkan bibit-bibit
atlet berpotensi dan ini akan didapat pada atlet yang dimulai dari usia sekolah. Pembinaan olahraga
prestasi harus berjangka waktu kehidupan atlet, dimulai 24 pada saat merekrut seorang anak untuk
dikembangkan menjadi seorang atlet. Dalam merekrut calon atlet, postur dan struktur tubuhnya
harus dilihat apakah tubuh (termasuk kemampuan jantung dan paru-paru) calon atlet itu bisa
dibentuk dengan latihan-latihan untuk menjadi kuat, cepat dan punya endurance atau daya tahan.
Untuk dapat menggerakan pembinaan olahraga harus diselenggarakan dengan berbagai cara yang
dapat mengikutsertakan atau memberi kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam kegiatan olahraga secara aktif, berkesinambungan, dan penuh kesadaran akan
tujuan olahraga yang sebenarnya. Pembinaan olahraga seperti ini hanya dapat terselenggara apabila
ada suatu sistem pengelolaan keolahragaan nasional yang terencana, terpadu, dan
berkesinambungan dalam semangat kebersamaan dari seluruh lapisan masyarakat. Pembinaan atlet
usia pelajar sering kali tidak terjadi kesinambungan dengan pembinaan cabang olahraga prioritas.
Hal ini bisa dilihat dari berbagai cabang olahraga yang merupakan andalan untuk meraih medali
emas tidak dibina secara berjenjang. Untuk itu perlu dilakukan penyusunan program pembibitan
atlet usia dini dengan cabang olahraga yang menjadi prioritas. Sebagai langkah berikutnya perlu
melakukan kerja sama antara Menteri Pemuda dan Olahraga dengan Komite Olahraga Nasional
Indonesia Pusat serta induk organisasi cabang olahraga untuk membicarakan cabang-cabang
olahraga yang menjadi prioritas utama baik didaerah, nasional maupun internasional. 25 3)
Olahraga Rekreasi Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan
kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya
masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran dan kegembiraan. Hal ini sejalan dengan pasal 19
Bab VI UU Nomor 3 Tahun 2005 dinyatakan bahwa “olahraga rekreasi bertujuan untuk
memperoleh kesehatan, kebugaran jasmani dan kegembiraan, membangun hubungan sosial dan
atau melestarikan dan meningkatkan kekayaan budaya daerah dan nasional”. Selanjutnya
10

dinyatakan bahwa pemerintah daerah dan masyarakat berkewajiban menggali, mengembangkan


dan memajukan olahraga rekreasi. Menurut Kristiyanto (2012: 6) berpendapat bahwa “olahraga
rekreasi terkait erat dengan aktivitas waktu luang dimana orang bebas dari pekerjaan rutin. Waktu
luang merupakan waktu yang ridak diwajibkan dan terbebas dari berbagai keperluan psikis dan
sosial yang telah menjadi komitmennya”. Kegiatan yang umum dilakukan untuk rekreasi adalah
pariwisata, olahraga, permainan, dan hobi dan kegiatan rekreasi umumnya dilakukan pada akhir
pekan. Kegiatan rekreasi merupakan salah satu kegiatan yang dibutuhkan oleh setiap manusia.
Kegiatan tersebut ada yang diawali dengan mengadakan perjalanan ke suatu tempat dan sebagainya.
Secara psikologi banyak orang yang di lapangan merasa jenuh dengan adanya beberapa kesibukan
dari masalah, sehingga mereka membutuhkan istirahat dari bekerja, tidur dengan 26 nyaman,
bersantai sehabis latihan, keseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan, mempunyai teman
bekerja yang baik, kebutuhan untuk hidup bebas, dan merasa aman dari resiko buruk. Melihat
beberapa pernyataan di atas, maka rekreasi dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan sebagai pengisi waktu luang untuk satu atau beberapa tujuan, diantaranya untuk
kesenangan, kepuasan, penyegaran sikap dan mental yang dapat memulihkan kekuatan baik fisik
maupun mental. Beragam jenis olahraga rekreasi yang merupakan kekayaan asli dan jati diri bangsa
Indonesia perlu dilestarikan, dipelihara dan diperkenalkan kepada generasi muda penerus, serta
didokumentasikan dengan serius dan cermat, sehingga aset budaya dan jati diri bangsa Indonesia
tidak hilang atau diakui oleh bangsa lain. Disamping itu, gerakan sport for all, yang menjadikan
olahraga sebagai bagian dari upaya mendukung pembangunan kualitas sumber daya manusia,
pendidikan, kesehatan dan kebugaran masayarakat serta aspek lain yang dibutuhkan oleh
pembentukan karakter dan jati diri suatu bangsa, menjadikannya sebagai kekuatan yang ampuh
dalam upaya memepersatukan bangsa Indonesia dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

1. Bergerak Pada Atlet


Didalam dunia kepelatihan, pembinaan mental bertanding meliputi peningkatan kemampuan atlet
mempertahankan daya juang dan konsentrasi dalam situasi tegang, menganalisis situasi permainan
secara cermat, membedakan antara faktor-faktor yang perlu diperhitungkan dan yang diabaikan,
dan mengambil keputusan yang tepat dalam situasi pertandingan yang berubah-ubah. Hal di atas
merupakan hal penting, Husdarta menulis bahwa aspek psikologis yang menunjang prestasi
diantaranya:motivasi tinggi, aspirasi kuat, kematangan kepribadian. Sedangkan aspek yang
mengganggu prestasi diantaranya: ketegangan dan kecemasan, motivasi rendah, absesi, gangguan
emosional, keraguan/takut.
11

Penampilan seorang atlet adalah hasil dari stamina, kekuatan, fleksibilitas, koordinasi, keterampilan
dan kemampuan bermain. Karenanya, jika pikiran seorang atlet dikuasai oleh pikiran-pikiran yang
mengganggu seperti khawatir dan cemas secara berlebihan, maka atlet tersebut akan terganggu
konsentrasinya dan selanjutnya penampilan maksimal dalam latihan dan kompetisi akan sulit
diperlihatkan secara maksimal.
Hal diatas sangat mungkin terjadi disebabkan keberhasilan seorang atlet bukan hanya ditentukan
oleh kesiapan fisik melainkan juga kesiapan mental. Kondisi psikis atau mental akan
mempengaruhi penampilan atlet baik saat latihan maupun saat bertanding. Apabila sebelum
bertanding seorang atlet sedang memiliki masalah, kemungkinan besar masalah tersebut
mempengaruhi kestabilan emosi, daya konsentrasi dan menguras energi.
Contoh lain, jika sebelum bertanding seorang atlet kurang memiliki kesiapan mental menghadapi
lawan yang berat sehingga timbul keraguan yang besar dan rasa tidak percaya diri yang
menghalangi kemampuannya untuk tampil optimal. Bila atlet menganggap ada situasi yang
mengancam maka akan terjadi peningkatan reaksi cemas, proses kompetisi adalah proses
kecemasan yang terjadi pada seorang sebagai hasil adanya situasi kompetisi yang objektif.
Penghubung antara kecemasan dan kompetisi dapat ditemukan dengan mendefinisikan kompetisi
dalam olahraga. Kompetisi merupakan suatu proses yang membandingkan penampilan individu
berdasarkan standar yang dikemukan setidaknya oeh satu orang yang memahami kriteria dalam
pemahaman dan evaluasi dari proses pembandingan tersebut.
Proses dalam kompetisi merupakan sesuatu yang dasarnya menimbulkan ketakutan karena
mengandung evaluasi internal dan eksternal dari individu yang kompeten. Sebagai sasaran akhir
kompetisi membandingkan performa atlet dengan beberapa standar, lalu memberikan informasi
tentang kesuksesan atau kegagalan atlet dalam suatu kompetisi.
Hampir semua atlet pasti mengalami kecemasan dalam kompetisi penyebab utama kecemasan
dalam kompetisi biasanya adalah sebagai berikut: 1) Keluhan somatis. Terjadi karena peningkatan
aktivitas fisiologis yang berkaitan dengan situasi yang menimbulkan stress seperti saat menjelang
kompetisi. Contoh keluhan somatis adalah sakit perut, mual, pusing, berkeringat dingin, menguap
yang berlebihan, tidak bisa tidur, sering buang air kecil, dan sebagainya. 2) Takut gagal. Perasaan
yang dialami atlet terjadi jika ada evaluasi subjektif dari atlet yang menghasilkan persepsi gagal
dalam meraih prestasi, hal tersebut menyebabkan timbulnya reaksi cemas pada dari atlet. 3)
Perasaan tidak Adekuat. Timbul karena atlet mempersepsikan dirinya secara tidak benar, misalnya
ketidakpuasan terhadap kemampuan yang dimilikinyu yang menghasilkan perasaan lemah,
kelelaham, dan ketidakmampuan konsentrasi. 4) Kehilangan kendali. Bisa dilihat dari persepsi atlet
terhadap ketidakmampuannya mengendalikan sesuatu yang sedang terjadi. Hal-hal yang sedang
terjadi dianggap dikendalikan oleh faktor luar seperti keberuntungan. Biasanya faktor
12

kecemasannya ini diwakili oleh pikiran-pikiran yang menyalahkan orang lain, misalnya lawan yang
curang, pelatih yang tidak baik, kondisi lapangan yang buruk, dan nasib yang malang. 5) Rasa
bersalah. Muncul berkaitan dengan moralitas dan agresi, rasa bersalah ini biasanya berhubungan
dengan kecurangan yang dilakukan dalam pertandingan atau terlalu banyak membuat janji-janji
muluk. 6) Keinginan diperhatikan orang lain. Perhatian orang lain dapat menjadi kepuasan dalam
hal ini sering dengan keinginan pamer, yang akhinya meningkatkan semangat juang. Jika hal ini
sebaliknya terjadi tidak adanya perhatian dari orang lain akan menimbulkan kegelisahan. 7)
Kehilangan kepercayaan diri. Disebabkan oleh kegagalan yang dialami berulang-ulang
menyebabkan kegelisahan batin tersendiri untuk atlet, hal ini akan membuat trauma tersendiri bagi
atlet.
D. Hubungan Movement dengan Olahraga

Selman Cutuk (2017: 1) Selain kapasitas fisik banyak atlet top; terungkap bahwa dimensi
psikologis tidak bisa diabaikan untuk meningkatkan prestasi. Ketika diperhitungkan bahwa
psikologi memiliki banyak kompetensi seperti motivasi, fokus, penetapan tujuan, dan
manajemen kecemasan.

Dampak dari ketegangan terhadap penampilan keterampilan gerak pada atlet antara lain
menimbulkan kecemasan, emosi, ketegangan pada otot, kelentukan, dan koordinasi. Kepercayaan
diri sangat berhubungan dengan konsistensi emosi positif, seperti kegembiraan dan kebahagiaan,
sedangkan kepercayaan diri yang rendah berhubungan dengan emosi negatif seperti kecemasan,
keraguan dan depresi. Pengertian secara umum, dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Francesco Perrotta yang berjudul “The Beneficial Effects of Sport on Anxiety and Depression”,
bahwa olahraga secara rutin dapat mengurangi stress dan kecemasan. (Francesco Perrotta, 2010:
1). Lane dalam Komaruddin (2017: 72), menyatakan bahwa orang yang mengalami kecemasan
tingkat tinggi tanpa dibarengi rasa percaya diri mungkin akan mengalami penurunan peforma.
Selanjutnya menurut Harsono (2017: 130) salah satu faktor yang bisa memengaruhi peak
performance atlet adalah yang berhubungan dengan keadaan atlet, yaitu kecemasaan (anxiety)
bertanding; takut cidera, takut sah, takut kalah, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan antara kecemasan
dengan olahraga yang sering terjadi yaitu kecemasan yang dialami oleh atlet saat bertanding, hal
ini tentunya sisi negatif yang dapat memengaruhi penampilan dan merugikan seorang atlet.
13

B. LARI BALOK
Lari balok merupakan cabang permainan atau olahraga tradisional yang peraturan
permainannya telah disusun secara nasional, dapat dimainkan secara beregu atau perorangan dan
dimainkan di atas lapangan berukuran panjang minimum 15 m, lebar 7,5 m dibagi lima garis
lintasan masing-masing 1,5 m. Balok tersebut dari bahan kayu dengan ukuran panjang 23 cm, lebar
9 cm, tinggi/ tebal 4 cm, berat balok sekitar 50 gram- 100 gram. Permainan yang dilakukan dengan
cara lari diatas lintasan dua balok dari empat balok yang tersedia untuk masing- masing pelari. Lari
Balok adalah permainan tradisional yang sering dilombakan pada perayaan kemerdekaan Republik
Indonesia. Bentuk permainan berupa adu kecepatan menempuh suatu jarak tertentu diatas empat
buah balok kecil yang menyerupai batu bata, yang mana setiap habis melangkah pemain harus
memindahkan balok yang dibelakangnya ke depan sebagai tempat berpijak dab begitu selanjutnya.
Permainan tradisional adalah permainan yang berasal dari tradisi rakyat suatu daerah.
Permainan ini dapat menjadi sarana yang baik dalam mengembangkan pemahaman pembelajaran
anak. Selain itu, permainan tradisional dapat memberikan unsur pendidikan pada anak dengan biaya
murah tanpa mengurangi kualitas yang didapat.

Selain memberikan pemahaman dalam pembelajaran, permainan tradisional menanamkan


sikap hidup dan keterampilan seperti nilai kerjasama, kebersamaan, kedisiplinan, kejujuran, dan
musyawarah mufakat karena ada aturan yang harus dipenuhi oleh para pemain. Dalam permainan
tradisional banyak melibatkan gerak tubuh, melibatkan lagu atau suara sebagai media, dan
melibatkan alat main.
Permainan tradisional adalah permainan yang berasal dari tradisi rakyat suatu daerah.
Permainan ini dapat menjadi sarana yang baik dalam mengembangkan pemahaman pembelajaran
anak. Selain itu, permainan tradisional dapat memberikan unsur pendidikan pada anak dengan biaya
murah tanpa mengurangi kualitas yang didapat.
Selain memberikan pemahaman dalam pembelajaran, permainan tradisional menanamkan
sikap hidup dan keterampilan seperti nilai kerjasama, kebersamaan, kedisiplinan, kejujuran, dan
musyawarah mufakat karena ada aturan yang harus dipenuhi oleh para pemain. Dalam permainan
tradisional banyak melibatkan gerak tubuh, melibatkan lagu atau suara sebagai media, dan
melibatkan alat main.

A. Afektif
a. Mengendalikan emosi
Permainan lari balok juga berfungsi untuk mengendalikan emosi anak. Biasanya saat masih
kecil anak memiliki emosi yang labil bisa sebentar menangis dan semenit kemudian tertawa
kembali. Emosi yang matang membuat anak cepat dewasa dalam memandang kehidupan ini baik
agar dia belajar kemandirian sejak dini bahkan sebelum teman-teman sebayanya mandiri.

b. Bekerja sama
14

Dalam permainan lari balok sangat dibutuhkan kerja sama antar pemain karena permainan ini
di bagi menjadi beberapa kelompok dan mereka akan saling bekerja sama antara kelompoknya
untuk memenangkan pertandingan yang mereka sukai.

c. Kepercayaan diri

Permainan tradisional lari balok ini juga dapat meningkatkan rasa percaya diri pada anak. Rasa
percaya diri pada anak dapat di ajarkan sejak dini tidak hanya melalui permainan tradisional tapi
juga dengan memberikan kepercayaan pada anak untuk dapat melakukan sesuatu hal.

d. Kemampuan bersosialisasi
Pada permainan tradisonal lari balok, anak di tuntut untuk bersosialisasi dengan orang-orang
di sekitarnya terutama teman-teman sebayanya. Sehingga, secara tidak langsung permainan ini
dapatt melatih kemampuan bersosialisasi.

e. Menghargai prestasi orang lain


Saat bermain tentu ada pihak yang menang dan juga kalah. Dalam permainan tradisional lari
balok ini adalah untuk belajar menghargai prestasi orang lain. Prestasi orang lain yang menang anak
akan belajar untuk berlapang dada dan menghargai semuanya. Dan saat anak menang dia akan
belajar untuk senang tapi tidak secepat itu merasa puas.
f. Demokratis
Dalam permainan lari balok sikap demokratis anak akan keluar dan anak akan belajar secara
pelahan-lahan dengan teman-temannya untuk lebih baik lagi.
3. Psikomotor
a. Melatih kemampuan motorik
Permainan lari balok juga dapat melatih kemampuan motorik anak. Jika di latih terus menerus
perkembangan motorik anak akan menjadi lebih baik untuk masa depan.
b. Meningkatkan fisik anak
Dengan permainan lari balok, anak akan terlatih untuk merasa lelah, lelah disini merupakan
lelah yang sehat yang dapat meningkatkan fisik anak. Secara alami tubuh memang memiliki sistem
imunitas yang baik untuk melawan serangan penyakit dari luar. Dengan banyak bergerak untuk
bermain secara langsung membuat fisik anak menjadi meningkat dan semakin baik kedepannya.
Fisik yang sehat mendukung anak untuk tetap dapat melakukan banyak aktivitas harian (Sugiartanti,
2015).

C. Instrumen Movement
15

1. Definisi Operasional

Movement adalah salah satu Gerakan pada seseorang ditandai aktivitas jasmani .

2. Kisi-kisi Instrumen movement


Tabel 21.1 Kisi-kisi Angket Analisis movement Atlet

Dimensi Indikator Sub indicator No butir soal

movement Sebelum •Perubahan fisik 1, 2, 3, 4, 5,

(Anxiety) pertandingan secara dramatis

•Perubahan fisik dan 6, 7, 8, 9, 10, 11,

secara dramatis 12, 13

•Trait movement 14, 15, 16, 17, 18

Selama •Perubahan fisik 19, 20

pertandingan secara dramatis

•Perubahan fisik 21, 22, 23, 24, 25,

26, 27

28, 29, 30, 31, 32,


•State movement 33,

34, 35

3. ANGKET
16

Indetitas Responden

Nama: ……………………………………

Tempat tanggal lahir : ……………………………………

Cabang olahraga : ……………………………………

Prestasi : ……………………………………

Petunjuk pengisian Angket

Angket ini dimaksudkan untuk mengungkapkan suatu gambaran yang jelas tentang tingkat
gerak atlet sebelum, selama, dan sesudah bertanding. Oleh karena itu, bantuan dan kerja sama
anda untuk mengisi angket ini sangat kami harapkan. Hasil angket ini tidak akan
memengaruhi penilaian terhadap kemampuan anda dan akan terjaga kerahasianya. Angket ini
berisi pernyataan tentang gejala-gejala kecemasan yang anda alami sebelum, selama, dan
sesudah pertandingan. Atas segala perhatian, kesedian dan bantuan anda, diucapkan terima
kasih.

Keterangan Pengisian Angket:

Berikan tanda check (√) pada salah satu alternatif jawaban yang tersedia sesuai dengan
pilihan dan pengalaman anda.

(Kecemasan) 3
1

Keterangan Alternatif jawaban:

SS : Sangat setuju

S : Setuju

R : Ragu-ragu

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Butir Pernyataan (Angket movement)


2

1. Angket

Pilihan Tanggapan
No. Pernyataan
SS S RG TS STS

1 Saya tidak merasa letih sebelum pertandingan


dimulai

2 Menjelang pertandingan (malam sebelum


bertanding), lelah

3 Menjelang pertandingan (malam sebelum


bertanding), saya tidak mengalami letih

4 Saya selalu merasa ingin pergi ke kamar kecil


sesaat sebelum pertandingan

5 Saya Selalu mengalami gangguan gerak saat


akan bertanding

6 Saya selalu mengeluarkan keringat berlebih


sesaat sebelum bertanding

7 Saya merasa tidak tenang ketika memasuki


lapangan

8 Saya selalu gemetar sesaat sebelum bertanding

9 Jantung saya selalu berdebar kencang ketika


menunggu giliran saya tampil atau
pertandingan selanjutnya

10 Tangan saya selalu dingin sebelum bertanding


3

11 Wajah saya tampak pucat sebelum


pertandingan dimulai

12 Saya tidak pernah mengalami gangguan gerak


saat akan bertanding

13 Saya pernah mendapat keterangan dari dokter


bahwa saya memiliki gejala pergerakan

14 Orang tua saya memiliki gejala gerak yang


berlebihan

15 Pelatih saya mengatakan bahwa saya


mempunyai gerak yang berlebihan

Saya pernah konsultasi dengan dokter tentang


gerak saya yang selalu timbul saat sebelum
16
bertanding

17 Gerak yang saya miliki memang sudah dari


lahir

18 Saya merasa peregerakan letih ketika


pertandingan dimulai

19 Saya tidak merasa letih saat pertandingan


dimulai

20 Saya merasa gampang lelah saat saya sedang


bertanding

21 Saya selalu mengalami gangguan pergerkan


saat bertanding

22 Saya merasa tidak tenang ketika bertanding


4

23 Saya selalu gampang letih saat bertanding

24 Jantung saya selalu Lelah dan meningkat secara


berlebihan ketika bertanding

25 Tangan saya terasa lemah saat bertanding

26 Wajah saya tampak lelah saat bertanding

27 Gerakan dan teknik yang saya lakukan saat


bertanding selalu salah ketika teman satu tim
saya selalu marah dengan saya

28 Saya menjadi lelah ketika bertanding

29 Saya jadi takut ketika bertanding dibawah


tekanan pelatih saya

30 Saya jadi gemetar ketika berada dalam situasi


ramai karena supporter lawan

31 Saya gemetar ketika bertanding diluar kota

32 Saya jadi takut ketika supporter lawan dalam


stadion menyoraki saya

33 Saya tidak bisa bermain /bertanding di tempat


yang baru saya kenal

34 Saya tidak merasa nyaman saat bertanding


ketika suara-suara bising seperti suara music
dan supporter

DAFTAR PUSTAKA
5

Ambarukmini, Dwi Hatmisari. 2008. Pedoman dan Materi Pelatihan Tingkat Dasar. Jakarta.

Chaplin, J.P. 2011. Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa Kartini Kartono. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Feist, Jess dan Feist Gregory. J. 2010. Theories of Personality. Jakarta: Salemba Humanika.

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif).
Jakarta: Gaung Persada Press.

James Tangkudung & Apta Mylsidayu. 2017. Mental Training “Aspek- aspek Psikologi
Dalam Olahraga”. Bekasi: Cakrawala Cendikia.

Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pyke, Frank. S. 1980. Toward Better Coaching. The Art and Sciense of Coaching. Canberra:
Australian Government Publishing Service.

. 1991. Better Coaching, Advanced Coachis Manual. Australian Coaching


Counchil Incorparated.

Sabock, R.J & Sabock, M.D. 2005. Coaching: A Realistic Perspective (8th ed:). Lanham, MD:
Rowmand & Little Field Publishers, Inc.
(http:/Coaching: A Realistic Perspective-Ralph J. Sabock, Ralph Sabock…) diakses
tanggal 28 maret 2020).

Suharno, HP. 1986. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta: FPOK IKIP.


6

https://kumpulan-olahraga.blogspot.com/2016/03/olahraga-tradisional.html

https://kusniyati09.blogspot.com/2016/10/lompat-tali.html

Abels Karen Weiller and. Bridges M Jennifer . Teaching Movement Education. Australia:
Human Kinetics. 2010.

B. Uno, Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Gustiawati, Resty. Model-Model Pembelajaran “Implementasi Pembelajaran Pendidikan


Jasmani Olahraga dan Kesehatan”. Karawang: Prodi PJKR Unsika. 2013.

Kusmaedi, dkk. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: FPOK UPI. 2010.

Mahendra, Agus. Perkembangan dan Belajar Gerak. Bandung: Modul UPI. 2007.

_____________. Pembelajran Musik dan Gerak_Dasar Pengembangan Aktivitas Ritmik di


Sekolah Dasar. Bandung: Bintang Warliartika. 2015.

Maksum, Ali. Psikologi Olahraga, Teori dan Aplikasi. Surabaya: Unesa University Press.
2011.

Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana. 2010.

Sarono. Naskah Peningkatan Kompetensi Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan bagi
Guru Kelas Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, Pusat Pengembangan dan Penataran Guru. 2006.

Rosdiani Dini. 2013. Perencanaan Pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Bandung: Alfabeta

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2011.

Suparman, Atwi M. Desain Instruksional. Jakarta: Universitas Terbuka, 2010.

V. Gregory Payne and Larry D. Isaacs. Human Motor Development, A Lifespan Approach.
New York: Mc Graw Hill, 2012.

Winataputra, Udin, dkk. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. 2006.

Anda mungkin juga menyukai