Diajukan kepada
Oleh:
Hafiz Alistian
NIM 19601241112
1
pukulan yang harus dikuasai dengan baik pada olahraga karate. Purba (2014)
mengatakan bahwa pukulan gyaku tsuki adalah pukulan yang cepat, akurat dan
penuh tenaga sehingga memperoleh angka, sesuai dengan peraturan
pertandingan yang baru. Ada beberapa komponen yang dapat mempengaruhi
pukulan gyaku tsuki yaitu panjang tungkai, kelentukan togok, dan kekuatan
otot lengan.
Otot lengan merupakan alat gerak manusia bagian atas, dengan otot
lengan yang kuat maka seseorang dapat menahan sebuah tahanan terhadap
suatu beban. Power merupakan produk dari kekuataan dan kecepatan. Power
adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu
yang singkat (Harsono, 2001).
Ismaryati (2006) mengatakan bahwa kekuatan adalah tenaga kontraksi
otot yang dicapai dalam sekali usaha maksimal. Maka dari itu kekuatan otot
lengan adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan otot-otot tangan
secara maksimum dalam menahan beban. Dalam hal ini kekuatan diperlukan
untuk mendapatkan pukulan yang keras sehingga prinsip pukulan gyaku tsuki
tercapai. Faktor kekuatan dalam melakukan pukulan gyaku tsuki yang cepat
merupakan komponen penting agar lawan kesulitan dalam menangkisnya.
Berdasarkan hasil penelitian Irmayanti (2019) mengatakan bahwa
terdapat hubungan positif antara kontribusi kecepatan reaksi tangan dan
kekuatan otot lengan terhadap kecepatan pukulan gyaku tsuki chudan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sayyd, et al (2019) menunjukkan bahwa
terdapat hubungan koordinasi mata tangan terhadap kemampuan gyaku tsuki.
Berdasarkan penelitian Utomo (2017) menunjukkan bahwa terdapat Terdapat
hubungan positif antara kekuatan otot tungkai, perut, dan lengan terhadap
kecepatan pukulan gyaku tsuki. Gyaku tsuki merupakan salah satu pukulan
pada beladiri karate, pukulan ini memerlukan panjag tungkai sebagai kuda-
kuda saat melakukan pukulan, kelentukan togok yang digunakan untuk
menghasilkan kekuatan pukulan, dan kekuatan otot lengan untuk melakukan
pukulan secara keras, apabila semua dapat dikuasai dengan baik maka gyaku
tsuki dapat dilakukan dengan baik.
4
Berdasarkan hasil pengamatan dan keterangan dari pelatih dojo SMAN
1 Sokaraja yaitu bapak Haris Arfan Setiadi, kemampuan melakukan gyaku
tsuki dari jumlah 35 karateka, ternyata sejumlah 24 karateka atau sebanyak
68,5% belum menguasai teknik melakukan gyaku tsuki, masalah yang
dijumpai berupa kuda kuda yang dilakukan saat melakukan gyaku tsuki masih
terlalu tinggi atau masih dalam keadaan berdiri, pinggang saat melakukan
gyaku tsuki masih kaku/tidak lentur yang mengakibatkan pukulannya tidak
mengenai sasaran, dan kekuatan pukulan yang masih terlalu lemah sehingga
tidak dapat menerobos pertahanan lawan. Apabila masalah ini terus dibiarkan
maka kemampuan pukulan gyaku tsuki tidak akan mengalami kemajuan yang
tentu saja mengakibatkan kalahnya suatu pertandingan kumite karena pukulan
gyaku tsuki merupakan pukulan yang sering digunakan dalam pertandingan
kumite.
Pentingnya unsur power lengan dan keseimbangan dalam menunjang
pelaksanaan kemampuan pukulan gyaku tsuki, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul: ”Hubungan antara power lengan dan
keseimbangan dengan kemampuan pukulan gyaku tsuki pada peserta
ekstrakurikuler karate di SMAN 1 Sokaraja kabupaten Banyumas”.
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari permasalahan diatas maka dapat
dirumuskan masalah penelitian, sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara power lengan dengan kemampuan
pukulan gyaku tsuki?
2. Apakah terdapat hubungan antara keseimbangan dengan kemampuan
pukulan gyaku tsuki?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan penulis capai pada penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui hubungan antara power lengan dengan kemampuan pukulan
gyaku tsuki.
4
2. Mengetahui hubungan antara keseimbangan dengan kemampuan pukulan
gyaku tsuki.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
G. Secara Teoritis
Manfaat yang diperoleh pada penelitian ini adalah dapat dijadikan
sebagai dasar rekomendasi untuk menyesuaikan program latihan yang
akan dibuat oleh pelatih dan diberikan untuk atlet karate khususnya pada
ekstrakurikuler SMAN 1 Sokaraja.
H. Secara Praktis
a. Bagi Guru
Dapat mengetahui seberapa besar bakat yang dimiliki siswanya. Dapat
dijadikan pedoman untuk melatih dan mengevaluasi siswa dalam
kegiatan latihan karate.
b. Bagi Pelatih
Dapat dijadikan sebagai dasar penyusunan program latihan yang sesuai
dengan kemampuan karateka.
c. Bagi Karateka
1) Agar setiap karateka dapat mengetahui kemampuan yang ada
dalam dirinya, guna pengembangan lebih lanjut dalam kemampuan
kumite.
2) Agar setiap karateka dapat mencari cara yang lebih baik untuk
meningkatkan prestasi dalam cabang olahraga karate.
3) Agar setiap karateka dapat memahami bahwa setiap kelemahan
yang dimilikinya bukan kemampuan atau kelemahan yang tidak
dapat diperbaiki.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Karate
Karate merupakan salah satu cabang olahraga bela diri yang diakui
di Indonesia. Olahraga karate di Indonesia bernaung di bawah Federasi
Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI), Adapun wadah internasional
untuk karate adalah World Karate Federation (WKF). Karate adalah seni
beladiri yang berasal dari Jepang, seni beladiri ini dibawa masuk ke
Jepang melalui Okinawa. Karate pertama kali disebut ‘Ibte’ yang berarti
Tangan China Saat karate masuk ke Jepang, Nasionalisme Jepang sedang
tinggi-tingginya sehingga Tixe (Tangan China) oleh Sensei Gichin
Funakoshi diubah dalam ka’i Jepang menjadi ‘Karate’(Tangan Kosong)
agar mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari dua kata
yaitu 'oKara’ dan 'oTe’. Kara artinya kosong dan Te artinya tangan,
sehingga dapat diartikan Tangan Kosong (Tumbal, 2011).
Tujuan utama mempelajari karate yaitu untuk mengembangkan
jasmani dan rohani secara seimbang. Belajar karate mulanya hanya untuk
menjaga diri dari serangan fisik dan ancaman musuh (kejahatan) dan
setelah perkembangan zaman karate dapat digunakan untuk berprestasi.
Pemahaman terhadap karate digambarkan pula sebagai seni perang atau
metode beladiri yang meliputi bermacam-macam teknik, termasuk
bertahan, menyerang, mengelak, bahkan merobohkan (Purnama, 2016).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
karate merupakan seni beladiri tangan kosong yang memiliki berbagai
macam teknik untuk menjaga diri dari serangan fisik dan berprestasi.
B. Komponen Latihan
a. Fisik
Irianto (2002) menjelaskan bahwa komponen fisik adalah
pondasi dari prestasi olahragawan untuk mengembangkan tahap
selanjutnya yaitu teknik, taktik, dan mental. Menurut Hidayat (2014)
kondisi fisik merupakan pembinaan sebagai dasar pokok dalam
5
6
Karate adalah salah satu olahraga individu yang sama halnya dengan
olahraga lain, yaitu terdapat komponen latihan fisik, taktik, teknik, dan mental
11
(Hidayat, 2014). Dalam olahraga karate, teknik yang sering digunakan untuk
melakukan serangan guna memperoleh poin pada olahraga karate adalah
gyaku tsuki (Utomo, 2017). Maka dari itu dibutuhkan komponen fisik power
lengan dan keseimbangan untuk mengetahui seberapa besar hubungan masing-
masing komponen fisik dengan kecepatan gyaku tsuki.
J. Kerangka Konsep
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2016).
Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian
kuantitatif. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian
berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2016).
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan
korelasional, yaitu penelitian untuk mengetahui hubungan dua variabel atau
lebih yang mencakup variabel bebas dan variabel terikat (Sugiyono, 2016).
Penggunaan metode ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara power
lengan dan keseimbangan dengan kemampuan pukulan gyaku tsuki.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada dojo SMAN 1 Sokaraja yang beralamat di Jl.
Raya Sokaraja Timur, Sokaraja Wetan, Kec. Sokaraja, Kab. Banyumas Prov. Jawa
Tengah 53181. Penelitian dilaksanakan setelah disetujui proposal beserta dengan
perbaikan guna mengumpulkan data di lapangan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2016: 80) populasi diartikan sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu, sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah yang dimiliki
oleh populasi tersebut.
Menurut Sugiyono (2016: 81) sampel adalah bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik simple random sampling dengan cara mengambil subjek
bukan didasarkan atas strata, acak atau daerah tetapi atas dasar tujuan dan
pertimbangan tertentu (Sugiyono. 2016: 82).
Populasi dari penelitian merupakan seluruh peserta ekstrakurikuler karate
SMAN I Sokaraja dengan jumlah 35 karateka serta sampel yang diambil
menggunakan teknik purposive sampling yaitu dengan memilih laki-laki sebagai
sampel penelitian. Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 20 sampel yang
13
merupakan karateka putra dojo SMAN 1 Sokaraja sesuai dengan pernyataan dari
Gay et al (2009) bahwa penelitian korelasi diperlukan sampel sebesar 35
responden.
D. Definisi Operasional Variabel
Menurut Sugiyono (2016: 68), variable adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal, yaitu tingkat
kemampuan
E. Teknik dan Instrumen Pengumpilan Data
1. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2016) instrumen penelitian digunakan untuk
mengukur nilai variabel yang diteliti. Karena instrumen penelitian akan digunakan
untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif
akurat , maka setiap instrumen harus mempunyai skala ( Sugiyono, 2016 ). Maka
instrumen yang akan diteliti yaitu :
2. Teknik Pengumpulan Data
G. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2016) instrumen penelitian digunakan untuk
mengukur nilai variabel yang diteliti. Karena instrumen penelitian akan
digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data
kuantitatif akurat , maka setiap instrumen harus mempunyai skala ( Sugiyono,
2016 ). Maka instrumen yang akan diteliti yaitu :
1. Power lengan
Setyawan TA (2016) mengatakan bahwa kekuatan otot lengan
adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan otot-otot tangan
secara maksimum dalam menahan beban. Untuk mengukur kekuatan otot
lengan menggunakan tes push up, karena dalam melakukan tes push up
dapat mengukur kekuatan otot legan.
2. Kemampuan gyaku tsuki
Pengukuran menggunakan software kinovea berupa perekaman
video (Utomo, 2017).
Test
I. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi
mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu
data primer dan data sekunder.
1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data
dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau
tempat objek penelitian dilakukan. Data primer dalam penelitian ini berupa
hasil dari pengukuran power lengan dan keseimbangan.
2. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan
dengan cepat. Data sekunder dalam penelitian ini seperti usia dan tinggi
badan.
J. Analisis Data
Menurut Sugiyono (2016), kegiatan analisis merupakan suatu kegiatan
untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini
menggunakan uji prasyarat analisis dan uji hipotesis:
1. Uji prasyarat analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk mengetahui normal tidaknya skor
dari variabel yang akan dianalisis. Pengujian normalitas menggunakan
Shapiro Wilk karena sampel kurang dari 50 dengan bantuan program
SPSS. Kaidah yang digunakan adalah jika p >0,05 maka sebarannya
normal. Apabila data tidak berdistribusi normal, maka menggunakan
uji non parametrik.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksud untuk mengetahui apakah hasil data
yang diperoleh memiliki varian yang sama (homogen). Pengujian
homogenitas menggunakan ANOVA (Analisis of Varians) melalui
16
program SPSS. Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat
dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah
sama.
c. Uji Linearitas
Uji linearitas dimaksud untuk mengetahui bentuk hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pengujian linearitas
menggunakan Test for linearity. Dua variabel dikatakan mempunyai
hubungan yang linear bila nilai signifikansi kurang dari 0,05.
2. Uji Hipotesis
a. Uji Korelasi
Uji Korelasi Merupakan teknik statistik yang digunakan untuk
menguji ada/tidaknya hubungan serta arah hubungan dari dua variabel
atau lebih. Besar kecilnya hubungan antara dua variabel dinyatakan
dalam bilangan yang disebut Koefisien Korelasi. Besaran koefisien
korelasi adalah -1 s/d 1. Uji yang digunakan menggunakan:
1) Pearson Corellation digunakan untuk menguji hubungan antar 2
variabel yaitu variabel dependen dengan variabel Independent.
2) Korelasi Ganda digunakan untuk menguji dua/ lebih variabel
independen dengan satu variabel dependen secara bersamaan.
b. Uji Regresi
Analisis regresi adalah analisis lanjutan dari korelasi yang
menguji sejauh mana pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen setelah diketahui ada hubungan antara variabel tersebut Uji
yang digunakan adalah regresi ganda: yaitu regresi untuk menghitung
lebih dari satu variabel independen dengan satu variabel dependen.
K. Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan standar etika dalam melakukan penelitian.
Adapun prinsip dari etika penilaian, sebagai berikut:
1. Prinsip menghormati hak responden.
17
DAFTAR PUSTAKA