Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN ANTARA POWER LENGAN DAN

KESEIMBANGAN DENGAN KEMAMPUAN PUKULAN


GYAKU TSUKI PADA PESERTA EKSTRAKURIKULER
KARATE DI SMAN 1 SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi


Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
Hafiz Alistian
NIM 19601241112

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN


DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Olahraga di era modern dijadikan sebagai tujuan hidup sehat, selain itu
digunakan sebagai sarana untuk mengoptimalkan kemampuan diri. Olahraga
merupakan aktivitas jasmani yang dilembagakan dan peraturannya ditetapkan
bukan oleh pelakunya atau secara eksternal. Salah satu cabang olahraga yang
dimaksud adalah karate.
Karate adalah salah satu dari sekian banyak olahraga yang
berkembang, baik tingkat nasional maupun internasional. Menurut
Simanjuntak dan Dinata (2004) karate adalah sebuah seni beladiri tangan
kosong dimana kaki dan tangan digunakan secara sistematik, dan apabila ada
serangan yang datang tiba–tiba dan mengejutkan dari lawan, maka kedua
tangan ataupun kaki akan dapat dikuasai dengan sebuah demonstrasi seperti
senjata yang sebenarnya. Sama halnya dengan olahraga lain pada umumnya
karate juga memiliki beberapa teknik dasar yang harus dikuasai.
Kihon (teknik dasar) merupakan pondasi dari teknik karate dan
merupakan latihan teknik-teknik dasar karate seperti teknik memukul,
menendang, kuda-kuda, menangkis (Manullang, 2014). Penguasaan teknik
dasar (kihon) merupakan salah satu faktor penting yang harus dikuasai oleh
setiap atlet karate agar dapat menguasai teknik kata maupun kumite. Kihon
sebagai unsur terkecil yang menjadi dasar pembentuk sebuah teknik yang
berupa rangkaian dari beberapa teknik, karena untuk dapat bertanding dengan
baik di kata maupun kumite, dibutuhkan kihon (teknik dasar) yang baik
(Purnama, 2016).
Menurut Manullang (2014) mengatakan pukulan merupakan salah satu
teknik yang dominan dalam olahraga beladiri karate. Pukulan gyaku tsuki
yaitu teknik pukulan dengan memotong serangan lawan/balikan serangan
lawan ke arah ulu hati (Purba, 2014). Manullang (2014) juga mengatakan
bahwa pukulan gyaku tsuki merupakan pukulan yang dominan dilakukan
seorang atlet karate dalam kumite, diantara pukulan lain seperti Oi-Tsuki
Chudan dan Oi-Tsuki Jodan. Maka dari itu pukulan gyaku tsuki merupakan

1
pukulan yang harus dikuasai dengan baik pada olahraga karate. Purba (2014)
mengatakan bahwa pukulan gyaku tsuki adalah pukulan yang cepat, akurat dan
penuh tenaga sehingga memperoleh angka, sesuai dengan peraturan
pertandingan yang baru. Ada beberapa komponen yang dapat mempengaruhi
pukulan gyaku tsuki yaitu panjang tungkai, kelentukan togok, dan kekuatan
otot lengan.
Otot lengan merupakan alat gerak manusia bagian atas, dengan otot
lengan yang kuat maka seseorang dapat menahan sebuah tahanan terhadap
suatu beban. Power merupakan produk dari kekuataan dan kecepatan. Power
adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu
yang singkat (Harsono, 2001).
Ismaryati (2006) mengatakan bahwa kekuatan adalah tenaga kontraksi
otot yang dicapai dalam sekali usaha maksimal. Maka dari itu kekuatan otot
lengan adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan otot-otot tangan
secara maksimum dalam menahan beban. Dalam hal ini kekuatan diperlukan
untuk mendapatkan pukulan yang keras sehingga prinsip pukulan gyaku tsuki
tercapai. Faktor kekuatan dalam melakukan pukulan gyaku tsuki yang cepat
merupakan komponen penting agar lawan kesulitan dalam menangkisnya.
Berdasarkan hasil penelitian Irmayanti (2019) mengatakan bahwa
terdapat hubungan positif antara kontribusi kecepatan reaksi tangan dan
kekuatan otot lengan terhadap kecepatan pukulan gyaku tsuki chudan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sayyd, et al (2019) menunjukkan bahwa
terdapat hubungan koordinasi mata tangan terhadap kemampuan gyaku tsuki.
Berdasarkan penelitian Utomo (2017) menunjukkan bahwa terdapat Terdapat
hubungan positif antara kekuatan otot tungkai, perut, dan lengan terhadap
kecepatan pukulan gyaku tsuki. Gyaku tsuki merupakan salah satu pukulan
pada beladiri karate, pukulan ini memerlukan panjag tungkai sebagai kuda-
kuda saat melakukan pukulan, kelentukan togok yang digunakan untuk
menghasilkan kekuatan pukulan, dan kekuatan otot lengan untuk melakukan
pukulan secara keras, apabila semua dapat dikuasai dengan baik maka gyaku
tsuki dapat dilakukan dengan baik.

4
Berdasarkan hasil pengamatan dan keterangan dari pelatih dojo SMAN
1 Sokaraja yaitu bapak Haris Arfan Setiadi, kemampuan melakukan gyaku
tsuki dari jumlah 35 karateka, ternyata sejumlah 24 karateka atau sebanyak
68,5% belum menguasai teknik melakukan gyaku tsuki, masalah yang
dijumpai berupa kuda kuda yang dilakukan saat melakukan gyaku tsuki masih
terlalu tinggi atau masih dalam keadaan berdiri, pinggang saat melakukan
gyaku tsuki masih kaku/tidak lentur yang mengakibatkan pukulannya tidak
mengenai sasaran, dan kekuatan pukulan yang masih terlalu lemah sehingga
tidak dapat menerobos pertahanan lawan. Apabila masalah ini terus dibiarkan
maka kemampuan pukulan gyaku tsuki tidak akan mengalami kemajuan yang
tentu saja mengakibatkan kalahnya suatu pertandingan kumite karena pukulan
gyaku tsuki merupakan pukulan yang sering digunakan dalam pertandingan
kumite.
Pentingnya unsur power lengan dan keseimbangan dalam menunjang
pelaksanaan kemampuan pukulan gyaku tsuki, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul: ”Hubungan antara power lengan dan
keseimbangan dengan kemampuan pukulan gyaku tsuki pada peserta
ekstrakurikuler karate di SMAN 1 Sokaraja kabupaten Banyumas”.
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari permasalahan diatas maka dapat
dirumuskan masalah penelitian, sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara power lengan dengan kemampuan
pukulan gyaku tsuki?
2. Apakah terdapat hubungan antara keseimbangan dengan kemampuan
pukulan gyaku tsuki?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan penulis capai pada penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui hubungan antara power lengan dengan kemampuan pukulan
gyaku tsuki.

4
2. Mengetahui hubungan antara keseimbangan dengan kemampuan pukulan
gyaku tsuki.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
G. Secara Teoritis
Manfaat yang diperoleh pada penelitian ini adalah dapat dijadikan
sebagai dasar rekomendasi untuk menyesuaikan program latihan yang
akan dibuat oleh pelatih dan diberikan untuk atlet karate khususnya pada
ekstrakurikuler SMAN 1 Sokaraja.
H. Secara Praktis
a. Bagi Guru
Dapat mengetahui seberapa besar bakat yang dimiliki siswanya. Dapat
dijadikan pedoman untuk melatih dan mengevaluasi siswa dalam
kegiatan latihan karate.
b. Bagi Pelatih
Dapat dijadikan sebagai dasar penyusunan program latihan yang sesuai
dengan kemampuan karateka.
c. Bagi Karateka
1) Agar setiap karateka dapat mengetahui kemampuan yang ada
dalam dirinya, guna pengembangan lebih lanjut dalam kemampuan
kumite.
2) Agar setiap karateka dapat mencari cara yang lebih baik untuk
meningkatkan prestasi dalam cabang olahraga karate.
3) Agar setiap karateka dapat memahami bahwa setiap kelemahan
yang dimilikinya bukan kemampuan atau kelemahan yang tidak
dapat diperbaiki.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Karate
Karate merupakan salah satu cabang olahraga bela diri yang diakui
di Indonesia. Olahraga karate di Indonesia bernaung di bawah Federasi
Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI), Adapun wadah internasional
untuk karate adalah World Karate Federation (WKF). Karate adalah seni
beladiri yang berasal dari Jepang, seni beladiri ini dibawa masuk ke
Jepang melalui Okinawa. Karate pertama kali disebut ‘Ibte’ yang berarti
Tangan China Saat karate masuk ke Jepang, Nasionalisme Jepang sedang
tinggi-tingginya sehingga Tixe (Tangan China) oleh Sensei Gichin
Funakoshi diubah dalam ka’i Jepang menjadi ‘Karate’(Tangan Kosong)
agar mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari dua kata
yaitu 'oKara’ dan 'oTe’. Kara artinya kosong dan Te artinya tangan,
sehingga dapat diartikan Tangan Kosong (Tumbal, 2011).
Tujuan utama mempelajari karate yaitu untuk mengembangkan
jasmani dan rohani secara seimbang. Belajar karate mulanya hanya untuk
menjaga diri dari serangan fisik dan ancaman musuh (kejahatan) dan
setelah perkembangan zaman karate dapat digunakan untuk berprestasi.
Pemahaman terhadap karate digambarkan pula sebagai seni perang atau
metode beladiri yang meliputi bermacam-macam teknik, termasuk
bertahan, menyerang, mengelak, bahkan merobohkan (Purnama, 2016).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
karate merupakan seni beladiri tangan kosong yang memiliki berbagai
macam teknik untuk menjaga diri dari serangan fisik dan berprestasi.
B. Komponen Latihan
a. Fisik
Irianto (2002) menjelaskan bahwa komponen fisik adalah
pondasi dari prestasi olahragawan untuk mengembangkan tahap
selanjutnya yaitu teknik, taktik, dan mental. Menurut Hidayat (2014)
kondisi fisik merupakan pembinaan sebagai dasar pokok dalam

5
6

berlatih untuk mencapai prestasi. Budiwanto (2012) juga menjelaskan


bahwa fisik merupakan dasar untuk pembuatan program latihan,
pembentukan keterampilan yang lebih baik, dan kemampuan taktik
yang lebih baik juga.
Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa komponen
fisik adalah sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan lainnya
dan sebagai dasar untuk penentuan program latihan olahragawan.
b. Teknik
Menurut Hidayat (2014) teknik merupakan suatu proses
gerakan untuk membuktikan hasil praktik sebaik mungkin yang
tersusun atas dasar anatomi/fisiologi, mekanik, biomekanika, dan
mental, sehingga menghasilkan gerakan yang efisien dalam
pertandingan. Irianto (2002) menjelaskan bahwa teknik dalam
olahraga digunakan sebagai cara yang efisien untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam suatu pertandingan. Budiwanto (2012)
menjelaskan bahwa teknik adalah kemampuan dalam melakukan suatu
gerakan teknik yang diperlukan dalam cabang olahraga.
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa teknik
merupakan proses penyelarasan gerak yang efektif dan efisien melalui
berbagai latihan yang dialami.
b. Taktik
Irianto (2002) menjelaskan bahwa taktik merupakan suatu
siasat yang digunakan untuk meraih kemenangan secara sportif dalam
suatu pertandingan. Budiwanto (2012) menjelaskan bahwa strategi
menunjuk pada konsep umum dalam mengorganisasi permainan atau
pertandingan suatu regu atau atlet yang menggambarkan suatu ciri-ciri,
filosofi khusus atau cara pendekatan dalam suatu pertandingan
olahraga. Tujuan melakukan taktik adalah untuk mempersiapkan dan
merencanakan penyerangan dan juga pertahanan dalam usaha
mencapai tujuan, yaitu memenangkan pertandingan (Budiwanto,
2012).
7

Berdasarkan pendapat di atas, taktik merupakan suatu siasat


berupa pola pertahanan dan penyerangan untuk meraih kemenangan
dalam suatu pertandingan.
c. Mental
Irianto (2002) menjelaskan bahwa mental merupakan aspek
berupa daya penggerak serta pendorong untuk mewujudkan
kemampuan fisik, teknik, maupun taktik dalam aktivitas olahraga.
Hidayat (2014) menjelaskan bahwa mental digunakan atlet untuk
mencapai prestasi puncak. Mental merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam pelaksanaan program latihan.
Berdasarkan pendapat di atas, mental adalah suatu aspek
pendorong bagi atlet untuk mencapai puncak prestasi.
C. Teknik Dasar Karate
Irianto (2002) menjelaskan bahwa teknik merupakan suatu proses
gerakan sebaik mungkin dalam praktek di cabang olahraga. Hasrun (2018)
mengatakan bahwa teknik yakni metode atau sistem mengajarkan sesuatu,
sedangkan dasar adalah pondasi yang menjadi pokok atau pangkal suatu
ajaran dan aturan, jadi bisa disimpulkan teknik dasar merupakan suatu
keterampilan penting yang harus dimiliki seseorang karate sebelum
menuju kemahiran atau keahlian.
Pratomo (2010) mengatakan bahwa teknik dasar pada cabang
olahraga karate meliputi kihon, kumite, dan kata. Kihon adalah adalah
dasar dari teknik-teknik dasar seperti memukul, menendang, bertahan dan
menangkis. Kumite adalah seseorang melakukan dengan seorang rekan
bertanding. Kata latihan bentuk resmi yang menggabungkan teknik-teknik
dasar dalam karate (pukulan, tendangan, bertahan dan menangkis)
kedalam satu rangkaian pergerakan yang telah ditentukan.
D. Kumite
Pratomo (2010) mengatakan bahwa kumite merupakan teknik dasar
yang dilakukan dengan berpasangan yang melakukan dengan cara
memukul, menendang, bertahan dan menangkis. FORKI (2019)
mengatakan bahwa kumite merupakan salah satu yang dipertandingkan
8

dalam olahraga karate. Teknik dasar yang digunakan dalam kumite


merupakan penjabaran dari gerakan kihon.
Teknik yang dilakukan dalam kumite berupa cara menyerang dan
bertahan. Serangan yang dilakukan berupa pukulan dan tendangan.
Irmayanti (2019) mengatakan bahwa dalam setiap pertandingan karate
teknik yang paling sering digunakan adalah teknik pukulan. Hal ini
disebabkan karena serangan dengan menggunakan pukulan lebih
berpeluang memperoleh poin/nilai dibandingkan dengan menggunakan
teknik yang lain (tendangan).
E. Gyaku Tsuki
Utomo (2017) mengatakan bahwa dalam pertandingan karate,
pukulan Gyaku Tsuki adalah salah satu teknik yang sering digunakan
dalam pertandingan kumite untuk mencetak poin. Manullang (2014)
mengatakan bahwa pukulan gyaku tsuki yaitu teknik pukulan dengan
memotong serangan lawan/balikan serangan lawan ke arah ulu hati. Purba
(2014) mengatakan bahwa pukulan gyaku tsuki adalah pukulan yang cepat,
akurat dan penuh tenaga sehingga memperoleh angka. Pranata (2019)
mengatakan bahwa Kecepatan pukulan kumite gyaku tsuki dipengaruhi
oleh kemampuan otot lengan. Jika kekuatan otot lengan lemah maka
kemungkinan hasil pukulan akan lemah juga.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan
bahwa gyaku tsuki merupakan pukulan kebalikan, kaki dan kepalan yang
meninju berada pada sisi yang berlawanan, kaki kiri di depan dengan
kepalan tangan kanan.
F. Power Lengan
Power lengan sangat mendukung kekuatan kecepatan dan
ketepatan saat melakukan pukulan. Jika seseorang memiliki power otot
lengan yang baik akan dapat menghasilkan pukulan yang optimal.
Sehingga mengakibatkan tujuan dapat tercapai dengan maksimal dan
kemampuan peserta ekstra dapat berkembang secara optimal, yang
nantinya memberikan kontribusi bibit-bibit atlet berprestasi yang dapat
dikembangkan pada pembinaan prestasi olahraga untuk ke depannya.
9

Sugianto (1991) menyimpulkan “hal itu tidak akan maksimal jika


power otot lengan dan bahu tidak kuat karena power otot lengan dan
bahulah yang sangat berperan penting dan berpengaruh untuk mencapai
hasil tolakan yang maksimal”. Power otot lengan dan bahu yang dimaksud
adalah lengan atas dan lengan bawah. Bichep brachi terdapat di sepanjang
lengan atas, sedangkan triseps brachii melekat di belakang dorsal lengan
atas sedangkan pada bahu terdapat otot trapecius dan deltoid, fungsi dari
ke empat otot tersebut adalah untuk ekstensi lengan.
G. Keseimbangan
Keseimbangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
agar dapat hidup mandiri. Keseimbangan adalah istilah umum yang
menjelaskan kedinamisan postur tubuh untuk mencegah seseorang
terjatuh.
Keseimbangan merupakan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam kemampuan gerak dasar dan merupakan salah satu
komponen dalam mempengaruhi keberhasilan siswa. Keseimbangan di
perlukan agar teknik gerakan dapat di lakukan dengan baik (Widiyastuti,
2014).
Keseimbangan (balance) adalah kemampuan seseorang
mengendalikan organ-organ saraf otot, seperti dalam handstand atau dalam
mencapai keseimbangan sewaktu seseorang sedang berjalan kemudian
terganggu (misalnya tergelincir dan lain-lain). Dibidang olahraga banyak
hal yang harus dilakukan atlet dalam masalah keseimbangan ini, baik
dalam menghilangkan ataupun mempertahankan keseimbangan (Sajoto,
1998).
Dari berbagai pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
keseimbangan merupakan factor penting untuk melakukan gerakan gyaku
tsuki pada olahraga karate.

H. Kekuatan Otot Lengan


Kekuatan merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang
mempengaruhi atlet dalam mencapai prestasi yang maksimal. Menurut
10

Ismaryati (2006) mengatakan bahwa kekuatan adalah tenaga kontraksi otot


yang dicapai dalam sekali usaha maksimal. Irianto (2002) menjelaskan
bahwa kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot dalam
mengatasi tahanan. Hidayat (2014) mengemukakan bahwa kekuatan
adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan
tegangan terhadap suatu tahanan. Salah satu faktor yang berpengaruh
dalam melakukan gyaku tsuki yaitu kekuatan otot lengan.
Kekuatan otot lengan merupakan penggerak utama di dalam
melakukan pertandingan kumite dalam cabang olahraga karate, agar dalam
melakukan pukulan gyaku tsuki dapat memberikan suatu gerakan yang
maksimal (Utomo, 2017). Kekuatan otot lengan yang baik memberikan
dampak dalam melakukan suatu pukulan, sehingga pemain yang memiliki
kekuatan otot lengan yang lebih besar akan lebih menguntungkan pada
saat melakukan gyaku tsuki (Utomo, 2017).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
dalam melakukan gyaku tsuki dibutuhkan kekuatan otot lengan yang baik,
karena otot lengan akan mempengaruhi hasil pukulan gyaku tsuki.
I. Kerangka Teori

Gambar 1.1 Kerangka Teori

Karate adalah salah satu olahraga individu yang sama halnya dengan
olahraga lain, yaitu terdapat komponen latihan fisik, taktik, teknik, dan mental
11

(Hidayat, 2014). Dalam olahraga karate, teknik yang sering digunakan untuk
melakukan serangan guna memperoleh poin pada olahraga karate adalah
gyaku tsuki (Utomo, 2017). Maka dari itu dibutuhkan komponen fisik power
lengan dan keseimbangan untuk mengetahui seberapa besar hubungan masing-
masing komponen fisik dengan kecepatan gyaku tsuki.

J. Kerangka Konsep

Gambar 1.2Kerangka Konsep


Keterangan:
X1 : Power Lengan
X2 : Keseimbangan
Y : Kemampuan gyaku tsuki
K. Hipotesis
Sugiyono (2016) mengemukakan bahwa hipotesis berupa dugaan
sementara dalam rumusan masalah yang telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah
dijelaskan, maka hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara power lengan dengan kemampuan pukulan
gyaku tsuki.
2. Terdapat hubungan antara keseimbangan dengan kemampuan pukulan
gyaku tsuki.
12

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2016).
Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian
kuantitatif. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian
berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2016).
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan
korelasional, yaitu penelitian untuk mengetahui hubungan dua variabel atau
lebih yang mencakup variabel bebas dan variabel terikat (Sugiyono, 2016).
Penggunaan metode ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara power
lengan dan keseimbangan dengan kemampuan pukulan gyaku tsuki.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada dojo SMAN 1 Sokaraja yang beralamat di Jl.
Raya Sokaraja Timur, Sokaraja Wetan, Kec. Sokaraja, Kab. Banyumas Prov. Jawa
Tengah 53181. Penelitian dilaksanakan setelah disetujui proposal beserta dengan
perbaikan guna mengumpulkan data di lapangan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2016: 80) populasi diartikan sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu, sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah yang dimiliki
oleh populasi tersebut.
Menurut Sugiyono (2016: 81) sampel adalah bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik simple random sampling dengan cara mengambil subjek
bukan didasarkan atas strata, acak atau daerah tetapi atas dasar tujuan dan
pertimbangan tertentu (Sugiyono. 2016: 82).
Populasi dari penelitian merupakan seluruh peserta ekstrakurikuler karate
SMAN I Sokaraja dengan jumlah 35 karateka serta sampel yang diambil
menggunakan teknik purposive sampling yaitu dengan memilih laki-laki sebagai
sampel penelitian. Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 20 sampel yang
13

merupakan karateka putra dojo SMAN 1 Sokaraja sesuai dengan pernyataan dari
Gay et al (2009) bahwa penelitian korelasi diperlukan sampel sebesar 35
responden.
D. Definisi Operasional Variabel
Menurut Sugiyono (2016: 68), variable adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal, yaitu tingkat
kemampuan
E. Teknik dan Instrumen Pengumpilan Data
1. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2016) instrumen penelitian digunakan untuk
mengukur nilai variabel yang diteliti. Karena instrumen penelitian akan digunakan
untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif
akurat , maka setiap instrumen harus mempunyai skala ( Sugiyono, 2016 ). Maka
instrumen yang akan diteliti yaitu :
2. Teknik Pengumpulan Data

F. Teknik Analisis Data


Dalam alur penelitian ini terdiri dari 4 tahap sebagai berikut :
1. Tahap perencanaan
Kegiatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah,
merumuskan masalah, mengadakan studi pendahuluan, menyusun
hipotesis, menyusun rencana penelitian. Kegiatan tersebut bertujuan untuk
mengumpulkan teori dan landasan materi guna melakukan seminar usulan
proposal penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Langkah selanjutnya setelah melaksanakan kegiatan seminar
proposal yaitu mengurus surat perizinan penelitian.
14

3. Tahap analisis data


Analisis data dilakukan setelah data penelitian terkumpul dan di
analisa menggunakan SPSS ( Statistical For The Social Science ).
4. Tahap penyusunan laporan
Hasil data yang sudah di analisa, dibahas, disimpulkan, dan
dilaporkan dalam bentuk laporan akhir.

G. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2016) instrumen penelitian digunakan untuk
mengukur nilai variabel yang diteliti. Karena instrumen penelitian akan
digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data
kuantitatif akurat , maka setiap instrumen harus mempunyai skala ( Sugiyono,
2016 ). Maka instrumen yang akan diteliti yaitu :
1. Power lengan
Setyawan TA (2016) mengatakan bahwa kekuatan otot lengan
adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan otot-otot tangan
secara maksimum dalam menahan beban. Untuk mengukur kekuatan otot
lengan menggunakan tes push up, karena dalam melakukan tes push up
dapat mengukur kekuatan otot legan.
2. Kemampuan gyaku tsuki
Pengukuran menggunakan software kinovea berupa perekaman
video (Utomo, 2017).

H. Validitas dan Reliabilitas


Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada
obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Reliabilitas
adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur.
Berikut merupakan nilai validitas dan reliabilitas instrumen data:
Tabel 3.2 Validitas dan Reliabilitas
No Variabel Alat Ukur Validitas Reliabilitas Sumber
Kekuatan Otot Setyawan TA
1 Push Up 0,965 0,982
lengan (2016)
Kemampuan
2 Kinovea - - Utomo (2017)
Gyaku Tsuki
3 Keseimbangan Modifikasi Bass 0.969 0.960 Ismaryati (2008)
15

Test

I. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi
mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu
data primer dan data sekunder.
1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data
dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau
tempat objek penelitian dilakukan. Data primer dalam penelitian ini berupa
hasil dari pengukuran power lengan dan keseimbangan.
2. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan
dengan cepat. Data sekunder dalam penelitian ini seperti usia dan tinggi
badan.

J. Analisis Data
Menurut Sugiyono (2016), kegiatan analisis merupakan suatu kegiatan
untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini
menggunakan uji prasyarat analisis dan uji hipotesis:
1. Uji prasyarat analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk mengetahui normal tidaknya skor
dari variabel yang akan dianalisis. Pengujian normalitas menggunakan
Shapiro Wilk karena sampel kurang dari 50 dengan bantuan program
SPSS. Kaidah yang digunakan adalah jika p >0,05 maka sebarannya
normal. Apabila data tidak berdistribusi normal, maka menggunakan
uji non parametrik.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksud untuk mengetahui apakah hasil data
yang diperoleh memiliki varian yang sama (homogen). Pengujian
homogenitas menggunakan ANOVA (Analisis of Varians) melalui
16

program SPSS. Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat
dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah
sama.
c. Uji Linearitas
Uji linearitas dimaksud untuk mengetahui bentuk hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pengujian linearitas
menggunakan Test for linearity. Dua variabel dikatakan mempunyai
hubungan yang linear bila nilai signifikansi kurang dari 0,05.

2. Uji Hipotesis
a. Uji Korelasi
Uji Korelasi Merupakan teknik statistik yang digunakan untuk
menguji ada/tidaknya hubungan serta arah hubungan dari dua variabel
atau lebih. Besar kecilnya hubungan antara dua variabel dinyatakan
dalam bilangan yang disebut Koefisien Korelasi. Besaran koefisien
korelasi adalah -1 s/d 1. Uji yang digunakan menggunakan:
1) Pearson Corellation digunakan untuk menguji hubungan antar 2
variabel yaitu variabel dependen dengan variabel Independent.
2) Korelasi Ganda digunakan untuk menguji dua/ lebih variabel
independen dengan satu variabel dependen secara bersamaan.
b. Uji Regresi
Analisis regresi adalah analisis lanjutan dari korelasi yang
menguji sejauh mana pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen setelah diketahui ada hubungan antara variabel tersebut Uji
yang digunakan adalah regresi ganda: yaitu regresi untuk menghitung
lebih dari satu variabel independen dengan satu variabel dependen.

K. Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan standar etika dalam melakukan penelitian.
Adapun prinsip dari etika penilaian, sebagai berikut:
1. Prinsip menghormati hak responden.
17

Peneliti akan menghormati hak-hak responden yang terlibat dalam


penelitian, termasuk diantaranya: hak untuk membuat keputusan untuk
terlibat atau tidak terlibat dalam penelitian dan hak untuk dijaga
kerahasiaannya berkaitan dengan data yang diperoleh selama penelitian.
2. Prinsip keadilan (Justice).
Peneliti akan memperlakukan semua yang terlibat dalam penelitian secara
adil dan tidak membeda-bedakan berdasarkan ras, agama, atau status sosial
ekonomi. Peneliti memperlakukan responden/partisipan sesuai dengan
desain penelitian dan tujuan penelitian, antara lain hak untuk mendapat
perlakuan yang sama dan hak untuk dijaga privasinya.
18

DAFTAR PUSTAKA

A W M, U. (2017). Hubungan antara kekuatan otot tungkai, perut dan lengan


terhadap kecepatan pukulan gyaku tsuki. Surabaya: UNESA.
G, M. J. (2014). Pengaruh metode latihan dan power lengan terhadap kecepatan
pukulan gyaku tsuki chudan pada cabang olahraga karate dojo khusus
unimed. Jurnal of Physical Education and Sports, 103-109.
Hadjarati. (2008). Pembinaan klub olahraga karate di kota gorontalo. Semarang:
Pendidikan Olahraga UNNES.
Ismaryati. (2008). Tes dan Pengukuran Olaharaga. Surakarta: LPP UNS dan
UNS.
L, T. M. (2011). Perbandinganfront cone hops dan iliteral cone hops terhadap
peningkatan otot tungkai pada olahraga karate. Jurnal Health and Sports,
67-126.
Sajoto, M. (1998). Peningkatan dan pembinaan kekuatan kondisi fisik dalam
olahraga. Jakarta: Dahara Prize.
Sugiyono. (2016). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
TA, S. (2016). Pengembangan tes kemampuan fisik bola basket siswa sma putra
di provinsi daerah istimewa yogyakarta. Jurnal Keolahragaan, 85-97.
Widiyastuti. (2014). Belajar Motorik. Jakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan UNJ.

Anda mungkin juga menyukai