Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KARATE

“ PERKEMBANGAN KARATE DUNIA, INDONESIA, TEKNIK DASAR


KARATE, KONDISI FISIK DAN RESUME PELAJARAN”

Disusun Oleh :

HARDIANSYAH. H
1731042134
PENJASKESREK G 2017

JURUSAN PENJASKESREK
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Perkembangan Karate Dunia, Indonesia,
Teknik Karate dan Resume Pelajaran.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Perkembangan
Karate Dunia, Indonesia, Teknik Karate dan Resume Pelajaran dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, 8 Mei 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………….1


DAFTAR ISI ………………………………………………………….2
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. ..3
1.1. Latar Belakang …………………………………………...............3
1.2. Tujuan …….................................……………………………….. 5
1.3. Rumusan Masalah ………………………………………...….…..5
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………......6
2.1. Pengertian Karate ………………………………….......................6
2.2.Luas Lapangan Karate ………………………………………........7
2.3. Peralatan Dalam Pertandingan Karate ………………….. ............8
BAB III PEMBAHASAN …………………………………………...10
3.1. Perkembangan Karate Dunia ………………………………........10
3.2. Perkembangan Karate Indonesia ……. ........................................14
3.3 Teknik Karate ……. ......................................................................17
3.4 Kondisi fisik……………………………………………………...19
3.5 Resume Pertemuan ……………. .................................................21
BAB IV PENUTUP …………………………………………………24
4.1. Kesimpulan ……………………………………………...............24
4.2. Saran …………………………………………………….............24
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….....25
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karate merupakan olahraga bela diri yang mempunyai ciri khas yang dapat
dibedakan dari jenis olahraga bela diri lainnya seperti Silat, Judo, Kung Fu,
Kempo dan bela diri lainnya. Perbedaan ini dapat dilihat baik secara filosofi,
teknik gerakan maupun atribut yang digunakan selama menjalani proses latihan
dan pertandingan. Karate juga merupakan suatu cabang olahraga prestasi yang di
pertandingkan baik di area nasional maupun internasional. Karate merupakan
salah satu olahraga yang mempunyai karakteristik gerak dan tehnik tersendiri,
untuk itu harus dipelajari dan dilatih secara baik dan intensif. Sebagai salah satu
cabang olahraga prestasi, terdapat nomor yang dipertandingkan dalam olahraga
Karate yaitu, Kata dan Kumite. Kata adalah rangkaian beberapa Kihon yang
disusun melalui proses panjang pada masa lalu ke dalam sebuah bentuk khusus
yang memiliki nilai keindahan, arti filosofis yang tinggi, serta diatur oleh sebuah
standardisasi yang baku dalam penerapannya. Kumite adalah pertarungan dua
orang yang saling berhadapan, saling menampilkan teknik-teknik terbaik dan tetap
tunduk dalam aturan yang sangat ketat.

Seiring dengan banyaknya pertandingan yang dilaksanakan, prestasi olahraga


karate di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Parameter
kemajuan olahraga tersebut dapat dilihat dari hasil kejuaraan yang diikuti para
karateka Indonesia di tingkat regional dan internasional. Peningkatan 2 prestasi
tersebut tidak terlepas dari latihan dan pembinaan yang terprogram dengan
pendekatan metode kepelatihan secara ilmiah. Banyak unsur-unsur karate yang
bisa dilatih secara ilmiah misalnya : kekuatan dan kecepatan. Seorang atlet karate
harus memiliki kekuatan karena tanpa kekuatan otot-otot yang terlatih dan kuat
untuk melakukan suatu teknik adalah hal yang sia-sia. Olahraga karate merupakan
salah satu olahraga yang membutuhkan kecepatan dan lebih dominan kecepatan
gerakan tunggal tapi berbeda gerak. Gerakan tunggal yang berbeda gerak dapat di
lihat dari tendangan oshiro geri, kekomi geri, ashi mawasi geri dan mawasi geri.
Power juga salah satu unsur yang sangat penting dalam olahraga karate seperti
yang tertuang dalam buku program latihan fisik penunjang atlet karate bahwa
power adalah hasil dari kekuatan dan kecepatan yang dipadu pada kesempatan
yang sama. Jadi teknik dalam karate sangat memerlukan kekuatan, kecepatan dan
apabila dipadukan akan menghasilkan power.

Dalam karate dikembangkan teknik keterampilan pukulan dan tendangan


hingga ke tingkat mahir yaitu tingkatan dimana seseorang dapat melakukan suatu
gerak pukulan dan tendangan yang cepat dan tepat. Untuk memiliki gerakan
pukulan dan tendangan yang cepat dan tepat diperlukan latihan yang cukup lama
(minimal 3 tahun). Dengan demikian tendangan merupakan salah satu teknik yang
dominan dalam karate, karena dalam teknik gerakan beladiri karate secara khusus
ditentukan oleh gerakan pukulan dan tendangan. Salah satu teknik tendangan
dalam karate adalah mawasi geri jodan, artinya tendangan ke arah kepala yang
digunakan untuk menendang sasaran adalah punggung kaki. Pergelangan kaki 3
harus lurus dan di kunci. Teknik dasar tendangan dalam olahraga beladiri karate
adalah sebagai berikut : Mae geri (tendangan menggunakan bola-bola kaki),
mawashi geri (tendangan menggunakan punggung kaki), oshiro geri (tendangan
telapak kaki), kekomi geri (tendangan menggunakan sisi kaki).

Pelatihan karate meliputi 4 unsur yaitu teknik, taktik, mental dan fisik.
Sedangkan untuk latihan melatih kondisi fisik seorang atlet ada berbagai metode
latihan di antaranya dengan menggunakan beban. Salah satu dari unsur tersebut
adalah fisik yang merupakan salah satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam
setiap usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan landasan
titik tolak suatu awalan olahraga prestasi.

Pada pertandingan karate, kemenangan sangat ditentukan oleh banyaknya


jumlah serangan yang dapat disarangkan ke lawan baik berupa pukulan maupun
tendangan. Serangan yang dilakukan dengan pukulan hanya memperoleh nilai 1
(yuko), sedangkan serangan yang dilakukan dengan tendangan lurus ke depan
memperoleh nilai 2 (waza-ari) dan serangan yang dilakukan dengan tendangan
bagian atas akan memperoleh nilai 3 (ippon). Pada kenyataannya, dalam
pertandingan banyak karateka yang tidak mampu melakukan serangan tendangan
bagian atas ke arah kepala (mawashi geri jodan) dengan sempurna, sehingga tidak
menghasilkan nilai. Kondisi tersebut di atas disebabkan antara lain waktu reaksi
dan kecepatan menendang para karateka masih lambat. Hal tersebut menyebabkan
karateka tidak mempunyai keberanian, ragu-ragu atau kurang yakin untuk
melakukan serangan mawashi geri jodan. Di samping itu, model dan takaran
pelatihan yang diberikan 4 oleh para pelatih belum tepat, khususnya pelatihan
untuk mempercepat waktu tendangan, yaitu waktu dari saat menerima rangsangan
sampai karateka bereaksi melakukan tendangan tepat ke arah sasaran. Pada
cabang olahraga karate, waktu reaksi dan kecepatan menendang merupakan dua
komponen fisik yang tidak bisa dipisahkan dalam satu gerakan (reaksi dan aksi).
Kedua komponen fisik tersebut sangat penting bagi karateka pada waktu bergerak
menghindar, menangkis, memukul dan menendang. Untuk mendapatkan waktu
reaksi dan kecepatan tendangan yang cepat bagi para karateka, maka perlu
dilakukan pelatihan fisik yang spesifik.

1.2. Tujuan
1. Dapat mengetahui Tentang Perkembangan Karate Dunia
2. Dapat mengetahui Tentang Perkembangan Karate Indonesia
3. Dapat mengetahui Teknik Karate
4. Dapat mengetahui kondisi fisik karate
1.3. Rumusan Masalah
Bagaimana sejarah dan perkembangan karate di dunia dan perkembangan
karate di indonesia serta apa saja teknik yang digunakan oleh seorang atlet karate.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Karate


Karate (空 手 道) adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni bela diri
ini sedikit dipengaruhi oleh Seni bela diri Cina kenpō. Karate dibawa masuk ke
Jepang lewat Okinawa dan mulai berkembang di Ryukyu Islands. Seni bela diri
ini pertama kali disebut "Tote” yang berarti seperti “Tangan China”. Ketika karate
masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya,
sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan
China) dalam kanji Jepang menjadi ‘karate’ (Tangan Kosong) agar lebih mudah
diterima oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama
adalah ‘Kara’ 空 dan berarti ‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’ 手, berarti
‘tangan'. Yang dua kanji bersama artinya “tangan kosong” 空手 (pinyin:
kongshou).
Menurut Zen-Nippon Karatedo Renmei/Japan Karatedo Federation (JKF) dan
World Karatedo Federation (WKF), yang dianggap sebagai gaya karate yang
utama yaitu:
1. Shotokan
2. Goju-Ryu
3. Shito-Ryu
4. Wado-Ryu
Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut
serta dalam pembentukan JKF dan WKF.
Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan hanya empat gaya di atas
itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin , Shorin-ryu dan Uechi-ryu
tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran Karate yang
termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam "4 besar WKF".
Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang
adalah JKF. Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh dunia adalah WKF
(dulu dikenal dengan nama WUKO - World Union of Karatedo Organizations).
Ada pula ITKF (International Traditional Karate Federation) yang mewadahi
karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah terutama untuk
meneguhkan Karate yang bersifat "tanpa kontak langsung", berbeda dengan aliran
Kyokushin atau Daidojuku yang "kontak langsung".
Latihan dasar karate terbagi tiga seperti berikut:
1. Kihon
2. Kata, yaitu latihan jurus atau bunga karate.
3. Kumite, yaitu latihan tanding atau sparring.
Pada zaman sekarang karate juga dapat dibagi menjadi aliran tradisional dan
aliran olah raga. Aliran tradisional lebih menekankan aspek bela diri dan teknik
tempur sementara aliran olah raga lebih menumpukan teknik-teknik untuk
pertandingan olah raga.
Tingkatan / posisi dalam Karate
Tingkat/posisi dalam karate itu di bedakan lewat kemampuan dalam menghafal
atau melakukan gerak yang maximal dalam jurus tersebut. Maksudnya tingkatan
dibedakan oleh sabuk. Untuk mendapatkan tingkatan/posisi tersebut, kita di
haruskan mengikutkan sesi ujian sabuk. Yang berlangsung setiap 4 bulan sekali.
Untuk tingkat ini terbagi menjadi menjadi:
1. Sabuk putih
2. Sabuk kuning
3. Sabuk Orange
4. Sabuk hijau
5. Sabuk biru
6. Sabuk coklat
7. Sabuk hitam

2.2. Luas lapangan


 Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung dengan
ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada
tiap sisi.
 Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan menimbulkan
bahaya.
Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu peraturan
dari WKF, idealnya adalah menggunakan matras dengan lebar 10 x 10 meter.
Matras tersebut dibagi kedalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru. Matras
yang paling luar adalah batas jogai dimana karate-ka yang sedang bertanding tidak
boleh menyentuh batas tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang
kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas peringatan, sehingga karate-ka
yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang arena dia bertanding. Sisa ruang
lingkup matras yang paling dalam dan paling banyak dengan warna putih adalah
arena bertanding efektif.

2.3. Peralatan dalam pertandingan karate


Peralatan yang diperlukan dalam pertandingan karate
1. Pakaian karate (karategi) untuk kontestan
2. Pelindung tangan
3. Pelindung tulang kering
4. Ikat pinggang (Obi) untuk kedua kontestan berwarna merah/aka dan biru/ao
5. Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi bukan menjadi keharusan adalah:
 Pelindung gusi (di beberapa pertandingan menjadi keharusan)
 Pelindung tubuh untuk kontestan putri
 Pelindung selangkangan untuk kontestan putra
6. Peluit untuk arbitrator/alat tulis
7. Seragam wasit/juri
 Baju putih
 Celana abu-abu
 Dasi merah
 Sepatu karet hitam tanpa sol
8. Papan nilai/n scoring board
9. Administrasi pertandingan
10. bendera merah & biru untuk juri
11. Peluit untuk wasit
Tambahan: Khusus untuk Kyokushin, pelindung yang dipakai hanyalah pelindung
selangkangan untuk kontestan putra. Sedangkan pelindung yang lain tidak
diperkenankan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Perkembangan Karate Dunia


Ilmu beladiri sebenarnya sudah dikenal sejak manusia ada, hal itu dapat dilihat
dari peninggalan-peninggalan purbakala, diantaranya : senjata-senjata dari batu,
lukisan-lukisan pada dinding goa yang menggambarkan pertempuran atau
perkelahian dengan binatang buas menggunakan senjata seperti tombak, kapak
batu, dan panah. Pada saat itu, beladiri bersifat untuk mempertahankan diri dari
gangguan binatang buas atau alam sekitarnya. Setelah manusia berkembang,
gangguanpun timbul tidak hanya dari binatang buas dan alam sekitarnya tapi juga
dari manusia itu sendiri.
Setelah Sidartha Gautama, pendiri Budha wafat, para pengikutnya mendapat
amanat untuk mengembangkan ajaran Budha ke seluruh dunia. 2 Karena sulitnya
medan yang dilalui, para pendeta dibekali ilmu beladiri. Sekitar abad ke-5,
seorang pendeta Budha dari India yang bernama Bodhidharma (Daruma Daishi),
mengembara ke China untuk menyebarkan dan membetulkan ajaran Budha yang
sudah menyimpang saat itu. Setelah ada selisih paham atau perbedaan pandangan
dalam ajaran Budha dengan Kaisar Wu, Kaisar Kerajaan Liang waktu itu, Daruma
Daishi kemudian mengasingkan diri di Biara Shaolin Tsu, di Pegunungan Sung,
bagian selatan Loyang, Ibukota Kerajaan Wei. Daruma Daishi melanjutkan
pengajaran Agama Budhanya di biara itu, yang kemudian merupakan cikal bakal
ajaran Zen. Di samping mengajarkan agama, beliau juga memberikan Buku
Petunjuk mengenai Latihan Fisik kepada muridmuridnya. Buku Petunjuk itu juga
mengajarkan teknik-teknik pukulan, yang bernama 18 Arhat. Berawal dari situ
biara tersebut terkenal sebagai Shaolin Chuan, pusat beladiri di daratan China
hingga sekarang.
Pada zaman Dinasti Sung (920-1279 M) muncul seorang ahli beladiri yang
sangat terkenal, yaitu Chang Sang Feng (Thio Sam Hong), yang pada awalnya
belajar beladiri di Shaolin Tsu, kemudian mengasingkan diri di Gunung Wutang
(Butong) dan menciptakan gaya perkelahian yang khas dengan pribadinya, yang
diberi nama Aliran Wutang. Perbedaannya, Shaolin Chuan hanya dipraktekan
dalam biara shaolin oleh para pendetanya, sedangkan Aliran Wutang
diperuntukkan kepada orang awam yang tidak ada ikatan dengan kuil manapun.
Aliran Wutang mengajarkan teknik menerima pukulan dengan gaya lemah
gemulai, ada gerak melingkar yang luwes seperti air mengalir dan menyerang
dengan gerakan ujung yang tajam, dengan satu kepastian atau satu kali pukul
untuk mengakhiri perlawanan. Aliran ini mempunyai dampak yang luas dalam 3
perkembangan beladiri di China, tersebar merata di seluruh China bagian utara,
kemudian berkembang menjadi Taichi-Chuan, Hsingi-Chuan, dan Pakua-Chuan.
Banyak tokoh seni beladiri muncul di seluruh wilayah China dan menciptakan
gaya serta alirannya masing-masing, gaya dan aliran tersebut dikembangkan
menurut sifat dan kondisi lingkungan masing-masing. Bermacam gaya dan aliran
yang ada pada umumnya dapat dibagi menjadi dua aliran pada umumnya, yaitu
Aliran Utara dan Selatan. Aliran Utara berkembang di wilayah China Utara
bagian hulu Sungai Yang Tse, dengan sifat dan kondisi daerah pegunungan.
Wilayah ini banyak orang yang terlibat perburuan binatang dan penebangan kayu
sebagai sumber nafkah, oleh karena itu aliran ini lebih menekankan pada gerakan
yang lincah dan penggunaan teknik tendangan. Aliran Selatan berasal dari daerah
China Selatan bagian hilir Sungai Yang Tse, beriklim sedang, banyak aliran
sungai, dan masyarakat banyak yang mempunyai kegiatan perekonomian
bercocok tanam, atau sebagai petani. Rakyat setempat cenderung bertubuh
gempal, kuat dan lebih berkembang pada badan bagian atas karena bekerja di
sawah dan mendayung perahu, hal ini dikarenakan banyaknya aliran sungai
sebagai jalur transportasi utama. Aliran ini lebih menekankan pada gaya melentur
dan penggunaan teknik tangan serta kepala.
Selama peralihan dari Dinasti Ming ke Dinasti Ching, sejumlah ahli beladiri
China melarikan diri ke negara lain agar terbebas dari penindasan dan
pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh orang-orang Manchu sebagai
penguasa China saat itu. Akibatnya, ilmu beladiri tersebar ke berbagai negara lain
seperti Jepang, Korea, Asia Tenggara, dan juga Kepulauan Okinawa. Sampai abad
ke-15 Kepulauan Okinawa masih terbagi menjadi 3 kerajaan dan 4 pada tahun
1470 Youshi Sho dari golongan Sashikianji berhasil mempersatukan semua pulau
di Kepulauan Okinawa dibawah kekuasaannya. Shin Sho sebagai penguasa ke-2
dari golongan Sho, menyita dan melarang penggunaan senjata tajam. Kemudian
Keluarga Shimazu dari Pulau Kyushu berhasil menguasai Kepulauan Okinawa,
tetapi larangan terhadap kepemilikan senjata tajam masih diberlakukan.
Akibatnya, rakyat hanya dapat mengandalkan pada kekuatan dan keterampilan
fisik mereka untuk membela diri.
Pada saat yang sama, ilmu beladiri China mulai diperkenalkan di Kepulauan
Okinawa melalui para pengungsi China yang berdatangan. Pengaruh ilmu beladiri
China sangat cepat berkembang di seluruh Kepulauan Okinawa. Melalui
ketekunan dan kekerasan dalam berlatih, rakyat Okinawa berhasil
mengembangkan sejenis gaya dan teknik perkelahian baru, yang akhirnya dapat
melampaui sumber asli dari teknik-teknik setempat atau aliran yang berasal dari
Okinawa itu sendiri, yaitu seni beladiri Okinawa-te (Tode atau Tote). Tode/Tote
atau te yang artinya tangan, merupakan suatu seni beladiri tangan kosong atau
tanpa menggunakan senjata yang telah mengalami perkembangan selama berabad-
abad di Okinawa. Peraturan pelarangan penggunaan senjata tajam masih tetap
diberlakukan oleh Keluarga Satsuma dari Kagoshima setelah mereka memegang
kendali pemerintahan atas Okinawa pada tahun 1609, bahkan keluarga itu juga
melarang keras latihan-latihan Tote, sehingga menyebabkan latihan-latihan Tote,
yang menjadi alat terakhir untuk membela diri, dilakukan secara sembunyi-
sembunyi dan penuh rahasia. Orang Okinawa kemudian mengembangkan seni
perkasa ini menjadi beladiri yang betul-betul mematikan dan dapat digunakan
untuk membebaskan mereka dari penindasan 5 saat itu. Karena dilakukan secara
sembunyi-sembunyi dan penuh rahasia hingga ada keluarga yang tidak tahu jika di
antara anggota keluarganya melakukan latihan beladiri ini. Keadaan seperti itu
berlangsung hingga tahun 1905 ketika Sekolah biasa di Shuri dan Sekolah
Menengah Pertama dari Propinsi, menetapkan Karate sebagai mata pelajaran
resmi untuk Pendidikan Jasmani. Kekuatan yang membinasakan dari karate mulai
dikenal di kalangan tertentu dengan istilah Reimyo Tote (Karate Ajaib) dan
Shimpi Tote (Karate penuh rahasia). Karena sifatnya yang penuh rahasia sehingga
upaya untuk mempopulerkan pada masyarakat umum mengalami kesusahan.
Tahun 1921, Gichin Funakoshi (1886-1957), orang dari Suri, berhasil
memperkenalkan beladiri Tote di Jepang. Peristiwa itu menandai dimulainya
pengalaman baru beladiri Tote secara benar dan sistematis. Tahun 1929, Gichin
Funakoshi mengambil langkah-langkah revolusioner dalam perjuangannya yang
ulet dan pantang menyerah untuk mengubah Tote menjadi Karate-do, sesuai
karakter dan aksen masyarakat Jepang. Dengan demikian Tote atau Karate telah
mengalami perubahan dari segi penampilan maupun isinya. Teknik asli Okinawa
menjadi suatu seni perkasa Jepang baru. Dari situ kemudian timbul istilah baru,
yaitu “Kime” sebagai pengganti “Ikken Hisatsu” atau Kill with One Blow (sekali
pukul roboh).
Pada era 1920-an dan permulaan tahun 1930-an, seni beladiri ini tambah
disenangi oleh semua lapisan masyarakat di Jepang, antara lain ; pakar hukum,
seniman, pengusaha dan tak terkecuali para pelajar atau mahasiswa. Mereka
sangat tertarik dan bersemangat dalam mempelajari seni perkasa ini. Populernya
karate di kalangan pelajar/mahasiswa sangat menguntungkan bagi 6
perkembangan karate dan membantu merubah pandangan masyarakat dari karate
ajaib dan penuh rahasia menjadi karate modern. Atas usahanya itu, Gichin
Funakoshi kemudian diberi gelar “Bapak Karate Modern”.
Masatoshi Nakayama, salah seorang murid Gichin Funakoshi, turut
mempopulerkan beladiri ini. Dalam mengajarkan karate, beliau menggunakan
metode yang sistematis sehingga dapat lebih diterima oleh nalar. Karate juga
dapat dipertandingkan seperti olahraga lain dengan tetap tidak mengabaikan unsur
beladirinya, asal dilakukan dengan benar. Dalam bukunya “The Best Karate”,
beliau berpesan : “Bila suatu pertandingan karate diselenggarakan, hendaknya
dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan semangat yang benar, nafsu untuk
memenangkan pertandingan semata-mata hanya akan menghasilkan
ketidaksungguhan dalam mempelajari karate, sehingga menjadi buas dan lupa
sikap hormat pada lawan”. Padahal sikap hormat itulah yang merupakan hal
terpenting dalam setiap pertandingan karate-do. Menentukan siapa yang
menang/kalah bukan merupakan tujuan akhir karate-do melainkan pembinaan
mental melalui latihan-latihan tertentu sehingga seorang karate-ka mampu
mengatasi segala rintangan hidup.
3.2. Perkembangan Karate Indonesia
Pada tahun 1964, kembalilah ke tanah air salah seorang mahasiswa Indonesia
yang telah menyelesaikan kuliahnya di Jepang yang bernama Drs. Baud A.D.
Adikusumo (Alm.). Beliau adalah seorang karateka yang mendapatkan sabuk
hitam dari M. Nakayama, JKA Shotokan. Di Indonesia beliau mulai mengajarkan
karate. Melihat banyaknya peminat yang ingin belajar karate, lalu ia mendirikan
PORKI (Persatuan Olahraga Karate-Do Indonesia) yang merupakan cikal bakal
FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia). Sehingga beliau tercatat
sebagai pelopor seni beladiri Karate di Indonesia. Dan beliau juga adalah pendiri
Indonesia Karate-DO (INKADO).
Setelah beliau, tercatat nama putra-putra bangsa Indonesia yang ikut berjasa
mengembangkan berbagai aliran Karate di Indonesia, antara lain Bp. Sabeth
Mukhsin dari aliran Shotokan, pendiri Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) dan
Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI), dan juga dari aliran Shotokan
adalah Anton Lesiangi (pendiri Lembaga Karate-Do Indonesia/LEMKARI), yang
pada dekade 2005 karena masalah internal perguruan banyak anggota LEMKARI
yang keluar lalu kemudian mendirikan INKANAS (Institut Karate-do Nasional)
yang merupakan peleburan dari perguruan MKC (Medan Karate Club). Kabarnya,
perguruan ini sekarang menjadi besar dan maju, tidak kalah dengan LEMKARI.
Aliran Shotokan adalah yang paling populer di Indonesia. Selain Shotokan,
Indonesia juga memiliki perguruan-perguruan dari aliran lain yaitu Wado dibawah
asuhan Wado-ryu Karate-Do Indonesia (WADOKAI) yang didirikan oleh Bp.
C.A. Taman dan Kushin-ryu Matsuzaki Karate-Do Indonesia (KKI) yang
didirikan oleh Matsuzaki Horyu. Selain itu juga dikenal Bp. Setyo Haryono dan
beberapa tokoh lainnya membawa aliran Goju-ryu, Bp. Nardi T. Nirwanto dengan
beberapa tokoh lainnya membawa aliran Kyokushin. Aliran Shito-ryu juga
tumbuh di Indonesia dibawah perguruan GABDIKA Shitoryu (dengan tokohnya
Bp. Dr. Markus Basuki) dan SHINDOKA (dengan tokohnya Bp. Bert Lengkong).
Selain aliran-aliran yang bersumber dari Jepang diatas, ada juga beberapa aliran
Karate di Indonesia yang dikembangkan oleh putra-putra bangsa Indonesia
sendiri, sehingga menjadi independen dan tidak terikat dengan aturan dari Hombu
Dojo (Dojo Pusat) di negeri Jepang. Pada tahun 1972, 25 perguruan Karate di
Indonesia, baik yang berasal dari Jepang maupun yang dikembangkan di
Indonesia sendiri (independen), setuju untuk bergabung dengan FORKI (Federasi
Olahraga Karate-Do Indonesia), yang sekarang menjadi perwakilan WKF (World
Karate Federation) untuk Indonesia. Dimana perguruan karate yang bernaung
dibawah FORKI adalah :
1. AMURA
2. BKC (Bandung Karate Club)
3. BLACK PANTHER KARATE INDONESIA
4. FUNAKOSHI
5. GABDIKA SHITORYU INDONESIA (Gabungan Beladiri Karate-Do
Shitoryu)
6. GOJUKAI (Gojuryu Karate-Do Indonesia)
7. GOJU RYU ASS (Gojuryu Association)
8. GOKASI (Gojuryu Karate-Do Shinbukan Seluruh Indonesia)
9. INKADO (Indonesia Karate-Do)
10. INKAI (Institut Karate-Do Indonesia)
11. INKANAS (Intitut Karate-Do Nasional)
12. KALA HITAM
13. KANDAGA PRANA
14. KEI SHIN KAN
15. KKNSI (Kesatuan Karate-Do Naga Sakti Indonesia)
16. KKI (Kushin Ryu M. Karate-Do Indonesia)
17. KYOKUSHINKAI (Kyokushinkai Karate-Do Indonesia)
18. LEMKARI (Lembaga Karate-Do Indonesia)
19. PERKAINDO
20. PORBIKAWA
21. PORDIBYA
22. SHINDOKA
23. SHI ROI TE
24. TAKO INDONESIA
25. WADOKAI (Wadoryu Karate-Do Indonesia)

Adapun mereka yang pernah menduduki jabatan sebagai Ketua Umum dan
Sekretaris Jenderal PB. FORKI sejak tahun 1972 sampai dengan saat ini adalah:
 1972-1977: Ketua Umum: Widjojo Sujono, Sekretaris Jenderal: Otoman Nuh
 1977-1980: Ketua Umum: Sumadi, Sekretaris Jenderal: Rustam Ibrahim
 1980-1984: Ketua Umum: Subhan Djajaatmadja, Sekretaris Jenderal: G.A.
Pesik
 1984-1988: Ketua Umum: Rudini, Sekretaris Jenderal: Adam Saleh
 1988-1992: Ketua Umum: Rudini, Sekretaris Jenderal: G.A. Pesik
 1992-1996: Ketua Umum: Rudini, Sekretaris Jenderal: G.A. Pesik
 1997-2001: Ketua Umum: Wiranto, Sekretaris Umum: Hendardji-S
 2001-2005: Ketua Umum: Luhut B. Panjaitan, Sekretaris Umum: Hendardji-S.

Tokoh, Fakta dan Kesimpulan Penting :


 Yang pertama membawa karate ke Indonesia adalah Baud Adikusumo, ia
mendirikan INKADO (otomatis sebagai perguruan tertua di Indonesia)
 Sabeth Mukhsin mendirikan INKAI & FKTI
 Anton Lesiangi mendirikan LEMKARI.
 CA Taman mendirikan WADOKAI
 Matsuzaki Horyu mendirikan KKI
 Setyo Haryono membawa GOJU-RYU
 Nardi T Nirwanto membawa KYOKUSHIN
 Markus Basuki mendirikan GABDIKA SHITO-RYU
 Bert Lengkong mendirikan SHINDOKA
 Perguruan terakhir adalah INKANAS, perguruan yang berasal dari pemisahan
dari LEMKARI dan melebur ke dalam MKC (Medan Karate Club) dan
membentuk perguruan baru bernama INKANAS (Institut Karate-Do Nasional).

3.3. Teknik Karate


Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar), Kata
(jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk
menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).
Kihon
Kihon (基本:きほん, Kihon?) secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi
Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan
Kumite.
Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih)
dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap danatau Sabuk Hitam, siswa dianggap
sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.
Kata
Kata (型:かた) secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak
hanya merupakan latihan fisik atau aerobikbiasa. Tapi juga mengandung pelajaran
tentang prinsip bertarung. Gerakan-gerakan Kata juga banyak mengandung
falsafah-falsafah hidup. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang
berbeda.
Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat
digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata.
Sebagai contoh Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di
aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga
berbeda.
Kumite
Kumite (組手:くみて) secara harfiah berarti "pertemuan tangan". Kumite
dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi
sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk
kuning). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite) praktisi mempelajari
kumite yang diatur (go hon kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite aliran
olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah
mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga
pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding.
Untuk aliran "kontak langsung" seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah
dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin
diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke
arah lawan bertanding.
Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas
kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu
Kumite untuk persiapan Shiai, yang dilatih hanya teknik-teknik yang
diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk
beladiri, semua teknik dipergunakan, termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti
bantingan, kuncian, dan menyerang titik vital.
Pertandingan Karate
Pertandingan karate dibagi atas tiga jenis yaitu :
1. Kumite (perkelahian)
2. Kata (jurus)
3. Kihon (peragaan teknik)
Kumite
Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan
berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk
putra). Sistem pertandingan yang dipakai adalah reperchance (WUKO) atau babak
kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara.
Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak
perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam pertandingan beregu tidak ada
waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan masih mengalami
nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan agresif
sebagai pemenang.
Kata
Pada pertandingan kata yang diperagakan adalah keindahan gerak dari jurus,
baik untuk putera maupun puteri. Sesuai dengan Kata pilihan atau Kata wajib
dalam peraturan pertandingan.
Para peserta harus memperagakan Kata wajib. Bila lulus, peserta akan
mengikuti babak selanjutnya dan dapat memperagakan Kata pilihan.
Pertandingan dibagi menjadi dua jenis: Kata perorangan dan Kata beregu. Kata
beregu dilakukan oleh 3 orang. Setelah melakukan peragaan Kata , para peserta
diharuskan memperagakan aplikasi dari Kata (bunkai). Kata beregu dinilai lebih
prestisius karena lebih indah dan lebih susah untuk dilatih.
Menurut standar JKF dan WKF, yang diakui sebagai Kata Wajib adalah hanya
8 Kata yang berasal dari perguruan 4 Besar JKF, yaitu Shotokan, Wado-ryu,
Goju-ryu and Shito-ryu, dengan perincian sebagai berikut:
 Shotokan : Kankudai dan Jion.
 Wado-ryu : Seishan dan Chinto.
 Goju-ryu : Saifa dan Seipai.
 Shito-ryu: Seienchin dan Bassaidai.
Karateka dari aliran selain 4 besar tidak dilarang untuk ikut pertandingan Kata
JKF dan WKF, hanya saja mereka harus memainkan Kata sebagaimana dimainkan
oleh perguruan 4 besar di atas.

3.4.Kondisi fisik
a) Kondisi Fisik Pembantu
Setiap nomor pertandingan karate harus didukung dengan kondisi fisik yang
prima. Penting nya kondisi fisik bagi karateka saat betanding baik secara teoritis
maupun secara empiris tidak dapat disangkal lagi. Hal ini sebagaimana dijelaskan
oleh Harsono (1988 : 153) bahwa, “Sukses dalam olahraga sering menuntut
keterampilan yang sempurna dari kondisi fisik dalam meningkatkan prestasi atlet.
Kondisi fisik dipandang sebagai hal yang fundamental bagi atlet, karena tanpa
dukungan kondisi fisik yang prima maka pencapaian prestasi maksimal akan sulit
terwujud. Karate adalah cabang olahraga dengan gerakan kompleks, maka
dibutuhkan beberapa komponen kondisi fisik. Komponen kondisi fisik yang
dibutuhkan oleh seorang karateka saat bertanding adalah antara lain :
 Kekuatan (strenght)
Kemampuan dalam mempergunakan otot untuk menerima beban
sewaktu bekerja.
 Kecepatan (speed)
Kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan
dalam bentuk yang sama dengan waktu sesingkat-singkatnya.
 Kelincahan (agility)
Kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu.
 Daya Tahan (endurance)
Kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-
paru, dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan
kerja secara terus menerus.
 Kelentukan (flexibility)
Efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktifitas
dengan penguluran tubuh yang luas.
 Koordinasi (coordination)
Kemampuan seseorang mengintegrasikan berbagai gerakan yang berbeda
kedalam pola gerakan tunggal secara efektif.
 Ketepatan (accuracy)
Kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas
terhadap suatu sasaran.
 Reaksi (reaction)
Kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam
menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera.
Secara rinci dapat dijelaskan bahwa anggota tubuh yang membutuhkan
komponen kondisi fisik adalah sebagai berikut :
 Punggung
Punggung membutuhkan kekuatan otot, dan daya tahan otot.
 Lengan
Lengan membutuhkan kekuatan otot, daya tahan otot, kelentukan, dan
power.
 Tungkai
Tungkai membutuhkan kekuatan otot, daya tahan otot, kelincahan,
kelentukan dan power.
b) Gerak Dominan (Biomekanik)
Gerakan karate seperti memukul, menendang, dan menangkis didominasi
oleh gerakan lengan pada saat memukul dan menangkis dan juga tungkai
pada saat menendang, dimana anggota tubuh yang lain berperan sebagai
pendukung gerakan.
c) Gerak Otot
Gerakan menangkis dan memukul melibatkan otot-otot bahu (shoulder
complex) dan otot lengan (elbow) diantaranya :
 M. Deltoideus
 M. Coracobrachialis
 M. Triceps Brachii
 M. Anconeus
 M. Subscapularis
 M. Supraspinatus
 M. Infraspinatus
 M. Teres Mayor
 M. Teres Minor
 M. Biceps Brachii
 M. Brachialis
 M. Coracobrachialis
 M. Tricep Brachii
 M. Ekstensor Karpi Radialis Longus
 M. Ekstensor Karpi Radialis Brevis
 M. Ekstensor Karpi Radialis Ulnalis
 M. Digitorum Karpi Radialis
 M. Ekstensor Policis Longus
 M. Pronator Teres
 M. Palmaris Ulnaris
 M. Palmaris Longus
 M. Fleksor Karpi Radialis
 M. Digitorum Profundus
 M. Fleksor Policic Longus
Untuk gerakan menendang otot yang terlibat adalah otot tungkai, antara
lain :
 M. Lliopsoas
 M. Gluteus Medius
 M. Pectineus
 M. Gracilis
 M. Adductor Longus et Brevis
 M. Adductor Magnus
 M. Quadriceps Femoris
 M. Biceps Femoris
 M. Semitendinosus
 M. Semimembranosus
 M. Tibialis Anterior
 M. Peroneus Longus et Brevis
 M. Triceps Suraea

3.5. Resume Pertemuan


1. Kuda-Kuda (Dachi)
 Heisoku Dachi
Posisi kedua kaki beserta ibu jari rapat dan lurus ke arah depan, posisi
hampir mirip dengan posisi siap.
 Mushubi Dachi
Posisi tumit rapat dengan kedua telapak kaki dibuka dengan sudut 30
derajat.
 Helko Dachi
Posisi kuda-kuda berdiri dengan kedua kaki dibuka lebar 20-30 cm.
 Hachiji Dachi
Kuda-kuda berdiri dengan kedua kaki dibuka lebar 20-30 cm posisi
telapak kaki dibuka keluar.
 Sanchin Dachi
Kuda-kuda berdiri dengan posisi telapak kaki depan miring 60 derajat.
 Kiba Dachi
Posisi kuda-kuda dibuka dua kali lebar bahu dengan telapak kaki lurus
kedepan.
 Zenkutsu Dachi
Kuda-kuda ditekuk ke depan, berat badan berada pada kaki depan dan kaki
belakang lurus, telapak kaki tidak sejajar
 Kokutsu Dachi
Kuda-kuda bertumpu pada kaki belakang posisi telapak kaki lurus pada
satu garis.
 Nekoashi Dachi
Kuda-kuda kaki kucing berat badan bertumpu pada kaki belakang.

2. Tangkisan (Uke)
 Gedan Barai
Tangkisan ke arah bawah biasa digunakan untuk menangkis tendangan.
 Uchi Uke
Tangkisan kearah tengah disebut juga dengan tangkisan dalam.
 Ude Uke
Pukulan ke arah tengah. Bedanya dengan uchi uke adalah tangkisan ini
mengambil dari luar.
 Age Uke
Tangkisan ke arah atas.
 Shutoke
Tangkisan ke arah luar (tengah) tangkisan ini selalu menggunakan kuda-
kuda kokutsu dachi.

3. Pukulan (Tsuki)
 Chudan Tsuki
Pukulan ke arah ulu hati (tengah) posisi badan tegak dan telapak tangan
harus mengepal.
 Jodan Tsuki
Pukulan ke arah muka atau leher (atas) posisi badan tegak dan telapak
tangan harus mengepal.
 Gedan Tsuki
Pukulan ke arah perut atau kemaluan (bawah) posisi badan tegak dan
telapak tangan harus mengepal.
 Oi Tsuki
Pukulan mengarah tengah melangkah sejajar dengan kaki depan.
 Gyaku Tsuki
Pukulan ke arah tengah berlawanan dengan kaki depan.
 Kizami Tsuki
Pukulan sejajar dengan kaki depan, pukulan ini sering disebut pukulan jab.
 Tate Tsuki
Pukulan vertikal dengan posisi telapak tangan menyamping.
 Kage Tsuki
Pukulan mengait pukulan ini muncul dari samping ke arah tengah lawan.
 Yoko Tsuki
Pukulan ke arah samping.
 Ushiro Tsuki
Pukulan ke arah dagu lawan yang berada di belakang.
 Morote Tsuki
Pukulan dua tangan ke arah tengah.
4. Tendangan (Geri)
 Mae Geri
Posisi kaki diangkat dan dilemparkan tendangan ke depan, tendangan mae
geri bisa digunakan untuk menyerang ke arah ulu hati (tengah) atau muka.
 Yoko Geri
Tendangan ini biasanya disebut dengan tendangan pisau kaki karena
perkenaanya pada pisau kaki.
 Mawashi Geri
Tendangan ke arah punggung dan muka perkenaan tendangan ini terdapat
pada punggung kaki.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Karate atau karate-do merupakan salah satu seni bela diri timur. Pada umumnya,
karate lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan kaki dan tangan
secara menyeluruh. Konsep yang diamalkan adalah berdasarkan kepada
kefahaman umum adalah serangan-serangan lurus dan mendatar
Serangan biasa ditujukan kepada pertemuan urat walaupun hanya untuk
tumbukan dan belaan. Terdapat pelbagai variasi tumbukan dan gerakan tumbukan
yang mana amat sukar untuk ditahan atau ditangkis, ditangkap dan kunci.
Tumbukan bergaris dan membulat adalah digunakan secara serentak dan tidak
mempunyai penamat yang mutlak. Kebanyakan karate yang diperkenalkan pada
masa kini merupakan satu olahan kepada peringkasan seni beladiri yang terdahulu
seperti kempo dan sebagainya

4.2. Saran
Bela diri pada waktu itu hanya bersifat mempertahankan diri dari gangguan
binatang buas dan alam sekitarnya. Namun sejak pertambahan penduduk dunia
semakin meningkat, maka gangguan yang datang dari manusia mulai timbul
sehingga keinginan orang untuk menekuni ilmu bela diri semakin meningkat. Jadi
kita harus mempelajari ilmu membela diri untuk menjaga dari gangguan orang
lain.
DAFTAR PUSTAKA

Khamdan, Muhammad. 2011. Makalah Olahraga Karate, [Online]. Tersedia:


http://makalah7u.blogspot.com. [15 Februari 2015]
Anonim. 2012. Penjas Kelas XII, [Online]. Tersedia:
http://ehmankeeemaaank.blogspot.com. [15
Februari 2015]
Admin. 2014. Karate, [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org. [15 Februari
2015]
Mulya, Key. 2014. Makalah Penjaskes Karate, [Online]. Tersedia:
http://keynadiana.blogspot.com. [15 Februari 2015]
Ichal. 2013. Makalah Karate, [Online]. Tersedia:
http://penjaskesunhalu.blogspot.com. [15 Februari 2015]

Anda mungkin juga menyukai